BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan merupakan terjemahan dari kata entrepreneurship
yang diartikan sebagai the backbone economy (syarat pusat perekonomian) atau sebagai tailbone economy (pengendali perekonomian suatu bangsa) (Wirakusumo, dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 8). Kewirausahaan merupakan
gabungan kreativitas, inovasi, dan keberanian menghadapi risiko, yang dilakukan
dengan kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru (Alifuddin dan
Razak, 2015: 8).
Secara epistemology, hakikat kweirausahaan merupakan nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu
yang baru dan berbeda. Menurut Zimmerer dan Norman (2008: 86),
kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan
masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity and innovation to solve the problems and explot oppurtuties that people face everyday).
Menurut Daryanto (2012: 4), kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin
dihadapinya. Dalam bidang tertentu, kewirausahaan telah menjadi kompetensi inti
hanya dapat digunakan sebagai kiat bisnis jangka pendek, tetapi juga sebagai kiat
kehidupan secara umum dalam jangka panjang.
Menurut Kao (dalam Saiman, 2014: 41), berkewirausahaan merupakan
suatu penciptaan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen
pengambilan resiko yang tepat, dan melalui keterampilan komunikasi dan
manajemen untuk memobilisasi manusia, uang, dan bahan-bahan atau sumber
daya lain yang diperlukan untuk menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan
baik. Kewirausahaan juga berarti proses dinamis atas penciptaan tambahan
kekayaan oleh individu yang berani mengambil resiko utama dengan syarat-syarat
kewajaran, waktu, dan atau komitmen karier atau penyediaan nilai-nilai untuk
berbagai barang dan jasa.
Menurut Situmorang (2011: 20) kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dengan adanya
jiwa wirausaha, seseorang diharapkan agar terbentuk pola pikir menjadi seorang
wirausaha yang mampu menciptakan lapangan perkerjaan. Selain itu wirausaha
juga dapat memahami potensi dirinya sehingga akan memiliki visi dan masa
depan yang lebih baik, lebih cerah, dan lebih menyenangkan.
Memahami bakat kewirausahaan maka akan terbentuk sikap-sikap yaitu,
kreatifitas, keberanian, mengambil resiko, melihat masalah sebagai peluang,
memilih usaha sesuai hobi dan minat, berani memulai dengan modal seadanya,
senang mencoba hal yang baru, bangkit jika gagal, dan tidak mengandalkan gelar
akademis. Potensi kewirausahaan ini harus sering di galih oleh seseorang agar
Menurut Hisrich (dalam Saiman, 2014: 42) kewirausahaan dapat
didefenisikan melalui 3 pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan Ekonom, Entrepreneur merupakan orang yang membawa sumber
daya tenaga, material, dan aset lainnya ke dalam kombinasi yang membuat
nilainya lebih inovasi/ pembaruan, dan suatu order/ tatanan, atau tata dunia
baru.
2. Pendekatan psikolog, entrepreneur merupakan seseorang yang digerakkan
secara khas oleh kekuatan tertentu kegiatan untuk menghasilkan atau
mencapai sesuatu pada percobaan, pada penyempurnaan, atau mungkin pada
wewenang mencari jalan keluar.
3. Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur merupakan seseorang pebisnis
yang muncul sebagai ancaman pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis
lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber
penawaran, seorang pelanggan, atau seseorang yang menciptakan kekayaan
bagi orang lain juga menemukan jalan yang lebih baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
2.1.2 Profil Berwirausaha
Seseorang yang memiliki bakat berwirausaha dapat mengembangkan
bakatnya melalui pendidikan dan pelatihan. Mereka yang menjadi wirausaha
adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk
menangkap peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya.
Oleh karena itu untuk menjadi wirausaha yang sukses, tidak cukup hanya
usaha yang akan ditekuni antara lain keuangan, produksi, pemasaran, dan
akuntansi.
Menurut Riye (dalam Saiman, 2014: 45), ada beberapa kualifikasi profil
wirausaha agar bisa berhasil dalam membangun bisnisnya, yaitu:
1. Seseorang yang berprestasi tinggi
Seorang wirausahawan dituntut untuk memiliki prestasi yang tinggi, sehingga
diperlukannya kerja sama dengan berbagai pihak terutama dengan pihak yang
bisa membantu memecahkan masalah dalam berbisnis. Dalam setiap langkah
harus memikirkan pandangan jangka pendek maupun jangka panjang dan
bisa menentukan visi dan misi bisnisnya.
2. Pengambil resiko
Seorang wirausahawan tidak boleh takut dalam menghadapi atau memikul
resiko, namun tidak sebagai pengambil resiko yang terlalu rendah ataupun
terlalu tinggi. Jika memungkinkan, sebaiknya memilih resiko menengah
sehingga jika berani mengambil resiko maka pebisnis dapat mengambil
peluang-peluang yang ada didepannya sehingga tujuan yang diinginkan
tercapai.
3. Pemecah masalah
Seorang pebisnis harus mampu memecahkan masalah dan sekaligus dapat
menyelesaikannya dengan efisien dan efektif atas masalah yang dihadapi.
4. Pencari status
Para wirausahawan lebih menyukai apabila mendapatkan pujian atas bisnis
5. Memiliki tingkat cadangan energi yang tinggi
Para wirausaha dituntut untuk sehat jasmani dan rohani serta dapat melebihi
dari tuntutan jam kerja normal atau dapat bekerja pada kurun waktu yang
panjang. Hal ini dikarenakan mereka yang mengelola waktu dengan mandiri,
dan pada tahap awal membutuhkan waktu yang panjang.
6. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi
Percaya diri bahwa seorang wirausaha memiliki keterampilan, kemauan, dan
kemampuannya sendiri, dan dapat menguasai hidup tanpa bergantng pada
pihak lain.
7. Menghindari emosi
Harus dapat menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkembangnya
hubungan yang buruk dengan mitra usaha. Dan tidak menganggap bisnis
sebagai suatu beban.
8. Memerlukan kepuasan pribadi
Wirausahawan umumnya termotivasi oleh sesuatu kebutuhan akan prestasi
pribadi sehingga mereka harus mengatur usahanya secara fleksibel, tidak
perlu meniru bentuk struktur organisasi tradisonal yang birokratis, namun
harus dapat bentuk sendiri struktur yang dibutuhkan, sehingga muncul
kepuasan diri pribadi atas keberhasilannya.
Tabel 2.1 Profil Wirausaha Karakteristik
Profil Ciri Wirausaha yang Menonjol
Berprestasi Tinggi
Lanjutan Tabel 2.1
Karakteristik Profil
Ciri Wirausaha yang Menonjol
Pengambil resiko Tidak takut dalam mengambil resiko, tapi menghindari resiko tinggi bila memungkinkan
Pemecah masalah Mereka cepat mengenali dan memecahkan masalah yang menghalangi mencapai tujuannya.
Pencari status mereka tidak akan memperoleh kebutuhan akan status mengganggu misi bisnisnya
Tingkat enegi tinggi
Mereka berdedikasi dan bersedia bekerja dengan jam kerja yang panjang untuk membangun bisnisnya
Percaya diri Mereka mengandalkan tingkat percaya diri yang tinggi dalam mancapai sukses
Ikatan emosi Mereka tidak akan memperoleh hubungan emosional menganggu mencapai kesuksesan
Kepuasan Pribadi Mereka menganggap struktur organisasi sebagai suatu halangan bagi sasaran yang ingin dicapainya
Sumber: Echdar, 2014
2.2 Karakter Kewirausahaan
Kata karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharassein, dan kharax
yang maknanya adalah alat untuk menandai, untuk mengukir. Karakter dapat
diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan yang membedakan seseorang
dengan orang lain. Menurut Suryana dan Bayu (2010: 66-67), karakter wirausaha
merupakan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Karakter kewirausahaan harus dibangun
sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda. Proses membangun karakter ini
memerlukan disiplin yang tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika,
diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan ditindaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praktis, refleksi,
kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.pentingnya karakter dalam
kewirausahaan menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengetahuan (brains and learning) seorang wirausaha. Sebab kecerdasan dan pengetahuan dapat memiliki nilai jual yang baik jika dapat dimanfaatkan dengan baik.
Menurut McClelland (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 29), wirausaha
mempunyai keinginan pencapaian yang lebih tinggi dibanding mereka yang bukan
berwirausaha, disamping itu wirausahawan juga memiliki kontrol internal yang
lebih tinggi dibanding orang non wirausahawan. McClelland membagi karakter
wirausaha berdasarkan keinginan pencapaian menjadi enam hal, yaitu:
1. Menyukai pekerjaan dengan resiko yang realistis.
2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas yang memerlukan kemampuan mental.
3. Tidak bekerja lebih giat karena imbalan uang.
4. Ingin bekerja pada situasi di mana dapat diperoleh capaian pribadi.
5. Menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam kondisi yang memberikan
umpan balik yang jelas dan positif.
6. Berpikir ke masa depa serta jangka panjang.
Karakteristik merupakan suatu penyaring alami untuk menjadi
wirausahawan. Tanpa karakteristik yang khas, maka yang terjadi hanyalah
wirausaha sebagai ajang coba-coba sehingga manjadi wirausaha hanya bersifat
sementara. Bygrave (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 29) membagi karakter
tersebut dalam 10 karakter, yaitu:
1. Impian, seseorang pasti mempunyai mimpi dan visi untuk masa depan dan
2. Perencanaan, sebelum melakukan sesuatu, maka seorang wirausahawan
memiliki perencanaan yang matang agar sesuatu dapat berjalan sesuai dengan
prosedur yang telah dibuat.
3. Bertindak cepat, seorang wirausahawan selalu bertindak dengan cepat dalam
melakukan sesuatu, karna setiap waktu adalah peluang yang dapat
dimanfaatkan.
4. Komitmen, dalam menjalankan bisnis, seseorang harus memiliki komitmen
penuh terhadap bisnis tersebut, bertanggung jawab terhadap keputusan yang
telah diambil dan pantang menyerah.
5. Berdedikasi, menjadikan usaha sebagai sahabat dan loyal dalam menjalankan
usaha tersebut.
6. Setia, seorang wirausahawan harus setia dengan bisnis yang dijalankan, tidak
pernah lelah, dan membangunnya dengan senang hati.
7. Detail, memperatikan hal-hal yang paling kecil sekalipun, sehingga mampu
menjaga kepercayaan konsumen/ pasar yang merasakan produk yang
dihasilkan.
8. Tujuan (Destiny), bertanggung jawab terhadap tujuan usaha, bebas dan tidak bergantung pada orang lain.
9. Uang, dalam berbisnis tujuan yang paling utama adalah mendapatkan uang
sebagai alat pengukur kesuksesan dalam berbisnis.
10. Distribusi, memperhatikan setiap orang-orang yang ada disekitarnya, yang
pada hakikatnya dapat menyalurkan kepemilikian bisnis kepada orang yang
Menurut Sukardi (dalam Alifuddin dan Razak, 2015: 33-34),
mengidentifikasikan sembilan karakteristik wirausahawan yang paling sering
ditemukan, diantaranya:
1. Sifat Instrumen, seorang wirausahawan dalam berbagai situasi selalu
memanfaatkan segala sesuatu dalam lingkungannya demi tercapainya tujuan
pribadi dalam berusaha.
2. Sifat Prestatif
Dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan
dengan hasil yang tercapai sebelumnya.
3. Sifat Keluwesan Bergaul
Selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi
hubungan antar manusia, aktif bergaul, membina kenalan-kenalannya dan
mencari kenalan baru, serta berusaha untuk dapat terlibat dengan mereka
yang ditemui dalam kegiatan sehari-hari.
4. Sifat Kerja Keras
Selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan
selesai. Mengutamakan kerja dan mengisi waktu dengan perbuatan nyata
untuk mencapai tujuan.
5. Sifat Keyakinan Diri
Selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak,
bahkan berkecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam
6. Sifat Pengambil Resiko
Selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam setiap
kegiatannya khususnya untuk mencapai keinginannya. Akan melangkah bila
kemungkinan untuk gagal tidak terlalu besar.
7. Sifat Swa Kendali
Dalam menghadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan
kelemahan pribadi dan batas-batas kemampuan dalam berusaha. Selalu
menyadari dengan adanya pengendalian diri ini maka setiap kegiatannya
menjadi lebih terarah dalam mencapai tujuannya.
8. Sifat Inovatif
Selalu mendekati berbagai masalah dengan berusaha menggunakan cara-cara
baru yang lebih bermanfaat. Terbuka terhadap gagsan, pandangan, dan
penemuan baru yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya.
Tidak terpaku pada masa lalu, tapi selalu berpandangan ke depan untuk
mencari cara-cara yang biasa dilakukan orang lain untuk peningkatan kinerja.
Cenderung melakukan sesuatu dengan cara yang khas, unik dari hasil
pemikirannya. Termasuk dalam sifat inovatif ini adalah kecenderungan untuk
selalu meniru tetapi melalui penyempurnaan tertentu (imitatif inovatif).
9. Sifat Kemandirian
Selalu mengembalikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.
Keberhasilan dan kegagalan merupakan konsekuensi pribadi wirausaha.
Mementingkan otonomi bertindak, pengambilan keputusan dan pemilihan
menentukan dan memilih cara kerja yang sesuai dengan dirinya.
Ketergantungan pada orang lain merupakan suatu yang bertentangan dengan
kata hatinya. Seorang wirausahawan dapat saja bekerja dalam kelompok
selama mendapat kebebasan bertindak dan dalam mengambil keputusan.
Karakter-karakter tersebut memang wajib dimiliki oleh setiap
wirausahawan. Tanpa karakter, bisnis yang digelutinya hanya akan berjalan
biasa-biasa saja, minim warna dan aroma, sulit berkembang, dan besar kemungkinan
mengalami kemunduran. Padahal, dalam iklim kompetisi seperti saat ini, hanya
sang pemenanglah yang mampu bertahan.
2.3 Stategi Kewirausahaan
2.3.1 Konsep Strategi
Kata strategi berasal dari kata Strategos dalam bahasa Yunani merupakan gabungan dari Stratos atau tentara dan ego atau pemimpin. Suatu strategi mempunyai dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Strategi
merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan keputusan besar dan jangka
panjang yang menentukan sukses atau gagalnya suatu organisasi atau usaha dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Sebuah strategi harus ditentukan dan ditetapkan
secara konsisten, artinya dalam konteks kewirausahaan, jika suatu usaha telah
menentukan strateginya maka dia dapat menentukan konsumen yang menjadi
sasarannya.
Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2009: 45), strategi merupakan sejumlah
keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan dan menyesuaikan
lingkungan industrinya. Menurut Stephanie (2002: 31), strategi didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Menurut Umar (2002: 24), strategi mempunyai dasar atau skema untuk
mencapai sasaran yang dituju, jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut David (2010: 5) manajemen strategis
merupakan seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan
mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu
mencapai objektifnya. Fokus manajemen strategis terletak pada memadukan
manajemen, pemasaran, keuangan/akunting, produksi/operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi computer untuk mencapai keberhasilan
organisasi.
Strategi yang baik pada umumnya akan membawa keuntungan pada
konsumen karena strategi-strategi yang dikembangkan oleh perusahaan yang
bersaing cenderung memberikan berbagai kemudahan pada konsumen. Namun
tidak sedikit yang melakukan kecurangan dalam persaingan untuk mendapatkan
konsumen, sehingga akan merugikan konsumen.
Menurut Rangkuti (2013: 12), pada prinsipnya strategi dapat dikategorikan
berdasarkan tiga kategori, yaitu:
1. Strategi Manajemen. Meliputi yang dapat dilakukan oleh pengusaha terhadap
manajemen dalam suatu bisnis dengan orientasi strategi secara makro.
akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan
sebagainya.
2. Strategi investasi. Merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.
Misalnya apakah pengusaha ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi
pembangunan kembali suatu divisi baru atau divestasi, dan sebagainya.
3. Strategi Bisnis. Disebut sebagai strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya
strategi pemasaran, strategi produksi atau operational, strategi distribusi,
strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
Strategi merupakan suatu rencana aksi yang menyelaraskan
sumber-sumber dan komitmen organisasi untuk mencapai kinerja unggul (Echdar, 2014:
84). Dia juga mengatakan bahwa dalam berbisnis suatu usaha harus memiliki
keunggulan bersaing dimana bisnis tersebut memiliki suatu produk atau jasa yang
dapat dilihat dari pasar targetnya lebih baik dari para kompetitornya. Ada
beberapa hal yang harus mampu dilihat oleh seorang wirausahawan dalam
mencapai keunggulan bersaing, yaitu:
1. Harga atau nilai, seorang wirausaha harus mampu menghasilkan produk atau
jasa dengan biaya yang lebih rendah, sehingga strategi penetapan harga tidak
terlalu tinggi dibanding harga pesaing. Produk dan jasa yang ditawarkan
harus unggul dari segi harga dan nilai dibandingkan produk atau jasa pesaing.
Sebab pelanggan sangat sensitif terhadap kenaikan harga dan lebih memilih
2. Menyenangkan konsumen, agar produk dan jasa dapat bersaing dengan
kompetitor, diupayakan agar produk dan jasanya menyenangkan konsumen
dari berbagai aspek, baik kualitas maupun kepuasan.
3. Pengalaman konsumen, pengalaman baik/buruk yang disampaikan atau
dialami oleh konsumen, umunya akan menjadi catatan-catatan penting. Untuk
itu berikanlah pengalaman yang paling menyenangkan bagi konsumen.
4. Atribut produk yang dapat dicatat, seluruh atribut produk atau jasa yang
melekat didalamnya harus dicatat. Manfaatnya adalah agar produk atau jasa
dapat ditingkatkan dari atribut sebelumnya dan dapatdikenal baik konsumen
maupun para karyawan.
5. Keistimewaan layanan yang unik, jika keempat unsur tersebut telah
mendapatkan posisi unggul, hal yang tidak kalah pentingnya adalah
bagaimana keistimewaan layanan yang unik dapat ditampilkan.
Dalam menetapkan strategi persaingan, analisis situasi sangatlah
dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk mempertimbangkan keadaan baik situasi
internal suatu bisnis, maupun lingkungan ekternal dari bisnis yang langsung
mempengaruhi peluang dan pilihan strategi. Menurut Situmorang (2011: 324), ada
tiga peran utama dalam menganalisis lingkungan yaitu:
1. Peran kebijakan berorientasi
Merupakan peran analisi yang berorientasi pada kebijakan manajemen
tingkatan atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan
memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang kecenderungan
2. Mengintegrasikan peran perencanaan strategis
Ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan membuat
manajemen tingkat atas dan manajer divisi menyadari segala isu yang terjadi
dilingkungan perusahaan yang memiliki implikasi langsung pada proses
perencanaan.
3. Peran berorientasi fungsi
Peran ini bertujuan memperbaiki kinerja organisasi dengan menyediakan
informasi lingkungan yang memberi perhatian pada efektifitas kinerja fungsi
organisasi tertentu.
Perencanaan strategis memberikan kerangka kerja bagi kegiatan
perusahaan yang dapat meningkatkan ketanggapan dan berfungsinya perusahaan.
Perencanaan strategis membantu manajer dalam mengembangkan konsep yang
jelas mengenai perusahaan dan juga membantu perusahaan untuk menghadapi
kondisi lingkungan kegiatan yang selalu dinamis serta membantu manajer dalam
menganalis resiko dan memilih langkah yang aman dalam mengambil
peluang-peluang. Dalam perencanaan strategis, analitis-analitis sangatlah dibutuhkan.
Tujuannya adalah untuk menyusun strategi sehingga sesuai dengan misi, sasaran,
serta kebijakan perusahaan. Menurut Rangkuti (2013: 23) ada beberapa tahapan
proses analisis strategi pada tingkat unit bisnis, yaitu:
1. Analisis hubungan antara posisi strategis bisnis saat ini, dengan kemungkinan
strategis berikut ancamannya, sesuai dengan periode waktu perencanaan,
3. Bandingkan hasilnya dengan alternatif tujuan untuk mengetahui kesenjangan
yang ada.
4. Identifikasi alternatif strategi, sehingga kesenjangan dapat dikurangi
5. Evaluasi berbagai alternatif dan pilihan strategis.
2.3.2 Jenis-Jenis Strategi
Menurut Situmorang (2011: 331) ada beberapa jenis strategi yang bisa
digunakan perusahaan, yaitu:
1. Strategi Integrasi, dibagi menjadi:
a. Integrasi ke depan
Integrasi ke depan melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan
kontrol atas distributor atau pengecer. Saat ini semakin banyak produsen
(pemasok) yang menjalankan strategi integrasi ke depan dengan membuat
situs web untuk menjual produk secara langsung kepada konsumen.
Strategi ini menyebabkan kekacauan di beberapa industri. Sebagai contoh,
Dell Computer mulai menjalankan integrasi ke depan di tahun 2003 dengan membuat toko-di-dalam-toko di Sears. Strategi ini melengkapi kios
di mall milik Dell yang memungkinkan pelanggan untuk melihat dan
mencoba computer Dell sebelum mereka membeli. Tidak satu pun dari
kios di mall dan toko-di-dalam-toko milik Dell yang menyimpan
persediaan komputer. Pelanggan akan tetap memesan Dell secara eksklusif
melalui telepon atau internet yang merupakan secara historis membedakan
Dell dengan perusahaan komputer lain.
Integrasi ke belakang adalah strategi untuk mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok
ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal
atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.
c. Integrasi Horizontal
Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau
meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Salah satu tren yang paling
signifikan dalam manajemen strategis saat ini adalah meningkatnya
penggunaan integrasi horizontal sebagai strategi pertumbuhan. Merger,
akuisisi, dan pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya
skala ekonomi dan mendorong transfer sumber saya daya dan kompetensi.
2. Strategi Intensif, dikelompokkan menjadi:
a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy)
Strategi ini dijalankan untuk meningkatkan market share dari produk
yang ada saat ini pada pasar yang ada saat ini melalui usaha-usaha
pemasaran yang lebih gencar. Strategi penetrasi pasar paling sering
digunakan dan dikombinasikan dengan strategi lain. Cara melaksanakan
strategi penetrasi pasar dengan mengkombinasikan pemasaran promosi
dan harga, yaitu melalui antara lain menaikkan jumlah tenaga penjualan,
meningkatkan anggaran iklan, menawarkan secara gencar berbagai item
promosi penjualan, atau bahkan meningkatkan aktivitas publisitas.
Memperkenalkan produk yang ada saat ini pada pasar baru (new market). Strategi pengembangan pasar ke new market ini dijalankan dengan memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari
bukan pemakai menjadi pemakai, menarik pelanggan pesaingnya.
c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)
Merupakan strategi yang dijalankan untuk menaikkan penjualan dengan
memperbaiki atau memodifikasi produk yang ada saat ini. Menjalankan
strategi ini berarti melibatkan pengeluaran biaya penelitian dan
pengembangan yang besar.
3. Strategi Diversifikasi, terdiri dari:
a. Diversifikasi Konsentrik
Menambah produk atau jasa baru, tetapi berhubungan, secara umum
disebut diversifikasi konsentrik atau terfokus. Dell computer menjalankan
diversifikasi konsentrik dengan memproduksi dan memasarkan elektronik
untuk konsumen seperti televisi layar datar dan MP3 player. Juga, Dell baru-baru ini membuka toko untuk mengunduh musik secara online. Ini
adalah contoh strategi diversifikasi konsentrik untuk Dell, karena
perusahaan melihat bisnis PC menjadi lebih terikat dengan bisnis hiburan
karena keduanya menjadi lebih digital.
b. Diversifikasi Horizontal
Menambahkan produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, untuk
seberesiko diversifikasi konglomerat karena perusahaan seharusnya sudah
lebih dikenal dengan pelanggan saat ini.
c. Diversifikasi Konglomerat
Menambah produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan, disebut
diversifikasi konglomerat. Beberapa perusahaan melakukan diversivikasi
sebagian didasarkan pada laba dari memecah-mecah perusahaan yang
dibeli dan menjual divisi sebagian demi sebagian.
4. Strategi Defensif, dibagi menjadi:
a. Penghematan (Retrechment)
Penghematan terjadi jika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui
pengurangan kas dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang
menurun. Retrechment didesain untuk memperkuat kompetensi dasar
organisasi yang unik. Selama retrechment, penyusunan strategi bekerja
dengan sumber daya yang terbatas dan menghadapi tekanan dari
pemegang saham, karyawan, media. Retrenchment dapat melibatkan
penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini
produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis, menutup pabrik yang
tua dan kuno, mengotomatisasi proses, mengurangi jumlah karyawan, dan
menetapkan system kontrol pengeluaran.
b. Divestasi
Menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi disebut divestasi.
Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment
membutuhkan terlalu banyak modal atau yang tidak cocok dengan
aktivitas perusahaan lainnya.
c. Likuidasi
Menjual seluruh aset perusahaan, secara terpisah-pisah atau
sepotong-sepotong untuk nilai rill disebut likuidasi. Likuidasi adalah pengakuan atas
kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara
emosional.
d. Strategi kombinasi
Merupakan kombinasi dari dua atau lebih strategi secara simultan tetapi
suatu strategi kombinasi mungkin membawa resiko yang istimewa bila
dilaksanakan terlalu jauh.
5. Strategi Adaptif, terdiri dari:
a. Strategi Protektor, merupakan strategi yang mengutamakan pada
keberhasilan organisasi dalam berinovasi, selalu menciptakan produk baru,
dan kesempatan pasar yang baru.
b. Strategi Bertahan, dengan sistem ini perusahaan biasanya mementingkan
stabilitas pasar yang menjadi targetnya, dan biasanya hanya memiliki
sedikit lini produk dengan segmen pasar juga sempit.
c. Strategi Penganalisis, merupakan strategi analisis dan imitasi. Bisnis yang
menggunakan strategi ini menganalisis ide bisnis baru sebelum memasuki
d. Strategi Reaktor, strategi ini akan bereaksi terhadap perubahan dan
membuat suatu perubahan hanya apabila terdapat tekanan dari
lingkungannya yang memaksa organisasi tersebut untuk berubah.
2.3.3 Strategi Bersaing dalam Kewirausahaan
Dalam konsep strategi pemasaran, dikenal istilah bauran pemasaran yang
berisi 4P, yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Dalam kewirausahaan, bauran pemasaran akan ditambah satu hal lagi, yaitu: Probe (penelitian dan pengembangan). Penelitian dan pengembangan di dalam kewirausahaan
merupakan strategi utama, karena menyangkut aktivitas kreativitas dan inovasi,
yang didalamnya mencakup: penelitian dan pengembangan produk, penelitian dan
pengembangan harga, penelitian dan pengembangan tempat, serta penelitian dan
pengembangan promosi. Dengan demikian, wirausaha yang berhasil dan
berkembang, adalah wirausaha yang memiliki kemampuan penelitian dan
pengembangan yang memadai, sehingga tercipta barang-barang yang bernilai dan
unggul di pasar (Daryanto, 2012: 81).
Setelah menentukan bauran pemasaran, maka wirausaha perlu menerapkan
strategi keunggulan bersaing. Konsep keunggulan bersaing menurut teori Porter
/Teori Generik Strategi (Daryanto, 2012: 82-84):
1. Persaingan merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Ini berarti
keberhasilan atau kegagalan tergantung pada keberanian perusahaan untuk
bersaing. Strategi bersaing dimaksudkan untuk mempertahankan tingkat
2. Keunggulan bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh
perusahaan bagi pelanggan.
3. Ada dua jenis keunggulan bersaing, yaitu:
a. Biaya rendah, perusahaan yang menerapkan strategi ini, akan memiliki
kemampuan dalam mendesain produk dan pasar yang lebih efisien
disbanding pesaing.
b. Difensiasi, perusahaan yang menerapkan strategi ini, akan memiliki
kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang unik dan memiliki
nilai yang lebih besar bagi pembeli dalam bentuk kualitas produk,
sifat-sifat khusus dan pelayanan.
4. Dari dua keunggulan bersaing tersebut, akan menghasilkan tiga startegi
generik, yaitu:
a. Strategi biaya rendah. Strategi yang mengandalkan keunggulan biaya yang
relatif rendah dalam menghasilkan barang dan jasa. Keunggulan biaya
berasal dari: pengerjaan berskala ekonomis, teknologi milik sendiri, akses
preferensi bahan baku dan strategi diferensiasi.
b. Strategi yang mengandalkan kemampuan perusahaan yang menghasilkan
barang dan jasa yang unik dalam industrinya. Diferensiasi dalam semua
dimensi yang secara umum dihargai oleh pembeli. Beberapa bentuk
diferensiasi: diferensiasi produk, diferensiasi dalam citra produk dan
c. Strategi yang berusaha mencari keunggulan dalam segmentasi pasar
tertentu, meskipun tidak memiliki keunggulan bersaing secara
keseluruhan. Bentuknya:
i. Fokus biaya: dilakukan perusahaan dengan menerapkan keunggulan
biaya dalam segmen sasarannya.
ii. Fokus diferensiasi: dilakukan perusahaan dengan mengusahakan
diferensiasi dalam segmen sasarannya.
2.4 Keberhasilan Usaha
2.4.1 Pengertian Keberhasilan Usaha
Menurut Purnama dan Suyatno (2010) keberhasilan usaha industri kecil di
pengaruhi oleh berbagai faktor. Kinerja usaha perusahaan merupakan salah satu
tujuan dari setiap pengusaha. Primiana (2009: 49) mengemukakan bahwa sebuah
perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika permodalan sudah terpenuhi,
hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang
cepat dan tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan menurut Algifari (2003: 118)
ia berpendapat bahwa keberhasilan usaha dapat dilihat dari efisiensi proses
produksi yang dikelompokkan berdasarkan efisiensi secara ekonomis. Pendapat
lain diungkapkan oleh Andari (2011), “Keberhasilan usaha adalah sesuatu
keadaan yang menggambarkan lebih daripada yang lainnya yang
sederajat/sekelasnya. Noor (2007: 397) mengemukakan bahwa Keberhasilan
usaha pada hakikatnya adalah keberhasilan dari bisnis mencapai tujuanya, suatu
bisnis dikatakan berhasil bila mendapatkan laba, karena laba adalah tujuan dari
mengemukakan bahwa faktor yang merupakan tujuan yang kritis dan menjadi
ukuran dari keberhasilan suatu perusahaan adalah laba.
Menurut Tambunan (2002: 14) faktor-faktor yang mampengaruhi
keberhasilan usaha dapat diketahui dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor internal yang diantaranya yaitu; kualitas sdm, penguasaan organisasi,
struktur organisasi, sistem manajemen, partisipasi, kultur/budaya bisnis,
kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar, dan tingkat
entrepreneurship.
2. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua yaitu: faktor pemerintah dan
non-pemerintah. Faktor pemerintah diantaranya: kebijakan ekonomi, birokrat,
politik, dan tingkat demokrasi. Faktor non-pemerintah yaitu; sistem
perekonomian, sosio-kultur budaya masyarakat, sistem perburuhan dan
konsidisi perburuhan, kondisi infrastrukur, tingkat pendidikan masyarakat,
dan lingkungan global.
Menurut Purnama dan Suyanto (2010) berkaitan dengan faktor penentu
keberhasilan usaha, hasil penelitiannya menemukan bahwa keberhasilan usaha
kecil ditandai oleh inovasi, perilaku mau mengambil resiko. Keberhasilan usaha
disumbangkan oleh kerja keras, dedikasi, dan komitmen terhadap pelayanan dan
kualitas. Dalam penelitian Luk (1996), berbagai faktor penentu keberhasilan
usaha industri kecil pada dasarnya adalah cerminan dari kemampuan usaha
(pengetahuan, sikap dan keterampilan), pengalaman yang relevan, motivasi kerja
keberhasilan usaha dapat dipengaruhi oleh kemampuan usaha yang tercermin
diantarannya melalui pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari pengusaha.
Keberhasilan suatu usaha diidentikkan dengan laba atau penambahan material
yang dihasilkan oleh pengusaha, tetapi pada dasarnya keberhasilan usaha tidak
hanya dilihat dari hasil secara fisik tetapi keberhasilan usaha dirasakan oleh
pengusaha dapat berupa panggilan pribadi atau kepuasaan batin.
Menurut Hutagalung (2008: 50), sukses tidak terjadi secara kebetulan,
secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari
proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan
uang, harta, jabatan, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari
kesemuanya.
2.4.2 Indikator Keberhasilan Usaha
Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan.
Istilah itu diartikan sebagai suatu proses peningkatan kuantitas dari dimensi
perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahan jumlah
karyawan, peningkatan modal, dan lain-lain. Dalam mengukur perkembangan
usaha dapat dilihat dari:
1. Produktivitas, yang diukur melalui perubahan output kepada perubahan di semua faktor input (modal dan tenaga kerja).
2. Perubahan di tingkat kepegawaian (output, teknologi, cadangan modal, mekanisme penyesuaian, dan pengaruh terhadap perubahan status).
3. Rasio finansial (mengurangi biaya pegawai dan meningkatkan nilai tambah
Beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor
(2007:397) adalah sebagai berikut:
1. Laba (Profitability), laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.
2. Produktivitas dan Efisiensi, besar kecilnya produktivitas suatu usaha akan
menentukan besar kecilnya produksi. Hal ini akan mempengaruhi besar
kecilnya penjualan dan pada akhirnya menentukan besar kecilnya pendapatan,
sehingga mempengaruhi besar kecilnya laba yang diperoleh.
3. Daya Saing, adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk
merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dapat dikatakan
berhasil, bila dapat mengalahkan pesaing atau paling tidak masih bisa
bertahan menghadapi pesaing.
4. Kompetensi dan Etika Usaha, kompetensi merupakan akumulasi dari
pengetahuan, hasil penelitian, dan pengalaman secara kuantitatif maupun
kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai
dengan tuntutan zaman.
5. Terbangunnya Citra Baik, citra baik perusahaan terbagi menjadi dua yaitu:
trust internal dan trust external. Trust internal adalah amanah atau trust dari segenap orang yang ada dalam perusahaan. Sedangkan trust external adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas, bahkan
Indikator keberhasilan usaha menurut Riyanti (2003: 28), kriteria yang
cukup signifikan untuk menentukan keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari:
1. Peningkatan dalam akumulasi modal atau peningkatan modal,
2. Jumlah produksi yang meningkat,
3. Jumlah pelanggan bertambah,
4. Adanya perluasan usaha dan perluasan daerah pemasaran,
5. Perbaikan sarana fisik dan, peningkatan pendapatan usaha
2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjadi pembanding peneliti
2.6 Kerangka Konseptual
Sesorang mencapai keberhasilan berwirausaha harus memiliki karakter
dan perilaku yang baik dalam usaha serta dapat merancang strategi usaha.
Menjadi wirausaha yang berhasil dituntut untuk mampu berfikir kreatif dan
inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru dan memiliki nilai jual yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumen. Seorang pengusaha harus mengerti bagaimana
mengelola keuangan, sumber daya material, sumber daya manusia, operasional
dan pemasaran, dan memiliki keberanian serta mampu mengambil resiko agar
usaha yang dijalankan dapat berkembang dengan baik. Menurut Daryanto (2012:
7), kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan.
Menurut Kao (dalam Saiman, 2014: 41), berwirausaha merupakan suatu
penciptaan nilai melalui pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan
resiko yang tepat melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk
memobilisasi manusia, uang, serta bahan-bahan atau sumber daya lain yang
diperlukan untuk menghasilkan proyek agar terlaksana dengan baik. Melalui
kemampuan yang dimiliki untuk berwirausaha diharapkan para pebisnis dapat
menciptakan nilai tambah dan memenangkan persaingan untuk terciptanya
keberhasilan usaha. Karakter dan perilaku berwirausaha akan mampu mendorong
pengusaha untuk menciptakan strategi bisnis.
Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2009: 45), strategi merupakan sejumlah
sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan yang dihadapi dalam
lingkungan industrinya. Sehingga dengan adanya strategi yang baik akan
berdampak pada keberhasilan usaha melalui penentuan rencana yang berfokus
pada tujuan usaha. Hubungan antara karakteristik wirausaha dan startegi
wirausaha terhadap keberhasilan berwirausaha dapat digambarkan dalam
kerangka sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual dan rumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, makasa hipotesis penelitian adalah:
1. Karakter kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan berwirausahapada anggota BPD HIPMI SUMUT.
2. Strategi kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keberhasilan berwirausaha pada anggota BPD HIPMI SUMUT.
3. Karakter kewirausahaan dan strategi kewirausahaan berpengaruh postif dan
signifikan terhadap keberhasilan berwirausaha anggota BPD HIPMI SUM
KARAKTER KEWIRAUSAHAAN
(X1)
STRATEGI KEWIRAUSAHAAN
(X2)
KEBERHASILAN WIRAUSAHA