• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 (2)bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "1 (2)bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada anak"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan taman kanak–kanak (TK) merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai enam tahun.

Pendidikan TK memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain, pendidikan TK sangat mengutamakan pendidikan yang berpusat pada anak atau “childcentre”.

Di dalam Undang–Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional pasal 1 ayat14,ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan agar anak memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian, tugas utama TK adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan sikap/perilaku ketrampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di sekolah dasar.

Taman kanak-kanak sebagai tempat bermain yang indah, nyaman, dan gembira bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Teori practice for adulthood (Fitria, 2013) menjelaskan bahwa bermain merupakan peluang bagi pengembangan ketrampilan dan pengetahuan anak yang sangat penting fungsinya.

1

(2)

bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada anak. Bermain adalah hal yang paling wajar disukai anak. Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, social, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni.

Membaca merupakan salah satu bidang akademik yang harus segera dimiliki oleh anak. Karena manfaat membaca mampu meningkatkan belajar pada bidang akademik yang lain. Dengan membaca seseorang mengerti banyak hal. Memperoleh informasi-informasi dan menjadikan seseorang bertambah luas wawasannya.

Membaca dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata, menambah proses pengayaan pribadi, dan mengembangkan intelektualitas. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Lerner (Haryanto, 2009) anak pada usia sekolah permulaan yang tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi di kelas berikut.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam membaca.

Secara umum faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi seperti guru, siswa, kondisi lingkungan, materi pelajaran, metode pelajaran serta tehnik mempelajari materi pelajaran. Faktor–faktor tersebut terkait dengan jalannya proses belajar membaca, dan jika kurang diperhatikan hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan membaca pada anak.

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca, anak belajar memperoleh kemampuan dan cara-cara dalam membaca serta menangkap isi bacaan. Haryalesmana (2009) mengemukakan bahwa tujuan membaca dan menulis

(3)

permulaan ialah mengenalkan kepada siswa konsep huruf-huruf abjad sebagai tanda suara dan melatih kecakapan anak untuk mengubah huruf menjadi suara dalam kata- kata sebagai pengertian. Salah satu langkah awal untuk menjadi pembaca yang sukses adalah belajar mengenali konsep huruf abjad. Kita perlu mengetahui bahwa konsep huruf abjad adalah proses awal seorang anak membedakan karakter satu huruf dengan huruf lainnya yang bila dirangkaikan akan menimbulkan keragaman bunyi. Proses ini adalah tahap dimana anak mulai mengidentifikasi bunyi yang ada dalam kata, setelah itu barulah dapat diajarkan bagaimana huruf-huruf abjad itu dapat membentuk suatu kata yang bermakna berbeda satu dengan lainnya.

Ketika sampai pada proses pengenalan huruf-huruf abjad pada anak, ada hal penting lain yang patut menjadi perhatian. Mencermati kemampuan memori pada anak perlu dilakukan agar jangan sampai anak merasa dipaksa untuk menghafal semua huruf dalam waktu singkat. Meskipun membaca memang merupakan suatu proses yang mewajibkan seseorang mampu menggunakan keterampilan diskriminasi visual suara juga adanya proses perhatian dan memori. Karena itu, latihan yang cukup sering harus diberikan pada anak. Menerapkannya dalam suasana belajar yang tidak formal akan lebih baik.

Corak pendidikan yang diberikan di TK menekankan pada esensi bermain bagi anak–anak. Dengan memberikan metode yang sebagian besar menggunakan sistem bermain sambil belajar. Materi yang diberikan pun bervariasi, termasuk menjadikan anak siap belajar (ready to learn), yaitu siap belajar berhitung, membaca, dan menulis.

(4)

Kegiatan bermain anak juga dapat melatih kemampuan bahasanya dengan cara mendengarkan bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa Indonesia, dan sebagainya. Penerapan metode permainan kartu kata bertujuan untuk memotivasi anak dalam mengikuti pelajaran, sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Penerapan metode permainan kartu kata adalah sebagai metode yang digunakan dalam pembelajaran pengenalan konsep huruf, membaca suku kata dan membaca kata-kata sederhana.

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan pada anak didik kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad menunjukkan adanya perbedaan dengan yang diharapkan. Kondisi seperti ini dapat diketahui pada saat proses pembelajaran membaca permulaan sedang berlangsung, anak didik kurang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan tidak merasa senang mengikutinya. Secara umum, anak mampu menyebutkan huruf a-z secara berurutan maupun mengenali huruf meski tidak berurutan. Tetapi, jika huruf tersebut ditambahkan dengan huruf lain, anak sudah tidak mampu membacanya. Salah satu faktor penyebab kekurangberartian proses dan hasil pembelajaran membaca permulaan yang telah berlangsung ini, yaitu kurang ditopang oleh media yang berfungsi memediasi timbulnya karakter anak didik menjadi aktif, kreatif,inovatif, belajar secara efektif, dan merasa senang. Masalah ini tidak baik jika terus dibiarkan oleh guru yang bertanggung jawab secara langsung terhadap proses pembelajaran tersebut.

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul“Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Bermain Kartu kata

(5)

Pada Anak di Kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros ”. Metode ini dipilih karena dianggap sebagai salah satu metode yang efektif untuk menyampaikan pembelajaran karena disajikan dengan cara yang menyenangkan bagi anak.

B. Rumusan Masalah

Dari pengalaman belajar yang bersama anak kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad, maka peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana hasil membaca permulaan pada anak dengan bermain kartu kata pada anak kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil membaca permulaan pada anak dengan bermain kartu kata pada anak kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki proses pembelajaran membaca, selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain dapat mengembangkan penggunaan media atau pendekatan lain guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

1.Manfaat Teoretis

1. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.

(6)

2. Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak.

2.Manfaat Praktis a. BagiAnak Didik

1. Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.

2. Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran membaca.

3. Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.

b. Bagi Guru

1. Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran membaca.

2. Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1. Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.

2. Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.

3. Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Membaca Permulaan a. Pengertian Membaca Permulaan

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca.

Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa-kata dalam membaca.

Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkanperhatian.

Belajar membaca pada anak usia dini terdiri dari beberapa komponen.Menurut Budihasti yang dikutip dari Yamyuna (2008:10) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu sebagai berikut:

1. Pengenalan kata-kata. Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yangdiucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol.

2. Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yangterpenting adalah mengerti apa yang dibaca.

3. Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.

4. Penggabungan. Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalamanmembaca dimasa lalu.

7

(8)

Membaca permulaanmenekankan pengkondisian siswa untuk masuk dan mengenal bahan bacaan.Belum sampai pada pemahaman yang mendalam akan materi bacaan, apalagi dituntut untuk menguasai materi secara menyeluruh, lalu menyampaikan hasilpemerolehan dari membacanya.

Pada masa prasekolah, anak distimulus untuk dapat membaca permulaan.

Steinberg (Susanto, 2011:75) mendefenisikan membaca permulaan sebagai berikut:

“Membaca permulaan adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anakprasekolah. Program ini merupakan latihan pengenalan pada perkataan-perkataan utuh dan bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang diberikanmelalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantarapembelajaran”.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih yang dikutip dari Alifiyah (2012:8) membaca permulaan diberikan secara bertahap, yaitu:

pramembaca dan membaca. Pada tahap pramembaca, kepada anak diajarkan: (1) Sikap duduk yang baik pada waktumembaca; (2) Cara meletakkan buku di meja; (3) Cara memegangbuku; (4) Cara membuka dan membalik halaman buku; dan (5) Melihat dan memperhatikan tulisan.

Pembelajaran membaca permulaan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifatteknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasiyang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. Akhadiah (1991:11) mengemukakan beberapa faktor yangdapat mempengaruhi kemampuan membaca, yaitu:

1. Motivasimerupakan faktor yang cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan membaca. Sering kegagalan membaca terjadi karena rendahnya motivasi.

2. Lingkungan keluarga. Orang tua yang memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca akan berusaha agar anak- anaknya memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Untuk itu

(9)

orang tua memegang peranan penting untuk pengembangan kemampuan membaca anak.

3. Bahan bacaan. Bahan bacaan akan mempengaruhi seseorang dalam minat maupun kemampuan memahaminya. Bahan bacaan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak. Faktor yang diperhatikan dalam penantuan bahan bacaan adalah topik dan taraf kesulitan pembaca.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca permulaanadalah membaca yang dilaksanakan di TK yang dilakukan secara terprogramkepada anak prasekolah, dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf danlambang-lambang tulisan yang menitikberatkan pada aspek ketepatanmenyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasansuara.

b. Indikator Membaca Permulaan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka program pengembangan kemampuan membaca permulaan yang diajarkan di TK kelompok B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum TK yaitu kemampuan membaca permulaan (pramembaca), sedangkan pelaksanaannya berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih dalam Alifiyah (2012:10) menyatakan bahwa materiyang diajarkan dalam membaca permulaan adalah:

1. Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana.

2. Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf),

3. Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal),misalnya: toko, mata, tamu.

(10)

4. Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yangdiperkenalkan 10 sampai 20 huruf).

Menurut Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada lingkup perkembangan keaksaraan yaitu sebagi berikut:

1) Menyebutkan dari simbol-simbol huruf yang dikenal.

2) Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada disekitarnya.

3) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama.

4) Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf.

5) Membaca nama sendiri.

6) Menuliskan nama sendiri.

7) Memahami arti kata dalam cerita

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam mengidentifikasi berbagai bunyi huruf, memahami dan menyuarakan kata serta kalimat sederhana.

c. Tahap Perkembangan Membaca

Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap.Menurut Cachrane Efal (Budiyati, 2014), perkembangan kemampuan dasar membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam limatahap, yakni:“(1) tahap fantasi, (2) tahap pembentukan konsep diri, (3) tahap membaca gemar, (4) pengenalan bacaan, dan (5) tahap membaca lancer”.Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap.

(11)

Menurut Musfiroh (2009) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, perkembangan membaca anak-anak dapatdikatagorikan ke dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap magik. Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa buku, dan sering memiliki bukufavorit.

2. Tahap konsep diri. Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.

3. Tahap membaca antara. Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak(print). Mereka mungkin memilih kata yang sudah dikenal,mencatat kata-kata yang berkaitan dengan dirinya, dapatmembaca ulang cerita yang telah ditulis serta dapat membacapuisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabelsebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencobamencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulaimengenali alfabet.

4. Tahap lepas landas. Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga system tanda/ciri yakni grafofonik, semantik, dan sintaksis. Merekamulai bergairah membaca, mulai mengenal huruf darikonteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak danmembaca apa pun di sekitarnya, seperti tulisan

(12)

padakemasan, tanda-tanda. Resiko bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian padasetiap huruf.

5. Tahap independen. Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secaramandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan daripengalaman sebelumnya dan isyarat penulis. Anak-anakdapat membuat perkiraan tentang materi bacaan. Materiberhubungan langsung dengan pengalaman yang palingmudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahamistruktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositorisyang umum.

Pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Anak dituntut untuk dapat menyuarakan huruf, kartu kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan.Kemampuan membaca anak berlangsung pada beberapa tahapperkembangan.

Menurut Steinberg dalam Susanto (2011) bahwa, kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahapperkembangan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan. Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadaribahwa buku ini penting, melihat- lihat buku dan membalik-balik bukukadang-kadang anak membawa buku ke tempatkesenangannya.

2. Tahap membaca gambar. Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulaimelibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna gambar, membaca buku dengan

(13)

menggunakan bahasabuku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak TK sudah menyadaribahwa sebuah buku memiliki karakteristik khusus, seperti judul,halaman, huruf, kata dan kalimat serta tanda baca walaupun anak belumfaham semuanya.

3. Tahap pengenalan bacaan. Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa,seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kataatau kalimat) secara bersama-sama.

Anak yang sudah tertarik pada bahanbacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anakmulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda dilingkungannya.

4. Tahap membaca lancar. Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenisbuku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengankehidupan sehari-hari.

d. Prinsip-prinsip Pembelajaran Membaca Anak Taman Kanak-kanak Prinsip pembelajaran membaca yang dimaksud adalah prinsip pembelajaran untuk menimbulkan kebiasaan dan minat membaca pada anak usia dini. Prinsip ini perlu untuk diketahui agar dapat mengajarkan kegiatanmembaca sesuai dengan tahap perkembangannya, terutama bagi tingkat dasar,yaitu agar anak dapat memperoleh pengalaman belajar yang baik dan menyenangkan dalam membaca tingkat dasar.

Santrock (Budiyanti 2014) yang menyatakan bahwa “pembelajaran membaca seharusnya paralel dengan pembelajaran bahasa alami anak”. Materi yang diberikan untuk pembelajaran membaca sebaiknya utuh dan bermakna.Artinya, anak-anak

(14)

sebaiknya diberikan materi dalam bentuk lengkap, seperticerita-cerita dan puisi-puisi, sehingga anak dapat belajar memahami fungsikomunikatif bahasa. Pembelajaran membaca seharusnya diintegrasikan dengansubjek dan keahlian lainnya seperti ilmu pengetahuan alam, studi-studi sosial,dan materi membaca seharusnya terpusat pada pengetahuan sehari-hari.

Mallquist (Susanto 2011) menyatakan bahwa pembelajaran membaca di Taman Kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dankarakteristik anak. Proses pembelajaran, alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus diperhatikan, dan lingkungan belajaryang kondusif. Hal ini sangat penting, sebab bila anak mengalami kegagalanpada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak, baikketerampilan ekspresif maupun reseptif.

Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan prinsip pembelajaran anak usia dini. Masnipal (2013) menyatakan kegiatan membaca pada anak usia dini harus dilakukan dengan cara yang benar, metode yang menarik dan menyenangkan.

Jika anak sudah memiliki rasa senangmembaca, akan lebih mudah untuk dibimbing dalam kegiatan belajar membaca. Lebih tepatnya lagi jika anak sudah ditanamkan sejak dini, sehingga kegiatanmembaca bukan menjadi suatu beban, melainkan suatu kebutuhan.

Dari pendapat di atas prinsip pembelajaran belajar membaca yang dimaksud adalah membiasakan anak membaca sejak dini, dengan materi yangbermakna serta terpusat pada pengetahuan sehari-hari sehingga anak lebih mudah untuk

(15)

memahaminya, kegiatan membaca yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan minat yang sesuai dengan karateristik anak, maka anak lebih mudah untuk dibimbing untuk kegiatan membaca yang selanjutnya.

2. Kajian Tentang Kartu Kata a. Pengertian Kartu Kata

Ahmad (2007: 27) menyatakan bahwa “kartu kata atau foto biasanya digunakan sebagai media pengganti atau barang yang sebenarnya asli”. Menurut Rahadi (2003: 26) bahwa “kartu kata adalah media yang menyalurkan pesan lewat simbol- simbol gambar”.

Sedangkan menurut Hamalik, (2003: 95) “Kartu kata adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, film, strip, opaque proyektor”.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kartu kata adalah media yang menyalurkan pesan pembelajaran lewat symbol- symbol gambar sebagai pengganti dari obyek yang sebenarnya

b. Fungsi dan Manfaat Kartu kata

Kartu kata berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran dan mengilustrasikan sajian suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dijelaskan melalui penjelasan verbal saja.Banyak konsep yang mudah dijelaskan melalui kartu kata daripada menggunakan kata- kata verbal.Hal tersebut sebagaimana dikemukakan Ahmad (2007: 27) bahwa “fungsi gambar adalah untuk

(16)

memperjelas keterangan verbal guru atau memperjelas hasil bacaan anak”. Lebih lanjut Ahmad (2007:28) mengemukakan manfaat kartu kata sebagai berikut:

1. Menghindari terjadinya salah pengertian antara apa yang dimaksud guru dan apa yang dimaksud oleh anak.

2. Menghemat waktu dan tenaga guru.

3. Dapat menampilkan benda- benda yang asing.

4. Lebih konkrit dibandingkan penggunaan kata- kata atau kalimat.

5. Dapat merangsang aktivitas belajar anak.

6. Dapat mempengaruhi/ mengendalikan emosi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu manfaat dari kartu kata adalah merangsang aktivitas belajar anak dan memperjelas keterangan verbal guru atau memperjelas hasil bacaan anak.

c. Kelebihan Kartu Kata

Ahmad (2007: 7) menyatakan bahwa kartu kata dalam arti yang terbatas,yaitu sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk:

1). Memotivasi belajar anak,

2). Memperjelas informasi/pesan pengajaran,

3). Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, 4). Memberi variasi pengajaran,

5). Memperjelas struktur pengajaran.

Menurut Hamalik (2003:51 ), kelebihan penggunaan kartu kata sebagai media pembelajaran yaitu:

1) Sifatnya kongkrit.Gambar lebih menunjukkan pakok masalah dibandingkan dengan verbal secara relatif,

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, tidak semua benda,obyek atau peristiwa dapat di bawa ke kelas,

3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

(17)

4) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja,sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalapahamannya,

5) Murah harganya dan gampang di dapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan kartu kata memiliki banyak kelebihan jika diterapkan sebagai media pembelajaran, diantaranya yaitu : bersifat konkret sehingga memudahkan anak dalam menyerap informasi didalamnya,mempejelas isi materi pembelajaran yang disampaikan dan juga mudah dalam membuatnya.

d. Langkah-Iangkah penggunaan kartu kata

Alat bantu pembelajaran menjadi bagian integral dari proses pembelajaran sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH), terutama dalam metode mengajar.

Dalam penggunaannya, guru sebaiknya menyusun langkah-langkah dalam pembelajaran melalui penggunaan alat peraga sehingga keberadaan alat peraga betul- betul dapat menunjang Pengembangan kualitas proses pembelajaran.

Menurut Suyanto (2005: 180), langkah-langkah penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran membaca dapat dikembangkan berdasarkan kegiaan pembelajaran di Taman kanak-kanak, sebagai berikut:

a. Anak dikondisikan untuk duduk dikelompoknya masing-masing, satu kelompok terdiri dari 5 anak.

b. Guru mempersiapkan media kartu kata dan mengenalkannya kepada anak.

(18)

c. Guru mengenalkan satu persatu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya, kemudian menebak huruf yang tertulis di belakang kartu kata, serta melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.

d. Anak menyebutkan kata yang memiliki huruf yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media karu kata bergambar.

e. Anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang pada kata yang di tunjuk guru.

f. Guru memberikan media kartu kata pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak didalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata.

g. Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan pemebelajaran lebih menarik.

Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga di atas menunjukkan bahwa guru harus menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum mengajar. Hal ini dimaksudkan agar penggunaan alat peraga dapat efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran jika dibandingkan dengan tidak menggunakana alat peraga. Demikian halnya dalam penggunaan kartu kata dalam pembelajaran di TK juga memerlukan langkah-langkah tertentu yang secara sistematis diatur dan digunakan dalam menunjang kelancaran pembelajaran.

Lebih lanjut Sudjana (2008) mengemukakan sebelum melakukan langkah- langkah tersebut, terlebih dahulu dibuat alat peraga yang akan digunakan. Guru bisa

(19)

membuat sendiri kartu kata dengan beberapa bahan yang mudah didapat dan juga cukup murah.

Bahan : Karton duplek, berbagai jenis gambar berwarna dari majalah atau koran bekas atau poster gambar.

Alat : Gunting, penggaris, pensil, dan spidol besar.

1. Cara membuat kartu kata:

a. Bagilah karton duplek dengan bantuan pensil dan penggaris menjadi kartu- kartu dengan ukuran panjang 24 cm x 8 cm, lalu digunting.

b. Untuk 1 (satu) kartu terdiri atas 2 (dua) buah duplek yang direkatkan, sehingga2 (dua) sisi masing-masing berwarna putih.

c. Sisi yang pertama diisi dengan gambar yang direkatkan dengan lem berikut tulisan nama gambar tersebut, sementara sisi yang kedua diisi dengan tulisan dari gambar tersebut.

2. Cara melalui komputer, yakni;

a. Membuka lembar kerja Microsoft Word

b. Copy paste gambar yang diinginkan pada lembar kerja c. Lalu ketik tulisan nama gambar tersebut

d. Untuk membuat kartu kata menjadi menarik, kita bisa memberinya gambar dan mewarnainya melalui program paint

3. Cara memainkan kartu kata :

(20)

a. Jejerkan 5 (lima) buah kartu dengan bagian bergambar berada di atas.

Biarkan selama 5 (lima) detik.

b. Lalu baliklah kartu-kartu itu sehingga bagian yang tidak bergambar berada di atas.

c. Bermain tebak-tebakkan dengan anak, kartu apakah yang kita tunjukkan.

d. 5 - 10 menit cukup untuk memainkan permainan itu, dan segeralah beralih ke kegiatan lain yang mungkin lebih menantang, seperti bermain bola atau yang lainnya, yang memang disukai anak.

e. Tumpulkan ujung-ujung kartu supaya tidak melukai mata atau bagian tubuh lainnya ketika dimainkan oleh anak.

f. Simpanlah kartu-kartu berurutan berdasarkan kategori, misalnya; sayur- sayuran, hewan, pakaian, dan sebagainya.

Dari beberapa langkah-langkah yang dijelaskan di atas, maka langkah-langkah penggunaan alat peraga kartu kata yang akan ditempuh pada penelitian ini adalah :

1. Menarik perhatian dan minat anak dalam kegiatan kartu kata

2. Mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai melalui permainan kartu kata 3. Guru meminta anak menyebutkan gambar apa saja yang ditampilkan dan

menyesuaikannya dengan kata-kata yang ada di bawahnya

4. Membimbing anak untuk menyebutkan gambar dari kartu-kartu tersebut secara bergiliran

e. Keuntungan Penggunaan Kartu Kata bagi Pengembangan Kosakata Anak Usia Dini

(21)

Kartu Kata adalah kartu permainan yang dilakukan dengan cara menunjukkan kata secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat merima informasi yang ada di hadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf di usia sedini mungkin.

Adapun manfaat dan metode kartu kata antara lain (Musfiroh, 2009) adalah:

1. Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin.

2. Mengembangkan daya ingat otak kanan.

3. Melatih kemampuan konsentrasi anak.

4. Memperbanyak perbendaharaan kata dan anak.

Metode kartu kata sudah sangat terkenal di negara-negara maju dan terbukti sangat efektif untuk mengajarkan anak membaca di usia yang sedini mungkin. Maka, harus segera memberikan stimulasi-stimulasi kepada anak, sehingga perkembangan otaknya, baik kiri maupun kanan bisa tumbuh dengan seimbang.

B. Kerangka Pikir

Pada pembelajaran yang dilakukan di beberapa TK saat ini, membaca telah diperkenalkan ketika anak berada di Kelompok B. Namun, ternyata anak masih mengalami kesulitan dalam membaca. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak disebabkan karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan bahasa, khususnya membaca permulaan kurang bervariasi. Selain itu media yang digunakan belum dapat menarik perhatian anak, media yang

(22)

digunakan kurang dikembangkan, pengelolaan kelas pada saat pembelajara kurang baik serta kurangnya kesiapan anak dalam melakukan pembelajaran didalam kelas.

Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk menarik perhatian anak untuk mengenalkan kemampuan membaca adalah dengan bermain kartu kata, kartu kata adalah media visual yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada sasaran tertentu pula. kartu kata ini mudah untuk dibuat sendiri oleh guru sehingga tidak mengeluarkan biaya yang banyak dalam pembuatannya. Kata-kata yang mendukung penggunaan media Kartu suku kata yang disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah, dengan demikian dapat dipakai berkali-kali. kartu kata dapat dipakai pula mengenalkan kata-kata yang nantinya memudahkan proses penyampaian materi, terutama dalam membaca permulaan.

Sebuah media yang menarik menjadi sesuatu yang sangat penting bagi sebuah pembelajaran terutama pada pembelajaran di TK, sehingga anak akan lebih tertarik dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Melihat kegunaan dan keuntungan yang dimiliki oleh media kubus suku kata pada kegiatan pembelajarankartu kata merupakan salah satu media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak TK Kelompok B.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, apabila divisualkan dalam sebuah skema adalah sebagai berikut:

(23)

\

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir Kemampuan membaca

anak masih kurang ASPEK GURU

Cara mengajar membaca yang diterapkan oleh guru belum menggunakan media bermain

ASPEK ANAK

anak sudah mengenal huruf tapi belum mampu membaca kata.

BERMAIN KARTU KATA

LANGKAH-LANGKAH

a. Anak dikondisikan untuk duduk dikelompoknya masing-masing, satu kelompok terdiri dari 5 anak.

b. Guru mempersiapkan media kartu kata dan mengenalkannya kepada anak.

c. Guru mengenalkan satu persatu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya, kemudian menebak huruf yang tertulis di belakang kartu kata, serta melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.

d. Anak menyebutkan kata yang memiliki huruf yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media karu kata.

e. Anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang pada kata yang di tunjuk guru.

f. Guru memberikan media kartu kata pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak didalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata.

g. Setiap anak menempelkan kartu kata yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan

Kemampuan membaca anak meningkat

1. Anak mampu menghubungkan kata 2. Anak mampu membaca nama sendiri

(24)

C. Hipotisis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, dapat diajukan hipotisis tindakan sebagai berikut: “Jika penerapan kegiatan bermain kartu kata di Taman Kanak-Kanak Kartika IX-5 Kostrad Kecmatan Tanralili Kabupaten Maros maka kemampuan membaca awal anak akan meningkat”.

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Muslich (2010) Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tindakan-tindakan ini dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, penerapan strategi pembelajaran, pemakaian media/sumber belajar, jenis pendekatan tertentu, atau hal-hal inovatif lainnya.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan dan kartu kata.

1. Kemampuan membaca permulaan adalah kemampuan anak dalam membaca huruf, suku kata dan kata yang diberikan lewat permainan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Kartu kata adalah media yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk memudahkan anak dalam proses pembelajaran membaca permulaan. Kartu kata dilengkapi kata-kata yang efektif untuk mengingat dan menghafal dalam pembelajaran penguasaan kosa kata.

C. Setting Penelitian

25

(26)

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Kartika IX-5 Kostrad Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros yang berjumlah 20 anak, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan serta 1 orang guru kelas B.

D. Prosedur dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto dkk (2014) menjelaskan bahwa tahapan PTK berupa siklusyang terdiri dari 4langkah-langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setelah siklus satu selesai, dan guru masih menemukan masalah maka akan dilanjutkan ke siklus dua dengan langkah seperti pada siklus pertama. Berikut adalah model penelitian tindakan kelas yang melalui siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang sampai kita dapat menemukan cara untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan menggunakan kartu kata.

(27)

Gambar 2 Bagan Siklus PTK SIKLUS I

a. Tahap Perencanaan

Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan tahap I adalah:

1. Peneliti bersama guru menyusun konsep pembelajaran membaca permulaan melalui kartu kata.

SIKLUS I

RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN SIKLUS II

OBSERVASI

REFLEKSI TINDAKAN

RENCANA

PENGAMATA

(28)

2. Peneliti bersama guru menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran Harian (RPPH) pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan kartu kata.

3. Peneliti menyiapkan alat-alat dan bahan, lembar observasi, dokumentasi dan lembar refleksi.

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah memperoleh gambaran tentang keadaan kelas terkait dengan kemampuan membaca maka dilakukan tindakan yaitu pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan kartu katadalam kegiatan pembelajaran sesuai rencana kegiatan yang telah disusun.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu dengan mengamati setiap tindakan yang dilaksanakan baik oleh guru maupun oleh anak, interaksi antara guru dan anak maupun interaksi antar anak selama proses belajar sedang berlangsung.

d. Refleksi

Refleksi yang dimaksudkan berupa evaluasi yang akan diberikan kepada masing-masing anak untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kemampuan membaca permulaan anak dengan menggunakan kartu kata. Evaluasi hasil belajar dilakukan pada tiap akhir siklus. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

(29)

1. Melihat kekurangan dalam proses belajar mengajar serta aktivitas peserta didik dalam belajar dengan menggunakan lembar observasi.

2. Mengadakan perbaikan untuk mengadakan siklus kedua jika siklus pertama belum mencapai hasil yang diinginkan.

Selanjutnya, hasil evaluasi tersebut yang akan dianalisis oleh penulis. Selama proses refleksi, guru memberikan penguatan dan pujian kepada anak atas hasil yang mereka raih selama proses belajar berlangsung.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu sebagai berikut:

1.Observasi

Metode observasi digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan membaca permulaan anak dengan menggunakan media kubus suku kata. Hal yang diamati pada tahap observasi ini adalah aktivitas-aktivitas siswa yang tampak selama proses belajar mengajar, semuanya dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan. Sementara itu, observasi teman sejawat dilakukan ketika peneliti menilai interaksi yang dilakukan oleh guru kelas bersama dengan peserta didik.

2. Dokumentasi

Dokumentasi ini berupa catatan peneliti terhadap perkembanagn anak setiap pertemuan. Dokumentasi bisa berupa data, catatan ataupun gambar. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai fokus penelitian berupa peningkatan

(30)

kemampuan membaca permulaan dengan menggunakan kartu katadalam pembelajaran membaca permulaan di TK kelompok B.

F. Teknik Analisa Data dan Indikator Keberhasilan

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk mengolah data yang dimulai dari mengamati kemampuan anak, kemudian mencatat dalam lembar observasi yang disediakan dengan maksud memberikan gambaran yang jelas, sehingga mempermudah untuk melakukan pengumpulan data.

Pada tahap selanjutnya,memberikan kegiatan dengan kartu katapada anak.

Dari data yang diperoleh selama penelitian menjadi laporan akhir pada penelitian.

Selama tahap tindakan ini berlangsung dalam kegiatan pembelajaran, penulis menggunakan lembar observasi yang telah dibuat untuk melaksanakan evaluasi, kemudian menganalisanya apakah pada tahap tindakan di siklus I sesuai yang diharapkan atau tidak. Jika belum, penulis akan lanjut di siklus II dimana tahapan- tahapannya sama dengan siklus I. Tapi jika hasil pada siklus I telah sesuai dengan tujuan penelitian, maka siklus II tidak perlu dilaksanakan.

Indikator keberhasilan pada penelitian ini berupa persentase yang berhasil didapatkan oleh peserta didik. Alat yang digunakan untuk observasi aktivitas guru dan anak berupa skor yang didapatkan. Adapun keterangannya adalah sebagai berikut:

(31)

76% - 100% baik sekali 51% - 75% baik 26% - 50% cukup 0% - 25% kurang

Ket: Baik Sekali jika anak mampu membaca dengan lancar.

Baik jika anak mampu membaca dengan bantuan guru.

Cukup jika kemampuan membaca anak mulai berkembang.

Kurang jika kemampuan membaca anak belum berkembang.

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan patokan standar keberhasilan dan dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar persentase 76%

(dari anak yang hadir) dan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui kegiatan permainan yang dilakukan. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = F N x 100 Ket:

P = Angka persentase (%).

F = Frekwensi yang sedang dicari persentasenya.

N = Jumlah frekwensi banyaknya individu.

(Sujiono dkk, 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Peneliti mengambil untuk membuat sebuah penelitian dengan judul :“Konstruksi Berita Penetapan Basuki Tjahaya Purnama

Metode Penelitian: Desain penelitian observasional analitik dengan cross sectional dan teknik quasi eksperimental one group pre and post test design. Alat ukur

Hasil asesmen yang peneliti lakukan terhadap anak menunjukkan kemampuan tertinggi yang dimiliki anak ketika penelitian sedang berlangsung adalah anak baru bisa membaca

dicapai ; (5) Dari hasil wawancara dan angket yang dirangkum, seluruh responden menyukai model pembelajaran seperti ini dan sebagian besar responden berpendapat bahwa

vitas mahasiswa yang memiliki kemampuan spasial rendah walaupun tidak signifikan antara mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan strategi pembelajaran SCL dan strategi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat implementasi metode bermain dengan kartu suku kata untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siklus I sebesar 55,6%,

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar, peneliti menemukan beberapa masalah yaitu bahan ajar yang dijadikan pengantar sumber belajar untuk siswa

1. Perincian Rugi / Laba tahunan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Perincian depresiasi tahunan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005. Perincian Amortisasi tahunan dari