• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER DI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER DI BALI"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ii

FOTOGRAFI CENTER DI BALI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan

Guna Melengkapi Mata Kuliah Seminar Desain Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh

BELLA SEKAR SAYEKTI C 0807012

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

iii

FOTOGRAFI CENTRE DI BALI

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji

di hadapan Dewan Penguji

Disusun Oleh:

Bella Sekar Sayekti

C0804030

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soepono Sasongko, Msn Iik Endang SW, SSn, M.Ds NIP. 19570319 198903 1 001 NIP. 19771027 200112 2 022

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

(3)

commit to user

iv

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas

Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Senin, Tanggal 25 Juli 2011

Penguji :

Ketua : Drs. Soepriyatmono, M.Sn

NIP. 19560117 198811 1 001 ( )

Sekretaris : Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, MT

NIP. 19770612 200112 2 003 ( )

Penguji I : Drs. Soepono Sasongko, Msn

NIP. 19570319 198903 1 001 ( )

Penguji II : Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds

NIP. 19771027 200112 2 022 ( )

Mengrtahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Desain Interior

Drs. Riyadi Santosa, M. Ed, P. hD Anung B Studyanto, S.sn, MT

(4)

commit to user

v Nama : Bella Sekar Sayekti

NIM : C0807012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Centre di Bali” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang

bukan dalam Laporan Tuga Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan

dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, 22 Juli 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

vi

“ Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka

berlomba – lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti

Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas

(6)

commit to user

vii

Karya ini penulis persembahkan kepada :

1. ALLAH SWT atas Rahmat dan

Hidayah serta Nikmat hidup dan

kemudahan yang selalu Engkau

berikan.

2. Bapak beserta Ibu tercinta, dengan

segala kasih sayang dan juga do’a

yang tulus, semoga dapat berguna

dan bisa membuat bangga dan

bahagia. Allah yang akan membalas

segala amal mulia itu.

3. Adik dan seluruh keluarga tercinta,

yang selalu mendukung dan

memberikan semangat serta do’a.

4. Seluruh sahabat tercinta, yang selalu

(7)

commit to user

viii

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat

menyelesaikan penulisan laporan penelitian yang berjudul : “Perencanaan dan

Perancangan Interior Fotografi Center di Bali.”

Disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn),

jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terselesaikannya

penyusunan penulisan laporan Tugas akhir tidak terlepas atas peranserta berbagai

pihak yang telah memberikan bimbimngan, saran, pengarahan, bantuan,

dukungan, serta motivasi. Pada kesempatan kali ini, penulis memberikan ucapan

terima kasih pada:

1. ALLAH SWT atas Rahmat dan Hidayah serta Nikmat hidup dan kemudahan

yang selalu Engkau berikan.

2. Anung B Studyanto, S.sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas

Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku pembimbing utama dan Iik Endang

SW, SSn, M.Ds. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan banyak

pengarahan serta masukan yang bermanfaat sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.

4. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya Jurusan

Desain interior yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

5. Bapak Suprapto Tunggal dan ibu Lina Puji Rahayu, yang telah membimbing

dan mendidik serta do’a yang tulus, semoga Allah melimpahkan rahmat dan

(8)

commit to user

ix dan membantu dalam segala hal.

7. Pucha dan Cita Ayu teman seperjuangan dari awal hingga TA dan skripsi,

yang selalu lembur bersama terimakasih untuk masukan, bantuan,

semangatnya, keceriaan dan tertawa setiap harinya semoga Allah selalu

memberikan yang terbaik untuk kalian berdua.

8. Sahabatku tercinta Tata, Onyenk, Pacot, Om Anggi, Om bojong, Ragil,

Gendut, terimakasih untuk segala bantuan, dukungan, semangatnya, dan

ketawa tiap harinya yang tidak bisa diukur dengan apapun. Semoga Allah

selalu memberikan yang terbaik untuk kalian semua.

9. James dan smua teman yang terlibat terimakasih untuk maketnya, dan segala

bantuannya.

10. Teman seperjuangan TA Tika, Agri, terimakasih atas semangat, dan

kerjasamanya yang benar – benar membantu semoga Allah membalas semua

kebaikan kalian.

11.Teman – teman angkatan 2007 terimakasih atas dukungannya.

12.Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak Amien. Penulis

menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,

namun dengan penuh harapan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis

maupun pembaca.

Surakarta, 4 Agustus 2011

(9)

commit to user

x

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER

DI BALI

Bella Sekar Sayekti. C 0807012 ¹

Drs. Soepono Sasongko, M. Sn.² Iik Endang SW, S.Sn, M. Ds ³

2011. Permasalahan pada Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud serta bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan beracuan pada standart ergonomi, dengan demikian penggunjung akan merasa nyaman, sehingga pengunjung akan terus datang kemudian memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu aktifitas lainnya.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali ini fotografi center diharapkan memiliki sebuah ide pengembangan yang ditujukan pada konsumen tentunya sehingga konsumen dapat menikmati jasa fotografi secara lengkap yang sesuai dengan keinginan konsumen yang kemudian memiliki nilai kepuasan tersendiri ditunjang dengan suasana interiornya. Dalam fotografi center disediakan berbagai kebutuhan yang berhubungan dengan fotografi kepada masyarakat umum baik secara komersial (jual-beli) maupun secara pendidikan-rekreasi dan tidak hanya mengacu pada kegiatan perdagangan saja, namun akan dikembangkan sebagai fasilitas rekreasi-edukasi yang memberikan pengalaman. Secara tidak langsung menjadi sebuah wadah edukasi bagi mereka yang awam sebelumnya terhadap hal – hal fotografi sehingga diharapkan memiliki pengetahuan dan pengalaman baru.

¹ Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2007, Fakultas Sastra dan Seni Rupa,UNS ² Dosen Pembimbing 1

(10)

commit to user

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

G. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN LITERATUR ... 9

A. KAJIAN TEORI ... 9

1) Tinjauan Umum Fotografi ... 9

a. Pengertian Fotografi ... 9

b. Sejarah Fotografi ... 10

c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi ... 16

2) Tinjauan khusus Area Photo Studio ... 18

a. Pengertian Photo Studio ... 18

b. Persyaratan Photo Studio ... 19

c. Perlengkapan Photo Studio ... 20

(11)

commit to user

xii

3) Tinjauan khusus Area Display ... 33

a. Sistem Pelayanan ... 33

b. Sistem Display ... 34

c. Perlengkapan Display ... 35

d. Prinsip Desain Sarana Penjualan ... 36

4) Tinjauan Khusus Café ... 38

a. Pengertian Café ... 38

b. Sistem Pelayanan ... 38

c. Jenis Menu menurut waktu penyajian ... 39

5) Tinjauan Pengguna ... 40

d. Aspek Ceiling/Langit-Langit ... 51

e. Aspek Furniture dan Antropometri Pengguna ... 52

(12)
(13)
(14)

commit to user

xv

C. Suasana Ruang ... 110

D. Pola Penataan Ruang ... 110

E. Pembemtuk Ruang ... 111

 Dinding ... 111

 Floor ... 111

 Ceiling ... 111

F. Pengisi Ruang ... 112

 Bentuk ... 112

 Warna ... 113

 Material ... 113

G. Sistem Interior ... 114

 Pencahayaan ... 114

 Penghawaan ... 118

 Akustik ... 120

H. Sistem Keamanan ... 121

BAB VI KESIMPULAN ... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA

(15)

commit to user

xvi

Gambar 1. Photography ... 10

Gambar 2. Studio Photography ... 11

Gambar 3. Foto Heliografi dengan subyek pemandangan ... 13

Gambar 4. Peralatan Fotografi ... 14

Gambar 5. Boulevard du Temple ... 15

Gambar 6. Citra berwana yang pertama ... 16

Gambar 7.1 Kamera ... 20

Gambar 7.2 Kabel Sinkronisasi ... 22

(16)

commit to user

xvii

Gambar 10.1 Antropometri area retailcounter ... 53

Gambar 10.2 Antropometri area retail public utama ... 54

Gambar 10.3 Antropometri area retail public kedua ... 54

Gambar 10.4 Antropometri area retail counter ... 55

Gambar 10.5 Antropometri area retail counter ... 55

Gambar 10.6 Antropometri area retail display ... 55

Gambar 10.7 Antropometri area retail display ... 56

Gambar 10.8 Antropometri area retail display ... 56

Gambar 10.9 Antropometri display berdiri ... 56

Gambar 10.10 Antropometri pelayanan pramusaji ... 57

Gambar 10.11 Antropometri jarak bersih antar kursi ... 57

Gambar 10.12 Antropometri pelayanan area makan ... 57

Gambar 10.13 Antropometri area makan ... 58

Gambar 10.14 Antropometri bar ... 58

Gambar 10.15 Antropometri bar ... 59

Gambar 10.16 Antropometri bar tampak atas ... 59

Gambar 10.17 Antropometri bar ... 59

Gambar 10.18 Antropometri dinning area untuk 4 orang ... 60

Gambar 10.19 Antropometri dinning area ... 60

Gambar 11.1 Fasad Jonas Photo Studio ... 83

Gambar 11.2 Studio Jonas Photo Studio ... 83

Gambar 11.3 Area Display Jonas Photo Studio ... 84

(17)

commit to user

xviii

Gambar 14. Icon ... 86

Gambar 15. Royal Photography ... 86

Gambar 16. Peta Bali ... 89

Gambar 17. Peta Bali ... 89

Gambar 18. Alternatif Ceiling... 95

Gambar 19. Alternatif Pencahayaan ... 97

Gambar 20. Alternatif Penghawaan ... 98

Gambar 21. Alternatif Akustik ... 99

Gambar 22. Zoning ... 105

Gambar 23.Grouping ... 106

(18)

¹ Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C 0807012 ² Dosen Pembimbing 1

³ Dosen Pembimbing 2

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR FOTOGRAFI CENTER

DI BALI

Bella Sekar Sayekti. C 0807012 ¹

Drs. Soepono Sasongko, M. Sn.² Iik Endang SW, S.Sn, M. Ds ³ ABSTRAK

2011. Permasalahan pada Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud serta bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut. Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali adalah merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan beracuan pada standart ergonomi, dengan demikian penggunjung akan merasa nyaman, sehingga pengunjung akan terus datang kemudian memberikan kemudahan untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu aktifitas lainnya.

Perencanaan dan Perancangan Interior Fotografi Center di Bali ini fotografi center diharapkan memiliki sebuah ide pengembangan yang ditujukan pada konsumen tentunya sehingga konsumen dapat menikmati jasa fotografi secara lengkap yang sesuai dengan keinginan konsumen yang kemudian memiliki nilai kepuasan

(19)

¹ Mahasiswa Jurusan Desain Interior dengan NIM C 0807012 ² Dosen Pembimbing 1

(20)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga kemajuan

tekhnologi menjadikan banyaknya revolusi pada beberapa bidang yang

kemudian memberi suatu kemudahan bagi kehidupan manusia pada

umumnya. Dikota besar seperti Bali teknologi sudah menjadi sebuah

bagian dari gaya hidup, dimana masyarakat sekitar tidak bisa terlepas akan

kebutuhan teknologi, itu sebabnya teknologi dapat memudahkan

penggunanya untuk memenuhi segala kebutuhan.

Salah satu teknologi yang sedang berkembang yaitu teknologi

dibidang fotografi, dengan hadirnya kemajuan dibidang fotografi menjadi

sebuah kebutuhan untuk menunjang berbagai pekerjaan atau hiburan

sekalipun. Sehingga fotografi mempunyai peranan penting, meninjau hal

tersebut penyedian sebuah fotografi center yang lengkap dengan fasilitas

yang memadai dapat memudahkan masyarakat untuk lebih mengeksplorasi

kreatifitas masing – masing baik pengunjung ataupun pengelolanya.

Ditinjau dari seluruh fungsi atau kegunaan serta manfaat fotografi,

maka muncullah sebuah tempat guna memenuhi kebutuhan fotografi yaitu;

fotografi center. Jika dikaitkan dalam bidang interior menjadikan semakin

banyaknya kemudahan – kemudahan yang didapat dalam sebuah proses

perancangan. Di pulau Bali pengaruh terhadap gaya hidup tersebut berupa

(21)

commit to user

pembangunan dan teknologi seni bangun itu sendiri. Kemajuan –

kemajuan inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai tolak ukur sebuah

perancangan tanpa melupakan nilai history (sejarah).

Fotografi center merupakan sebuah sarana masyarakat untuk

menunjang berbagai kebutuhan dalam bidang fotografi sehingga, sebuah

fotografi centre yang lengkap memudahkan masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan tersebut seperti sarana pendidikan, entertaiment, shop dan

gallery serta indoor/outdoor studio. Selain fasilitas yang memadai, sebuah

fotografi center harus mampu menyajikan kesan ruang yang menarik

sehingga ada daya tarik yang mampu menarik masyarakat. Dengan

demikian daya tarik tersebut dapat diciptakan dari sebuah ide gagasan

yang terkait dalam bidang fotografi. Dari seluruh fungsi atau kegunaan

fotografi, maka muncullah fotografi center yang dapat menampung seluruh

kebutuhan kegiatan baik formal ataupun non formal, indoor ataupun

outdoor yang dianggap dapat menefektifkan (keterbatasan) waktu

pengunjung.

B. BATASAN MASALAH

Batasan perancangan ini, yaitu merancang interior fotografi center

di kota Bali dengan luasan interior 1200 m² hingga 1500 m² yang

kemudian dirancang agar interior terasa aman dan nyaman sesuai dengan

kebutuhan antar ruang, serta kebutuhan manusia yang berkaitan pada gaya

hidup yang kemudian menjadi sebuah kebutuhan. Pemilihan lokasi pada

(22)

commit to user

yang berkaitan dengan fotografi dengan begitu kenyamanan serta

fleksibilitas dapat terwujud.

C. RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang sesuai

dengan kebutuhan pengunjung, sehingga kenyaman selama berada di

dalam sebuah fotografi centre dapat terwujud.

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang dapat

memberikan kemudahan bagi pengunjungnya untuk melakukan

berbagai aktivitas kebutuhan yang dikemas dalam sebuah sirkulasi

yang dapat menjangkau seluruh kebutuhan tersebut.

 Bagaimana merancang interior sebuah fotografi center yang

menyediakan sarana serta fasilitas yang lengkap sehingga pengunjung

dapat menyalurkan kreatifitas sesuai dengan tujuannya.

D. TUJUAN SASARAN

Tujuan Umum :

Memecahkan masalah dari perancangan interior “Fotografi center di Bali”

yang bertujuan untuk memperkenalkan tekhnologi di bidang fotografi.

Tujuan Khusus :

 Merancang sebuah interior fotografi center yang sesuai dengan kebutuhan

pengunjung, selain itu dalam merancang interior fotografi center akan

beracuan pada standart ergonomi. Dengan demikian penggunjung akan

(23)

commit to user

 Merancang inetrior fotografi center yang dapat memberikan kemudahan

untuk melakukan aktivitas kebutuhan, sehingga untuk beberapa orang

yang sibuk dapat tetap memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu

aktifitas lainnya.

 Merancang inetrior fotografi center dengan menyediakan segala

kebutuhan, sarana serta fasilitas yang lengkap, dengan berbagai tatanan

interior yang mampu menonjolkan kreatifitas dan kebebasan atas tema

yang digunakan

E. MANFAAT

 Membantu mereka yang mengalami kesulitan dalam melakukan kebutuhan

fotografinya karena keterbatasan waktu serta wawasan atau keahlian yang

berkaitan dengan gaya hidup masyarakat kota Bali pada saat ini, maka

dengan hadirnya fotografi centre diharapkan dapat memberikan banyak

kemudahan.

 Secara tidak langsung menjadi sebuah wadah edukasi bagi mereka yang

awam sebelumnya terhadap hal – hal fotografi sehingga diharapkan

memiliki pengetahuan dan pengalaman baru.

F. METODE DESAIN

Dalam menyelesaikan permasalahan dibutuhkan metode analisis

pengumpulan data dengan menggunakan berbagai metode diantaranya :

(24)

commit to user

Dalam metode ini pengamatan langsung ke lapangan. Data yang

diambil berupa informasi baik berupa data wawancara ataupun data

gambar yang langsung diambil saat observasi lapangan.

b. Studi Literatur

Acuan untuk merencanakan fotografi centre dengan menggunakan

literatur seperti buku – buku terkait, majalah, koran, arsip ataupun dari

data dari internet.

G. SISTIMATIKA PENULISAN

Sistematika pembahasan secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan, sasaran

dan sistematika pembahasan. Menjelaskan tentang bagaimana sebuah proyek itu

dibangun mulai dari dasar pemikiran desain yang ditinjau dari suatu lokasi,

kemudian dibatasi oleh sebuah besaran atau kebutuhan ruang.

BAB II KAJIAN LITERATUR

Adalah uraian tentang kajian literatur yang dijadikan untuk mencapai

tujuan perancangan. Pada kajian literatur ini dijelaskan tentang pengertian, sejarah

hingga dasar – dasar pengetahuan fotografi.

BAB III STUDI LAPANGAN

Tinjauan lapangan merupakan uraian tentang studi lapangan yang

dijadikan sebagai sebuah sarana mencapai tujuan perancangan. Dalam tinjauan

(25)

commit to user

keadaan sebuah studio fotografi dan merupakan sebuah pembanding dari fotografi

centre yang akan dirancang.

BAB IV PROGRAMING

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar belakangi

terciptanya karya tugas akhir. Dalam programing terdapat berbagai uraian atau

pengantar dari sebuah perancangan interior fotografi centre.

A. Definisi Proyek

Merupakan pengertian dasar akan sebuah fotografi center,

sehingga memudahkan untuk dapat mengembil kesimpulan

tentang fotografi centre.

B. Asumsi Lokasi

Mengasumsikan lokasi yang akan dipilih dalam

perancangan fotografi centre.

C. Status Kelembagaan

Sistematika kelembagaan dari fotografi centre, mulai dari

pengelola hingga managemen waktu.

D. Struktur Organisasi

Sistem organisasi yang terdapat dalam managemen

fotografi centre

E. Program Kegiatan

Kegiatan yg dilakukan seperti pengaturan jadwal buka,

tutup hingga jadwal kerja dari pengelolanya.

(26)

commit to user

Kegiatan utama ataupun kegiatan pendukukng yang

dilakukan baik pengunjung maupun pengelola hingga

memudahkan dalam membentuk sebuah sirkulasi serta program

kedekatan ruang dari fotografi centre.

G. Program Ruang

Fungsi dari seluruh kegiatan yang dilakukan kemudian

dikelompokan dalam program ruang.

H. Besaran Ruang

Ukuran yang sesuai untuk memenuhi seluruh kegiatan

dalam fotografi centre.

I. Pembentuk Ruang

Aspek – aspek yang mempengaruhi dalam prancangan

sebuah interior.

J. Pengisi Ruang

Pada area Fotografi centre ini akan ada pengelompokan

ruang berdasarkan fasilitas utama dan fasilitas pendukungnya.

K. Sistem interior

Merupakan sistem pendukung seperti pencahayaan,

penghawaan, dan akustik yang sangat berperan penting dalam

perancangan fotografi centre.

L. Sistem Keamanan

Sistem keamanan yang sesuai dalam fotografi centre.

(27)

commit to user

Alur dari seluruh kegiatan fotografi centre.

N. Sistem sirkulasi

Merupakan elemen yang sangat kuat dalam membentuk

struktur lingkungan

O. Pola Hubungan antar Ruang

Kegiatan yang berhubungan antara ruang yang satu dengan

ruang yang lain.

P. Zoning dan Grouping

Pengelompokan kegiatan yang disesuaikan dengan jenis

kegiatan yang sejenis berdasarkan kedekatan serta hungan antar

ruang.

BAB V KONSEP DESAIN

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain

serta saran-saran penulis mengenai perancangan interior Fotografi Centre.

BAB VI. KESIMPULAN

Menyinpulkan hasil perancangan fotografi centre yang sesuai dengan

prinsip – prinsip desain.

DAFTAR PUSTAKA

Meliputi daftar data atau buku yang digunakan pada perancangan interior

Fotografi Centre.

LAMPIRAN

Meliputi daftar data berupa gambar, tabel maupun grafik yang digunakan

(28)

commit to user

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. KAJIAN TEORI

1) Tinjauan Umum Fotografi

a. Pengertian Fotografi

Fotografi (Photography, Ingrris) berasal dari 2 kata yaitu Photo

yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan / lukisan. Dalam

seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan

menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti

proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu

obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek

tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk

menangkap cahaya ini adalah kamera. Prinsip fotografi adalah

memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu

membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar

dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan

bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan

(selanjutnya disebut lensa).

(29)

commit to user

Gambar 1. photography

( Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/photograpy )

Menurut Soedjai Kartasasmita (pemimpin berbagai organisasi,

fotografi dan non fotografi), fotografi dapat menjadi alat koreksi yang

baik, disisi lain fotografi mengajarkan pada kita untuk melihat sesuatu

hal dari berbagai sudut pandang dan semua perspektif dapat menjadi

benar. ( sumber : fotomedia, November 1997, hal 30).

b. Sejarah Fotografi

Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Dalam buku The

History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of

New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5

Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati

sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat

lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan

terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang

tadi. Mo Ti adalah orang pertama yang menyadari fenomena camera

obscura.

Beberapa abad kemudian, banyak orang yang menyadari serta

mengagumi fenomena ini, beberapa diantaranya yaitu Aristoteles pada

(30)

commit to user

pada abad ke-10 SM, dan kemudian berusaha untuk menciptakan serta

mengembangkan alat yang sekarang dikenal sebagai kamera. Pada

tahun 1558, seorang ilmuwan Italia, Giambattista della Porta menyebut

”camera obscura” pada sebuah kotak yang membantu pelukis

menangkap bayangan gambar (Bachtiar: 10).

Gambar 2. Studio photogrphy

(Sumber : http://www.studiophotogrphy.co.uk )

Menurut Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 21), nama camera

obscura diciptakan oleh Johannes Keppler pada tahun 1611:

“By the great Johannes Keppler has designed a portable camera

constructed as a tent, and finaly give a device a name that stuck:

camera obscura… The interior of the tent was dark except for the light

admitted by a lens, which foucussed the image of the scene outside

onto a piece of paper.”

(Pada tahun 1611 Johannes Keppler membuat desain kamera

portable yang dibuat seperti sebuah tenda, dan akhirnya memberi nama

alat tersebut sebuah nama yang terkenal hingga kini: camera

obscura… Keadaan dalam tenda tersebut sangat gelap kecuali sedikit

cahaya yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan

(31)

commit to user

Pada awal abad ke-17 seorang ilmuwan berkebangsaan Italia

bernama Angelo Sala menemukan, bila serbuk perak nitrat dikenai

cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Demikian pula

Professor anatomi berkebangsaan Jerman, Johan Heinrich Schulse,

pada 17127 melakukan percobaan dan membuktikan bahwa

menghitamkan pelat chloride perak yang disebabkan oleh cahaya dan

bukan oleh panas merupakan sebuah fenomena yang telah diketahui

sejak abad ke-16 bahkan mungkin lebih awal lagi. Ia

mendemonstrasikan fakta tersebut dengan menggunakan cahaya

matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride perak;

saying ia gagal mempertahankan gambar secara permanent. Kemudian

sekitar tahun 1800, seorang berkebangsaan Inggris bernama Thomas

Wedgwood, bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra

pada camera obscura berlensa (pada masa itu camera obscura lazimnya

pinhole camera yang hanya menggunakan lubang kecil untuk cahaya

masuknya), tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia

berkonsentrasi sebagaimana juga Schulse, membuat gambar-gambar

negatif (sekarang dikenal dengan istilah fotogram) dengan cahaya

matahari, pada kulit atau kertas putih yang telah disaputi komponen

perak. Sementara itu di Inggirs, Humphrey Davy melakukan percobaan

lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi bernasib sama dengan Schulse.

Pelatnya dengan cepat berubah menjadi hitam walaupun sudah berhasil

(32)

commit to user

Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography Perancis,

Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan jam

meng-exposed pemandangan dari jendela kamrnya, melalui proses yang

disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip lithograph) di atas

pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil melahirkan sebuah imaji yang

agak kabur, berhasil pula mempertahankan gambar secara permanent.

Kemudian ia pun mencoba menggunakan kamera obscura berlensa,

proses yang disebut ”heliogravure” pada tahun 1826 inilah yang

akhirnya menjadi sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang

dihasilkan itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS.

Gambar 3. Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

Merasa kurang puas, tahun 1827 Niepce mendatangi desainer

panggung opera yang juga pelukis, Louis-Jacques Mande‟ Daguerre

(1787-1851) untuk mengajaknya berkolaborasi. Dan jauh sebelum

eksperimen Niepce dan Daguerre berhasil, mereka pernah meramalkan

bahwa: “fotografi akan menjadi seni termuda yang dilahirkan zaman.”

(33)

commit to user

dunia. Baru pada tanggal 19 Agustus 1839, Daguerre dinobatkan

sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya:

sebuah gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang

dilapisi larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya

langsung dengan pemanas mercuri (neon). Proses ini disebut

daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, pelat dicuci larutan

garam dapur dan asir suling.

Gambar 4. Peralatan fotografi

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

Fotografi mulai tercatat resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu

bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan

dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Pada tahun

1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu,

di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah

terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat

(34)

commit to user

Januari 1839, penemu fotografi dengan menggunakan proses kimia

pada pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin

mematenkan temuannya itu. Akan tetapi, Pemerintah Perancis, dengan

dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu

sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat

itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau

diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus

dilakukan.

Gambar 5. Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839

(Sumber:http://www.wikipediaphotography.html )

Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Menurut

Szarkowski dalam Hartoyo (2004: 22), arsitek utama dunia fotografi

modern adalah seorang pengusaha, yaitu George Eastman. Melalui

perusahaannya yang bernama Kodak Eastman, George Eastman

(35)

commit to user

dan kamera boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam

dunia fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.

Tahun 1950 mulai digunakan prisma untuk memudahkan

pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR), dan pada tahun

yang sama Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi

kamera NIKON. Tahun 1972 mulai dipasarkan kamera Polaroid yang

ditemukan oleh Edwin Land. Kamera Polaroid mampu menghasilkan

gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.

Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau

dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak

terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu

membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran.

Gambar 6 : 6.1.Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861; 6.2. Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877; 6.3. Citra hasil

pemindaian komputer digital, 1957

(Sumber:http://www.wikipediaphotography.html) c. Klasifikasi Penggunaan Fotografi

Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongakan menjadi

fotografi untuk beberapa tujuan ;

(36)

commit to user

Berdasarkan fungsinya fotografi dapat digolongkan pada

fotografi guna keindahan, reportase, laporan.

Keindahan pada fotografi dapat disampaikan dalam bentuk

seni foto karena ide yang digunakan berasal atau bersumber pada

sebuah keindahan, untuk reportase biasanya digunakan dalam

penyampaian berita atau sering disebut komunikasi visual dalam

dunia reportase, sedangkan laporan merupakan media yang sering

digunakan untuk melaporkan karakter, suasana, jiga diterangkan

secara tulisan atau verbal dirasa kurang.

2) Berdasarkan Pemakainya

Berdasarkan pemakainya fotografi ini dapat digolongkan

kedalam 3 golongan diantaranya; Fotografi Amatir, Fotografi

Profesional, Fotografi dalam Bidang Ilmiah

Fotografi amatir merupakan sebuah klasifikasi pada bidang

fotografi dimana penggunanya hanya sekedar hobby untuk

dokumentasi pribadi maupun seni. Fotografi seni meliputi ;

Pictorial (Pemandangan), Stil Life (Alam tenang), Potraiture

(Potret manusia), News Photo (Foto berita), Essay Photo (Foto

cerita), Human Interest.

Fotografi profesional biasanya digunakan sebagian golongan

sebagai tunjangan hidup atau bersifat komersial. Dalam fotografi

(37)

commit to user

dan kalender, Foto model, Foto fasion (mode), Poster, Brosur,

Jurnalistik (pers), Grafis.

Fotografi dalam bidang ilmiah biasanya digunakan sebagai

sarana informasi dengan merekam berbagai kejadian/peristiwa

serta hasil – hasil sebuah penelitian. Fotografi dalam bidang ilmiah

meliputi; Photomicrigrsphy, Spektography, Infrared Photography,

Astronomi Photography, Criminological Photogrsphy.

3) Unsur dalam Fotografi

Dalam fotografi ada 4 unsur terpenting yang menjadikan

dasar atau hal utama dalam dunia fotografi, antara lain;

a. Cahaya

b. Lensa

c. Kamera

d. Obyek

(Sumber : www.rleggat_photohistory.com )

4) Warna dalam Fotografi

Dalam dunia fotografi kehadiran warna merupakan unsur

dalam fotografi karena warna merupaka sarana pembentuk gambar

yang berasal dari pantulan cahaya. Dalam dunia proses fotografi

warna yang sering digunakan adalah hitam, hitam dinilai mampu

menyerap cahaya disekitar sehingga menghasilkan perlindungan

(38)

commit to user

Pada pemilihan warna untuk sebuah studio photo yang

terpenting adalah bagaimana warna dapat menyerap dan tidak

dapat memantulkan cahaya sehingga tidak terjadi biasan cahaya

yang tidak diinginkan.

2) Tinjauan khusus Area Photo Studio

a. Pengertian Photo Studio

i. Studio adalah ruang khusus tempat bekerja (bagi pelukis,

tukang potret,dll). (Kamus Umum Bahasa Indonesia,W.J.S

Poerwadarminta. Jakarta: Balai Pustaka 1991, hal. 965).

ii. Photo Studio adalah ruang untuk bekerja bagi tukang foto,

ruang untuk mengambil gambar. (WJS Poerwadarminta,

Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1978).

iii. Studio Foto merupakan ruangan yang dirancang khusus untuk

pemotretan, dindingnya dirancang khusus agar mampu ditukar

warna dan gambarnya, dalam ruangan ini juga dilengkapi

lampu – lampu sorot yang dapat digeser untuk menampilkan

efek – efek tertentu. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 15.

Jakarta : PT Cipta Adi Pustaka 1991, hal. 268).

Jadi studio foto adalah sebuah ruang yang dirancang secara khusus

guna kepentingan aktivitas fotografi dengan berbagai pertimbangan

aspek – aspek tertentu seperti; lampu atau pencahayaan, backdrop atau

latar belakang, serta berbagai macam penunjang setting.

(39)

commit to user

Studio fotografi memiliki berbagai macam persyaratan

diantaranya;

i. Tertutup, tidak perlu sinar matahari (untuk studio indoor)

ii. Membutuhkan pencahayaan buatan yang bersumber pada

lampu –lampu yang mampu mengkondisikan terhadap obyek

(intensitas cahaya, peletakan lampu).

iii. Faktor kebersihan dan kelembapan sebagai ruang tertutup

untuk menjaga peralatan yang ada didalamnya.

iv. Dinding dan lantai memiliki bahan (material) atau warna yang

mampu menyerap cahaya serta tidak menimbulkan efek

bayangan dan pantul.

c. Perlengkapan Photo Studio

Untuk peralatan standart yang ada dalam photo studio (Panduan

Praktis Teknis Foto, Bab III. Griand Giwanda. Jakarta: Puspa Swara

2002), antara lain :

1) Camera dan Lens

Ada 2 jenis kamera yang digunakan dalam studio foto,

antara lain kamera digital dan kamera analog/film. Dalam kamera

analog/film ada 3 jenis format kecil (disebut kamera 35mm, yang

menggunakan film berukurang 3x4cm), kamera medium format

(40)

commit to user

kelebihan dan kekurangan, untuk pemotretan studio foto biasanya

digunakan kamera medium format dan kamera format besar. Untuk

saat ini para fotografer lebih memilih kamera digital dengan pixel

yang besar. Sehingga dapat langsung diketahui hasilnya, bahkan

dapat di edit.

Untuk lensa yang digunakan di studio foto adalah lensa

normal (50mm) dan lensa tele (> 50mm), untuk menghindari

distorsi gambar.

Gambar 7.1. Kamera

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

2) Cable Release

Fungsi alat ini adalah sebagai pengganti tombol pelepas

rana, alat ini akan memudahkan fotografer ketika menekan tombol

tersebut, sehingga mengurangi resiko kamera goyang, terutama

pada pemotretan dengan kecepatan rendah atau B (bulb).

3) Electronic Flash Head

Benda ini adalah lampu yang menyalurkan gas seketika dan

memproduksi cahaya berdurasi cepat dan singkat (cahaya flash).

Electronic Flash Head terdiri dari dua jenis, antara lain :

(41)

commit to user

Lampu ini dihubungkan langsung ke stop kontak.

Setiap lampu monoflash dilengkapi dengan built ini slave

yang berfungsi membuat lampu menyala secara bersamaan,

ketika flash utama menyala.

ii. Power pack electronic system

Jenis lampu ini dihubungkan pada sumber daya

yang terpisah, sehingga fungsi dan fasilitas pengendalian

cahayanya lebih banyak serta lengkap dibandingkan jenis

monoflash.

4) Synchronization Cable

Jika lampu yang anda beli tidak memiliki built in slave atau

anda tidak memiliki flash lain untuk membuat lampu menyala

maka diperlukan kabel sinkronisasi. Kabel ini digunakan untuk

menghubungkan lampu dengan kamera sehingga lampu menyala

bersamaan saat tombol rana ditekan.

Gambar 7.2. Kabel Sinkronisasi

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

(42)

commit to user

Ada beberapa lampu tang yang memiliki builth in slave di

bagian depannya, atau bias ditambahkan sendiri. Fungsinya hampir

sama dengan kabel sinkronisasi hanya saja tanpa kabel sehingga

lebih praktis.

6) Triger

Alat ini dipasang pada kamera pengganti flash sebagai

pemicu slave unit sehingga lampu studio dapat menyala.

Pemasangan ini dimaksudkan agar fotografer dapat bergerak bebas

tanpa direpotkan kabel sinkronisasi. Trigger ini bekerja

menggunakan sinar infra merah, yang memicu slave unit.

7) Strandart Reflektor

Biasanya, setiap lampu flash dilengkapi dengan ini,

peralatan ini menghasilkan cahaya yang keras dan langsung.

Gambar 7.3. Standart Reflektor

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

(43)

commit to user

Fungsinya sama dengan namanya, untuk memberikan

pantulan cahaya.

Gambar 7.4. Reflektor

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

9) Umbrela Lamp Studio

Payung studio merupakan perangkat fotografi yang

digunakan untuk memantulkan atau menyaring cahaya lampu

studio, sehingga merata.

Gambar 7.5. Umbrela Lamp Studio

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

(44)

commit to user

Benda ini berfungsi untuk menyaring cahaya lampu kilat.

Cahaya yang dihasilkan akan lebih lembut dari reflector dan

payung studio.

Gambar 7.6. Softbox

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

11) Snoot

Snoot digunakan untuk mengarahkan cahaya yang keluar

(45)

commit to user

Gambar 7.7. Snoot

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

12) Lamp Holder

Penyangga lampu ini berfungsi untuk menyangga lampu,

biasanya ketinggiannya bisa diatur.

Untuk studio foto yang besar biasanya menggunakan

system rail, yang dipasang pada plafond, sehingga pengaturan

tinggi rendah dan letak bisa diatur. Rail ini lebih praktis karena

tidak mengganggu gerak sang fotografer.

Gambar 7.8. Lamp Holder

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

13) Tripod

Digunakan untuk menyangga kamera, sehingga tidak goyang

(46)

commit to user

Gambar 7.9. Tripod

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

14) Flash Meter

Fungsi alat ini sebagai pengukur kekuatan cahaya. Hasil

dari pengukur

-an tersebut di dapatkan angka yang menunjukan berapa besaran

bukaan (diafragma) yang diperlukan.

Gambar 7.10. Flash Meter

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

15) Background

Latar belakang ini dimaksudkan untuk memperoleh bagian

(47)

commit to user

kain. Lembaran ini biasanya terdapat gambar atau warna bahkan

corak – corak yang menarik.

Gambar 7.11. Background

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

16)Table Top

Biasanya digunakan untuk pemotretan produk, yang

membutuhkan pemotretan dengan latar belakang tanpa sudut, atau

pencahayaan dari bawah. Alas dari table top ini biasanya terbuat

dari acrylik putih atau bahan yang mampu menembus cahaya.

Gambar 7.12. Table Top

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html) d. Perlengkapan Penunjang Photo Studio

(48)

commit to user

Laboratorium fotografi menyerupai laboratorium untuk

pelajaran IPA, laboratorium sebagai ruang gelap dengan tempat

untuk film negatif (pencucian) dan positif (pencetakan).

(Data Arsitek, Jilid I, edisi 33. Sunarto Tjahjadi. Jakarta, hal. 259).

Dalam perkembangannya teknologi laboratorium fotografi

bukan hanya sekedar ruang cetak, melainkan sudah dapat

menggunakan mesin cetak. Dalam perkembangannya laboratorium

dibagi menjadi 2 antara lain ;

i. Laboratorium Analog atau Ruang Cetak (kamar cetak atau

dark room)

ii. Laboratorium Digital (mesin cetak dilengkapi komputer

guna editing)

2) Ruang Cetak (kamar cetak atau dark room)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada sebuah

kamar gelap (dark room), antara lain ;

i. Pembagian ruang

Pembagian ruang berdasarkan daerah basah dan

daerah kering. Pada daerah kering yang digunakan untuk

film kertas, dan perlengkapan listrik. Pada daerah ini

diletakan enlarger, timer,kotak kertas, pemotong kertas,

juga dilengkapi laci atau rak. Sedangkan pada daerah

basah digunakan untuk mengembangkan, membilas serta

(49)

commit to user

air (dilengkapi dengan saluran air bersih dan

pembuangannya).

ii. Besaran ruang

Besaran ruang mempengaruhi besaran foto yang

akan dicetak (misalnya foto 50x50cm maka membutuhkan

ruangan dengan besaran ±2,5x3m).

iii. Dimensi furniture

Lebar meja dapat disesuaikan dengan bak pencuci

yang akan dipakai dengan ketinggian normal sesuai

dengan pelaku pencetak.

iv. Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain lampu

pengaman yang pada dasarnya berfungsi untuk

menciptakan keamanan kertas peka cahaya dalam ruang

gelap ini (biasanya berwarna merah, diterangi dengan

lampu 15 hingga 20 watt). Selain itu, dibutuhkan pula

termometer fotografi, serta alat ukur waktu untuk interval

pencetakan fotografi.

v. Pemakaian warna

Warna dalam ruangan ini memiliki arti terpenting,

untuk melindungi terhadap kertas cetak yang akan

(50)

commit to user vi. Utilitas

Ventilasi udara keluar (exhaust fan) harus terpasang

lebih rendah dari meja atau bak pencuci, fungsinya agar

gas kimia mengalir turun sehingga tidak terhirup oleh

petugas cetak. Sedangkan udara yang masuk atau tekanan

udara di kamar gelap harus selalu minus dan mengalir

berlawanan dari exhaust fan.

Gambar 8. Kamar Gelap

(Sumber:http://www.photography/organization/historyh.html)

e. Pengaturan Cahaya Pada Photo Studio

Di dalam Fotografi, pengaturan pencahayaan merupakan

kuncikeberhasilan untuk mendapatkan hasil gambar yang

dihasilkan.pengaturan pencahayaan ini sangat berkaitan dengan

pengaturan diafragma (aperture) dan kecepatan (shuttet speed).

Jika pada kamera saku digital terdapat fasilitas shooting mode

manual, maka pengaturan diafragma dan kecepatan diatur oleh si

pemotret. Dengan pengaturan pencahayaan dengan shooting mode

manual ini kebutuhan pencahayaan yang di dapat biasanya lebih

(51)

commit to user 1. over exposure

Over exposure adalah pencahayaan yang berlebih.penyebar

kelebihan pencahayaan ini adalah pengaturan apature dengan shutter

speed yang tidak sesuai.Jika dilihat di garis matering, posisi jarum

matering berada diareal plua(+). Akibat dari kelebihan pencahayaan,

foto yang dihasilkan tampak di dominasi warna putih/terang.

Ada yang menyebut kelebihan pencahayaan inidengan istilah

harz.Over exposurejuga bisa di sebabkan oleh sambaran lampu kilat

yang yang terlalu kuat. hal ini bisa terjadi jika jarak antara obyek

dengan lampu kilat (flash) terlalu dekat atau si pemotret terlalu

penuh mengatur output flash.

2. under exposure

Kebalikan dari over exposure, adalah kekurangan pencahayaan.

penyebabnya pun sama,tidak sesuainya pengaturan shutter speed dan

aperture (-). Under exposure biasanya juga disebabkan oleh

sambaran flash yang terlalu lemah. hal ini bisa terjadi jika jarak

antara obyek dengan lampu terlalu jauh atau si pemotret terlalu

minim mengatur output flash.

3. Cahaya dari Depan Obyak

Mengambil gambar sebaiknya dalam keadaan objek menghadap

sinar, bukan pemotret yang menghadap sinar. Cahaya yang datang

(52)

commit to user

tampak jelas. Jika pada wajah sebagian wajah objek ada sedikit

bayangan (shadow), hal ini tidak mengurangi hasil foto, justru

menambah kualitas foto.

4. Cahaya dari belakang Objek

Saat memotret objek di luar ruangan (outdoor) sebaiknya

menghindari pengambilan gambar yang menantangmatahari.

Pemotretan dengan menantang matahari, tubuh objek akan tampak

lebih gelap.Apalagijika kondisi matahari terlalu kuat maka seluruh

objek akan tampak hitam. hasil foto seperti ini bisa menfhasilkan

foto siluet.

5. Cahaya Pagi Hari

Memotret objek dengan memanfaatkan pencahayaan di pagi hari

sangat disarankan. Pasalnyacahaya pagi hari akan menghasilkantonal

warna yang lembut. Hasil foto yung didapatkan relatif bagus, baik

objek landscape (pemandangan0 maupun objek manusia.

6. Cahaya Siang hari

Memotret objek pada Siang hari sangat tidak disarankan karena

sifat pencahayaan yang terlalu kuat sehingga foto yang dihasilkan

cenderung over exposure, mekipun pengaturan aperture dan shutter

speed sudah sesuai.

7. Cahaya Sore Hari

Pemanfaatan cahaya pada sore hari sangat dianjurkan dalam

(53)

commit to user

Apalagi saat intensitas cahaya matahari sedikit berkurang, pada

pukul 16.00 kebawah.

8. Cahaya malam hari

Pemanfaatan cahaya pada malam hari sebenarnya memanfaatkan

cahaya yang dihasilkan oleh lampu sebagai cahaya luar. jangan

terlalu mengandalkan flash karena hasilnya nanti akan tidak alami.

untuk menyiasatinya, pemotret bisa menggunakan shutter speed

rendahtanpa tambahan lampu flash. sayangnya, shutter speed

yangrendah akan akan membuat foto menjadi tidak maksimal, maka

dari itu, untuk mengatasinya pemotret dapat dibantu dengan

penggunaan tripot.

Disarankan untuk memotret pagi hari pada jam 06.00-09.00 dan

sore hari pada pukul 16.00-18.00. Pasalnya, dalam waktu - waktu

tersebut terdapat pencahayaan yang paling baik.

3) Tinjauan khusus Area Display

a. Sistem Pelayanan

1) Self Service

Sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan

mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya

ke kasir untuk pembayaran.

2) Self Selection

Jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat memilih

(54)

commit to user

dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk

pemabayaran.

3) Personal

Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk

pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan

maupun pengambilan produk. Dalam sistem ini, dari proses

pemilihan, pengambilan sampai dengan pembayaran semua

dilayani pramuniaga sepenuhnya.

b. Sistem Display

1) Display Interior

Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan

display interior menjadi :

a) Merchandise Display, meliputi :

i) Display terbuka (Open Display)

Merupakan bentuk display yang memberikan

kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang

dagangan tanpa bantuan pelayan took.

ii) Display Tertutup (Closed Display)

Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam

(55)

commit to user

terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga

kondidi siap jual.

iii) Display Arsitektural (Architectural Display)

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna

menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai

dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan,

dapur, kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan

utamanya adalah dapat memberikan gambaran yang utuh

dan nyata lewat peragaan dalam display ini.

b) Vendor Display

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat

penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.

c) Store Sign and Decorations

Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu

hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan

alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 :

468 ).

d. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa

etalase dan showroom.

Macam-macam Etalase :

(56)

commit to user

Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang

pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior

ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata

dan arah pandangan kurang terfokus.

2) Etalase Sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan

ruang pemasaran.

Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai

pandangan visual lebih terfokus.

3) Etalase Khusus

i) Etalase Sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di

persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

ii) Etalase Atas

Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan

bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame.

iii) Etalase Benam

Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah

daripada lantai disekitarnya.

iv) Etalase bertingkat

Etalase penggabungan antara etalase atas dan atalase

benam dan lebih lagi dengan sistem etalase terbuka. Sudut

(57)

commit to user v) Etalase Arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan

yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang

sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.

e. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak

dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika

perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan mengurangi

daya tarik materi koleksi dan melemahkan penjualan. (William P.

Spence, 1979 : 412)

Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal,

diantaranya:

Faktor Penglihatan

Penampilan materi selain dipengaruhi factor teknis,

juga dipengaruhi factor penglihatan yaitu mudah tidaknya

materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :

1) Ukuran barang detail krisisnya

2) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan

kontras sekitarnya

3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.

4) Warna cahaya yang menerangi benda tersebut

5) Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya,

(58)

commit to user

6) Sistem Penyajian Materi Koleksi dan Penjualan

Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya

dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai.

Kelompok yang ada misalnya : foto/lukisan, film/video kaset dan

lain-lain. Berapa banyak yang perlu untuk setiap kelompok

tergantung dari jumlah benda yang ada atauyang akan ada.

4) Tinjauan Khusus Café

a. Pengertian Café

Kata “café” secara etimologi berasal dari kata “khave” dalam

bahasa Turki, yang sama halnya “coffe” dalam bahasa Inggris atau

“kopi” dalam bahasa Indonesia. Café dalam KAmus Besar Indonesi

diartikan sebagai tempat minum kopi yang pengunjungnya dihibur

dengan sajian musik dan juga diartikan sebagai tempat makan dan

minum (Jakarta-Jakarta 11 Mei 1996).

Sedangkan menurut Marsum. W. A dalam bukunya Restoran dan

Pemahamannya, Café yaitu suatu restoran kecil yang mengutamakan

penjualan cakes (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi, dan the. Pilihan

makan yang terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

Café adalah usaha di bidang makanan yang dikelola secara

(59)

commit to user

kepada para tamu dengan pelayanan dalam suasana yang tidak formal,

tanpa diikuti aturan service yang berlaku ( Sugiarta, 1996: 93).

b. Sistem Pelayanan

1) Table Service

Konsumen langsung memesan makanan pada waiters, setelah

waiters menghidangkan dan konsumen tersebut menikmati

hidangan tersebut, konsumen langsung membayar sendiri pada

cashier atau melalui waiters.

2) Counter Service

Pelaksana counter service pada counter bar, dimana konsumen

menikmati hidangan langsung dihadapan counter.

3) Tray Service

Penyajian makanan dan minuman dengan menggunakan

nampan/baki, dimana konsumen memesan langsung kepada

pelayan di counter, dan pelayan menyajikan langsung pesanannya.

c. Jenis Menu menurut waktu penyajian

1) Ala Carter Menu

Daftar hidangan terdiridari berbagai pilihan makanan dengan

harga masing-masing. Makanan yang dipilih disajikan ke meja

sesuai dengan urutan penyajian.

(60)

commit to user

Daftar hidangan yang terdiri dari satu paket makanan dengan

harga keseluruhan, disajikan satu demi satu.

3) Blue Plate Menu

Daftar hidangan terdiri dari satu paket makanan dengan pilihan

soft drink. Harga keseluruhan, semua disajikan di atas meja tamu.

4) Buffet Menu

Daftar beberapa paket untuk dipilih. Makanan disajikan di atas

meja panjang yang didesain semenarik mungkin, pengunjung tinggal

memilih sendiri hidangan yang akan dinikmati sesuai dengan selera

masing-masing. (Soekrisno, 1996:70-71).

5) Tinjauan Pengguna

a. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan di Fotografi Centre adalah

1. Pengelola bangunan

Orang yang mengatur organisasi dan kegiatan dalm

bangunan, baik perawatan bangunan maupun urusan pengelolaan

gedung, yang terdiri dari Direktur, Manager, Staf, dan Sekretaris.

2. Pengusaha

Pengusaha yang bergerak di bidang promosi penjualan

penjualan dan perawatan.

(61)

commit to user

4. Peran Bank yang ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan usaha

pada industry fotografi.

d. Konsumen/Pengunjung

Dibagi menjadi tiga :

1) Segmen khusus :

a) Para penggemar fotografi

b) Industri

2) Segmen umum :

Masyarkat luas yaitu siapa saja yang datang untuk

menggunakan jasa fotografi, yaitu jumlah mayoritas dari

pengunjung yang datang.

b. Aktivitas

a. Kegiatan Informasi

Adalah suatu kegiatan yang bersifat fotografi information

yang berfungsi untuk memberikan segala informasi kepada

masyarakat mengenai perkembangan fotografi pada khususnya,

maka dibutuhkan suasana yang informatif, komunikatif, rekreatif,

aman dan nyaman.

b. Kegiatan Promosi

Promosi adalah merupakan satu kegiatan untuk

(62)

commit to user

tentang teknologi fotografi yang baru kepada masyarakat, maka

diperlukan suasana yang komunikatif, informatif, rekreatif santai,

aman dan nyaman.

c. Kegiatan Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menjual atau

mengiklankan produk pendukung lainnya kepada masyarakat,

maka diperlukan suasana yang komunikatif, informatif, rekreatif

santai, aman dan nyaman.

c. Organisasi Ruang

Bentuk organisasi ruang secara umum dapat dibagi sbb:

a. Terpusat

Komposisi ini terdiri atas sejumlah ruang-ruang skunder

yang dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar

dan dominan. Organisasi ini bersifat stabil. Pola-pola sirkulasi

mungkin berbentuk radial, loop, atau spiral, namun selalu berakhir

pada ruang pusat.

Gambar 9.1. Terpusat

(63)

commit to user

Komposisi linear adalah suatu urutan dari ruang-ruang yang

berulang. Karakternya memanjang menunjukkan suatu arah

menggambarkan gerak, pemekaran, dan pertumbuhan.

Gambar 9.2. Linear

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) c. Radial

Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang

lineare yang berkembang menurut bentuk jari-jari, bisa bersifat

introvert (memusatkan pandangan ke dalam ruang pusat) dan

bersifat ekstrovert (mengembang ke luar lingkupnya).

Gambar 9.3. Radial

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) d. Cluster

Ruang-ruang dikelompokkan berdasarkan adanya

(64)

commit to user

Gambar 9.4. Cluster

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) e. Grid

Ruang-ruang diorganisir dalam kawasan grid structural atau

grid 3 dimensi lain. (Ching, Francis D.K., 1996: 205-245).

Gambar 9.5. Grid

(Sumber:http://oshayefta.blogspot.com/2010/04/organisasi-ruang.html) d. Pola Sirkulasi

1. Unsur-unsur Sistem Sirkulasi

1) Pencapaian Bangunan

a) Pencapaian langsung

Yaitu pencapaian yang langsung mengarah

ke suatu tempat melalui sebuah jalan segaris dengan

sumbu bangunan. Secara visual mempunyai tujuan

pengakhiran yang jelas.

(65)

commit to user

Yaitu pencapaian yang secara samar-samar

mempertinggi perspektif dan bentuk suatu

bangunan. Jalur dapat berubah-ubah sesuai urutan

pencapaian.

b) Pencapaian Berputar

Yaitu berupa sebuah jalan berputar dan

memperpanjang pencapaian, mempertegas bentuk

tiga dimensi suatu bangunan ketika bergerak

mengelilinginya.

2) Konfigurasi Alur Gerak/Pola Sirkulasi

a) Sirkulasi Linear

Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang

sinambung pada satu arah atau lebih. Merupakan

alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung

atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan

lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop)

a) Sirkulasi Grid

Mempunyai karakteristik yang dapat

memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah

yang berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar

yang berpotongan.

(66)

commit to user

Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada

suatu titik pusat yang fungsional dan memudahkan

pencapaian sepanjang titik-titik tersebut yang

merupakan tujuan bagi pengunjung.

c) Sirkulasi Organik

Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak,

kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau

logik dari sistem tersebut dan penafsiran yang

mudah terhadapnya oleh user.

d) Sirkulasi Network

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari

beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu

dalam ruangan.

3) Jenis Sirkulasi

a) Sirkulasi Horisontal

Alur sirkulasi yang diartikan sebagai tali

yang mengikat suatu ruang tertentu dengan ruang

luar menjadi saling berhubungan

b) Sirkulasi Vertikal

Merupakan pengikat kagiatan antar lantai

bangunan atau antar ruang dalam bangunan.

(67)

commit to user

1) Tertutup membentuk koridor yang berkaitan dengan

ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu masuk pada

bidang dinding.

2) Terbuka pada salah satu sisi, untuk memberikan

kontinuitas visual/ruang dengan ruang-ruang yang

dihubungkan.

3) Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari

ruang yang ditembusnya.

f. Penerapan Pada Bangunan

1) Sirkulasi Eksternal Bangunan

a) Sistem Pencapaian Bangunan

Pencapaian menuju bangunan dipilih

pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu

fungsi bangunan sebagai arena pameran (outdoor

dan indoor) yang menonjolkan unsur informatif dan

memerlukan akses yang mendukung kondisi

tersebut. Selain itu pencapaian berputar juga sesuai

dengan bangunan multi fungsi dimana akan

mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang

ada pada bangunan tersebut.

b) Pengolahan Sirkulasi Eksternal

Dikarenakan bangunan yang direncanakan

(68)

commit to user

macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya

pemisahan entrance site tiap-tiap pelaku tersebut.

Pemisahan entrance site juga dilakukan antara

sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan service.

2) Sirkulasi Internal Bangunan

a) Sirkulasi Horisontal

i) Sistem Memusat, yaitu dimana hall berfungsi

sebagai pusat entrance dari berbagai ruang.

Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang

pamer. Untuk lebih jelasnya pada sistem

memusat bisa di lihat pada diagram di bawah

ini :

ii) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor

sebagai penghubung antar ruang-ruang utama

dan hall berada diujung koridor tersebut.

Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang

pamer.

b) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu

dalam bangunan secara vertikal atau cara mencapai

ruang tertentu yang berada diatasnya dan sebaliknya.

Gambar

Gambar 2. Studio photogrphy
Gambar 3. Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh
gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
Gambar 7.1. Kamera
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan pokok yang dibahas dalam perancangan ini adalah sebagai berikut : (1) Bagaimana mendesain interior Organic Vegetarian Center yang informatif,

Tujuan dari perencanaan dan perangangan pusat pelatihan fotografi ini adalah merancang suatu bangunan pendidikan dalam bidang fotografi yang mampu memfasilitasi

sebuah perancangan interior Desain interior Bali Music Independent Centre untuk.. mendapatkan data yang relatif lengkap dan akurat metode pengumpulan data

Menciptakan sebuah Interior Batik Center yang menunjang sagala kebutuhan pengunjung dan pemakai sehingga dapat bermanfaat bagi keduanya. Menciptakan sebuah Interior

PERANCANGAN INTERIOR RESTORAN DAN BAR “BLACK CANYON COFFEE” DI BALI diajukan oleh Shella Majid Marjan, NIM 1011769023, Program Studi Desain Interior, Jurusan

Konsep Perancangan Interior Bike Center ini adalah Santai. Santai menjadi konsep perancangan interior ini karena perancang mempertimbangkan dari sisi lokasi bangunan yang

Konsep Perancangan Interior Bike Center ini adalah Santai. Santai menjadi konsep perancangan interior ini karena perancang mempertimbangkan dari sisi lokasi bangunan yang

Dari beberapa permasalahan di atas, permasalahan desain yang diangkat dalam perancangan ini adalah bagaimana merancang interior museum kretek yang dapat mengomunikasikan sejarah