• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi : studi kasus siswa-siswi SMAN I Samigaluh, Tanjung, Ngargosari, Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi : studi kasus siswa-siswi SMAN I Samigaluh, Tanjung, Ngargosari, Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta."

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN

KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA

UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI.

Studi kasus : SMA NEGERI 01 SAMIGALUH, Tanjung, Ngargosari,

Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

LINDA WAHYUTININGRUM

UNUVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif

antara : (1) prestasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi; (2) motivasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi; (3) kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa

SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 01 SAMIGALUH pada bulan Mei

2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 01 SAMIGALUH kelas

XII. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan

wawancara. Teknik analisis data untuk permasalahan pertama, kedua dan ketiga

menggunakan analisa regresi berganda.

(2)

vii

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING

MOTIVATION AND SOCIAL ECONOMIC CONDITIONS OF THE

PARENTS AND THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

TO CONTINUE THEIR STUDIES INTO HIGHER EDUCATION

A Case Study : 01 Samigaluh Senior High School, Tanjung, Ngargosari

Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

LINDA WAHYUTININGRUM

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2009

This study aims to determine whether there is a positive relationship between:

(1) learning achievement and the interest of high school students to pursue higher

education studies; (2) learning motivation and the interest of higher education studies

to pursue higher educations studies; (3) socio – economic conditions of parents and

the interest of high school students to pursue higher education studies.

This research was carried out in 01 Samigaluh Senior High School in May

2007. This population of this study was all students of the twelfth class of 01 Senior

High School in Samigaluh. Data collection techniques were questionnaires,

documentation and interviews. Data analysis technique was multiple regression

analysis.

(3)

i

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI DAN KONDISI

SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA UNTUK

MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

Studi kasus: Siswa – siswi SMAN I SAMIGALUH Tanjung, Ngargosari,

Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh

LINDA WAHYUTININGRUM

NIM: 011334049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis yang mungkin sangat jauh dari smpurna ini sebagai buah tanganku akan kupersembahkan

dengan setulus hatiku

Teruntuk :

Mother Marry & Jesus Chryste yang selalu Melindungiku

Keluargaku Simbah Ponco (Alm), Simbah Putri, Mbak Ika, Mas Joko dan Bulek Sumi. Terima kasih atas

Kasih Sayang dan Pengorbanannya, Aku Selalu Sayang Kalian.

Orang Yang Sangat Spesial dalam hidupku : Sodik Lukmawan, Terima kasih atas motivasinya sehingga

aku bisa menyelesaikan skripsi ini dan menemani aku dalam suka maupun duka, Kamu Semangatku.

Teman-temanku : dik Lya terima kasih leptopnya, teman-temanku PAK ’01 ( Cecep, Dewi, Iswan) Akhirnya

kita bisa lulus, teman-teman kerjaku ( Mas Ronald, Mbak Ling, Mas Agung, Mbak Yanti, Mbak Tika )

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,

26

Agustus

2009

Penulis

(8)

vi

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN

KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA

UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI.

Studi kasus : SMA NEGERI 01 SAMIGALUH, Tanjung, Ngargosari,

Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

LINDA WAHYUTININGRUM

UNUVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif

antara : (1) prestasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi; (2) motivasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi; (3) kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa

SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 01 SAMIGALUH pada bulan Mei

2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 01 SAMIGALUH kelas

XII. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan

wawancara. Teknik analisis data untuk permasalahan pertama, kedua dan ketiga

menggunakan analisa regresi berganda.

(9)

vii

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING

MOTIVATION AND SOCIAL ECONOMIC CONDITIONS OF THE

PARENTS AND THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS

TO CONTINUE THEIR STUDIES INTO HIGHER EDUCATION

A Case Study : 01 Samigaluh Senior High School, Tanjung, Ngargosari

Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.

LINDA WAHYUTININGRUM

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2009

This study aims to determine whether there is a positive relationship between:

(1) learning achievement and the interest of high school students to pursue higher

education studies; (2) learning motivation and the interest of higher education studies

to pursue higher educations studies; (3) socio – economic conditions of parents and

the interest of high school students to pursue higher education studies.

This research was carried out in 01 Samigaluh Senior High School in May

2007. This population of this study was all students of the twelfth class of 01 Senior

High School in Samigaluh. Data collection techniques were questionnaires,

documentation and interviews. Data analysis technique was multiple regression

analysis.

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Linda Wahyutiningrum Nomor Mahasiswa : 011334049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Desember 2009 Yang menyatakan

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Bunda Maria dan Tuhan Yesus

Kristus yang selalu mencurahkan karunia-Nya selama ini dari awal kuliah sampai

masa akhir studi saya, hingga saya dapat menyelesaikan skripsi sebagai wujud

pertanggungjawaban saya selama kuliah ini dengan baik. Saya sangat berbahagia

akhirnya dapat menyelesaikan studi saya di Universitas Sanata Dharna Yogyakarta

ini sesuai harapan dan cita-cita. Semua usaha yang saya lakukan ini tidak akan

berhasil dengan baik tanpa orang-orang di sekitar saya yang saya membantu. Maka

saya ucapkan banyak terima kasih tulus dari dalam hati saya, teruntuk mereka semua.

Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Drs. T.

Sarkim.,M.Ed.,Ph.D., yang telah memberikan ijin dan memberikan kesempatan

kepada saya untuk melaksanakan studi dan menimba ilmu dengan baik di Universitas

Sanata Dharma ini.

Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Bapak Laurentius

Saptono, S.Pd., M.Si. yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada

saya selama saya kuliah dia Universitas Sanata Dharma ini.

Dosen Pemmbimbing I, Bapak Drs. Bambang Purnomo. S.E., M.Si. yang

telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi

ini.

Dosen Penguji Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., yang telah menguji

saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi skripsi saya.

Dosen Penguji Bapak Agustinus. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. yang telah

menguji saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi

skripsi saya.

(12)

ix

Dosen- dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya jurusan

pendidikan ekonomi akuntansi yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada saya

yang sangat saya perlukan di kemudian hari.

Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam saya

kuliah, sekertariat yang membantu urusan administrasi kuliah saya, dan petugas

perpustakaan yang ,membantu dan memfasilitasi buku-buku yang sangat saya

perlukan selama kuliah sampai menyelesaikan tugas akhir.

Kepala Sekolah Bapak Drs. Marsudi Raharjo yang telah memberikan ijin

kepada saya untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih

atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat.

Sekripsi ini tentu masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang

sifatnya membangun senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan dan akhirnya

dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan .

Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang

mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta,

15

Agustus

2009

(13)

x

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v

ABSTRAK……….. vi

ABSTRACK ……….. vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah……… 1

B.

Batasan Masalah……… 6

C.

Rumusan Masalah ……… 6

D.

Tujuan Penelitian……….. 6

E.

Manfaat Penelitian……… 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Prestasi Belajar……….. 8

B.

Motivasi Belajar……… 18

C.

Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua………. 24

D.

Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi ………... 31

(14)

xi

F.

Sekolah Menengah Atas……… 35

G.

Hubungan Antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Melanjutkan

Studi ke Perguruan Tinggi……….

37

H.

Hubungan Antara Motivasi dengan Minat Melanjutkan Studi ke

Perguruan Tinggi ……… 39

I.

Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat

Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi ……… 40

J.

Hipotesis ……… 41

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian……… 42

B.

Waktu dan Tempat Penelitian……… 42

C.

Populasi dan Sampel……….. 42

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya……… 44

E.

Data yang di Perlukan……… 48

F.

Teknik Pengumpulan Data……… 48

G.

Pengujian Instrumen Data ………. 49

H.

Teknik Analisis Data………. 53

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A.

Sejarah Sekolah……….. 58

B.

Visi dan Misi……….. 59

C.

Kurikulum Sekolah……… 59

D.

Sumber Daya Sekolah……… 60

E.

Siswa……….. 63

F.

Kondisi Fisik dan Fasilitas………. 65

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Diskripsi Penelitian……… 67

(15)

xii

1.

Uji Normalitas ……… 70

2.

Uji Linieritas……… 71

C.

Hasil Analisis Hipotesis……… 72

D.

Pembahasan……….. 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan……… 83

B.

Saran-saran……… 84

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1

ValiditasVariabel Motivasi……… 50

Tabel 3.2

Validitas

Instrumen

Minat Melanjutkan Studi………..

51

Tabel 3.3

Visi

Realibilitas Instrumen………

53

Tabel 4.1

Jumlah

Guru

SMAN I Samigaluh……….

61

Tabel 4.2

Jumlah

Karyawan………. 63

Tabel 5.1

Kategorisasi dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel

Prestasi Belajar……….

67

Tabel 5.2

Kategorisasi

dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel

Motivasi………

68

Tabel 5.3

Kategorisasi

dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel

Minat

Siswa

Melanjutkan Studi………..

68

Tabel 5.4

Kategorisasi

dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel

Kondisi

Sosial

Budaya………

69

Tabel 5.5

Hasil Uji Normalitas……….

70

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner………

86

Lampiran 2 Uji

Validitas dan Reliabilitas……….. 92

Lampiran 3 Uji

Normalitas……….

94

Lampiran 4 Uji

Linieritas………

95

Lampiran 5 Uji

Regresi

……….

97

Lampiran 6 Kategori

Kecenderungan Variabel……… 101

Lampiran 7 Data

Induk

Penelitian……… 103

Lampiran

8

Daftar Tabel……….. 111

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu negara yang maju tidak akan lepas dari sumber daya manusia

yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan

meningkatan kualitas generasi muda yang ditempuh melalui pendidikan.

Dengan generasi muda yang berkualitas maka bangsa Indonesia mampu

bersaing dengan negara lain yang lebih maju.

Dalam Dictionary of Psycology (1972) pendidikan diartikan sebagai

“The institutional procedurs which are empolyed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. usually the term is applied to formal institution”

Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan

yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dan

menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Menurut

Poerbakawatja dan Harap (1981) pendidikan adalah usaha yang secara sengaja

dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke

kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tangung jawab moril

dari segala perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau

orang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk

mendidik, misalnya guru sekolah, lingkungan masyarakat,pemuka agama atau

(19)

Soerjono Soekanto (1982:335) juga mengatakan bahwa pendidikan nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima

hal-hal yang baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.

Pendidikan juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang

lebih baik dikemudian hari dan dengan pendidikan yang tinggi diharapkan

akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, maka banyak orang tua yang

tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan biaya yang banyak. Namun bagi keluarga

yang kurang mampu biaya pendidikan yang tinggi menjadi kendala, mereka

terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi, karena keterbatasan dana.

Ketika siswa tamat dari SMA maka mereka dihadapkan pada dua pilihan

yaitu melanjutkan sekolah atau bekerja. Bagi keluarga yang mampu akan

menganjurkan anaknya untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi,

namun bagi keluarga yang kurang mampu mereka menganjurkan anaknya

untuk bekerja, sehingga memperoleh penghasilan yang dapat menambah

pendapatan keluarga. Siswa kelas XII SMAN I SAMIGALUH yang

merupakan subyek penelitian penulis, kondisi sosial ekonomi orang tua dapat

dilihat dari penampilan mereka. Siswa dari keluarga mampu penampilannya

lebih mewah, dibandingkan dengan siswa dari keluarga yang kurang mampu.

Begitu juga dengan alat transportasi yang mereka gunakan untuk pergi ke

sekolah juga dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut dari keluarga mampu

atau kurang mampu. Di SMAN I SAMIGALUH siswanya lebih banyak yang

(20)

sepeda motor. Tidak hanya masalah biaya pendidikan yang tinggi dan

pendapatan orang tua yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan

sekolah ke Perguruan Tinggi, tetapi tingkat pendidikan orang tua dan fasilitas

yang dimiliki keluarga juga mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi. Orang tua yang pendidikannya rendah, berpendapat

bahwa sekolah tinggi-tinggi tidak ada manfaatnya, yang penting bekerja dan

mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya,

sehingga anaknya dilarang untuk melanjutkan studinya. Sebaliknya orang tua

yang berpendidikan tinggi lebih berpikir kalau anaknya berpendidikan tinggi

maka akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Seorang siswa yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi diharapkan

tidak hanya bermodal uang yang banyak, tetapi juga harus mempunyai

prestasi yang baik. Prestasi tersebut terlihat pada nilai raport siswa, apabila

nilai raport siswa diatas nilai rata-rata yang ditentukan sekolah maka dapat

dikatakan bahwa siswa tersebut berprestasi. Prestasi juga terlihat pada

keikutsertaan siswa dalam perlombaan-perlombaan, di SMAN I

SAMIGALUH siswanya banyak yang mengikuti perlombaan, misalnya saja

perlombaan olahraga, cerdas-cermat yang dapat dilihat dari piala-piala yang

terdapat di ruang guru. Prestasi belajar mempengaruhi minat siswa untuk

melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, karena prestasi dapat dijadikan

kekuatan apakah siswa tersebut mampu atau tidak untuk melanjutkan ke

perguruan tinggi. Misalnya saja ada siswa yang diterima di perguruan tinggi

(21)

mempunyai prestasi yang tinggi selama di sekolah. Prestasi juga merupakan

tujuan utama didalam kegiatan belajar mengajar dilingkup sekolah, dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dengan prestasi yang baik akan membuat

siswa tidak ragu untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Motivasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk

melanjutkan ke perguruan tinggi. Misalnya saja siswa kelas dua belas (XII)

SMA memiliki harapan untuk dapat diterima sebagai mahasiswa jurusan

Pendidikan Akuntansi di salah satu perguruan tinggi, maka ia akan terdorong

untuk belajar lebih rajin agar dapat diterima. Fenomena yang menunjukkan

bahwa siswa kelas XII SMAN I SAMIGALUH termotivasi untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi bisa dilihat pada waktu jam istirahat yang

dimanfaatkan untuk membaca buku pelajaran atau Koran di perpustakaan.

Ada juga Siswa yang mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah. Motivasi

siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga terlihat pada waktu

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, mereka memperhatikan guru

dengan seksama pada waktu guru sedang menjelaskan materi pelajaran.

Banyak juga siswa yang mempunyai buku panduan pelajaran dan mereka juga

jarang bolos sekolah. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu

agar tujuannya dapat tercapai. Motivasi merupakan suatu keadaan yang

(22)

Menurut Yuliana Triwahyu Sejati (1996) dalam penelitiannya yang

berjudul “hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar

siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi” mengatakan

bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa

dengan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi, yang artinya

semakin tinggi prestasi belajar siswa, semakin tinggi minat melanjutkan studi

ke perguruan tinggi, atau sebaliknya semakin rendah prestasi belajar siswa,

semakin rendah minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hubungan

positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat melanjutkan

studi ke perguruan tinggi dapat terjadi karena siswa yang berprestasi

belajarnya tinggi dengan didukung motivasi dan semangat yang tinggi,

cenderung memiliki aspirasi pendidikan yang tinggi, sehingga mereka lebih

berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, karena dengan masuk

ke perguruan tinggi dengan bekal prestasi yang sudah baik akan lebih mudah

dalam menyesuaikan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Berdasarkan

uraian di atas maka peneliti mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA

PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI

ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA UNTUK MELANJUTKAN

(23)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah mengenai

hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang

tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat siswa SMA

untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?

2. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan minat siswa SMAuntuk

melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?

3. Apakah ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan

minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar

dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivasi dengan

minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kondisi sosial

ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke

(24)

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Sebagai gambaran untuk menentukan sikap dan tindakan setelah lulus dari

SMA

2. Bagi Sekolah yang bersangkutan

Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan yang berhubungan

dengan studi lanjut siswa.

3. Bagi penulis

Untuk menambah pengalaman dan dapat menerapkan teori dan praktik

(25)

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk menjelaskan mengenai prestasi belajar akan lebih baik bila

terlebih dahulu dijelaskan pengertian tentang belajar. Selanjutnya

pengertian belajar dihubungkan dengan prestasi belajar, sehingga dapat

diperoleh pengertian prestasi belajar secara lengkap.

Belajar suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (W.S.

Winkel, 1983:149).

Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychologi of learning mendefinisikan belajar sebagai “any relatively permanent change in organism’s behavioral reportaire that accurs as a resulf of eksperience” (belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

pengalaman).

Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya

educational psychology : the teaching learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)

(26)

Belajar secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

Prestasi menurut W.S Winkel merupakan bukti usaha yang dicapai

(W.S Winkel, 1989:324). Jadi prestasi belajar berhubungan dengan

seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang

ditunjukkan dengan nilai hasil evaluasi atau test.

Prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang

dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1988:3). Bagi seseorang prestasi

belajar dalam tingkat dan jenis tertentu akan memberikan kepuasan dalam

hidupnya.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, prestasi belajar diukur

dengan menggunakan evaluasi. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dicapai siswa, lambang

pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan

dengan asumsi prestasi belajar dapat mendorong siswa memperoleh ilmu

pengetahuan, indikator intern dan ekstern dalam institusi pendidikan, dan

indikator daya serap anak didik (Dimyati Mahmud, 1990:46).

2. Arti penting belajar

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan

(27)

E.L Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia

dikurangi setengahnya saja maka peradapan yang ada sekarang tak akan

berguna bagi generasi mendatang. Belajar juga memainkan peranan

penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia

(bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara

bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

a. Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni kondisi/keadaan

jasmani dan rohani siswa.

1) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

keadaan tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi

jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera. Keadaan

tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar belakangi

aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain

pengaruhnya dengan keadaan yang kurang segar; keadaan yang

lelah akan lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Baiknya

fungsi panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu

berlangsung dengan baik.

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dalam kualitas perolehan pembelajaran

(28)

- Inteligensi siswa

Inteligensi siswa pada umumnya dapat diartikan sebagai

kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat

(Reber, 1988).

- Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respons tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

- Bakat siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988).

- Minat siswa

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

- Motivasi siswa

Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).

Arder N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong

(29)

 Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang

lebih luas;

 Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan

keinginan untuk selalu maju;

 Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang tua, guru,

dan teman-teman;

 Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu

dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan

kompetisi;

 Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila

menguasai pelajaran;

 Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada

belajar. (Frandsen, 1961, p.216).

Maslow (menurut Frandsen, 1961, p. 234) mengemukakan

motif-motif untuk belajar itu ialah :  Adanya kebutuhan fisik;

 Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekhawatiran;

 Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam

hubungan dengan orang lain;

 Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari

masyarakat;

 Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau

(30)

b. Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

sekitar siswa

Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni :

1) Lingkungan social, lingkungan social sekolah seperti para guru,

para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Yang termasuk

lingkungan social siswa adalah masyarakat dan tetangga juga

teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.

Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.

2) Lingkungan nonsosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan

nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat

tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini

dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Bigger (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih

efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.

c. Faktor pendekatan belajar

Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang

direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau

(31)

4. Evaluasi prestasi belajar

Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

Pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif; lantaran penggunaan

simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas kinerja akademik siswa

dianggap sangat nisbi.

Menurut Muhibbin Syah, tujuan evaluasi adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa

dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam

kelompok kelasnya.

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.

d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan

kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)

untuk keperluan belajar.

e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar

yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).

Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi

sebagai berikut :

a. Fungsi administrasi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku

raport.

(32)

c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan

merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan). d. Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan

bimbingan dan penyuluhan (BP).

5. Indikator prestasi belajar

Pada prinsipnya, pengungkapan hasil ideal meliputi segenap ranah

psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar

siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa

sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar

indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis

prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.

6. Faktor-faktor yang meningkatkan prestasi belajar

Menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar, adalah :

a) Faktor lingkungan, faktor lingkungan sebenarnya sangat besar

peranannya dalam mempengaruhi perkembangan dan kegiatan belajar

seorang anak. Bila lingkungan tempat anak bergaul terdiri dari

orang-orang yang rajin belajar, maka dengan sendirinya anakpun akan

terpengaruh pula, sehingga si anak akan bergiat pula belajar dalam

mengejar prestasi yang baik.

b) Faktor kesehatan, faktor kesehatan memegang peranan yang penting.

(33)

mengikuti pelajaran yang baik, sehingga hasil yang akan dicapainya

pun tidak akan menggembirakan.

c) Adanya cita-cita yang terpatri dalam jiwa seorang anak, maka anak itu

pun akan mengetahui untuk apa sebenarnya ia belajar. Sehingga

walaupun untuk itu selalu mengalami kesulitan, halangan dan berbagai

macam rintangan, ia tidak akan pernah mundur dalam perjuangannya.

Rintangan yang menghambat prestasi belajar anak diantaranya, adalah:

a) Adanya perasaan gelisah

Ketika seorang anak belajar, haruslah diusahakan hal-hal yang ada di

sekelilingnya dapat memberikan bantuan kepada ketekunannya

belajar. Salah satu cara yang paling efektif untuk menimbulkan

ketenangan dan menghindarkan kegelisahan ini, adalah dengan

membiasakan anak untuk sering membaca dalam hati. Karena dengan membaca dalam hati maka seorang anak akan lebih terpimpin untuk

mendisiplin dirinya sendiri, untuk menarik butir-butir yang penting

dari pelajaran yang dibacanya itu sendiri.

b) Takut untuk memulai

Seorang anak harus dilatih untuk memiliki kemauan yang kuat dalam

belajar, sehingga untuk itu anak tidak perlu lagi dikomando setiap saat

untuk belajar. Untuk memperkuat jiwa dalam belajar ini, maka ada

baiknya bila sebelumnya telah diadakan persiapan-persiapan yang

dianggap perlu dan dapat menunjang keberhasilan belajar itu sendiri.

(34)

Karena hanya dengan kesungguhan-kesungguhan suatu pekerjaan

belajar itu akan dapat membawa orang-orang yang berkepentingan

kepada hasil belajar yang baik dan memuaskan.

c) Belajar yang tidak berencana

Apapun yang dikerjakan dalam kehidupan ini hendaklah didahului

dengan rencana yang matang, karena sesuatu pekerjaan yang

dikerjakan tanpa rencana, berarti suatu usaha yang sifatnya

untung-untungan belaka. Dengan belajar yang berencana, maka kita akan

mengetahui mana yang seharusnya didahulukan dan mana pula yang

dapat dilakukan belakangan. Lagi pula dengan belajar yang berencana,

maka pikiranpun akan lebih tenang dalam belajar, karena sudah

mengetahui bagian mana atau bidang studi mana yang seharusnya

dipelajari sekarang dan mana yang akan dipelajari nanti.

d) Tidak memiliki ketabahan dan keuletan

Seorang anak yang pemalas dan memiliki semangat yang lemah, tidak

akan mampu untuk mengatasi rintangan-rintangan yang dihadapinya

dalam kehidupan belajarnya. Ia akan beranggapan bahwa

rintangan-rintangan yang ditemuinya itu adalah merupakan palu yang memvonis

dirinya untuk berhenti belajar.

e) Tidak memiliki kepercayaan yang teguh akan kemampuan diri sendiri.

Dalam belajar diperlukan adanya kepercayaan yang teguh akan

kemampuan diri sendiri. Dengan adanya kepercayaan yang teguh akan

(35)

seorang anak, maka anak akan memiliki pendirian yang teguh. Dengan

adanya kepercayaan yang teguh akan kemampuan diri sendiri, maka

seorang anak, tidak akan mudah menyerah kalah bila umpamanya

pada suatu ketika ia tidak memperoleh nilai yang menggembirakan.

Seorang anak yang memiliki kepercayaan akan kemampuan diri

sendiri dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sesuai.

B. Motivasi

1. Pengertian motivasi

Motivasi dapat diartikan sebagai faktor yang mendorong orang

untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi juga dipandang sebagai

dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan

yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap

dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989, Siagian, 1989; Schein,

1991; Biggs & Telfer, 1987).

Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan anggota,

organisasi mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk

keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan berbagai sasaran

organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian,

(36)

Menurut Hoy dan Miskel dalam bukunya Educational administration (1982:137) mengemukakan bahwa “motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks,

dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan

(tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian

tujuan-tujuan personal”.

Menurut Barelson dan Steiner mendefinisikan motivasi sebagai

(J. Ravianto, 1985:109) :

“all those inner striving conditions variously describe as whises, desires, needs, drives and the like”

jadi motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental

manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan

(moves) dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai

kebutuhan yang memberikan kepuasan atau mengurangi

ketidakseimbangan.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan

interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi

pada diri seseorang. Motivasi sebagai psikologis timbul diakibatkan oleh

faktor di dalam diri seseorang yang disebut sebagai faktor ekstrinsik

(Wahjosumidjo, 1987:174).

(37)

a. Kebutuhan

Kebutuhan terjadi bila individu merasa tidak seimbangan antara

apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Maslow membagi kebutuhan

menjadi lima tingkat, yaitu (i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan

akan perasaan aman, (iii) kebutuhan sosial, (iv) kebutuhan akan

penghargaan diri, dan (v) kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan

fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan,

sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan

dengan keamanan yang bersifat fisik dan psikologis. Kebutuhan sosial

berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh orang lain, jati

diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan, dan

pemilikan harga diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan

dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu sesuai dengan

kemampuan.

b. Dorongan

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan

dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan

mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian

tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan

inti motivasi. Menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk

memenuhi motivasi. Hull menekankan dorongan sebagai motivasi

(38)

c. Tujuan

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan

tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Tujuan

merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara psikologis, tujuan

merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan. Jika tujuan

tercapai, maka kebutuhan terpenuhi “sementara”. Jika kebutuhan

terpenuhi, maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk

berbuat “terhenti sementara”.

2. Arti Penting Motivasi

Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari

kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif,

dan interaksi. Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan

bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain.

Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan

masyarakat.

Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (i)

Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (ii)

Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan

dengan teman sebaya; (iii) Mengarahkan kegiatan belajar; (iv)

Membesarkan semangat belajar; (v) Menyadarkan tentang adanya

(39)

bermain) yang berkesinambungan; individu dilatih untuk menggunakan

kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.

Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka suatu pekerjaan dalam hal

ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. Motivasi belajar juga

penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman

tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu

sebagai berikut : (i) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara

semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (ii) Mengetahui dan

memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam. (iii)

Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara

bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator instruktur,

teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (iv) Memberi

peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

Motivasi adalah salah satu prasyarat yang sangat penting dalam

belajar. Dalam kata Latin, kata motivum menunjuk pada alasan tertentu.mengapa sesuatu itu bergerak. Kata bahasa Inggris motivatiom berasal dari kata motivum. Istilah “motivasi” mempunyai arti sedikit bagi motivasi itu sendiri.

Motivasi mempunyai intensitas dan arah (direction). Gege Berliner (1984) menyamakan motivasi seperit mesin (intensitas) dan kemudi

(direction) sebuah mobil. Intensitas dari motivasi yang digunakan untuk satu kegiatan mungkin tergantung pada besarnya intensitas itu dari pada

(40)

3. Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk

menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau

yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu

dilakukan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelaktual. Peranannya adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. Oleh karena itu motivasi balajar

sangat penting dalam peningkatan hasil belajar. Dalam kepustakaan

pendidikan, motivasi sering disebut sebagai variabel yang banyak

menentukan hasil belajar. Motivasi yang ada pada diri setiap orang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut ( Sardiman AM, 1986:82-83):

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin ( tidak cepat puas

dengan prestasi yang dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

(41)

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin ( hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Ciri-ciri motivasi selain diatas juka dikemukakan oleh Abin Syamsudin

(2002:40) yang diidentifikasikan menjadi indikator yaitu:

a. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam mennghadapi

rintangan dan kesulitan.

b. Tingkat kualifikasi prestasi.

c. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan ( like or dislike; positif atau negatif)

C. Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua

Kata kondisi dapat diartikan sebagai keadaan. Kondisi seseorang

berpengaruh pada apa yang akan di cita-citanya. Seseorang tersebut akan

melihat kondisinya sebelum ia memutuskan sesuatu. Dalam hal ini kondisi

orang tua yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke

Perguruan Tinggi. Kata sosial dapat diartikan sebagai masyarakat atau

kehidupan masyarakat. Penulis sendiri mengartikan sosial sebagai hubungan

antar individu yang satu dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial

(42)

Kata ekonomi terbentuk dari dua kata dalam bahasa asing (Yunani),

yaitu “oikos” yang berarti rumah tangga, dan “nomos” yang berarti aturan, tata, ilmu. Jadi arti kata aslinya adalah : aturan atau pedoman untuk mengatur

rumah tangga. Ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang

mempelajari cara-cara manusia memutuskan untuk mengalokasikan

sumber-sumber dana yang terbatas antara berbagai alternatif kemungkinan untuk

memenuhi kebutuhan manusia.

Yang dimaksud orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab

dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari

lazim disebut dengan ayah–ibu. Lingkungan pertama yang berhubungan

dengan anak adalah orang tua atau keluarga. Suasana keluarga yang positif

bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak

merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga.

Dari pengertian-pengertian di atas penulis membaca untuk

menguraikan tentang apa yang dimaksud dengan kondisi sosial ekonomi.

Banyak sekali masalah yang timbul di lingkungan keluarga yang berlatar

belakang kondisi sosial ekonomi. Apabila kondisi sosial ekonomi orang tua

baik atau cukup maka akan dapat memperlancar perkembangan dan

pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat apabila suatu keluarga dengan kondisi

sosial ekonomi yang baik, maka fasilitas belajar anak akan tercukupi sehingga

dapat memperlancar belajarnya. Akan tetapi suatu keluarga dengan kondisi

sosial ekonomi yang baik belum tentu menjamin perkembangan dan

(43)

maka anak akan melakukan hal-hal yang negatif. Kondisi sosial ekonomi

orang tua meliputi :

1. Tingkat Pendidikan Orang Tua

Dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 dikatakan bahwa pendidikan

pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur

hidup.

Menurut Drs. RBS. Fudyartanta menyatakan bahwa pendidikan

adalah proses membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan,

cara berfikir, kecakapan dan perasaan atau sikap mental (Drs. RBS.

Fudyartanta, 1977 hal. 23).

Pendidikan tidak hanya untuk anak-anak tapi juga untuk kaum

remaja dan orang-orang dewasa. Jadi setiap orang dapat memperoleh

pendidikan tanpa memandang kaya–miskin, tua-muda dan derajat

seseorang. Bentuk-bentuk pendidikan menurut Philip H. Coombs dalam

bukunya Prof. Zahara Indris, M.A yang berjudul “Dasar-dasar Pendidikan”

mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu :

1) Pendidikan Informal

Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman

sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak teratur

dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, seperti di

dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar atau di dalam

(44)

2) Pendidikan Formal

Adalah pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis, mempunyai

jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung

dari TK sampai Perguruan Tinggi.

3) Pendidikan Non Formal

Adalah sesuatu bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan

sengaja, tertib, teratur, dan berencana di luar kegiatan persekolahan.

Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut

ayah-ibu. Tingkat pendidikan orang tua dimaksudkan sebagai tingkat

pendidikan formal yang berhasil dicapai oleh orang tua. Tingkat

pendidikan formal yang dicapai akan mempengaruhi kehidupan seseorang,

yaitu berpengaruh pada penguasaan pengetahuan, pekerjaan dan status

sosial dalam masyarakat. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada

semangat anak untuk belajar, misalnya orang tua yang mengenyam

pendidikan tinggi maka ia akan selalu mendorong anak untuk belajar

dengan rajin sehingga menjadi orang yang berguna, orang tua yang

berpendidikan tinggi akan lebih mudah membimbing dan membantu anak

dalam belajar.

Sedang bagi orang tua yang berpendidikan rendah tidak akan

menghiraukan akan pendidikan anak dan sulit untuk membimbing dan

membantu anak belajar karena kemampuan dan pengetahuannya terbatas.

(45)

pendidikan, selalu mendorong anak untuk belajar rajin, dan berusaha

menyediakan fasilitas yang mendukung anak untuk belajar rajin, dan

berusaha menyediakan fasilitas yang mendukung anak untuk belajar rajin,

dan berusaha menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar

mengajar anak, sehingga anak akan berprestasi maksimal.

2. Tingkat Pendapatan Orang Tua

a. Pengertian Pendapatan

Pengertian pendapatan sangat erat dengan penghasilan, banyak

yang menyamakan kedua pengertian tersebut. San. S Hutabarat (1978:

92). Membedakan pengertian pendapat dan penghasilan sebagai

berikut:

1) Penghasilan adalah setiap hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha

tertentu, misalnya bagi yang diperoleh dari bekerja.

2) Pendapatan adalah suatu hasil yang diperoleh dalam jangka waktu

tertentu, misalnya bunga simpanan di bank.

Penulis tidak membedakan arti atau pengertian antara pendapatan dan

penghasilan, keduanya mempunyai pengertian yang sama yaitu segala

bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas-jasa atas

sumbangan seseorang terhadap proses produksi.

b. Bentuk Pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik ( Mulyanto Surmadi, dan Hans

Dieter Ever, 1982 : 92) pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga

(46)

1) Pendapatan Berupa Uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang

yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas

jasa atau kontraprestasi. Sumber- sumber yang utama adalah gaji

dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan,

pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas,

pendapatan dari penjualan barang dipelihara di halaman rumah,

hasil investasi, serta keuntungan sosial.

2) Pendapatan Berupa Bunga

Pendapatan berupa bunga adalah segala penghasilan yang sifatnya

regular dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan

diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang

diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi

atau disertai transaksi uang secara cuma-cuma, penerimaan barang

dan jasa dengan harga subsidi dari majikan merupakan pendapatan

berupa uang.

3) Pendapatan Lain-lain

Pendapatan lain-lain adalah segala penerimaan yang bersifat

transfer dan redistribusi yang biasanya membawa perubahan

dalam keuangan rumah tangga. Orang tua bekerja keras untuk

mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhannya

yang semakin lama semakin banyak. Penghasilan keluarga dapat

(47)

a) Usaha sendiri ( Wiraswasta)

Misalnya berdagang, mengerjakan sawah, menjalankan

perusahaan sendiri.

b) Bekerja pada orang lain

Misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai

atau karyawan ( baik swasta ataupun pemerintah).

c) Hasil dari milik

Misalnya mempunyai sawah disewakan, punya rumah

disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga.

Selain penghasilan (balas karya dan hasil milik), masih ada

penerimaan atau uang masuk lain, misalnya berupa :

1) Uang pensiunan, bagi mereka yang sudah lanjut usia dan dulu

bekerja pada pemerintahan atau instansi lain.

2) Sumabangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara atau

famili, warisan dari orang tua, hadiah dan tabungan.

3) Pinjaman atau hutang, ini merupakan uang masuk tetapi pada

saat akan dilunasi atau dikembalikan harus tepat waktu.

Pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh keluarga

dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya

makan, rekreasi dan pendidikan. Besarnya jumlah pengeluaran

keluarga menurut Drs. T. Gilarsa tergantung dari berbagai hal

antara lain :

(48)

b) Besarnya keluarga

c) Tingkat harga kebutuhan-kebutuhan hidup

d) Taraf pendidikan keluarga dan status sosialnya

e) Lingkuan social dan ekonomi keluarga

f) Kebijaksanaan dalam mengelola dan mengendalikan

keuangan keluarga.

D. Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi 1. Pengertian Minat

Ada beberapa pengertian minat, yaitu :

a. Menurut Parasibu dan Simandjuntak (1986 : 10) minat adalah gejala

kejiwaan yang berhubungan dengan sikap subyek terhadap obyek.

b. Minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian

terhadap suatu obyek yang disertai dengan adanya kecenderungan

untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut (Bimo W, 1977 :

38).

c. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk

merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu. (WS. Winkel, 1987 : 30)

d. Minat adalah kecenderungan seseorang bahwa obyek, seseorang,

sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan

(49)

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam

bidang-bidang studi tertentu. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat

menentukan suatu pilihan seseorang. Selain itu minat merupakan salah

satu faktor psikologis yang sangat penting untuk suatu keberhasilan

seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan disertai

minat pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada

mereka yang tidak berminat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan studi ke Perguruan

Tinggi.

Menurut Giartama minat dapat digolongkan menjadi dua yaitu

(Giatama, 1990 : 6).

a. Minat secara intrinsik

Merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa

pengaruh dari luar. Timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi

belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.

b. Minat secara ekstrinsik

Merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu.

Timbul karena latar belakang sosial ekonomi, minat orang tua dan

teman sebaya.

Menurut Enggers Dorter dalam Pasaribu (1986) minat dapat

(50)

d) Minat biasa dalam hal hanya ada hubungan dangkal dengan obyek

pengetahuan.

e) Ikut serta adalah minat yang tidak terbatas pada pengetahuan

intelektual, tetapi ingin ikut menangkap maksud, ikut merasakan arti

sesuatu. Tingkatan minat itu terdapat pada bahan pelajaran kultural

(bahasa, sejarah, kebudayaan).

f) Menyerahkan diri adalah tingkatan minat yang tertinggi, dimana

subyek diterima seluruhnya oleh obyek yang dikenal dan dihargainya,

terhadap moral dan agama.

Berdasarkan beberapa pengertian minat di atas dapat diuraikan

bahwa minat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi pada siswa SMA

kelas XII dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa

untuk memilih Perguruan Tinggi setelah tamat sekolah SMA yang ditandai

dengan adanya perasaan tertarik dan perasaan bahwa Perguruan Tinggi

tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.

E. Perguruan Tinggi

1. Pengertian Perguruan Tinggi

Banyak siswa lulusan SMA / SMK ingin melanjutkan studi ke

Perguruan Tinggi. Mereka berusaha mencari informasi mengenai

Perguruan Tinggi yang mereka inginkan, mengenai kualitas, jurusan atau

bidang studi serta syarat-syarat untuk masuk ke Perguruan Tinggi tersebut.

(51)

tingkat setinggi-tingginya memberi sumbangan dari sumber-sumber yang

ada pada masyarakat (Soegandar Poerbakawatha, 1982 : 7).

Menurut Margareth B. Fisher dan Jeanne L. Nable (1960) yang

dikutip oleh Tauziduhu (1988 : 10) mengatakan bahwa Perguruan Tinggi

adalah masyarakat terpelajar, Perguruan Tinggi adalah pola proses

interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus

sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara keseluruhan

di dalam masyarakat.

2. Tujuan Perguruan Tinggi

a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki

kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi

ataupun kesenian.

b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya

untuk peningkatan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya

budaya nasional.

3. Jenis-jenis Perguruan Tinggi

Dilihat dari bentuknya Perguruan Tinggi di Indonesia yang dikenal

dibedakan menjadi :

1) Universitas, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan

dalam berbagai macam bidang keahlian, misalnya : bidang kedokteran,

(52)

2) Sekolah Tinggi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan untuk satu macam keahlian khusus dan tidak terdapat

bermacam-macam fakultas.

3) Akademi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

satu keahlian khusus saja dalam waktu yang relatif singkat.

4) Institut, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

untuk mendapatkan keahlian dalam satu bidang saja, misalnya : bidang

pertanian, bidang pendidikan,bidang teknik,atau bidang seni dan

lain-lain. Ilmu yang dipelajari pada institut ini dapat bermacam-macam

yang terdapat di berbagai fakultas atau jurusan, namun semuanya

diarahkan untuk satu keahlian saja.

F. Sekolah Menengah Atas 1) Pengertian SMA

Menurut Depdikbud (1948 : 34) Sekolah Menengah Atas merupakan

satuan pendidikan menengah yang terutama menyiapkan siswa untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dalam hal ini

adalah melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Maka siswa SMA diharapkan

benar-benar mempunyai kemampuan dan minat untuk menguasai atau

memahami pelajaran yang diajarkan di SMA sehingga dapat melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

2) Tujuan SMA

(53)

a) Mendidik para siswa untuk menjadi manusia pembangunan,

sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila dan

UUD 1945,

b) Memberi bekal kemampuan yang diperlakukan siswa yang akan

melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, terutama di Universitas

dan institut.

c) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang akan

melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi, akademik, politeknik,

program diploma atau program lainnya yang setingkat.

d) Memberi bekal kemajuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia

kerja, setelah menyelesaikan pendidikannya.

Tujuan mendidikan menengah umum menurut peraturan pemerintah (PP)

No. 29 tahun 1990, pasal 2 ayat (1) adalah :

1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian,

2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagian anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya

dan alam sekitarnya.

Tujuan pendidikan SMA lebih ditegaskan dalam pasal 3 ayat 2 PP No. 29

tahun 1990, yaitu tujuan SMA adalah terutama menyiapkan siswa untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.

(54)

Kurikulum 1994 merupakan kurikulum hasil penyesuaian

kurikulum 1984, karena kurikulum 1984 masih banyak

kesalahan-kesalahan, maka kurikulum 1984 perlu disempurnakan. Penyederhanaan

kurikulum dilakukan pada jumlah mata pelajaran, jumlah pokok bahasan,

bahasa yang sederhana (mudah dimengerti guru) dan istilah baku (sesuai

dengan peraturan perundang-undangan) dan format GBPP.

Yang dimaksud kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (UUSPN

Pasal 1 butir 9 / UURI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional). Isi kurikulum SMA mengandung sejumlah bahan kajian untuk

mencapai tujuan sekolah menengah atas dalam rangka upaya pencapaian

tujuan pendidikan nasional, isi kurikulum harus memiliki kebermaknaan

sehingga peserta didik dapat mengembangkan kehidupannya sebagian

pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.

G. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi

prestasi belajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu hasil yang

dicapai. Prestasi belajar siswa nampak dalam hasil studi yang berupa

nilai-nilai yang tercermin dalam raport. Siswa yang prestasi belajarnya tinggi

(55)

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,yaitu faktor dari dalam dan

faktor dari luar.

Prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai alat seleksi penerimaan

siswa baru ditingkat sekolah menengah atau di perguruan tinggi. Setiap siswa

pasti menginginkan dapat sekolah ke perguruan tinggi dan yang berkualitas,

namun untuk mencapainya tidaklah mudah. Mempunyai uang yang cukup

belum tentu menjamin anak dapat melanjutkan sekolahnya kalau tidak ada

keinginan atau kesungguhan dalam belajar, hal ini dapat mempengaruhi

prestasi belajarnya.

Siswa yang berprestasi tinggi cenderung mempunyai minat untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi di bandingkan dengan siswa yang

berprestasi rendah yang cenderung tidak mempunyai minat untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi. Siswa yang berprestasi rendah akan lebih memilih

untuk bekerja, mereka berpikir buat apa melanjutkan studi ke perguruan tinggi

hanya akan menambah beban mereka.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang

mempunyai prestasi belajar tinggi dapat dipastikan dia mempunyai tujuan

yang jelas untuk melanjutkan studinya, dan mempunyai minat untuk

melanjutkan sudinya ke perguruan tinggi. Bagi siswa yang berprestai rendah

dapat pula mempunyai tujuan untuk melanjutkan studinya, akan tetapi kalau

tidak didorong kesungguhan untuk melanjutkan studinya maka akan lebih

(56)

hubungan antara prestasi belajar dengan minat siswa untuk melanjutkan studi

ke perguruan tinggi.

H. Hubungan antara Motivasi dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa

akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila ia mempunyai motivasi. Begitu

pula dengan siswa yang akan melanjutkan studinya, ia tidak hanya

memerlukan kemampuan untuk prestasi belajar yang baik akan tetapi juga

harus mempunyai keinginan atau motivasi dari dalam dirinya. Banyak faktor

yang mempengaruhi motivasi yaitu dari luar (eksternal) dan dari dalam

(internal). Dalam hal melanjutkan studi ke perguruan tinggi, motivasi sangat

besar pengaruhnya. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi maka mempunyai

minat yang tinggi pula untuk melanjutkan studinya, sedangkan siswa yang

tidak mempunyai motivasi maka ia juga tidak akan mempunyai minat untuk

melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.

Siswa yang mempunyai motivasi tinggi walaupun tidak berprestasi

baik, ia akan berusaha keras untuk melanjutkan studinya. Bagi siswa yang

mempunyai prestasi belajar yang baik dan masuk ke perguruan tinggi tetapi

tidak ada motivasi, maka masuk ke perguruan tinggi hanya karena gengsi atau

paksaan dari orang tua tidak dari kenginan sendiri, dan ini akan menjadi

(57)

hubungan antara motivasi dengan minat untuk melanjutkan studi ke perguruan

tinggi

1. Hubungan antara Kondisi Sosial Skonomi Orang Tua dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

Kondisi dapat diartikan sebagai keadaan. Kondisi seseorang dapat

berpengaruh pada apa yang akan dicita-citakan. Sosial disini diartikan sebagai

hubungan antar individu yang satu dengan individu yang lain. Orang tua

adalah setiap orang tua yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau

rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan

ayah-ibu. Kondisi sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua,

tingkat pendapatan orang tua. Kondisi sosial ekonomi orang tua sangat

berpengaruh dengan pendidikan anak. Bagi keluarga yang miskin pendidikan

merupakan suatu beban, karena kesulitan finansial, yang akhirnya demi alasan

membantu orang tua, anak-anak terpaksa sudah harus masuk pasar kerja yang

keras kompetisinya sebelum kedewasaan psikologi-sosialnya dan fisiknya

belum memungkinkan untuk itu.

Anak yang berasal dari keluarga yang kondisi sosial ekonominya baik

dari segi keuangannya mencukupi atau lebih, maka akan berpeluang besar

melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Orang tua yang berpendidikan tinggi

akan mengarahkan anaknya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi,

karena mereka beranggapan dengan sekolah yang tinggi maka akan lebih

(58)

kurang akan lebih mengarahkan anaknya untuk bekerja, maka dalam diri

anakpun tidak ada minat untuk melanjutkan studinya karena adanya

keterbatasan dana. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

HIPOTESIS

1. Ada hubungan positif antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa

SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2. Ada hubungan positif antara motivasi dengan minat siswa SMA untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

3. Ada hubungan positif antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan

(59)

42 BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan

meliputi:

1. Deskriptif

Suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan

keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar

mengungkapkan fakta (Consuelo, 1993:71).

2. Studi kasus

Penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas, maka

kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti

(Consuelo, 1993:73).

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada bulan mei tahun 2007

2. Tempat penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMAN 1 Samigaluh

(60)

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari

manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test,

atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik

tertentu di dalam suatu penelitian (Hadan Nawawi, 1983:141). Populasi

juga diartikan seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang

dan waktu yang kita tentukan. Dalam penelitian ini, sebagai populasi

adalah siswa-siswi kelas XII SMA Negeri I Samigaluh.

2. Sampel penelitian

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi

yang menjadi sumber data sebenarnya dalam pene

Gambar

Tabel 3.1 Validitas Variabel Motivasi
Tabel 3.1 Validitas Variabel Motivasi
Tabel 3.3 Uji Reliabiltas Instrumen
Tabel 4.1 Jumlah Guru SMAN I Samigaluh
+6

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat penulis simpulkan bahwa, Sekaten adalah sebuah upacara keagamaan tradisi keraton Yogyakarta yang dilaksanakan selama tujuh hari berturut-turut dari tanggal 6 hingga

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF LOGICO TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOGIKA MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB

Sedangkan MVA merupakan selisih antara total nilai perusahaan dengan total modal sehingga kekayaan atau kesejahteraan pemilik akan bertambah maksimum jika MVA maksimum.Manfaat

 Apabila barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad, maka pembeli boleh melakukan khiar atau memilih untuk menerima atau menolak..

Jika tingkat bunga yang disyaratkan lebih rendah daripada tingkat kupon (lihat contoh 2), harga obligasi akan lebih tinggi dari nilai parnya, atau obligasi dijual dengan

Jika agama bekerja di mana kelas subordinat berada pada posisi keduanya yakni sebagai subjek dan objek dalam sebuah masyarakat tertentu menghasilkan (mampu berkomunikasi dan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri

Dengan demikian skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar ) dengan jarak yang sebenarnya.. Foto dan