• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Teams Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Student Teams Achievement Division (STAD) pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

Pada bab II ini berkaitan dengan variable penelitian, variabel terikat merupakan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sedangkan variabel bebas merupakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Kajian teori diawali dari hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD mulai dari pengertian, kompetensi dasar pembelajaran IPA SD, pembelajaran IPA SD, dan

penilaian IPA SD. Berikutnya adalah Kajian teori yang kedua terkait dengan model pembelajaran STAD dimulai dari pengertian, karakteristik, langkah-langkah model pembelajaran STAD, analisis komponen-komponen model pembelajaran STAD, dan penerapan model pembelajaran STAD. Kajian teori yang ketiga terkait dengan hasil belajar IPA yang meliputi pengertian hasil belajar IPA dan pengukuran hasil belajar IPA.

2.1.1 Hakikat IPA SD 2.1.1.1 Pengertian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’ terdiri dari social scince (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam). Menurut Trianto (2010:136) “Ilmu Pengetahuan (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,terbuka, jujur dan sebagainya”.

(2)

science itu pengertiannya dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini (Samatowa, 2010: 2-3).

Menurut Sutarno (2008: 8) “Belajar Sains/IPA merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa, sehingga di sini peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagnosis dan fasilitator belajar siswa”.

Trianto (2010 : 141) merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara

lain sebagai berikut.

a) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sitematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

b) Ketrampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah. c) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah

baik kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan .\ Tujuan IPA sekolah, khusus di sekolah dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006 : 37) :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

(3)

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan sekedar menguasai pengetahuan saja yang berupa konsep-konsep, fakta-fakta, dan prinsip-prinsip saja akan tetapi sebagai proses penemuan dalam

kehidupan nyata. Dalam pendidikan IPA dapat menjadikan tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan dan menerapkan dalam lingkungannya sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pengalaman secara langsung untuk mengembangkan penemuan yang dilihat, menjelajahi dan memahami lingkungan alam sekitar. IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara baik agar tidak berdampak buruk pada lingkungan.

2.1.1.2Definisi Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD / MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Stadar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Kompetensi Dasar IPA SD dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan

pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

(4)

Lingkungan, teknologi, masyarakat sebagai proses belajar untuk diterapkan dalam konsep IPA. Kompetensi dasar diperlukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai dasar menentukan materi pembelajaran.

2.1.1.3 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan

pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide -ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada dilingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA)di SD merupakan suatu pembelajaran yang dapat menambah pengetahuan siswa di alam sekitarnya, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Hal itu sesuai dalam kurikulum Badan standar nasional pendidikan (BSNP 2007:139) mengemukakan bahwa: “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistimatis. ”Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta - fakta, konsep-konsep atau prinsip -prinsip

(5)

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sehubungan dengan itu ,(Khaerudin dan Soedjono 2005:15) mengemukakan bahwa ”tujuan pembelajaran IPA diajarkan dikelas adalah (1) mengembangkan kognitif siswa, (2) mengembangkan afektif siswa, (3) mengembangkan psikomotorik siswa, (4) mengembangkan kreatifitas siswa, serta (5) melatih siswa berpikir kritis”. Selain itu juga dalam kurikulum 2007 (BSNP 2007:140) dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran IPA untuk tingkat sekolah dasar adalah: (1). Memperoleh keyakinan pada kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan

dan keteraturan alam ciptaanya, (2) mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antar IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, (6) menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan.

Berdasarkan paparan menurut para ahli pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang mampu mencari, menemukan apa yang dilihat, menyimpulkan dan mengomunikasikan sebagai pengetahuan dan pengalaman siswa. IPA sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dari hal tersebut memicu siswa mencari rasa ingin tahu yang ada di sekitar lingkungannya. Pengetahuannya menjadi banyak karena siswa melihat penemuanya secara langsung. Setiap apa yang diliahat dinamakan penemuan baru yang menambah pengetahuan. Karena pembelajaran IPA dibutuhkan fakta yang adadengan mempelajari gejala-gejala

(6)

2.1.1.4Penilaian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

Dalam suatu pembelajaran tidak hanya dibutuhkan teori, konsep atau ide, namun dalam menyajikan suatu proses itu yang paling penting dalam sebuah pembelajaran. Kondisi hasil akhir yang dicapai siswa dari pembelajaran IPA sudah dapat dilihat bagaimana siswa tersebut melakukan proses pembelajaran. Apabila siswa melakukan dengan baik, maka akan mendapatkan hasil pembelajan yang memuaskan. Model pembelajaran yang dapat memacu siswa menguasai ketrampilan yang diajarkan guru, memiliki rasa tanggung jawab, berpikir kritis,

percaya diri dalam mengikuti pembelajaran.

Model pembelajaran yang mencakup hal-hal tersebut menurut peneliti adalah model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Penjelasan lebih lanjut mengenai Student Teams Achievement Division (STAD) akan dipaparkan uraian selanjutnya.

2.1.2 Model Student Teams Achievement Division (STAD) 2.1.2.1Pengertian Student Teams Achievement Division (STAD)

Metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemapuan siswa yang heterogen, dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaraan kooperatif.

Menurut Salvin dalam Rusman (2007) model Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA,IPS, bahasa Inggris, teknik, dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat

(7)

Hosnan (2004: 83-84) Model Student Teams Achievement Division (STAD) didalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan. Dapat diartikan model pembelajaran STAD diharapkan siswa berkelompok secara heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan. Berasal dari suku, yang memiliki kemampuan tinggi atau rendah. Model pembelajaran ini berguna untuk menumbuhkan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dalam pembelajaran.

2.1.2.2 Karakteristik model Student Teams Achievement Division(STAD) Arends (2001) merumuskan karakteristik model Student Teams Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut.

a) Tujuan kognitif: informasi akademik sederhana. b) Tujuan sosial: kerja kelompok dan kerjasama.

c) Struktur tim: kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota. d) Pemilihan topik pembelajaran: biasanya oleh guru.

e) Tugas utama: siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajaranya.

f) Penilaian: tes mingguan.

Dalam model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) membuat siswa menjadi kelompok beranggotakan empat sampai lima orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan topik dan memastikan siswa-siswa didalam kelompok bisa menguasai pelajaran. Pembelajaran berguna menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan kemampuan membatu teman. Berkaiatan dengan hal tersebut model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) mempunyai kelebihan dan kekurangan, yang pertama adalah kelebihan dari model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) antara lain:

(8)

b. Siswa aktif membatu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. c. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan

keberhasilan kelompok.

d. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

e. Meningaktkan kecakapan individu. f. Meningkatkan kecakapan kelompok. g. Tidak bersifat kompetitif.

h. Tidak memiliki rasa dendam.

Sedangkan kekurangannya antara lain:

a. Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sekaligus sulit mencapai target kurikulum.

d. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

e. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

f. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.

2.1.2.3 Langkah-langkah Model Student Teams Achievement Division (STAD) Secara umum langkah-langkah model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) menurut Slavin (2007) dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Langkah 1 : Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Pada langakah pertama guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai pada pembelajaran tersebut. Selanjutnya memotivasi siswa untuk belajar.

(9)

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akadmik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.

3. Langkah 3 : Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai ada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.

4. Langkah 4 : Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan.

5. Langkah 5 : Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelmpok. Siswa diberikan kursi secara inividual dan tidak tidak dibenarkan kerjasama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 80, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.

6. Langkah 6 : Penghargaan Prestasi Tim

Setelah melaksanakan kuis, guru memeriksa hasil kerja dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan dilakukan oleh

guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebgai berikut: a) Menghitung skor Individu

(10)

Tabel 2.1 Penghitungan Perkembangan Skor Individu

No. Nilai Tes Skor Perkembangan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 2. 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar 10 poin 3. Skor 0 sampai 10 diatas skor dasar 20 poin 4. Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin

5.

Pekerjaan sempurna (tanpa memerhatikan skor dasar)

30 poin

b) Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok

No Rata-Rata Skor Kualifikasi

1. 0 < N < 5 _

2. 6 < N < 15 Tim yang Baik (Good Team)

3.

16 < N< 20 Tim yang Baik Sekali ( Great Team)

4.

21 < N < 30 Tim yang Istimewa (Super Team)

c) Pemberian hadiah atau pengakuan skor kelompok

(11)

masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Dari uraian yang telah dipaparkan langakah-langkah model STAD yang pertama guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran. Selanjutnya guru membagi siswa untuk berkelompok, dalam berkelompok terdiri dari 4-5 orang namun pembagianya secara acak dalam prestasi akademiknya yang baik atau yang kurang, jenis kelamin. Siswa tidak diperbolehkan untuk memilih kelompoknya sendiri. Dalam hal ini siswa akan

dapat bekerja sama dengan baik, yang akademiknya baik akan dapat membantu temannya yang akademiknya kurang baik, siswa dapat bertukar pendapat tanpa rasa takut. Guru kemudian membagikan lembar kerja untuk setiap kelompok, siswa mengerjakan bersama kelompoknya. Selama siswa bekerja dalam kelompok guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan dan dorongan bila siswa kesulitan. Berikutnya siswa kembali duduk di tempat semula, guru membagikan lembar evaluasi, diharapkan siswa bertanggung jawab atas pekerjaannya dalam memahami materi yang disampaikan. Selanjutnya guru menghitung skor memeriksa hasil kerja siswa, bila skor memenuhi kriteria penilaian kelompok akan mendapatkan penghargaan dari guru sesuai dengan skornya.

2.1.2.4 AnalisisKomponen- Komponen Model Pembelajaran STAD

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104 - 106) memaparkan dalam bukunya Model of Teaching, model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen. Komponen yang melekat pada model pembelajaran diantaranya meliputi sintaks, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana prasarana pelaksanaan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat lain dari terciptanya suasana belajar dalam

model tertentu. Komponen - komponen dari model pembelajaran STAD yaitu sebagai berikut.

(12)

Slavin (1990) membagi fase - fase yang harus ditempuh dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD . Fase - fase tersebut dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3

Fase - fase Pembelajaran Kooperatif STAD

Fase Kegiatan guru

Fase 1:

Penyajian informasi

Memaparkan materi kepada siswa melalui demonstrasi maupun bahan bacaan

Fase 2

Membagi siswa ke dalam tim - tim secara heterogen

Membagi siswa ke dalam kelompok - kelompok dengan berdasarkan prinsip heterogenitas

Fase 3 Kerja tim

Membimbing siswa berdiskusi bersama kelompok sebagai bekal dalam pelaksanaan kuis secara individual Fase 4

Kuis /Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah diajarkan atau

masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya Fase 5

Memberikan penghargaan

Memberikan penghargaan atas prestasi yang diperoleh melalui kegiatan tim maupun individual

2.Prinsip Reaksi

Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2009) prinsip reaksi berkaitan dengan pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru

melihat dan memperlakukan para siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Prinsip ini memberi petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan yang berlaku pada setiap model pembelajaran.

(13)

demonstrasi secara jelas, siswa mampu berkelompok dengan heterogen. Guru memberikan bahan materi yang akan didiskusikan, siswa memahami lembar kerja yang diberikan oleh guru dengan kemampuan kelompoknya. Guru mengamati yang dikerjakan siswa saat mengerjakan agar dalam mengerjkan tidak melenceng dari yang diharapkan. Selain itu guru juga memotivasi siswa dalam mengerjakan lembar kerja agar siswa tidak mudah menyerah dalam menemukan jawaban atau cara untuk mengerjakan lembar kerja yang diberikan.

Dalam kegiatan diskusi peran guru hanya pembimbing dan fasilitator agar

dalam diskusi kelompok dapat mendiskusikan hasil kerjanya tanpa ada kesulitan . Peran guru juga mengarahkan agar siswa dapat menyimpulkan sendiri apa yang telah didapat pada proses pembelajaran.

3. Sistem sosial

Bruce dan Weil (1980) sistem sosial menggambarkan bentuk kerja sama guru-peserta didik dalam pembelajaran atau peran-peran guru dan peserta didik dan hubungannya satu sama lain dan jenis-jenis aturan yang harus diterapkan. Peran kepemimpinan guru bervariasi dalam satu model ke model pembelajaran lainnya. Dalam beberapa model pembelajaran, guru bertindak sebagai pusat kegiatan dan sumber belajar (hal ini berlaku pada model yang terstruktur tinggi), namun dalam model pembelajaran yang terstruktur sedang peran guru dan peserta didik seimbang. Setiap model memberikan peran yang berbeda pada guru dan peserta didik.

4. Daya Dukung

Bruce dan Weil (2009) sistem pendukung menggambarkan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung keterlaksanaan model pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana, misalnya alat dan bahan, kesiapan guru, serta kesiapan peserta didik.

(14)

benda-benda yang nyata. Misalna buku, alat peraga untuk mendukung proses pembelajaran.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Joyce, Weil dan Calhoun (2009 ) dampak instruksional merupakan hasil belajar siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang secara umum dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yaitu siswa mampu bertransisi kedalam tim secara efisien, membangun pengetahuannya melalui diskusi dengan teman sebaya, sehingga siswa akan lebih bebas berekspresi tanpa ada rasa takut. Siswa akan terbiasa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Secara khusus, dampak instruksional yang ditimbulkan dari pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan materi struktur bagian tumbuhan dan fungsinya melalui model STAD adalah kemampuan menentukan bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya . Dampak pengiring adalah kemampuan lain yang muncul dari suasana pembelajaran yang dialami siswa diluar arahan dari guru.

Secara umum dampak pengiring yang timbul dari pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa mampu berdiskusi bersama kelompoknya yang heterogen, siswa yang mempunyai kemampuan akademik yang tinggi akan membantu (menjelaskan materi) kepada anggota yang mempunyai kemampuan akademik rendah. Model pembelajaran ini akan memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Adanya rasa tanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada kelompoknya. Secara khusus, dampak pengiring yang akan didapatkan siswa melalui

(15)

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Student Teams Achievement

Division (STAD) digambarkan dalam bagan berikut

Keterangan :

Dampak instruksional Dampak pengiring

Gambar 2.1

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Student Teams Achievement Division (STAD)

2.1.2.5Penerapan Model Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ) SD

Berdasarkan kajian dari model Student Teams Achievement Division (STAD) yang telah dipaparkan, maka menurut peneliti Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen dimana model

Disiplin

Kerjasama

Jenis akar serabut dan akar tunggang

Tanggung Jawab

Percaya diri Aktif Tekun

Toleransi Menjelelaskan akar

gantung, akar tunjang, akar napas dan akar

pelekat

Berpikir Kritis

Student Team Achievement

Division

(STAD

)

Menyebutkan kegunaan

akar

(16)

pembelajaran ini dipandang paling sederhana dan langsung. Model Student Teams Achievement Division (STAD) menggunakan strategi-strategi belajar mengajar yang menekankan sikap dan perilaku dalam bekerja sama secara berkelompok yang terdiri dari empat sampai lima orang. Dalam hal ini siswa dapat berkelompok menerapkan konsep-konsep atau materi IPA yang sudah dipelajari untuk memecahkan lembar kerja. Dengan kata lain model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyerap pembelajaran, sikap dan perilaku dalam berkelompok dengan

mengemukakan pendapat, bertangung jawab atas hasil yang dikerjakan bersama dalam penerapan pembelajaran IPA, sehingga pembelajaran akan bermakana, meningkatkan pemahaman siswa tentang materi, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan dalam pembelajaran.

Tabel 2.4

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan model Student Teams

Achievement Division (STAD)

Kegiatan Guru Sintaks Kegiatan Siswa

1. Guru menyampaikan

(17)
(18)

12.Guru membagikan

3. Kerja tim 12.Siswa mengerjakan

soal pada Lembar

Berdasarkan prosedur pelaksanaan yang telah dipaparkan dalam tabel rancangan dikatakan berhasil apabilan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan

(19)

1. Pada fase pertama yaitu penyajian informasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dalam hal ini siswa harus dapat mencapai tujuan yang tealah direncanakan. Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran secara seerhana dapat di iingat, dipahmi oleh siswa. Pada saat menjelaskan materi dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata, maka guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan menguasai materi yang diajarakan. Karena nantinya guru akan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan siswa. Jika guru dalam penyampaian materi kurang jelas hal

yang terjadi siswa tidak memahami isi dari materi tersebut, siswa kan merasa kebingungan setelah mendapatkan atau mengerjakan lembar kerja.. Apabila siswa mengalami hambatan maka tugas guru memberi penjelasan secara singkat namun dapat dipahami siswa untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan.

2. Pada fase kedua membagi siswa kedalam tim-tim secara heterogen, dalam fase ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, tiap kelompo terdiri dari 4-5 orang. Namun dalam pembagianya secara heterogen tidak sesuai dengan jenis kelamin, tingkat akademiknya, dari ras atu suku berbeda. Semua diacak oleh guru dengan menyiapkan kertas warna-warni, siswa satu persatu diminta mengambil secara bergantian. Siswa yang mendapat kertas yang warnanya sama akan diarahkan guru untuk berkumpul ke siswa yang mempunai warna kertas yang sama begitu seterusnya.

3. Pada fase ketiga kerja tim, pada fase ini siswa setelah semua mendapatkan kelompok guru selanjutnya membagikan lembar kerja kepada tiap kelompok. Pada saat siswa sedag mengerjakan guru berkeliling membantu siswa yang kesulitan, mendorong siswa agar tetap semangat dalam

(20)

4. Fase keempat kuis/evaluasi, pada fase ini setelah guru memberikan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai perkembangan individu.

5. Fase kelima memberi penghargaan, setelah nilai ditentukan guru masing-masing akan mengetahui hasilnya. Jika nilainya kelompok sesuai dengan prestasi maka guru akan memberikan penghargaan/ hadiah pada kelompok tersebut.

2.1.3 Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SD

Belajar sebagai proses memungkinkan seseorang untuk mengubah perilakunya, beberapa ahli pendidikan mengemukakan tentang batas mengajar antara lain menurut Suryabrata (1991:45) bahwa: “ Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru kearah yang lebih baik.” Ahli lain yakni Ahmad dan Supriyono (1991:18) mengemukakan bahwa “ secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.”

Pengertian belajar juga dikemukakan Bruner (dalam Hamzah Uno 2008:154) menjelaskan tentang kegiatan belajar sebagai proses menemukan diri. Menurut Uno (2008:18) bahwa “Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan keapada siswa untuk menemukan sendiri aturannya (termasuk konsep, teori, dan definisi).” Dari batasan para ahli diatas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan pengalaman individu akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai akibat dari hasil

(21)

Mengacu pada beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses kegiatan belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa dalam pencapaian tujuan/ indikator yang telah ditentukan.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori,prinsip, atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

(22)

pengalaman belajarnya.Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalammencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Peneliti Sulastri (2012) jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus. Pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan dan pada siklus II juga dilakukan dalam dua kali pertemuan. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan lembar observasi dan dengan mengadakan post tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80 % dari seluruh siswa kelas IV telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 65 (≥65). Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 10 siswa (33,33%) dan yang belum memenuhi KKM terdapat 20 siswa (66,67%). Siklus I menerapkan metode belajar kelompok terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 21 siswa memenuhi KKM (70%) dan 9 siswa (30%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Pada siklus II terdapat 26 siswa memenuhi KKM (86,67%) dan 4 siswa (13,33%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Persentase ketuntasan belajar 80,73%, sudah tuntas karena sudah mencapai ketuntasan belajar ≥ 80%. Disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif STAD dan penggunaan alat peraga konkret pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Semester II SD Negeri 3

(23)

Peneliti Patrisius (2014) Hasil penelitian menunjukkan : sebelum menggunakan penelitian tindakan kelas berdasarkan hasil observasi, hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 yang memenuhi nilai KKM 65 siswa dengan persentase 33,33% dan persentase yang tidak tuntas 66,67%. Setelah dilakukan penelitian dengan pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievements (STAD) pada siklus I hasil belajar siswa yang tuntas persentasenya adalah 61,11% dan yang tidak tuntas persentase 38,89%, sedangkan pada siklus II dan hasil belajar siswa juga sudah meningkat semua

menjadi 18 siswa yang tuntas dengan persentase 100% dan yang tidak tuntas 0 siswa dengan persentase 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2013/2014.

Peneliti Christina (2013) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA meningkat setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan Handout pembelajaran. Peningkatan dapat terlihat dari nilai rata-rata kelas dan yang pasti yaitu jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yaitu = 65 atau dapat di lihat dari indikator ketuntasan yaitu sebesar = 85%. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kondisi awal yaitu sebesar 67,31, siklus I meningkat menjadi 85,24dan siklus II lebih meningkat menjadi 85,51. Jumlah siswa yang belum tuntas dan yang sudah tuntas pun meningkat. Pada kondisi awal ketuntasan hasil belajar IPA hanya 34,48%, pada siklus I naik menjadi 86,20%, dan pada siklus II naik menjadi 96,55%. Skor minimal pada kondisi awal 54, pada siklus I naik menjadi 60, dan pada siklus II juga naik menjadi 64. Sedangkan skor maksimal pada kondisi awal 98, pada siklus I dan

(24)

Dapat disimpulkan dari penelitian relevan yang telah dipaparkan dalam penggunaan model Student Teams Achievement Division (STAD) mampu meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Namun bukan untuk membandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya, akan diterapakan untuk digunakan sebagai upaya meningkatakan hasil belajar IPA. Meskipun menggunakan model pembelajaran STAD yang sama dengan beberapa penelitian diatas, akan tetapi materi dan subjeknya berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang struktur tumbuhan dan fungsinya, sedangkan subjek

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Gendongan 01 Salatiga.

2.3 Kerangka Pikir

Penerapan model pembelajaran STAD dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, siswa diharapakan mampu memahami konsep ilmu pengetahuan alam agar lebih mudah, karena siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi/ bekerjasama dalam berkelompok. Melalui model STAD ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan daya pikirnya mengenai konsep ilmu pengetahuan alam. Dalam mencapai keberhasilan suatu model pembelajaran tentunya tidak terlepas dari prosedur pelaksanaan sintak yang ada. Sintak yang mendasari pelaksanaan model STAD yang pertama ialah penyajian materi oleh guru. Pada fase ini, siswa diharapkan dapat timbul aktif dalam materi yang diajarakan, sehingga siswa memperhatikan guru dengan disiplin. Fase kedua adalah membagi siswa dalam tim-tim secara heterogen. Diharapkan saat guru dalam pembagian kelompok secara acak siswa mempunyai rasa toleransi, karena kebanyakan siswa lebih cenderung memilih teman dalam berkelompok. Fase ketiga adalah kerja tim, dalam hal ini antarsiswa dalam berkelompok diharapkan mempunyai sikap kerjasama dan tanggung jawab dan nantinya akan tumbuh dengan sendirinya.

(25)

siswa dapat memberikan motivasi belajaranya. Rasa kepercayaan diri siswa akan meningkat dengan adanya penghargaan tersebut. Akan tetapi dalam pemberian penghargaan tidak diperbolehkan berupa wujud benda, sekedar ucapan selamat dengan mengacungkan jempol dapat mempengaruhi dalam memotivasi belajar. Dalam kerangka pikir untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari okok-pokok permasalahan yang ada, maka dari itu dibuatlah kerangka berpikir yang ditampilkan dalam gambar bagan di bawah ini.

Bagan Kerangka Pikir Model Pembelajaran STAD

Sintak/ Langkah-langkah

(26)

Telah diuraikan diatas mengenai kerangka berpikir model pembelajaran STAD, pada intinya tujuan pembelajaran telah direncanakan jika sintak atau langkah-langkah pembelajaran STAD dilakukan dengan baik dan benar. Dalam pelaksanaan sintak yang sesuai prosedur akan membawa siswa pada hasil belajar. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya. Berikut digambarkan mengenai kerangka pikir penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada mata pelajaran ilmu pengetahuan alam.

1.4Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Penghitungan Perkembangan Skor Individu
Tabel 2.3
Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Gambar 2.1 Student Teams
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan model Tabel 2.4 Student Teams
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pemeriksaan kendaraan bermotor atau disebut juga “ syaken ” ,adalah pemeriksaan dengan waktu tertentu, apakah mobil yang Anda pakai sesuai dengan standart dasar hukum

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

Pada hari ini Senin-Kamis tanggal Dua Puluh Lima – Dua Puluh Delapan bulan Mei tahun Dua Ribu Lima Belas (25/28-05-2015), kami Kelompok Kerja III ULP Koordinator Wilayah

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

“Pembangunan, kelompok sosial dalam sistem tersebut, berpindah dari suatu kondisi yang dianggap tidak menyenangkan kepada suatu kondisi atau situasi kehidupan yang dianggap

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode