• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep diri pelajar SMA yang telah melakukan hubungan seks pranikah studi fenomenologi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep diri pelajar SMA yang telah melakukan hubungan seks pranikah studi fenomenologi."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KONSEP DIRI PELAJAR SMA YANG TELAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH

STUDI FENOMENOLOGI Fabianus Candra Kurniawan

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri seperti apa yang dimiliki siswa yang telah melakukan hubungan seksual dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa melakukan hubungan seks. Konsep diri dalam penelitian ini khusus membahas tentang bagaimana siswa berelasi dan bersosialisasi dengan teman serta masyarakat deskitarnya .

Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Penelitian studi fenemenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi fenomenologi adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang fenomena yang diteliti, dan menggunakan lebih dari satu subyek. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu karena studi fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam yang didukung oleh observasi. Analisis data yang dilakukan dibantu oleh proses reduksi data dan pengkodean. Untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait dengan subjek.

(2)

ABSTRACT

THE SELF CONCEPT OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS WHO HAVE

This study aims to understand the self concept of the students who have had sexual intercourse and factors that affect students having sex. The self concept in this study especially discusses how the students relate and socialize with their friends as well as their surrounding community.

This study uses a phenomenological study. Phenomenological study is qualitative research. Phenomenology study is a study to look for something profound to gain a detailed understanding of the phenomenon which be studied, and use more than one subject. The main concept in phenomenology is the meaning. Meaning is an important content that emerged from the experience of human consciousness. That's because studies of phenomenology is a philosophical approach to investigate the human experience. The method are used in this research is in-depth interviews are supported by observations. Data analysis aided by data reduction and coding process. For measuring the validity of this study, researchers used a triangulation technique where researchers conducted interviews with several parties associated with the subject.

(3)

KONSEP DIRI PELAJAR SMA YANG TELAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH

STUDI FENOMENOLOGI SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Fabianus Candra Kurniawan NIM: 101114067

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jangan sia-siakan hidupmu dengan menjadi orang lain

Buatlah hidupmu berarti

Perjuangkan apa yang berharga bagimu

Apapun yang terjadi dan meskipun kita gagal

Itu cara terbaik menjalani kehidupan

Skripsi ini saya persembahkan kepada

(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

KONSEP DIRI PELAJAR SMA YANG TELAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH

STUDI FENOMENOLOGI Fabianus Candra Kurniawan

Universitas Sanata Dharma 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri seperti apa yang dimiliki siswa yang telah melakukan hubungan seksual dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi siswa melakukan hubungan seks. Konsep diri dalam penelitian ini khusus membahas tentang bagaimana siswa berelasi dan bersosialisasi dengan teman serta masyarakat deskitarnya .

Penelitian ini menggunakan studi fenomenologi. Penelitian studi fenemenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi fenomenologi adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang fenomena yang diteliti, dan menggunakan lebih dari satu subyek. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman kesadaran manusia. Hal itu karena studi fenomenologi merupakan sebuah pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam yang didukung oleh observasi. Analisis data yang dilakukan dibantu oleh proses reduksi data dan pengkodean. Untuk mengukur validitas penelitian ini, peneliti menggunakan teknik trianggulasi dimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait dengan subjek.

(10)

viii ABSTRACT

THE SELF CONCEPT OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS WHO HAVE

DONE SEXUAL PRE MARRIAGE PHENOMENOLOGICAL STUDY

Fabianus Candra Kurniawan Sanata Dharma University

2015

This study aims to understand the self concept of the students who have had sexual intercourse and factors that affect students having sex. The self concept in this study especially discusses how the students relate and socialize with their friends as well as their surrounding community.

This study uses a phenomenological study. Phenomenological study is qualitative research. Phenomenology study is a study to look for something profound to gain a detailed understanding of the phenomenon which be studied, and use more than one subject. The main concept in phenomenology is the meaning. Meaning is an important content that emerged from the experience of human consciousness. That's because studies of phenomenology is a philosophical approach to investigate the human experience. The method are used in this research is in-depth interviews are supported by observations. Data analysis aided by data reduction and coding process. For measuring the validity of this study, researchers used a triangulation technique where researchers conducted interviews with several parties associated with the subject.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Budi Sarwono, M.A selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

4. Subjek yang bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subjek dalam penelitian ini.

(12)
(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Istilah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Konsep Diri ... 6

1. Pengertian Konsep Diri ... 6

2. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 8

3. Konsep Diri Positif dan Negatif ... 10

4. Dimensi Konsep Diri ... 12

5. Aspek Konsep Diri ... 14

B. Hakikat Remaja ... 15

1. Pengertian Remaja ... 15

2. Karakteristik Remaja ... 16

(14)

xii

C. Hubungan Seks Pranikah ... 19

1. Definisi Seksual ... 19

2. Definisi Seks Pranikah ... 21

3. Faktor Pemicu Seks Pranikah ... 22

D. Pemaknaan Hidup ... 24

1. Pengertian Makna Hidup ... 24

2. Sifat Makna Hidup ... 26

3. Aspek Makna Hidup ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Metode Penelitian... 29

B. Tempat Penelitian ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Analisis Data ... 35

E. Trianggulasi ... 38

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Penghimpunan Data Subjek ... 42

C. Pembahasan ... 47

D. Trianggulasi Teori ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah yang membahas masalah-masalah yang ingin digali dan tujuan penelitian yang ingin membahas hasil yang diperoleh dari penelitian. Manfaat penelitian membahas mengenai kegunaan penelitian untuk pihak terkait dan definisi oprasional yang memaparkan batasan-batasan pembahasan penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah masa-masa yang paling rawan. Berbagai macam kenakalan remaja, seks bebas selalu menjadi bahasan menarik dalam berbagai tulisan selain kasus narkoba dan tawuran pelajar. Seks bebas tidak di benarkan baik dikalangan remaja ataupun mahasiswa.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, terutama dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. “Banyak teman maka banyak pengetahuan” itulah kalimat yang sering

digunakan alasan remaja untuk memperoleh banyak teman.

(18)

sebaya, mampu bersikap sesuai dengan norma sekitar, kompeten secara intelektual, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, serta belajar mengambil suatu keputusan. Tidak kalah penting dari tugas pcrkembangan di atas adalah adanya kesadaran pada remaja untuk mempelajari seluk beluk yang berkaitan dengan masalah seksual (Hurlock, 1990).

Hal ini nampak pada siswa yang bernama Bunga (nama samaran) SMK Harapan (bukan nama sebenarnya) di Klaten yang duduk dibangku kelas 3 dan berumur 17 tahun. Dalam kehidupan sehari-hari Bunga terlihat mempunyai kepribadian yang mudah bergaul dengan orang-orang yang baru dikenalnya, apalagi kalau ada laki-laki yang cakep dan mempunyai kendaraan yang bagus seperti Ninja atau Satria Fu pasti Bunga senang. Kehidupan bermasyarakat dan tetangga siswa ini mendapat predikat yang kurang baik karena sering keluar malam dan pulang juga larut malam sehingga dipandang anak yang kurang baik karena tingkah lakunya yang bukan mencermikan seorang anak yang tidak patuh pada orang tua.

(19)

Konsep diri pada dasarnya mulai berkembang ketika seorang individu sudah dapat berinteraksi dengan dunia luar, namun konsep diri seseorang tidak menetap lama dan selalu berubah-ubah, hal ini terjadi karena adanya pengalaman di masa lalu yang juga turut serta dalam mempengaruhi proses terbentuknya konsep diri seseorang, Vaughan & Hogg (Sarlito, 2009).

Bertolak dari permasalahan di atas ingin dekatahui bagaiamana pandangan siswa yang telah melakukan hubungan seks pranikah hal ini perlu diteliti sebagai salah satu apek bimbingan disekolah. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai: Konsep diri apa yang di miliki Bunga terkait seks pranikah yang dilakukannya, faktor faktor apa yang mempengaruhi konsep diri Bunga, bagaiamana Bunga memaknai hubungan seks pranikah dan bagaimana Bunga memaknai konsep dirinya saat ini.(Konsep Diri Siswa SMA yang Telah Melakukan Hubungan Seks Pranikah).

Hasil penelitin ini bisa menghasilkan informasi yang berguna bagi dunia pendidikan dan siswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam mendidik dan mendampingi anak tentang pengetahuan seks pada masa remaja agar tidak disalahartikan.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yakni;

1. Konsep diri seperti apa yang dimiliki Bunga terkait dengan perilaku seks pranikah?

(20)

3. Bagaimana Bunga memaknai hubungan seks pranikah? 4. Bagaiamana Bunga memaknai konsep dirinya saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus masalah yang telah disampaikan diatas, ada beberapa tujuan penelitian, yakni;

1. Mengetahui konsep diri seperti apa yang dimiliki Bunga terkait dengan perilaku seks pranikah.

2. Mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi konsep diri Bunga. 3. Mengetahui bagaiamana Bunga memaknai hubungan seks pranikah. 4. Mengetahui bagaimana Bunga memaknai konsep dirinya saat ini.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk memberikan masukan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wacana yang dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan Bimbingan Konseling dan menambah wawasan tentang konsep diri pelajar SMA yang telah melakukan hubungan seks pranikah.

2. Manfaat Praktis. a. Bagi Penulis

(21)

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu Guru Bimbingan dan Konseling dalam membimbing, mendidik dan mengartikan seks kepada siswanya dengan baik dan positif.

E. Batasan Istilah

1. Konsep diri adalah pengetahuan seseorang tentang dirinya, yang mempengaruhi seseorang dalam mengolah informasi dan mengambil tindakan.

2. Remaja adalah masa transisi yang di mana anak tumbuh dan berkembang dengan segala aspek fisik dan psikologis yang membentuk intelektual yang khas dalam berinteraksi dengan orang lain.

3. Hubungan Seks adalah hubungan intim/badan yang dilakukan oleh remaja karena dorongan nafsu dan hasrat yang tidak terkendali meski belum ada ikatan yang resmi atau sah dimata agama dan hukum.

(22)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan mengenai pengertian konsep diri, dan akan dijelaskan pula mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Selain itu juga dipaparkan mengenai pengertian remaja dan tugas perkembangannya. Pengertian seks pranikah dan faktor seks pranikah juga dijelaskan mengingat Subjek telah melakukan hubungan seks di luar nikah.

A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri berkembang sepanjang rentang kehidupan. Ketika manusia dilahirkan, maka konsep diri belum muncul atau belum melekat pada individu. Konsep diri mulai berkembang dalam masa satu atau dua tahun di awal kehidupan, ketika seorang individu telah dapat membedakan dirinya dengan dunia luar. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan. Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan ini tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya.

(23)

skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman.

Dengan demikian, konsep diri adalah skema diri (Self-scema),yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Menurut Deaux, Dane & Wrightsman (dalam Sarlito, 2009) konsep diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik. Individu yang mempunyai keyakinan pada dirinya, mempunyai sikap percaya diri, dan memiliki sikap menerima kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.

(24)

Menurut Symonds (dalam Hendrianti, 2006) perkembangan konsep diri merupakan suatu proses disepanjang kehidupan manusia. Persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat manusia lahir, melainkan mulai berkembang secara bertahap. Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain, sebagai contoh: ketika ibu dikenali sebagai orang yang terpisah dari dirinya dan ia mulai mengenali wajah-wajah orang lain, seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu.

Konsep diri pada dasarnya mulai berkembang ketika seorang individu sudah dapat berinteraksi dengan dunia luar, namun konsep diri seseorang tidak menetap lama dan selalu berubah-ubah, hal ini terjadi karena adanya pengalaman di masa lalu yang juga turut serta dalam mempengaruhi proses terbentuknya konsep diri seseorang. Konsep diri seseorang dapat terlihat dari tingkah laku yang ditunjukkan. Seseorang yang mempunyai konsep diri positif maka ia akan menunjukkan tingkah laku atau perilaku yang positif, sedangkan seseorang yang mempunyai konsep diri negatif maka ia akan cenderung berperilaku negatif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, antara lain adalah sebagai berikut (dalam Inge, 2007) :

a. Orang lain

(25)

dapat berpengaruh terhadap proses terbentuknya konsep diri dinamakan significant others. Ketika kecil, significant others yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang (orang tua, saudara). Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika yang bersangkutan mendapat senyuman, penghargaan, pelukan atau pujian. Sebaliknya seorang individu akan menilai dirinya negatif jika memperoleh kecaman, cemoohan atau makian. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan seseorang.

Individu yang telah dewasa, akan menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini disebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya.

Hary Stack Sullivan (dalam Jalaluddin, 2011) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung tidak akan menyenangi diri kita.

b. Kelompok acuan (reference group)

(26)

kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. Kelompok ini yang akan mempengaruhi konsep diri seseorang.

c. Jenis Kelamin

Di dalam keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat yang lebih luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Dorongan biologis menyebabkan seseorang, secara bawaan, bertingkah laku, berpikir, dan berperasaan yang berbeda antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

3. Individu yang Memiliki Karakteristik Konsep Diri Positif dan Negatif Menurut Burns (dalam Inge, 2007) konsep diri terbagi atas dua karakteristik yaitu, konsep diri positif dan konsep diri negatif. Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut:

a. Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik yang diterima, dipandang sebagai pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.

b. Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan diri sendiri.

(27)

Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.

d. Individu yang kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar. Sering terdapat respons yang berlebihan terhadap sanjungan. Setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak sama sekali, dan untuk meningkatkan rasa aman maka individu akan berupaya keras untuk mendapatkan pujian tersebut.

e. Individu dengan konsep diri negatif berkecenderungan untuk menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Sikap menarik diri dan menolak untuk berpartisipasi ini merupakan upaya untuk mencegah inferioritas secara terbuka sehingga mengkonfirmasikan apa yang diyakini oleh orang lain mengenai dirinya.

Sementara individu dengan karakteristik konsep diri positif tercermin pada:

a. Individu yang terbuka atau bersedia menerima kritik, saran dari orang lain. Individu yang mempunyai karakter tersebut, berarti ingin menjadikan dirinya untuk lebih baik dari sebelumnya, menganggap bahwa orang lain membantu dirinya untuk menjadi lebih baik.

b. Individu yang tidak mengalami hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing atau lingkungan yang baru dikenal.

(28)

d. Individu yang memiliki konsep diri positif, cenderung menyenangi dan menghargai diri mereka sendiri, sebagaimana sikap mereka terhadap orang lain.

e. Individu dengan konsep diri positif memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, mampu menerima dan memberi pada orang lain, memiliki sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain.

f. Individu dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibanding orang yang menolak dirinya. Orang-orang yang memiliki konsep diri positif memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru. Orang-orang dengan konsep diri positif tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.

4. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) dimensi-dimensi dalam konsep diri merupakan penilaian yang dilakukan individu, yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

a. Diri identitas (identity self)

Diri identitas atau (identity self) merupakan aspek yang paling

mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah

(29)

individu tentang dirinya juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya, dengan hal-hal yang lebih kompleks.

b. Diri Pelaku (behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang

berisi segala kesadaran tentang “apa yang dilakukan oleh diri”. Bagian

ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan antara diri identitas dan diri pelaku dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

c. Diri penerimaan/penilai (judging self)

(30)

Ketiga bagian dimensi-dimensi dalam konsep diri ini, mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.

5. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006)aspek-aspek konsep diri merupakan penilaian individu terhadap dirinya, melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya. Aspek-aspek konsep diri meliputi:

a. Diri Fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya, (misalnya: cantik, jelek, menarik) dan keadaan tubuh (misalnya: gemuk, kurus, pendek, tinggi). Pada aspek ini, individu membentuk konsep diri dengan melihat keadaan fisik dalam dirinya.

b. Diri etik-moral (moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

c. Diri pribadi (personal self)

(31)

orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

d. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluaga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota dari suatu keluarga.

e. Diri sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Diri sosial mempunyai pengaruh terhadap proses pembentukan konsep diri.

B. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Istilah remaja atau adolescence berasal dari kata latin adolescereyang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

(32)

Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan intelektual atau cara berfikir yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa. Piaget (dalam Hurlock 1990).

2. Karakteristik Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang terpenting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri karakteristik remaja menurut Hurlock akan diterangkan secara singkat di bawah ini :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

(33)

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa awal remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap tahap mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Yang pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi remaja putra dan remaja putri. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

(34)

dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Hal tersebut mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistic ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahundan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

3. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja

(35)

konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Pada masa remaja terdapat tugas-tugas perkembangan yang sebaiknya dipenuhi sehingga pada akhirnya remaja bisa dengan mantap melangkah ketahap perkembangan selanjutnya.

Menurut Havighurst (dalam Hurlock 1990) tugas-tugas perkembangan remaja adalah :

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi.

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis.

C. Hubungan Seksual Pra Nikah 1. Definisi Seksualitas

(36)

Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian, dan perbendaharaan kata.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.

Menurut (Wirawan, 1981) seks mempunyai fungsi :

a. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka; b. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan

cinta dan didukung oleh ikatan cinta;

c. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.

(37)

meningkatkan gairah seksual bagi persiapan hubungan seksual yaitu: berpegangan tangan, saling memeluk (tangan di luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan di dalam baju yang lain).

Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.

2. Definisi Seks Pranikah

Wirawan (1981) mengatakan seks pranikah secara umum dapat diartikan sebagai hubungan seks yang dilakukan remaja sebelum menikah. Perilaku seks pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.

(38)

3. Faktor Pemicu Seks Pranikah

Menurut Wirawan (1981) ada 2 faktor yang mempengaruhi seks pranikah: a. Faktor eksternal

1) Faktor dari luar, yaitu pergaulan bebas tanpa kendali orang tua yang menyebabkan remaja merasa bebas untuk melakukan apa saja yang diinginkan

2) Faktor perkembangan teknologi media komunikasi yang semakin canggih yang memperbesar kemungkinan remaja mengakses apa saja termasuk hal-hal yang negatif. Remaja dewasa ini, dapat dengan mudah mengakses situs, gambar atau juga tayangan porno lewat internet dalam hp masing-masing.

3) Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual. Banyak orang tua yang membatasi pembicaraan mengenai seksualitas dengan berbagai alasan. Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan orang tua kepada anaknya. Sehingga remaja terpacu untuk mencari informasi di tempat lain, yang bisa jadi menjerumuskan mereka.

b. Faktor internal

Faktor internal yang mendorong remaja melakukan hubungan seks diluar nikah, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Keluarga Kaiser (Kaiser Family Foundation) adalah:

(39)

masa pacaran merupakan masa dimana seseorang boleh mencintai maupun dicintai oleh kekasihnya. Dalam hal ini bentuk ungkapan rasa cinta dapat dinyatakan denagn berbagai cara, misalnya pemberian hadiah bunga, berpelukan, berciuman, dan bahkan melakukan hubungan seksual. Dengan anggapan yang salah ini, maka juga akan menyebabkan tindakan yang salah pula.

2) Kedua karena kehidupan iman yang rapuh. Kehidupan beragama yang baik dan benar ditandai dengan pengertian, pemahaman dan ketaatan dalam menjalankan ajaran-ajaran agama denga baik tanpa dipengaruhi oleh situasi kondisi apapun. Dalam hatinya selalu ingat terhadap Tuhan, sebab Tuhan selalu mengetahui setiap perbuatan manusia. Oleh karena itu ia tidak akan melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebelum menikah secara resmi.

(40)

kebahagiaan remaja dimasa depannya sebab ia tidak akan melakukan hubungan seksual pranikah.

D. Pemaknaan Hidup

1. Pengertian Makna Hidup

Frankl adalah orang yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang makna hidup (meaning of life) dengan teorinya yang diberi nama Logotheraphy. Frankl (2003 ) menyimpulkan bahwa kehidupan yang sehat adalah kehidupan yang penuh makna. Hanya dengan makna yang baik orang akan menjadi insan yang berguna tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Makna hidup dapat diwujudkan dalam sebuah keinginan untuk menjadi orang yang berguna untuk orang lainnya, apakah itu anak, istri, keluarga dekat, komunitas, negara dan bahkan umat manusia. Menurut Frankl (2003) berpendapat bahwa makna hidup satu orang berbeda dengan yang lainnya dari hari ke hari dan jam ke jam. Masalahnya karena yang dimaksud bukan makna hidup dalam arti umum melainkan makna hidup dalam arti khusus dari hidup seseorang pada suatu waktu.

(41)

hidup. Sedangkan bagi kalangan yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan maka ketuhanan dan agama merupakan sumber makna hidup yang paripurna yang seharusnya mendasari makna hidup pribadi lebih pada bangsa Indonesia yang umumnya beragama. Bastaman ( 1996).

Dalam kehidupan ini tidak selalu menawarkan kesenangan dan ketenangan, tetapi sebagai keseimbangan kehidupan ini juga menyediakan ketegangan dan penderitaan. Oleh karena itu makna hidup harus dicari dan dipenuhi serta tantangan-tantangan yang ada harus dihadapi dan dijawab. Hal ini terjadi karena setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna dan berharga bagi keluarga, lingkungan masyarakat, serta bagi dirinya sendiri. Bastaman (1996) menjelaskan makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan segala sesuatu yang secara potensial bermakna, namun untuk mencantumkan apa yang dianggap bermakna pada akhirnya terpulang pada orang yang diberi petunjuk itu sendiri.

(42)

efisien. Sementara itu, individu yang kekurangan makna bisa tidak mengalami depresi karena dia hanyut didalam arus pengalaman yang tidak terorganisasi.

Victor E. Frankl (dalam Zainal Abidin 2007) mengemukakan makin banyak anak muda ketika harus memilih pekerjaan tidak memperdulikan pilihannya. Pilih manapun sama saja, karena mereka enggan menemukan makna dalam pekerjaan. Hal yang serupa terjadi ketika memilih pasangan seksual. Asal bisa terpuaskan nafsu birahinya, individu bisa melakukan hubungan seksual dengan siapa pun tanpa landasan cinta, apa lagi religi.

Crumbaug (dalam Koeswara 1987) juga merancang kuantifikasi konsep makna hidup berdasarkan pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup terdiri dari tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup.

2. Sifat-sifat Makna Hidup

Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat, yaitu:

a. Makna hidup sifatnya unik dan personal.

(43)

berbeda dengan orang lain dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula.

b. Makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit.

Artinya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis prestasi-prestasi akademis yang tinggi atau hasil-hasil filosofis yang kreatif.

c. Makna hidup sifatnya memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan

Artinya makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.

3. Aspek-aspek dari Makna Hidup

Crumbaugh (dalam Koeswara 1987) menciptakan PIL Test (The Purpose in Life Test) berdasar pandangan Frankl tentang pengalaman menemukan makna hidup yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup seseorang. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup tersebut antara lain:

(44)

b. Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.

c. Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.

d. Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya.

e. Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai jenis penelitian dan subjek penelitian. Selain itu peneliti memaparkan mengenai metode pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data. Pada bab ini juga dipaparkan mengenai teknik analisis data, dan validitas data yang digunakan dalam penelitian ini. Metode dalam penelitian ini mendiskripsikan tentang pendekatan yang digunakan oleh peneliti. Selain itu, didiskripsikan tentang metode yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data subjek.

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003).

(46)

adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Dalam pandangan penelitian kualitatif,gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat(place) , pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

2. Studi Fenomenologi

Penelitian studi fenemenologi merupakan jenis penelitian kualitatif. Studi fenomenologi adalah suatu penelitian dengan mencari sesuatu yang mendalam untuk mendapatkan satu pemahaman yang mendetail tentang fenomena sosial dan pendidikan yang diteliti.

Penelitian fenomenologi melibatkan pengujian yang teliti dan seksama pada

kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah

makna. Makna merupakan isi penting yang muncul dari pengalaman

kesadaran manusia. Hal itu karena studi fenomenologi merupakan sebuah

pendekatan filosofis untuk menyelidiki pengalaman manusia.

(47)

disebut dengan menjadi fenomenologi. Penelitian ini dibuat untuk mendapatkan deskripsi mengenai pelajar SMA yang telah melakukan hubungan seks pranikah yang notabene masih remaja/pelajar tentunya belum menikah.

B. Tempat Penelitian

Penelitian studi fenomenologi ini dilaksanakan di rumah Bunga yaitu di Klaten, Jogonalan. Status sosial ekonomi siswa yang bersekolah di SMA Harapan (nama disamarkan) ini rata-rata memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah. Kedua orang tuanya sibuk mencari uang sehingga siswa kurang diperhatikan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Yin (2013: 103-118) ada enam sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpul data studi kasus :

1. Dokumentasi

(48)

untuk meneliti lebih jauh topik yang bersangkutan. Tiga, inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan peneliti secara lisan. Peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok yang akan dibicarakan, menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak lanjut wawancara yang telah diperoleh Sugiyono (2010: 322). Selain itu peneliti menyiapkan alat rekam suara seperti tape recorder ataupun handphone untuk merekam hasil wawancara dengan subjek. Hasil wawancara sendiri akan dirubah dalam bentuk verbatim dengan cara menuliskan setiap kata per kata percakapan dalam wawancara. Dalam penelitian ini peneliti telah menyiapkan panduan wawancara terstruktur. Panduan wawancara terstruktur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Panduan Wawancara

No ASPEK ITEM PERTANYAAN

1 Diri Identitas (identy self)

a. Menurut anda, anda itu tipe orang yang seperti apa ?

b. Bagaimana anda bisa melakukan hubungan seks pranikah?

(49)

pranikah?

d. Apa yang anda pikirkan ketika melakukan hubungan seks pranikah?

e. Apakah anda menyesal setelah melakukan seks pranikah?

2 Diri Pelaku (behavioral self)

a. Apakah anda sadar dengan perilaku anda terkait dengan seks pranikah?

b. Bagaimana anda memaknai perilaku seks yang anda lakukan? c. Apakah ada orang lain yang

mendorong anda untuk melakukan hubungan seks pranikah?

d. Faktor apa yang mendorong anda untuk melakukan hubungan seks pranikah?

3 Diri

penerimaan/penilai (judging self)

a. Menurut anda, perilaku seks yang anda lakukan itu benar atau salah? b. Pernahkah ada teguran dari

pihak-pihak tertentu terhadap perilaku anda?

c. Bagaimana perasaan anda terhadap teguran tersebut?

4 Diri Fisik (physical self)

a. Apakah anda menjaga penampilan agar terlihat menarik terhadap teman lawan jenis?

(50)

kekurangan tersebut? 5 Diri etik-moal (

moral-ethical self)

a. Apakah anda merasa nyaman ketika melakukan seks dengan banyak orang?

b. Dimana saja anda biasa melakukan hubungan seks?

c. Menurutmu bagaimana keterkaitan perilakumu dengan moral?

d. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap perilaku anda selama ini? 6 Diri Pribadi (personal

self)

Bisahkah kamu jelaskan mengapa kamu melakukan seks pranikah? 7 Diri Keluarga (family

self)

a. Apakah keluarga mengetahui perilaku anda menganai seks yang anda lakukan?

b. Bagaimana perasaan keluarga mengenai perilaku anda?

c. Bagaiamana anda mengatasi masalah tersebut?

8 Diri sosial (social self) a. Apakah teman mengetahui perilaku anda mengenai seks yang anda lakukan?

b. Bagaimana pendapat mereka tentang hal tersebut?

3. Observasi

(51)

moderat dengan terlibat dalam kegiatan subjek. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh subjek dalam beberapa kegiatan. Dengan observasi pastisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dalam setiap observasi ini peneliti menyiapkan catatan lapangan untuk mencatat setiap perilaku dan proses kerja subjek sebagai sumber data. Catatan lapangan juga sering digunakan peneliti ketika dalam proses menjalankan teknik wawancara baik terstruktur maupun tidak terstruktur. Panduan catatan lapangan dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Panduan Catatan Lapangan ( Observasi)

No Jam

Observasi

Kegiatan di dalam rumah/ di

luar rumah.

Kriteria Observasi

Verbal Non

Verbal

Perilaku

1 2 3 4 5

*Terlampir

D. Teknik Analisis Data

(52)

kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2009: 280) analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Selanjutnya Moleong (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yangn disarankan oleh data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep Milles & Huberman (dalam Soegiyono, 2010), aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi data (Data Reduction)

(53)

2. Penyajian data (Display Data)

Data ini sudah berupa rangkuman , uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and Verification)

(54)

E. Triangulasi

Dalam menguji keabsahan atau validitas data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi (Moleong, 2007: 330). Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber dan metode, yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007: 330).

(55)

39 BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang pelaksaaan penelitian, proses reduksi data dan informasi-informasi yang telah diperoleh di lapangan sebagai hasil studi fenomenologi dengan metode seperti yang telah dijelaskan pada sebelumnya. Informasi diperoleh langsung dari Subjek dan dari pihak terkait. Penulis berusaha mendalami tentang keadaan Subjek. Berkaitan dengan kode etik maka nama Subjek dalam studi kasus ini merupakan nama samaran, selain itu beberapa informasi juga disamarkan agar identitas klien tidak diketahui.

A. Pelaksanaan Penelitian

(56)

sekolah sore. Pada tanggal 14 Maret menggali tentang informasi data diri Subjek untuk menambah validitas data.

Observasi dilanjut lagi pada tanggal 15 Maret 2015 dengan mengikuti kegiatan subjek dari siang sampe sore. Pada waktu Subjek hanya dirumah saja dan cuma main didesa tidak keluar bersama teman temannya. Kebetulan disitu juga ada teman saya dan meraka minum-minum subjek pun juga mendekat tetapi tidak ikut minum hanya ngobrol biasa bercanda tawa. Tanggal 17 Maret 2015 menggali informasi tentang perselisihan subjek dengan temannya yang disebabkan cowok Subjek disukai temannya akhirnya musuhan, disitu Peneliti memberikan solusi dan jalan keluar. Jum’at 20 Maret 2015 peneliti melakukan

wawancara mengenai latar belakang keluarga, riwayat kesehatan dan lingkungan sekitar subjek.

Untuk mendukung data agar teruji vaiditasnya peneliti melakukan wawancara dengan mengambil 2 informan. Pada tanggal 22 Maret 2015 peneliti melakukan wawancara terhadap kakak sepupu Subjek dan pada tanggal 23 Maret peneliti melakukan wawancara terhadap teman dekat Subjek yang tahu persis seluk beluk dari sikap Subjek.

(57)

Tabel 3. Pertemuan Peneliti Dengan Subjek Dan Informan

NO Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan

1 Rabu, 4 Maret 2015 Wawancara Kegiatan subjek sehari-hari

dan mengamati lingkungan

sekitar

2 Jum’at, 6 Maret 2015 Wawancara Pandangan subjek menganai

seks pranikah yang dilakukan

3 Minggu, 8 Maret 2015 Wawancara Aspek-aspek konsep diri

berdasarkan pedoman

wawancara yang telah dibuat

oleh peneliti

4 Kamis, 12 Maret 2015 Menggali Informasi Kesulitan manajemen waktu

belajar dengan main bersama

teman.

5 Sabtu, 14 Maret 2015 Mengggali

informasi

Informasi mengenai data diri

Subjek

6 Minggu, 15 Maret

2015

Observasi Mengukuti kegiatan bersama

subjek siang sampai sore

7 Selasa, 17 Maret 2015 Menggali informasi Perselisihan antar teman

wanita

8 Jum’at 20 Maret 2015 Wawancara a. Latar belakang kehidupan keluarga

b. Lingkungan fisik,

sosio-ekonomi dan sosio

10 Senin, 23 Maret 2015 Wawancara melalui

informan 2

Menggali informasi dari

(58)

B. Penghimpunan Data Subjek 1. Identitas Subjek

Nama : Bunga (Nama Samaran)

Agama : Islam

Umur : 17 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Klaten, 10 April 1997

Pendidikan : SMK kelas 3

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah Penampilan Fisik : Tinggi, kurus, kulit sawo matang 2. Analisis

a. Latar Belakang Kehidupan Keluarga

Latar belakang keluarga Bunga sederhana tidak mewah dalam artian cukup kalau hidup didesa sudah pas tidak kekurangan. Bunga mempunyai adik laki-laki satu yang duduk dibangku kelas 4 SD. Ayah bunga hanya lulusan SMP dan bekerja sebagai buruh bangunan dan Ibu Bunga lulusan SD dan bekerja sebagai penjahit. Dalam masalah pendidikan keluarganya tidak begitu memperhatikan atau dibiarkan bebas

memilih seperti kutipan wawancara Jum’at 20 Maret 2015.

Peneliti : Dalam hal pendidikan apakah kedua orang tua kamu memperhatikan ?

(59)

bekerja mas bapak pulang sore dan ibuk juga capek yang jahit. Besok ketika nerima hasil ujian/ raport nilainya jelek ya dimarahi mas dikira gak pernah belajar dan main terus, padahal aku juga belajar kalau aku tahu ya sudah toh mas mau apa lagi mau nanya bapak ibuk juga gak tahu.( KP20M15)

Dilihat dari kedua orang tua bunga yang hanya lulusan SMP dan SD dan kurangnya wawasan dalam hal pendidikan membuat Bunga dan adiknya kurang diperhatikan dalam hal pendidikan. Yang orang tuanya tahu jika anaknya disuruh belajar ya belajar tanpa ada pemikiran bahawa anaknya belajar itu paham apa yang dipelajari atau tidak. Dari situ juga bisa jadi alasan Bunga untuk keluar dengan alasan mau menanyakan tugas pada teman satu desanya yang dikira bisa membantu mengerjakan tugasnya.

b. Lingkungan Fisik, Sosio-ekonomi dan Sosio Kultural

(60)

masyarakat satu desa. Sosio kultur bunga semuanya orang jawa tidak ada pendatang dari luar yang tinggal didesanya.

c. Pertumbuhan Jasmani dan Riwayat Kesehatan

Pertumbuhan jasmani dan riwayat kesehatan bunga cukup baik tidak ada rekam medis yang begitu mengkhawatirkan dengan kesehatan bunga. Seperti kutipan wawancara yang saya lakukan pada tanggal 20 Maret 2015.

Peneliti : Bagaiamana riwayat kesehatan bunga? Apakah ada penyakit tertentu yang pernah bunga alami?

Bunga : Ehhmm gak ada mas paling cuma batuk pusing pilek itu aja mas. Kalau sampai dirawat dirumah sakit sampai opnam itu aku belum pernah mas dan aku juga gak minta itu terjadi padaku mas. (TA20M15)

Melihat pernyataan bunga yang begitu yakin seperti itu sudah dipsatikan bahwa bunga tidak mempunyai riwayat penyakit samapai sekarang ini. Dengan keyakinan bunga bahwa sekarang tidak penyakit peneliti menanyakan perilku seks pranikah yang telah dilakukan sesuai dengan kutipan wawancara pada Jum’at 6 Maret 2015

Peneliti : Dengan perilaku seks yang kamu lakukan adakah rasa takut jika kena penyakit HIV atau AIDS ?

(61)

Pada dasarnya Bunga juga masih takut dan tahu tentang kesehatan tubuhnya, tapi juga yang namanya anak remaja masih labil kadang tidak menghiraukan bahaya atas tindakan yang dilakukanya.

d. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif bunga cukup baik walaupun dalam pendidikan kedua orangtuanya kurang memperhatikan perkembangan belajarnya. Disekolah bunga cukup berprestasi ketika saya melakukan wawancara tidak terstruktur pada hari Kamis 12 maret 2015.

Peneliti : Kamu kan main terus jarang belajar, pernah gak kamu dapat rangking dikelasmu?

Bunga : Wee jangan salah mas aku itu memang bener jarang belajar main terus tapi aku malah dapet rangking sepuluh besar di kelasku mas. Pernah dulu ditegur sama guru aku mas gini “ sebenarnya kamu itu pintar ndog, cuman malesmu itu yang buat kamu jadi kurang berprestasi malah dikelas rame kalau gak pasti tidur waktu disuruh baca.” Gitu mas. Aku tuh kalau disuruh baca malas mas malah gak masuk mending diterangin langsung malah aku jadi dong.( C12M15)

Berdasarkan wawancara pada tanggal 12 Maret 2015 dengan bunga dari pernyataan bunga memang sebenarnya pintar dan bunga lebih ke tipe audio dalam proses belajar. Karena disuruh membaca malah tidak paham kalau mendengarkan bunga bisa dengan materi yang diterangkan. e. Perkembangan Sosial dan Status Sosial Sekarang ini

(62)

Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara tidak terstruktur pada tanggal 20 Maret 2015 sebagai berikut:

Peneliti : Apakah bunga berelasi secara mendalam dengan oranglain, baik laki-laki maupun wanita?

Bunga : Hmm.. gimana ya mas kalau aku sih lebih nyaman dengan laki-laki ketimbang dengan wanita karena bagiku laki-laki bisa menjaga aku dan bisa aku manfaatin. Aku sendiri juga gak mau mas kalau disakti atau dkhinati teman baik itu wanita atau laki-laki, yang terpenting basa buat aku senang dan nyaman kenapa gak kalau bisa menjalin hubungan yang mendalam. (MRA20M15)

Hal yang menarik dari kutipan wawancara ini adalah dapat dipahami bahwa hal yang wajar dari sikap bunga tentang kepribadianya dia memlih menjalin relasi dengan laki-laki karena bisa daimanfaatin dan asalkan Bunga merasa bahagia dan senang bunga membuka dirinya untuk menjalin relasi yang mendalam dengan laki-laki ataupun wanita.

f. Ciri-ciri Kepribadian

(63)

masalah. Dia mempunyai pribadi yang cukup tegas tidak suka diganggu atau disakiti orang lain dan terbuka dengan orang lain ketika sudah mendapat kepercayaan.

C. Pembahasan

1. Konsep Diri Yang Dimiliki Bunga Terkait Dengan Perilaku Seks Pranikah.

a. Diri Identitas (identy self)

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) Diri identitas

mengacu pada pertanyaan “siapakah saya?”. Pertanyaan tersebut

bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Dengan bertambahnya usia dan interaksi dengan lingkungan, pengetahuan individu tentang dirinya juga bertambah sehingga dia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bunga ditemukan hal yang sesuai dengan teori Fitts. Bunga menyadari bahwa dia adalah pribadi yang suka menolong dan disukai banyak orang. Pernyataan itu dapat dilihat pada kutipan wawancara 8 Maret 2015 dibawah ini:

(64)

Pernyataan Bunga di atas dibenarkan oleh teman dekatnya. Dapat dilihat dari hasil wawancara tidak terstruktur pada tanggal 23 Maret 2015 di bawah ini:

Teman Bunga: “iya mas, Bunga memang temene banyak dimana-mana. Wong dia anaknya baik kok mas. Suka nolongin orang. Banyak yang naksir dia tuh mas tapi pacar e sering gonta -ganti”(MWTTW10/23M15)

Dilihat dari pernyataan diiatas Bunga jelas memiliki pengetahuan yang baik tentang dirinya. Dia terlihat mampu melengkapi keterangan yang baik tentang dirinya. Terkait dengan diri identitas Bunga mampu memenuhi aspek yang paling mendasar pada konsep dirinya. Melalui pernyataan temannya diatas banyak pemuda yang menyukai Bunga. Hal tersebut menjadi titik awal Bunga melakukan hubungan seks pranikah

b. Diri Pelaku (behavioral self)

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) diri pelaku

mengacu pada kesadaran tentang “apa yang dilakukan oleh diri”.

Ini berkaitan erat dengan diri identitas yang menunjukan keserasian antara identitas dengan diri pelaku sehingga dia dapat mengenali dan menerima baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.

(65)

dengan diri pelakunya. Bunga sadar tentang seks pranikah yang dilakukannya, tapi disisi lain terlihat jelas bahwa Bunga tahu bahwa perilakunya menyimpang. Pernyataan itu dapat dilihat pada wawancara tanggal 8 Maret 2015 :

Bunga :”masalah sadar apa gaknya, tentuya aku sadar betul mas tentang apa yang aku lakukan itu, kadang aku melakukannya pada waktu mabuk juga pernah tapi ini pasti dinilai jelek sama orang lain. Aku sadar kalau sikapku salah”.(SW3/8M15)

Dilihat dari pernyataan diatas sudah jelas bahwa Bunga melakukan hubungan seks itu dengan sadar akan tetapi kurang sesuai dengan teori dari Fitts tentang menerima baik sebagai diri perilaku bahwa perilakunya itu menyimpang.

c. Diri penerimaan/penilai (judging self)

(66)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bunga terkait dengan seks yang telah dilakukanya Bunga dapat menerima keadaanya yang sekarang bahwa dia melakukan seks itu mendapat kepuasaan tersendiri. Pernyataan ini dapat dilihat pada wawancara tanggal 8 Maret 2015:

Bunga: “perasaanku tentang teguran teman-teman dan kaka sepupuku yaw aku anggap angin lalu mas. Aku hargai perhatian mereka, tapi aku sudah merasa nyaman dengan kehidupanku yang seperti ini mau apa lagi mereka”(TSDPW3/8M15)

Dilihat dari pernyataan diatas jelas bahwa Bunga mempunyai kepuasan diri yang tinggi bahwa dia sudah nyaman dengan dunianya yang sekarang. (Wirawan 1981) mengemukakan seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan orang lain.

d. Diri Fisik (physical self)

(67)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bunga terkait perilaku seks yang pernah dilakukannya bahwa Bunga merasa kurang puas dengan keadaan tubuhnya. Pernyataan itu dapat dilihat dalam kutipan wawancara pada tanggal 8 Maret 2015:

Bunga:”menurut aku kekurangannya jujur ya mas payudara aku agak kecil kurang begitu meanarik makane aku malu dan minder, tapi aku juga pake susuk biar kelihatan menarik ketika dilihat cowok”.

(KPDW3/8M15)

Pernyataan Bunga diataas dapat dibenerkan oleh teman dekatnya. Dapat dilihat pada kutipan wawancara tidak tersruktur pada tanggal 23 Maret 2015.

Temandekat Bunga:” iya mas, memang benar bahwa Bunga itu memakai susuk dimatanya, karena dulu yang nganter aku ke dukun di daerah Bayat mas

Dilihat dari pernyataan diatas jelas bahwa Bunga minder, malu kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya dan pada akhirnya Bunga memutuskan memakai susuk agar terlihat menarik dengan lawan jenis sehingga Bunga dapat merasa percaya diri dengan yang dia punya.

e. Diri etik-moral (moral-ethical self)

(68)

dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bunga terkait seks yang dilakukannya Bunga memang tahu bahwa perilakunya itu buruk dan minyampang dan Bunga juga sadar bahwa sekarang jarang berdoa di masjid. Pernyataan itu dapat dilihat dalam kutipan wawancara pada tanggal 8 Maret 2015;

Bunga: “Aku pikir tentunya menimpang ya mas melihat perilaku yng aku lakukan sudah mencoreng nama keluarga, masyarakat dan agama. Aku sekarang juga jarang sembayang ke Masjid seolah-olah hidupku jauh dari Allah.” (SPSW3/8M15)

Pernyataan diaatas dapat dibenarkan oleh kakak sepupu Bunga. Dapat dilihat dalam kutipan wawancara tidak tersruktur pada tanggal 22 Maret 2015:

Kakak Bunga:”Memang benar mas bahwa Bunga itu jarang ke Masjid dan kegiataan keagamaan didesa seperti TPA. Aku juga tahu mas tentang sikap dan perilakunya selama ini bahwa kurang baik dan aku juga tidak mau begitu saja meyerah untuk menasehati adiku agar menjadi lebih baik.”

(69)

kurngnya pemahamaan dan ketaatan dalam menjalankan ajaran agama.

f. Diri Pribadi (personal self)

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) Diri pribadi merupakan persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.

Berdasrkan hasil wawancara dengan Bunga Terkait perilaku seks yang dilakukanya bahwa Bunga selama ini merasa puas menjadi pribadi yang belum baik/tepat. Peryataan dapat dilihat pada kutipan wawancara pada tanggal 8 Maret 2015:

Bunga: “pertama itu faktor keluarga mas jadi kedua orang tua aku itu kurang bisa memahami keadaan aku mas, disamping itu juga faktor lingkungan dan teman-teman yang membuat aku jadi kayak gini membuat aku menjadi anak yang gimana ya mas, bisah dikaatakan anak nakal”(KPW3/8M15).

Pernyataan diaatas dapat dibenarkan oleh kakak sepupu Bunga. Dapat dilihat dalam kutipan wawancara tidak tersruktur pada tanggal 22 Maret 2015:

(70)

Dilihat dari pernyataan diaatas bahwa Bunga bisah dikatakan nakal juga karena kurang perhatian dari kelurga tentang bagaiamana bergaul dengan baik.

g. Diri Keluarga (family self)

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) Diri keluarga menunjukkan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga yang menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa dekat terhadap dirinya serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankan sebagai anggota dari suatu keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bunga terkait dengan perilaku seks yang dilakukannya bahwa didalam sebuah keluarga Bunga kurang bisah menempatkan diri dengan baik walaupun Bunga dekat dengan Ibu nya tapi juga Ibunya kurang peka terhadap perilaku yang dilakukan dibilakang orang tuanya.

Peryataan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara pada tanggal 8 Maret 2015:

Bunga: “kedua orang tuaku sepengetahuanku kayaknya gak tahu mas kalau aku diluar nakal dan sudah gak prawan. Sebagai orang tua sedih ya mas melihat tingakahku yang seperti ini. Pernah mas Ibuk menasehati aku sampai nangis karena ada tetangga yang tahu bahwa aku ngrokok dan minum sampai akhirnya aku juga ikutan menangis melihat ibuk menangis.”(KPW3/8M15)

(71)

h. Diri sosial (social self)

Menurut Fitts (dalam Hendrianti, 2006) diri sosial merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya dan berpengaruh terhadap proses pembentukan konsep diri.

Berdasarkan wawancara dengan Bunga tentang perilaku seks yang dilakukannya bahwa Bunga didalam lingkungan bermasyarakat memang Bunga mendapat penilaian buruk terhadap perilaku dan sikap yang dilakukannya. Itu juga yang membuat konsep diri Bunga menjadi negatif. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan wawancara pada tanggal 8 Maret 2015:

Bunga: “aku juga pernah mas menanyakan pendapat teman-teman tentang perilaku aku ini gimana, dan ternyata banyak teman muda mudi didesa yang merespon negatif kalau aku ini cewek nakal, murahan, gampangan atau kimcil. Aku juga merasa mas ada yang beda dengan teman-teman waktu memandang aku, kayak tidak suka gitu. Walaupun mendapat kritkan ya aku anggap angin lalu wae”(STMTW3/8M15)

Dilihat dari pernyataan diatas dapat disumpulkan bahwa konsep diri Bunga itu negatif melihat sikap dan perilaku Bunga yang kurang baik dari penglihatan teman muda-mudi di desanya. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri Bunga.

a. Orang lain

Gambar

Tabel 3.Agenda pertemuan peneliti dengan Subjek dan informan .................... 41
Tabel 1. Panduan Wawancara
Tabel 2. Panduan Catatan Lapangan ( Observasi)
Tabel 3. Pertemuan Peneliti Dengan Subjek Dan InformanNOHari/TanggalKegiatan

Referensi

Dokumen terkait

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bagi para peserta pengadaan penyedia pekerjaan konstruksi tersebut diatas diberikan kesempatan menyampaikan sanggahan (bila

Skripsi dengan judul “Perancangan Sistem Basis Data Produksi Barang dan Penjualan pada PT Graha Tunggal Tata Persada“ ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Undangan yang terkait dengan perkawinan dan perceraian.. secara militer, yang terdiri dari UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang perbaharui. UU No. 50 tahun

1) Anak yang pernah mendapat mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut menderita TB. Evaluasi dapat

Pengelolan data Administrasi Sistem Peminjaman VCD Pada Rental Disk Tara mempunyai peranan penting untuk menghasilkan Informasi pelayanan yang akan dilaporkan untuk setiap

bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf adan b di atas perlu ditetapkan tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak bahan bakar kendaraan bermotor dengan

2014 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Nomor 5606/KT.005/J.3/2014 tanggal 8 September 2014, telah melakukan

Atribut merupakan entitas pasti yang memiliki elemen yang berfungsi untuk dapat. mendeskripsikan karakteristik dari suatu entitas tersebut seperti contoh di atas. Isi