• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYIMAK DONGENG MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAMPANG MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYIMAK DONGENG MELALUI PENDEKATAN MULTIPLE INTELLIGENCES PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAMPANG MAKASSAR"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

OLEH

ANASTASIA JEMINA 4513103008

PROGRAM STUDI PENDIDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2018

(2)
(3)

iii

melalui pendekatan Multiple Intelligences pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Makassar beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri, bukan karya hasil plagiat. Saya siap menanggung resiko/saksi apabila ternyata ditemukan adanya perbuatan tercela yang melanggar etika keilmuan dalam karya saya ini, termasuk adanya klaim dari pihak terhadap keaslian dari karya ini.

Makassar,Juli 2017 Yang membuat pernyataan,

Anastasia Jemina

(4)

iv

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Dibimbing oleh H.Muhammad Asdam dan Asdar)

Penelitian ini bertujuan meningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng melalui pendekatan multiple intelligences pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Makassar. Penelitian ini merupakan peneltian tindakan kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik tes dan observasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas Kelas V SD Negeri Pampang Makassar dengan jumlah 34 siswa.

Peningkatan pembelajaran menyimak dongeng siswa menunjukkan baik setelah dilakukan pada siklus II berdasarkan permasalahan yang dialami siswa pada siklus I. Hal ini dibuktikan dari siklus I, yaitu yang mendapatkan nilai 75 ke atas sebanyak 6 orang atau 17.64%.

Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai kurang dari 75 sebanyak 13 orang atau 38,23%. Sedangkan pada siklus II, ada peningkatan menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai 85 ke atas sebanyak 22 orang atau 64,74%. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai kurang dari 75 yaitu 4 orang atau 11,76%. Oleh karena itu,dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Pampang Makassar mengalami peningkatan setelah diterapkan pendekatan multiple intelligences.

Kata kunci: Menyimak dongeng, pendekatan multiple intelligences

(5)

v

menyelesaikan skripsi yang berjudul peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng melalui pendekatan Multiple Intelligences dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari akan keterbatasan disiplin Ilmu yang dimiliki sehingga dalam penyusun Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, bahkan tak jarang penulis mengalami hambatan dan rintangan serta menuntut pengorbanan dalam berbagai hal, Namun penulis berusaha mengambil hikmah-nya bahwa semua itu merupakan bagian dari proses yang sudah menjadi keharusan bagi penulis. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis pengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof . Dr. Ir. Muh, Saleh Pallu, M.Eng. selaku Rektor Universitas Bosowa.

2. Dr. Asadar,S.Pd, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa.

3. Drs. Lutfin Ahmad, M. Hum, dan Dr. Muhammad Nur, M.Pd. I. selaku wakil Dekan I dan Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yang telah melayani dan membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(6)

vi

pembimbing I dan pembimbing II, yang dengan penuh kesabaran juga ketulusan telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan dorongan semangat mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian skripsi ini.

6. Para Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar , atas bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Bosowa.

7. Ibunda Bibiana Na dan Ayahanda Siprianus Lasa,Ibunda Getrudis Gelalang dan ayahanda Gabriel Bage, berserta keluarga besar yang telah membimbing, mendoakan, membiayayi, serta memberikan dukungan penuh selama menempuh pendidikan di Universitas Bosowa.

8. Suami tercinta Rafaelreda Pureklolon yang selalu berusaha keras, memberikan motivasi dan dorongan, selalu menguatkan dan memberi ide untuk mengambil langkah di masa depan.

9. Teman-teman FKIP, Khususnya Mahasiswa Program studi pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah memberikan dukungan penuh atas penyelesaian skripsi ini.

(7)

vii

Vhihi Awalia yang selalu menjadi semangat dan motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Yuliana H.Koten, Maria Arnoldina B.Koten, Kristina Ina T. Tukan, Pionius Mando, Edison Jela, Epifianus Nuno Pagar, Susanti, Veronika Raya, dan George Yovin yang selalu menjadi tempat berbagi ilmu selama bimbingan skripsi.

12. Meldiana C.R Sefiani yang selalu ada baik dalam suka maupun duka dan selalu menguatkan ketika jatuh sehingga bisa bangkit dan tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam skripsi ini yang tidak bisa disebut satu-satu

Harapan penulis, semoga segala bantuan, dukungan dari petunjuk yang telah diberikan oleh semua pihak dalam menyelesaikan skripsi ini bernilai ibadah oleh Allah yang Maha kuasa.

Makassar,Juli 2017 Penulis

Anastasia Jemina

(8)

viii

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Aktivitas Belajar ... 10

3. Pengertian Proses Belajar Mengajar ... 13

4. Pengertian Hasil Belajar ... 14

5. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 14

(9)

ix

c. Jenis-Jenis Menyimak ... 18

d. Tahap-Tahap Menyimak ... 18

e. Unsur-Unsur Menyimak ... 19

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak ... 20

g. Teknik Pembelajaran Menyimak ... 21

7. Dongeng ... 23

a. Pengertian Dongeng ... 23

b. Jenis-Jenis Dongeng ... 24

c. Ciri-Ciri Dongeng ... 27

8. Pendekatan Multiple Intelligences ... 28

a. Teori Multiple Intelligences ... 28

b. Jenis-Jenis Kecerdasan( Intelligences) ... 29

c. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences ... 35

B. Kerangka Pikir ... 36

C. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Lokasi dan Jenis Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Jenis Penelitian ... 38

(10)

x

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 46

G. Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

1. Paparan Data Siklus I... 48

2. Paparan Data Siklus II ... 55

B. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

RIWAYAT HIDUP ... 83

(11)

xi

3.1 Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 43

(12)

xii

3.1 Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Pampang ... 38

3.2 Kategori Penilaian Menyimak Dongeng ... 47

3.3 Bobot Skor ... 47

4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 50

4.2 Nilai Menyimak Dongeng Siklus I ... 52

4.3 Kategori Nilai Siklus I ... 54

4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 56

4.5 Nilai Menyimak Dongeng Siklus II ... 57

4.6 Kategori Nilai Siklus II ... 59

(13)

xiii

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 68

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 73

4. Lembar Kerja Siswa ... 78

5. Lembar Observasi Guru ... 82

6. Lembar Observasi Siswa ... 83

7. Dokumentasi ... 87

8.Persuratan ... 90

(14)

1

Era pembangunan dewasa ini makin lama makin kita rasakan pentingnya berkomunikasi baik antar-anggota masyarakat maupun antar- kelompok masyarakat. Alat komunikasi yang ampuh adalah bahasa.

Dengan bahasa, manusia sebagai makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain secara efektif dan dapat menyatakan perasaan, pendapat bahkan dengan bahasa kita dapat berpikir dan bernalar. Bahasa juga memungkinkan manusia untuk saling berhubungan, salingberbagi pengalaman, saling belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Depdiknas 2002: 2). Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan lancar, kita perlu terampil berbahasa baik lisan maupun tulis. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan dapat dipaham dengan baik oleh penyimak suatu makna atau maksud.

Menurut Tarigan (2013:2),keterampilan berbahasa (atau language arts,language skills) dalam kurikulum mencakup empat jenis, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writingskills). Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan pertama yang dipelajari oleh manusia, kemudian berbicara

(15)

diikuti dengan membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan caturtunggal, yaitu antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses- proses berpikir yang mendasari bahasa.Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Seseorang yang terampil berbahasa maka jalan pikirannya semakin cerah dan jelas. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa itu pula melatih keterampilan berpikir (Dawson, 2011: 2; dalam Tarigan 2013)

Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menyimak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam kurikulum berbasis kompetensi meliputi aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Aspek keterampilan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berhubungan dengan ragam sastra. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, aspek keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra harus dilakukan secara seimbang.

Kegiatan menyimak banyak dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat dibanding dengan keterampilan berbahasa yang lain.

Menurut Paul T. Rankin, berdasarkan survei, maka didapat 9% menulis,

(16)

16% membaca, 30% berbicara dan 45% menyimak. Hasil survei yang ada membuktikan bahwa keterampilan menyimak memegang angka tertinggi.

Menyimak merupakan salah satu faktor penting yang dipergunakan waktu proses belajar mengajar dalam kelas. Hal itu dikarenakan siswa harus bisa menyimak penjelasan guru dengan baik. Jika siswa tidak bisa menyimak dengan baik secara otomatis apa yang disampaikan guru tidak berhasil. Jadi, keberhasilan siswa dalam pelajaran ditentukan oleh baik buruknya siswa dalam hal menyimak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka menyimak perlu dikuasai dan ditingkatkan dengan baik.

Pada kenyataannya pembelajaran menyimak kurang diperhatikan dengan baik dan sering kali diremehkan oleh siswa. Hal itu menyebabkan siswa kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak. Oleh sebab itu, guru harus bisa memilih cara agar dalam pembelajaran berhasil. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaaan keterampilan menyimak. Kenyataan ini terlihat dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar, yang hanya berorientasi pada teori dan pengetahuan saja sedangkan latihan kurang diperhatikan khususnya keterampilan menyimak. Pada kenyataannya, keterampilan menyimak khususnya menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar masih rendah.

Kenyataan yang ada pada dunia pendidikan saat ini, banyak sekolah₋sekolahyang kurang memperhatikan karakteristik atau kemampuan yang terdapat pada masing-masing individu (siswa). Tidaklah

(17)

sedikit jumlah pendidik di tanah air ini yang masih memandang bahwa keberhasilan seorang siswa terlihat ketika mereka berhasil mengerjakan soal tes matematika atau IPA yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa hasil tes kognitif masih saja menjadi patokan utama dalam menentukan keberhasilan siswa untuk mengikuti pembelajaran di Sekolah. Siswa yang mendapatkan nilai tinggidalam menjawab soal-soal seperti soal matematika atau IPA dianggap siswa yang cerdas sedangkan siswa yang mendapatkan nilai dibawah rata-rata untuk mengerjakan soal-soal tersebut dianggap siswa yang tidak cerdas.Anggapan seperti itulah yang menjadikan siswa dengan nilai rendah menganggap dirinya murid yang bodoh. Padahal hal tersebut bukanlah salah para siswa. Siswa hanya menjadi korban dari keadaan lingkungan yang tidak mendukung kecerdasan yang dimiliki, hingga akhirnya malah membunuh potensi yang sebenarnya ada pada dalam diri siswa. Proses pembelajaran dengan pemilihan metode mengajar yang tepat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Suparno (2010: 21) menyatakan bahwa “jenis kecerdasan yang berbeda berpengaruh pada kegiatan belajar mengajar”. Setiap kecerdasan memiliki gaya belajar atau learning style yang berbeda pula.

Oleh karena itu, sistem klasikal tidak sesuai dengan konsep perbedaan individual, karena sistem klasikal memandang semua siswa yang satu dengan lainnya di kelas itu sama (homogen).

(18)

Pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar. Dalam pembelajaran tersebut kegiatan belajar diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan, sehingga menggunakan pendekatan Multiple Intelligences. Jadi meskipun keterampilan yang digunakan adalah menyimak maka dipadukan dengan keterampilan berbicara. Dengan cara tersebut diharapkan dapat

mengatasi kesulitan belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Lebih mengarahkan penelitian dan pembahasan, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia materi menyimak dongeng melalui pendekatan multiple intelligences pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar?

2. Apakah Pendekatan multiple intelligences dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng melalui

(19)

pendekatan multiple intelligences pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar.

2. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan pendekatan multiple intelligences dapat meningkatkan hasil belajar materi menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan akademik yang bersifat praktis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi siswa,dapat membatu siswa dapat membantu siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Bagi guru, dapat memilih metode yang bervariasi agar lebih profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik.

3. Bagi sekolah,dapat dijadikan bahan masukan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dan kreativitas guru di sekolah.

(20)

7 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perbuatan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, perubahan sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu yang diajar.

Mencapai hasil belajar yang baik, maka proses belajar mengajar memegang peranan penting. Proses belajar dapat dilihat dalam berbagai aktivitas manusia. Pada dasarnya belajar tidak dibatasi ruang, waktu dan tempat serta kapan dan dimana saja manusia senantiasa dalam keadaan belajar. Konsep ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Slameto (2014) bahwa: “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Sahabuddin (2012), dengan melihat beberapa definisi yang terdapat dalam kepustakaan, dapat belajar itu terjadi bila seseorang menghadapi sesuatu yang di dalamnya ia dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan

(21)

dalam aktivitasnya.Dengan demikian belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuanlama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.

Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan-kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, pengertian minat, penyesuaian diri. Dengan kata lain, mengenai semua aspek atau organisme atau pribadi seseorang. Karena seseorang telah belajar, ia tidak sama sekali pada waktu belum belajar. Orang yang telah belajar lebih mampu menghadapi kesulitan-kesulitan dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlansung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstant. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya,tidakkarena kelelahan ataupun penyakit.

(22)

Dengan memahami kesimpulan diatas, setidaknya belajar memiliki ciri‒ ciri sebagai berikut :

1. Adanya kemampuan baru atau perubahan tingka laku yang bersifat kognitif (pengetahuan), psikomotorik (keterampilan), maupun nilai dan sikap (afektif)

2. Perubahan itu tidak berlansung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan

3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.

4. Perubahan tidak semataـmata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan.

2. Aktivitas Belajar

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage and Berliner 2010 : 267 dalam Dimyati dan Muji 2011: 44-45). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses pembelajaran siswa mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.

Thorndike(2013) dalam Wurianingrum 2010: 27) mengemukakan keaktifansiswa dalam belajar dengan hukum latihan (law of exercise).

(23)

Hubungan antarastimulus dan respon akan menjadi kuat apabila sering dilakukan latihan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi baik kalau dilatih. Sebaliknya, apabila tidak ada latihan maka hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi lemah. Apabila stimulus yang diberikan secara periodik, kemungkinan respon yang ditunjukkan dapat meningkat menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Stimulus ini dapat berupa bahan belajar yang diberikan guru, sedangkan respon merupakan aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa.

Oleh karena itu, hukum latihanini memerlukan tindakan belajar sambil bekerja (learning by doing). Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Kegiatan psikis yang berhubungan dengan bahan belajar merupakan aktivitas belajar yang dialami siswa sebagai suatu proses belajar.

Proses belajar merupakan sesuatu yang dialami oleh siswa dan aktivitasbelajar merupakan sesuatu yang dapat diamati oleh guru. Proses belajar merupakankegiatan mental mengolah bahan belajar atau

(24)

pengalaman lain yang dialami dandihayati oleh siswa sendiri. Kegiatan atau proses belajar ini terpengaruh oleh sikap,motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali, dan unjuk prestasi. Prosesbelajar ini tertuju pada bahan belajar dan sumber belajar yang direncanakan guru.Proses belajar yang berhubungan dengan bahan belajar tersebut, dapat diamati oleh guru, dan umumnya dikenal sebagai aktivitas belajar siswa (Dimyati dan Muji 2011:238).

Penilaian proses belajar siswa melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan siswa dapat dilihat dalam berbagai hal,antara lain saat siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, dan terlibat dalam pemecahan masalah. Siswa yang aktif tidak segan bertanya kepada siswa lainatau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, serta berusahamencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Saat melakukan diskusi kelompok, siswa juga mampu bekerja sama dan melaksanakan tugas kelompok sesuai petunjuk guru. Dengan selalu melatih kemampuan dirinya,siswa aktif juga akan mampu menerapkan dan menggunakan apa yang diperolehnya untuk menyelesaikan masalah atau persoalan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan aktivitas belajar merupakan seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan- keterampilan dasar seperti mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

(25)

mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi seperti saat melakukan diskusi kelompok, terus melatih kemampuan diri, dan menerapkan kemampuannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Proses Belajar- Mengajar

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan pengajar dan sumber belajar dalam suatu lingkungan.

Pembelajaran merupakan bentuk bantuan yang diberikan pengajar kepada siswa supaya mendapatkan ilmu pengetahuan,penguasaan kemahiran serta pembentukan sikap dan kepercayaan diri pada siswa.

Pembelajaran mempunyai arti yang mirip dengan pengajaran. Pada konteks pendidikan,seorang guru mengajar agar murid bisa belajar dan menguasai isi pelajaran sehingga memperoleh sesuatu yang ditentukan dari aspek kognitif,afektif dan psikomotorik seorang siswa.

Menurut Oemar Hamalik,(2012).”Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang telah tersusun oleh beberapa unsur yaitu unsur material,manusiawi,perlengkapan,fasilitas serta prosedur yang saling berpengaruh untuk memperoleh tujuan pembelajaran yaitu manusia yang terlibat di dalam sebuah system pengajaran yang terdiri dari guru,murid dan tenaga lainnya. Materinya terdiri dari buku-buku,papan tulis dan lain sebagainya. Fasilitas serta perlengkapan meliputi ruang kelas dan audio

(26)

visual. Prosedur pengajaran meliputi jadwal beserta metode penyampaian informasi,belajar,ujian dan lain sebagainya”.

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran.

Menurut Sudjana (2011:3) “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hail belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif,afektif dan psikomotorik”.

Menurut Dimyati dan Mudjino (2011:3-4) “menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi siswa,hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar”. Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif,afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna membangkitkan siswa untuk belajar. Pembelajaran berbeda dengan pengajaran, pada proses pengajaran guru selalu berhadapan dengan siswa, sedangkan dalam pembelajaran siswa dalam belajar tidak harus

(27)

dengan guru bisa dengan media atau bahan ajar. Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa (Santosa, 2010).

Bahasa sendiri merupakan salah satu alat pergaulan dan komunikasi terdiri atas Dalam pembelajaran berbahasa di sekolah dasar dimulai dari kalimat-kalimat minim, kalimat inti, kalimat sederhana, kalimat tunggal di kelas rendah kemudian meningkat mempelajari kalimat luas, kalimat majemuk, kalimat transformasi sampai anak merangkai kalimat menjadi sebuah wacana sederhana (Santosa, 2010:5.19).

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesastraan manusia seutuhnya.

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan yang meliputi: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien secara lisan maupun secara tertulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami Bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra

(28)

untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Sedangkan ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar mencakup kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek aspek berikut:

(1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis.

6. Menyimak

a. Pengertian menyimak

Menurut Asdam(1993),keterampilan menyimak merupakan suatu kebutuhan pokok manusia. Aktivitas menyimak tidak dapat terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Satu keterampilan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum keterampilan yang lain,seperti membaca, berbicara,dan menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.

Menyimak menurut Kamidjan dan Suyono (2010),ialah “suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,

(29)

mengidentifikasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya”. Anderson (dalam Tarigan 2013: 28), menyatakan bahwa

“menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan”. Russel &Russel (dalam Tarigan 2013: 28), menyatakan bahwa “menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi”.

Menurut Tarigan (2013: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah disimak.

b.Tujuan menyimak

Menurut Hunt (dalam HG Tarigan 2013:14),tujuan menyimak ada empat,yaitu: untuk memproleh informasi yang ada hubungan dengan profesi seseorang, agar seseorang menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sehari–hari, untuk mengumpulkan

(30)

data dalam membuat keputusan, dan memberikan respon yang tepat terhadap suatu objek.

c. Jenis-jenis menyimak

Dalam proses menyimak, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan dapat digolongkan berdasarkan situasinya.

1. Menyimak ekstensif

Merupakan proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari- hari,seperti : menyimak siaran radio,televisi,percakapan orang di pasar, dan pengumuman,

2. Menyimak intesif

Merupakan kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh- sungguh menangkap makna yang dikehendaki.

d. Tahap- tahap menyimak

Menurut Tarigan (2011: 63) ada 5 tahapan dalam menyimak agar kita dapat memahami isi simakan, yaitu: (1) Mendengarkan artinya dalam tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atas pembicaraannya, (2) Memahami artinya setelah kita mendengar maka ada keinginan untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, (3) Menginterprestasi artinya seorang penyimak belum puas kalau mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterprestasikan isi pembicaraan, (4) Mengevaluasi artinya pada tahap ini penyimak mulai menilai atau mengevaluasi

(31)

pendapat pembicara, (5) Menanggapi artinya penyimak menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dibicarakan oleh pembicara.

Dari kelima tahapan tersebut, harus dilalui secara berurutan.

Apabila kita menyimak hanya melalui tiga tahap, maka kita dapat menanggapi isi simakan sehingga daya simak kita kurang maksimal.

Untuk itu, kita harus melalui kelima tahap tersebut agar kita dapat memahami sekaligus menanggapi isi simakan.

e. Unsur- unsur menyimak

Beberapa unsur dasar dalam menyimak yaitu : (1) Pembicara adalah yang menyampaikan pesan berupa informasi yang dibutuhkan oleh penyimak maka dari itu, pembicara perlu mengetahui siapa penyimaknya, (2) Penyimak yang abik adalah penyimak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang banyak dan luas, (3) Bahan simakan adalah pesan yang akan disampaikan pembicara kepada penyimak, (4) Bahasa lisan yang digunakan merupakan media yang dipakai untuk menyimak (Sriyono, 2011)

Kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks karena sangat bergantung kepada berbagai unsur yang mendukung.

Unsur-unsur di atas sangat mendukung dalam kegiatan menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur-unsur di atas sangat mendukung dalam kegiatan menyimak. Setiap unsur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan unsur unsur tersebut saling berkaitan. Misalnya unsur pembicara dan bahan simakan

(32)

ada, tetapi unsur penyimak tidak ada, maka pembicara tersebut akan menyampaikan bahan simakan kepada siapa. Begitu juga sebaliknya, penyimaknya ada tetapi pembicara dan bahan simakan tidak ada.

Sehingga kegiatan menyimaknya tidak berjalan dengan lancar. Untuk itu, unsur-unsur tersebut harus ada dalam kegiatan menyimak.

f. Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak.

Tarigan(2012:106)mengemukakan faktor yang mempengaruhi menyimak,yaitu:(1) faktor fisik, (2) faktor psikologis, (3) faktor pengalaman, (4) faktor sikap, (5) faktor motivasi, (6) faktor jenis kelamin, (7) faktor lingkungan. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor yang penting menentukan keefektifan serta kualitas keaktifan menyimak, faktor- faktor itu misalnya, orang yang sukar mendengar. Juga secara fisik dia mungkin berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah atau mengidap suatu penyakit sehinnga perhatiannya dangkal, hal itu menyebabkan rendahnya kemampuan menyimaknya. Kesehatanmaupun kesejahteraan fisik merupakan suatu modal penting yang turut menentukan bagi setiap penyimak. Selain itu lingkungan fisik juga turut bertanggung jawab atas ketidakefektifan menyimak seseorang. Ruangan terlalu panas, lembab ataupun dingin, suara atau bunyi bising yang mengganggu dan para mengganggu dan para mengganggu orang yang sedang menyimak. Faktor yang kedua adalah faktor psikologis. Faktor- faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah: (1) prasangka dan

(33)

kurangnya simpati terhadap pembicara.(2)keegosentrisan dan asyiknya terhadap minat pribadi serta masalah pribadi,(3)kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas, (4)kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan, (5)sikap yang tidak layak terhadap pokok pembicaraan atau pembicara.

g.Teknik Pembelajaran Menyimak

Dalam meningkatkan keterampilan menyimak Sutari (2010 dalam Solchan 2010:120) menyebutkan bahwa ada 6 teknik yang biasa meningkatkan keterampilan menyimak adalah: (1) teknik loci merupakan salah satu teknik yang paling tradisional. Teknik ini pada dasarnya merupakan teknik mengingat dengan cara menvisualisasikan materi yang harus diingat, (2) teknik penggabungan merupakan teknik mengingat dengan cara menghubungkan (menggabungkan) peran pertama yang akan diingat dengan pesan kedua, ketiga dan seterusnya, (3) Teknik fonetik, melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunyi fonetik, dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan itu dengan pesan yang akan diingat, (4) teknik akronim adalah teknik menyimak berupa singkatan atau akronim dari butir yang diingat,(5) tenik pengelompokan kategorial, dapat digunakan untuk memodifikasi informansi baru dengan cara memberikan struktur baru pada informansi-informansi, (6) teknik pemenggalan merupakan teknik mengingat pesan dengan cara memenggal pesanpesan yang panjang. Menurut Sriyono (2011) untuk meningkatkan pembelajaran

(34)

keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar-mengajar.

Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut: (1) simak ulang-ucap, teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat dan siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal. (2) identifikasi Kata Kunci Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat. (3) parafrase guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakan kembali isi puisi tadi dengan katakatanya sendiri. (4) merangkum guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman. (5) identifikasi kalimat topik setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir.

Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya. (6) menjawab pertanyaan untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali

(35)

pemahaman siswa. (7) Bisik Berantai Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain. (8) menyelesaikan cerita guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan katakatanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.

6. Dongeng

a. Pengertian Dongengs

Cerita rakyat baik yang bernilai sastra atau bukan adalah bagian dari apa yang disebut foklor. Danandjaja (2010: 20), mengatakan bahwa foklor merupakan bagian dari kebudayaan suatu kolektif yang terbesar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif lain secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak atau alat bantu lain. Oleh karena itu, apa yang timbul dan hidup di dalam wilayah (kolektif) tertentu merupakan bagian dari kebudayaan setempat.

(36)

Cerita rakyat pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu mithe, legenda, dan dongeng . Ciri utama mithe adalah cerita yang dianggap orang benar-benar terjadi dan dianggap bernilai sakral; legenda adalah cerita (prosa) rakyat yang dianggap pernah benar- benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci; sedangkan dongeng adalah cerita khayal yang tidak mungkin terjadi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.

b. Jenis- jenis Dongeng

Thompson (2010 ) menyatakan dongeng dikelompokkan dalam empatgolongan, yaitu: (1) dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar. Binatang-binatang dalam cerita ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia; (2) dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia atau biasanya adalah suka dukanya seseorang; (3) lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarnya maupun menceritakannya; (4) dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan dan dongeng ini tidak mempunyai akhir.

Asfandiyar (2011: 85) mengemukakan jenis dongeng dibagi menjadi enam,yaitu: (a) dongeng tradisional adalah dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat, (b) dongeng futuristik (modern) adalah dongeng yang menceritakan tentang sesuatu yang fantasi, misalnya tokohnya tiba-tiba menghilang, (c) dongeng pendidikan adalah dongeng yang diciptakan dengan suatu misi pendidikan bagi dunia anak-anak, (d)

(37)

fabel adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan bisa bicara seperti manusia, (e) dongeng sejarah biasanya terkait dengan suatu peristiwa sejarah, dongeng ini banyak yang bertemakan kepahlawanan, (f) dongeng terapi adalah dongeng yang diperlukan bagi anak-anak yang sakit.

Suyatno (2012) mengemukakan dongeng dibagi dalam berbagai macam yaitu: (1) fabel, (2) legenda, (3) mite, (4) sage, (5) epos, (6) cerita jenaka fabel atau dongeng binatang adalah cerita rakyat yang tokoh- tokohnya binatang.

Dalam fabel, binatang-binatang digambarkan memiliki sifat persis seperti manusia, misal bisa bercakap-cakap, tertawa, menangis dan sebagainya. Contoh fabel adalah Kancil yang Cerdik dan Serigala yang Licik.

Legenda adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa sejarah, misalnya nama sustu tempat dan bentuk topografi suatu daerah, yaitu bentukpermukaan suatu daerah (berbukit, jurang dan sebagainya).

Namun, peristiwa atau kejadian tersebut bercampur dengan unsur-unsur fantasi. Misalnya, Asal usul Banyuwangi, Danau Toba dan Tangkuban Perahu.

Mite (mitos) adalah cerita yang isinya tentang dewa dewi atau cerita yang bersifat sakral. Tempat terjadinya peristiwa dalam mite adalah di dunia lain,bukan di dunia yang kita kenal sekarang ini.

(38)

Sage adalah salah satu cerita yang mengandung nsur-unsur sejarah. Karena unsur sejarah didominasi oleh unsur fantasi, unsur sejarah tersebut menjadi kabur dan tidak dapat dipercaya lagi sebagai fakta sejarah. Dilihat dari tempat dan waktu terjadinya peristiwa, sage berkebalikan dengan dongeng. Jika dongeng tidak terkait oleh tempat dan waktu, tempat terjadi peristiwa dalam sage adalah di suatu tempat tertentu dan pada zaman tertentu. Ada kalanya sage menceritakan tentang roh-roh halus, ahli-ahli sihir, mengenai setan-setan, atau mengenai tokoh-tokoh historis (penyamun, pahlawan, dan sebagainya). Dalam sage selalu ada ketegangan antara dunia nyata dan dunia gaib yang biasanya manusia kalah dan roh-roh halus (tokoh dari dunia gaib) yang menang. Umumnya sage bersifat tragis, berbeda dengan dongeng yang bersifat optimis.

Cerita Jenaka adalah cerita dengan mengungkapkan hal-hal kocak atau lucu yang ada dalam diri tokoh-tokohnya. Kelucuan dalam cerita jenaka biasanya munsul karena kebodohan maupun kecerdikan si tokoh cerita. Dalam cerita jenaka biasanya ada toko yang selalu beruntung, tetapi juga ada juga tokoh yang selalu malang atau sial. Cerita jenaka biasanya bersifat menghibur. Akan tetapi, sebagaimana umumnya sebuah dongeng, dalam cerita jenaka biasanya jga diselipkan pesan-pesan moral tertentu. Contoh cerita jenaka dalam sastra Melayu Lama antara lain adalah Pak Pandir, Lebai malang, dan Pak belalang.

Epos (epik) atau wiracarita adalah cerita tentang kepahlawanan suatu bangsa (wiracarita berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu wira yang

(39)

berarti pahlawan dan carita yang berarti cerita/kisah). Tokoh utama dalam epos adalah sosok yang gagah berani dan pandai berperang.

Jenis dongeng yang digunakan dalam pembelajaran menyimak dalampenelitian ini adalah dongeng biasa. Dongeng biasa ditokohi oleh manusia oleh manusia atau biasanya adalah kisah suka duka seseorang.

Dongeng yang disampaikan biasanya berisi pesan moral dan ajaran- ajaran budi pekerti bagi pendengarnya. Bahasa yang digunakan dalam dongeng biasa menggunakan bahasa yang tidak baku. Contoh dongeng biasa adalah dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Tingkir, Malin Kundang, Bawang Merah-Bawang Putih.

c. Ciri-ciri dongeng

Menurut Rudyanto (2010) mengemukakan bahwa dongeng mempunyai enam ciri, yaitu: (1) Menggunakan alur yang sederhana, biasanya alur maju atau alur mundur; (2) cerita singkat dan bergerak cepat; (3) karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci; (4) ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan; (5) terkadang pesan atau tema dituliskan dalam cerita; (6) biasanya, pendahuluan sangat singkat dan langsung.

Dari keenam ciri di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng biasanya menggunakan alur maju atau mundur dan ceritanya singkat. Karakter tokoh biasanya tersirat sehinggan kita sendiri yang menguraikan secara rinci tokoh mana yang mempunyai sifat baik dan yang mempunyai sifat buruk. Pendahuluan sangat singkat karena hanya untuk mengawali saja,

(40)

setelah itu langsung ke isi cerita. Dongeng biasanya ditulis dengan bahasa kiasan.

6. Pendekatan Multiple Intelligences a. Teori Multiple Intelligences

Pemahaman mengenai kecerdasan yang dimiliki manusia dalam konteks belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena itu kajian tentang kecerdasan manusia perlu dikemukakan. Dalam literatur tentang kecerdasan bisa ditemukan dalam pemikirannya Howard Gardner tentang kecerdasan jamak(multiple Intelegence). Howard Gardner adalah seorang profesor psikologi di Harvard University Amerika Serikat. Menurut Gardner, Intelegensi (kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang beragam dandalam situasi yang nyata (2013). Menurutnya suatu kemampuan disebut intelegensia (kecerdasan) jika:

1.Menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorangdalam

memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya, 2. Ada unsur pengetahuan dan keahlian,

3. Bersifat universal harus berlaku bagi banyak orang.

4. Kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis,yaitu karena otakseseorang, bukan sesuatu yang terjadi karena latihan atau training 5. Kemampuan itu sudah ada sejak lahir, meski di dalam pendidikan dapat dikembangkan.

(41)

Adapun pokok-pokok pikiran yang dikemukakan Gardner adalah:

1. Manusia memiliki kemampuan meningkatkan dan memperkuat kecerdasannya,

2. Kecerdasan selain dapat berubah dapat juga diajarkan kepada orang lain,

3. Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian- bagian yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia,

4. Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh, maknanya, dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam kecerdasan manusia bekerja secara bersama-sama.

b.Jenisˍjenis Kecerdasan(Intelelligences)

Teori kecerdasan ganda yang telah dikembangkan selama lima belas tahun terakhir ini menantang keyakinan lama tentang makna cerdas.

Gardner berpendapat bahwa kebudayaan kita telah terlalu banyak memusatkan perhatian pada pemikiran verbal dan logis, kemampuan yang secara tipikal di nilai dalam tes kecerdasan dan mengesampingkan pengetahuan lainnya. Ia menyatakan sekurang-kurangnya ada sembilan kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang penting. Kesembilan kecerdasan tersebut adalah:

1. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata.Ini merupakan kecerdasan parajurnalis,juru cerita,penyair,dan pengacara.

Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat beragumentasi, menyakinkan

(42)

orang, menghibur, atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.

2. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan dalam hal angka dan logika.Ini merupakan kecerdasan para ilmuwan, akuntan, dan pemogram komputer. Ciri-ciri orang yang cerdas secara logis-matematis mencakup kemampuan penalaran, mengurutkan, berpikir dalam tentang sebab akibat,menciptakan hipotesis,mencari keteraturan konseptual atau pola numerik,dan pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.

3. Kecerdasan Visual Spasial

Kecerdasan Visual spasial mencakup berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap, mengubah, dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual-spasial. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan para arsitek,fotografer,artis,pilot,dan insinyur mesin. Orang dengan tingkat kecerdasan spasial yang tinggi hampir selalu mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas,serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam tiga dimensi.

4. Kecerdasan Musikal

Ciri utama kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mencerap, menghargai, dan menciptakan irama dan melodi. Kecerdasan musikal juga dimiliki orang yang peka nada, dapat menyanyikan lagu dengan

(43)

tepat,dapat mengikuti irama musik,dapat mendengarkan berbagai karya musik dengan tingkat ketajaman tertentu.

5.Kecerdasan Naturalistik

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan dan kepekaan terhadap alamsekitar. Kemampuan yang tinggi untuk membedakan berbagai jenis tumbuhan secara mendalam. Kemampuan untuk menghubungkan materipelajaran dengan fenomena alam. Seseorang yang memiliki kecerdasan naturalis ini sangat menyukai binatang ataupun tanaman.Pembicaraan dengannya akan makin menarik dan kreatif jika dimulai dengan mengangkat melalaui binatang dan alam. Bahkan membawa binatang atau tanaman tertentu di dalam proses pebelajaran adalah hal yang disukainya. Kecerdasan ini banyak dimiliki para oleh parapakar lingkungan. Seorang yang tinggal di pedalaman mampu membedakan daun-daun yang dapat dimakan,daun yang digunakan sebagai tanaman obat atau tanaman yang mengandung racun.

6. Kecerdasan Kinestetik Jasmani

Kecerdasan Kinestik-Jasmani adalah kecerdasan fisik,kecerdasan ini mencakup bakat dalam mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda. Atlet, pengrajin, montir, dan ahli bedah mempunyai kecerdasan kinestetik-jasmani tingkat tinggi. Orang dengan kecerdasan fisik memiliki keterampilan dalm menjahit, bertukang, atau merakit model. Mereka juga menikmati kegiatan fisik, seperti berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, berenang, atau berperahu. Mereka adalah

(44)

orang-orang cekatan, indra perabanya sangat peka,tidak bisa tinggal diam,dan berminat atas segala sesuatu.

7. Kecerdasan Antarpribadi

Kecerdasan Ini adalah kemampuan untuk memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Kecerdasan ini terutama menuntut untukmencerap dan tanggap terhadap suasana hati, perangai, niat, dan hasrat orang lain. Pada tingkat yang lebih, kecerdasan ini dapat membaca konteks kehidupan orang lain, kecendrungannya dan kemungkinan keputusan yang akan diambil. Profesional, guru, teraphis, politisi umunya memiliki kecerdasan ini.

8. Kecerdasan Intrapribadi (dalam diri sendiri )

Orang yang kecerdasan intrapribadinya sangat baik dapat dengan mudah mengakses perasaannya sendiri, membedakan berbagai macam keadaan membimbing hidupnya.Contoh orang yang mempunyai kecerdasan ini,yaitu konselor, ahli teologi, dan wirausahawan. Mereka sangat mawas diri dan suka bermeditasi, berkontemplasi, atau bentuk lain penelusuran jiwa yang mendalam. Sebaliknya mereka sangat mandiri, sangat terfokus pada tujuan, dan sangat disiplin. Secara garis besar, mereka merupakan orang yang gemar belajar sendiri dan lebih suka bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain.

9. Kecerdasan Eksistensialis

Kecerdasan eksistensialis adalah kecerdasan yang cenderung memandang masalah-masalah dari sudut pandang yang lebih luas dan

(45)

menyeluruh serta menanyakan ”untuk apa” dan ”apa dasar” dari segala sesuatu. Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filusuf. Mereka mampu menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.

Lalu, apa bukti teoritis keunggulan dari teori kecerdasan majemuk ini?

Paraahli pendidikan dan psikologi mengemukakan bahwa yang membua tteori Gardner unggul adalah adanya dukungan riset dari berbagai bidang termasukan tropologi, psikologi, kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi, hewan, dan neuroanatomi. Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat dimasukkan ke dalam teorinya.

Empat di antaranya adalah :

a. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan

Teorikecerdasan jamak menyatakan bahwa kemampuan untuk melambangkan atau melukiskan ide dan pengalaman melalui gambar, angka, atau kata merupakan kecerdasan manusia. Teori kecerdasang anda menyatakan bahwa setiap kecerdasan dapat dilambangkan dalam berbagai cara.

b. Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan

Menurut teori kecerdasan jamak, setiap kecerdasan muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanak,mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup, dan berisikan pola unikyang secara perlahan atau cepat semakin merosot, seiring dengan menuanya

(46)

seseorang. Sebaliknya, pemikiran logis-matematis mempunyai pola perkembangan yang berlainan. Kecerdasan ini muncul sedikit lebih lambat pada masa kanak-kanak,memuncak pada masa remaja atau awal dewasa, dan kemudian merosot dalam usia selanjutnya

c. Setiap kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak tertentu.

Teori kecerdasan jamak (Multiple-Intelengence) meramalkan bahwa kecerdasan dapat terisolasi akibat kerusakan otak. Gardner menegaskan bahwa setiap teori kecerdasan baru dapat berlaku bila berdasarkan biologi, artinya berakar pada psikologi struktur otak.

d. Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.

Teori kecerdasan jamak menyatakan bahwa perilaku cerdas dapat ditinjau dari melihat prestasi tertinggi dalam peradaban bukan dengan mengumpulkanskor jawaban dari berbagai tes standar.Keterampilan tes IQ yang sering digunakan, seperti kemampuan untuk menyebutkan bilangan acak secara mundur atau maju, atau kemampuan menyelesaikan masalah anologi, mempunyai nilaibudaya yangterbatas.Teori kecerdasan ganda menyatakan bahwa kita dapat mempelajari makna menjadi dengan cerdas dengan sangat baik dengan mempelajari contoh karya budaya yang paling sukses pada kedelapan bidang itu.Lebih jauh, teori kecerdasan jamak menyambut baik keanekaragaman cara berbagai macam kebudayaan memperlihatkan perilaku ceramah. Teori kecerdasan jamak percaya bahwa setiap kecerdasan mempunyai proses kognitif yang

(47)

terpisah dalam bidang memori, perhatian, persepsi, dan pemecahan masalah.

c.Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences 1.Persiapan

Pada tahap ini guru dan pihak sekolah perlu menegenali inteligensi masing-masing siswa, merencanakan sebuah pembelajaran yang disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau lesson plan, kemudian merencanakan penilaian yang akan dipakai.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru menerapkan rencana pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya dengan memperhatikan strategi pembelajaran pada setiap jenis kecerdasan siswa yang meliputi: kecerdasan antarpribadi mesti harus diterapkan dalam satu pembelajaran.

3. Evaluasi/Penilaian

Pada tahap ini penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences adalah penilaian autentik. Pada penilaian autentik ini terdapat tiga ranah yang harus dinilai, yaitu:

a.Ranah kognitif, alat penilaian pada ranah kognitif dapat menggunakan tes tertulis dan tes lisan,

b. Ranah psikomotorik, alat penilaian pada ranah psikomotorik dapat menggunakan penilaian unjuk kerja atau praktik, dan proyek.

(48)

c. Ranah afektif, pada ranah afektif dapat dinilai dengan melihat sikap siswa terhadap dirinya sendiri selama proses pembelajran, sikap siswa dalam berhubungan dengan guru,sikap siswa dengan teman-temannya, sikap siswa dalam berhubungan dengan lingkungannya, dan respon siswa terhadap pembelajaran.

B. Kerangka Pikir

Pencapaian kualitas pendidikan secara menyeluruh, maka pelaksanaan proses belajar mengajar perlu ditingkatkan dengan memperhatikan strategi belajar mengajar yang digunakan oleh guru.

Metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh guru mampu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Melalui pendekatan Multiple Intelligences, dimana siswa dihadapkan pada proses berpikir.

Pendekatan ini tidak hanya membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa, tapi juga membuat proses berpikir siswa lain terbuka untuk seluruh siswa. Sehingga dapat terjalin tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan dan memecahkan masalah secara bersama. Melalui pendekatan Multiple Intelligences siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan hasil belajar siswa dapat meningkat:

(49)

Gambar 2.1 : Skema Kerangka Pikir

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka yang dituangkan dalam bentuk kerangka berpikir maka hipotesis yang diajukan yaitu: penerapan pendekatan Multiple Intelligences dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar.

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Keterampilan menyimak dongeng melalui pendekatan Multiple Intelligences

Analisis

Temuan

(50)

37 1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pampang, Kecamatan Pampang, Kabupaten Panaikang Kota Makassar dengan melihat dan mengamati proses belajar dengan menggunakan pendekatan Multiple Intelligences.

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada kelasV(classroom action research) yang pelaksanaanya meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Pampang Kota Makassar tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 18 laki-laki dan 16 perempuan.

Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri Pampang

No Jenis kelamin Jumlah siswa

1 Laki –laki 18

2 Perempuan 16

(51)

C. Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian ini akan dibahas tentang siklus I dan siklus II yaitu :

1. siklus I

Adapun siklus pertama ini terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.

a.Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan proses pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan multiple intelligensces dengan langkah-langkah :

1.Menyusun Rencana Pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan

2. Menyiapkan materi bahan simakan

3. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus penelitian.

b.Tahap tindakan

Tahap tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan.

Pada tahap ini guru dan peneliti melakuknan tindakan dalam proses pembelajaran Tindakan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri atas pendahuluan, inti dan penutup.

a.Tahap Pendahululuan

Tahap pendahuluan ini merupakan tahap untuk mempersiapkan mental siswa dengan mengkordinasikan siswa agar mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.

(52)

b.Tahap Inti

Tahap inti merupakan tahap melaksanakan kegiatan menyimak dongeng. Pada tahap ini menerapkan pendekatan Multiple Intelligences dalam pembelajran menyimak dongeng, sementara itu peneliti bertindak sebagai pengamat terlibat.Siswa diminta untuk menyimak dongeng yang bejudul Bawang Merah dan Bawang Putih.

c.Tahap penutup

Pada tahap penutup guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang berlansung dengan membuat simpulan terhadap pembelajaran menyimak dongeng.

d.Tahap Pengamatan (observasi)

Tahap pengamatan dilakukan pada saat proses belajar mengajar (pengamatan terhadap siswa dan guru selama proses pembelajaran menyimak dongeng). Peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Adapun aspek yang diamati adalah keaktivan siswa selama proses pembelajaran serta prilaku siswa baik yang positif maupun yang negatif. Aspek yang positif terdiri dari : (1) memperhatikan materi pembelajaran (2) keseriusan siswa dalam menyimak dongeng (3) keantusiasan siswa dalam menanggapi (4) siswa bersemangat dalam mengerjakan tes. Sedangkan aspek negatif terdiri dari (1) siswa meremehkan kegiatan menyimak (2) siswa berbicara sendiri atau dengan temannya saat proses belajar mengajar (3) siswa mengganggu temannya (4) siswa terganggu oleh lingkungan (5) siswa tidak bersemangat dalam

(53)

mengerjakan tes. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi siswa yg berisi pertanyaan mengenai perilaku siswa selama proses pembelajaran berlansung.

a.Tahap Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes dan hasil observasi yang telah dilakukan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model yang digunakan oleh peneliti dalam proses pembelajaran siklus I.

2. Siklus II

Proses penelitian tindakan kelas dalam siklus II dapat diuraiakan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II ini didasarkan temuan siklus I. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan adalah :

1. Membuat perbaikan rencana pembelajaran, tetapi diupayakan dapat memperbaiki masalah atau kekurangan-kekurangan pada siklus I,

2. Menyiapkan lembar wawancara, lembar observasi, alat dokumentasi untuk memperoleh data nontes siklus II, dan Menyiapkan teks dongeng yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.

(54)

1) Tindakan

Tindakan yang dilakukan pada siklus II berbeda dengan tindakan siklus I. pada tahap ini peneliti memberikan umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I, melaksanakan proses pembelajaran menyimak dongeng melalui pendekatan multiple intelligencesdengan mengunakan sesuai dengan rencana pembelajaran, motivasi siswa agar berpartisipasi lebih aktif dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran menulis.

2) Observasi

Observasi pada siklus II juga masih sama dengan siklus I.

kemajuan-kemajuan yang dicapai pada siklus I dan kelemahan- kelemahan yang masih muncul juga jadi pusat sasaran dalam observasi.

3) Refleksi

Pada siklus ini, refleksi dilakukan untuk merefleksi hasil evaluasi belajar siswa siklus I untuk menentukan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai selama proses pembelajaran, dan untuk mencari kelemahan- kelemahan yang masih muncul pembelajaran di kelas. Dengan demikian, refleksi berguna untuk mengetahui keefektifan pengunaan pendekatan Multiple Intelligences dalam pembelajaran menyimak dongeng untuk melihat peningkatan kemampuan menulis,dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

(55)

Tindakan dalam penelitian ini, rencananya akan dilakukan dalam dua siklus, seperti dalam gambar berikut:

Gambar3.1 : Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto 2010 )

Siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan awal kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan menyimak dongeng. Dengan adanya refleksi pada proses tindakan pada siklus I, akan muncul pemikiran baru guna mengatasi permasalahan tersebut sehingga memerlukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II.

Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menyimak dongeng siswa, kemudian dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyimak dongeng melalui pendekatan Multiple

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan SIKLUS II Pengamatan

Pelaksanan Refleksi

Refleksi pelaksanaan

(56)

Intelligences setelah dilakukan perbaikan terhadap proses pemelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.

D. Faktor-Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini addalah:

1. Faktor input, yaitu materi dan metode/pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru pada saat proses pembelajaran langsung.

2. Faktor proses, yaitu dengan melihat interaksi siswa di dalam kelas, baik itu antara siswa dengan guru maupun interaksi antara siswa dan siswa lainnya, serta melihat aktivitas, kreativitas, dan unsure menyenangkan dalam proses pembelajaran.

3. Faktor output, yaitu dengan melihat atau meneliti peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran melalui pendekatan Multiple Intelligences

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan nontes untuk mengukur peningkatan keterampilan menyimak dongeng melalui pendekatan Multiple Intelligences.

1. Teknik Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II.

Pengumpulan data tes untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi simakan. Soal yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi simakan dengan cara menceritakan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut, pada Tugas Akhir ini akan dilakukan penelitian pengklasteran laporan aspirasi masyarakat menggunakan metode S ingle Linkage

Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia) Dosis Bertingkat terhadap Kenaikan Kadar Kolesterol Total Serum Tikus Jantan Galur Wistar yang Diberi Pakan

Aplikasi e-label batik mampu memberikan dukungan penerapan Peraturan Daerah Kota PekalonganNomor 6 Tahun 2014 di lapangan, dan label “Batik Pekalongan” yang

Tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan program pembangunan desa tersebut dilihat dari beberapa indikator yaitu : Mengikuti atau

Peringkasan teks multi- dokumen menggunakan metode LSI dan SHC mampu menjaga koherensi dalam cluster kalimat sehingga menghasilkan ringkasan dengan cakupan yang

Setelah dilakukan analisa kendall tau diketahui bahwa nilai signifikasi 0,000(p<0,05), dengan demikian Ho ditolak Hα diterima jika significant hitung kurang dari 0,05

Pada penelitian ini hanya fokus mencari usulan peningkatan kualitas produk Corduro Segundo dalam memenuhi kebutuhan pelanggan dari penelitian sebelumnya yaitu

Proses akomodasi konvergensi dalam komunikasi di Karangturi Group Purwokerto terbangun ketika kalangan etnis Cina, yang terdiri dari pemilik dan pimpinan perusahaan, ingin