vi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN
KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA
UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI.
Studi kasus : SMA NEGERI 01 SAMIGALUH, Tanjung, Ngargosari,
Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.
LINDA WAHYUTININGRUM
UNUVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif
antara : (1) prestasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi; (2) motivasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi; (3) kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa
SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 01 SAMIGALUH pada bulan Mei
2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 01 SAMIGALUH kelas
XII. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan
wawancara. Teknik analisis data untuk permasalahan pertama, kedua dan ketiga
menggunakan analisa regresi berganda.
vii
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING
MOTIVATION AND SOCIAL ECONOMIC CONDITIONS OF THE
PARENTS AND THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
TO CONTINUE THEIR STUDIES INTO HIGHER EDUCATION
A Case Study : 01 Samigaluh Senior High School, Tanjung, Ngargosari
Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.
LINDA WAHYUTININGRUM
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
This study aims to determine whether there is a positive relationship between:
(1) learning achievement and the interest of high school students to pursue higher
education studies; (2) learning motivation and the interest of higher education studies
to pursue higher educations studies; (3) socio – economic conditions of parents and
the interest of high school students to pursue higher education studies.
This research was carried out in 01 Samigaluh Senior High School in May
2007. This population of this study was all students of the twelfth class of 01 Senior
High School in Samigaluh. Data collection techniques were questionnaires,
documentation and interviews. Data analysis technique was multiple regression
analysis.
i
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI DAN KONDISI
SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA UNTUK
MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI
Studi kasus: Siswa – siswi SMAN I SAMIGALUH Tanjung, Ngargosari,
Samigaluh, Kulonprogo, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh
LINDA WAHYUTININGRUM
NIM: 011334049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya Tulis yang mungkin sangat jauh dari smpurna ini sebagai buah tanganku akan kupersembahkan
dengan setulus hatiku
Teruntuk :
Mother Marry & Jesus Chryste yang selalu Melindungiku
Keluargaku Simbah Ponco (Alm), Simbah Putri, Mbak Ika, Mas Joko dan Bulek Sumi. Terima kasih atas
Kasih Sayang dan Pengorbanannya, Aku Selalu Sayang Kalian.
Orang Yang Sangat Spesial dalam hidupku : Sodik Lukmawan, Terima kasih atas motivasinya sehingga
aku bisa menyelesaikan skripsi ini dan menemani aku dalam suka maupun duka, Kamu Semangatku.
Teman-temanku : dik Lya terima kasih leptopnya, teman-temanku PAK ’01 ( Cecep, Dewi, Iswan) Akhirnya
kita bisa lulus, teman-teman kerjaku ( Mas Ronald, Mbak Ling, Mas Agung, Mbak Yanti, Mbak Tika )
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
26
Agustus
2009
Penulis
vi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN
KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA
UNTUK MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI.
Studi kasus : SMA NEGERI 01 SAMIGALUH, Tanjung, Ngargosari,
Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.
LINDA WAHYUTININGRUM
UNUVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif
antara : (1) prestasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi; (2) motivasi belajar dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi; (3) kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa
SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 01 SAMIGALUH pada bulan Mei
2007. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 01 SAMIGALUH kelas
XII. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan
wawancara. Teknik analisis data untuk permasalahan pertama, kedua dan ketiga
menggunakan analisa regresi berganda.
vii
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING ACHIEVEMENT, LEARNING
MOTIVATION AND SOCIAL ECONOMIC CONDITIONS OF THE
PARENTS AND THE INTEREST OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENTS
TO CONTINUE THEIR STUDIES INTO HIGHER EDUCATION
A Case Study : 01 Samigaluh Senior High School, Tanjung, Ngargosari
Samigaluh, Kulon Progo, Yogyakarta.
LINDA WAHYUTININGRUM
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
This study aims to determine whether there is a positive relationship between:
(1) learning achievement and the interest of high school students to pursue higher
education studies; (2) learning motivation and the interest of higher education studies
to pursue higher educations studies; (3) socio – economic conditions of parents and
the interest of high school students to pursue higher education studies.
This research was carried out in 01 Samigaluh Senior High School in May
2007. This population of this study was all students of the twelfth class of 01 Senior
High School in Samigaluh. Data collection techniques were questionnaires,
documentation and interviews. Data analysis technique was multiple regression
analysis.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Linda Wahyutiningrum Nomor Mahasiswa : 011334049
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Desember 2009 Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Bunda Maria dan Tuhan Yesus
Kristus yang selalu mencurahkan karunia-Nya selama ini dari awal kuliah sampai
masa akhir studi saya, hingga saya dapat menyelesaikan skripsi sebagai wujud
pertanggungjawaban saya selama kuliah ini dengan baik. Saya sangat berbahagia
akhirnya dapat menyelesaikan studi saya di Universitas Sanata Dharna Yogyakarta
ini sesuai harapan dan cita-cita. Semua usaha yang saya lakukan ini tidak akan
berhasil dengan baik tanpa orang-orang di sekitar saya yang saya membantu. Maka
saya ucapkan banyak terima kasih tulus dari dalam hati saya, teruntuk mereka semua.
Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Drs. T.
Sarkim.,M.Ed.,Ph.D., yang telah memberikan ijin dan memberikan kesempatan
kepada saya untuk melaksanakan studi dan menimba ilmu dengan baik di Universitas
Sanata Dharma ini.
Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Bapak Laurentius
Saptono, S.Pd., M.Si. yang telah mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada
saya selama saya kuliah dia Universitas Sanata Dharma ini.
Dosen Pemmbimbing I, Bapak Drs. Bambang Purnomo. S.E., M.Si. yang
telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi
ini.
Dosen Penguji Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., yang telah menguji
saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi skripsi saya.
Dosen Penguji Bapak Agustinus. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. yang telah
menguji saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi
skripsi saya.
ix
Dosen- dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta khususnya jurusan
pendidikan ekonomi akuntansi yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada saya
yang sangat saya perlukan di kemudian hari.
Karyawan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dalam saya
kuliah, sekertariat yang membantu urusan administrasi kuliah saya, dan petugas
perpustakaan yang ,membantu dan memfasilitasi buku-buku yang sangat saya
perlukan selama kuliah sampai menyelesaikan tugas akhir.
Kepala Sekolah Bapak Drs. Marsudi Raharjo yang telah memberikan ijin
kepada saya untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat.
Sekripsi ini tentu masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun senantiasa saya harapkan demi kesempurnaan dan akhirnya
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan .
Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang
mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta,
15
Agustus
2009
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v
ABSTRAK……….. vi
ABSTRACK ……….. vii
KATA PENGANTAR ……….. viii
DAFTAR ISI ………. x
DAFTAR TABEL……….. xiv
DAFTAR LAMPIRAN……… xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah……… 1
B.
Batasan Masalah……… 6
C.
Rumusan Masalah ……… 6
D.
Tujuan Penelitian……….. 6
E.
Manfaat Penelitian……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Prestasi Belajar……….. 8
B.
Motivasi Belajar……… 18
C.
Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua………. 24
D.
Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi ………... 31
xi
F.
Sekolah Menengah Atas……… 35
G.
Hubungan Antara Prestasi Belajar Siswa dengan Minat Melanjutkan
Studi ke Perguruan Tinggi……….
37
H.
Hubungan Antara Motivasi dengan Minat Melanjutkan Studi ke
Perguruan Tinggi ……… 39
I.
Hubungan Antara Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua dengan Minat
Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi ……… 40
J.
Hipotesis ……… 41
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian……… 42
B.
Waktu dan Tempat Penelitian……… 42
C.
Populasi dan Sampel……….. 42
D.
Variabel Penelitian dan Pengukurannya……… 44
E.
Data yang di Perlukan……… 48
F.
Teknik Pengumpulan Data……… 48
G.
Pengujian Instrumen Data ………. 49
H.
Teknik Analisis Data………. 53
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A.
Sejarah Sekolah……….. 58
B.
Visi dan Misi……….. 59
C.
Kurikulum Sekolah……… 59
D.
Sumber Daya Sekolah……… 60
E.
Siswa……….. 63
F.
Kondisi Fisik dan Fasilitas………. 65
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A.
Diskripsi Penelitian……… 67
xii
1.
Uji Normalitas ……… 70
2.
Uji Linieritas……… 71
C.
Hasil Analisis Hipotesis……… 72
D.
Pembahasan……….. 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan……… 83
B.
Saran-saran……… 84
xiii
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 3.1
ValiditasVariabel Motivasi……… 50
Tabel 3.2
Validitas
Instrumen
Minat Melanjutkan Studi………..
51
Tabel 3.3
Visi
Realibilitas Instrumen………
53
Tabel 4.1
Jumlah
Guru
SMAN I Samigaluh……….
61
Tabel 4.2
Jumlah
Karyawan………. 63
Tabel 5.1
Kategorisasi dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel
Prestasi Belajar……….
67
Tabel 5.2
Kategorisasi
dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel
Motivasi………
68
Tabel 5.3
Kategorisasi
dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel
Minat
Siswa
Melanjutkan Studi………..
68
Tabel 5.4
Kategorisasi
dan Kecenderungan Subyek Pada Variabel
Kondisi
Sosial
Budaya………
69
Tabel 5.5
Hasil Uji Normalitas……….
70
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner………
86
Lampiran 2 Uji
Validitas dan Reliabilitas……….. 92
Lampiran 3 Uji
Normalitas……….
94
Lampiran 4 Uji
Linieritas………
95
Lampiran 5 Uji
Regresi
……….
97
Lampiran 6 Kategori
Kecenderungan Variabel……… 101
Lampiran 7 Data
Induk
Penelitian……… 103
Lampiran
8
Daftar Tabel……….. 111
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Suatu negara yang maju tidak akan lepas dari sumber daya manusia
yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan
meningkatan kualitas generasi muda yang ditempuh melalui pendidikan.
Dengan generasi muda yang berkualitas maka bangsa Indonesia mampu
bersaing dengan negara lain yang lebih maju.
Dalam Dictionary of Psycology (1972) pendidikan diartikan sebagai
“The institutional procedurs which are empolyed in accomplishing the development of knowledge, habits, attitudes, etc. usually the term is applied to formal institution”
Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan
yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dan
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Menurut
Poerbakawatja dan Harap (1981) pendidikan adalah usaha yang secara sengaja
dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tangung jawab moril
dari segala perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau
orang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk
mendidik, misalnya guru sekolah, lingkungan masyarakat,pemuka agama atau
Soerjono Soekanto (1982:335) juga mengatakan bahwa pendidikan nilai
tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima
hal-hal yang baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.
Pendidikan juga dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang
lebih baik dikemudian hari dan dengan pendidikan yang tinggi diharapkan
akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, maka banyak orang tua yang
tidak ragu-ragu untuk mengeluarkan biaya yang banyak. Namun bagi keluarga
yang kurang mampu biaya pendidikan yang tinggi menjadi kendala, mereka
terpaksa putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi, karena keterbatasan dana.
Ketika siswa tamat dari SMA maka mereka dihadapkan pada dua pilihan
yaitu melanjutkan sekolah atau bekerja. Bagi keluarga yang mampu akan
menganjurkan anaknya untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi,
namun bagi keluarga yang kurang mampu mereka menganjurkan anaknya
untuk bekerja, sehingga memperoleh penghasilan yang dapat menambah
pendapatan keluarga. Siswa kelas XII SMAN I SAMIGALUH yang
merupakan subyek penelitian penulis, kondisi sosial ekonomi orang tua dapat
dilihat dari penampilan mereka. Siswa dari keluarga mampu penampilannya
lebih mewah, dibandingkan dengan siswa dari keluarga yang kurang mampu.
Begitu juga dengan alat transportasi yang mereka gunakan untuk pergi ke
sekolah juga dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut dari keluarga mampu
atau kurang mampu. Di SMAN I SAMIGALUH siswanya lebih banyak yang
sepeda motor. Tidak hanya masalah biaya pendidikan yang tinggi dan
pendapatan orang tua yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan
sekolah ke Perguruan Tinggi, tetapi tingkat pendidikan orang tua dan fasilitas
yang dimiliki keluarga juga mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi. Orang tua yang pendidikannya rendah, berpendapat
bahwa sekolah tinggi-tinggi tidak ada manfaatnya, yang penting bekerja dan
mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya,
sehingga anaknya dilarang untuk melanjutkan studinya. Sebaliknya orang tua
yang berpendidikan tinggi lebih berpikir kalau anaknya berpendidikan tinggi
maka akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Seorang siswa yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi diharapkan
tidak hanya bermodal uang yang banyak, tetapi juga harus mempunyai
prestasi yang baik. Prestasi tersebut terlihat pada nilai raport siswa, apabila
nilai raport siswa diatas nilai rata-rata yang ditentukan sekolah maka dapat
dikatakan bahwa siswa tersebut berprestasi. Prestasi juga terlihat pada
keikutsertaan siswa dalam perlombaan-perlombaan, di SMAN I
SAMIGALUH siswanya banyak yang mengikuti perlombaan, misalnya saja
perlombaan olahraga, cerdas-cermat yang dapat dilihat dari piala-piala yang
terdapat di ruang guru. Prestasi belajar mempengaruhi minat siswa untuk
melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, karena prestasi dapat dijadikan
kekuatan apakah siswa tersebut mampu atau tidak untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Misalnya saja ada siswa yang diterima di perguruan tinggi
mempunyai prestasi yang tinggi selama di sekolah. Prestasi juga merupakan
tujuan utama didalam kegiatan belajar mengajar dilingkup sekolah, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dengan prestasi yang baik akan membuat
siswa tidak ragu untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Motivasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Misalnya saja siswa kelas dua belas (XII)
SMA memiliki harapan untuk dapat diterima sebagai mahasiswa jurusan
Pendidikan Akuntansi di salah satu perguruan tinggi, maka ia akan terdorong
untuk belajar lebih rajin agar dapat diterima. Fenomena yang menunjukkan
bahwa siswa kelas XII SMAN I SAMIGALUH termotivasi untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi bisa dilihat pada waktu jam istirahat yang
dimanfaatkan untuk membaca buku pelajaran atau Koran di perpustakaan.
Ada juga Siswa yang mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah. Motivasi
siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga terlihat pada waktu
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, mereka memperhatikan guru
dengan seksama pada waktu guru sedang menjelaskan materi pelajaran.
Banyak juga siswa yang mempunyai buku panduan pelajaran dan mereka juga
jarang bolos sekolah. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu
agar tujuannya dapat tercapai. Motivasi merupakan suatu keadaan yang
Menurut Yuliana Triwahyu Sejati (1996) dalam penelitiannya yang
berjudul “hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dan prestasi belajar
siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi” mengatakan
bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa
dengan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi, yang artinya
semakin tinggi prestasi belajar siswa, semakin tinggi minat melanjutkan studi
ke perguruan tinggi, atau sebaliknya semakin rendah prestasi belajar siswa,
semakin rendah minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hubungan
positif dan signifikan antara prestasi belajar siswa dengan minat melanjutkan
studi ke perguruan tinggi dapat terjadi karena siswa yang berprestasi
belajarnya tinggi dengan didukung motivasi dan semangat yang tinggi,
cenderung memiliki aspirasi pendidikan yang tinggi, sehingga mereka lebih
berminat untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, karena dengan masuk
ke perguruan tinggi dengan bekal prestasi yang sudah baik akan lebih mudah
dalam menyesuaikan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Berdasarkan
uraian di atas maka peneliti mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA
PRESTASI BELAJAR, MOTIVASI DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI
ORANG TUA DENGAN MINAT SISWA SMA UNTUK MELANJUTKAN
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi masalah mengenai
hubungan antara prestasi belajar, motivasi dan kondisi sosial ekonomi orang
tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat siswa SMA
untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?
2. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan minat siswa SMAuntuk
melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?
3. Apakah ada hubungan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan
minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar
dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivasi dengan
minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara kondisi sosial
ekonomi orang tua dengan minat siswa SMA untuk melanjutkan studi ke
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa
Sebagai gambaran untuk menentukan sikap dan tindakan setelah lulus dari
SMA
2. Bagi Sekolah yang bersangkutan
Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan yang berhubungan
dengan studi lanjut siswa.
3. Bagi penulis
Untuk menambah pengalaman dan dapat menerapkan teori dan praktik
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Untuk menjelaskan mengenai prestasi belajar akan lebih baik bila
terlebih dahulu dijelaskan pengertian tentang belajar. Selanjutnya
pengertian belajar dihubungkan dengan prestasi belajar, sehingga dapat
diperoleh pengertian prestasi belajar secara lengkap.
Belajar suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap (W.S.
Winkel, 1983:149).
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychologi of learning mendefinisikan belajar sebagai “any relatively permanent change in organism’s behavioral reportaire that accurs as a resulf of eksperience” (belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman).
Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya
educational psychology : the teaching learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
Belajar secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Prestasi menurut W.S Winkel merupakan bukti usaha yang dicapai
(W.S Winkel, 1989:324). Jadi prestasi belajar berhubungan dengan
seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai hasil evaluasi atau test.
Prestasi belajar adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan suatu hal (Arifin, 1988:3). Bagi seseorang prestasi
belajar dalam tingkat dan jenis tertentu akan memberikan kepuasan dalam
hidupnya.
Dalam proses belajar mengajar di sekolah, prestasi belajar diukur
dengan menggunakan evaluasi. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dicapai siswa, lambang
pemuasan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan
dengan asumsi prestasi belajar dapat mendorong siswa memperoleh ilmu
pengetahuan, indikator intern dan ekstern dalam institusi pendidikan, dan
indikator daya serap anak didik (Dimyati Mahmud, 1990:46).
2. Arti penting belajar
Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada
pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan
E.L Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar umat manusia
dikurangi setengahnya saja maka peradapan yang ada sekarang tak akan
berguna bagi generasi mendatang. Belajar juga memainkan peranan
penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia
(bangsa) di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara
bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju karena belajar.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
a. Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni kondisi/keadaan
jasmani dan rohani siswa.
1) Aspek fisiologis
Aspek fisiologis ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
keadaan tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi
jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indera. Keadaan
tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar belakangi
aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan yang kurang segar; keadaan yang
lelah akan lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. Baiknya
fungsi panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik.
2) Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dalam kualitas perolehan pembelajaran
- Inteligensi siswa
Inteligensi siswa pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Reber, 1988).
- Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (respons tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
- Bakat siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988).
- Minat siswa
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
- Motivasi siswa
Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988).
Arder N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong
Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas;
Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk selalu maju;
Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati orang tua, guru,
dan teman-teman;
Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu
dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetisi;
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila
menguasai pelajaran;
Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada
belajar. (Frandsen, 1961, p.216).
Maslow (menurut Frandsen, 1961, p. 234) mengemukakan
motif-motif untuk belajar itu ialah : Adanya kebutuhan fisik;
Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekhawatiran;
Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam
hubungan dengan orang lain;
Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari
masyarakat;
Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau
b. Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam, yakni :
1) Lingkungan social, lingkungan social sekolah seperti para guru,
para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Yang termasuk
lingkungan social siswa adalah masyarakat dan tetangga juga
teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.
Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri.
2) Lingkungan nonsosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini
dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Bigger (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih
efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.
c. Faktor pendekatan belajar
Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang
direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau
4. Evaluasi prestasi belajar
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Pelaksanaan evaluasi cenderung bersifat kuantitatif; lantaran penggunaan
simbol angka atau skor untuk menentukan kualitas kinerja akademik siswa
dianggap sangat nisbi.
Menurut Muhibbin Syah, tujuan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa
dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam
kelompok kelasnya.
c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar.
d. Untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan
kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya)
untuk keperluan belajar.
e. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar
yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar (PBM).
Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut :
a. Fungsi administrasi untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku
raport.
c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan
merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan). d. Sumber data BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan
bimbingan dan penyuluhan (BP).
5. Indikator prestasi belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar
siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa
sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar
indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
6. Faktor-faktor yang meningkatkan prestasi belajar
Menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar, adalah :
a) Faktor lingkungan, faktor lingkungan sebenarnya sangat besar
peranannya dalam mempengaruhi perkembangan dan kegiatan belajar
seorang anak. Bila lingkungan tempat anak bergaul terdiri dari
orang-orang yang rajin belajar, maka dengan sendirinya anakpun akan
terpengaruh pula, sehingga si anak akan bergiat pula belajar dalam
mengejar prestasi yang baik.
b) Faktor kesehatan, faktor kesehatan memegang peranan yang penting.
mengikuti pelajaran yang baik, sehingga hasil yang akan dicapainya
pun tidak akan menggembirakan.
c) Adanya cita-cita yang terpatri dalam jiwa seorang anak, maka anak itu
pun akan mengetahui untuk apa sebenarnya ia belajar. Sehingga
walaupun untuk itu selalu mengalami kesulitan, halangan dan berbagai
macam rintangan, ia tidak akan pernah mundur dalam perjuangannya.
Rintangan yang menghambat prestasi belajar anak diantaranya, adalah:
a) Adanya perasaan gelisah
Ketika seorang anak belajar, haruslah diusahakan hal-hal yang ada di
sekelilingnya dapat memberikan bantuan kepada ketekunannya
belajar. Salah satu cara yang paling efektif untuk menimbulkan
ketenangan dan menghindarkan kegelisahan ini, adalah dengan
membiasakan anak untuk sering membaca dalam hati. Karena dengan membaca dalam hati maka seorang anak akan lebih terpimpin untuk
mendisiplin dirinya sendiri, untuk menarik butir-butir yang penting
dari pelajaran yang dibacanya itu sendiri.
b) Takut untuk memulai
Seorang anak harus dilatih untuk memiliki kemauan yang kuat dalam
belajar, sehingga untuk itu anak tidak perlu lagi dikomando setiap saat
untuk belajar. Untuk memperkuat jiwa dalam belajar ini, maka ada
baiknya bila sebelumnya telah diadakan persiapan-persiapan yang
dianggap perlu dan dapat menunjang keberhasilan belajar itu sendiri.
Karena hanya dengan kesungguhan-kesungguhan suatu pekerjaan
belajar itu akan dapat membawa orang-orang yang berkepentingan
kepada hasil belajar yang baik dan memuaskan.
c) Belajar yang tidak berencana
Apapun yang dikerjakan dalam kehidupan ini hendaklah didahului
dengan rencana yang matang, karena sesuatu pekerjaan yang
dikerjakan tanpa rencana, berarti suatu usaha yang sifatnya
untung-untungan belaka. Dengan belajar yang berencana, maka kita akan
mengetahui mana yang seharusnya didahulukan dan mana pula yang
dapat dilakukan belakangan. Lagi pula dengan belajar yang berencana,
maka pikiranpun akan lebih tenang dalam belajar, karena sudah
mengetahui bagian mana atau bidang studi mana yang seharusnya
dipelajari sekarang dan mana yang akan dipelajari nanti.
d) Tidak memiliki ketabahan dan keuletan
Seorang anak yang pemalas dan memiliki semangat yang lemah, tidak
akan mampu untuk mengatasi rintangan-rintangan yang dihadapinya
dalam kehidupan belajarnya. Ia akan beranggapan bahwa
rintangan-rintangan yang ditemuinya itu adalah merupakan palu yang memvonis
dirinya untuk berhenti belajar.
e) Tidak memiliki kepercayaan yang teguh akan kemampuan diri sendiri.
Dalam belajar diperlukan adanya kepercayaan yang teguh akan
kemampuan diri sendiri. Dengan adanya kepercayaan yang teguh akan
seorang anak, maka anak akan memiliki pendirian yang teguh. Dengan
adanya kepercayaan yang teguh akan kemampuan diri sendiri, maka
seorang anak, tidak akan mudah menyerah kalah bila umpamanya
pada suatu ketika ia tidak memperoleh nilai yang menggembirakan.
Seorang anak yang memiliki kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri dapat menempatkan dirinya pada posisi yang sesuai.
B. Motivasi
1. Pengertian motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai faktor yang mendorong orang
untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi juga dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
yang mengaktifkan, menggerakan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap
dan perilaku individu belajar (Koeswara, 1989, Siagian, 1989; Schein,
1991; Biggs & Telfer, 1987).
Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan anggota,
organisasi mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk
keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan berbagai sasaran
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang P. Siagian,
Menurut Hoy dan Miskel dalam bukunya Educational administration (1982:137) mengemukakan bahwa “motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan-kekuatan yang kompleks,
dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan
(tension states), atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian
tujuan-tujuan personal”.
Menurut Barelson dan Steiner mendefinisikan motivasi sebagai
(J. Ravianto, 1985:109) :
“all those inner striving conditions variously describe as whises, desires, needs, drives and the like”
jadi motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau gerakan
(moves) dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai
kebutuhan yang memberikan kepuasan atau mengurangi
ketidakseimbangan.
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi
pada diri seseorang. Motivasi sebagai psikologis timbul diakibatkan oleh
faktor di dalam diri seseorang yang disebut sebagai faktor ekstrinsik
(Wahjosumidjo, 1987:174).
a. Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa tidak seimbangan antara
apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Maslow membagi kebutuhan
menjadi lima tingkat, yaitu (i) kebutuhan fisiologis, (ii) kebutuhan
akan perasaan aman, (iii) kebutuhan sosial, (iv) kebutuhan akan
penghargaan diri, dan (v) kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kebutuhan
fisiologis berkenaan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan,
sandang, dan perumahan. Kebutuhan akan rasa aman berkenaan
dengan keamanan yang bersifat fisik dan psikologis. Kebutuhan sosial
berkenaan dengan perwujudan berupa diterima oleh orang lain, jati
diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikutsertakan, dan
pemilikan harga diri. Kebutuhan untuk aktualisasi diri berkenaan
dengan kebutuhan individu untuk menjadi sesuatu sesuai dengan
kemampuan.
b. Dorongan
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan
dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan
mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian
tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan
inti motivasi. Menurut Hull dorongan atau motivasi berkembang untuk
memenuhi motivasi. Hull menekankan dorongan sebagai motivasi
c. Tujuan
Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan
tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Tujuan
merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara psikologis, tujuan
merupakan titik akhir “sementara” pencapaian kebutuhan. Jika tujuan
tercapai, maka kebutuhan terpenuhi “sementara”. Jika kebutuhan
terpenuhi, maka orang menjadi puas, dan dorongan mental untuk
berbuat “terhenti sementara”.
2. Arti Penting Motivasi
Para ahli berpendapat bahwa motivasi perilaku manusia berasal dari
kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif,
dan interaksi. Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan
bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain.
Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan
masyarakat.
Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (i)
Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (ii)
Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya; (iii) Mengarahkan kegiatan belajar; (iv)
Membesarkan semangat belajar; (v) Menyadarkan tentang adanya
bermain) yang berkesinambungan; individu dilatih untuk menggunakan
kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Bila motivasi disadari oleh pelaku, maka suatu pekerjaan dalam hal
ini tugas belajar akan terselesaikan dengan baik. Motivasi belajar juga
penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman
tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu
sebagai berikut : (i) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara
semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. (ii) Mengetahui dan
memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam. (iii)
Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator instruktur,
teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. (iv) Memberi
peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.
Motivasi adalah salah satu prasyarat yang sangat penting dalam
belajar. Dalam kata Latin, kata motivum menunjuk pada alasan tertentu.mengapa sesuatu itu bergerak. Kata bahasa Inggris motivatiom berasal dari kata motivum. Istilah “motivasi” mempunyai arti sedikit bagi motivasi itu sendiri.
Motivasi mempunyai intensitas dan arah (direction). Gege Berliner (1984) menyamakan motivasi seperit mesin (intensitas) dan kemudi
(direction) sebuah mobil. Intensitas dari motivasi yang digunakan untuk satu kegiatan mungkin tergantung pada besarnya intensitas itu dari pada
3. Tujuan Motivasi
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil
atau mencapai tujuan tertentu. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau
yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu
dilakukan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelaktual. Peranannya adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Oleh karena itu motivasi balajar
sangat penting dalam peningkatan hasil belajar. Dalam kepustakaan
pendidikan, motivasi sering disebut sebagai variabel yang banyak
menentukan hasil belajar. Motivasi yang ada pada diri setiap orang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut ( Sardiman AM, 1986:82-83):
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin ( tidak cepat puas
dengan prestasi yang dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin ( hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Ciri-ciri motivasi selain diatas juka dikemukakan oleh Abin Syamsudin
(2002:40) yang diidentifikasikan menjadi indikator yaitu:
a. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam mennghadapi
rintangan dan kesulitan.
b. Tingkat kualifikasi prestasi.
c. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan ( like or dislike; positif atau negatif)
C. Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua
Kata kondisi dapat diartikan sebagai keadaan. Kondisi seseorang
berpengaruh pada apa yang akan di cita-citanya. Seseorang tersebut akan
melihat kondisinya sebelum ia memutuskan sesuatu. Dalam hal ini kondisi
orang tua yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke
Perguruan Tinggi. Kata sosial dapat diartikan sebagai masyarakat atau
kehidupan masyarakat. Penulis sendiri mengartikan sosial sebagai hubungan
antar individu yang satu dengan yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial
Kata ekonomi terbentuk dari dua kata dalam bahasa asing (Yunani),
yaitu “oikos” yang berarti rumah tangga, dan “nomos” yang berarti aturan, tata, ilmu. Jadi arti kata aslinya adalah : aturan atau pedoman untuk mengatur
rumah tangga. Ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari cara-cara manusia memutuskan untuk mengalokasikan
sumber-sumber dana yang terbatas antara berbagai alternatif kemungkinan untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
Yang dimaksud orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab
dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari
lazim disebut dengan ayah–ibu. Lingkungan pertama yang berhubungan
dengan anak adalah orang tua atau keluarga. Suasana keluarga yang positif
bagi motivasi dan keberhasilan studi adalah keadaan yang menyebabkan anak
merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga.
Dari pengertian-pengertian di atas penulis membaca untuk
menguraikan tentang apa yang dimaksud dengan kondisi sosial ekonomi.
Banyak sekali masalah yang timbul di lingkungan keluarga yang berlatar
belakang kondisi sosial ekonomi. Apabila kondisi sosial ekonomi orang tua
baik atau cukup maka akan dapat memperlancar perkembangan dan
pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat apabila suatu keluarga dengan kondisi
sosial ekonomi yang baik, maka fasilitas belajar anak akan tercukupi sehingga
dapat memperlancar belajarnya. Akan tetapi suatu keluarga dengan kondisi
sosial ekonomi yang baik belum tentu menjamin perkembangan dan
maka anak akan melakukan hal-hal yang negatif. Kondisi sosial ekonomi
orang tua meliputi :
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 dikatakan bahwa pendidikan
pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan, di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
Menurut Drs. RBS. Fudyartanta menyatakan bahwa pendidikan
adalah proses membawa perubahan kelakuan manusia dalam pengetahuan,
cara berfikir, kecakapan dan perasaan atau sikap mental (Drs. RBS.
Fudyartanta, 1977 hal. 23).
Pendidikan tidak hanya untuk anak-anak tapi juga untuk kaum
remaja dan orang-orang dewasa. Jadi setiap orang dapat memperoleh
pendidikan tanpa memandang kaya–miskin, tua-muda dan derajat
seseorang. Bentuk-bentuk pendidikan menurut Philip H. Coombs dalam
bukunya Prof. Zahara Indris, M.A yang berjudul “Dasar-dasar Pendidikan”
mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu :
1) Pendidikan Informal
Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman
sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak teratur
dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, seperti di
dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar atau di dalam
2) Pendidikan Formal
Adalah pendidikan di sekolah yang teratur, sistematis, mempunyai
jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung
dari TK sampai Perguruan Tinggi.
3) Pendidikan Non Formal
Adalah sesuatu bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan
sengaja, tertib, teratur, dan berencana di luar kegiatan persekolahan.
Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut
ayah-ibu. Tingkat pendidikan orang tua dimaksudkan sebagai tingkat
pendidikan formal yang berhasil dicapai oleh orang tua. Tingkat
pendidikan formal yang dicapai akan mempengaruhi kehidupan seseorang,
yaitu berpengaruh pada penguasaan pengetahuan, pekerjaan dan status
sosial dalam masyarakat. Tingkat pendidikan orang tua berpengaruh pada
semangat anak untuk belajar, misalnya orang tua yang mengenyam
pendidikan tinggi maka ia akan selalu mendorong anak untuk belajar
dengan rajin sehingga menjadi orang yang berguna, orang tua yang
berpendidikan tinggi akan lebih mudah membimbing dan membantu anak
dalam belajar.
Sedang bagi orang tua yang berpendidikan rendah tidak akan
menghiraukan akan pendidikan anak dan sulit untuk membimbing dan
membantu anak belajar karena kemampuan dan pengetahuannya terbatas.
pendidikan, selalu mendorong anak untuk belajar rajin, dan berusaha
menyediakan fasilitas yang mendukung anak untuk belajar rajin, dan
berusaha menyediakan fasilitas yang mendukung anak untuk belajar rajin,
dan berusaha menyediakan fasilitas yang mendukung kegiatan belajar
mengajar anak, sehingga anak akan berprestasi maksimal.
2. Tingkat Pendapatan Orang Tua
a. Pengertian Pendapatan
Pengertian pendapatan sangat erat dengan penghasilan, banyak
yang menyamakan kedua pengertian tersebut. San. S Hutabarat (1978:
92). Membedakan pengertian pendapat dan penghasilan sebagai
berikut:
1) Penghasilan adalah setiap hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha
tertentu, misalnya bagi yang diperoleh dari bekerja.
2) Pendapatan adalah suatu hasil yang diperoleh dalam jangka waktu
tertentu, misalnya bunga simpanan di bank.
Penulis tidak membedakan arti atau pengertian antara pendapatan dan
penghasilan, keduanya mempunyai pengertian yang sama yaitu segala
bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas-jasa atas
sumbangan seseorang terhadap proses produksi.
b. Bentuk Pendapatan
Menurut Biro Pusat Statistik ( Mulyanto Surmadi, dan Hans
Dieter Ever, 1982 : 92) pendapatan dapat dibedakan menjadi tiga
1) Pendapatan Berupa Uang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang
yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas
jasa atau kontraprestasi. Sumber- sumber yang utama adalah gaji
dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan,
pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas,
pendapatan dari penjualan barang dipelihara di halaman rumah,
hasil investasi, serta keuntungan sosial.
2) Pendapatan Berupa Bunga
Pendapatan berupa bunga adalah segala penghasilan yang sifatnya
regular dan biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan
diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang
diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi
atau disertai transaksi uang secara cuma-cuma, penerimaan barang
dan jasa dengan harga subsidi dari majikan merupakan pendapatan
berupa uang.
3) Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain adalah segala penerimaan yang bersifat
transfer dan redistribusi yang biasanya membawa perubahan
dalam keuangan rumah tangga. Orang tua bekerja keras untuk
mendapatkan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhannya
yang semakin lama semakin banyak. Penghasilan keluarga dapat
a) Usaha sendiri ( Wiraswasta)
Misalnya berdagang, mengerjakan sawah, menjalankan
perusahaan sendiri.
b) Bekerja pada orang lain
Misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai
atau karyawan ( baik swasta ataupun pemerintah).
c) Hasil dari milik
Misalnya mempunyai sawah disewakan, punya rumah
disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga.
Selain penghasilan (balas karya dan hasil milik), masih ada
penerimaan atau uang masuk lain, misalnya berupa :
1) Uang pensiunan, bagi mereka yang sudah lanjut usia dan dulu
bekerja pada pemerintahan atau instansi lain.
2) Sumabangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara atau
famili, warisan dari orang tua, hadiah dan tabungan.
3) Pinjaman atau hutang, ini merupakan uang masuk tetapi pada
saat akan dilunasi atau dikembalikan harus tepat waktu.
Pendapatan atau penghasilan yang diterima oleh keluarga
dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup diantaranya
makan, rekreasi dan pendidikan. Besarnya jumlah pengeluaran
keluarga menurut Drs. T. Gilarsa tergantung dari berbagai hal
antara lain :
b) Besarnya keluarga
c) Tingkat harga kebutuhan-kebutuhan hidup
d) Taraf pendidikan keluarga dan status sosialnya
e) Lingkuan social dan ekonomi keluarga
f) Kebijaksanaan dalam mengelola dan mengendalikan
keuangan keluarga.
D. Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi 1. Pengertian Minat
Ada beberapa pengertian minat, yaitu :
a. Menurut Parasibu dan Simandjuntak (1986 : 10) minat adalah gejala
kejiwaan yang berhubungan dengan sikap subyek terhadap obyek.
b. Minat merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian
terhadap suatu obyek yang disertai dengan adanya kecenderungan
untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut (Bimo W, 1977 :
38).
c. Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk
merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu. (WS. Winkel, 1987 : 30)
d. Minat adalah kecenderungan seseorang bahwa obyek, seseorang,
sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat
menentukan suatu pilihan seseorang. Selain itu minat merupakan salah
satu faktor psikologis yang sangat penting untuk suatu keberhasilan
seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan disertai
minat pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada
mereka yang tidak berminat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan studi ke Perguruan
Tinggi.
Menurut Giartama minat dapat digolongkan menjadi dua yaitu
(Giatama, 1990 : 6).
a. Minat secara intrinsik
Merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa
pengaruh dari luar. Timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi
belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.
b. Minat secara ekstrinsik
Merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu.
Timbul karena latar belakang sosial ekonomi, minat orang tua dan
teman sebaya.
Menurut Enggers Dorter dalam Pasaribu (1986) minat dapat
d) Minat biasa dalam hal hanya ada hubungan dangkal dengan obyek
pengetahuan.
e) Ikut serta adalah minat yang tidak terbatas pada pengetahuan
intelektual, tetapi ingin ikut menangkap maksud, ikut merasakan arti
sesuatu. Tingkatan minat itu terdapat pada bahan pelajaran kultural
(bahasa, sejarah, kebudayaan).
f) Menyerahkan diri adalah tingkatan minat yang tertinggi, dimana
subyek diterima seluruhnya oleh obyek yang dikenal dan dihargainya,
terhadap moral dan agama.
Berdasarkan beberapa pengertian minat di atas dapat diuraikan
bahwa minat melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi pada siswa SMA
kelas XII dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa
untuk memilih Perguruan Tinggi setelah tamat sekolah SMA yang ditandai
dengan adanya perasaan tertarik dan perasaan bahwa Perguruan Tinggi
tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.
E. Perguruan Tinggi
1. Pengertian Perguruan Tinggi
Banyak siswa lulusan SMA / SMK ingin melanjutkan studi ke
Perguruan Tinggi. Mereka berusaha mencari informasi mengenai
Perguruan Tinggi yang mereka inginkan, mengenai kualitas, jurusan atau
bidang studi serta syarat-syarat untuk masuk ke Perguruan Tinggi tersebut.
tingkat setinggi-tingginya memberi sumbangan dari sumber-sumber yang
ada pada masyarakat (Soegandar Poerbakawatha, 1982 : 7).
Menurut Margareth B. Fisher dan Jeanne L. Nable (1960) yang
dikutip oleh Tauziduhu (1988 : 10) mengatakan bahwa Perguruan Tinggi
adalah masyarakat terpelajar, Perguruan Tinggi adalah pola proses
interaksi belajar mengajar sehari-hari yang terorganisasikan secara khusus
sebagai bagian atau komponen sistem belajar mengajar secara keseluruhan
di dalam masyarakat.
2. Tujuan Perguruan Tinggi
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi
ataupun kesenian.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi dan atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya
untuk peningkatan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
budaya nasional.
3. Jenis-jenis Perguruan Tinggi
Dilihat dari bentuknya Perguruan Tinggi di Indonesia yang dikenal
dibedakan menjadi :
1) Universitas, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
dalam berbagai macam bidang keahlian, misalnya : bidang kedokteran,
2) Sekolah Tinggi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan untuk satu macam keahlian khusus dan tidak terdapat
bermacam-macam fakultas.
3) Akademi, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
satu keahlian khusus saja dalam waktu yang relatif singkat.
4) Institut, yaitu Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
untuk mendapatkan keahlian dalam satu bidang saja, misalnya : bidang
pertanian, bidang pendidikan,bidang teknik,atau bidang seni dan
lain-lain. Ilmu yang dipelajari pada institut ini dapat bermacam-macam
yang terdapat di berbagai fakultas atau jurusan, namun semuanya
diarahkan untuk satu keahlian saja.
F. Sekolah Menengah Atas 1) Pengertian SMA
Menurut Depdikbud (1948 : 34) Sekolah Menengah Atas merupakan
satuan pendidikan menengah yang terutama menyiapkan siswa untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dalam hal ini
adalah melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Maka siswa SMA diharapkan
benar-benar mempunyai kemampuan dan minat untuk menguasai atau
memahami pelajaran yang diajarkan di SMA sehingga dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
2) Tujuan SMA
a) Mendidik para siswa untuk menjadi manusia pembangunan,
sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila dan
UUD 1945,
b) Memberi bekal kemampuan yang diperlakukan siswa yang akan
melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi, terutama di Universitas
dan institut.
c) Memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa yang akan
melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi, akademik, politeknik,
program diploma atau program lainnya yang setingkat.
d) Memberi bekal kemajuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia
kerja, setelah menyelesaikan pendidikannya.
Tujuan mendidikan menengah umum menurut peraturan pemerintah (PP)
No. 29 tahun 1990, pasal 2 ayat (1) adalah :
1) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi dan mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian,
2) Meningkatkan kemampuan siswa sebagian anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya
dan alam sekitarnya.
Tujuan pendidikan SMA lebih ditegaskan dalam pasal 3 ayat 2 PP No. 29
tahun 1990, yaitu tujuan SMA adalah terutama menyiapkan siswa untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi.
Kurikulum 1994 merupakan kurikulum hasil penyesuaian
kurikulum 1984, karena kurikulum 1984 masih banyak
kesalahan-kesalahan, maka kurikulum 1984 perlu disempurnakan. Penyederhanaan
kurikulum dilakukan pada jumlah mata pelajaran, jumlah pokok bahasan,
bahasa yang sederhana (mudah dimengerti guru) dan istilah baku (sesuai
dengan peraturan perundang-undangan) dan format GBPP.
Yang dimaksud kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (UUSPN
Pasal 1 butir 9 / UURI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional). Isi kurikulum SMA mengandung sejumlah bahan kajian untuk
mencapai tujuan sekolah menengah atas dalam rangka upaya pencapaian
tujuan pendidikan nasional, isi kurikulum harus memiliki kebermaknaan
sehingga peserta didik dapat mengembangkan kehidupannya sebagian
pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia.
G. Hubungan antara Prestasi Belajar Siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
prestasi belajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu hasil yang
dicapai. Prestasi belajar siswa nampak dalam hasil studi yang berupa
nilai-nilai yang tercermin dalam raport. Siswa yang prestasi belajarnya tinggi
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa,yaitu faktor dari dalam dan
faktor dari luar.
Prestasi belajar siswa dapat digunakan sebagai alat seleksi penerimaan
siswa baru ditingkat sekolah menengah atau di perguruan tinggi. Setiap siswa
pasti menginginkan dapat sekolah ke perguruan tinggi dan yang berkualitas,
namun untuk mencapainya tidaklah mudah. Mempunyai uang yang cukup
belum tentu menjamin anak dapat melanjutkan sekolahnya kalau tidak ada
keinginan atau kesungguhan dalam belajar, hal ini dapat mempengaruhi
prestasi belajarnya.
Siswa yang berprestasi tinggi cenderung mempunyai minat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi di bandingkan dengan siswa yang
berprestasi rendah yang cenderung tidak mempunyai minat untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi. Siswa yang berprestasi rendah akan lebih memilih
untuk bekerja, mereka berpikir buat apa melanjutkan studi ke perguruan tinggi
hanya akan menambah beban mereka.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang
mempunyai prestasi belajar tinggi dapat dipastikan dia mempunyai tujuan
yang jelas untuk melanjutkan studinya, dan mempunyai minat untuk
melanjutkan sudinya ke perguruan tinggi. Bagi siswa yang berprestai rendah
dapat pula mempunyai tujuan untuk melanjutkan studinya, akan tetapi kalau
tidak didorong kesungguhan untuk melanjutkan studinya maka akan lebih
hubungan antara prestasi belajar dengan minat siswa untuk melanjutkan studi
ke perguruan tinggi.
H. Hubungan antara Motivasi dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Motivasi merupakan suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Siswa
akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila ia mempunyai motivasi. Begitu
pula dengan siswa yang akan melanjutkan studinya, ia tidak hanya
memerlukan kemampuan untuk prestasi belajar yang baik akan tetapi juga
harus mempunyai keinginan atau motivasi dari dalam dirinya. Banyak faktor
yang mempengaruhi motivasi yaitu dari luar (eksternal) dan dari dalam
(internal). Dalam hal melanjutkan studi ke perguruan tinggi, motivasi sangat
besar pengaruhnya. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi maka mempunyai
minat yang tinggi pula untuk melanjutkan studinya, sedangkan siswa yang
tidak mempunyai motivasi maka ia juga tidak akan mempunyai minat untuk
melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Siswa yang mempunyai motivasi tinggi walaupun tidak berprestasi
baik, ia akan berusaha keras untuk melanjutkan studinya. Bagi siswa yang
mempunyai prestasi belajar yang baik dan masuk ke perguruan tinggi tetapi
tidak ada motivasi, maka masuk ke perguruan tinggi hanya karena gengsi atau
paksaan dari orang tua tidak dari kenginan sendiri, dan ini akan menjadi
hubungan antara motivasi dengan minat untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi
1. Hubungan antara Kondisi Sosial Skonomi Orang Tua dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Kondisi dapat diartikan sebagai keadaan. Kondisi seseorang dapat
berpengaruh pada apa yang akan dicita-citakan. Sosial disini diartikan sebagai
hubungan antar individu yang satu dengan individu yang lain. Orang tua
adalah setiap orang tua yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau
rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan
ayah-ibu. Kondisi sosial ekonomi orang tua meliputi tingkat pendidikan orang tua,
tingkat pendapatan orang tua. Kondisi sosial ekonomi orang tua sangat
berpengaruh dengan pendidikan anak. Bagi keluarga yang miskin pendidikan
merupakan suatu beban, karena kesulitan finansial, yang akhirnya demi alasan
membantu orang tua, anak-anak terpaksa sudah harus masuk pasar kerja yang
keras kompetisinya sebelum kedewasaan psikologi-sosialnya dan fisiknya
belum memungkinkan untuk itu.
Anak yang berasal dari keluarga yang kondisi sosial ekonominya baik
dari segi keuangannya mencukupi atau lebih, maka akan berpeluang besar
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Orang tua yang berpendidikan tinggi
akan mengarahkan anaknya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi,
karena mereka beranggapan dengan sekolah yang tinggi maka akan lebih
kurang akan lebih mengarahkan anaknya untuk bekerja, maka dalam diri
anakpun tidak ada minat untuk melanjutkan studinya karena adanya
keterbatasan dana. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan minat untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
HIPOTESIS
1. Ada hubungan positif antara prestasi belajar siswa dengan minat siswa
SMA untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Ada hubungan positif antara motivasi dengan minat siswa SMA untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Ada hubungan positif antara kondisi sosial ekonomi orang tua dengan
42 BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan penulis gunakan
meliputi:
1. Deskriptif
Suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan
keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya bersifat sekedar
mengungkapkan fakta (Consuelo, 1993:71).
2. Studi kasus
Penelitian tentang subyek tertentu, dimana subyek tersebut terbatas, maka
kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek yang diteliti
(Consuelo, 1993:73).
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada bulan mei tahun 2007
2. Tempat penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMAN 1 Samigaluh
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test,
atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian (Hadan Nawawi, 1983:141). Populasi
juga diartikan seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang
dan waktu yang kita tentukan. Dalam penelitian ini, sebagai populasi
adalah siswa-siswi kelas XII SMA Negeri I Samigaluh.
2. Sampel penelitian
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi
yang menjadi sumber data sebenarnya dalam pene