PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK
ETANOL LEMPUYANG GAJAH
(Zingiber zerumbet)
SELAMA 28 HARI
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
FEBRIYAN GALAN PRABASWARA
K 100110165
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
Berjudul:
PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK
ETANOL LEMPUYANG GAJAH
(Zingiber zerumbet)
SELAMA 28 HARI
Oleh:
FEBRIYAN GALAN PRABASWARA
K 100110165
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal :
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dekan,
Azis Saifudin, Ph.D., Apt.
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Arifah Sri Wahyuni, M.Sc., Apt
Dedi Hanwar, M.Si., Apt.
Penguji:
1.
Tanti Azizah S, M. Sc., Apt.
2.
Andi Suhendi, M. Sc., Apt.
3.
Arifah Sri Wahyuni, M. Sc., Apt.
PROFIL KIMIA URIN TIKUS PUTIH SETELAH DIBERI EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG GAJAH (Zingiber zerumbet) SELAMA 28 HARI
PROFILE OF RATS URINE AFTER GIVEN ETHANOL EXTRACT OF Zingiber zerumbet FOR 28 DAYS
Dedi Hanwar, Arifah Sri Wahyuni, Febriyan Galan Prabaswara#
Fakultas Farmasi Univeritas Muhammadiyah Surakarta,
Jalan Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura,Surakarta 57102 #E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) telah diteliti memiliki khasiat sebagai antikanker pada sel T47D (sel kanker payudara). Ekstrak zingiber zerumbet berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat herbal terstandar, sehingga perlu diketahui keamanannya jika digunakan secara terus menerus selama 28 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak lempuyang gajah terhadap profil kimia urin tikus setelah pemberian 28 hari dengan rancangan Pre-Post Test Controlled Group Design terhadap hewan uji sejumlah 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan 1 kelompok kontrol, tiap kelompok terdiri 5 jantan dan 5 betina. Pemberian ekstrak lempuyang gajah dilakukan secara peroral. Setelah 28 hari dilakukan analisis dengan cara membandingkan profil kimia urin sebelum dan setelah perlakuan. Penetapan profil urin menggunakan reagen kit untuk ditetapkan parameter berat jenis, pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, urobilinogen, nitrit dan leukosit. Hasil yang diperoleh setelah pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari memberikan pengaruh pada profil kimia urin tikus yaitu pada parameter volume urin yang berkurang, terdeteksinya keton, bilirubin dan nitrit setelah perlakuan mungkin adanya gangguan pada organ ginjal dan hati pada tikus.
Kata Kunci : Lempuyang gajah, Zingiber zerumbet, profil kimia urin.
ABSTRACT
Zingiber zerumbet has been observed have efficacy as anticancer in T47D cells (breast cancer cells). Extract of Zingiber zerumbet was potential to be developed as a standardized herbal medicine, so need to observe the safety if used continuously for 28 days. This study aims to determine the effect of Zingiber zerumbet extract to profile urine of rat after administration for 28 days with pre-post test controlled group design, 30 rats were divided into two treatment groups and one control group, each group consisted of 5 males and 5 females. Zingiber zerumbet extract given by oral. After 28 days, the data was analyzed by comparing the profile urine before and after treatment. Determination of urinary profiles using the reagent strip to set parameters of specific gravity, pH, protein, glucose, ketones, bilirubin, urobilinogen, nitrite and leukocytes. The results obtained after administration extract ethanol Zingiber zerumbet for 28 days showed it had influence to urine profiles rats. The urine volume was decreased, there were detected of ketones, bilirubin and nitrite, its possible disruption in the kidneys and liver in rats.
PENDAHULUAN
Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) adalah salah satu tumbuhan yang tumbuh di
Indonesia yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Bagian tanaman ini yang biasa
dimanfaatkan adalah rimpangnya, secara tradisonal rimpang lempuyang gajah digunakan
untuk mengobati sakit perut, demam, bengkak dan diare (Yob et al., 2011). Rimpang
Lempuyang gajah mampu mengobati penyakit diabetes (Tzeng et al., 2013) serta memiliki
manfaat lain sebagai anti-inflamasi dan anti-tumor (Masuda & Jitoe, 1994).
Melihat banyaknya manfaat dari lempuyang gajah dan banyaknya konsumsi untuk
tujuan mengobati penyakit yang diderita dalam jangka waktu yang lama, maka keamanan
penggunaan tumbuhan lempuyang gajah ini harus dapat dipertanggungjawabkan. Keamanan
obat tradisional patut diperhatikan, karena pandangan masyarakat yang selama ini
menganggap penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional adalah aman. Hal ini belum
tentu benar, apalagi jika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan tumbuhan
sebagai obat tradisional dalam jangka waktu yang lama bisa saja menyebabkan terjadinya
gejala toksisitas (OECD, 2008).
Dari hasil identifikasi kandungan dari minyak atsiri lempuyang gajah mengandung antara lain zerumbon, ά-pinen, ά-kariofilen, kamfer, sineol 1.8, ά humulen, kariofilen oksida, humulen epoksida dan sinamaldehid (Bhuiyan et al., 2009). Zerumbon sebagai senyawa
mayor dan senyawa aktif dalam lempuyang gajah ini mampu menghambat pertumbuhan
kanker pada sel T47D (sel kanker payudara) dengan IC50 sebesar 13,19 µg/mL (Hanwar et
al., 2013).
Urin merupakan jalur utama eksresi sebagian besar senyawa toksikan, sehingga ginjal
mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada filtrat dan
membawa toksikan melalui sel tubulus. Karena itu ginjal merupakan organ sasaran utama
dari efek toksik. Pemeriksaan urin selain dapat memberikan data mengenai ginjal dan saluran
urin, juga mengenai fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti hati, pankreas, dan lain-lain
(Hendriani, 2007).
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian toksisitas subkronis dari ekstrak etanol
lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) terhadap hati dan ginjal dengan parameter yang
diamati yaitu profil kimia urin tikus putih, karena urin merupakan jalur utama ekskresi
sebagian besar senyawa toksikan oleh ginjal, maka untuk mengetahui fungsi ginjal normal
atau tidak salah satu cara diantaranya adalah dilakukan dengan menganalisis profil kimia
etanol lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) setiap hari dalam jangka waktu tertentu
terhadap profil kimia urin tikus putih. Dari penelitian ini akan didapatkan data keamanan
penggunaan ekstrak etanol lempuyang gajah terhadap fungsi hati dan ginjal yang dilihat dari
profil kimia urin tikus putih dapat digunakan sebagai data penunjang untuk pengembangan
ekstrak etanol lempuyang gajah sebagai Obat Herbal Terstandar dan fitofarmaka.
METODOLOGI Alat
Alat-alat gelas (Pyrex), Kandang tikus, tempat minum tikus, timbangan tikus,
seperangkat alat bedah, metabolit cage, jarum peroral.
Bahan
Ekstrak Etanol Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet), Minyak Jagung (Corn Oil) merk “Mama Suka”, binatang percobaan (15 ekor tikus jantan dan 15 ekor tikus betina, umur 2-3 bulan, berat 200-300gram, galur Sprague Dawley/SD), Reagen strip untuk urin “Uriscan” dan spuit injeksi 3 ml dan 5ml.
Cara Kerja
A. Pembuatan ekstrak Lempuyang Gajah
Ekstrak lempuyang gajah didapatkan dengan cara mengekstraksi simplisia
rimpang lempuyang gajah yang diserbukkan dan kemudian direndam dengan etanol
95% dengan rasio 1:5, yaitu 1 kg simplisia direndam dalam 5 L etanol 95% selama
5 hari dengan pengadukan. Disaring menggunakan corong buchner lalu dievaporasi
hingga didapatkan ekstrak kental. Untuk lebih mengentalkan ekstrak, hasil evaporasi
diletakkan diatas waterbath hingga didapatkan ekstrak yang lebih kental.
B. Pembuatan Larutan Stok
Larutan stok dibuat dua konsentrasi dosis, yaitu dosis 400 mg/kgBB dan 1000
mg/kgBB sebanyak 500 mL setiap pembuatan. Pembuatan stok dosis 400 mg/kgBB
dibutuhkan 16 g dan 40 g ekstrak dan untuk dosis 1000 mg/kgBB. Masing-masing
bahan dimasukkan ke dalam mortir sedikit demi sedikit yang diikuti dengan
penambahan corn oil sebagai pelarut hingga semua bahan terdispersi merata dan
terbentuk seperti suspensi, kemudian dimasukkan kedalam wadah yang bertutup
baik.
C. Dosis dan Cara Pemberian Sediaan Uji
Ekstrak etanol lempuyang gajah diberikan secara peroral dan diberikan
30 ekor tikus dikelompokkan secara acak sedemikian rupa sehingga penyebaran
bobot badan merata pada semua kelompok. Hewan uji dikelompokkan dalam 3
kelompok, masing-masing kelompok terdiri 5 jantan dan 5 betina. Kelompok
tersebut terdiri dari:
Kelompok I : Dosis 400 mg/kg bb Ekstrak Lempuyang Gajah
(dosis pemberian yang memberikan efek
farmakologi sebagai antidiabetes (Hanwar et al,
2013)).
Kelompok II : Dosis 1000 mg/kg bb Ekstrak Lempuyang Gajah
(dosis tertinggi pemberian sehari secara peroral
(OECD, 2008)).
Kelompok III : Hanya diberi Minyak Jagung (Corn oil) (sebagai
kontrol negatif).
D. Pemeriksaan Parameter Urin
Pemeriksaan parameter urin dilakukan pada hari ke-0 atau sebelum
pemberian ekstrak lempuyang gajah (Baseline) dan setelah pemberian ekstrak
lempuyang gajah selama 28 hari. Selama pemeriksaan hewan dipuasakan dan
ditempatkan dalam metablolic cage, Urin yang ditampung selama minimal 16
jam kemudian dilakukan pemeriksaan profil urin dengan cara mencelupkan
reagen strip ke dalam urin. Dianalisis parameter-parameter urin yang meliputi
volume urin, warna urin, berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, keton,
urobilinogen, keton, nitrit, ada tidaknya eritrosit dan leukosit.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Ekstrak
Ekstrak lempuyang gajah diperoleh dengan cara mengekstraksi simplisia
kering yang telah diserbukkan menggunakan metode maserasi. Metode maserasi
dipilih karena peralatan yang digunakan relatif lebih sederhana dan waktu yang
diperlukan lebih cepat apabila dibandingkan dengan metode perkolasi. Ekstrak
lempuyang gajah yang diperoleh dan berwarna coklat bersifat sangat kental dan
lengket mengandung zat aktif dari lempuyang gajah yaitu zerumbon yang memiliki
B. Preparasi Sampel
Larutan stok dibuat dari ekstrak lempuyang gajah disuspensikan dengan
menggunakan minyak jagung (corn oil). Ekstrak kental ditimbang terlebih dahulu
sesuai dengan perhitungan dosis yang akan diberikan ke hewan uji yaitu 16 gram
untuk dosis 400 mg/kgBB dan 40 gram untuk dosis 1000 mg/kgBB masing-masing
disuspensikan kedalam 500 mL minyak jagung. Larutan stok ini diberikan
berdasarkan perhitungan bobot dari hewan uji dibagi hewan uji standar (200 g)
dikalikan volume pemberian peroral (2,5 mL).
C. Pemeriksaan Parameter Kimia Urin
Urin merupakan jalur utama ekskresi sebagian besar zat zat dalam tubuh
termasuk senyawa toksik, sehingga ginjal mempunyai tanggung jawab untuk
mengekskresi toksikan dan senyawa-senyawa yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh (Kassa, 2002). Oleh karena itu pemeriksaan kimia urin dapat memberikan data
mengenai fungsi ginjal dan saluran urin. Urin ditampung minimal 16-24 jam, karena
akan mempunyai susunan yang tidak banyak berbeda dari susunan urin untuk
pemeriksaan berikutnya. Sampel urin yang diambil pada waktu tertentu yang berbeda
dapat memberikan susunan urin yang berbeda pula, dan dalam penelitian ini urin
dianalisis antara jam 14.00-16.00 WIB. Analisis urin menggunakan reagen strip untuk pemeriksaan urin “Uriscan” dan parameter yang dianalisis adalah volume urin, warna urin, berat jenis, pH, protein, glukosa, bilirubin, keton, urobilinogen, nitrit,
ada tidaknya eritrosit dan leukosit.
Tabel 1. Rata-rata hasil penetapan pH, berat jenis, warna dan volume pada urin tikus (n=5)
Parameter
Warna Urin Kontrol Kuning agak
keruh
1000 mg/kgBB Kuning jernih Kuning
1. pH
Salah satu dari fungsi ginjal adalah untuk menjaga keseimbangan asam-basa
tubuh, pH urin merupakan salah satu parameter apakah ginjal masih berkerja normal
atau tidak (Mundt dan Shanahan, 2010). Hasil pemeriksaan pH urin tikus, dilakukan
pada hari ke 0 atau sebelum perlakuan dan pada akhir perlakuan atau pada hari
ke-28, rata-rata pH urin sebelum pemberian berkisar antara 6-7 dan setelah perlakuan
selama 28 hari terjadi sedikit kenaikan pH urin yaitu berkisar 6-8. Namun walau
terjadi sedikit peningkatan pH urin masih pada rentang normal (4,6-8).
2. Berat Jenis
Berat Jenis pada urin normal yaitu berkisar antara 1,005 -1,025 yang lebih
berat dibanding dengan air, akan tetapi berat jenis urin akan bertambah apabila
terdapat tambahan substan lain seperti protein dan glukosa (RN.ORG, 2013). Hasil
penetapan kimia urin berat jenis baik sebelum dan sesudah perlakuan selama 28 hari
rata-rata 1,020-1,030 ini masih bisa dibilang dalam rentang normal.
3. Warna Urin
Dalam Pemeriksaan ini bersifat subyektif karena hanya berdasarkan
pengamatan dan kondisi kebersihan dari metabolit cage, maka dari itu sangat
mungkin terjadi perbedaan pengamatan tiap orang. Warna urin normal ialah kuning
jernih (Kassa, 2002). Pada penetapan warna urin ini dikategorikan menjadi 4 warna,
yaitu kuning jernih, kuning agak keruh, kuning agak pekat dan kuning kecoklatan.
Hasil rata-rata warna urin urin yang diperoleh sudah normal walau agak sedikit
keruh, ini mungkin terjadi karena urin terkena kontaminasi dari bakteri yang masih
menempel pada metabolic cage yang mungkin kurang bersih waktu pencucian dan
karena waktu tampung urin yang selama 24 jam mengakibatkan bakteri tersebut telah
berkembang biak, sehingga urin menjadi keruh.
4. Volume Urin
Volume urin setelah perlakuan rata-rata mengalami penurunan baik dalam
kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, akan tetapi pada kelompok
perlakuan mengalami penurunan yang sangat mencolok. Bisa dikatakan bahwa
Tabel 2. Hasil deteksi darah pada urin tikus (n=5)
Terdeteksinya darah pada urin itu menandakan bahwa terjadi kerusakan pada
organ ginjal, yang gagal untuk memfiltrasi darah sehingga terdapat pada urin (Mundt
dan Shanahan, 2010). Seluruh sampel sebelum dan sesudah perlakuan tetap tidak
terdeteksi adanya darah dalam urinnya. Ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak
lempuyang gajah selama 28 hari tidak mempengaruhi parameter darah dalam profil
urin.
6. Leukosit
Sama seperti pada eritrosit atau sel darah merah, pada ginjal yang normal
leukosit juga seharusnya tidak terdapat pada urin hewan uji (Mundt dan Shanahan,
2010). Hasil pada penetapan sebelum perlakuan pada kelompok dosis 1000
mg/kgBB pada tikus jantan no 5 sudah terdeteksi adanya leukosit 25 WBC/µL.
setelah perlakuan ada 3 tikus yang terdeteksi adanya leukosit 1 dari kelompok jantan
400 mg/kgBB dan 2 tikus dari kelompok jantan 1000 mg/kgBB masing-masing 25
WBC/µL. Terdeteksinya leukosit dalam urin dikarenakan adanya kerusakan di dalam
tubuh tikus, sehingga tubuh memproduksi leukosit ini dan karena leukosit ini
berlebih maka salah satu cara mengeluarkannya adalah melalui urin.
Tabel 3. Hasil penetapan kimia urin lengkap pada tikus (n=5)
1000 mg/kgBB 0,82 ±0,40
Menurut Dipiro et al. (2008) kadar glukosa normal darah pada waktu puasa
tidak melebihi 120 mg/dL dan 2 jam setelah makan kurang dari 200 mg/dL,
peningkatan kadar gula dalam darah disebabkan adanya faktor yang menghambat
kerja insulin. Dari hasil pemeriksaan kimia urin untuk sebelum perlakuan semua
sampel tidak terdeteksi adanya glukosa dalam spesimen urinnya, namun pemeriksaan
pada hari ke-28 pada dosis 400 mg/kgBB terdapat 2 tikus yang terdeteksi ada glukosa
100 mg/100mL pada urinnya. Glukosuria (glukosa dalam urin) umumnya berarti
diabetes mellitus (RN.ORG, 2013). Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan
dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak
selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang
ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi
glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glukosuria ginjal.
8. Protein
Nilai normal ekskresi protein dalam urin tidak melebihi 20 mg/dL untuk
dikatakan tidak mengganggu patologi ginjal, jika melebihi nilai normal protein
didefinisikan sebagai proteinuria. Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma
disaring di glomerulus yang diserap oleh tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam
urin. Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis (Mundt dan Shanahan, 2010). Hasil dari penetapan kadar
protein pada kimia urin tikus sebelum perlakuan semua sampel negatif, dan setelah
perlakuan walau terdeteksinya protein dalam urin tikus, kadar protein pada urin
paling tinggi ditunjukkan yaitu 1000 mg/100mL dan jumlah tersebut biasanya
menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Analisis kimia urin dengan menggunakan
reagen strip sangat mungkin terjadi positif palsu dikarenakan waktu pengumpulan
urin selama 24 jam yang menyebabkan protein dalam setiap kali mengeluarkan urin
dengan metode yang selain dipstik agar mengetahui apakah hewan uji benar
mengalami proteinuria.
9. Bilirubin
Secara normal bilirubin tidak dijumpai dalam urin. Bilirubin terbentuk dari
penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat berkonjugasi dan
diekskresikan dalam bentuk empedu. Bilirubin mengindikasikan gangguan hati atau
saluran empedu. Urin yang mengandung bilirubin yang tinggi tampak berwarna
kuning pekat dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa (Mundt dan
Shanahan, 2010). Pada kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah perlakuan masih
tetap tidak terdeteksi adanya bilirubin dalam spesimen urinnya, namun setelah
perlakuan terdeteksi antara 0,1 – 0,5 mg/100ml kecuali pada kelompok kontrol betina
dan kelompok dosis 400mg/kgBB betina. Bilirubinuria (bilirubin dalam urin)
mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus
parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar)
10.Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar terbentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai
area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Ekskresi urobilinogen kedalam urin berkisar 1-4 mg/24 jam. ekskresi mencapai
puncak pada pukul 14.00-16.00 (Mundt dan Shanahan, 2010), sehingga pengambilan
sampel dilakukan pada pukul tersebut. Hasil dari penetapan urobilinogen ini sebelum
perlakuan yaitu rata-rata berkisar 0,1-1 mg/100ml, dan setelah perlakuan terjadi
sedikit kenaikan antara 1-5 mg/100ml. Namun untuk kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perlakuan tidak terjadi kenaikan, ini bisa dikatan bahwa ekstrak lempuyang
gajah mempengaruhi profil urin tikus. Pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah
mengakibatkan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi, karena fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang
melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi sehingga
diekskresikan melalui urin (Mundt dan Shanahan, 2010).
11.Keton
Keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam β -hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang
berlebihan. Keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk
menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat
(kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh
mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar. Ketonuria (keton dalam urin)
terjadi akibat ketosis, benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan
asam asetoasetat (RN.ORG, 2013). Pemeriksaan keton dengan regen strip dapat
mendeteksi 100 mg/100mL. Hasil positif palsu bisa didapatkan karena hewan uji
dalam keadaan kekurangan karbohidrat atau berpuasa. Pada keadaan puasa yang
lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus urin
didapatkan jumlah keton yang tinggi (Mundt dan Shanahan, 2010). Dalam keadaan
normal pemeriksaan keton dalam urin negatif. Semua sampel sebelum perlakuan
tidak terdeteksi keton dalam urinnya. Namun setelah perlakuan terdeteksi keton
antara 5-10 mg/100ml, akan tetapi untuk kelompok kontrol betina tetap tidak
terdeteksi adanya keton dalam urinnya dan hanya terdeteksi dalam jumlah kecil
dalam urin kelompok kontrol jantan, hal ini terjadi mungkin karena dengan perlakuan
pemberian ekstrak etanol lempuyang gajah mepengaruhi kebutuhan karbohidrat dan
nafsu makan tikus, sehingga saat berada dalam metabolite cage tikus kekurangan
makan dan terpaksa puasa karena diisolasi selama 24 jam mengakibatkan
terdapatnya keton dalam urinnya.
12.Nitrit
Nitrit merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Bentuk pertengahan
dari nitrifikasi dan denitrifikasi. Di alam nitrat sudah diubah menjadi bentuk nitrit
atau bentuk lainnya. Pada kondisi yang normal, baik nitrat maupun nitrit adalah
komponen yang stabil, tetapi pada suhu tinggi tidak stabil (Mundt dan Shanahan,
2010). Dari penetapan kimia urin tikus hanya kelompok perlakuanlah yang terdeteksi
adanya nitrit dalam spesimen urin baik pada dosis 400 mg/kgBB maupun yang 1000
mg/kgBB. Terdeteksinya nitrit dalam urin dikarenakan terdapatnya bakteri yang
dapat mereduktase yang ada disaluran kemih tikus, yang ditunjukkan dengan warna
urin yang pekat dan keruh (Mundt dan Shanahan, 2010).
Dari hasil penetapan profil urin tikus sebelum dan sesudah perlakuan dengan ekstrak
etanol lempuyang gajah selama 28 hari, terdapat pengaruh terhadap parameter fungsi ginjal
yang bisa dilihat dari penetapan hasil profil urin pada tabel 1, table 2 dan tabel 3. Hasil
penetapan kimia urin tersebut menunjukkan bahwa dari parameter tersebut terdapat
pengaruh dari pemberian ekstrak etanol lempuyang yaitu menyebabkan terdeteksinya
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemberian ekstrak lempuyang gajah selama 28 hari memberikan pengaruh
pada profil urin tikus pada parameter berkurangnya volume urin dan terdeteksinya
bilirubin, keton dan nitrit dalam beberapa sampel urin hewan uji.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pemerikasaan kimia urin dengan metode tersendiri untuk
menganilisis parameter-parameter tertentu seperti protein, glukosa, bilirubin dan
urobilinogen.
2. Perlu dilakukannya pemeriksaan histopatologi untuk organ organ yang
bersangkutan tentang parameter urin yaitu ginjal.
3. Perlu Uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih lama.
4. Perlu pengawasan apabila ekstrak lempuyang gajah digunakan secara terus
menerus.
UCAPAN TRIMAKASIH
Kami ucapkan terimakasih Bapak Aziz Saifudin, P.hd. selaku Dekan Fakultas Farmasi UMS,
Ibu Tanti Azizah Sujono, M.Sc., Apt. dan bapak Andi Suhendi, M.Sc., Apt. selaku dosen
penguji skripsi, semua jajaran dosen dan laboran Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, serta DIKTI melalui program hibah bersaing yang telah
membantu kelancaran dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bhuiyan, Nazrul Ilham, Chowdhury, Jasim Uddin dan Begum, Jaripa, 2009, Chemical Investigation of The Leaf and Rhizome Essential Oils of Zingiber zerumbet (L.) Smith from Bangladesh, A Journal of the Bangladesh Pharmacological Society (BDPS), 4, 9-12.
Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Barbara G. Wells dan Posey, L. Michael, Phaarmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 7th edition, Mc. Graw Hill Companies, 1208-1209.
Hanwar, D., Melannisa, R. & Trisharyanti, I., 2013, Pengembangan Obat Antikanker Payudara dari Lempuyang Gajah dan Lempuyang Emprit dengan Kontrol Kualitas Berbasis Senyawa Penanda Zerumbone dan Aktivitas Antikanker pada Sel T47D. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hendriani, R., 2007, Uji toksisitas subkronis kombinasi ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) dan Rimpang Jahe Gajah (Zingiber officinalle Rosc.) pada Tikus Wistar, Karya Ilmiah, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.
Kassa, Assamenew., Wolde, Mistir., dan Kibret, Belayhun., 2002, Urinalysis, Ethiopia Publik Health Training Initiative, Ethiopia.
Masuda, T. & Jitoe, A., 1994, Antioxidative and antiinflammatory compounds from tropical gingers: isolation, structure determination, and activities of cassumunins A, B and C, new complex curcuminoids from Zingiber cassumunar, Food Chern, 42, 1850-1856.
Mundt, Lillian. dan Shanahan, Kristy., 2010, Graff's Textbook of Urinalysis and Body Fluids, Wolters Kluwer, Philadhelpia, 36-51.
OECD, 2008, Guidelines for The Testing of Chemicals : Repeated Dose 28-Day Oral Toxicity Study in Rodents, OECD.
RN.ORG, 2013, The Complete Urinalysis and Urine Test, www.rn.org.
Suganda, A. & Ozaki, Y., 1996, Efek Analgesik Ekstrak Rimpang Empat Jenis Tanaman Suku Zingiberaceae. Perhipba Balittro, Bogor, VIII, 330-331.
Suhirman, S., Syukur, C., Penelitian, B., Obat, T., Besar, B., Pasca, P., & Pertanian, P, 2006, Uji Toksisitas Ekstrak Lempuyang Gajah ( Zingiber zerumbet ) terhadap Larva Udang ( Artemia salina Leach .) BSLT ( Brine Shrimp Lethality) sederhana dari biota laut. Bul. Littro, XVII, 30-38.
Tzeng, T.-fong, Liou, S.-shii, Chang, C. J., & Liu, I.-min, 2013, The Ethanol Extract of Zingiber zerumbet Attenuates Streptozotocin-Induced Diabetic Nephropathy in Rats, 2013, 1-8.