i
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP WORD OF MOUTH PENGGUNA IPHONE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh :
Adolfus Aditya Vira Febrianto 119114103
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
BERHENTILAH MENGHAKIMI
KAU TAHU NAMAKU TAPI TIDAK DENGAN CERITAKU
-Demi Lovato-
KITA TIDAK PERLU TAU NAMANYA, CUKUP MENGINGAT KEBAIKAN ORANG ITU MAKA KITA
AKAN SELALU INGAT DENGAN ORANG ITU
-Negeri Van Oranje-
JANGAN KEBANYAKAN MELIHAT YANG DIATAS, ENTAR KELILIPAN.
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus
Mama dan Papa yang memberikan kasih saying dan semangat
Mbak Pita yang selalu cerewet dalam segala hal
Dio yang selalu cuek
vii
PERBEDAAN SIKAP TERHADAP WORD OF MOUTH PADA PENGGUNA IPHONE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Adolfus Aditya Vira F ebrianto
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap word of mouth yang dialami oleh pengguna iPhone yang ditinjau dari jenis kelamin. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan sikap terhadap word of mouth antara pengguna iPhone laki-laki dengan pengguna iPhone perempuan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 188 orang, diantaranya 94 pengguna iPhonelaki-lakidan 94 pengguna iPhone perempuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap word of mouth yang disusun oleh peneliti sendiri. skala sikap terhadap word of mouth
memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,956. Hasil analisis deskriptif data menunjukkan mean empiris pada pengguna iPhone laki-laki dan pengguna iPhone perempuan sebesar 88,16 dan 82,72 lebih besar dari mean teoritis sebesar 75, dengan p = 0,000 (p < 0,05). Teknik analisis data menggunakan uji U (U-test). Hasil penelitian diperoleh 0,002 (p < 0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan sikap terhadap word of mouth pada pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.
viii
THE DIFFERENCES ATTITUDE TOWARD WORD OF MOUTH ON ON THE USER’S IPHONE IN TERMS OF GENDER
Adolfus Aditya Vira F ebrianto
ABSTRACT
This research aimed to comprehend significant difference attitude toward word of mouth on iphone users in review of sex. The hypothesis of this study is there are significant differences between the attitudes toward word of mouth male iPhone users with female iPhone users. Subjects in this study amounted to 188 people, including 94 iPhone users male and 94 female iPhone users. Data collection tools in this study using a scale of attitude toward the word of mouth compiled by the researchers themselves. scale attitude toward the word of mouth has a reliability coefficient of 0.956. Descriptive analysis of data showed a mean empirical iPhone users male and female iPhone users amounted to 88.16 and 82.72 is greater than the theoretical mean of 75, with p = 0.000 (p <0.05). Data were analyzed using the U test (U-test). The research result was 0.002 (p <0.05), which means there is a significant difference attitude toward the word of mouth on the user's iPhone in terms of gender.
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kepada Yesus Kristus atas rahmat dan
berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul
“Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dan
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak serta dukungan yang diperoleh dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widianto, M.Si. Selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si Selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Debri Pristinella, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama berkuliah di
Fakultas Psikologi.
4. Bapak T.M Raditya Hernawa M.Psi. selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang selalu memberikan dukungan, nasehat, kritik dan saran
serta diskusi yang sangat membantu dalam pengerjaan skripsi hingga
dapat selesai dengan baik.
xii
memberikan banyak ilmu serta nilai-nilai kehidupan.
6. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma atas segala bantuan yang diberikan.
7. Seluruh subjek penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi kuisioner.
8. Papa dan Mama yang telah mengorbankan seluruh waktu dan
energinya untuk penulis selama ini.
9. Mbak Pita yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada
penulis. Suwun mbak nek kowe mbelani adikmu sing kuliahe suwe iki!
10.Dio, adik yang selalu cuek kepada penulis namun selalu membuat
penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan kuliahnya.
11.Seluruh keluarga besar dari Mama dan Papa yang selalu bertanya
kepada penulis “ Kok rung lulus –lulus dit?”
12.Teman-teman Psynema Mondri, Panjul, Gusbay, Yatim,Brandan, Mbak
Gita, Vinsul, Anoy, Ajik, Natan, Vico, Apo, Olga, Tammy, April, Beni,
Grego, Yosua, Mer, dan Fonsa yang sudah menjadi teman selama
berkarya dalam membuat film di Fakultas Psikologi.
13.Teman-teman 9114 Scooterist dan Gass Sumbawa Bayu, Daniel, Anoy,
Ajik, Widek, Kunto, Sikak, Gencet, Yuda, Gempol, Bendot, Haha,
Boni, Greg, Tole, Made, Jontit, Pamela, Sucek, Della, Kiplek, Gunam
yang telah menjadi teman disaat kampus terasa sepi dan memberikan
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ASBTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Sikap Terhadap Word of Mouth ... .8
1. Definisi Sikap ... .7
2. Definisi Word of Mouth ... …8
xv
2. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan ... ..18
C. Pengguna Iphone ... ..20
D. Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... .21
E. Skema Penelitian ... .25
F. Hipotesis... ...26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. JenisPenelitian ... 27
2. Penyusunan Aitem Pertanyaan ... 31
3. Pemberian Skor Skala ... 31
4. Distribusi Aitem Sebelum Uji Coba ... 32
F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Aitem ... 33
xvi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39
C. Deskripsi Data Penelitian ... 41
D. Hasil Analisis Data ... 45
E. Pembahasan ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
A. Kesimpulan ... 52
B. Keterbatasan Penelitian ... 52
C. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Berdasarkan Jawaban ... 32
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Word of mouth ... 32
Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM Sebelum Uji Coba dan Setelah Uji Coba ... 35
Tabel 4. DistribusiAitem Skala Sikap Terhadap Word of Mouth ... 36
Tabel 5. Koefisien Alpha Cronbach Skala Sikap Terhadap Word of Mouth ... 37
Tabel 6. Data Karakteristik Usia Responden ... 40
Tabel 7. Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan ... 40
Table 8. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Terhadap Word of Mouth ... 41
Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Sikap Terhadap Word of Mouth ... 42
Tabel 10.Norma Kategorisasi ... 43
Tabel 11. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek Laki-laki ... 44
Tabel 12. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek Perempuan ... 44
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 45
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas ... 46
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini teknologi komunikasi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Teknologi komunikasi yang semakin maju
dan berkembang mampu memudahkan masyarakat untuk menjalin komunikasi
dengan orang lain. Salah satu teknologi komunikasi yang diminati masyarakat
adalah telepon seluler atau ponsel. Menurut data US Census Bureau, tercatat pada
tahun 2014 jumlah pengguna telepon seluler yang tersebar dari sabang sampai
merauke telah menembus angka kurang lebih 281 juta, sedangkan jumlah
penduduk Indonesia pada awal 2014 baru mencapai 251 juta jiwa
(metrotvnews.com). Hal ini berarti bahwa jumlah telepon seluler yang digunakan
oleh masyarakat di Indonesia melebihi jumlah keseluruhan penduduk di
Indonesia.
Seiring perkembangan jaman, teknologi yang terdapat dalam ponsel juga
semakin canggih. Ponsel tidak hanya digunakan untuk telepon dan mengirim
pesan, namun kini ponsel dapat digunakan untuk chating, browsing, email, mengambil gambar (foto) dan video. Karena kecanggihannya itu, saat ini ponsel
dijuluki sebagai Smartphone atau telepon pintar. Terdapat beberapa jenis model
beraneka ragam merek smartphone seperti Samsung, HTC, Sony, Lenovo, Asus yang berbasis android.
Menurut data yang diperoleh oleh eMarketer pengguna smartphone di
Indonesia pada akhir 2015 mencapai angka 55 juta (emarketer.com). Salah satu
jenis Smartphone yang digunakan dan diminati oleh masyarakat adalah
smartphone dengan merek Iphone yaitu smartphone yang diluncurkan pada tanggal 29 Juni 2007 oleh perusahaan asal Amerika yang bernama Apple Inc.
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Gartner, sejak tahun 2013 Iphone mulai
diminati oleh masyarakat di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 19 persen
(antaranews.com). Selain itu Tim Cook selaku CEO Apple mengatakan bahwa
saat ini mulai ada peningkatan jumlah pengguna iPhone baru yang sebelumnya
berstatus sebagai pengguna android.
Ketertarikan pada produk iPhone juga terjadi dikalangan mahasiswa di
kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada empat
orang responden yang memiliki produk iPhone menunjukkan bahwa ketiga
responden tersebut mendapatkan rekomendasi dari temannya agar membeli
iPhone, selain itu mereka juga beberapa kali sempat mencoba mengoperasikan
iPhone milik temannya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli
iPhone. Namun, satu dari keempat subjek wawancara mengatakan bahwa sebelum
membeli iPhone ia mencari-cari informasi mengenai spesifikasi iPhone di internet
terlebih dahulu tanpa meminta rekomendasi temannya karena sebagian besar
teman-temannya merupakan pengguna android. Berdasarkan hasil wawancara
sebelum membeli iPhone mereka mendapatkan rekomendasi dari temannya untuk
menggunakan iPhone.
Rekomendasi orang lain merupakan salah satu bentuk perilaku komunikasi
dari mulut ke mulut atau bisa disebut dengan Word of Mouth Communication
(WOM). Harrison - Walker (dalam Putri & Suhariadi, 2013) mengatakan bahwa
Word of Mouth merupakan komunikasi informal, antara seseorang komunikator non-komersial (bukan bagian dari perusahaan) dengan orang lain sebagai
penerima mengenai merek, produk, organisasi, atau jasa yang telah dirasakan.
Selain itu Assael (dalam Prinastiti,2012) juga mendefinisikan WOM sebagai
proses komunikasi yang dilakukan antara pemberi dan penerima pesan yang dapat
mengubah perilaku dan sikap dari sang penerima pesan.
Konsumen seringkali meminta pendapat mengenai produk dan jasa kepada
teman, keluarga, atau kelompok acuan lainnya. Proses komunikasi dengan
kelompok acuan dilakukan secara lisan atau bisa disebut juga sebagai word of mouth (Sumarwan, 2002). Dalam sebuah penelitian terhadap 7000 konsumen yang dilakukan di tujuh negara Eropa menemukan bahwa 60% konsumen
terpengaruh untuk menggunakan merek baru karena mendapat rekomendasi dari
keluarga dan teman-teman (Kotler, 2002). Selain itu, Boyd dan Larrenche (2000)
mengatakan bahwa ketika mengambil sebuah keputusan pembelian, konsumen
cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh orang terdekatnya daripada informasi
yang dipasang pada iklan komersial. Schiffman dan Kanuk (1997) mengatakan
bahwa dalam pengambilan keputusan, konsumen akan dihadapkan oleh perasaan
keputusan pembelian mereka . Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko
pembelian yang akan diterima, konsumen akan meminta saran dan rekomendasi
dari orang terdekat seperti teman, tetangga, atau keluarga (Boyd & Larrenche,
2000).
Rekomendasi merupakan salah satu bentuk dari perilaku WOM positif.
Zeithaml (dalam Prinastiti, 2012) mengatakan bahwa perilaku WOM positif ini
dapat terjadi karena konsumen merasa puas dengan produk yang diberikan.
Namun, apabila produk atau jasa yang diberikan dirasa biasa-biasa saja maka
konsumen akan cenderung diam dan tidak memberikan reaksi apapun. Hal ini
mungkin yang dirasakan oleh para pengguna iPhone yang menjadi sumber
referensi para subjek wawancara karena mereka merasa produk iPhone yang
dimilikinya bagus sehingga mereka melakukan perilaku WOM yang positif
dengan cara memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk membeli produk
iPhone.
Selain itu, menurut Hendriani (dalam Utami & Hanum, 2010) 78%
konsumen Indonesia lebih mempercayai apa yang dikatakan temannya mengenai
harga dan produk yang ditawarkan satu toko daripada mempercayai promosi atau
diskon harga yang dilakukan langsung oleh toko melalui leaflet dan flyer.
Banyaknya pilihan akan model dan jenis smartphone yang ditawarkan membuat
para konsumen harus menentukan pilihan atau mengambil keputusan. Keputusan
diambil melalui proses yang disebut sebagai proses pengambilan keputusan.
suatu proses dimana seseorang secara sadar menjatuhkan pilihan atas berbagai
alternatif tertentu setelah mengalami proses seleksi yang teliti.
Salah satu faktor lingkungan psikologi yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap (Schiffman & Kanuk, 2004).
Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif yang hanya akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual (Schiffman & Kanuk, 2004). Respon evaluatif berarti bahwa bentuk
reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi
dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk
nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2000).
Raluca (2012) menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan perilaku konsumen,
word of mouth memiliki dampak yang cukup besar dalam proses pembentukan sikap .Semakin banyak informasi yang diperoleh konsumen mengenai produk
atau jasa, lebih besar kemungkinan konsumen mereka akan membentuk sikap
terhadapnya, baik itu sikap positif maupun negatif (Schiffman & Kanuk, 2007).
Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990) menyatakan There are some tenacious difference between men and women in behavior. Terdapat perbedaan yang kuat dalam perilaku laki-laki dan perempuan. Konsumen laki-laki adalah
konsumen yang mudah dipengaruhi oleh nasehat yang baik serta argumentasi
yang obyektif. Sedangkan konsumen perempuan lebih mudah meminta pendapat
pada orang lain dan kurang obyektif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses
saran dan rekomendasi orang terdekat sedangkan konsumen laki-laki cenderung
lebih obyektif sehingga akan sulit untuk menerima saran dan rekomendasi dari
orang terdekat. Juliana dan Miftah (2014) juga menjelaskan bahwa laki-laki dan
perempuan memiliki perbedaan dalam hal cara memproses stimulus yang
diterima, alokasi waktu berbelanja, sumber informasi yang digunakan, interaksi
sosial, dan sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Chiao dan Yang (2010) mengenai niat beli
konsumen, menemukan bahwa perempuan sangat mengandalkan pada
rekomendasi orang lain dalam proses pembuatan keputusan pembelian.
Selanjutnya, penelitian dari Syed (dalam Juliana & Miftah,2014) menunjukkan
bahwa laki-laki lebih berani mengambil risiko dan lebih mengandalkan diri
sendiri dalam membuat keputusan pembelian daripada perempuan yang lebih
mengandalkan rekomendasi orang terdekat.
Disisi lain, jika dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
ditemukan bahwa sebagian besar responden baik itu laki-laki maupun perempuan
mengatakan bahwa mereka membeli iPhone karena mendapatkan rekomendasi
dari temannya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset Nielsen
juga menunjukkan bahwa 89% masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat
yang menganggap bahwa word of mouth merupakan iklan yang paling kredibel (blj.co.id). Raluca (2012) juga menjelaskan bahwa komunikasi word of mouth
memiliki pengaruh yang kuat dalam proses pengambilan keputusan konsumen
baik itu konsumen laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, peneliti tertarik
mouth apakah memang terdapat perbedaan antara konsumen laki-laki dan perempuan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “apakah ada perbedaan sikap terhadap Word Of Mouth (WOM)
pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin ?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan sikap
terhadap Word Of Mouth (WOM) pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis :
Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama mengenai
sikap konsumen terhadap komunikasi word of mouth berdasarkan jenis kelamin.
2. Manfaat Praktis :
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan
informasi bagi para praktisi marketing mengenai bagaimana sikap para
konsumen laki-laki dan perempuan terhadap komunikasi word of mouth.
8
BAB II
LANDASAN TEORI A. Sikap Terhadap Word of Mouth
1. Definisi Sikap
Sikap merupakan suatu respon evaluatif yang akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang
dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh peoses evaluasi
dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam
bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak
menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap objek sikap (Azwar, 2000).
Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari oleh individu
untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah
yang baik maupun yang kurang baik secara konsekuen (Swastha &
Handoko, 2000). Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan
bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu manifestasi sikap tidak
dapat diamati secara langsung, namun harus ditafsirkan terlebih dahulu
sebagai tingkah laku yang masih tertutup (Dayakisni & Hudaniah,
2006).
Teori mengenai sikap sendiri dikembangkan oleh Fishbein dan
penelitian sebelumnya mengenai sikap dan perilaku, dimana
muncul ketidakkonsistenan antara pengukuran sikap dan perilakunya.
Fokus utama dalam Theory of Reasoned Action adalah untuk melihat intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu. Dalam Theory of Reasoned Action terdapat dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku
tertentu. Sedangkan norma subjektif merupakan persepsi individu
terhadap tekanan sosial untuk melakukan perilaku tertentu (Fishbein &
Ajzen, 1975).
Penjelasan mengenai sikap sendiri menurut Ajzen (2005)
merupakan suatu disposisi untuk merespon secara positif atau negatif
suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh belief tentang konsekuensi dari sebuah perilaku, yang disebut sebagai behavioral beliefs dan setiap behavioral beliefs itu menghubungkan perilaku dengan hasil yang bisa didapat dari perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
Menurut Ajzen (2005) sikap ditentukan oleh evaluasi individu
mengenai hasil yang berhubungan dengan perilaku. Semakin individu
memiliki evaluasi positif terhadap suatu perilaku maka individu akan
cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut, namun sebaliknya semakin individu memiliki evaluasi negatif maka individu
Secara lebih spesifik, Myers (1983) mengartikan sikap sebagai
predisposisi terhadap suatu objek, termasuk kepercayaan, perasaan dan
kecenderungan perilaku. Baron dan Byrne (1984) mendefinisikan
sikap sebagai kumpulan perasaan, kepercayaan, dan kecenderungan
perilaku terhadap objek sikap, antara lain orang, ide, gagasan,
kelompok, dan lain-lain. Walgito (2003) juga mendefinisikan sikap
sebagai organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau
situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau
berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan sikap adalah respon evaluatif individu untuk
memberi kesimpulan baik itu respon memihak atau mendukung
(favorable) maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari organisasi kepercayaan seseorang mengenai objek tertentu, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan
memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau
berperilaku terhadap objek sikap tersebut.
2. Definisi Word of mouth
Menurut Word of Mouth Marketing Association pengertian dari
dibanding dengan informasi nonpersonal melalui iklan (Gremler &
Brown, 1994). Selain itu, Mowen dan Minor (2002) menjelaskan
bahwa word of mouth merupakan proses pertukaran informasi, komentar, pemikiran, dan ide-ide diantara dua konsumen atau lebih,
yang tak satupun dari mereka merupakan sumber pemasaran dari
produk atau jasa tersebut.
Pada awalnya, komunikasi word of mouth terjadi diantara para tetangga yang saling bertukar pikiran mengenai penawaran yang
diberikan oleh beberapa toko yang ada disekitar tempat tinggal mereka
(Whyte, 1954 dalam Shaikh 2014). Kemudian pada tahun 1955, Katz
Lazarsfeld menemukan bahwa komunikasi word of mouth tujuh kali lebih efektif dari iklan yang ada di surat kabar dan majalah, empat kali
lebih efektif daripada personal selling, dan lebih efektif dalam mempengaruhi konsumen untuk beralih dari merek satu ke merek
lainnya (Shaikh, 2014). Selain itu, komunikasi word of mouth juga dinilai sembilan kali lebih efektif dibandingkan dengan iklan dalam
kaitannya dengan mengubah sikap negatif konsumen menjadi positif
terhadap suatu produk (Day, 1971 dalam Shaikh 2014). Oleh karena
itu, word of mouth menjadi topik yang menarik untuk dipelajari dalam ilmu pemasaran selama beberapa dekade terakhir (Raluca,2012).
Arndt (1967) menjelaskan bahwa word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan antara penerima informasi dengan
mouth itu berbeda dengan iklan karena word of mouth melibatkan pertukaran pesan lisan secara singkat antara individu yang bersifat
independen bukan bagian dari pemilik produk atau jasa tersebut (Stern,
1994).
Menurut Yasvari, Ghassemi, dan Rahrovy (2012) word of mouth
merupakan cara yang tepat dan lebih kompetitif sebagai usaha sebuah
perusahaan untuk melakukan pemasaran produknya. Selain itu
menurut Bone (dalam Yasvari dkk, 2012) komunikasi Word of mouth
mampu mempengaruhi konsumen untuk mengevaluasi dan juga dapat
mempengaruhi niat beli konsumen terhadap suatu produk atau jasa.
Lovelock (2001) menekankan bahwa word of mouth merupakan pendapat dan rekomendasi yang dibuat oleh konsumen tentang
pengalamannya mengenai produk atau jasa, yang berpengaruh
terhadap keputusannya dalam melakukan pengambilan keputusan
pembelian.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan antara penerima informasi dengan pemberi informasi non-komersial
(bukan bagian dari perusahaan) yang memiliki pengalaman mengenai
produk atau jasa.
3. Definisi Sikap Terhadap Word of Mouth
Sikap merupakan respon evaluatif individu untuk memberi
maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari organisasi kepercayaan seseorang mengenai objek tertentu,
yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada
orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku terhadap objek
sikap tersebut.
Word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan antara penerima informasi dengan pemberi informasi
non-komersial (bukan bagian dari perusahaan) yang memiliki
pengalaman mengenai produk atau jasa.
Oleh karena itu, definisi sikap terhadap word of mouth
merupakan reaksi atau respon memihak atau mendukung (fa vorable) maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap
word of mouth.
4. Aspek-aspek Sikap
Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai
aspek. Dayakisni dan Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) membagi
sikap menjadi tiga, yaitu :
a. Aspek Kognitif
Aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang
dimiliki seseorang mengenai obyek sikapnya (Dayakisni &
Hudaniah, 2006) . Dari pengetahuan yang diperoleh oleh individu
sikap tersebut. Keyakinan ini akan membentuk suatu ide atau
gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek sikap
(Azwar, 2000).
b. Aspek Afektif
Aspek yang berhubungan dengan masalah emosional subyektif
atau perasaan seseorang baik itu senang dan tidak senang individu
mengenai obyek sikapnya (Dayakisni & Hudaniah, 2006). Reaksi
emosional ini dapat dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang
seseorang percayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi
objek (Azwar, 2000). Sehingga aspek ini bersifat evaluatif yang
berhubungan erat dengan nilai-nilai kebuadayaan ataui sistem nilai
yang dimilikinya (Dayakisni & Hudaniah, 2006).
c. Aspek Konatif
Aspek ini berisi tentang kecenderungan individu untuk memiliki
perilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang
(Azwar, 2000). Aspek ini menunjukan bagaimana perilaku atau
kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya (Dayakisni &
Hudaniah, 2006). Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa
kepercayaan dan perasaan sangat mempengaruhi perilaku individu
(Azwar, 2000).
5. Pembentukan Sikap
Ketika konsumen berusaha untuk memecahkan masalah atau
memuaskan kebutuhan, mereka mungkin membentuk berbagai sikap
baik itu sikap positif maupun negatif mengenai produk atas
keterbukaan konsumen terhadap informasi yang diterima. Menurut
Schifman dan Kanuk (2007), pada umumnya semakin banyak
informasi mengenai produk atau jasa yang diterima oleh konsumen
maka lebih besar kemungkinan konsumen akan membentuk sikap
terhadapnya baik itu positif atau negatif. Schifman dan Kanuk (2007)
juga menjelaskan bahwa pembentukan sikap konsumen sangat
dipengaruhi oleh :
a. Pengalaman Pribadi
Sarana utama terbentuknya sikap konsumen terhadap barang
dan jasa adalah melalui pengalaman langsung konsumen dalam
mencoba dan menilai barang tersebut secara langsung.
b. Keluarga dan Teman
Keluarga, teman-teman akrab dan orang yang dikagumi,
merupakan figur yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap
seseorang. Keluarga merupakan sumber pengaruh yang sangat
penting dalam pembentukan sikap karena melalui keluarga,
seseorang memperoleh berbagai nilai dasar dan keyakinan.
Para pemasar melakukan pemasaran langsung yang sangat
terfokus untuk membidik relung konsumen yang kecil dengan
berbagai produk dan jasa yang sesuai dengan minat dan gaya
hidup mereka.
d. Media Massa
Sumber informasi yang terdapat dalam koran, majalah, televisi,
internet dan bentuk media massa lain yang memuat informasi
penting guna mempengaruhi pembentukan berbagai sikap
konsumen.
6. Faktor-Faktor Word of mouth
Mowen & Minor (2002) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang
menyebabkan konsumen melakukan komunikasi Word of mouth, yaitu: 1) Kebutuhan Pengirim Informasi
a. Untuk membangkitkan Keberanian dan prestise.
b. Untuk menghapus kesalahan akibat pembelian.
c. Untuk menciptakan keterlibatan dengan masyarakat atau
kelompok yang diinginkan.
d. Untuk mendapatkan manfaat berwujud.
2) Kebutuhan Penerima Informasi
a. Untuk mencari informasi dari beberapa sumber yang dapat
dipercaya tentang produk yang ditawarkan.
b. Untuk menurunkan keinginan tentang kemungkinan risiko
c. Untuk menghabiskan waktu dalam pencarian informasi.
B. Jenis Kelamin
1. Definisi Jenis Kelamin
Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan
perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Fakih
(2012) menjelaskan bahwa jenis kelamin merupakan persifatan atau
pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis
yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Menurut Maccoby (dalam
Papalia, 2008) jenis kelamin merupakan perbedaan psikologis atau
perilaku antara perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin berkaitan
dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksi
sperma, sedangkan perempuan menghasilkan sel telur (Papalia, 2008).
Oleh karena itu, perbedaan biologis antara lalki-laki dan perempuan
tidak dapat ditukarkan diantara keduanya.
Menurut Keenan (dalam Papalia, 2008) sejak awal kehidupan,
individu sudah dapat dikatakan mempunyai jenis kelamin laki-laki atau
perempuan. Selain itu, Alice (dalam Santrock, 2007) juga menjelaskan
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang
bersifat substansial. Perbedaan jenis kelamin juga berkaitan dengan
kondisi sosial yang mengakibatkan perempuan memiliki kekuatan dan
kontrol yang lebih kecil dibanding laki-laki (Santrock, 2007). Laki-laki
wanita, sehingga laki-laki lebih dapat membangun sifat maskulin
sementara perempuan lebih dapat membangun sifat feminin.
Berdasarkan definsi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis
kelamin merupakan persifatan atau pembagian dua jenis kelamin
manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan.
2. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan
Bem (1981) menyatakan bahwa dalam perbedaan gender,
laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik sifat yang berbeda.
Laki-laki memiliki sifat percaya diri yang tinggi, suka
mempertahankan pendapat, mandiri, tegas berkepribadian kuat,
pemimpin yang kuat, analitis / suka menganalisis, dapat menjadi
pemimpin, mau mengambil resiko, mudah/cepat dalam mengambil
keputusan, dapat berdiri sendiri, dominan, maskulin, berpendirian
tetap,agresif, individualistis, kompetitif, dan ambisius. Sedangkan
perempuan memiliki sifat yang suka mengalah, periang, pemalu,
penuh kasih sayang, pandai merayu, setia, feminin, bersimpati
kepada orang lain, sensitif terhadap kebutuhan orang lain,
pengertian, mudah terharu/ kasihan, dapat mengatasi sakit hati,
mudah tertipu, dan lemah lembut.
Selain itu, Unger (dalam Ervita, 2002) menyatakan bahwa
laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan emosional dan
agresif, independen, lebih aktif, lebih kompetitif, suka
berpetualang, selalu tampil sebagai pemimpin, tidak canggung
dalam berpenampilan, tidak emosional, dapat menyembunyikan
emosi, tidak mudah tersinggung, penuh rasa percaya diri, mampu
membedakan antara rasa dengan rasio, obyektif, tidak mudah
terpengaruh, lebih logis, pemikiran lebih unggul, dan memahami
seluk beluk perkembangan dunia.
Sebaliknya, perempuan memiliki karakteristik sifat yang
tidak begitu agresif, kurang independen, pasif, kurang kompetitif,
kurang suka berpetualang, tidak umum tampil sebagai pemimpin,
canggung dalam berpenampilan, lebih emosional, mudah
tersinggung, kurang percaya diri, sulit membedakan antara rasa
dengan rasio, lebih subyektif, mudah terpengaruh, kurang logis,
kurang berterus terang, pemikiran kurang unggul dan kurang
memahami seluk beluk perkembangan dunia.
Coei (dalam Papalia, 2008) juga mengungkapkan bahwa
perempuan lebih memiliki rasa empati dan sosial, selain itu
perempuan juga lebih patuh dan kooperatif dibandingkan dengan
laki-laki. Secara kognitif perempuan cenderung lebih baik dalam
tugas verbal dibandingkan laki-laki (Papalia, 2008). Selain itu
dalam menceritakan pengalamannya, perempuan juga lebih detail
dibandingkan dengan laki-laki, dan perempuan cenderung lebih
C. Pengguna iPhone
iPhone merupakan salah satu produk smartphone yang dikeluarkan
oleh perusahaan asal Amerika bernama Apple Inc pada tanggal 29 Juni
2007. Pada mulanya iPhone dirancang oleh armut Esslinger, seorang
perancang teknologi yang membantu mengembangkan komputer portabel
pertama Apple, IIC. Awalnya generasi iPhone pertama masih berbentuk
telepon rumah dan layar monochrome dan bisa dikontrol menggunakan stylus. Layar inilah yang menjadi cikal bakal touchscreen pada iPhone dan iPad saat ini (www.plimbi.com).
Ketika diperkenalkan pertama kali, iPhone dianggap sebagai salah
satu inovasi ponsel terbesar yang pernah ada. Selain itu iPhone merupakan
produk andalan yang diproduksi oleh Apple Inc karena menjadi produk
yang paling banyak diminati daripada produk Apple lainnya seperti iPad,
iPod, Macbook, dan Apple Watch (www.gadgetplus.id). Karena menjadi
produk andalan, perkembangannya pun dari tahun ketahun terus
mengalami peningkatan. Menurut dailysocial.id (2016) sejak tahun 2007
sampai sekarang, iPhone telah berhasil mengeluarkan jenis ponsel
sebanyak delapan seri mulai dari iPhone 2G hingga yang terbaru yaitu seri
iPhone 7.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengguna memiliki arti
yaitu orang yang menggunakan. Selain itu menurut KBBI, konsumen juga
jasa hasil produksi. Menurut Kotler (1989) konsumen adalah semua orang
yang membeli atau menerima barang dan jasa bagi konsumen pribadi.
Sedangkan Poerwadarminto (Mangkunegaran, 2004) menyatakan bahwa
konsumen adalah pemakai barang-barang industri dan bahan makanan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengguna
iPhone merupakan semua orang yang membeli dan menggunakan segala
jenis produk iPhone mulai dari iPhone seri 2G hingga yang terbaru yaitu
iPhone seri 6+.
D. Perbedaan Sikap Terhadap Word of mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin
Salah satu faktor lingkungan psikologi yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap. Sikap dikatakan
sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi
individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan
sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri
individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai
baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang
kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,
2000).
Selain itu, menurut Thurstone (dalam Azwar 2005) sikap merupakan
simbol, prase, slogan, orang, institusi, gagasan, atau ide. Baron dan Byrne
(1984) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan perasaan, kepercayaan,
dan kecenderungan perilaku terhadap objek sikap, antara lain orang, ide,
gagasan, kelompok, dan lain-lain. Azwar (2000) membagi sikap menjadi
tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif. Aspek kognitif
merupakan keyakinan individu yang akan membentuk suatu ide atau
gagasan mengenai sifat dan karakteristik obyek tertentu. Kemudian, aspek
afektif merupakan perasaan emosional baik senang atau tidak senang
individu mengenai obyek sikapnya yang dipengaruhi oleh keyakinan
seseorang terhadap obyek tertentu. Sedangkan aspek konatif sendiri
merupakan kecenderungan perilaku individu berkaitan dengan objek sikap
yang dihadapi.
Rekomendasi orang lain merupakan salah satu bentuk perilaku
komunikasi dari mulut ke mulut atau bisa disebut dengan Word of Mouth
(WOM). Perilaku komunikasi word of mouth memiliki peran penting dalam proses pembentukan sikap konsumen dan pada saat yang sama,
perilaku word of mouth ini dapat menjadi stimulus yang kemudian akan direspon menjadi suatu tindakan tertentu (Raluca, 2012). Menurut
Sumarwan (2002), konsumen seringkali meminta pendapat mengenai
produk dan jasa kepada teman, keluarga, atau kelompok acuan lainnya.
Proses komunikasi dengan kelompok acuan dilakukan secara lisan atau
Word of mouth dinilai sebagai strategi pemasaran yang sangat efektif karena dapat langsung menimbulkan efek kepada calon konsumen
(Yasvari dkk, 2012). Masyarakat di Indonesia sendiri menurut penelitian
yang dilakukan oleh lembaga riset Nielsen merupakan masyarakat yang
sangat mempercayai komunikasi word of mouth (blj.com). Dari 47 negara yang diteliti oleh Nielsen, Indonesia berada diperingkat tiga setelah
Hongkong dan Taiwan (blj.com).
Disisi lain, Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990) menyatakan
bahwa konsumen laki-laki dan konsumen perempuan itu memiliki sifat
dan karakteristik yang berbeda. Dalam melakukan pengambilan
keputusan, konsumen perempuan dinilai sangat mudah dipengaruhi oleh
rekomendasi yang disampaikan oleh orang-orang terdekatnya. Sedangkan,
konsumen laki-laki dinilai sangat sulit untuk dipengaruhi bahkan oleh
orang-orang terdekatnya (Segal dkk, 1990). Penelitian dari Syed (dalam
Juliana & Miftah,2014) juga menunjukkan bahwa dalam melakukan
proses pengambilan keputusan, laki-laki lebih berani mengambil risiko
dan lebih mengandalkan diri sendiri dalam membuat keputusan pembelian
daripada perempuan yang lebih mengandalkan rekomendasi orang
terdekat.
Schifman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa pada umumnya
semakin banyak informasi mengenai produk atau jasa yang diterima oleh
konsumen maka lebih besar kemungkinan konsumen akan membentuk
sifat yang dimiliki antara konsumen laki-laki dan perempuan, maka dapat
diduga bahwa konsumen laki-laki cenderung bersikap negatif atau
E. Skema Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Keyakinan yang dimiliki oleh individu terhadap informasi yang disampaikan melalui komunikasi
word of mouth.
Perasaan senang yang muncul setelah mendapatkan informasi yang disampaikan melalui komunikasi
word of mouth.
Kecenderungan perilaku yang positif setelah mendapatkan informasi dari komunikasi word of mouth.
Sikap Positif Terhadap Word of Mouth
Keraguan yang dimiliki individu
terhadap informasi yang
disampaikan melalui komunikasi
word of mouth.
Individu merasa tidak / kurang senang setelah mendapatkan informasi yang disampaikan melalui komunikasi word of mouth.
Individu cenderung menunjukkan perilaku yang tidak suka / menolak setelah mendapatkan informasi dari komunikasi word of mouth.
F. Hipotesis Penelitian
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif yang
memiliki tujuan untuk mengetahui dan membandingkan apakah ada
perbedaan sikap terhadap word of mouth pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.
B. IDENTIFIKASI VARIABEL
Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel tergantung (Kerlinger, 2003).
1. Variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai kemunculan
variabel terikat yang dipandang (diduga) sebagai akibatnya.
Variabel bebas : Jenis kelamin, yaitu pengguna iPhone laki-laki dan
perempuan.
2. Variabel tergantung adalah akibat yang dipradugakan, yang bervariasi
mengikuti perubahan atau variasi variabel bebas.
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Sikap Terhadap Word of Mouth\
Sikap terhadap word of mouth merupakan reaksi atau respon individual berdasarkan pengalaman subjektif para pengguna iPhone
terhadap komunikasi word of mouth. Aspek-aspek yang digunakan dalam skala penelitian, dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengukur sikap
terhadap word of mouth, antara lain aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Semakin tinggi skor total pada skala sikap terhadap word of mouth
menunjukkan sikap positif yang dimiliki para pengguna iPhone terhadap
word of mouth. Sebaliknya, semakin rendah skor total pada skala sikap terhadap word of mouth menunjukkan sikap negatif yang dimiliki para pengguna iPhone.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan
perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Identitas
subjek didapatkan dari kolom identitas pada kuisioner penelitian.
D. POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
yang setidaknya mempunyai satu ciri-ciri atau sifat yang sama. Dapat
disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan unit di mana hasil
penelitian akan digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah para
pengguna iPhone yang berusia 20 hingga 40 tahun karena menurut Santrock
(2002) ketika memasuki usia 20 tahun atau pada masa dewasa awal, individu
memiliki peran dan tanggung jawab yang bertambah besar. Secara ekonomi
individu harus mulai mandiri dan dalam mengambil sebuah keputusan pun
individu harus lebih mandiri karena pada masa ini seseorang mulai
mendapatkan pekerjaan.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dengan kata lain, sampel merupakan subjek penelitian yang
dapat mewakili dari seluruh populasi penelitian. Sampel yang diambil dari
populasi harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2011). Senada dengan itu,
Noor (2011) mengatakan bahwa sampel merupakan jumlah elemen secukupnya
dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang
sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisirkan sifat
atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini didapat dengan teknik convinence sampling. Menurut Noor (2011) convinence sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan dalam mendapatkan subjek penelitian.
Seseorang diambil sebagai sampel karena secara kebetulan orang tersebut
E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
1. Skala Sikap Terhadap Word of mouth
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan skala sikap terhadap word of mouth. Penyusunan skala sikap terhadap word of mouth ini dibuat berdasarkan aspek-aspek sikap yang telah diuraikan oleh Dayaksini
dan Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) yaitu, aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek konatif.
Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Dalam skala Likert, subjek akan diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannyaa terhadap isi pernyataan dalam
empat macam kategori jawaban. Empat kategori tersebut yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS). Keempat kategori tersebut dinilai 1-4 berdasarkan penolakan
atau dukungan terhadap isi pernyataan. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan empat kategori jawaban dan menghilangakan kategori
jawaban netral dikarenakan untuk menghindari timbulnya central tendency effect (Supratiknya, 2014).
Central tendency effect adalah kemungkinan subjek untuk memilih jawaban yang sifatnya netral atau ditengah. Jawaban netral atau
ditengah dapat menimbulkan central tendency effect terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya
menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi
banyaknya informasi yang dapat dijaring responden (Hadi, 1991).
Pendapat serupa juga dinyatakan Supratiknya (2014) bahwa
penggunaan 4 respon jawaban dan menghilangkan alternatif jawaban
Netral dapat dilakukan oleh peneliti dengan alasan untuk menghilangkan central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban aman. Selain itu maksud dari kategori jawaban “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak
Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju” adalah untuk melihat
kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.
2. Penyusunan Aitem Pernyataan
Penyusunan aitem pada skala sikap dibuat oleh peneliti
berdasarkan aspek-aspek sikap yang disusun oleh Dayaksini dan
Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) yaitu, aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek konatif. Skala sikap terhadap word of mouth terdiri dari 30 aitem dengan 15 aitem bersifat favorable (aitem yang mendukung atribut yang diukur) dan 15 aitem bersifat unfavorable
(aitem yang tidak mendukung atribut yang sedang diukur).
3. Pemberian Skor Skala
Pemberian skor skala sikap terhadap word of mouth, pada aitem
favorable bergerak dari skor 4 hingga 1. Sedangkan pada aitem
Tabel 1. Skor Berdasarkan Jawaban
Kategori Jawaban Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
4. Distribusi Aitem Sebelum Uji Coba
Sikap terhadap word of mouth diukur melalui skala sikap terhadap
word of mouth. Skala ini menunjukkan tingginya sikap para pengguna iPhone terhadap word of mouth, yang mencakup 3 aspek sikap terhadap pemberian kompensasi finansial, antara lain aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek konatif. Adapun tabel sebaran aitem dari skala sikap
terhadap pemberian kompensasi finansial adalah sebagai berikut:
Berikut ini merupakan tabel distribusi aitem pada skala sikap
terhadap word of mouth sebelum uji coba:
Tabel 2.Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Word of mouth Sebelum Uji Coba
Aspek No Aitem Total Aitem
Favorable Unfavorable
Kognitif 12, 13, 18, 26, 33, 35, 37 2, 6, 7, 11, 23, 25, 31 14
Afektif 10, 14, 15, 22, 38, 39, 40 4, 19, 20, 21, 24, 29, 41 14
Konatif 16, 17, 30, 32, 34, 42, 36 1, 3, 5, 8, 9, 27, 28 14
Total 21 21 42
F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Aitem
Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang saling berkaitan
dalam membuat suatu alat ukur yang berkualitas. Dengan demikian, alat
ukur ini akan dapat menunjukkan baik atau buruknya suatu penelitian. Oleh
karena itu, uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan sebelum suatu alat
ukur digunakan dalam suatu penelitian. Hal tersebut bertujuan agar alat
yang digunakan dalam penelitian ini menjadi akurat dan dapat dipercaya.
a. Validitas
Validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes atau instrumen
dapat dikatakan memilliki validitas tinggi apabila instrumen tersebut
mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang
tepat dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengetesan
tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah
(Azwar, 2003).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode validitas isi
(content validity). Validitas isi adalah suatu proses pemeriksaan yang menunjukkan sejauh mana isi suatu alat ukur atau instrumen
mencerminkan hal-hal yang hendak diukur. Validitas isi merupakan
validitas yang diestimasi lewat pengujian alat ukur yang ditentukan
professional judgement maka dilakukan analisis logis terhadap butir-butir aitem untuk menetapkan sejauh mana butir-butir-butir-butir aitem yang telah
dibuat dan dikembangkan dapat mencerminkan hal-hal yang hendak
diukur. Dengan demikian sebelum dilakukan uji coba aitem, validitas isi
dalam penelitian ini telah dilakukan koreksi oleh orang yang telah
dianggap ahli, dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing
skripsi.
b. Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan untuk melihat dan memilih aitem-aitem
mana yang lolos seleksi untuk dipakai dalam proses pengambilan data
penelitian. Dalam memilih aitem agar diperoleh aitem yang akurat,
maka menggunakan daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya
diskriminasi aitem yaitu sejauh mana aitem mampu membedakan antar
individu maupun kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki
atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan
indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi
skala secara keseluruhan yang dikenal dengan korelasi aitem total
(Azwar, 2011).
Untuk memilih aitem berdasarkan korelasi aitem totalnya maka
digunakan batasan rix ≥ 0,30. Setiap aitem yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 maka aitem tersebut dianggap memuaskan
(Azwar, 2010). Oleh karena itu, aitem-aitem yang gugur pada uji coba
2016 dengan subjek sebanyak 30 pengguna iPhone (15 pengguna
laki-laki dan 15 pengguna perempuan) sebagai berikut :
Tabel 3.Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM Sebelum Uji
Coba dan Setelah Uji Coba
Aspek
No Pertanyaan
Sebelum Uji Coba Aitem Yang
Gugur
Berdasarkan penghitungan tersebut, koefisien korelasi total (rix)
berkisar dari 0,303 – 0,870. Oleh karena itu, dari 42 aitem yang telah
disusun terdapat 12 aitem yang gugur. Aitem-aitem tersebut adalah 1,
12, 13, 19, 23, 25, 29, 30, 38, 41, 42.
Berikut ini distribusi data setelah uji coba dan untuk digunakan
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM
Aspek No Aitem Total
Aitem
Favorable Unfavorable
Kognitif 18, 26, 33, 35, 37 2, 6, 7, 11, , 31 10
Afektif 10, 14, 15, 22, 39,
40
4, 20, 21, 24 10
Konatif 16, 17, 32, 36 3, 5, 8, 9, 27, 28 10
Total 15 15 30
c. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tersebut relatif
konsisten. Suatu hasil penelitian hanya dapat dipercaya bila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subjek
yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur
dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2010).
Untuk menilai apakah skala sikap terhadap word of mouth yang disusun peneliti merupakan skala yang reliabel maka peneliti menguji
skala tersebut dengan menggunakan teknik koefisiensi Alpha Cronbach
dalam program SPSS 23 for windows. Berdasarkan hasil try out, sebelum seleksi aitem skala sikap terhadap word of mouth memiliki jumlah aitem sebanyak 42 aitem dengan koefisien relliabilitas sebesar
skor koefisien reliabilitas skala sikap terhadap word of mouth menjadi 0,955. Kemudian dilakukan pengguguran manual untuk
menyeimbangkan jumlah aitem pada setiap aspek, maka jumlah aitem
menjadi 30 aitem dengan skor koefisien reliabilitas skala sikap terhadap
word of mouth menjadi 0,956.
Tabel 5.Koefisien Alpha Cronbach Skala Sikap Terhadap Word of Mouth
G. Metode Analisi Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah
data penelitian yang dilakukan berasal dari populasi yang
sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji asumsi normalitas dapat
dilakukan dengan menggunakan analisi Kolmogorov – Smirnov pada program analisi statistik SPSS. Jika nilai p lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara
signifikan dan memiliki sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p
dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran data
yang normal (Santoso, 2010).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua
atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan varian yang
sama. Selain itu, uji homogenitas juga dilakukan untuk mengetahui
varian dari kelompok (Santoso, 2010). Santoso (2010) mengatakan
bahwa asumsi homogenitas terpenuhi apabila nilai p lebih besar
daripada 0,05 (p > 0,05).
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan nilai mean pada skor skala sikap terhadap word of mouth dari kelompok penggguna iPhone laki-laki dengan kelompok pengguna iPhone perempuan. Independent sample t-test digunakanan apabila uji normalitas yang dilakukan memperolah hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang
dimiliki sebaran data yang normal. Namun, jika berdasarkan hasil uji
normalitas diperoleh hasil yang menunjukkan persebaran data yang
tidak normal, maka untuk uji beda dilakukan dengan menggunakan
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 8 Juli
2016 sampai 31 agustus 2016. Subjek penelitian adalah para pengguna
iPhone baik itu perempuan maupun laki-laki. Subjek yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini diambil dari berbagai tempat dimana peneliti
menemukan pengguna iPhone yang sesuai dengan kriteria yaitu laki-laki
dan perempuan dengan usia 20 sampai 40 tahun.
Penelitian dilakukan dengan menyebar 200 skala sikap terhadap word of mouth yang telah disusun oleh peneliti. Skala yang kembali adalah 188 skala. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 94 konsumen laki-laki dan
94 konsumen perempuan.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Data keseluruhan berasal dari 188 responden dan semuanya layak
untuk dianalisis. Dari data responden tersebut diketahui karakteristik usia
dan status pekerjaan responden. Berikut merupakan deskripsi responden
Tabel 6. Data Karakteristik Usia Responden
Usia Laki-laki Perempuan Total
20 – 25 88 85 173
26 – 30 4 3 7
31 – 35 1 4 5
36 – 40 1 2 3
Jumlah 94 94 188
Berdasarkan hasil pada tabel 6, subjek dalam penelitian ini
berjumlah 188 subjek yang terdiri dari 94 subjek laki-laki dan 94 subjek
perempuan. Sebagian besar subjek pada penelitian ini berada pada rentang
usia 20 – 25 yaitu 173 subjek yang terdiri dari 88 subjek laki-laki dan 85
subjek perempuan. Kemudian subjek pada usia 26 – 30 tahun berjumlah 7
subjek yang terdiri dari 4 subjek laki-laki dan 3 subjek perempuan. Pada
usia 31 – 35 tahun terdapat 5 subjek yang terdiri dari 1 subjek laki-laki dan
4 subjek perempuan. Sedangkan pada usia 36 – 40 tahun terdapat 3 subjek
yang terdiri dari 1 subjek laki-laki dan 2 subjek perempuan.
Tabel 7. Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan
Status Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah Total
Bekerja Laki – Laki 37
Perempuan 14
51
Mahasiswa Laki – laki 57
Perempuan 80
137
Berdasarkan hasil pada tabel 7, terdapat 137 subjek yang memiliki
status mahasiswa yang terdiri dari 57 subjek berjenis kelamin laki-laki dan
80 subjek berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk subjek yang
bekerja, terdapat 51 subjek yang bekerja terdiri dari 37 subjek berjenis
kelamin laki-laki dan 14 subjek berjenis kelamin perempuan.
C. Deskripsi Data Penelitian
1. Perbandingan Mean
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah sikap
terhadap word of mouth yang dimiliki subjek tergolong pada kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan melakukan perbandingan antara nilai
mean teoritis dan mean empiris pada variabel sikap terhadap word of mouth.
Berikut adalah hasil analisis deskriptif sikap terhadap word of mouth: Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Terhadap Word of Mouth
Sikap
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 8, variabel sikap
terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek laki-laki memiliki nilai mean empiris sebesar 88,16 yang lebih besar daripada nilai mean
ini sikap terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek laki-laki memiliki nilai yang tergolong tinggi.Selain itu, pada subjek perempuan
diketahui nilai mean empiris 82,72 yang lebih besar dari nilai mean
teoritis yaitu sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini
sikap terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek perempuan memiliki nilai yang tergolong tinggi.
Uji one sample t-test dilakukan untuk melihat lebih lanjut perbedaan signifikan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel sikap
terhadap word of mouth. Berikut hasil uji one sample t-test variabel sikap terhadap word of mouth :
Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Sikap Terhadap Word of Mouth
Test Value = 75 teoritis dengan mean empiris variabel sikap terhadap word of mouth
memiliki perbedaan yang signifikan, dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (p < 0,05). Halini menegaskan bahwa subjek
penelitian kedua kelompok pada penelitian ini memiliki sikap terhadap
2. Kategorisasi
Kategorisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini digunakan
untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut kontimun yang didasarkan pada
atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga
kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah (Azwar, 2012). Norma kategori
skor dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 10.Norma Kategorisasi
Skor Kategorisasi
(μ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi
(μ - 1,0 σ) ≤ X < (μ + 1,0 σ) Sedang
X < (μ - 1,0 σ) Rendah
Keterangan:
μ = Mean Teoritik σ = Standar Deviasi
Pada tabel deskripsi data penelitian (lihat tabel 8) diketahui bahwa
nilai skor mean teoritis dan standar deviasi pada kelompok laki-laki sebesar 75 dan 12 (dibulatkan) . Maka sikap terhadap word of mouth
para pengguna iPhone yang berjenis kelamin laki-laki dapat
Tabel 11. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek
Laki-laki
Sikap
WOM
laki-laki
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentasi
87 ≤ X Tinggi 42 44, 68 %
63 ≤ X < 87 Sedang 52 55, 32 %
X < 63 Rendah - -
Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa
terdapat 42 atau 44,68% subjek pada kategori tinggi, 52 atau 55,32%
dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang masuk dalam
kategori rendah.
Sedangkan untuk kelompok subjek perempuan sendiri diketahui nilai
skor mean teoritis sebesar 75 dan standar deviasi sebesar 7 (dibulatkan). Oleh karena itu, sikap terhadap word of mouth para pengguna iPhone yang berjenis kelamin perempuan dapat dikategorikan
sebagai berikut:
Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentasi
82 ≤ X Tinggi 51 56,04 %
68 ≤ X < 82 Sedang 42 54,68 %
Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa
terdapat 51 atau 56,04% subjek pada kategori tinggi, 42 atau 54,68%
dalam kategori sedang, dan 1 atau 1,06% subjek dalam kategori rendah.
D. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah
data penelitian yang telah dilakukan berasal dari populasi yang
sebarannya normal (Santoso, 2010).
Berikut merupakan hasil uji normalitas pada data penelitian
ini:
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas
Sikap Terhadap Word of Mouth
Kolmogorov –
Smirnov
Saphiro - Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Laki-laki .215 94 .000 .860 94 .000
Perempuan .074 94 .200 .982 94 .209
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 13, diketahui
bahwa persebaran data pada pengguna iPhone yang berjenis
kelamin laki-laki tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai signifikansi pada pengguna iPhone laki-laki sebesar
perempuan diketahui memiliki distribusi yang normal. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada pengguna iPhone
perempuan sebesar 0,200 (p > 0,05).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua
atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan variansi
yang sama (Santoso, 2010).
Berikut ini adalah hasil uji homogenitas pada penelitian ini:
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas
Levene’s Test for Equality
Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 6, nilai F yang didapat
adalah 11, 947 dan nilai p = 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa
asumsi homogenitas tidak dipenuhi (p < 0,05), yaitu ada perbedaan
varians dalam kedua kelompok tersebut sehingga data diasumsikan
tidak homogen. Menurut Santoso (2010) pelanggaran asumsi dalam
uji homogenitas dapat terjadi jika membandingkan kelompok
penelitian ini tetap dapat diuji jika ukuran sampel antar kelompok
cukup seimbang.
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov – Smirnov, diperoleh
hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang dimiliki tidak
normal (p < 0,05). Santoso (2012) mengatakan jika persebaran data
tidak normal maka sebaiknya menggunakan metode statistik
nonparametrik.
Uji Mann – Whitney U Test digunakan untuk menguji dua sampel bebas pada statistik nonparametrik (Santoso, 2012). Santoso (2012)
menambahkan , pengujian dengan Mann – Whitney U Test memiliki tujuan yang sama dengan uji t, yaitu untuk mengetahui apakah dua buah sampel bebas berasal dari populasi yang sama atau tidak.
Tabel 15. Hasil Uji Mann – Whitney U Test
Syarat yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara dua mean
yaitu nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05 (p < Sikap Terhadap
Word of Mouth
Mann – Whitney U 3274,000
Wilcoxon W 7739,000
Z -3,071