• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan - Pengaruh Karakter Kewirausahaan dan Strategi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Berwirausaha Pada Studi kasus anggota BPD HIPMI Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kewirausahaan - Pengaruh Karakter Kewirausahaan dan Strategi Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Berwirausaha Pada Studi kasus anggota BPD HIPMI Sumatera Utara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kewirausahaan

Istilah kewirausahaan merupakan terjemahan dari kata entrepreneurship

yang diartikan sebagai the backbone economy (syarat pusat perekonomian) atau sebagai tailbone economy (pengendali perekonomian suatu bangsa) (Wirakusumo, dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 8). Kewirausahaan merupakan

gabungan kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko, yang dilakukan

dengan kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru (Alifuddin dan

Razak, 2015: 8).

Secara epistemology, hakikat kweirausahaan merupakan nilai yang

diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu

yang baru dan berbeda. Menurut Zimmerer dan Norman (2008: 86),

kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan

masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity and innovation to solve the problems and explot oppurtuties that people face everyday).

Menurut Daryanto (2012: 4), kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi

tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin

dihadapinya. Dalam bidang tertentu, kewirausahaan telah menjadi kompetensi inti

(2)

hanya dapat digunakan sebagai kiat bisnis jangka pendek, tetapi juga sebagai kiat

kehidupan secara umum dalam jangka panjang.

Menurut Kao (dalam Saiman, 2014: 41), berkewirausahaan merupakan

suatu penciptaan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen

pengambilan resiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan

manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan atau sumber

daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan

baik. Kewirausahaan juga berarti proses dinamis atas penciptaan tambahan

kekayaan oleh individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat

kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai-nilai untuk

berbagai barang dan jasa.

Menurut Situmorang (2011: 20) kewirausahaan merupakan suatu

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan adanya

jiwa wirausaha, seseorang diharapkan agar terbentuk pola pikir menjadi seorang

wirausaha yang mampu menciptakan lapangan perkerjaan. Selain itu wirausaha

juga dapat memahami potensi dirinya sehingga akan memiliki visi dan masa

depan yang lebih baik, lebih cerah, dan lebih menyenangkan.

Memahami bakat kewirausahaan maka akan terbentuk sikap-sikap yaitu,

kreatifitas, keberanian, mengambil resiko, melihat masalah sebagai peluang,

memilih usaha sesuai hobi dan minat, berani memulai dengan modal seadanya,

senang mencoba hal yang baru, bangkit jika gagal, dan tidak mengandalkan gelar

akademis. Potensi kewirausahaan ini harus sering di galih oleh seseorang agar

(3)

Menurut Hisrich (dalam Saiman, 2014: 42) kewirausahaan dapat

didefenisikan melalui 3 pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan Ekonom, Entrepreneur merupakan orang yang membawa sumber

daya tenaga, material, dan aset lainnya ke dalam kombinasi yang membuat

nilainya lebih inovasi/ pembaruan, dan suatu order/ tatanan, atau tata dunia

baru.

2. Pendekatan psikolog, entrepreneur merupakan seseorang yang digerakkan

secara khas oleh kekuatan tertentu kegiatan untuk menghasilkan atau

mencapai sesuatu pada percobaan, pada penyempurnaan, atau mungkin pada

wewenang mencari jalan keluar.

3. Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur merupakan seseorang pebisnis

yang muncul sebagai ancaman pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis

lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber

penawaran, seorang pelanggan, atau seseorang yang menciptakan kekayaan

bagi orang lain juga menemukan jalan yang lebih baik untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

2.1.2 Profil Berwirausaha

Seseorang yang memiliki bakat berwirausaha dapat mengembangkan

bakatnya melalui pendidikan dan pelatihan. Mereka yang menjadi wirausaha

adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk

menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya.

Oleh karena itu untuk menjadi wirausaha yang sukses, tidak cukup hanya

(4)

usaha yang akan ditekuni antara lain keuangan, produksi, pemasaran, dan

akuntansi.

Menurut Riye (dalam Saiman, 2014: 45), ada beberapa kualifikasi profil

wirausaha agar bisa berhasil dalam membangun bisnisnya, yaitu:

1. Seseorang yang berprestasi tinggi

Seorang wirausahawan dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi, sehingga

diperlukannya kerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan pihak yang

bisa membantu memecahkan masalah dalam berbisnis. Dalam setiap langkah

harus memikirkan pandangan jangka pendek maupun jangka panjang dan

bisa menentukan visi dan misi bisnisnya.

2. Pengambil resiko

Seorang wirausahawan tidak boleh takut dalam menghadapi atau memikul

resiko, namun tidak sebagai pengambil resiko yang terlalu rendah ataupun

terlalu tinggi. Jika memungkinkan, sebaiknya memilih resiko menengah

sehingga jika berani mengambil resiko maka pebisnis dapat mengambil

peluang-peluang yang ada didepannya sehingga tujuan yang diinginkan

tercapai.

3. Pemecah masalah

Seorang pebisnis harus mampu memecahkan masalah dan sekaligus dapat

menyelesaikannya dengan efisien dan efektif atas masalah yang dihadapi.

4. Pencari status

Para wirausahawan lebih menyukai apabila mendapatkan pujian atas bisnis

(5)

5. Memiliki tingkat cadangan energi yang tinggi

Para wirausaha dituntut untuk sehat jasmani dan rohani serta dapat melebihi

dari tuntutan jam kerja normal atau dapat bekerja pada kurun waktu yang

panjang. Hal ini dikarenakan mereka yang mengelola waktu dengan mandiri,

dan pada tahap awal membutuhkan waktu yang panjang.

6. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi

Percaya diri bahwa seorang wirausaha memiliki keterampilan, kemauan, dan

kemampuannya sendiri, dan dapat menguasai hidup tanpa bergantng pada

pihak lain.

7. Menghindari emosi

Harus dapat menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkembangnya

hubungan yang buruk dengan mitra usaha. Dan tidak menganggap bisnis

sebagai suatu beban.

8. Memerlukan kepuasan pribadi

Wirausahawan umumnya termotivasi oleh sesuatu kebutuhan akan prestasi

pribadi sehingga mereka harus mengatur usahanya secara fleksibel, tidak

perlu meniru bentuk struktur organisasi tradisonal yang birokratis, namun

harus dapat bentuk sendiri struktur yang dibutuhkan, sehingga muncul

kepuasan diri pribadi atas keberhasilannya.

Tabel 2.1 Profil Wirausaha Karakteristik

Profil Ciri Wirausaha yang Menonjol

Berprestasi Tinggi

(6)

Lanjutan Tabel 2.1

Karakteristik Profil

Ciri Wirausaha yang Menonjol

Pengambil resiko Tidak takut dalam mengambil resiko, tapi menghindari resiko tinggi bila memungkinkan

Pemecah masalah Mereka cepat mengenali dan memecahkan masalah yang menghalangi mencapai tujuannya.

Pencari status mereka tidak akan memperoleh kebutuhan akan status mengganggu misi bisnisnya

Tingkat enegi tinggi

Mereka berdedikasi dan bersedia bekerja dengan jam kerja yang panjang untuk membangun bisnisnya

Percaya diri Mereka mengandalkan tingkat percaya diri yang tinggi dalam mancapai sukses

Ikatan emosi Mereka tidak akan memperoleh hubungan emosional menganggu mencapai kesuksesan

Kepuasan Pribadi Mereka menganggap struktur organisasi sebagai suatu halangan bagi sasaran yang ingin dicapainya

Sumber: Echdar, 2014

2.2 Karakter Kewirausahaan

Kata karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, dan kharax

yang maknanya adalah alat untuk menandai, untuk mengukir. Karakter dapat

diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang

dengan orang lain. Menurut Suryana dan Bayu (2010: 66-67), karakter wirausaha

merupakan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dari yang lain. Karakter kewirausahaan harus dibangun

sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda. Proses membangun karakter ini

memerlukan disiplin yang tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika,

diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi,

(7)

kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.pentingnya karakter dalam

kewirausahaan menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning) seorang wirausaha. Sebab kecerdasan dan pengetahuan dapat memiliki nilai jual yang baik jika dapat dimanfaatkan dengan baik.

Menurut McClelland (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 29), wirausaha

mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi dibanding mereka yang bukan

berwirausaha, disamping itu wirausahawan juga memiliki kontrol internal yang

lebih tinggi dibanding orang non wirausahawan. McClelland membagi karakter

wirausaha berdasarkan keinginan pencapaian menjadi enam hal, yaitu:

1. Menyukai pekerjaan dengan resiko yang realistis.

2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental.

3. Tidak bekerja lebih giat karena imbalan uang.

4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh capaian pribadi.

5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi yang memberikan

umpan balik yang jelas dan positif.

6. Berpikir ke masa depa serta jangka panjang.

Karakteristik merupakan suatu penyaring alami untuk menjadi

wirausahawan. Tanpa karakteristik yang khas, maka yang terjadi hanyalah

wirausaha sebagai ajang coba-coba sehingga manjadi wirausaha hanya bersifat

sementara. Bygrave (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 29) membagi karakter

tersebut dalam 10 karakter, yaitu:

1. Impian, seseorang pasti mempunyai mimpi dan visi untuk masa depan dan

(8)

2. Perencanaan, sebelum melakukan sesuatu, maka seorang wirausahawan

memiliki perencanaan yang matang agar sesuatu dapat berjalan sesuai dengan

prosedur yang telah dibuat.

3. Bertindak cepat, seorang wirausahawan selalu bertindak dengan cepat dalam

melakukan sesuatu, karna setiap waktu adalah peluang yang dapat

dimanfaatkan.

4. Komitmen, dalam menjalankan bisnis, seseorang harus memiliki komitmen

penuh terhadap bisnis tersebut, bertanggung jawab terhadap keputusan yang

telah diambil dan pantang menyerah.

5. Berdedikasi, menjadikan usaha sebagai sahabat dan loyal dalam menjalankan

usaha tersebut.

6. Setia, seorang wirausahawan harus setia dengan bisnis yang dijalankan, tidak

pernah lelah, dan membangunnya dengan senang hati.

7. Detail, memperatikan hal-hal yang paling kecil sekalipun, sehingga mampu

menjaga kepercayaan konsumen/ pasar yang merasakan produk yang

dihasilkan.

8. Tujuan (Destiny), bertanggung jawab terhadap tujuan usaha, bebas dan tidak bergantung pada orang lain.

9. Uang, dalam berbisnis tujuan yang paling utama adalah mendapatkan uang

sebagai alat pengukur kesuksesan dalam berbisnis.

10. Distribusi, memperhatikan setiap orang-orang yang ada disekitarnya, yang

pada hakikatnya dapat menyalurkan kepemilikian bisnis kepada orang yang

(9)

Menurut Sukardi (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 33-34),

mengidentifikasikan sembilan karakteristik wirausahawan yang paling sering

ditemukan, diantaranya:

1. Sifat Instrumen, seorang wirausahawan dalam berbagai situasi selalu

memanfaatkan segala sesuatu dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan

pribadi dalam berusaha.

2. Sifat Prestatif

Dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan

dengan hasil yang tercapai sebelumnya.

3. Sifat Keluwesan Bergaul

Selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi

hubungan antar manusia, aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan

mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka

yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.

4. Sifat Kerja Keras

Selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan

selesai. Mengutamakan kerja dan mengisi waktu dengan perbuatan nyata

untuk mencapai tujuan.

5. Sifat Keyakinan Diri

Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak,

bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam

(10)

6. Sifat Pengambil Resiko

Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap

kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Akan melangkah bila

kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.

7. Sifat Swa Kendali

Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan

kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Selalu

menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya

menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.

8. Sifat Inovatif

Selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara

baru yang lebih bermanfaat. Terbuka terhadap gagsan, pandangan, dan

penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.

Tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk

mencari cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja.

Cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil

pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk

selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).

9. Sifat Kemandirian

Selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.

Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha.

Mementingkan otonomi bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan

(11)

menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya.

Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan

kata hatinya. Seorang wirausahawan dapat saja bekerja dalam kelompok

selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.

Karakter-karakter tersebut memang wajib dimiliki oleh setiap

wirausahawan. Tanpa karakter, bisnis yang digelutinya hanya akan berjalan

biasa-biasa saja, minim warna dan aroma, sulit berkembang, dan besar kemungkinan

mengalami kemunduran. Padahal, dalam iklim kompetisi seperti saat ini, hanya

sang pemenanglah yang mampu bertahan.

2.3 Stategi Kewirausahaan

2.3.1 Konsep Strategi

Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Strategi

merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan keputusan besar dan jangka

panjang yang menentukan sukses atau gagalnya suatu organisasi atau usaha dalam

mencapai tujuan yang diinginkan. Sebuah strategi harus ditentukan dan ditetapkan

secara konsisten, artinya dalam konteks kewirausahaan, jika suatu usaha telah

menentukan strateginya maka dia dapat menentukan konsumen yang menjadi

sasarannya.

Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2009: 45), strategi merupakan sejumlah

keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan menyesuaikan

(12)

lingkungan industrinya. Menurut Stephanie (2002: 31), strategi didefinisikan

sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus

pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya

bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Menurut Umar (2002: 24), strategi mempunyai dasar atau skema untuk

mencapai sasaran yang dituju, jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk

mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut David (2010: 5) manajemen strategis

merupakan seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan

mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu

mencapai objektifnya. Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan

manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan

pengembangan, serta sistem informasi computer untuk mencapai keberhasilan

organisasi.

Strategi yang baik pada umumnya akan membawa keuntungan pada

konsumen karena strategi-strategi yang dikembangkan oleh perusahaan yang

bersaing cenderung memberikan berbagai kemudahan pada konsumen. Namun

tidak sedikit yang melakukan kecurangan dalam persaingan untuk mendapatkan

konsumen, sehingga akan merugikan konsumen.

Menurut Rangkuti (2013: 12), pada prinsipnya strategi dapat dikategorikan

berdasarkan tiga kategori, yaitu:

1. Strategi Manajemen. Meliputi yang dapat dilakukan oleh pengusaha terhadap

manajemen dalam suatu bisnis dengan orientasi strategi secara makro.

(13)

akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan

sebagainya.

2. Strategi investasi. Merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.

Misalnya apakah pengusaha ingin melakukan strategi pertumbuhan yang

agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi

pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi, dan sebagainya.

3. Strategi Bisnis. Disebut sebagai strategi bisnis secara fungsional karena

strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya

strategi pemasaran, strategi produksi atau operational, strategi distribusi,

strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

Strategi merupakan suatu rencana aksi yang menyelaraskan

sumber-sumber dan komitmen organisasi untuk mencapai kinerja unggul (Echdar, 2014:

84). Dia juga mengatakan bahwa dalam berbisnis suatu usaha harus memiliki

keunggulan bersaing dimana bisnis tersebut memiliki suatu produk atau jasa yang

dapat dilihat dari pasar targetnya lebih baik dari para kompetitornya. Ada

beberapa hal yang harus mampu dilihat oleh seorang wirausahawan dalam

mencapai keunggulan bersaing, yaitu:

1. Harga atau nilai, seorang wirausaha harus mampu menghasilkan produk atau

jasa dengan biaya yang lebih rendah, sehingga strategi penetapan harga tidak

terlalu tinggi dibanding harga pesaing. Produk dan jasa yang ditawarkan

harus unggul dari segi harga dan nilai dibandingkan produk atau jasa pesaing.

Sebab pelanggan sangat sensitif terhadap kenaikan harga dan lebih memilih

(14)

2. Menyenangkan konsumen, agar produk dan jasa dapat bersaing dengan

kompetitor, diupayakan agar produk dan jasanya menyenangkan konsumen

dari berbagai aspek, baik kualitas maupun kepuasan.

3. Pengalaman konsumen, pengalaman baik/buruk yang disampaikan atau

dialami oleh konsumen, umunya akan menjadi catatan-catatan penting. Untuk

itu berikanlah pengalaman yang paling menyenangkan bagi konsumen.

4. Atribut produk yang dapat dicatat, seluruh atribut produk atau jasa yang

melekat didalamnya harus dicatat. Manfaatnya adalah agar produk atau jasa

dapat ditingkatkan dari atribut sebelumnya dan dapatdikenal baik konsumen

maupun para karyawan.

5. Keistimewaan layanan yang unik, jika keempat unsur tersebut telah

mendapatkan posisi unggul, hal yang tidak kalah pentingnya adalah

bagaimana keistimewaan layanan yang unik dapat ditampilkan.

Dalam menetapkan strategi persaingan, analisis situasi sangatlah

dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk mempertimbangkan keadaan baik situasi

internal suatu bisnis, maupun lingkungan ekternal dari bisnis yang langsung

mempengaruhi peluang dan pilihan strategi. Menurut Situmorang (2011: 324), ada

tiga peran utama dalam menganalisis lingkungan yaitu:

1. Peran kebijakan berorientasi

Merupakan peran analisi yang berorientasi pada kebijakan manajemen

tingkatan atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan

memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang kecenderungan

(15)

2. Mengintegrasikan peran perencanaan strategis

Ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan membuat

manajemen tingkat atas dan manajer divisi menyadari segala isu yang terjadi

dilingkungan perusahaan yang memiliki implikasi langsung pada proses

perencanaan.

3. Peran berorientasi fungsi

Peran ini bertujuan memperbaiki kinerja organisasi dengan menyediakan

informasi lingkungan yang memberi perhatian pada efektifitas kinerja fungsi

organisasi tertentu.

Perencanaan strategis memberikan kerangka kerja bagi kegiatan

perusahaan yang dapat meningkatkan ketanggapan dan berfungsinya perusahaan.

Perencanaan strategis membantu manajer dalam mengembangkan konsep yang

jelas mengenai perusahaan dan juga membantu perusahaan untuk menghadapi

kondisi lingkungan kegiatan yang selalu dinamis serta membantu manajer dalam

menganalis resiko dan memilih langkah yang aman dalam mengambil

peluang-peluang. Dalam perencanaan strategis, analitis-analitis sangatlah dibutuhkan.

Tujuannya adalah untuk menyusun strategi sehingga sesuai dengan misi, sasaran,

serta kebijakan perusahaan. Menurut Rangkuti (2013: 23) ada beberapa tahapan

proses analisis strategi pada tingkat unit bisnis, yaitu:

1. Analisis hubungan antara posisi strategis bisnis saat ini, dengan kemungkinan

strategis berikut ancamannya, sesuai dengan periode waktu perencanaan,

(16)

3. Bandingkan hasilnya dengan alternatif tujuan untuk mengetahui kesenjangan

yang ada.

4. Identifikasi alternatif strategi, sehingga kesenjangan dapat dikurangi

5. Evaluasi berbagai alternatif dan pilihan strategis.

2.3.2 Jenis-Jenis Strategi

Menurut Situmorang (2011: 331) ada beberapa jenis strategi yang bisa

digunakan perusahaan, yaitu:

1. Strategi Integrasi, dibagi menjadi:

a. Integrasi ke depan

Integrasi ke depan melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan

kontrol atas distributor atau pengecer. Saat ini semakin banyak produsen

(pemasok) yang menjalankan strategi integrasi ke depan dengan membuat

situs web untuk menjual produk secara langsung kepada konsumen.

Strategi ini menyebabkan kekacauan di beberapa industri. Sebagai contoh,

Dell Computer mulai menjalankan integrasi ke depan di tahun 2003 dengan membuat toko-di-dalam-toko di Sears. Strategi ini melengkapi kios

di mall milik Dell yang memungkinkan pelanggan untuk melihat dan

mencoba computer Dell sebelum mereka membeli. Tidak satu pun dari

kios di mall dan toko-di-dalam-toko milik Dell yang menyimpan

persediaan komputer. Pelanggan akan tetap memesan Dell secara eksklusif

melalui telepon atau internet yang merupakan secara historis membedakan

Dell dengan perusahaan komputer lain.

(17)

Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau

meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok

ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal

atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

c. Integrasi Horizontal

Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau

meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Salah satu tren yang paling

signifikan dalam manajemen strategis saat ini adalah meningkatnya

penggunaan integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. Merger,

akuisisi, dan pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya

skala ekonomi dan mendorong transfer sumber saya daya dan kompetensi.

2. Strategi Intensif, dikelompokkan menjadi:

a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)

Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk

yang ada saat ini pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha

pemasaran yang lebih gencar. Strategi penetrasi pasar paling sering

digunakan dan dikombinasikan dengan strategi lain. Cara melaksanakan

strategi penetrasi pasar dengan mengkombinasikan pemasaran promosi

dan harga, yaitu melalui antara lain menaikkan jumlah tenaga penjualan,

meningkatkan anggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai item

promosi penjualan, atau bahkan meningkatkan aktivitas publisitas.

(18)

Memperkenalkan produk yang ada saat ini pada pasar baru (new market). Strategi pengembangan pasar ke new market ini dijalankan dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari

bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggan pesaingnya.

c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)

Merupakan strategi yang dijalankan untuk menaikkan penjualan dengan

memperbaiki atau memodifikasi produk yang ada saat ini. Menjalankan

strategi ini berarti melibatkan pengeluaran biaya penelitian dan

pengembangan yang besar.

3. Strategi Diversifikasi, terdiri dari:

a. Diversifikasi Konsentrik

Menambah produk atau jasa baru, tetapi berhubungan, secara umum

disebut diversifikasi konsentrik atau terfokus. Dell computer menjalankan

diversifikasi konsentrik dengan memproduksi dan memasarkan elektronik

untuk konsumen seperti televisi layar datar dan MP3 player. Juga, Dell baru-baru ini membuka toko untuk mengunduh musik secara online. Ini

adalah contoh strategi diversifikasi konsentrik untuk Dell, karena

perusahaan melihat bisnis PC menjadi lebih terikat dengan bisnis hiburan

karena keduanya menjadi lebih digital.

b. Diversifikasi Horizontal

Menambahkan produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, untuk

(19)

seberesiko diversifikasi konglomerat karena perusahaan seharusnya sudah

lebih dikenal dengan pelanggan saat ini.

c. Diversifikasi Konglomerat

Menambah produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, disebut

diversifikasi konglomerat. Beberapa perusahaan melakukan diversivikasi

sebagian didasarkan pada laba dari memecah-mecah perusahaan yang

dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian.

4. Strategi Defensif, dibagi menjadi:

a. Penghematan (Retrechment)

Penghematan terjadi jika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui

pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang

menurun. Retrechment didesain untuk memperkuat kompetensi dasar

organisasi yang unik. Selama retrechment, penyusunan strategi bekerja

dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan dari

pemegang saham, karyawan, media. Retrenchment dapat melibatkan

penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini

produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang

tua dan kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan

menetapkan system kontrol pengeluaran.

b. Divestasi

Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut divestasi.

Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment

(20)

membutuhkan terlalu banyak modal atau yang tidak cocok dengan

aktivitas perusahaan lainnya.

c. Likuidasi

Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau

sepotong-sepotong untuk nilai rill disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas

kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara

emosional.

d. Strategi kombinasi

Merupakan kombinasi dari dua atau lebih strategi secara simultan tetapi

suatu strategi kombinasi mungkin membawa resiko yang istimewa bila

dilaksanakan terlalu jauh.

5. Strategi Adaptif, terdiri dari:

a. Strategi Protektor, merupakan strategi yang mengutamakan pada

keberhasilan organisasi dalam berinovasi, selalu menciptakan produk baru,

dan kesempatan pasar yang baru.

b. Strategi Bertahan, dengan sistem ini perusahaan biasanya mementingkan

stabilitas pasar yang menjadi targetnya, dan biasanya hanya memiliki

sedikit lini produk dengan segmen pasar juga sempit.

c. Strategi Penganalisis, merupakan strategi analisis dan imitasi. Bisnis yang

menggunakan strategi ini menganalisis ide bisnis baru sebelum memasuki

(21)

d. Strategi Reaktor, strategi ini akan bereaksi terhadap perubahan dan

membuat suatu perubahan hanya apabila terdapat tekanan dari

lingkungannya yang memaksa organisasi tersebut untuk berubah.

2.3.3 Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan

Dalam konsep strategi pemasaran, dikenal istilah bauran pemasaran yang

berisi 4P, yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dalam kewirausahaan, bauran pemasaran akan ditambah satu hal lagi, yaitu: Probe (penelitian dan pengembangan). Penelitian dan pengembangan di dalam kewirausahaan

merupakan strategi utama, karena menyangkut aktivitas kreativitas dan inovasi,

yang didalamnya mencakup: penelitian dan pengembangan produk, penelitian dan

pengembangan harga, penelitian dan pengembangan tempat, serta penelitian dan

pengembangan promosi. Dengan demikian, wirausaha yang berhasil dan

berkembang, adalah wirausaha yang memiliki kemampuan penelitian dan

pengembangan yang memadai, sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan

unggul di pasar (Daryanto, 2012: 81).

Setelah menentukan bauran pemasaran, maka wirausaha perlu menerapkan

strategi keunggulan bersaing. Konsep keunggulan bersaing menurut teori Porter

/Teori Generik Strategi (Daryanto, 2012: 82-84):

1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Ini berarti

keberhasilan atau kegagalan tergantung pada keberanian perusahaan untuk

bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat

(22)

2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh

perusahaan bagi pelanggan.

3. Ada dua jenis keunggulan bersaing, yaitu:

a. Biaya rendah, perusahaan yang menerapkan strategi ini, akan memiliki

kemampuan dalam mendesain produk dan pasar yang lebih efisien

disbanding pesaing.

b. Difensiasi, perusahaan yang menerapkan strategi ini, akan memiliki

kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang unik dan memiliki

nilai yang lebih besar bagi pembeli dalam bentuk kualitas produk,

sifat-sifat khusus dan pelayanan.

4. Dari dua keunggulan bersaing tersebut, akan menghasilkan tiga startegi

generik, yaitu:

a. Strategi biaya rendah. Strategi yang mengandalkan keunggulan biaya yang

relatif rendah dalam menghasilkan barang dan jasa. Keunggulan biaya

berasal dari: pengerjaan berskala ekonomis, teknologi milik sendiri, akses

preferensi bahan baku dan strategi diferensiasi.

b. Strategi yang mengandalkan kemampuan perusahaan yang menghasilkan

barang dan jasa yang unik dalam industrinya. Diferensiasi dalam semua

dimensi yang secara umum dihargai oleh pembeli. Beberapa bentuk

diferensiasi: diferensiasi produk, diferensiasi dalam citra produk dan

(23)

c. Strategi yang berusaha mencari keunggulan dalam segmentasi pasar

tertentu, meskipun tidak memiliki keunggulan bersaing secara

keseluruhan. Bentuknya:

i. Fokus biaya: dilakukan perusahaan dengan menerapkan keunggulan

biaya dalam segmen sasarannya.

ii. Fokus diferensiasi: dilakukan perusahaan dengan mengusahakan

diferensiasi dalam segmen sasarannya.

2.4 Keberhasilan Usaha

2.4.1 Pengertian Keberhasilan Usaha

Menurut Purnama dan Suyatno (2010) keberhasilan usaha industri kecil di

pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu

tujuan dari setiap pengusaha. Primiana (2009: 49) mengemukakan bahwa sebuah

perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika permodalan sudah terpenuhi,

hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang

cepat dan tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut Algifari (2003: 118)

ia berpendapat bahwa keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi proses

produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara ekonomis. Pendapat

lain diungkapkan oleh Andari (2011), “Keberhasilan usaha adalah sesuatu

keadaan yang menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang

sederajat/sekelasnya. Noor (2007: 397) mengemukakan bahwa Keberhasilan

usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya, suatu

bisnis dikatakan berhasil bila mendapatkan laba, karena laba adalah tujuan dari

(24)

mengemukakan bahwa faktor yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi

ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah laba.

Menurut Tambunan (2002: 14) faktor-faktor yang mampengaruhi

keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

1. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas sdm, penguasaan organisasi,

struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya bisnis,

kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat

entrepreneurship.

2. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu: faktor pemerintah dan

non-pemerintah. Faktor pemerintah diantaranya: kebijakan ekonomi, birokrat,

politik, dan tingkat demokrasi. Faktor non-pemerintah yaitu; sistem

perekonomian, sosio-kultur budaya masyarakat, sistem perburuhan dan

konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat,

dan lingkungan global.

Menurut Purnama dan Suyanto (2010) berkaitan dengan faktor penentu

keberhasilan usaha, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan usaha

kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Keberhasilan usaha

disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap pelayanan dan

kualitas. Dalam penelitian Luk (1996), berbagai faktor penentu keberhasilan

usaha industri kecil pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha

(pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja

(25)

keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh kemampuan usaha yang tercermin

diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pengusaha.

Keberhasilan suatu usaha diidentikkan dengan laba atau penambahan material

yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya keberhasilan usaha tidak

hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi keberhasilan usaha dirasakan oleh

pengusaha dapat berupa panggilan pribadi atau kepuasaan batin.

Menurut Hutagalung (2008: 50), sukses tidak terjadi secara kebetulan,

secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari

proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan

uang, harta, jabatan, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari

kesemuanya.

2.4.2 Indikator Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan.

Istilah itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi

perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah

karyawan, peningkatan modal, dan lain-lain. Dalam mengukur perkembangan

usaha dapat dilihat dari:

1. Produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di semua faktor input (modal dan tenaga kerja).

2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme penyesuaian, dan pengaruh terhadap perubahan status).

3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah

(26)

Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor

(2007:397) adalah sebagai berikut:

1. Laba (Profitability), laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.

2. Produktivitas dan Efisiensi, besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan

menentukan besar kecilnya produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar

kecilnya penjualan dan pada akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan,

sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.

3. Daya Saing, adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk

merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan

berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa

bertahan menghadapi pesaing.

4. Kompetensi dan Etika Usaha, kompetensi merupakan akumulasi dari

pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara kuantitatif maupun

kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai

dengan tuntutan zaman.

5. Terbangunnya Citra Baik, citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu:

trust internal dan trust external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan

(27)

Indikator keberhasilan usaha menurut Riyanti (2003: 28), kriteria yang

cukup signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari:

1. Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal,

2. Jumlah produksi yang meningkat,

3. Jumlah pelanggan bertambah,

4. Adanya perluasan usaha dan perluasan daerah pemasaran,

5. Perbaikan sarana fisik dan, peningkatan pendapatan usaha

2.5 Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti

(28)
(29)

2.6 Kerangka Konseptual

Sesorang mencapai keberhasilan berwirausaha harus memiliki karakter

dan perilaku yang baik dalam usaha serta dapat merancang strategi usaha.

Menjadi wirausaha yang berhasil dituntut untuk mampu berfikir kreatif dan

inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan memiliki nilai jual yang dapat

memenuhi kebutuhan konsumen. Seorang pengusaha harus mengerti bagaimana

mengelola keuangan, sumber daya material, sumber daya manusia, operasional

dan pemasaran, dan memiliki keberanian serta mampu mengambil resiko agar

usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan baik. Menurut Daryanto (2012:

7), kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk

memenangkan persaingan.

Menurut Kao (dalam Saiman, 2014: 41), berwirausaha merupakan suatu

penciptaan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan

resiko yang tepat melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk

memobilisasi manusia, uang, serta bahan-bahan atau sumber daya lain yang

diperlukan untuk menghasilkan proyek agar terlaksana dengan baik. Melalui

kemampuan yang dimiliki untuk berwirausaha diharapkan para pebisnis dapat

menciptakan nilai tambah dan memenangkan persaingan untuk terciptanya

keberhasilan usaha. Karakter dan perilaku berwirausaha akan mampu mendorong

pengusaha untuk menciptakan strategi bisnis.

Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2009: 45), strategi merupakan sejumlah

(30)

sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam

lingkungan industrinya. Sehingga dengan adanya strategi yang baik akan

berdampak pada keberhasilan usaha melalui penentuan rencana yang berfokus

pada tujuan usaha. Hubungan antara karakteristik wirausaha dan startegi

wirausaha terhadap keberhasilan berwirausaha dapat digambarkan dalam

kerangka sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual dan rumusan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, makasa hipotesis penelitian adalah:

1. Karakter kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keberhasilan berwirausahapada anggota BPD HIPMI SUMUT.

2. Strategi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

keberhasilan berwirausaha pada anggota BPD HIPMI SUMUT.

3. Karakter kewirausahaan dan strategi kewirausahaan berpengaruh postif dan

signifikan terhadap keberhasilan berwirausaha anggota BPD HIPMI SUM

KARAKTER KEWIRAUSAHAAN

(X1)

STRATEGI KEWIRAUSAHAAN

(X2)

KEBERHASILAN WIRAUSAHA

Gambar

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Zimmerman dan Hart (1982), Value Engineering adalah penerapan suatu teknik manajemen melalui pendekatan yang sistematis dan terorganisasi dengan menggunakan analisis

Formulir persetujuan / penolakan tindakan kedokteran 2.1.1  Kebijakan/Panduan/SPO tentang penjelasan hak pasien2. dalam

Integritas terjadi ketika implementasi tindakan yang dilakukan konsisten dengan prinsip moral yang digunakan sebagai pegangan dalam membuat keputusan di tahap penalaran etis yang

(1) Jadwal Retensi Arsip Substantif dan Fasilitatif Non Keuangan dan Non Kepegawaian merupakan daftar yang berisi jenis arsip kegiatan pokok dan kegiatan pendukung Non Keuangan

[r]

Berdasarkan indikator kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan pemberian tugas menulis surat dinas yang diterapkan dalam pembelajaran Bahasa

Bagi pemikiran postmodernisme, mereka tidak memandang ilmu pengetahuan modern sebagai universalisme. Karena postmodernisme menolak penjelasan yang berifat universal, harmonis,

Dengan demikian, area permasalahan yang menjadi prioritas pertama untuk diselesaikan dengan DMAIC adalah faktor quality pada mesin toelasting glue.. Dari hasil