• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN KERJA KARYAWAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERTENUNAN PADA PERUSAHAAN PT ISKANDAR TEX SURAKARTA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN KERJA KARYAWAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERTENUNAN PADA PERUSAHAAN PT ISKANDAR TEX SURAKARTA TAHUN 2011"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH DISIPLIN KERJA KARYAWAN DAN LINGKUNGAN

KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERTENUNAN

PADA PERUSAHAAN PT ISKANDAR TEX SURAKARTA TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

ASTRI YUDA

K7406051

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH DISIPLIN KERJA KARYAWAN DAN LINGKUNGAN

KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PERTENUNAN

PADA PERUSAHAAN PT ISKANDAR TEX SURAKARTA TAHUN 2011

Oleh:

ASTRI YUDA

K7406051

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran

Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Astri Yuda.PENGARUH DISIPLIN KERJA KARYAWAN DAN

LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJAKARYAWAN BAGIAN PERTENUNAN PADA PERUSAHAAN PT ISKANDAR TEX

SURAKARTA TAHUN 2011.Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah ada pengaruh

yang signifikan antara disiplin kerja karyawan terhadap tingkat kinerja karyawan

bagian pertenunan pada perusahaan Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011, (2)

apakah ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap tingkat

kinerja karyawan bagian pertenunan pada perusahaan Iskandar Tex Surakarta

Tahun 2011, (3) apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja

karyawan dan lingkungan kerja terhadap tingkat kinerja karyawan bagian

pertenunan pada perusahaan Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini adalah 144 karyawan bagian pertenunan pada

perusahaan PT Iskandar Tex Surakarta. Pengambilan sampel dengan teknik

proporsional random sampling sejumlah 25% (36) karyawan.Try-Outdilakukan

terhadap 15 karyawan di luar sampel penelitian tetapi masih berada dalam

populasi penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

menggunakan kuesioner yang di dukung dokumentasi. Teknik analisis data yang

digunakan adalah teknik analisis korelasi parsial dan teknik analisis regresi linier

ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh

positif yang signifikan antara disiplin kerja karyawan terhadap kinerja karyawan

bagian pertenunan pada perusahaan PT Iskandar Tex Surakarta dengan nilai rhitung

sebesar 0,527 > rtabelsebesar0,329. (2) Ada pengaruh positif yang signifikan antara

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan bagian pertenunan pada perusahaan

PT Iskandar Tex Surakarta dengan nilai rhitungsebesar 0,430> rtabelsebesar 0,329.

(3) Ada pengaruh positif yang signifikan antaradisiplin kerja karyawan dan

(6)

commit to user

vi

PT Iskandar Tex Surakarta dengan nilai Fhitungsebesar 10,344> Ftabelsebesar3,26.

Dari hasil persamaan garis linier ganda diperolehŶ= 8,865 + 0,376X1+ 0,222X2.

Sumbangan Relatif (SR) disiplin kerja karyawan (X1) terhadap kinerja karyawan

(Y) sebesar 62,50% dan SR lingkungan kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y)

sebesar 37,50%. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE)disiplin kerja karyawan (X1)

terhadap kinerja karyawan (Y) sebesar 24,09% dan Sumbangan Efektif (SE)

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Astri Yuda.The Effect of the Work Discipline and the Work Environment on the Work Performance of the Employees of Waving Department of the Limited Company of PT. Iskandar Tex, Surakarta in 2011.Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, Surakarta, July 2011.

The objectives of the research are to investigate: (1) whether there is a

significant effect of the work discipline of the employees of the Waving

Department of the limited company of PT. Iskandar Tex, Surakarta on their work

performance in 2011; (2) whether there is a significant effect of the work

environment on the work performance of the employees of the Waving

Department of the limited company of PT. Iskandar Tex, Surakarta in 2011; and

(3) whether there is a simultaneously significant effect of the work discipline and

the work environment on the work performance of the employees of the Waving

Department of the limited company of PT. Iskandar Tex, Surakarta in 2011.

This research used a descriptive quantitative method. Its population was

144 employees of the Waving Department of the limited company of PT. Iskandar

Tex, Surakarta. The samples of the research were 25% (36) employees, and were

taken by using a proportional random sampling technique. Try-outs conducted on

15 people outside the sample of respondents, with results from 50 items 45 items

found valid and reliable and the 5 items that are not valid and reliable then

dropped. The data of the research were gathered through questionnaire aided with

the documentation method. The data were analyzed by using a partial correlation

technique of analysis and multiple linear regression technique of analysis.

The results of the research are as follows: (1) there is a positive and

significant effect of the work discipline of the employees of the Waving

Department of the limited company of PT. Iskandar Tex, Surakarta on their work

performance in 2011 as indicated by the value of rcount= 0.527 > that of rtable=

0.329; (2) there is a positive and significant effect of the work environment on the

work performance of the employees of the Waving Department of the limited

(8)

commit to user

viii

0.430 > that of rtable= 0.329; and (3) there is a simultaneously positive and

significant effect of the work discipline and the work environment on the work

performance of the employees of the Waving Department of the limited company

of PT. Iskandar Tex, Surakarta in 2011 as pointed out by the value of Fcount=

10.344 > that of Ftable= 3.26.

The statistical analysis of the multiple linear line equation is Y = 8.865 +

0.376X1+ 0.222X2. The relative contribution of the work discipline of the

employees (X1) on their work performance (Y) is 62.50%, and the relative

contribution of the work environment (X2) on the work performance of the

employees (Y) is 37.50%. The effective contribution of the work discipline of the

employees (X1) on their work performance (Y) is 24.09%, and the effective

contribution of the work environment (X2) on the work performance of the

(9)

commit to user

ix MOTTO

Kegagalan adalah awal dari kesuksesan, jika seseorang ingin mencapai

kesuksesan, maka mulailah disiplin terhadap diri sendiri dan waktu

(peneliti)

Anda adalah produk lingkungan. Maka, pilihlah lingkungan yang terbaik bagi

pengembangan anda menuju tujuan anda. Analisislah hidup anda melalui

lingkungan anda. Apakah disekitar anda menuju kesuksesan atau malah

menghambat anda?

(W Clement Stone)

Didunia ini tidak ada yang namanya kegagalan yang ada adalah kita kurang

bekerja keras

(peneliti)

Mengeluh hanya akan membuat seseorang menjadi terpuruk. Cukuplah

ALLAH SWT menjadi penolong, ALLAH SWT adalah sebaik-baik

Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Dan tidak ada daya dan upaya

melainkan dengan bantuan ALLAH SWT.

Tindakan tidak selalu mendatangkan kebahagiaan, tetapi tidak akan ada

kebahagiaan tanpa tindakan

(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta.

Sahabatku Ika Atmawati Dewi

Permata hatiku Joko Setiawan

Eyang putri (Yamti), om Sastro, tante Umi, ponakanku (Lia dan Esti)

Teman seperjuanganku ( Ika, Nety, Anum, Dwi Suyanti, Putri, Diana, Anggun,

Wulan, Inayah, Ambar, Rere)

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia dan nikmat-Nya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Pengaruh

Disiplin Kerja Karyawan dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan Bagian Pertenunan pada Perusahaan PT Iskandar Tex Surakarta

Tahun 2011.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebalas

Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mengalami hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi ini

dapat selesai.. Oleh karena itu merupakan suatu kebahagiaan bagi peneliti, apabila

dalam kesempatan ini peneliti dapat mengucapkan rasa terima kasih atas segala

bantuannya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripi ini.

2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.

3. DR. Wiedy Murtini,M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Ign. Wagimin, M.Si selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi BKK

PAP FKIP UNS sekaligus pembimbing I yang telah memberikan ijin

penyusunan skripsi dan memberikan pengarahan, sehingga skripsi ini dapat

(12)

commit to user

xii

5. Anton Sabarno, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan dorongan sehingga memperlancar penyusunan

skripsi ini.

6. Bapak Bambang Setiawan selaku direktur PT Iskandar Tex Surakarta yang

telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Agus selaku humas yang telah membimbing peneliti selama melakukan

penelitian

8. Seluruh karyawan bagian pertenunan pada perussahaan PT Iskandar Tex

Surakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Teman seperjuanganku ( Ika, Nety, Anum, Dwi Suyanti, Putri, Diana,

Anggun, Wulan, Inayah, Ambar, Rere) yang setia menemani ku.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat peneliti

sebutkan satu persatu dalam penyelesaian skripsi ini.

Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan,

semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat.

Surakarta, Juli 2011

(13)

commit to user

xiii DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL……….i

HALAMAN PENGAJUAN……….ii

HALAMAN PERSETUJUAN………....iii

HALAMAN PENGESAHAN………iv

HALAMAN ABSTRAK………v

HALAMAN ABSTRACT………....vii

HALAMAN MOTTO………ix

HALAMAN PERSEMBAHAN………x

KATA PENGANTAR………...xi

DAFTAR ISI………....xii

BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Identifikasi Masalah………...4

C. Pembatasan Masalah……….4

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian………...5

F. Manfaat Penelitian………...6

BAB II LANDASAN TEORI...7

A. Tinjauan Pustaka……….………..…..7

1. Tinjauan Tentang Disiplin Kerja...7

2. Tinjauan Tentang Lingkungan Kerja……….…...17

3. Tinjauan Tentang Kinerja...27

B. Hasil Penelitian yang Relevan……….……...35

C. Kerangka Pemiikiran...36

D. Perumusan Hipotesis...37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...39

A. Tempat dan Waktu Penelitian...39

B. MetodePenelitian……...………...40

(14)

commit to user

xiv

D. Teknik Pengumpulan Data...43

E. Teknik Analisis Data...49

1. Uji Prasyarat...49

2. Uji Hipotesis...52

BAB IV HASIL PENELITIAN...55

A. Deskriptif Data Penelitian...55

B. Uji Persyaratan Analisis...57

C. Pengujian Hipotesis...60

D. Pembahasan Hasil Analisis Data...66

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 68

A. Simpulan Penelitian...68

B. Implikasi Hasil Penelitian...69

C. Saran...69

DAFTAR PUSTAKA

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Skripsi………72

Lampiran 2 Matriks Spesifikasi Data………73

Lampiran 3 Surat Pengantar Angket……….75

Lampiran 4 Petunjuk Pengisian Angket………76

Lampiran 5 HasilTry OutDisiplin Kerja Karyawan……….81

Lampiran 6 HasilTry OutLingkungan Kerja………82

Lampiran 7 HasilTry OutKinerja... 83

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 84

Lampiran 11Tabulasi Data Variabel Disiplin Kerja Karyawan ... 89

Lampiran 12Tabulasi Data Variabel Lingkungan Kerja... 90

Lampiran 13Tabulasi Data Variabel kinerja ... 91

Lampiran 14Induk Penelitian ... 92

Lampiran 15 Tabel Kerja Analisis Data...93

Lampiran 16 Deskripsi Data ………...94

Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas ... 97

Lampiran 18 Hasil Uji Linearitas ... 97

Lampiran 19Uji Independensi...100

Lampiran 20 Chi Square Test………..…………100

Lampiran 21 Hasil Regresi Linear Ganda... 100

Lampiran 21 Hasil Perhitungan Sumbangan Relatif dan Efektif ... 104

Lampiran 23 Surat Permohonan Penyusunan Skripsi kepada Dekan FKIP .. 105

Lampiran 24 Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS ... 106

Lampiran 25 Surat Permohonan Riset dari Rektor... 107

Lampiran 26 Surat Permohonan Riset kepada PT Iskandar Tex Surakarta .... 108

Lampiran 27 Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Pembimbing ... 109

Lampiran 28 Surat Telah Melakukan Penelitian dari perusahaan PT Iskandar Tex Surakarta...110

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya suatu organisasi didirikan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dalam proses pencapaian tujuan dari organisasi tentu akan melibatkan

segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya manusia maupun sumber

daya non manusia.

Salah satu unsur yang memegang peran penting dalam kehidupan

organisasi adalah manusia. Fasilitas lengkap maupun teknologi canggih serta

biaya yang besar tidak akan ada harganya apabila tidak ada manusia yang dapat

memanfaatkan, memelihara sarana dan fasilitas dengan baik. Manusia sebagai

sumber daya mempunyai peran yang sangat penting untuk menggerakkan semua

aktivitas organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi

maka diperlukan usaha pembinaan maupun pengembangan terhadap para

karyawan. Pembinaaan dan pengembangan perlu dilakukan agar karyawan dapat

meningkatkan kemampuan, pengabdian, disiplin dan keteladananya. Dengan

adanya pembinaan dan pengembangan dalam suatu organisasi diharapkan akan

menciptakan karyawan yang berkualitas yang akan mendorong pada peningkatan

kinerja karyawan.

Peningkatan kinerja karyawan yang tinggi sangat penting dalam suatu

organisasi, karena dengan kinerja pegawai yang tinggi akan dapat meningkatkan

produktivitas kerja karyawan, dengan produktivitas yang meningkat maka tujuan

dari organisasi akan tercapai dengan sendirinya. Oleh karena itu suatu organisasi

selalu berusaha agar dapat meningkatkan kinerja karyawannya, agar tujuan dari

organisasi itu dapat segera tecapai.

Salah satu usaha pembinaan karyawan yang dapat diambil dalam rangka

usaha meningkatkan kinerja karyawan adalah ditegakkanya disiplin. Disiplin kerja

merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, ketaatan atau kepatuhan

(18)

seseorang yang telah bergabung dalam suatu organisasi terhadap peraturan yang

berlaku dalam organisasi baik tertulis maupun lisan dengan penuh kesadaran dan

dengan senang hati, sehingga akan tercipta suatu keadaan tertib yang

memungkinkan tujuan organisasi akan lebih cepat tercapai. Hal ini sesuai dengan

pendapat dari Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 291) bahwa “Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap

peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis

serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya”. Dengan ditegakkan disiplin akan mengurangi kesalahan atau keterlambatan dalam

menjalankan tugas sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat, benar,

tepat dan efektif. Maka dari itu baik organisasi pemerintah maupun swasta perlu

ditanamkan rasa disiplin agar nantinya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan

keinginan organisasi. Kedisiplinan yang ditegakkan dalam suatu organisasi

memungkinkan tujuan yang telah ditetapkan akan lebih mudah tercapai.

Disiplin kerja mempunyai dampak terhadap peningkatan kinerja

karyawan. Namun dalam penerapannya masih banyak masalah yang ada dalam

perusahaan yang berhubungan dengan kedisiplinan. Masalah yang sering dijumpai

ditempat kerja yaitu pelanggaran peraturan jam istirahat dan jadwal kerja,

peraturan keamanan dan kesehatan kerja, keterlambatan masuk kerja, mangkir

dalam bekerja, bekerja dengan ceroboh, mengganggu karyawan lain, suka

bertengkar, dan tidak suka bekerja sama dengan rekan kerja lainnya. Begitu pula

yang terjadi di PT Iskandar Tex Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya

karyawan yang terlambat datang, selain itu ada karyawan yang menyalah gunakan

waktu kerja mereka untuk bercanda dengan karyawan lain. Untuk itu disiplin

kerja harus dibina dan ditingkatkan dengan cara meniadakan kebiasaan yang tidak

tepat dalam bekerja. Dengan demikian karyawan disiplin kerja yang tinggi dapat

terwujud.

Kinerja karyawan selain dipengaruhi oleh disiplin kerja juga dipengaruhi

oleh lingkungan. Lingkungan kerja merupakan lingkungan yang ada di dalam

(19)

kerja ada interaksi antar karyawan dengan karyawan, karyawan dengan atasannya,

serta interaksi dengan kondisi– kondisi material yang ada dalam perusahaan dan yang dapat mempengaruhi karyawan dalam menjalankan tugas – tugas yang dibebankan. Karena itu dalam perusahaan perlu diciptakan kondisi lingkungan

kerja yang kondusif sehingga dapat memperlancar proses pencapaian tujauan

organisasi.

Lingkungan kerja terdiri dari dua unsur yaitu lingkungan kerja fisik dan

lingkungan kerja non fisik. Lingkungan kerja fisik antara lain kondisi tempat

kerja, penerangan, kebersihan, keamanan, ventilasi, dll. Sedangkan lingkungan

non fisik antara lain suasana kerja yang harmonis, tentram, aman, dan damai serta

pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan. Apabila lingkungan

kerja tidak memenuhi syarat bagi suatu lingkungan tempat kerja, maka akan

mempengaruhi aktivitas kerja karyawan, sehingga karyawan merasa tidak nyaman

dalam bekerja dan produktivitas kerja pun akan menurun sehingga akan

menghambat proses pencapaian tujuan dalam organisasi. Sebaliknya apabila

kondisi lingkungan baik dan menyenangkan bagi karyawan, maka karyawan akan

merasa tenang, senang dan tentram dalam bekerja, sehingga lebih giat dalam

melaksanakan proses kerja dan tujuan organisasi dapat tercapai.

Adanya karyawan yang disiplin dan lingkungan kerja yang baik

diharapkan kinerja karyawan dapat meningkat. Peningkatan kinerja karyawan

secara keseluruhan pada suatu organisasi akan meningkat pula kelancaran proses

kerja dan dengan kelancaran proses kerja akan mempermudah tercapainya tujuan

dari organisasi yang bersangkutan.

Melihat pentingnya disiplin kerja karyawan dan lingkungan kerja terhadap

peningkatan kinerja dalam perusahaan maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang : Pengaruh Disiplin Kerja Karyawan dan Lingkungan

Kerja Terhadap Tingkat Kinerja Karyawan Bagian Pertenunan Pada

(20)

B. Identifikasi Masalah

Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk

memecahkannya, sehingga masalah yang timbul perlu diidentifikasi agar jelas

kedudukannya masing-masing dengan menempatkan ciri-ciri khusus untuk

memudahkan kesulitan yang ada.

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalahnya adalah

sebagai berikut:

1. Disiplin kerja yang tidak ditegakkan dalam suatu perusahaan dapat

menyebabkan karyawan tidak sepenuhnya mentaati peraturan yang berlaku,

baik tertulis maupun tidak dalam melaksanakan pekerjaan sehingga tingkat

kinerja karyawan rendah.

2. Sarana dan fasilitas kantor yang tidak memadai dapat membuat karyawan

kurang nyaman dalam bekerja sehingga akan menghambat proses pencapaian

tujuan dalam organisasi.

3. Suasana kantor yang kurang harmonis serta pelayanan kantor yang kurang

memadai dapat meyebabkan karyawan kurang nyaman dalam bekerja.

4. Lingkungan kerja yang tidak baik dapat menghambat proses kerja

karyawan sehingga tingkat kinerja karyawan rendah.

C. Pembatasan Masalah

Dalam suatu penelitian beberapa masalah dapat muncul secara bersamaan

dan saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Hal ini akan

menyulitkan untuk mengadakan penelitian secara menyeluruh dan mendalam

terhadap masalah yang akan diteliti. Untuk memudahkan pemecahan tersebut

maka peneliti perlu membatasi masalah yang meliputi disiplin kerja, lingkungan

kerja, dan kinerja.

Adapun penegasan istilah untuk memperjelas permasalahan adalah sebagai

berikut:

1. Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat

(21)

tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk

menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang

diberikan kepadanya.

2. Lingkungan kerja adalah kondisi material dan psikologis yang ada dalam

perusahaan dan dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan aktivitas

sehari-hari.

3. Kinerja karyawan adalah kadar pencapaian tugas-tugas yang membentuk

sebuah pekerjaan karyawan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas dan dengan

pertimbangan agar terarah pada penyelesaian masalah maka perlu menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja karyawan

terhadap tingkat kinerja karyawan bagian pertenunan pada perusahaan

Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja terhadap

tingkat kinerja karyawan bagian pertenunan pada perusahaan Iskandar Tex

Surakarta Tahun 2011?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja karyawan dan

lingkungan kerja terhadap tingkat kinerja karyawan bagian pertenunan pada

perusahaan Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011?

E. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan tertentu.

Berdasarkan pada perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas maka tujuan

yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja

karyawan terhadap tingkat kinerja karyawan bagian pertenunan pada

(22)

2. Untuk mengetahui ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja

karyawan terhadap tingkat kinerja karyawan bagian pertenunan pada

perusahaan Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara disiplin kerja

karyawan dan lingkungan kerja terhadap tingkat kinerja karyawan bagian

pertenunan pada perusahaan Iskandar Tex Surakarta Tahun 2011.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan yang bisa diperoleh dari suatu

penelitian. Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat baik

manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis merujuk pada kegunaan

penelitian dalam memberikan kontribusinya dalam mengmbangkan ilmu

pengetahuan. Sementara manfaat praktis merujuk pada kegunaan penelitian dalam

memecahkan masalah faktual. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Mengkaji secara ilmiah mengenai peranan disiplin kerja karyawan dan

lingkungan kerja terhadap tingkat kinerja karyawan sehingga hasilnya dapat

memberi manfaat bagi khasanah ilmu manajemen dan ilmu manajemen sumber

daya manusia pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan dan untuk memberikan petunjuk bagi para

praktisi yang ada. Khususnya pada tingkat kinerja karyawan perusahaan

Iskandar Tex Surakarta dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan.

b. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan bagi peneliti lain untuk

melaksanakan penelitian yang sejenis berikutnya.

c. Bagi peneliti sangat berguna dalam usaha memahami permasalahan

pengembangan sumber daya manusia yang dihadapi dunia kerja pada

(23)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Disiplin Kerja

a. Pengertian Disiplin Kerja

Henry Simammora (2006: 610) menyatakan bahwa “Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan

atau prosedur. Kerja adalah seseorang yang melakukan sesuatu yang bertujuan

untuk menciptakan produk”. Sedangkan T Hani Handoko (2001: 208) mendefinisikan “Disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional”.

Menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2003: 291) menyatakan bahwa

”Disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat

terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak

tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima

sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan

kepadanya”. Suyadi Prawirosentono (2007: 31) menyatakan bahwa “Disiplin kerja

adalah ketaatan karyawan bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja

dengan perusahaan di mana dia bekerja”.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

disiplin kerja karyawan adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan

taat karyawan terhadap peraturan atau prosedur yang berlaku baik yang tertulis

maupun tidak tertulis dalam suatu organisasi serta sanggup menjalankannya dan

apabila dilanggar akan menerima sanksi yang sudah dibuat dalam peraturan di

mana dia bekerja.

(24)

b. Jenis-jenis Disiplin kerja

T. Hani Handoko (2001: 208) menyatakan bahwa ada 4 tipe disiplin dalam

organisasi. Tipe disiplin itu adalah sebagai berikut :

1) Disiplin Preventif

2) Disiplin Korektif

3) Disiplin Progresif

4) Aturan Kompor/Tungku Panas

Sedangkan menurut Henry Simamora (2006: 750) jenis-jenis disiplin

adalah sebagai berikut :

1) Disiplin Preventif

2) Disiplin Progresif

3) Disiplin Korektif

4) Aturan Tungku Panas

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa jenis-jenis

disiplin adalah sebagai berikut :

1) Disiplin Preventif

Disiplin Preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong

para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga

penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah. Sasaran pokoknya adalah untuk

mendorong disiplin diri diantara para karyawan. Dengan cara ini para karyawan

menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.

2) Disiplin Progresif

Perusahaan bisa menerapkan, suatu kebijaksanaan disiplin progresif, yang

berarti memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap

pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada

karyawan untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman–hukuman yang lebih serius dilaksanakan. Disiplin progresif juga memungkinkan manajemen

untuk membantu karyawan memperbaiki kesalahan.

Menurut T Hani Handoko (2001: 211) contoh sistem disiplin progresif

secara ringkas dapat ditunjukkan sebagai berikut :

(25)

b. Teguran tertulis, dengan catatan dalam file personalia

c. Skorsing dari pekerjaan satu sampai tiga hari

d. Skorsing satu minggu atau lebih lama

e. Diturunkan pangkatnya ( demosi)

f. Dipecat

3) Disiplin Korektif

Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani

pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari

pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman

dan disebut tindakan pendisiplinan (disciplinary action). Sebagai contoh, tindakan

pendisiplinan bisa berupa peringatan atauskorsing.

Berbagai sasaran tindakan pendisiplinan, secara ringkas adalah sebagai

berikut :

a) Untuk memperbaiki pelanggar

b) Untuk menghalangi para karyawan yang lain melakukan

kegiatan-kegiatan yang serupa

c) Untuk menjaga berbagai standar kelompok tetap konsisten dan efektif

4) Aturan Kompor Panas

Suatu pedoman yang sangat berguna untuk disiplin korektif adalah aturan

“kompor-panas”. Aturan ini pada hakekatnya menyatakan bahwa tindakan

pendisiplinan hendaknya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan hukuman yang

diterima seseorang karena menyentuh sebuah kompor panas.

Karakteristik-karakteristik tersebut adalah bahwa disiplin hendaknya dilakukan dengan

peringatan, segera, konsisten dan tidak bersifat pribadi.

Peringatan adalah esensial dilakukan dengan mengkomunikasikan

peraturan-peraturan kepada semua karyawan. Disiplin hendaknya juga segera

diterapkan agar karyawan dapat memahami hubungan dua peristwa yang

dialaminya sehingga kemungkinan pelanggaran sejenis diwaktu yang akan datang

bisa diperkecil. Konsisten adalah bagian dari keadilan. Ini berarti

(26)

yang sama pula. Dan yang terakhir adalah tidak bersifat pribadi, sama persis

seperti kompor panas yang menyebabkan luka bakar bagi semua orang, pria dan

wanita, tua dan muda.

c. Tujuan Disiplin Kerja

Setiap usaha selalu memiliki tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula

dengan sebuah organisasi juga memiliki tujuan yang pada akhirnya harus dicapai.

Alex S Nitisemito (2000: 200) mengatakan bahwa ” Menegakkan

kedisiplinan penting bagi suatu perusahaan, dengan kedisiplinan itu diharapkan

sebagian besar peraturan ditaati oleh sebagian karyawannya”. Sedangkan menurut Henry Simammora (2006: 746) Tujuan disiplin adalah:

1) Memastikan bahwa perilaku-perilaku karyawan konsisten terhadap

aturan-aturan perusahaan.

2) Menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan saling percaya

diantara penyelia dan bawahan-bawahan.

Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 292) menyatakan bahwa secara umum

dapat disebutkan bahwa tujuan utama pembinaan disiplin kerja adalah demi

kelangsungan organisasi sesuai dengan motif organisasi. Sedangkan secara khusus

tujuan dari disiplin kerja adalah:

1) Agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan kebijakan perusahaan yang berlaku,

baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah

manajemen.

2) Dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya serta mampu memberikan

pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan

dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan

kepadanya.

3) Dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan

jasa dengan sebaik-baiknya.

4) Dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku

(27)

5) Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

Selain itu tujuan disiplin kerja menurut peneliti tidak kalah penting adalah

agar organisasi dapat berjalan atau hidup terus tanpa berhenti ditengah jalan.

Tujuan berikutnya agar kegiatan berjalan lancar dan efisien agar tujuan organisasi

dapat tercapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembentukan disiplin kerja adalah :

1) Memastikan bahwa perilaku karyawan konsisten dengan aturan-aturan

perusahaan.

2) Menciptakan atau mempertahankan rasa hormat dan saling percaya

diantara penyelia dan bawahan-bawahan.

3) Tenaga kerja mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai

dengan harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang.

4) Menjaga kelangsungan hidup organisasi.

5) Memelihara kelancaran kegiatan organisasi agar berjalan secara efektif

dan efisien.

6) Mewujudkan tujuan organisasi berdasarkan rencana yang telah

disepakati.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

Menurut Alex Nitisemito (2000:200) mengemukakan bahwa berhasil atau

tidaknya suatu tingkat kedisiplinan dari para pegawai atau karyawan dipengaruhi

beberapa faktor antara lain:

1) Kesejahteraan

2) Keteladanan pemimpin

3) Ketegasan dalam pelaksanaan disiplin

(28)

5) Ancaman

Sedangkan menurut Susilo Martoyo (2000: 126) faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja adalah sebagai berikut :

1) Motivasi

2) Pendidikan dan latihan

3) Kepemimpinan

4) Kesejahteraan

5) Penegakan disiplin lewat hukum

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan di atas kiranya

harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh pimpinan karena keberhasilan

disiplin kerja karyawan tersebut kuncinya adalah sejauh mana perlakuan dari

perusahaan kepada karyawan. Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan adalah sebagi

berikut:

1) Kesejahteraan

Menegakkan kedisiplinan tidak hanya dengan ancaman-ancaman saja,

tetapi perlu diimbangi dengan kesejahteraan yang cukup. Tingkat kesejahteraan

yang dimaksud adalah besarnya tingkat upah yang diterima oleh karyawan

sehingga mereka dapat hidup layak. Dengan demikian mereka lebih tenang dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dan dengan ketenangan tersebut diharapkan mereka

akan lebih disiplin.

Oleh karena itu antara kedisiplinan dengan kesejahteraan mempunyai

hubungan yang sangat erat, hal ini berarti bagi suatu perusahaan yang ingin

meningkatkan kedisiplinan perlu meningkatkan kesejahteraan, terutama bila

kesejahteraan diberikan relatif rendah.

2) Teladan pimpinan

Teladan dari pimpinan sangat penting sekali untuk pendisiplinan

karyawan, karena pimpinan selalu diperhatikan karyawan dengan

perintah-perintah yang diberikan kepadanya. Sehingga pimpinan selalu dilihat oleh

(29)

baik dan melaksanakan peraturan yang ada. Jadi seorang pemimpin itu dituntut

untuk disiplin dalam bekerja untuk dicontoh para bawahannya.

3) Ketegasan dalam pelaksanaan kedisiplinan

Seorang pimpinan perusahaan jangan sampai membiarkan sesuatu

pelanggraran yang dikehendakinya tanpa suatu tindakan atau membiarkan

pelanggaran tersebut terjadi berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas. Adanya

kejadian tersebut yaitu membiarkan pelanggaran tanpa tindakan tegas sesuai

dengan ancaman, maka bagi karyawan tersebut akan menganggap bahwa ancaman

yang diberikan hanyalah ancaman kosong belaka. Maka mereka berani melanggar

lagi, sebab tidak ada tindakan yang tegas. Keadaan ini menjadi lebih parah lagi

apabila pelanggaran tersebut diketahui oleh teman-temannya, dan mereka semua

mengetahui bahwa pimpinan mengetahui pelanggaran itu tetapi membiarkannya.

Hal seperti ini akan menimbulkan kesan bahwa peraturan yang mencantumkan

ancaman hukuman untuk suatu pelanggaran telah dicabut.

Selain memberikan ketegasan dalam tindakan kedisiplinan seorang

pemimpin juga harus bersifat adil. Adil berarti menyamaratakan karyawan,

seorang pemimpin tidak boleh membedakan antara karyawan yang satu dengan

karyawan yang lain. Sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial antara karyawan

yang satu dengan karyawan yang lain.

4) Partisipasi karyawan dalam pelaksanaan pendisiplinan

Pegawai sangat berperan dalam pelaksanaan disiplin kerja, karena itu

semua karyawan yang berada dalam suatu organisasi dituntut untuk berpartisipasi

aktif untuk mencapai tujuan. Dengan adanya partisipasi kerja karyawan yang aktif

tentu akan efektif juga pada pelaksanaan kinerja karyawan, sehingga kinerja

karyawan akan sesuai dengan yang diharapkan dan tujuan dari suatu organisasi

dapat tercapai.

5) Ancaman

Adanya hukuman bagi karyawan yang melanggar disiplin, karyawan akan

berusaha mentaati peraturan untuk menghindari sanksi atau hukuman apabila

melakukan pelanggaran peraturan disiplin. Ancaman hukuman yang diberikan

(30)

supaya bertingkah laku sesuai dengan yang diinginkan bersama. Dengan adanya

hukuman ini diharapkan akan membuat karyawan lebih disiplin lagi dalam

bekerja. Karyawan jadi lebih berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam bekerja

dan kesalahan dalam bekerjapun dapat berkurang.

6) Motivasi

Menegakkan kedisiplinan tidak hanya dengan ancaman-ancaman saja

tetapi juga harus diimbangi dengan dorongan. Dengan adanya dorongan dari

atasan, karyawan akan lebih disiplin dalam bekerja. Karyawan merasa lebih

diperhatikan oleh pimpinan karena adanya dorongan tersebut. Motivasi yang

diberikan pada atasan akan memacu semangat kerja karyawan. Dengan tingginya

semangat karyawan dalam bekerja tentu akan tinggi pula pada produktivitas

karyawan yang dihasilkan.

e. Pedoman dalam pendisiplinan

Menurut Agus Dharma ( 2003: 259 ) menyatakan bahwa terdapat beberapa

hal yang perlu diingat pada waktu pendisiplinan seseorang yaitu:

1) Jangan terlalu emosi

2) Jangan menyerang pribadi

3) Spesifik

4) Tepat waktu

5) Konsisten

6) Jangan mengancam

7) Bersikap adil

8) Ingat bahwa pendisiplinan itu tidak untuk memperkuat perilaku jelek

Sedangkan Heidjrachman dan Suad Husnan (2001: 241) mengemukakan

pedoman pendisiplinan sebagai berikut :

1) Pendisiplinan dilakukan secara pribadi

2) Pendisiplinan harus bersifat membangun

3) Pendisiplinan dilakukan secara langsung dan segera

(31)

5) Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu

bawahan sedang absen

6) Setelah pendisiplinan sikap pimpinan harus wajar kembali

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pedoman

pendisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Jangan terlalu emosi

Dalam melakukan tindakan pendisiplinan pimpinan seharusnya bersikap

tenang dan menahan emosi. Pimpinan perlu mengatur tekanan emosi sedemikian

rupa sehingga karyawan atau bawahan menyadari adanya masalah tetapi jangan

sampai larut dalam masalah tersebut agar pekerjaan tidak terganggu.

2) Jangan menyerang pribadi

Pada waktu melaksanakan pendisiplinan terhadap seorang karyawan

jangan menyerang harga diri orang yang bersangkutan sebagai manusia. Pisahkan

orang itu sebagai pribadi dari perilaku. Penyerangan pribadi karyawan ini akan

memberi dampak yang negatif pada karyawan. Dampak ini bisa berupa karyawan

menjadi kurang semangat dalam bekerja.

3) Tepat waktu

Jangan menunda-nunda tindakan pendisiplinan sampai masalah

terlupakan. Sewaktu kesalahan baru saja terjadi, segera tegur karyawan yang

melakukan kesalahan tersebut. Hal ini dilakukan agar masalah dapat segera

terselesaikan dan dapat dicari penyelesaiannya, sehingga masalah tidak akan

berlarut-larut dan karyawan segera menyadari akan kesalahan yang dilakukan.

4) Konsisten

Suatu kesalahan yang sama hendaknya diberi hukuman yang sama pula.

Harus dihindari melakukan pendisiplinan dengan pilih kasih, penguatan yang

positif harus diberikan kepada setiap orang yang berprestasi diseluruh lingkungan

perusahaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kecemburuan antara karyawan

yang satu dengan yang lain.

(32)

Seorang pimpinan dalam mendisiplinkan karyawannya tidak boleh

memberikan ancaman kepada karyawan tersebut. Setelah pimpinan

mendisiplinkan karyawannya, hendaknya memperlihatkan sikap yang wajar

terhadap karyawan tersebut, seolah-olah tidak ada persoalan. Hal tersebut

dilakukan supaya proses kerja dapat berjalan dengan lancar.

6) Bersikap adil

Pimpinan dalam memberikan sanksi atau hukuman terhadap kesalahan

seorang karyawan hendaknya seimbang, jangan terlalu berat atau ringan.

Hukuman harus disesuaikan dengan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh

seorang karyawan. Dengan sikap yang adil tentu akan menghindari kecemburuan

sosial antar pegawai dalam perusahaan tersebut.

f. Pengukuran Disiplin Kerja

Cara mengetahui disiplin kerja seorang karyawan dalam melaksanakan

pekerjaan Alfred D Laiteiner dalam buku terjemahan Imam Soedjana (1980:72)

2011/(http//www.scribd.com/doc/54117865/Doc), yang diakses pada 12 Februari

2011 mengemukakan :

"Umumnya disiplin kerja yang sejati terdapat apabila karyawan datang

ditempat kerja dengan teratur dan tepat pada waktunya, mereka berpakaian

serba baik pada tempat pekerjaanya, mereka mempergunakan bahan-bahan

dan perlengkapan dengan hati-hati. Apabila menghasilkan jumlah dan

kuantitas pekerjaanya dengan semangat baik"

Menurut Alex Nitisemito (2000: 200) mengemukakan bahwa “ Menegakkan kedisiplinan penting bagi perusahaan dengan kedisiplinan itu

diharapkan sebagian besar peraturan ditaati oleh sebagian besar karyawannya”.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menetapkan beberapa hal yang

dapat digunakan sebagai indikator disiplin kerja yaitu :

1. Ketaatan dalam penggunaan waktu

Merupakan kesediaan para karyawan dalam bentuk disiplin terhadap

(33)

jam masuk kerja, pulang kerja, ketepatan dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan dan meninggalkan tempat kerja tepat waktu jam kerja. Ketaatan dalam

penggunaan waktu berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi

tingkat disiplin kerja karyawan tersebut maka semakin tinggi pula efektivitas kerja

karyawan sehingga pencapaian tujuan karyawan dapat terlaksana dengan baik.

2. Kataatan dalam menjalankan tugas dan perintah atasan

Merupakan ketaatan para karyawan dalam melaksanakan perintah atasan.

Hal ini meliputi sikap dan perasaan dalam melaksanakan perintah atasan, dan

ketaatan dalam melaksanakan tugas dari atasan apabila tidak ada pengawasan.

3. Ketaatan dalam menggunakan fasilitas kerja

Merupakan kepatuhan dalam mengikuti petunjuk penggunaan peralatan

dan perlengkapan kantor serta penyimpanan alat-alat kerja. Karyawan yang taat

terhadap aturan dalam penggunaan fasilitas kerja tentu akan mengurangi resiko

pada kerusakan fasilitas yang diberikan pada suatu perusahaan.

4. Ketaatan dalam mengikuti petunjuk cara kerja

Merupakan ketaatan para karyawan dalam mengikuti petunjuk tata cara

kerja yang digunakan dalam bekerja. Hal ini meliputi sikap terhadap prosedur

kerja yang ada dalam perusahaan dan sikap jika melakukan penyimpangan

terhadap cara kerja yang berlaku. Dengan mentaati petunjuk cara kerja tentu akan

mengurangi resiko kecelakaan pada saat karyawan kerja.

2. Tinjauan Tentang Lingkungan Kerja

a. Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah suatu lingkungan yang berada di sekitar para

karyawan yang terbentuk karena mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama. Masalah lingkungan kerja perlu diperhatikan karena akan berdampak

dalam proses produktivitas. Oleh karena itu lingkungan kerja merupakan faktor

yang dapat berpengaruh dalam proses pencapaian tujuan dalam perusahaan.

Menurut Alex S Nitisemito (2000: 183) mengemukakan bahwa yang

(34)

pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas

yang dibebankan”. Sedangkan menurut Agus Ahyari (2002: 148) secara umum ”

Lingkungan kerja adalah lingkungan di mana karyawan tersebut melaksanakan

tugas dan pekarjaan sehari-hari”.

Lain halnya dengan Serdamayanti (2001: 1) mengatakan bahwa ”

Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi,

lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta

pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja

merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik

yang berbentuk fisik ataupun non fisik, yang dapat mempengaruhi dirinya dalam

menjalankan tugas-tugas dan pekerjaannya sehari-hari.

b. Klasifikasi Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja di dalam perusahaan/instansi sangat penting untuk

diperhatikan oleh pimpinan, karena lingkungan kerja yang baik mempunyai

pengaruh terhadap efektivitas karyawan yang bekerja dalam perusahaan. Di dalam

usaha untuk membuat perencanaan lingkungan kerja yang baik maka perlu

mengkaji dan menentukan aspek-aspek pembentuk lingkungan kerja itu sendiri.

Menurut Agus Ahyari (2002: 128) ” Lingkungan kerja di dalam

perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa bagian atau aspek pembentuk

lingkungan kerja yang lebih terperinci”. Adapun beberapa bagian tersebut adalah

pelayanan karyawan, kondisi kerja dan hubungan karyawan dalam perusahaan

tersebut.

Sedangkan Sedarmayanti (2001: 21) mendefinisikan bahwa ”Secara garis

besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : (a) lingkungan kerja fisik,

(35)

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara

langsung maupun secara tidak langsung.

Sedangkan Ashar Suyoto Munandar (2001: 134) mendefinisikan

“Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas di luar gedung

perusahaan, lokasi, dan rancangan gedung sampai jumlah cahaya dan suara yang

menimpa meja kerja atau ruangan kerja seorang tenaga kerja”. Sedangkan

Soekanto dan Indriyo (2000: 151) mengatakan “Lingkungan kerja fisik meliputi pengaturan penerangan tempat kerja, pengontrolan terhadap suara gaduh dalam

tempat kerja, pengontrolan terhadap udara, pengaturan kebersihan tempat kerja,

dan pengaturan tentang keamanan tempat kerja”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja fisik

merupakan keadaan berbentuk fisik yang mencakup setiap hal dari fasilitas

organisasi yang dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan

atau efektivitas yang dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan.

2) Lingkungan Kerja Non Fisik

Menurut Ig. Wursanto (2009: 269) menyebutkan sebagai lingkungan kerja

psikis yang didefinisikan sebagai “Sesuatu yang menyangkut segi psikis dari lingkungan kerja”. Sedangkan Sadarmayanti (2001: 31) mendefinisikan

Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan

dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama

rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan”.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa lingkungan kerja non fisik

merupakan keadaan di sekitar tempat kerja yang bersifat non fisik. Lingkungan

kerja non fisik tidak dapat ditangkap oleh panca indra manusia, namun dapat

dirasakan oleh perasaan misalnya hubungan antara karyawan dengan

(36)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Lingkungan Kerja

Faktor yang termasuk dalam lingkungan kerja adalah sangat luas.

Adakalanya hal-hal yang kurang diperhatikan di sekitar para karyawan, tanpa

disadari ternyata dapat mempengaruhi semanngat kerja para karyawan.

Lingkungan kerja yang baik, menyenangkan dan aman serta memberikan

rasa tentram adalah lingkungan kerja yang selalu didambakan semua karyawan.

Dalam menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik diperlukan faktor-faktor

terbentuknya lingkungan kerja yang baik.

Lingkungan kerja terdiri dari kondisi fisik dan non fisik. Kondisi fisik

lingkungan kerja meliputi penerangan, kebersihan, pertukaran udara, musik dan

keamanan. Sedangkan kondisi lingkungan kerja non fisik meliputi Human

Relationdan pelayanan fasilitas kerja karyawan.

1) Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan Kerja Fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para

pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Menurut Alex Nitisemito (2000: 44) faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik karyawan adalah sebagai berikut:

a. Pewarnaan

b. Kebersihan

c. Pertukaran Udara

d. Penerangan

e. Musik

f. Keamanan

g. Kebisingan

Sedangkan Mc. Maryanti (2008: 133) faktor-faktor yang mempengaruhi

lingkungan kerja fisik karyawan adalah sebagai berikut:

a. Warna

b. Penerangan

c. Udara

(37)

e. Suhu

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat diambil

kesimpulan mengenai faktor-faktor fisik lingkungan kerja, yaitu:

a. Pewarnaan

b. Penerangan

c. Pertukaran Udara

d. Suara/ kebisingan

e. Kebersihan

f. Keamanan

Untuk lebih jelasnya, peneliti akan menguraikan faktor-faktor tersebut

sebagai berikut:

1) Pewarnaan

Masalah warna termasuk dalam lingkungan kerja, namun banyak orang

yang kurang memperhatikan masalah warna ini. Padahal pengaruhnya cukup

besar terhadap karyawan dalam melaksanakan tugasnya, warna dapat

menimbulkan rasa puas bagi karyawan.

Komposisi warna yang bagus juga akan dapat menimbulkan rasa yang

menyenangkan bagi yang memandangnya. Dengan demikian akan berpengaruh

pada diri karyawan, menimbulkan semangat yang tinggi melaksanakan

tugas-tugas dan pekerjaan yang dibebankan sehingga dapat memicu efektivitas kerja

mereka.

Menurut Moekijat (2002: 142)“Warna tidak hanya mempercantik kantor tetapi juga memperbaiki kondisi-kondisi di dalam mana pekerjaan kantor itu

dilakukan”. Karena itu keuntungan penggunaan warna yang tepat adalah tidak hanya bersifat keindahan dan psikologis, tetapi juga bersifat ekonomis. Warna

dapat mempengaruhi penerangan kantor, warna juga dapat mempengaruhi

perasaan kita serta warna dapat juga mempercantik kantor. Kualitas warna dapat

mempengaruhi emosi dan dapat pula menimbulkan perasaan senang maupun

(38)

dapat memberikan kesan gembira, ketenangan bekerja juga mencegah kesilauan

yang ditimbulkan oleh cahaya yang berlebihan.

2) Penerangan

Penerangan ruang kerja merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam

suatu kantor karena dapat memperlancar pekerjaan di kantor. Penerangan yang baik

dalam ruang kerja belum tentu baik untuk ruangan kerja yang lain, hal ini

tergantung pada besar kecilnya ruang kerja, tinggi rendahnya langit-langit dan

jumlah karyawan yang ada dalam ruangan kerja tersebut. Penerangan yang cukup

akan menambah semangat kerja karyawan, karena mereka dapat lebih cepat

menyelesaikan tugas-tugasnya, matanya tidak mudah lelah karena cahaya yang

terang, dan kesalahan-kesalahan dapat dihindari. Penerangan yang cukup

merupakan pertimbangan yang penting dalam fasilitas fisik kantor. Penerangan

yang baik membantu karyawan melihat dengan cepat, mudah, dan senang, sehingga

produktivitas kerja karyawan dapat meningkat dan tujuan organisasi dapat tercapai.

Menurut Moekijat (2002:136) mendefinisikan keuntungan penerangan

yang baik adalah:

a) Perpindahan karyawan berkurang

b) Semangat kerja lebih ting

c) Prestise lebih besar

d) Hasil pekerjaan lebih banyak

e) Kesalahan berkurang

f) Keletihan berkurang

Keuntungan tersebut dapat terwujud bila mutu penerangan yang ada

bermutu baik. Penerangan yang bermutu baik penerangan yang secara relatif tidak

menyilaukan mata dan dipancarkan secara merata. Kejernihan penerangan yang

ralatif sama. Bayang-bayangan harus dikurangi sebanyak-banyaknya, meskipun

(39)

3) Pertukaran Udara

Pertukaran udara yang cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan

terutama jika dalam ruangan tersebut penuh karyawan yang bekerja. Udara yang

segar dan bersih harus disalurkan ke ruang-ruang kerja agar tidak pengab dan

karyawan tidak mudah lelah. Segala abu, asap gas dan lain-lain yang timbul dan

disebarkan oleh proses produksi sedapat mungkin harus disingkirkan dan jangn

menyebar kemana-mana.

4) Suara/Kebisingan

Setiap orang tidak akan senang kebisingan karena kebisingan merupakan

gangguan terhadap pekerjaan. Dalam pelaksanaan pekerjaan di suatu kantor tentu

akan menimbulkan suara-suara yang dihasilkan oleh alat-alat atau mesin-mesin

kantor. Selain dari dalam kantor suara bising juga ditimbulkan dari lingkungan

luar kantor. Suara bising yang terdengar oleh para karyawan dapat mengurangi

atau bahkan dapat menghilangkan konsentrasi karyawan, cepat mendatangkan kelelahan, kekesalan, dan akan mengakibatkan turunnya hasil kerja atau

efektivitas kerja.

5) Kebersihan

Kebersihan merupakan syarat utama bagi lingkungan kerja yang sehat.

Lingkungan kerja yang bersih dapat menimbulkan rasa senang bagi karyawan.

Sehingga dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan dan kegairahan kerja dan

dapat meningkatkan kinerja karyawan. Jadi lingkungan kerja yang bersih dapat

mempengaruhi aktivitas kerja karyawan.

Menurut Alex S. Nitisemito (2000: 191) mendefinisikan “Kebersihan lingkungan bukan hanya berarti kebersihan tempat mereka bekerja, tetapi jauh

lebih luas daripada itu. Misalnya kamar kecil yang berbau tidak enak akan

menimbulkan rasa kurang menyenangkan bagi para karyawan yang

menggunakannya”.

Dalam hal kebersihan ini diperlukan tanggung jawab dari semua personel

yang ada dalam suatu kantor, baik petugas kebersihan dari instansi maupun semua

(40)

6) Keamanan

Hal yang termasuk dalam keamanan penelitian ini adalah keselamatan

jiwa dan keamanan atas barang-barang yang menjadi milik karyawan pada saat

karyawantersebut berada dalam lingkungan kantor. Misalnya sebagian besar dari

karyawan kantor datang dengan kendaraan sendiri yaitu sepeda, sepeda motor, maupun mobil. Karyawan yang datang dengan menggunakan kendaraannya harus

merasa aman apabila meninggalkan kendaraannya ditempat parkir dan tidak perlu

mengawasinya secara langsung.

Apabila suatu kantor tidak dapat memberikan fasilitas keamanan yang baik

maka akan menyebabkan semangat dan kegairahan kerja menurun, konsentrasi

kurang dan sebagainya. Akibat ini semua, maka produktivitas kerjanya menurun,

kerusakan bertambah dan pada gilirannya akan menurunkan efektivitas kerja

karyawan.

2) Lingkungan Kerja Non Fisik

Mengenai lingkungan kerja non fisik Agus Ahyari (2002: 128) menyatakan

bahwa:

Yang termasuk non fisik dalam lingkungan kerja adalah:

a. Adanya hubungan kerja yang lazim disebutHuman Relations.

b. Adanya berbagai macam fasilitas pelayanan yang meliputi :

 Pelayanan makan  Pelayanan kesehatan

 Pengadaan kamar kecil / kamar mandi.

Dari pendapat di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa lingkungan

kerja non fisik adalah kondisi lingkungan kerja yang tidak dapat diraba tetapi

dapat dirasakan, yang meliputi Human Relations atau hubungan antar karyawan

maupun karyawan dengan atasannya / pimpinannya.

Sedangkan faktor-faktor lingkungan kerja non fisik diantaranya adalah

(41)

a) Human Relations

Berdasarkan aktivitasnyaHuman Relationsdibedakan dalam arti sempit dan

arti luas, dimana dikemukakan oleh Soekadi (2001: 2) bahwa:

Human Relations dalam arti luas adalah interaksi antara seseorang dengan

orang lain, di dalam segala situasi dan di dalam semua bidang kehidupan

untuk memperoleh kepuasan hati. Sedangkan Human Relations dalam arti

sempit hakekatnya sama, yaitu interaksi antara seseorang dengan orang lain,

hanya saja aktivitas interaksi itu terbatas dalam suatu situasi kerja dan dalam

suatu organisasi kekaryaan tertentu.

Untuk selanjutnya pengertianHuman Relationsyang peneliti maksudkan di

sini adalah Human Relations dalam arti sempit, yaituHuman Relations di dalam

suatu perusahaan kekayaan dalam upaya menimbulkan semangat kerja, kerjasama,

dan kepuasan kerja karyawan.

Human Relationsmerupakan hubungan dan saling pengaruh mempengaruhi

antara orang-orang sehingga terjadilah interaksi sosial. Adapun interaksi sosial

yang memungkinkan terjadinya komunikasi didalam perusahaan umumnya terdiri

dari :

(1) Hubungan antar karyawan

Dalam suatu perusahaan antara karyawan satu dengan karyawan yang

lainnya pastilah saling melakukan komunikasi. Hal ini merupakan suatu hal yang

harus dilakukan berkenaan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Suatu pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dan bantuan karyawan lain mutlak

diselesaikan dengan kerjasama yang teratur dan terarah. Dengan kerjasama

tersebut akan dapat menjamin rasa aman karyawan terutama mengenai hak dan

kewajibannya akan selesai dengan lancar dan baik. Oleh karena itu hubungan

antar karyawan perlu dibina dan dipelihara sebaik mungkin untuk menunjang

usaha pencapaian tujuan perusahaan.

Salah satu manfaat dengan adanya hubungan yang baik antara karyawan

bagi suatu perusahaan adalah terhindarnya konflik. Dengan tidak adanya konflik,

(42)

semakin meningkat semangat kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan

yang dibebankan.

(2) Hubungan karyawan dengan pimpinan /atasannya

Hubungan karyawan dengan pimpinan tidak kalah pentingnya dengan

hubungan antar karyawan. Hubungan karyawan dengan pimpinan terdapat

hubungan timbal balik. Pimpinan senantiasa memberikan perintah disertai dengan

petunjuk pelaksanaan suatu pekerjaan, memberikan motivasi terhadap bawahan,

mengikut sertakan bawahan dalam hal pembuatan keputusan. Sementara itu

bawahan/karyawan melaksanakan apa yang diperintahkan pimpinan, bertanggung

jawab terhadap pekerjaannya kepada pimpinan, membuat laporan, memberikan

ide, saran, kritik, yang membangun dan lain-lain.

Yang perlu diperhatikan dalam hubungan antara karyawan dengan

pimpinan adalah terciptanya keselarasan kerja antara pimpinan dengan karyawan

sehingga dapat terciptanya keselarasan kerja antara pimpinan dengan karyawan

sehingga dapat tercipta suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan.

b) Pelayanan Karyawan

Program pelayanan karyawan berhubungan dengan pemeliharan semangat

kerja dan moril kerja karyawan. Memang dapat dikatakan, bahwa program

pelayanan ini memberi pelayanan untuk membentuk dan mendorong semangat

kerja, dan dengan demikian digolongkan dalam fungsi penyatuan karyawan. Akan

tetapi titik berat program pelayanan karyawan adalah memelihara sikap karyawan

yang baik terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaannya.

Di dalam suatu perusahaan, pelayanan karyawan terhadap

bermacam-macam nama, ada yang menyebut program benefid, adapula yang menyebut

kesejahteraan karyawan, akan tetapi paling lazim, pelayanan karyawan itu

dianggap sebagai bagian dari pada kesejahteraan sosial.

Menurut Moekijat (2002: 167) pelayanan pegawai itu pada pokoknya ada

3 macam, yaitu: ”Pelayanan karyawan yang bersifat ekonomis (economic), pelayanan karyawan yang bersifat memberikan kesenangan (recreation), dan

(43)

Menurut peneliti program pelayanan yang paling ideal bagi karyawan

adalah sebagai berikut:

a) Program sosial dan rekreasi, seperti pertemuan antar karyawan,

perkumpulan-perkumpulan, piknik, fasilitas olahraga yang semua itu

dibiayai oleh perusahaan.

b) Bantuan dan pelayanan khusus, seperti rencana tabungan, koperasi

simpanpinjam, pengobatan media untuk sakit ringan, bantuan pelayanan

makan, potongan pembelian atas produk perusahaan, dan lain-lain.

Pelayanan karyawan memang membutuhkan anggaran yang besar, tetapi

bila program pelayanan ini benar-benar diterapkan, maka para karyawan akan

mempunyai semangat kerja yang tinggi sehingga produktivitas dapat meningkat.

Dengan demikian akan akan dapat menutup besarnya anggaran yang dikeluarkan

untuk program pelayanan karyawan tersebut.

Pelayanan karyawan mempunyai beberapa manfaat. Manfaat yang

diperoleh karena pemberian pelayanan pegawai adalah sebagai berikut :

a. Produktivitas yang bertambah

b. Penarikan tenaga kerja yang lebih efektif

c. Menambah semangat kerja dan kesetiaan

d. Perpindahan dan ketidakhadiran karyawan berkurang

e. Hubungan masyarakat yang baik. ( Moekijat, 2002:170)

Oleh karena itu pimpinan perusahaan hendaknya memberikan pelayanan

karyawan dengan sebaik-baiknya, sehingga semangat kerja dapat terpelihara,

dengan demikian akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menetapkan beberapa hal yang

dapat digunakan sebagai indikator lingkungan kerja yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

a. Pewarnaan

b. Penerangan

c. Pertukaran Udara

(44)

e. Kebersihan

f. Keamanan

2. Lingkungan Kerja Non Fisik

a. Human Relations

b. Pelayanan Kerja Karyawan

3. Tinjauan Tentang Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Henry Simammora (2006: 338-339) menyatakan bahwa ”Kinerja

(performance) adalah kadar pencapaian tugas–tugas yang membentuk sebuah

pekerjaan karyawan. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu karyawan

tentu dibutuhkan suatu penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah proses yang

dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu

karyawan”.

Sedangkan Siswanto Sastrohadiwiryo (2003: 231) menyatakan bahwa

”Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen untuk menilai

kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan

deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun”. Menurut Susilo Martoyo (2000: 126) menyatakan bahwa ”Penilaian kinerja adalah penilaian yang sistematik terhadap penampilan kerja karyawan itu

sendiri dan terhadap taraf potensi karyawan dalam upaya mengembangkan diri

untuk kepentingan perusahaan atau organisasi”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja

adalah proses atau suatu kegiatan yang dipakai oleh organisasi untuk

mengevaluasi atau menilai pelaksanaan kerja individu karyawan dengan cara

membandingkan kinerja atas kinerja dengan deskripsi pekerjaan dalam suatu

(45)

b. Tujuan penilaian kinerja

Untuk dapat menilai kinerja karyawan secara akurat, tentunya seorang

manjemen harus dapat mengukur tingkat kinerja para karyawannya. Pengukuran

kinerja ini nantinya akan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk

mengetahui tingkat kinerjanya.

Agus Dharma (2003: 350) menyatakan bahwa ”Penilaian kinerja yang

efektif dapat mempengaruhi dua hal yaitu produktivitas dan kualitas kerja.

Adapun tujuan penilaian kerja pada dasarnya adalah untuk mengukur tanggung

jawab karyawan dan sebagai dasar bagi peningkatan mutu dan pengembangan

karyawan”.

Sedangkan Siswanto Sastrohadiwiryo (2003 : 232) menyatakan ”Tujuan

penilaian kinerja adalah :

1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan

pengembangan jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.

2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para karyawan dalam perusahaan.

3. Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan

kemungkinan meningkatkan atau memperbaiki kualitas kerja bagi para

karyawan.

4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang

pemegang tugas dan pekerjaan

5. Bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun ketenagakerjaan lainnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan penilaian

kinerja adalah sebagai evaluasi bagi karyawan ataupun alat ukur kerja karyawan

yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk merencanakan pekerjaan dan

kegiatan pengembangan jangka panjang. Dengan adanya penilaian kinerja ini,

maka akan mempermudah pimpinan dalam mengambil keputusan atas kinerja

(46)

c. Manfaat penilaian kinerja

Manfaat diadakannya penilaian kinerja menurut SP. Siagian (2009:233)

adalah :

”Bagi pegawai penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang

berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya

yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana

dan pengembangan karirnya”.

”Bagi organisasi hasil penilaian kinerja para karyawan sangat penting arti

dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal seperti

identidikasi kebutuhan kebutuhan program pendidikan dan pelatihan

rekruitmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi sistem

imbalan dan berbagai aspek lain dan keseluruhan proses manajemen sumber

daya manusai secara efektif”.

Jadi adanya penilaian terhadap prestasi kerja akan memberi manfaat bagi

karyawan, pimpinan dan organisasi yang bersangkutan. Hasil penilaian ini akan

menunjukan sejauh mana kesungguhan serta kelancaran aktivitas kerja karyawan

kalau karyawan sungguh-sungguh dalam bekerja bisa dipastikan hasil kerjanya

juga akan optimal. Selanjutnya dari keseluruhan hasil kerja dapat diketahui

perkembangan kinerja masing-masing karyawan, apakah meningkat atau justru

menurun. Perkembangan kinerja ini merupakan dasar bagi pimpinan dalam

mengambil keputusan, apakah layak untuk dinaikkan golongannya. Melalui hasil

penilaian tersebut pimpinan juga dapat melihat ketepatan metode kerja yang

digunakan dan hubungan kerja yang terjadi diantara karyawan serta antara

karyawan dengan atasannya. Hal ini ditandai dengan lancar atau tidaknya aktivitas

kerja yang berlangsung.

Sedangkan Moekijat (2002: 44) mengungkapkan manfaat dari penilaian

kinerja adalah sebagai berikut :

1. Untuk menentukan kenaikan gaji

2. Untuk menentukan kenaikan pangkat

(47)

4. Untuk menentukan kebutuhan pelatihan

5. Untuk meningkatkan hasil kerja

Pendapat serupa dikemukakan oleh T Hani Handoko (2001: 135) ada

beberapa manfaat dari penilaian kinerja antara lain :

1. Perbaikan kerja

2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

3. Keputusan-keputusan penempatan

4. Kebutuhan-kebutuhan pelatihan dan pengembangan

5. Perencanaan dan pengembangan karier

6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

7. Ketidak akurata

Gambar

Gambar 2. Hipotesis……………………………………………………….…37
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikircommit to user
Gambar 2. Model Hipotesis
gambaran yang sistematis, akurat, dan faktual mengenai faktor-faktor, sifat-sifat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdikari dengan menggunakan program Microsoft Access 2000, dimana dalam pengelolaan data ini menggunakan komputer yang tujuannya untuk mempercepat pengolahan data penjualan

3. Tidak menuntut hasil seleksi administrasi Penyediaan Biaya Pendidikan dari Pemerintah Kab. Seluruh dokumen yang saya sampaikan sebagai bahan larnpiran permohonan

[r]

Ruas jalan Solo – Sukoharjo yang kondisi perkerasannya mulai mengalami kerusakan sehingga perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kerusakan jalan,

The first data were the direct speech sentences which experience adjustment drawn from the novel "Harry Potter And The Deathly Hallows" and is translation, the second

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDENGAR MELALUI PENGUNAAN MEDIA AUDIO PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI JATIYOSO 2 GEMPOLAN KECAMATAN JATIYOSO

[r]

Mereka dipilih dalam penelitian karena sesuai dengan karakteristik dan tujuan penulisan ini yakni memahami ekspresi dukacita dan kehilangan pada orang Toraja dalam