26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi berasal dari kata latin “Communication” yang berarti pemberitahuan atau “Pertukaran Pikiran”. Kata Communication diambil dari kata “communis” berarti “sama” maksudnya adalah “kesamaan makna”. Jadi, komunikasi dapat terjadi apabila adanya kesamaan makna, dan sebaliknya bila tidak ada kesamaan makna maka komunikasi tidak dapat terjadi (Anoraga & Sri, 2001: 5)
Menurut Carl I. Hovland (Effendy, 1999: 10-11)1 ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Dalam definisi khusus, Hovland mengatakan bahwa komunikasi untuk mengubah perilaku itulah yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi yakni masalah bagaimana caranya seseorang atau sejumlah orang berperilaku tertentu (melakukan kegiatan-kegiatan tertentu atau melakukan tindakan tertentu).
Pengertian komunikasi dipertegas dengan kutipan “komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan sebagainya yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, dan perilaku (Effendy, 1989:
60).
Dari definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian komunikasi adalah suatu proses persamaan makna atau informasi, yang di dalam informasi tersebut terdapat perasaan berupa ide,
1 Dalam buku Doktor Poppy Ruliana, Dra., M. Si., Komunikasi Organisasi: Teori dan Studi Kasus, 2014. Hal. 2-3.
27
kepercayaan, harapan, imbauan yang diharapkan dapat jadi pembelajaran serta dipahami untuk mengubah cara pandang, berpikir dan sikap dari penerima pesan tersebut baik secara tatap muka ataupun melalui media.
2.2 Komunikasi Organisasi
Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules, definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai pertunjukam dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagiian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. (Ruliana, 2014)
Sedangkan menurut Gerald M. Goldhober (1993), komunikasi organisasi adalah sebuah proses penciptaan serta saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang bergantung oleh satu sama lain untuk mengatasi lingkungan tidak pasti atau lingkungan yang berubah-ubah.
(Ruliana, 2014)
Dengan pengertian komunikasi organisasi diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi organisasi merupakan proses yang terjadi dalam suatu organisasi berupa penyampaian, penerimaan, pertukaran informasi dan pesan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh seluruh bagian organisasi, mulai dari anggota hingga pimpinan organisasi.
2.3 Konsep Komunikasi AIDDA
Konsep komunikasi yang dipakai pada penelitian ini yaitu teori AIDDA atau A-A Procedure (from attention to action procedure) adalah teori yang ditulis oleh Wilbur Schramm. Dalam Effendy (2004: 305), AIDDA adalah akronim dari Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (keinginan), Decision (keputusan), dan Action (tindakan):
a) Attention (perhatian) adalah keinginan seseorang untuk mencari dan melihat sesuatu yang menarik perhatian.
28
b) Interest (ketertarikan) adalah perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu yang menarik perhatian.
c) Desire (keinginan) adalah kemauan yang timbul dari hati tentang sesuatu yang menarik perhatian.
d) Decision (keputusan) adalah kepercayaan untuk melakukan suatu hal.
e) Action (tindakan) adalah suatu kegiatan untuk merealisasikan keyakinan dan ketertarikan terhadap sesuatu.
Model konsep komunikasi AIDDA dalam buku Ilmu komunikasi Teori dan Praktek menurut Effendy, yaitu
Bagan 2. 1
Konsep AIDDA merupakan proses psikologis dari diri khalayak agar melakukan action, maka pertama-tama perlu dibangkitkan perhatiannya (attention) sebagai awal komunikasi dimana pada tahap ini komunikator mengarahkan target sasaran sehingga khalayak menyadari atau mengetahui ide atau gagasan yang disampaikan. Bila perhatian khalayak telah dibangkitkan maka tumbuhkan minat (interest) yang didalamnya terdapat target. Setelah itu akan muncul keinginan (desire) dalam diri khalayak atau target untuk memikirkan dan menimbang manfaat dan kegunaan. Jika khalayak berminat, khalayak akan mulai mengambil keputusan (decision) dimana terdapat pengambilan keputusan. Sikap khalayak atau target mengambil keputusan akan diikuti dengan sebuah tindakan (action).
Attention Interest Desire Decision Action
29 2.4 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi dapat dipahami sebagai segala aktivitas yang akan dilakukan komunikator dalam mentransmisikan pesan kepada komunikan dengan tujuan tertentu yang telah digariskan sebelumnya, dengan media apa, perumusan pesan yang bagaimana dan efek yang akan dicapai, pada akhirnya tercapai apa yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan itu (Mudjono, 2007: 126). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi (Effendy, 1992: 72).
Dalam konteks komunikasi, ada empat faktor yang harus diperhatikan untuk menyusun strategi komunikasi menurut Marhaeni Fajar (Fajar, 2009), yaitu:
1. Mengenal khalayak
Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha menciptakan komunikasi yang efektif.
Bahwa dalam proses komunikasi, khalayak tidak pasif melainkan aktif, sehingga terjadi hubungan saling mempengaruhi antara komunikator dengan komunikan, atau komunikan (khalayak) dengan komunikator.
Dalam proses komunikasi, komunikator maupun khalayak mempunyai kepentingan yang sama. Untuk berlangsungnya suatu komunikasi dan tercapai hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama pesan, metode dan media.
2. Menyusun pesan
Saat menyusun pesan, perlu diperhatikan tema dan materi yang akan disampaikan sehingga mampu membangkitkan perhatian khalayak. Semua yang diamati oleh khalayak belum tentu membangkitkan perhatian secara terpusat atau menjadi fokus terhadap materi dan tema yang disampaikan. Efektivitas dalam
30
komunikasi bisa berhasil bila dapat membangkitkan perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.
3. Menetapkan metode
Dalam dunia komunikasi pada metode penyampaian atau mempengaruhi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: menurut cara pelaksanaannya (metode redundancy dan canalizing) dan menurut bentuk isinya (metode informatif, persuasif, edukatif dan kursif).
● Menurut cara pelaksanaannya, ada 2 bentuk dalam tatanan cara pelaksanaan yaitu:
a. Metode redundancy (repetition) adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak. Metode ini memiliki keuntungan yakni khalayak akan lebih memperhatikan pesan yang disampaikan dan lebih banyak menaruh perhatian, dan khalayak tidak akan mudah melupakan hal penting yang disampaikan berulang-ulang.
Metode redundancy ini juga memiliki keuntungan bagi komunikatornya karena komunikator mempunyai kesempatan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam menyampaikan pesan sebelumnya.
Namun, metode ini memiliki kelemahan juga. Bila pengulangan pesan yang dilakukan terlalu sering, maka pada tingkat tertentu bisa mencapai titik kekenyangan atau jenuh (saturation point) bagi pendengarnya atau khalayak. Sehingga dalam pengulangan-pengulangan sebaiknya dilakukan variasi-variasi yang menarik dan tidak membosankan.
b. Metode canalizing adalah cara mempengaruhi khalayak pada permulaan sehingga dapat menerima pesan yang komunikator sampaikan, kemudian secara perlahan-lahan
31
merubah sikap dan pola pemikiran khalayak kearah yang komunikator kehendaki.
Untuk merubah pikiran, pendapat, dan sikap-sikap seseorang bukanlah hal yang mudah. Referensi dan pengalaman-pengalaman yang didapat oleh seseorang sangat mengikat pandangan terhadap pesan yang disampaikan, sehingga haruslah terlebih dahulu komunikator mengerti tentang kerangka referensi dan pengalaman-pengalaman dari khalayak, kemudian menyusun pesan dan metode yang sesuai dengan hal tersebut.
Proses canalizing bermaksud untuk memahami dan meneliti pengaruh kelompok atau lingkungan sekitar terhadap individu atau khalayak. Dengan demikian bisa mengambil cara mana yang sebaiknya digunakan dalam menyampaikan pesan ke khalayak.
● Menurut bentuk isinya, ada 4 bentuk yang digunakan dalam menentukan bentuk dan isinya, yaitu:
a. Metode informatif, yakni suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode) memberikan penerangan. Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-pendapat yang benar. Biasanya metode ini bersisi berupa keterangan, penerangan, berita, dan sebagainya.
b. Metode persuasif, yakni mempengaruhi khalayak dengan jalan membujuk baik pikiran maupun perasaan khalayak. Metode persuasif merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, khalayak dapat
32
terpengaruh secara tidak sadar. Dengan metode persuasif ini komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi yang mudah kena sugesti atau suggestible.
c. Metode edukatif, yakni sebagai salah satu usaha mempengaruhi khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat, fakta, pengalaman. Oleh karena itu, suatu pernyataan dengan menggunakan metode edukatif ini akan memberikan pengaruh yang mendalam kepada khalayak, meskipun hal ini akan memakan waktu yang sedikit lama dibanding dengan memakai metode persuasif.
d. Metode kursif, yakni mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir. Khalayak dipaksa untuk menerima gagasan- gagasan atau idea-idea yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, perintah-perintah, intimidasi dan ancaman.
4. Pemilihan media komunikasi
Pemilihan media komunikasi diperlukan untuk mencapai sasaran komunikasi, kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media (media massa atau media sosial), bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena masing-masing medium mempunyai kelemahannya tersendiri sebagai alat. Oleh karena itu, media massa maupun media sosial yang akan digunakan sebagai alternatif strategi komunikasi memerlukan perencanaan dan persiapan yang
33
baik dengan memperhatikan faktor-faktor diatas agar memperoleh hasil yang optimal.
2.5 Kesadaran Sejarah
Pentingnya sebagai warga bangsa, kita semestinya terlibat dan ikut bertanggung jawab dalam penulisan sejarah. Karena pijakan kita hari ini adalah dari pengalaman dan sejarah di masa lampau, serta realitas yang kita hadapi hari ini akan menjadi sejarah bagi kehidupan masa depan. Apabila kesadaran sejarah tidak ditumbuhkan dalam diri manusia, maka hari ini kita tidak memiliki kebanggaan apapun sebagai bagian dari suatu bangsa. Dan generasi penerus kita di masa depan tidak memiliki dasar kepribadian yang kuat sebagai warga bangsa. Kesadaran sejarah merupakan orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat paham kepribadian nasional (Soedjatmoko, 1986:66-67).
Pentingnya manusia mengetahui sejarah (kesadaran sejarah) yaitu sejarah mengajarkan tentang perbuatan manusia di masa lampau. Dari perbuatan-perbuatan manusia tersebut, dapat bercermin dan menilai perbuatan mana yang merupakan “keberhasilan” dan mana yang merupakan
“kegagalan”, dengan demikian kita lebih dapat berhati-hati agar kegagalan itu tidak terulang kembali. Dengan mengetahui sejarah, kita akan selalu waspada terhadap berbagai dampak negatif perubahan dan globalisasi (Rustan E. Tamburaka, 1999:43-44).
2.6 Media Baru
2.4.1. Pengertian Media Baru
Marshall McLuhan (1964) dalam bukunya Understanding Media: The Extensions of Man, mengemukakan bahwa teknologi komunikasi memainkan peran penting dalam tatanan sosial, dan budaya baru membawa perubahan dari media cetak ke media elektronik. Pergeseran teknologi yang tradisional ke teknologi digital juga membawa perubahan besar dalam cara manusia
34
berkomunikasi. Jika sebelumnya khalayak media massa dikendalikan oleh informasi dari lembaga media massa, ketika perubahan teknologi itu terjadi ke arah digitalisasi maka terjadi pula perubahan pada pola distribusi konten media yang kini dapat berpindah ke posisi khalayak. Sehingga dominasi media sebagai penyedia konten media tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, justru sebaliknya khalayak juga dapat menciptakan konten media itu sendiri.
Sebagai salah satu bentuk teknologi digital yakni Media Baru (New Media) adalah fenomena munculnya Social Network (jejaring sosial). Mengapa disebut jejaring sosial karena aktivitas sosial ternyata tidak hanya dapat dilakukan di dalam dunia nyata (real) tetapi juga dapat dilakukan didunia maya (unreal). Setiap orang dapat menggunakan jejaring sosial sebagai sarana berkomunikasi, membuat status, berkomentar, berbagi foto dan video layaknya ketika kita berada di dalam lingkungan sosial. Hanya saja medianya yang berbeda.
2.4.2. Karakteristik Media Baru
Dennis Mc. Quail memberikan enam perbedaan antara media lama dan media baru yaitu, (1) media lama konsepnya satu objek berbicara pada banyak orang, sementara media baru bersifat decentralized yang artinya semua memiliki kesempatan berbicara kepada siapapun, (2) media lama adalah one way communication, sementara media baru two way communication yang memungkinkan adanya feedback dari audience, (3) media lama di bawah kontrol negara, sementara media baru di luar kontrol negara, bahkan bisa dinikmati siapapun yang ada di dunia tanpa batasan negara, (4) media lama memproduksi lapisan sosial sementara media baru adalah memproduksi konsep demokratisasi, (5) media lama memfragmentasi audience sementara media baru meletakkan audience pada posisi yang sama, (6) media lama membentuk
35
kebingungan sosial, sementara media baru berorientasi pada individu (Tamburaka, 2013).
2.5 Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Metode Teori Hasil
1 Strategi Komunikasi Kelompok Reog Kridho Budhoyo dalam
Mempertahankan Eksistensi. Karya Yayan Eka Yuniana tahun 2019, Universitas Kristen Satya Wacana
Pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Menggunakan konsep
komunikasi kelompok Michael Burgoon, strategi komunikasi Lasswell dan Marhaeni Fajar, dan perencanaan strategi
komunikasi AIDDA.
Kelompok ini dapat bertahan dengan cara memasukan konsep tarian baru ke dalamnya tanpa
meninggalkan tarian khas yang mereka miliki.
Empat faktor strategi
komunikasi yang digunakan dalam mempertahankan kesenian tari reog terbukti dapat dijalankan dengan baik dalam
kelompok ini.
Perencanaan komunikasi yang digunakan dengan cara mengenalkan generasi muda
36
pada kesenian tari reog ini sejak kecil sehingga minat, keinginan untuk bergabung dalam kelompok akan tumbuh besar.
2 Strategi Komunikasi Komunitas SIPAS dalam Pelestarian Tradisi
Jemparingan di Kota Solo Jawa Tengah. Karya V Dio Christmana Putra tahun 2016, Universitas Kristen Satya Wacana
Penelitian kualitatif deskriptif
Menggunakan teori strategi komunikasi Laswell dan Marhaeni Fajar, komunikasi kelompok Michael Burgoon, komunikasi organisasi De Vito.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk strategi
komunikasi yang dijalan Komunitas SIPAS dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu strategi komunikasi internal (mikro), dan strategi komunikasi eksternal. Strategi komunikasi internal dilakukan dengan
melakukan rapat rutin yang
diadakan setiap 2
37
minggu sekali, sedang strategi komunikasi eksternal
dilakukan dengan mengadakan latihan rutin, mengadakan acara-acara lomba jemparingan (gladen alit dan gladen ageng) yang diadakan setiap 1 bulan sekali dan 3 bulan sekali, menghadiri undangan-
undangan oleh pihaklain, melakukan talk show melalui media radio, melakukan kerjasama dengan guru olahraga untuk siswa SD, SMP, dan SMA, bahkan
Universitas, dan melakukan
38
kegiatan sosial (kerja bakti).
3 Strategi Komunikasi Komunitas Laku Lampah (Studi Deskriptif
Kualitatif Strategi Komunikasi Laku Lampah Dalam Upaya
Penyampaian Pesan Pelestarian Sejarah Dan Budaya di Kota Solo). Karya Citra Suryaning tahun 2017, Universitas Negeri Solo
Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, menggunakan purposive sampling dan snowball sampling
Menggunakan teori strategi komunikasi Hafied Cangara.
Laku Lampah dalam startegi komunikasi penyampaian pesannya Laku Lampah menempatkan pengurus LL, akademisi, warga sekitar dan tokoh masyarakat sebagai komunikator pesannya, target sasaran pesan mereka adalah masyarakat umum, khususnya anak muda, pemerintah, dan media. Dalam melakukan pembentukan pesan, Laku Lampah menyesuaikan dengan target
39
sasarannya dan media yang mereka gunakan.
Dalam penyampaian pesannya, Laku Lampah
menggunakan tiga media penting selain sosialisasi secara langsung, yakni media massa, media online, dan merchandise.
Pada penelitian karya Yayan diatas, dapat terlihat perbedaan fokus penelitian kelompok merupakan kebudayaan non benda (intanggible), memakai konsep komunikasi Michael Burgoon, dan komunikasi milik Lasswell. Untuk penelitian ini, fokus kelompok sejarah merupakan benda, dan hanya menggunakan konsep AIDDA dan strategi komunikasi Marhaeni Fajar.
Sedangkan pada persamaan dari hasil penelitian ini dengan karya Yayan adalah BHHC memiliki fokus sejarah benda (tanggible), dan sama-sama menggunakan konsep AIDDA untuk mengubah pikiran khalayak terhadap sejarah.
Penelitian nomor 2 karya Dio, memiliki perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada penelitian karya Dio menggunakan strategi komunikasi yang dibedakan jadi dua: strategi internal dan strategi eksternal, serta teori komunikasi organisasi, dan fokus komunitas SIPAS adalah non benda (intanggible).
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan strategi komunikasi millik
40
Marhaeni Fajar dan tidak memakai teori organisasi, melainkan memakai konsep AIDDA.
Penelitian nomor 3 karya Citra, perbedaannya yaitu menggunakan teori strategi komunikasi milik Hafied Cangara, serta menggunakan metode purposive sampling dan snowball sampling, sedangkan persamaannya dengan penelitian ini yaitu fokus penelitian pada pelestarian sejarah dan budaya seta penggunaan media online dan massa sebagai cara untuk pencapaian visi dan misi kelompok.
2.6 Kerangka Berpikir
Bagan 2. 2
Berdasarkan bagan atau kerangka berpikir diatas, dapat peneliti jelaskan yakni berawal dari adanya kekhawatiran akan hasil cagar budaya atau warisan sejarah lokal yang semakin lama mulai menghilang dan tidak mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah daerah, maka terbentuklah BHHC sebagai kelompok pelestari dan pecinta sejarah lokal yang berada di Banyumas, Jawa Tengah. Dengan strategi komunikasi sesuai 4 konsep milik Marhaeni Fajar (2009) sama dengan yang digunakan oleh BHHC untuk
Cagar Budaya/ Warisan Sejarah Lokal
Banjoemas History and Heritage Community (BHHC)
Strategi Komunikasi
Generasi Muda di Banyumas, Jawa Tengah
41
membuat generasi muda terbuka baik secara pikiran dan timbul kesadaran untuk merawat dan menjaga sejarah lokal yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal dengan baik, serta menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme.