PSIKOLOGI KONSELING
A. RACHMAD DJATI WINARNO
KETRAMPILAN
KONSELING
PHYSICAL SETTING
Posisi duduk: tidak persis berhadapan, tetapi sedikit menyerong
Kontak mata dapat terjadi, tetapi klien tetap memiliki
“ruang” untuk menghindari kontak klien tidak merasa terkonfontrasi oleh konselor
Posisi duduk konselor: badan sedikit condong ke depan, tetapi tetap memberi ruang privasi pada klien.
Posisi condong ke depan menunjukkan sikap menerima, kehangatan, “I’m here for you”
Ruang: nyaman dan aman
COUNSELING SKILLS
Basic Skills
Mendengarkan aktif
Bertanya
Refleksi isi (parafrase)
Refleksi perasaan (empati)
Klarifikasi
Merangkum
Advance Skills
Problem solving
Konfrontasi
Self-disclosure
MENDENGARKAN AKTIF
Mendengarkan ≠ mendengar
Mendengarkan: dengan penuh perhatian
Tanggapan atau respons yang diberikan bersifat minimal
Lebih banyak menggunakan bahasa non-verbal, kadang-kadang dengan bahasa verbal singkat, misalnya: ‘ya ya’, ‘aha’, ‘oke’, anggukan
Mendengarkan sambil mengolah yang
diungkapkan klien dan menyiapkan respons verbal
BERTANYA
Bukan sekedar bertanya, tetapi menyampaikan pertanyaan yang penting untuk memahami
situasi klien atau memperdalam pemahaman akan situasi tersebut
Pertanyaan terbuka: untuk menggali masalah, eksplorasi diri klien
Pertanyaan tertutup: untuk klarifikasi, informasi singkat, atau utk mencegah klien terlalu banyak bicara
Penting: tujuan pengumpulan informasi dalam konseling adalah untuk memahami masalah dan membantu klien, bukan untuk memuaskan rasa
PARAFRASE
Parafrase = refleksi isi
Merumuskan ulang apa yg diungkapkan klien Mengkomunikasikan rumusan ulang itu
kepada klien
Bukan sekedar mengulang kata-kata klien
Dapat memberikan penekanan pada hal-hal tertentu dari yg telah diungkapkan oleh klien.
Refleksi isi (parafrase) tidak dilakukan setiap
kali klien cerita
KLARIFIKASI
Kadang klien menceritakan masalahnya secara tidak runtut atau tidak jelas
Kadang klien menggunakan kata-kata yang tidak jelas karena berbagai alasan (takut,
malu, tabu, dsb.), misalnya “dia”, “itu”, “anu”.
Tujuan klarifikasi:
Supaya jelas bahwa konselor memahami situasi dan masalah klien dengan benar.
Supaya klien dan konselor memiliki
pemahaman yg sama atas situasi klien
KLARIFIKASI (lanjutan)
Untuk itu: konselor perlu minta penjelasan atau melakukan konfirmasi atas
pemahamannya atas situasi atau masalah klien
Contoh
“Maaf, yang kamu maksud ‘dia’ itu siapa?”
“Jadi maksudmu kamu kemarin dimarahi oleh papa kamu karena kepergok berciuman dengan tetangga?”
EMPATI
Empati ≠ simpati Simpati:
Mengalami emosi yang sama dengan orang lain
Di satu pihak, simpati bersifat positif dalam arti kita bisa menyelami perasaan orang lain, akan tetapi simpati saja tidak menyelesaikan
masalah. Selian itu untuk membantu orang lain kita tidak harus mengalami emosi yang sama.
EMPATI (lanjutan)
Empati : memahami situasi dari sudut pandang orang yang mengalaminya. Pengalaman
mendalam yang sering tidak diketahui orang lain adalah bagaimana perasaan orang tsb terhadap permasalahan yang dihadapinya.
Dalam konseling: empati = refleksi perasaan Syarat: konselor “menangkap” perasaan klien, baik yg diungkapkan maupun tidak.
Dalam konseling: klien sering kali tidak
mengungkapkan perasaannya apa, bahkan tidak tahu apa perasaannya.
EMPATI (lanjutan)
Empati: Memahami perasaan orang lain; dan pemahaman itu dikomunikasikan kepada orang yang bersangkutan.
Empati dimungkinkan karena setiap orang pasti pernah mengalami berbagai emosi atau perasaan yang sama dengan yang dialami orang lain,
walaupun pemicu munculnya perasaan itu
berbeda-beda. Misalnya klien merasa takut gagal ujian. Konselor bisa memahami rasa takut itu
karena konselor pernah mengalami rasa takut juga, walaupun pemicunya berbeda, misalnya
MANFAAT EMPATI
Menunjukkan bahwa konselor berusaha memahami perasaan dan situasi klien
Klien menyadari bahwa konselor
mendengarkan dan memperhatikan klien Klien merasa diterima dan dihargai,
sehingga klien akan lebih berani untuk
mengeksplorasi diri, lebih terbuka
LANGKAH-LANGKAH EMPATI
1. Memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama:
a. Apa yang dikatakan klien, atau
b. Perasaan yang diutarakan klien karena sesuatu kejadian. Sering kali klien tidak menyatakan
perasaannya atau hanya samar-samar
menyatakannya, tetapi konselor dapat mendeteksi perasaan tersebut, atau mengenali perasaan yang lebih dalam.
2. Mencari rumusan (kata-kata) yang tepat untuk menggambarkan perasaan dan situasi klien
SKALA EMPATI
Level 1
Respons yang tidak relevan dan menyakitkan, tidak merefleksikan perasaan yang diungkapkan (surface feeling) dengan tepat.
Bila isi dikomunikasikan dengan tepat, level menjadi 1,5.
Level 2
Respons yang hanya merefleksikan sebagian dari perasaan yang diungkapkan klien.
Bila isi dikomunikasikan dengan tepat, level menjadi 2,5.
Bila isi dikomunikasikan dengan tidak tepat, level menjadi 1,5.
SKALA EMPATI (lanjutan)
Level 3
Respons yang merefleksikan perasaan luar (surface feeling) dengan tepat. Isi tidak mutlak.
Kalau isi direfleksikan, harus tepat. Kalau isi tidak tepat, level menjadi 2,5.
Level 4
Respons yang melampaui perasaan yang disadari klien; perasaan yang lebih dalam dipahami oleh konselor dan dikomunikasikan kepada klien.
Kalau isi direfleksikan, harus tepat. Kalau isi tidak tepat, level menjadi 3,5.
MERANGKUM
Setelah pembicaran berlangsung beberapa saat konselor perlu merangkum apa yang sudah dibicarakan sampai saat itu.
Dalam satu sesi konseling bisa ada
beberapa kali rangkuman, tetapi jangan terlalu sering
Manfaat:
Tidak kehilangan arah pembicaraan
Membantu mengingat apa saja yang sudah dibicarakan
MERANGKUM: Contoh
“Oke, sampai sekarang kita sudah membicarakan beberapa hal. Kamu ada konflik dengan pacar
kamu karena dia menuduh kamu selingkuh.
Setelah beberapa hari kamu malah jadi curiga jangan-jangan dialah yang selingkuh. Kamu jadi berpikir untuk putus, tetapi tidak mau gegabah melakukannya…”
“Ada beberapa hal sudah kita bicarakan. Pertama adalah nilai-nilai kamu yang tidak memuaskan.
Kedua, kamu bingung dengan orientasi seksual kamu. Kamu mengatakan bahwa kedua hal
tersebut tidak hubungannya sama sekali. Lalu
TAHAP-TAHAP
KONSELING
TAHAP-TAHAP KONSELING:
1. TAHAP FASILITASI
Kontak awal
Klien menjelaskan kondisinya
Konselor bersikap “welcome”, terbuka, mendengarkan; pada tahap ini sikap
judgemental dan evaluatif konselor dihindari, supaya klien lebih terbuka
Tujuan: self-exploration
Empati, respect (percaya pada kemampuan klien), warmth (caring, sikap hangat, terutama
TAHAP-TAHAP KONSELING:
2. TAHAP TRANSISI
Klien memastikan masalahnya apa dan
menerima tanggung jawab atas pemecahan masalahnya
Konselor menekankan peran klien, sedikit demi sedikit mulai evaluatif
Tujuan: pemahaman diri yang lebih baik dan komitmen untuk melakukan sesuatu
(perubahan)
Concreteness (kemampuan untuk spesifik),
genuineness (jujur, apa adanya), self-disclosure (harus tepat dan relevan)
TAHAP-TAHAP KONSELING:
3. TAHAP AKSI
Klien mengambil langkah yang tepat utk memecahkan masalah
Konselor bisa bersikap “judgemental”.
Pengetahuan dan kepercayaan diri konselor sangat diperlukan
Tujuan: tindakan dan arah yang lebih tepat
Konfrontasi (menunjuk inkonsistensi yang ada pada klien), immediacy (membicarakan keadaan yang terjadi “saat ini, di sini”)
KONSELING
PROBLEM SOLVING
Pemecahan masalah mungkin muncul dengan sendirinya selama proses konseling, tapi sering ada masalah yang memerlukan strategi khusus untuk memecahkannya
Tujuan konseling problem solving:
Membantu klien mengembangkan strategi untuk memecahkan masalah yg dihadapinya sekarang (≠
membantu memecahkan masalah)
Membantu klien belajar problem solving skills yg dapat digunakan bila menghadapi masalah di kemudian hari
Problem solving dilakukan terutama pada tahap
LANGKAH-LANGKAH
PROBLEM SOLVING COUNSELING
Tahap fasilitasi: mengeksplorasi masalah, fokus pada perasaan-perasaan klien
Tahap transisi:
Mengeksplorasi nilai-nilai yang menimbulkan konflik
Kesediaan klien untuk menindaklanjuti dan memecahkan konflik sangat penting
Merumuskan tujuan yang harus dicapai
Hati-hati: konselor jangan sampai memaksakan nilai-nilai dan misi pribadi/lembaga
LANGKAH-LANGKAH
PROBLEM SOLVING COUNSELING
Tahap aksi:
Mengidentifikasi semua kemungkinan atau strategi pemecahan masalah
Mengidentifikasi kelebihan, kelemahan, dan konsekuensi dari setiap kemungkinan/strategi
Pengambilan keputusan
Rencana pelaksanaan keputusan
Konselor membantu dalam proses evaluasi efektivitas keputusan