• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan sikap terhadap Word of Mouth pengguna Iphone ditinjau dari jenis kelamin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan sikap terhadap Word of Mouth pengguna Iphone ditinjau dari jenis kelamin"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP WORD OF MOUTH PENGGUNA IPHONE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Adolfus Aditya Vira Febrianto 119114103

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

BERHENTILAH MENGHAKIMI

KAU TAHU NAMAKU TAPI TIDAK DENGAN CERITAKU

-Demi Lovato-

KITA TIDAK PERLU TAU NAMANYA, CUKUP MENGINGAT KEBAIKAN ORANG ITU MAKA KITA

AKAN SELALU INGAT DENGAN ORANG ITU

-Negeri Van Oranje-

JANGAN KEBANYAKAN MELIHAT YANG DIATAS, ENTAR KELILIPAN.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Mama dan Papa yang memberikan kasih saying dan semangat

Mbak Pita yang selalu cerewet dalam segala hal

Dio yang selalu cuek

(6)
(7)

vii

PERBEDAAN SIKAP TERHADAP WORD OF MOUTH PADA PENGGUNA IPHONE DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

Adolfus Aditya Vira F ebrianto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap word of mouth yang dialami oleh pengguna iPhone yang ditinjau dari jenis kelamin. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan sikap terhadap word of mouth antara pengguna iPhone laki-laki dengan pengguna iPhone perempuan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 188 orang, diantaranya 94 pengguna iPhonelaki-lakidan 94 pengguna iPhone perempuan. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap word of mouth yang disusun oleh peneliti sendiri. skala sikap terhadap word of mouth

memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,956. Hasil analisis deskriptif data menunjukkan mean empiris pada pengguna iPhone laki-laki dan pengguna iPhone perempuan sebesar 88,16 dan 82,72 lebih besar dari mean teoritis sebesar 75, dengan p = 0,000 (p < 0,05). Teknik analisis data menggunakan uji U (U-test). Hasil penelitian diperoleh 0,002 (p < 0,05) yang artinya ada perbedaan yang signifikan sikap terhadap word of mouth pada pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.

(8)

viii

THE DIFFERENCES ATTITUDE TOWARD WORD OF MOUTH ON ON THE USER’S IPHONE IN TERMS OF GENDER

Adolfus Aditya Vira F ebrianto

ABSTRACT

This research aimed to comprehend significant difference attitude toward word of mouth on iphone users in review of sex. The hypothesis of this study is there are significant differences between the attitudes toward word of mouth male iPhone users with female iPhone users. Subjects in this study amounted to 188 people, including 94 iPhone users male and 94 female iPhone users. Data collection tools in this study using a scale of attitude toward the word of mouth compiled by the researchers themselves. scale attitude toward the word of mouth has a reliability coefficient of 0.956. Descriptive analysis of data showed a mean empirical iPhone users male and female iPhone users amounted to 88.16 and 82.72 is greater than the theoretical mean of 75, with p = 0.000 (p <0.05). Data were analyzed using the U test (U-test). The research result was 0.002 (p <0.05), which means there is a significant difference attitude toward the word of mouth on the user's iPhone in terms of gender.

(9)
(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Yesus Kristus atas rahmat dan

berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul

“Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin”. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir dan

memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak serta dukungan yang diperoleh dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widianto, M.Si. Selaku Dekan Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si Selaku Kepala Program Studi

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Debri Pristinella, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan dukungan dan motivasi selama berkuliah di

Fakultas Psikologi.

4. Bapak T.M Raditya Hernawa M.Psi. selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang selalu memberikan dukungan, nasehat, kritik dan saran

serta diskusi yang sangat membantu dalam pengerjaan skripsi hingga

dapat selesai dengan baik.

(12)

xii

memberikan banyak ilmu serta nilai-nilai kehidupan.

6. Seluruh karyawan dan staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma atas segala bantuan yang diberikan.

7. Seluruh subjek penelitian yang telah meluangkan waktunya untuk

mengisi kuisioner.

8. Papa dan Mama yang telah mengorbankan seluruh waktu dan

energinya untuk penulis selama ini.

9. Mbak Pita yang selalu memberikan motivasi dan nasehat kepada

penulis. Suwun mbak nek kowe mbelani adikmu sing kuliahe suwe iki!

10.Dio, adik yang selalu cuek kepada penulis namun selalu membuat

penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan kuliahnya.

11.Seluruh keluarga besar dari Mama dan Papa yang selalu bertanya

kepada penulis “ Kok rung lulus –lulus dit?”

12.Teman-teman Psynema Mondri, Panjul, Gusbay, Yatim,Brandan, Mbak

Gita, Vinsul, Anoy, Ajik, Natan, Vico, Apo, Olga, Tammy, April, Beni,

Grego, Yosua, Mer, dan Fonsa yang sudah menjadi teman selama

berkarya dalam membuat film di Fakultas Psikologi.

13.Teman-teman 9114 Scooterist dan Gass Sumbawa Bayu, Daniel, Anoy,

Ajik, Widek, Kunto, Sikak, Gencet, Yuda, Gempol, Bendot, Haha,

Boni, Greg, Tole, Made, Jontit, Pamela, Sucek, Della, Kiplek, Gunam

yang telah menjadi teman disaat kampus terasa sepi dan memberikan

(13)
(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ASBTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Sikap Terhadap Word of Mouth ... .8

1. Definisi Sikap ... .7

2. Definisi Word of Mouth ... …8

(15)

xv

2. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan ... ..18

C. Pengguna Iphone ... ..20

D. Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin ... .21

E. Skema Penelitian ... .25

F. Hipotesis... ...26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. JenisPenelitian ... 27

2. Penyusunan Aitem Pertanyaan ... 31

3. Pemberian Skor Skala ... 31

4. Distribusi Aitem Sebelum Uji Coba ... 32

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Aitem ... 33

(16)

xvi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 39

C. Deskripsi Data Penelitian ... 41

D. Hasil Analisis Data ... 45

E. Pembahasan ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Berdasarkan Jawaban ... 32

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Word of mouth ... 32

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM Sebelum Uji Coba dan Setelah Uji Coba ... 35

Tabel 4. DistribusiAitem Skala Sikap Terhadap Word of Mouth ... 36

Tabel 5. Koefisien Alpha Cronbach Skala Sikap Terhadap Word of Mouth ... 37

Tabel 6. Data Karakteristik Usia Responden ... 40

Tabel 7. Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan ... 40

Table 8. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Terhadap Word of Mouth ... 41

Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Sikap Terhadap Word of Mouth ... 42

Tabel 10.Norma Kategorisasi ... 43

Tabel 11. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek Laki-laki ... 44

Tabel 12. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek Perempuan ... 44

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ... 45

Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas ... 46

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini teknologi komunikasi telah menjadi sesuatu yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Teknologi komunikasi yang semakin maju

dan berkembang mampu memudahkan masyarakat untuk menjalin komunikasi

dengan orang lain. Salah satu teknologi komunikasi yang diminati masyarakat

adalah telepon seluler atau ponsel. Menurut data US Census Bureau, tercatat pada

tahun 2014 jumlah pengguna telepon seluler yang tersebar dari sabang sampai

merauke telah menembus angka kurang lebih 281 juta, sedangkan jumlah

penduduk Indonesia pada awal 2014 baru mencapai 251 juta jiwa

(metrotvnews.com). Hal ini berarti bahwa jumlah telepon seluler yang digunakan

oleh masyarakat di Indonesia melebihi jumlah keseluruhan penduduk di

Indonesia.

Seiring perkembangan jaman, teknologi yang terdapat dalam ponsel juga

semakin canggih. Ponsel tidak hanya digunakan untuk telepon dan mengirim

pesan, namun kini ponsel dapat digunakan untuk chating, browsing, email, mengambil gambar (foto) dan video. Karena kecanggihannya itu, saat ini ponsel

dijuluki sebagai Smartphone atau telepon pintar. Terdapat beberapa jenis model

(19)

beraneka ragam merek smartphone seperti Samsung, HTC, Sony, Lenovo, Asus yang berbasis android.

Menurut data yang diperoleh oleh eMarketer pengguna smartphone di

Indonesia pada akhir 2015 mencapai angka 55 juta (emarketer.com). Salah satu

jenis Smartphone yang digunakan dan diminati oleh masyarakat adalah

smartphone dengan merek Iphone yaitu smartphone yang diluncurkan pada tanggal 29 Juni 2007 oleh perusahaan asal Amerika yang bernama Apple Inc.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Gartner, sejak tahun 2013 Iphone mulai

diminati oleh masyarakat di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 19 persen

(antaranews.com). Selain itu Tim Cook selaku CEO Apple mengatakan bahwa

saat ini mulai ada peningkatan jumlah pengguna iPhone baru yang sebelumnya

berstatus sebagai pengguna android.

Ketertarikan pada produk iPhone juga terjadi dikalangan mahasiswa di

kota Yogyakarta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada empat

orang responden yang memiliki produk iPhone menunjukkan bahwa ketiga

responden tersebut mendapatkan rekomendasi dari temannya agar membeli

iPhone, selain itu mereka juga beberapa kali sempat mencoba mengoperasikan

iPhone milik temannya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk membeli

iPhone. Namun, satu dari keempat subjek wawancara mengatakan bahwa sebelum

membeli iPhone ia mencari-cari informasi mengenai spesifikasi iPhone di internet

terlebih dahulu tanpa meminta rekomendasi temannya karena sebagian besar

teman-temannya merupakan pengguna android. Berdasarkan hasil wawancara

(20)

sebelum membeli iPhone mereka mendapatkan rekomendasi dari temannya untuk

menggunakan iPhone.

Rekomendasi orang lain merupakan salah satu bentuk perilaku komunikasi

dari mulut ke mulut atau bisa disebut dengan Word of Mouth Communication

(WOM). Harrison - Walker (dalam Putri & Suhariadi, 2013) mengatakan bahwa

Word of Mouth merupakan komunikasi informal, antara seseorang komunikator non-komersial (bukan bagian dari perusahaan) dengan orang lain sebagai

penerima mengenai merek, produk, organisasi, atau jasa yang telah dirasakan.

Selain itu Assael (dalam Prinastiti,2012) juga mendefinisikan WOM sebagai

proses komunikasi yang dilakukan antara pemberi dan penerima pesan yang dapat

mengubah perilaku dan sikap dari sang penerima pesan.

Konsumen seringkali meminta pendapat mengenai produk dan jasa kepada

teman, keluarga, atau kelompok acuan lainnya. Proses komunikasi dengan

kelompok acuan dilakukan secara lisan atau bisa disebut juga sebagai word of mouth (Sumarwan, 2002). Dalam sebuah penelitian terhadap 7000 konsumen yang dilakukan di tujuh negara Eropa menemukan bahwa 60% konsumen

terpengaruh untuk menggunakan merek baru karena mendapat rekomendasi dari

keluarga dan teman-teman (Kotler, 2002). Selain itu, Boyd dan Larrenche (2000)

mengatakan bahwa ketika mengambil sebuah keputusan pembelian, konsumen

cenderung lebih mudah dipengaruhi oleh orang terdekatnya daripada informasi

yang dipasang pada iklan komersial. Schiffman dan Kanuk (1997) mengatakan

bahwa dalam pengambilan keputusan, konsumen akan dihadapkan oleh perasaan

(21)

keputusan pembelian mereka . Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko

pembelian yang akan diterima, konsumen akan meminta saran dan rekomendasi

dari orang terdekat seperti teman, tetangga, atau keluarga (Boyd & Larrenche,

2000).

Rekomendasi merupakan salah satu bentuk dari perilaku WOM positif.

Zeithaml (dalam Prinastiti, 2012) mengatakan bahwa perilaku WOM positif ini

dapat terjadi karena konsumen merasa puas dengan produk yang diberikan.

Namun, apabila produk atau jasa yang diberikan dirasa biasa-biasa saja maka

konsumen akan cenderung diam dan tidak memberikan reaksi apapun. Hal ini

mungkin yang dirasakan oleh para pengguna iPhone yang menjadi sumber

referensi para subjek wawancara karena mereka merasa produk iPhone yang

dimilikinya bagus sehingga mereka melakukan perilaku WOM yang positif

dengan cara memberikan rekomendasi kepada orang lain untuk membeli produk

iPhone.

Selain itu, menurut Hendriani (dalam Utami & Hanum, 2010) 78%

konsumen Indonesia lebih mempercayai apa yang dikatakan temannya mengenai

harga dan produk yang ditawarkan satu toko daripada mempercayai promosi atau

diskon harga yang dilakukan langsung oleh toko melalui leaflet dan flyer.

Banyaknya pilihan akan model dan jenis smartphone yang ditawarkan membuat

para konsumen harus menentukan pilihan atau mengambil keputusan. Keputusan

diambil melalui proses yang disebut sebagai proses pengambilan keputusan.

(22)

suatu proses dimana seseorang secara sadar menjatuhkan pilihan atas berbagai

alternatif tertentu setelah mengalami proses seleksi yang teliti.

Salah satu faktor lingkungan psikologi yang mempengaruhi keputusan

konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap (Schiffman & Kanuk, 2004).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif yang hanya akan timbul apabila

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual (Schiffman & Kanuk, 2004). Respon evaluatif berarti bahwa bentuk

reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi

dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk

nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang

kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2000).

Raluca (2012) menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan perilaku konsumen,

word of mouth memiliki dampak yang cukup besar dalam proses pembentukan sikap .Semakin banyak informasi yang diperoleh konsumen mengenai produk

atau jasa, lebih besar kemungkinan konsumen mereka akan membentuk sikap

terhadapnya, baik itu sikap positif maupun negatif (Schiffman & Kanuk, 2007).

Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990) menyatakan There are some tenacious difference between men and women in behavior. Terdapat perbedaan yang kuat dalam perilaku laki-laki dan perempuan. Konsumen laki-laki adalah

konsumen yang mudah dipengaruhi oleh nasehat yang baik serta argumentasi

yang obyektif. Sedangkan konsumen perempuan lebih mudah meminta pendapat

pada orang lain dan kurang obyektif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses

(23)

saran dan rekomendasi orang terdekat sedangkan konsumen laki-laki cenderung

lebih obyektif sehingga akan sulit untuk menerima saran dan rekomendasi dari

orang terdekat. Juliana dan Miftah (2014) juga menjelaskan bahwa laki-laki dan

perempuan memiliki perbedaan dalam hal cara memproses stimulus yang

diterima, alokasi waktu berbelanja, sumber informasi yang digunakan, interaksi

sosial, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Chiao dan Yang (2010) mengenai niat beli

konsumen, menemukan bahwa perempuan sangat mengandalkan pada

rekomendasi orang lain dalam proses pembuatan keputusan pembelian.

Selanjutnya, penelitian dari Syed (dalam Juliana & Miftah,2014) menunjukkan

bahwa laki-laki lebih berani mengambil risiko dan lebih mengandalkan diri

sendiri dalam membuat keputusan pembelian daripada perempuan yang lebih

mengandalkan rekomendasi orang terdekat.

Disisi lain, jika dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

ditemukan bahwa sebagian besar responden baik itu laki-laki maupun perempuan

mengatakan bahwa mereka membeli iPhone karena mendapatkan rekomendasi

dari temannya. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset Nielsen

juga menunjukkan bahwa 89% masyarakat di Indonesia merupakan masyarakat

yang menganggap bahwa word of mouth merupakan iklan yang paling kredibel (blj.co.id). Raluca (2012) juga menjelaskan bahwa komunikasi word of mouth

memiliki pengaruh yang kuat dalam proses pengambilan keputusan konsumen

baik itu konsumen laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu, peneliti tertarik

(24)

mouth apakah memang terdapat perbedaan antara konsumen laki-laki dan perempuan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “apakah ada perbedaan sikap terhadap Word Of Mouth (WOM)

pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan sikap

terhadap Word Of Mouth (WOM) pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis :

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pengetahuan di bidang Psikologi Industri dan Organisasi, terutama mengenai

sikap konsumen terhadap komunikasi word of mouth berdasarkan jenis kelamin.

2. Manfaat Praktis :

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat memberikan

informasi bagi para praktisi marketing mengenai bagaimana sikap para

konsumen laki-laki dan perempuan terhadap komunikasi word of mouth.

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI A. Sikap Terhadap Word of Mouth

1. Definisi Sikap

Sikap merupakan suatu respon evaluatif yang akan timbul apabila

individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang

dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh peoses evaluasi

dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam

bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak

menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi

terhadap objek sikap (Azwar, 2000).

Sikap adalah suatu kecenderungan yang dipelajari oleh individu

untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah

yang baik maupun yang kurang baik secara konsekuen (Swastha &

Handoko, 2000). Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dan

bereaksi terhadap rangsang. Oleh karena itu manifestasi sikap tidak

dapat diamati secara langsung, namun harus ditafsirkan terlebih dahulu

sebagai tingkah laku yang masih tertutup (Dayakisni & Hudaniah,

2006).

Teori mengenai sikap sendiri dikembangkan oleh Fishbein dan

(26)

penelitian sebelumnya mengenai sikap dan perilaku, dimana

muncul ketidakkonsistenan antara pengukuran sikap dan perilakunya.

Fokus utama dalam Theory of Reasoned Action adalah untuk melihat intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu. Dalam Theory of Reasoned Action terdapat dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap

merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku

tertentu. Sedangkan norma subjektif merupakan persepsi individu

terhadap tekanan sosial untuk melakukan perilaku tertentu (Fishbein &

Ajzen, 1975).

Penjelasan mengenai sikap sendiri menurut Ajzen (2005)

merupakan suatu disposisi untuk merespon secara positif atau negatif

suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh belief tentang konsekuensi dari sebuah perilaku, yang disebut sebagai behavioral beliefs dan setiap behavioral beliefs itu menghubungkan perilaku dengan hasil yang bisa didapat dari perilaku tersebut (Ajzen, 2005).

Menurut Ajzen (2005) sikap ditentukan oleh evaluasi individu

mengenai hasil yang berhubungan dengan perilaku. Semakin individu

memiliki evaluasi positif terhadap suatu perilaku maka individu akan

cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut, namun sebaliknya semakin individu memiliki evaluasi negatif maka individu

(27)

Secara lebih spesifik, Myers (1983) mengartikan sikap sebagai

predisposisi terhadap suatu objek, termasuk kepercayaan, perasaan dan

kecenderungan perilaku. Baron dan Byrne (1984) mendefinisikan

sikap sebagai kumpulan perasaan, kepercayaan, dan kecenderungan

perilaku terhadap objek sikap, antara lain orang, ide, gagasan,

kelompok, dan lain-lain. Walgito (2003) juga mendefinisikan sikap

sebagai organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau

situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan sikap adalah respon evaluatif individu untuk

memberi kesimpulan baik itu respon memihak atau mendukung

(favorable) maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari organisasi kepercayaan seseorang mengenai objek tertentu, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku terhadap objek sikap tersebut.

2. Definisi Word of mouth

Menurut Word of Mouth Marketing Association pengertian dari

(28)

dibanding dengan informasi nonpersonal melalui iklan (Gremler &

Brown, 1994). Selain itu, Mowen dan Minor (2002) menjelaskan

bahwa word of mouth merupakan proses pertukaran informasi, komentar, pemikiran, dan ide-ide diantara dua konsumen atau lebih,

yang tak satupun dari mereka merupakan sumber pemasaran dari

produk atau jasa tersebut.

Pada awalnya, komunikasi word of mouth terjadi diantara para tetangga yang saling bertukar pikiran mengenai penawaran yang

diberikan oleh beberapa toko yang ada disekitar tempat tinggal mereka

(Whyte, 1954 dalam Shaikh 2014). Kemudian pada tahun 1955, Katz

Lazarsfeld menemukan bahwa komunikasi word of mouth tujuh kali lebih efektif dari iklan yang ada di surat kabar dan majalah, empat kali

lebih efektif daripada personal selling, dan lebih efektif dalam mempengaruhi konsumen untuk beralih dari merek satu ke merek

lainnya (Shaikh, 2014). Selain itu, komunikasi word of mouth juga dinilai sembilan kali lebih efektif dibandingkan dengan iklan dalam

kaitannya dengan mengubah sikap negatif konsumen menjadi positif

terhadap suatu produk (Day, 1971 dalam Shaikh 2014). Oleh karena

itu, word of mouth menjadi topik yang menarik untuk dipelajari dalam ilmu pemasaran selama beberapa dekade terakhir (Raluca,2012).

Arndt (1967) menjelaskan bahwa word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan antara penerima informasi dengan

(29)

mouth itu berbeda dengan iklan karena word of mouth melibatkan pertukaran pesan lisan secara singkat antara individu yang bersifat

independen bukan bagian dari pemilik produk atau jasa tersebut (Stern,

1994).

Menurut Yasvari, Ghassemi, dan Rahrovy (2012) word of mouth

merupakan cara yang tepat dan lebih kompetitif sebagai usaha sebuah

perusahaan untuk melakukan pemasaran produknya. Selain itu

menurut Bone (dalam Yasvari dkk, 2012) komunikasi Word of mouth

mampu mempengaruhi konsumen untuk mengevaluasi dan juga dapat

mempengaruhi niat beli konsumen terhadap suatu produk atau jasa.

Lovelock (2001) menekankan bahwa word of mouth merupakan pendapat dan rekomendasi yang dibuat oleh konsumen tentang

pengalamannya mengenai produk atau jasa, yang berpengaruh

terhadap keputusannya dalam melakukan pengambilan keputusan

pembelian.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan antara penerima informasi dengan pemberi informasi non-komersial

(bukan bagian dari perusahaan) yang memiliki pengalaman mengenai

produk atau jasa.

3. Definisi Sikap Terhadap Word of Mouth

Sikap merupakan respon evaluatif individu untuk memberi

(30)

maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari organisasi kepercayaan seseorang mengenai objek tertentu,

yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada

orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku terhadap objek

sikap tersebut.

Word of mouth merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan antara penerima informasi dengan pemberi informasi

non-komersial (bukan bagian dari perusahaan) yang memiliki

pengalaman mengenai produk atau jasa.

Oleh karena itu, definisi sikap terhadap word of mouth

merupakan reaksi atau respon memihak atau mendukung (fa vorable) maupun tidak memihak atau tidak mendukung (unfavorable) yang terdiri dari keyakinan, perasaan, dan kecenderungan perilaku terhadap

word of mouth.

4. Aspek-aspek Sikap

Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai

aspek. Dayakisni dan Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) membagi

sikap menjadi tiga, yaitu :

a. Aspek Kognitif

Aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang

dimiliki seseorang mengenai obyek sikapnya (Dayakisni &

Hudaniah, 2006) . Dari pengetahuan yang diperoleh oleh individu

(31)

sikap tersebut. Keyakinan ini akan membentuk suatu ide atau

gagasan mengenai sifat atau karakteristik umum suatu obyek sikap

(Azwar, 2000).

b. Aspek Afektif

Aspek yang berhubungan dengan masalah emosional subyektif

atau perasaan seseorang baik itu senang dan tidak senang individu

mengenai obyek sikapnya (Dayakisni & Hudaniah, 2006). Reaksi

emosional ini dapat dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang

seseorang percayai sebagai sesuatu yang benar dan berlaku bagi

objek (Azwar, 2000). Sehingga aspek ini bersifat evaluatif yang

berhubungan erat dengan nilai-nilai kebuadayaan ataui sistem nilai

yang dimilikinya (Dayakisni & Hudaniah, 2006).

c. Aspek Konatif

Aspek ini berisi tentang kecenderungan individu untuk memiliki

perilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang

(Azwar, 2000). Aspek ini menunjukan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya (Dayakisni &

Hudaniah, 2006). Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa

kepercayaan dan perasaan sangat mempengaruhi perilaku individu

(Azwar, 2000).

(32)

5. Pembentukan Sikap

Ketika konsumen berusaha untuk memecahkan masalah atau

memuaskan kebutuhan, mereka mungkin membentuk berbagai sikap

baik itu sikap positif maupun negatif mengenai produk atas

keterbukaan konsumen terhadap informasi yang diterima. Menurut

Schifman dan Kanuk (2007), pada umumnya semakin banyak

informasi mengenai produk atau jasa yang diterima oleh konsumen

maka lebih besar kemungkinan konsumen akan membentuk sikap

terhadapnya baik itu positif atau negatif. Schifman dan Kanuk (2007)

juga menjelaskan bahwa pembentukan sikap konsumen sangat

dipengaruhi oleh :

a. Pengalaman Pribadi

Sarana utama terbentuknya sikap konsumen terhadap barang

dan jasa adalah melalui pengalaman langsung konsumen dalam

mencoba dan menilai barang tersebut secara langsung.

b. Keluarga dan Teman

Keluarga, teman-teman akrab dan orang yang dikagumi,

merupakan figur yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap

seseorang. Keluarga merupakan sumber pengaruh yang sangat

penting dalam pembentukan sikap karena melalui keluarga,

seseorang memperoleh berbagai nilai dasar dan keyakinan.

(33)

Para pemasar melakukan pemasaran langsung yang sangat

terfokus untuk membidik relung konsumen yang kecil dengan

berbagai produk dan jasa yang sesuai dengan minat dan gaya

hidup mereka.

d. Media Massa

Sumber informasi yang terdapat dalam koran, majalah, televisi,

internet dan bentuk media massa lain yang memuat informasi

penting guna mempengaruhi pembentukan berbagai sikap

konsumen.

6. Faktor-Faktor Word of mouth

Mowen & Minor (2002) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan konsumen melakukan komunikasi Word of mouth, yaitu: 1) Kebutuhan Pengirim Informasi

a. Untuk membangkitkan Keberanian dan prestise.

b. Untuk menghapus kesalahan akibat pembelian.

c. Untuk menciptakan keterlibatan dengan masyarakat atau

kelompok yang diinginkan.

d. Untuk mendapatkan manfaat berwujud.

2) Kebutuhan Penerima Informasi

a. Untuk mencari informasi dari beberapa sumber yang dapat

dipercaya tentang produk yang ditawarkan.

b. Untuk menurunkan keinginan tentang kemungkinan risiko

(34)

c. Untuk menghabiskan waktu dalam pencarian informasi.

B. Jenis Kelamin

1. Definisi Jenis Kelamin

Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan

perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Fakih

(2012) menjelaskan bahwa jenis kelamin merupakan persifatan atau

pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis

yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Menurut Maccoby (dalam

Papalia, 2008) jenis kelamin merupakan perbedaan psikologis atau

perilaku antara perempuan dan laki-laki. Jenis kelamin berkaitan

dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksi

sperma, sedangkan perempuan menghasilkan sel telur (Papalia, 2008).

Oleh karena itu, perbedaan biologis antara lalki-laki dan perempuan

tidak dapat ditukarkan diantara keduanya.

Menurut Keenan (dalam Papalia, 2008) sejak awal kehidupan,

individu sudah dapat dikatakan mempunyai jenis kelamin laki-laki atau

perempuan. Selain itu, Alice (dalam Santrock, 2007) juga menjelaskan

antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang

bersifat substansial. Perbedaan jenis kelamin juga berkaitan dengan

kondisi sosial yang mengakibatkan perempuan memiliki kekuatan dan

kontrol yang lebih kecil dibanding laki-laki (Santrock, 2007). Laki-laki

(35)

wanita, sehingga laki-laki lebih dapat membangun sifat maskulin

sementara perempuan lebih dapat membangun sifat feminin.

Berdasarkan definsi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jenis

kelamin merupakan persifatan atau pembagian dua jenis kelamin

manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis

kelamin laki-laki dan perempuan.

2. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan

Bem (1981) menyatakan bahwa dalam perbedaan gender,

laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik sifat yang berbeda.

Laki-laki memiliki sifat percaya diri yang tinggi, suka

mempertahankan pendapat, mandiri, tegas berkepribadian kuat,

pemimpin yang kuat, analitis / suka menganalisis, dapat menjadi

pemimpin, mau mengambil resiko, mudah/cepat dalam mengambil

keputusan, dapat berdiri sendiri, dominan, maskulin, berpendirian

tetap,agresif, individualistis, kompetitif, dan ambisius. Sedangkan

perempuan memiliki sifat yang suka mengalah, periang, pemalu,

penuh kasih sayang, pandai merayu, setia, feminin, bersimpati

kepada orang lain, sensitif terhadap kebutuhan orang lain,

pengertian, mudah terharu/ kasihan, dapat mengatasi sakit hati,

mudah tertipu, dan lemah lembut.

Selain itu, Unger (dalam Ervita, 2002) menyatakan bahwa

laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan emosional dan

(36)

agresif, independen, lebih aktif, lebih kompetitif, suka

berpetualang, selalu tampil sebagai pemimpin, tidak canggung

dalam berpenampilan, tidak emosional, dapat menyembunyikan

emosi, tidak mudah tersinggung, penuh rasa percaya diri, mampu

membedakan antara rasa dengan rasio, obyektif, tidak mudah

terpengaruh, lebih logis, pemikiran lebih unggul, dan memahami

seluk beluk perkembangan dunia.

Sebaliknya, perempuan memiliki karakteristik sifat yang

tidak begitu agresif, kurang independen, pasif, kurang kompetitif,

kurang suka berpetualang, tidak umum tampil sebagai pemimpin,

canggung dalam berpenampilan, lebih emosional, mudah

tersinggung, kurang percaya diri, sulit membedakan antara rasa

dengan rasio, lebih subyektif, mudah terpengaruh, kurang logis,

kurang berterus terang, pemikiran kurang unggul dan kurang

memahami seluk beluk perkembangan dunia.

Coei (dalam Papalia, 2008) juga mengungkapkan bahwa

perempuan lebih memiliki rasa empati dan sosial, selain itu

perempuan juga lebih patuh dan kooperatif dibandingkan dengan

laki-laki. Secara kognitif perempuan cenderung lebih baik dalam

tugas verbal dibandingkan laki-laki (Papalia, 2008). Selain itu

dalam menceritakan pengalamannya, perempuan juga lebih detail

dibandingkan dengan laki-laki, dan perempuan cenderung lebih

(37)

C. Pengguna iPhone

iPhone merupakan salah satu produk smartphone yang dikeluarkan

oleh perusahaan asal Amerika bernama Apple Inc pada tanggal 29 Juni

2007. Pada mulanya iPhone dirancang oleh armut Esslinger, seorang

perancang teknologi yang membantu mengembangkan komputer portabel

pertama Apple, IIC. Awalnya generasi iPhone pertama masih berbentuk

telepon rumah dan layar monochrome dan bisa dikontrol menggunakan stylus. Layar inilah yang menjadi cikal bakal touchscreen pada iPhone dan iPad saat ini (www.plimbi.com).

Ketika diperkenalkan pertama kali, iPhone dianggap sebagai salah

satu inovasi ponsel terbesar yang pernah ada. Selain itu iPhone merupakan

produk andalan yang diproduksi oleh Apple Inc karena menjadi produk

yang paling banyak diminati daripada produk Apple lainnya seperti iPad,

iPod, Macbook, dan Apple Watch (www.gadgetplus.id). Karena menjadi

produk andalan, perkembangannya pun dari tahun ketahun terus

mengalami peningkatan. Menurut dailysocial.id (2016) sejak tahun 2007

sampai sekarang, iPhone telah berhasil mengeluarkan jenis ponsel

sebanyak delapan seri mulai dari iPhone 2G hingga yang terbaru yaitu seri

iPhone 7.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengguna memiliki arti

yaitu orang yang menggunakan. Selain itu menurut KBBI, konsumen juga

(38)

jasa hasil produksi. Menurut Kotler (1989) konsumen adalah semua orang

yang membeli atau menerima barang dan jasa bagi konsumen pribadi.

Sedangkan Poerwadarminto (Mangkunegaran, 2004) menyatakan bahwa

konsumen adalah pemakai barang-barang industri dan bahan makanan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengguna

iPhone merupakan semua orang yang membeli dan menggunakan segala

jenis produk iPhone mulai dari iPhone seri 2G hingga yang terbaru yaitu

iPhone seri 6+.

D. Perbedaan Sikap Terhadap Word of mouth Pengguna iPhone Ditinjau Dari Jenis Kelamin

Salah satu faktor lingkungan psikologi yang mempengaruhi keputusan

konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap. Sikap dikatakan

sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan

sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai

baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang

kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,

2000).

Selain itu, menurut Thurstone (dalam Azwar 2005) sikap merupakan

(39)

simbol, prase, slogan, orang, institusi, gagasan, atau ide. Baron dan Byrne

(1984) mendefinisikan sikap sebagai kumpulan perasaan, kepercayaan,

dan kecenderungan perilaku terhadap objek sikap, antara lain orang, ide,

gagasan, kelompok, dan lain-lain. Azwar (2000) membagi sikap menjadi

tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif. Aspek kognitif

merupakan keyakinan individu yang akan membentuk suatu ide atau

gagasan mengenai sifat dan karakteristik obyek tertentu. Kemudian, aspek

afektif merupakan perasaan emosional baik senang atau tidak senang

individu mengenai obyek sikapnya yang dipengaruhi oleh keyakinan

seseorang terhadap obyek tertentu. Sedangkan aspek konatif sendiri

merupakan kecenderungan perilaku individu berkaitan dengan objek sikap

yang dihadapi.

Rekomendasi orang lain merupakan salah satu bentuk perilaku

komunikasi dari mulut ke mulut atau bisa disebut dengan Word of Mouth

(WOM). Perilaku komunikasi word of mouth memiliki peran penting dalam proses pembentukan sikap konsumen dan pada saat yang sama,

perilaku word of mouth ini dapat menjadi stimulus yang kemudian akan direspon menjadi suatu tindakan tertentu (Raluca, 2012). Menurut

Sumarwan (2002), konsumen seringkali meminta pendapat mengenai

produk dan jasa kepada teman, keluarga, atau kelompok acuan lainnya.

Proses komunikasi dengan kelompok acuan dilakukan secara lisan atau

(40)

Word of mouth dinilai sebagai strategi pemasaran yang sangat efektif karena dapat langsung menimbulkan efek kepada calon konsumen

(Yasvari dkk, 2012). Masyarakat di Indonesia sendiri menurut penelitian

yang dilakukan oleh lembaga riset Nielsen merupakan masyarakat yang

sangat mempercayai komunikasi word of mouth (blj.com). Dari 47 negara yang diteliti oleh Nielsen, Indonesia berada diperingkat tiga setelah

Hongkong dan Taiwan (blj.com).

Disisi lain, Segal, Dasen, Berry dan Portinga (1990) menyatakan

bahwa konsumen laki-laki dan konsumen perempuan itu memiliki sifat

dan karakteristik yang berbeda. Dalam melakukan pengambilan

keputusan, konsumen perempuan dinilai sangat mudah dipengaruhi oleh

rekomendasi yang disampaikan oleh orang-orang terdekatnya. Sedangkan,

konsumen laki-laki dinilai sangat sulit untuk dipengaruhi bahkan oleh

orang-orang terdekatnya (Segal dkk, 1990). Penelitian dari Syed (dalam

Juliana & Miftah,2014) juga menunjukkan bahwa dalam melakukan

proses pengambilan keputusan, laki-laki lebih berani mengambil risiko

dan lebih mengandalkan diri sendiri dalam membuat keputusan pembelian

daripada perempuan yang lebih mengandalkan rekomendasi orang

terdekat.

Schifman dan Kanuk (2007) menyatakan bahwa pada umumnya

semakin banyak informasi mengenai produk atau jasa yang diterima oleh

konsumen maka lebih besar kemungkinan konsumen akan membentuk

(41)

sifat yang dimiliki antara konsumen laki-laki dan perempuan, maka dapat

diduga bahwa konsumen laki-laki cenderung bersikap negatif atau

(42)

E. Skema Perbedaan Sikap Terhadap Word of Mouth

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

Keyakinan yang dimiliki oleh individu terhadap informasi yang disampaikan melalui komunikasi

word of mouth.

Perasaan senang yang muncul setelah mendapatkan informasi yang disampaikan melalui komunikasi

word of mouth.

Kecenderungan perilaku yang positif setelah mendapatkan informasi dari komunikasi word of mouth.

Sikap Positif Terhadap Word of Mouth

Keraguan yang dimiliki individu

terhadap informasi yang

disampaikan melalui komunikasi

word of mouth.

Individu merasa tidak / kurang senang setelah mendapatkan informasi yang disampaikan melalui komunikasi word of mouth.

Individu cenderung menunjukkan perilaku yang tidak suka / menolak setelah mendapatkan informasi dari komunikasi word of mouth.

(43)

F. Hipotesis Penelitian

(44)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif yang

memiliki tujuan untuk mengetahui dan membandingkan apakah ada

perbedaan sikap terhadap word of mouth pengguna iPhone ditinjau dari jenis kelamin.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel tergantung (Kerlinger, 2003).

1. Variabel bebas adalah sebab yang dipandang sebagai kemunculan

variabel terikat yang dipandang (diduga) sebagai akibatnya.

Variabel bebas : Jenis kelamin, yaitu pengguna iPhone laki-laki dan

perempuan.

2. Variabel tergantung adalah akibat yang dipradugakan, yang bervariasi

mengikuti perubahan atau variasi variabel bebas.

(45)

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Sikap Terhadap Word of Mouth\

Sikap terhadap word of mouth merupakan reaksi atau respon individual berdasarkan pengalaman subjektif para pengguna iPhone

terhadap komunikasi word of mouth. Aspek-aspek yang digunakan dalam skala penelitian, dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengukur sikap

terhadap word of mouth, antara lain aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.

Semakin tinggi skor total pada skala sikap terhadap word of mouth

menunjukkan sikap positif yang dimiliki para pengguna iPhone terhadap

word of mouth. Sebaliknya, semakin rendah skor total pada skala sikap terhadap word of mouth menunjukkan sikap negatif yang dimiliki para pengguna iPhone.

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan

perbedaan anatomi dan fisik antara laki-laki dan perempuan. Identitas

subjek didapatkan dari kolom identitas pada kuisioner penelitian.

D. POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

(46)

yang setidaknya mempunyai satu ciri-ciri atau sifat yang sama. Dapat

disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan unit di mana hasil

penelitian akan digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah para

pengguna iPhone yang berusia 20 hingga 40 tahun karena menurut Santrock

(2002) ketika memasuki usia 20 tahun atau pada masa dewasa awal, individu

memiliki peran dan tanggung jawab yang bertambah besar. Secara ekonomi

individu harus mulai mandiri dan dalam mengambil sebuah keputusan pun

individu harus lebih mandiri karena pada masa ini seseorang mulai

mendapatkan pekerjaan.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Dengan kata lain, sampel merupakan subjek penelitian yang

dapat mewakili dari seluruh populasi penelitian. Sampel yang diambil dari

populasi harus benar-benar representatif (Sugiyono, 2011). Senada dengan itu,

Noor (2011) mengatakan bahwa sampel merupakan jumlah elemen secukupnya

dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang

sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisirkan sifat

atau karakteristik tersebut pada elemen populasi. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini didapat dengan teknik convinence sampling. Menurut Noor (2011) convinence sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan dalam mendapatkan subjek penelitian.

Seseorang diambil sebagai sampel karena secara kebetulan orang tersebut

(47)

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Skala Sikap Terhadap Word of mouth

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan skala sikap terhadap word of mouth. Penyusunan skala sikap terhadap word of mouth ini dibuat berdasarkan aspek-aspek sikap yang telah diuraikan oleh Dayaksini

dan Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) yaitu, aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek konatif.

Model skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Likert. Dalam skala Likert, subjek akan diminta untuk menyatakan kesesuaian atau ketidaksesuaiannyaa terhadap isi pernyataan dalam

empat macam kategori jawaban. Empat kategori tersebut yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS). Keempat kategori tersebut dinilai 1-4 berdasarkan penolakan

atau dukungan terhadap isi pernyataan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan empat kategori jawaban dan menghilangakan kategori

jawaban netral dikarenakan untuk menghindari timbulnya central tendency effect (Supratiknya, 2014).

Central tendency effect adalah kemungkinan subjek untuk memilih jawaban yang sifatnya netral atau ditengah. Jawaban netral atau

ditengah dapat menimbulkan central tendency effect terutama bagi responden yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya

(48)

menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi

banyaknya informasi yang dapat dijaring responden (Hadi, 1991).

Pendapat serupa juga dinyatakan Supratiknya (2014) bahwa

penggunaan 4 respon jawaban dan menghilangkan alternatif jawaban

Netral dapat dilakukan oleh peneliti dengan alasan untuk menghilangkan central tendency effect yaitu kecenderungan subjek untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban aman. Selain itu maksud dari kategori jawaban “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak

Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju” adalah untuk melihat

kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

2. Penyusunan Aitem Pernyataan

Penyusunan aitem pada skala sikap dibuat oleh peneliti

berdasarkan aspek-aspek sikap yang disusun oleh Dayaksini dan

Hudaniah (2006) dan Azwar (2000) yaitu, aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek konatif. Skala sikap terhadap word of mouth terdiri dari 30 aitem dengan 15 aitem bersifat favorable (aitem yang mendukung atribut yang diukur) dan 15 aitem bersifat unfavorable

(aitem yang tidak mendukung atribut yang sedang diukur).

3. Pemberian Skor Skala

Pemberian skor skala sikap terhadap word of mouth, pada aitem

favorable bergerak dari skor 4 hingga 1. Sedangkan pada aitem

(49)

Tabel 1. Skor Berdasarkan Jawaban

Kategori Jawaban Pernyataan

Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

4. Distribusi Aitem Sebelum Uji Coba

Sikap terhadap word of mouth diukur melalui skala sikap terhadap

word of mouth. Skala ini menunjukkan tingginya sikap para pengguna iPhone terhadap word of mouth, yang mencakup 3 aspek sikap terhadap pemberian kompensasi finansial, antara lain aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek konatif. Adapun tabel sebaran aitem dari skala sikap

terhadap pemberian kompensasi finansial adalah sebagai berikut:

Berikut ini merupakan tabel distribusi aitem pada skala sikap

terhadap word of mouth sebelum uji coba:

Tabel 2.Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Word of mouth Sebelum Uji Coba

Aspek No Aitem Total Aitem

Favorable Unfavorable

Kognitif 12, 13, 18, 26, 33, 35, 37 2, 6, 7, 11, 23, 25, 31 14

Afektif 10, 14, 15, 22, 38, 39, 40 4, 19, 20, 21, 24, 29, 41 14

Konatif 16, 17, 30, 32, 34, 42, 36 1, 3, 5, 8, 9, 27, 28 14

Total 21 21 42

(50)

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Aitem

Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang saling berkaitan

dalam membuat suatu alat ukur yang berkualitas. Dengan demikian, alat

ukur ini akan dapat menunjukkan baik atau buruknya suatu penelitian. Oleh

karena itu, uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan sebelum suatu alat

ukur digunakan dalam suatu penelitian. Hal tersebut bertujuan agar alat

yang digunakan dalam penelitian ini menjadi akurat dan dapat dipercaya.

a. Validitas

Validitas merupakan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat tes atau instrumen

dapat dikatakan memilliki validitas tinggi apabila instrumen tersebut

mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

tepat dan akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengetesan

tersebut. Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah

(Azwar, 2003).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode validitas isi

(content validity). Validitas isi adalah suatu proses pemeriksaan yang menunjukkan sejauh mana isi suatu alat ukur atau instrumen

mencerminkan hal-hal yang hendak diukur. Validitas isi merupakan

validitas yang diestimasi lewat pengujian alat ukur yang ditentukan

(51)

professional judgement maka dilakukan analisis logis terhadap butir-butir aitem untuk menetapkan sejauh mana butir-butir-butir-butir aitem yang telah

dibuat dan dikembangkan dapat mencerminkan hal-hal yang hendak

diukur. Dengan demikian sebelum dilakukan uji coba aitem, validitas isi

dalam penelitian ini telah dilakukan koreksi oleh orang yang telah

dianggap ahli, dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing

skripsi.

b. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk melihat dan memilih aitem-aitem

mana yang lolos seleksi untuk dipakai dalam proses pengambilan data

penelitian. Dalam memilih aitem agar diperoleh aitem yang akurat,

maka menggunakan daya beda atau daya diskriminasi aitem. Daya

diskriminasi aitem yaitu sejauh mana aitem mampu membedakan antar

individu maupun kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki

atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan

indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi

skala secara keseluruhan yang dikenal dengan korelasi aitem total

(Azwar, 2011).

Untuk memilih aitem berdasarkan korelasi aitem totalnya maka

digunakan batasan rix ≥ 0,30. Setiap aitem yang mencapai koefisien

korelasi minimal 0,30 maka aitem tersebut dianggap memuaskan

(Azwar, 2010). Oleh karena itu, aitem-aitem yang gugur pada uji coba

(52)

2016 dengan subjek sebanyak 30 pengguna iPhone (15 pengguna

laki-laki dan 15 pengguna perempuan) sebagai berikut :

Tabel 3.Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM Sebelum Uji

Coba dan Setelah Uji Coba

Aspek

No Pertanyaan

Sebelum Uji Coba Aitem Yang

Gugur

Berdasarkan penghitungan tersebut, koefisien korelasi total (rix)

berkisar dari 0,303 – 0,870. Oleh karena itu, dari 42 aitem yang telah

disusun terdapat 12 aitem yang gugur. Aitem-aitem tersebut adalah 1,

12, 13, 19, 23, 25, 29, 30, 38, 41, 42.

Berikut ini distribusi data setelah uji coba dan untuk digunakan

(53)

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM

Aspek No Aitem Total

Aitem

Favorable Unfavorable

Kognitif 18, 26, 33, 35, 37 2, 6, 7, 11, , 31 10

Afektif 10, 14, 15, 22, 39,

40

4, 20, 21, 24 10

Konatif 16, 17, 32, 36 3, 5, 8, 9, 27, 28 10

Total 15 15 30

c. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tersebut relatif

konsisten. Suatu hasil penelitian hanya dapat dipercaya bila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subjek

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2010).

Untuk menilai apakah skala sikap terhadap word of mouth yang disusun peneliti merupakan skala yang reliabel maka peneliti menguji

skala tersebut dengan menggunakan teknik koefisiensi Alpha Cronbach

dalam program SPSS 23 for windows. Berdasarkan hasil try out, sebelum seleksi aitem skala sikap terhadap word of mouth memiliki jumlah aitem sebanyak 42 aitem dengan koefisien relliabilitas sebesar

(54)

skor koefisien reliabilitas skala sikap terhadap word of mouth menjadi 0,955. Kemudian dilakukan pengguguran manual untuk

menyeimbangkan jumlah aitem pada setiap aspek, maka jumlah aitem

menjadi 30 aitem dengan skor koefisien reliabilitas skala sikap terhadap

word of mouth menjadi 0,956.

Tabel 5.Koefisien Alpha Cronbach Skala Sikap Terhadap Word of Mouth

G. Metode Analisi Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah

data penelitian yang dilakukan berasal dari populasi yang

sebarannya normal (Santoso, 2010). Uji asumsi normalitas dapat

dilakukan dengan menggunakan analisi Kolmogorov Smirnov pada program analisi statistik SPSS. Jika nilai p lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05) dapat disimpulkan bahwa data tersebut berbeda secara

signifikan dan memiliki sebaran tidak normal, sedangkan jika nilai p

(55)

dikatakan tidak berbeda secara signifikan dan memiliki sebaran data

yang normal (Santoso, 2010).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua

atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan varian yang

sama. Selain itu, uji homogenitas juga dilakukan untuk mengetahui

varian dari kelompok (Santoso, 2010). Santoso (2010) mengatakan

bahwa asumsi homogenitas terpenuhi apabila nilai p lebih besar

daripada 0,05 (p > 0,05).

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan teknik independent sample t-test untuk mengetahui perbedaan nilai mean pada skor skala sikap terhadap word of mouth dari kelompok penggguna iPhone laki-laki dengan kelompok pengguna iPhone perempuan. Independent sample t-test digunakanan apabila uji normalitas yang dilakukan memperolah hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang

dimiliki sebaran data yang normal. Namun, jika berdasarkan hasil uji

normalitas diperoleh hasil yang menunjukkan persebaran data yang

tidak normal, maka untuk uji beda dilakukan dengan menggunakan

(56)

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 8 Juli

2016 sampai 31 agustus 2016. Subjek penelitian adalah para pengguna

iPhone baik itu perempuan maupun laki-laki. Subjek yang dijadikan

sampel dalam penelitian ini diambil dari berbagai tempat dimana peneliti

menemukan pengguna iPhone yang sesuai dengan kriteria yaitu laki-laki

dan perempuan dengan usia 20 sampai 40 tahun.

Penelitian dilakukan dengan menyebar 200 skala sikap terhadap word of mouth yang telah disusun oleh peneliti. Skala yang kembali adalah 188 skala. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 94 konsumen laki-laki dan

94 konsumen perempuan.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Data keseluruhan berasal dari 188 responden dan semuanya layak

untuk dianalisis. Dari data responden tersebut diketahui karakteristik usia

dan status pekerjaan responden. Berikut merupakan deskripsi responden

(57)

Tabel 6. Data Karakteristik Usia Responden

Usia Laki-laki Perempuan Total

20 – 25 88 85 173

26 – 30 4 3 7

31 – 35 1 4 5

36 – 40 1 2 3

Jumlah 94 94 188

Berdasarkan hasil pada tabel 6, subjek dalam penelitian ini

berjumlah 188 subjek yang terdiri dari 94 subjek laki-laki dan 94 subjek

perempuan. Sebagian besar subjek pada penelitian ini berada pada rentang

usia 20 – 25 yaitu 173 subjek yang terdiri dari 88 subjek laki-laki dan 85

subjek perempuan. Kemudian subjek pada usia 26 – 30 tahun berjumlah 7

subjek yang terdiri dari 4 subjek laki-laki dan 3 subjek perempuan. Pada

usia 31 – 35 tahun terdapat 5 subjek yang terdiri dari 1 subjek laki-laki dan

4 subjek perempuan. Sedangkan pada usia 36 – 40 tahun terdapat 3 subjek

yang terdiri dari 1 subjek laki-laki dan 2 subjek perempuan.

Tabel 7. Persebaran Subjek Berdasarkan Status Pekerjaan

Status Pekerjaan Jenis Kelamin Jumlah Total

Bekerja Laki – Laki 37

Perempuan 14

51

Mahasiswa Laki – laki 57

Perempuan 80

137

(58)

Berdasarkan hasil pada tabel 7, terdapat 137 subjek yang memiliki

status mahasiswa yang terdiri dari 57 subjek berjenis kelamin laki-laki dan

80 subjek berjenis kelamin perempuan. Sedangkan untuk subjek yang

bekerja, terdapat 51 subjek yang bekerja terdiri dari 37 subjek berjenis

kelamin laki-laki dan 14 subjek berjenis kelamin perempuan.

C. Deskripsi Data Penelitian

1. Perbandingan Mean

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui apakah sikap

terhadap word of mouth yang dimiliki subjek tergolong pada kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan melakukan perbandingan antara nilai

mean teoritis dan mean empiris pada variabel sikap terhadap word of mouth.

Berikut adalah hasil analisis deskriptif sikap terhadap word of mouth: Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Sikap Terhadap Word of Mouth

Sikap

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada tabel 8, variabel sikap

terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek laki-laki memiliki nilai mean empiris sebesar 88,16 yang lebih besar daripada nilai mean

(59)

ini sikap terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek laki-laki memiliki nilai yang tergolong tinggi.Selain itu, pada subjek perempuan

diketahui nilai mean empiris 82,72 yang lebih besar dari nilai mean

teoritis yaitu sebesar 75. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini

sikap terhadap word of mouth yang dimiliki oleh subjek perempuan memiliki nilai yang tergolong tinggi.

Uji one sample t-test dilakukan untuk melihat lebih lanjut perbedaan signifikan antara mean empiris dengan mean teoritis pada variabel sikap

terhadap word of mouth. Berikut hasil uji one sample t-test variabel sikap terhadap word of mouth :

Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Sikap Terhadap Word of Mouth

Test Value = 75 teoritis dengan mean empiris variabel sikap terhadap word of mouth

memiliki perbedaan yang signifikan, dengan nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05 yaitu 0,000 (p < 0,05). Halini menegaskan bahwa subjek

penelitian kedua kelompok pada penelitian ini memiliki sikap terhadap

(60)

2. Kategorisasi

Kategorisasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini digunakan

untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang

terpisah secara berjenjang menurut kontimun yang didasarkan pada

atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari tiga

kategori, yaitu: tinggi, sedang, rendah (Azwar, 2012). Norma kategori

skor dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 10.Norma Kategorisasi

Skor Kategorisasi

(μ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi

(μ - 1,0 σ) ≤ X < (μ + 1,0 σ) Sedang

X < (μ - 1,0 σ) Rendah

Keterangan:

μ = Mean Teoritik σ = Standar Deviasi

Pada tabel deskripsi data penelitian (lihat tabel 8) diketahui bahwa

nilai skor mean teoritis dan standar deviasi pada kelompok laki-laki sebesar 75 dan 12 (dibulatkan) . Maka sikap terhadap word of mouth

para pengguna iPhone yang berjenis kelamin laki-laki dapat

(61)

Tabel 11. Norma Kategorisasi Skala Sikap Terhadap WOM Subjek

Laki-laki

Sikap

WOM

laki-laki

Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentasi

87 ≤ X Tinggi 42 44, 68 %

63 ≤ X < 87 Sedang 52 55, 32 %

X < 63 Rendah - -

Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa

terdapat 42 atau 44,68% subjek pada kategori tinggi, 52 atau 55,32%

dalam kategori sedang, dan tidak ada subjek yang masuk dalam

kategori rendah.

Sedangkan untuk kelompok subjek perempuan sendiri diketahui nilai

skor mean teoritis sebesar 75 dan standar deviasi sebesar 7 (dibulatkan). Oleh karena itu, sikap terhadap word of mouth para pengguna iPhone yang berjenis kelamin perempuan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

Rentang Skor Kategorisasi Jumlah Subjek Persentasi

82 ≤ X Tinggi 51 56,04 %

68 ≤ X < 82 Sedang 42 54,68 %

(62)

Berdasarkan hasil pengkategorian diatas menunjukkan bahwa

terdapat 51 atau 56,04% subjek pada kategori tinggi, 42 atau 54,68%

dalam kategori sedang, dan 1 atau 1,06% subjek dalam kategori rendah.

D. Hasil Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah

data penelitian yang telah dilakukan berasal dari populasi yang

sebarannya normal (Santoso, 2010).

Berikut merupakan hasil uji normalitas pada data penelitian

ini:

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas

Sikap Terhadap Word of Mouth

Kolmogorov –

Smirnov

Saphiro - Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Laki-laki .215 94 .000 .860 94 .000

Perempuan .074 94 .200 .982 94 .209

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 13, diketahui

bahwa persebaran data pada pengguna iPhone yang berjenis

kelamin laki-laki tidak berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai signifikansi pada pengguna iPhone laki-laki sebesar

(63)

perempuan diketahui memiliki distribusi yang normal. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai signifikansi pada pengguna iPhone

perempuan sebesar 0,200 (p > 0,05).

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat perbedaan antara dua

atau lebih kelompok yang berasal dari populasi dengan variansi

yang sama (Santoso, 2010).

Berikut ini adalah hasil uji homogenitas pada penelitian ini:

Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas

Levene’s Test for Equality

Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 6, nilai F yang didapat

adalah 11, 947 dan nilai p = 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa

asumsi homogenitas tidak dipenuhi (p < 0,05), yaitu ada perbedaan

varians dalam kedua kelompok tersebut sehingga data diasumsikan

tidak homogen. Menurut Santoso (2010) pelanggaran asumsi dalam

uji homogenitas dapat terjadi jika membandingkan kelompok

(64)

penelitian ini tetap dapat diuji jika ukuran sampel antar kelompok

cukup seimbang.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogorov – Smirnov, diperoleh

hasil yang menyatakan bahwa persebaran data yang dimiliki tidak

normal (p < 0,05). Santoso (2012) mengatakan jika persebaran data

tidak normal maka sebaiknya menggunakan metode statistik

nonparametrik.

Uji Mann Whitney U Test digunakan untuk menguji dua sampel bebas pada statistik nonparametrik (Santoso, 2012). Santoso (2012)

menambahkan , pengujian dengan Mann Whitney U Test memiliki tujuan yang sama dengan uji t, yaitu untuk mengetahui apakah dua buah sampel bebas berasal dari populasi yang sama atau tidak.

Tabel 15. Hasil Uji Mann Whitney U Test

Syarat yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara dua mean

yaitu nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05 (p < Sikap Terhadap

Word of Mouth

Mann – Whitney U 3274,000

Wilcoxon W 7739,000

Z -3,071

Gambar

Tabel 1. Skor Berdasarkan Jawaban
Tabel 3.Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM Sebelum Uji
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap WOM
Tabel 5.Koefisien Alpha Cronbach Skala Sikap Terhadap Word of Mouth
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sampel terdiri dari 10 pemain tingkat intermediet laki-laki yang diberikan latihan dribble crossover , 10 pemain tingkat intermediet perempuan yang diberikan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan wacana pemikiran mengenai sikap remaja terhadap hubungan seks pra nikah ditinjau dari jenis kelamin dan jenis

Literatur  sebelumnya  telah  menguji gender   sebagai  variabel  moderator  yang mempengaruhi  (1)  hubungan  service provider’sword of mouth communication

Bagi orang tua khususnya ibu disarankan untuk memasak makanan yang lebih bervariasi bagi anaknya, bagi remaja agar tidak mudah terpengaruh ternan, orang lain, dan

perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai bagaimana efektivitas word of mouth communication terhadap tindakan pengguna jasa di Mari Photo Studio. Kabanjahe, dan memilih judul

Karena kelompok hanya terdiri dari 2 kategori yaitu kelompok eksperimen yang diberikan pendidikan kesehatan dan kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan

Demikian juga dengan temuan lain dimana konsumen masih banyak yang kurang yakin mengenai minat membeli produk Cross hanya dengan kebetulan melihat atau menjumpai produk

Untuk menguji pengaruh kualitas produk, kesadaran merek dan word of mouth secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap. keputusan pembelian iPhone