LAPORAN PRAKTIKUM ALGOLOGI
Oleh :
Nama : Adi Saputra
NIM : H1K012048
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
DAFTAR ISI
3.2.3 Identifikasi Mikroalga...5
3.3. Waktu dan Tempat...5
4.2.1.1. Sargassum vulgare....9
4.2.1.4. Halimeda macroloba...11
4.2.1.5. Sargasum sp...11
4.2.2. Mikroalga...13
4.2.2.1 Chaetoceros sp....13
4.2.2.2 Rhizosolenia sp....14
4.2.2.4 Plectonema sp....15
4.2.2.5 Thalassiothrix sp....15
4.2.2.6 Ulothrix sp....16
4.2.2.7 Ceratium sp....16
4.2.2.8 Navicula sp....17
4.2.2.9 Nitzschia sp....17
4.2.2.10 Richtoriella sp...18
4.2.3. Kualitas Air...18
4.2.3.1 Oksigen terlarut ( dissolve oxygen)...18
IV...KESIMPULAN ...20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Halimeda opuntia...9
Gambar 2. Padina australis...10
Gambar 3. Dictyota bartayresiana...10
Gambar 4. Halimeda macroloba...11
DAFTAR TABEL
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang kaya akan berbagai jenis sumber hayati. Salah satu diantaranya adalah rumput laut yang mempunyai nilai penting bagi masyarakat Indonesia. Rumput laut sudah lazim dikenal dalam dunia perdagangan, namun istilah ini merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris ”seaweed”. Secara botani, rumput laut tidak termasuk dalam keluarga Graminae, melainkan tergolong pada kelompok makroalga yang hidup di laut. Rumput laut adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak dapat dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Semua bagian tumbuhannya disebut thallus. Secara keseluruhan, tumbuhan ini mempunyai morfologi yang mirip, walaupun sebenarnya berbeda (Handayani, 2006).
Pada praktikum kali ini lokasi yang dipilih adalah Pantai Teluk Awur, Pantai Teluk Awur terletak di Desa Teluk Awur, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Arah selatan kota Jepara dengan jarak tempuh 7 kilometer. Pantai ini merupakan pantai yang landai dengan pasir putih, dengan karakteristik Ombak yang begitu tenang. Kondisi perairan pantai Teluk Awur sangat mendukung untuk pertumbuhan Alga, karena perairan pantai tersebut mempunyai kelandaian pantai yang mendukung. Subtrat dasar perairan Teluk Awur sebagian besar berupa substrat pasir, pasir berlumpur, dan pecahan karang.(Kharismawati 2008).
I.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengenai algae baik makroalgae maupun mikroalga melalui ciri morfologinya.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi makroalga maupun mikroalga dengan pengamatan ciri morfologi pada saat pengamatan dihabitat aslinya.
4. Mahasiswa dapat memahami dan melakukan pengambilan sampel mikroalga. 5. Mahasiswa dapat memahami dan melakukanteknik isolasi dan kultur mikroalga
1.3 Manfaat
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mikroalgae
Mikroalga merupakan kelompok tumbuhan berukuran renik, baik sel tunggal maupun koloni yang hidup di seluruh wilayah perairan air tawar dan laut. Mikroalga lazim disebut fitoplankton. Mikroalga saat ini menjadi salah satu alternative sumber energi baru yang sangat potensial. Makanan utama mikroalga ialah karbondioksida. Mikroalga mampu tumbuh cepat dan dipanen dalam waktu singkat yakni 7-10 hari. Menurut Odum (1981), berdasarkan sejarah hidupnya mikroalga adalah holoplankton yag hidup bebas terapung, dan selama hidupnya merupakan plankton. Mikroalga merupakan fitoplankton, atau plankton tipe nabati (Smith 1970).
Sel mikroalgae dapat dibagi menjadi 10 divisi dan 8 divisi algae merupakan bentuk unicellulair. Dari 8 divisi algae, 6 divisi telah digunakan untuk keperluan budidaya perikanan sebagai pakan alami. Setiap divisi mempunyai karakteristik yang ikut memberikan andil pada kelompoknya, tetapi spesies-spesiesnya cukup memberikan perbedaan-perbedaan dari lainnya. Ada 4 karakteristik yang digunakan untuk membedakan divisi mikroalgae yaitu; tipe jaringan sel, ada tidaknya flagella, tipe komponen fotosintesa dan jenis pigmen sel. Selain itu morfologi sel dan bagaimana sifat sel yang menempel berbentuk koloni/ filamen adalah merupakan informasi penting didalam membedakan masing-masing group.
sebagai cahaya yang penting untuk fotosintesis. Philip Sze (1993) melakukan pembagian divisi alga yang didasarkan atas :
A. Pigmen dalam plastida
1. Pigmen-pigmen berperan penting dalam proses fotosintesis
2. Pigmen pada alga terdapat pada plastida. Plastida ada 2 macam yaitu : a. Chloroplast:
Pembawa zat warna klorofil b. Cromoplast:
Pembawa zat warna lain
3. Tipe-tipe khloroplas dibedakan 3 kelompok : a. Rhodophycean chloroplast:
Tilakoid terpisah dan fikobilisom di permukaan tilakoid b. Chlorophycean chloroplast:
Tumpukan tilakoid dan pyrenoid di permukaan c. Chrysophycean chloroplast:
Tilakoid dalam 3 kelompok, yaitu reticulum endoplasma,ribosom dan di luar permukaan terdapat nucleus.
B. Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada alga adalah kandungan karbohidrat, polimer-polimer glukosa dengan mata rantai terdiri dari: pati (α-1,4 Glucose) dan laminarin, chrysolaminarin/ leucosin, paramilon (β-1,3 Glucose).
1. Dinding sel alga prokaryotik terdiri atas mucopeptida dan pektin. Terdapat pada Cyanobakteria dan Prochlorophyta. Dinding sel menyerupai eubakteria baik struktur ribosom dan kromosom.
2. Dinding sel alga eukaryotik terdiri atas selulosa dan pektin. Pada Chrysophyta sering mengandung silikat. Phaeophyta mengandung asam algin. Ada 6 divisi alga yang dinding selnya eukaryotik antara lain: Divisio Chlorophyta, Pyrophyta
(dinoflagellata), Cryptophyta (Chryptomonad), Euglenophyta, Phaeophyta, serta Rhodophyta.
D. Morfologi
Macam-macam bentuk sel pada alga: 1. Uniselular
a. berflagel
contoh: Trachelomonas b. non flagel
contoh: Chlorella, Cyclotella
2. Koloni a. berflagel b. non flagel 3. Agregasi palmeloid
Spesies berflagel, tetapi pada tingkat palmeloid sel mengeluarkan lendir
1. Amaoeba atau sel-sel rhizopodial sel tunggal atau berkoloni, amoeboid
a. tidak bercabang b. Bercabang 2.2 Makroalgae
Makroalga merupakan tumbuhan takberpembuluh yang tumbuh melekat pada substrat dasar laut, tumbuhan tersebut tidak memiliki akar, batang, daun, bunga, dan biji sejati (Sumich, 1979; McConnaughey & Zottoli, 1983; Lerman, 1986). Berdasarkan kandungan pigmennya rumput laut merupakan makroalga bentik yang terdiri dari jenis-jenis yang termasuk divisio Rhodophyta (alga merah), Phaeophyta (alga coklat) dan Chlorophyta (alga hijau). Rumput laut umumnya tumbuh melekat pada suatu substrat (Kadi &Atmadja, 1988).
Rumput laut atau seaweed termasuk tumbuhan berthallus yang banyak dijumpai hampir di seluruh perairan pantai Indonesia, terutama di pantai yang mempunyai rataan terumbu karang. Di dalam perairan rumput laut menempati posisi sebagai produsen primer yang menyokong kehidupan biota lain pada tropik level yang lebih tinggi. Rumput laut umumnya hidup di dasar laut dan substratnya dapat berupa pasir, pecahan karang (gravel), karang mati, serta benda-benda keras yang terendamdi dasar laut (Kadi, 1989).
Makroalga (Rumput laut), hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umumnya hidup di dasar perairan dan menempel pada substrat (benda lain). Fungsi akar (holdfas) pada rumput laut bukan sebagai penyerap makan melainkan sebagai alat pelekat pada substrat. Rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun seperti umumnya pada tanaman, maka rumput laut digolongkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta). Morfologi dari rumput laut merupakan salah satu dasar untuk membedakan antara satu jenis alga dengan alga yang lain, bentuk thallus, kandungan pigmen, fungsi-fungsi bagian rumput laut serta beberapa hal mendasar yang membedakan rumput laut.
umumnya hidup di dasar perairan. Rumput laut disebut tanaman karena memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga bisa berfotosintesis. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia. Akan tetapi rumput laut (seaweed) berbeda dengan lamun (seagrass). Lamun adalah tanaman yang hidup dilaut dan tidak memiliki klorofil. Lamun merupakan kompetitor bagi rumput laut, dan biasanya tumbuh di daerah dekat pantai yang cenderung kotor. Rumput laut bersama-sama dengan lamun adalah kontributor penting pada rantai makanan di perairan pantai (Luning, 1990). Tumbuhan bentik ini pada lingkungan laut terbukti sebagai penyedia habitat dan makanan untuk herbivora (Dawes, 1981).
III.
MATERI DAN METODE
3.1 Materi3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah sebagai berikut : Plankton net, Botol film, Line transek 100 m, Transek kuadran 1x1 m, Ember 20L, Kamera, HVS laminating, Alat tulis, Botol Neril, Toples selai, Plastik bening 1kg, Kantong kresek, dan Potongan kardus.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah sebagi berikut : Sampel Makroalga, Sampel Mikroalga, Formalin 4%, Larutan KOH-KI, Larutan H2SO4 pekat, Larutan MnSO4, Larutan Na2S2O3, dan Amilum.
3.2 Metode 3.2.1 Mikroalga
Penyaringan mikroalga pada 3 stasiun pengambilan sampel dengan pola tegak lurus dengan garis pantai. Dilakukan dengan mengambil air sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember plastic bervolume 10 liter yang dituangkan kedalam plankton-net bernomor 25. Sampel air yang tertampung didalam botol sampel pukul 12.00, 18.00, dan 06.00 untuk kemudian diberi larutan formalin 4% (pengawetan) untuk kemudian sampel dibawa ke Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman untuk diidentifikasi secara Eksitu. Sampel yang diperoleh diidentifikasi dengan diamati menggunakan mikroskop sebanyak 10 kali lapang pandang, terlebih dahulu dihomogenkan hingga merata dan air sampel diambil dengan menggunakan pipet tetes.
3.2.2 Makroalga
adapun stasiun pengambilan sampel sebanyak 3 stasiun. Sampel yang didapatkan langsung dikemas pada botol film, diformalin 4%, serta diberi label. Selanjutnya sampel diidentifikasi dilaboratorium dengan menggunakan buku identifikasi.
3.2.2 Identifikasi Mikroalga
1. Sampel mikroalga dari air diambil dengan plankton-net dan dimasukkan ke botol untuk pengamatan mikroalga dalam botol sampel dihomogenkan terlebih dahulu. 2. Dengan menggunakan pipet tetes, sampel mikroalga diambil satu tetes dan diteteskan
di atas object glass serta ditutup dengan cover glass selanjutnya diamati dibawah mikroskop.
3. Identifikasi dan klasifikasi jenis mikroalga yang diperoleh menggunakan buku identifikasi.
3.2.3 Isolasi Mikroalga
3.2.4 Kultur Mikroalga
Secara umum proses kultur melalui tiga tahap :
1. Kultur murni (bibit) 2. Kultur semi massal 3. Kultur massal
Secara prinsip ketiga tahap tersebut sama hanya berbeda dalam hal skala media tumbuh. Kultur murni
Kultur ini bertujuan mengembangkan bibit mikroalga hasil sampling di alam, hasil sampling di alam kemudian di isolasi sehingga didapatlah bibit murni. Bibit murni yang dimaksud ialah bibit dimana dalam satu kumpulan mikroalga hanya terdiri dari 1 jenis mikroalga.
proses kultur murni
1. Sampling di alam (laut) 2. Isolasi
Menggunakan metode isolasi goresan di cawan petri dengan media bactoagar. 0,5 gr bactoagar + 100 ml air laut dipanaskan menggunakan magnetik spiral Diberi pupuk sesuai jenis mikroalga paling dominan pada sample
Disterilkan dengan autoklaf
Didinginkan lalu ditambah vit B12 untuk memacu pertumbuhan mikroalga Bahan dituang ke cawan petri
Dilakukan isolasi dengan metode goresan Pupuk yang digunakan adalah pupuk pro analis
1. Dipindahkan ke tabung reaksi dengan media agar (diberi pupuk) 2. Dipindahkan ke tabung reaksi dengan media cair (diberi pupuk)
3. Dipindahkan ke tabung erlenmayer secara bertahap, pertama dipindahkan pada tabung erlenmayer volume 250 ml, setelah beberapa hari dipindahkan ke tabung erlenmayer 300 ml, terus sampai ke tabung erlenmayer volume 500 ml.
Lama waktu dan jenis pupuk yang digunakan berbeda tergantung jenis mikroalga. Setelah tahap kultur murni selesai dilanjutkan ke tahap kultur semi massal
Kultur semi massal Proses kultur semi masal
Akuarium ukuran 750 liter dibersihkan
2. Disiapkan pupuk
3. Masukan bibit hasil kultur murni beserta pupuk ke dalam akuarium 4. Setelah beberapa hari kultur dipindahkan ke bak berukuran 1 ton.
Bak besar ini disterilkan terlebih dahulu menggunakan chlorin sebanyak 30 – 60 ppm. Stelah 24 jam chlorin dinetralkan menggunakan tiol sebanyak setengah jumlah chlorin yang diberi. Setelah netral stock mikroalga dari akuarium dimasukan lalu diberi pupuk.
Setelah beberapa hari dilanjutkan ke tahap kultur massal Kultur massal
Proses kultur massal
1. Pencucian bak 2. Pengisian air
3. Sterilisasi menggunakan chlor lalu chlor dinetralkan menggunakan tiol atau natrium bisulfat
4. Dimasukan pupuk
5. Dimasukan stok bibit hasil kultur semi massal
Setelah mancapai puncak pertumbuhan, mikroalga dipanen untuk dimanfaatkan sebagai pakan ikan, pakan rotifera, penstabil kolam budidaya dan lain-lain.
Puncak pertumbuhan sekitar 7-8 hari. Pupuk untuk kultur massal :
a. Kultur Chlorella Vulgaris, Spirulina patensis, nannocholopsis Pupuk yg di gunakan :
• urea 70 ppm
c. Kultur Tetraselmis chuii • Urea 80-100 ppm
• TSP 40-50 ppm • 2A 10-20 ppm • FeCl3 1-3 ppm • EDTA 3-5 ppm
• Vitamin B12 0,001 ppm
3.2.5 Kualitas air
Pengambilan sampel kualitas air dilakukan dengan cara yaitu: insitu (lansung diukur di lapangan) :
Oksigen terlarut (DO)
Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan metode winkler (APHA, 1985). Sampel air diambil menggunakan botol winkler 250 ml secara hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara. Kedalamnya ditambahkan berturut-turut MnSO4 dan larutan KOH-KI sebanyak 1 ml, lalu dibolak-balik sampai homogeny dan didiamkan hingga terbentuk endapan. Lalu diberi larutan H2SO4 pekat 1 ml, dan dibolak-balik hingga menjadi larut. Selanjutnya diambil 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer serta dititrasi dengan menggunakn larutan Na2S2O3 0,025 Nsampai larutan berwarna kuning muda. Kedalamnya ditambahkan indikator amilum 10 tetes hingga larutan berwarna biru tua, kemudian titrasi hingga warna biru tua menjadi tepat hilang atau jernih.
Titrasi dilakukan secara duplokadar oksigen dihitung dengan rumus :
O2 terlarut = 1000100 x p x q x 8 ml Keterangan :
8 : berat setara oksigen
Temperatur
Temperatur air diukur dengan menggunakan termometer air raksa. Termometer dicelupkan kedalam badan perairan hingga air raksa konstan, angka yang tercatat dicatat.
Salinitas
Salinitas perairan diukur dengan menggunakan hand refraktometer. Dengan cara ambil sampel air dengan menggunakan pipet, lalu teteskan air sampel pada wadah hand refraktometer, kemudian tutup dan lihat pada teropong nilai salinitasnya.
3.3. Waktu dan Tempat
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Makroalga
Table 1.Data Pengamatan Makroalga Tiap Stasiun.
S
Table 2.Data Pengamatan Mikroalga Tiap Jam.
am
Nilai pH air laut di Teluk Awur adalah 7 4.1.4. DO ( Disolve oxygen)
Rumus DO=V x n x Bobot OVolume sample2x1000 Ket: n = 0.025, O2 = 8
a. Jam 12.00
DO=58x0.0251000x8x1000
=11.6 ppm b. Jam 18.00
DO=38x0.0251000x8x1000
=38x0.025x8 =7.6ppm c. Jam 06.00
DO=30x0.0251000x8x1000
=30x0.025x8 =6ppm
4.2. Pembahasan 4.2.1. Makroalga
4.2.1.1. Sargassum vulgare
Sargassum vulgare hidupnya dilaut, ganggang berwarna pirang. Talus berbentuk pita, bercabang-cabang dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Phaeopyhta
Ordo :Fucales
Famili :Sargassaceae
Genus : Sargassum Gambar 1. Sargassum Vulgare
4.2.1.2. Padina australis
Thallus dari Padina australis mirip seperti kebanyakan rumput laut dari genus padina, yakni berbentuk seperti kipas, serta membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis yang cenderung melingkar (radial).Sering ditemukan struktur thallusnya berbentuk terpotong-potong. Rumput laut padina merupakan salah satu rumput laut coklat yang mengandung kalsium karbonat pada bagian tubuhnya, terlihat dari warna keputih-putihan yang berada pada thallusnya.Padina australis biasa ditemukan di pinggir pantai dan bebatuan.
Kingdom : Plantae
Divisi : Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Ordo : Dictyotales
Famili : Dictyotaceae Gambar 2. Padina australis Genus : Padina
Spesies : Padina australis
4.2.1.3. Dictyota bartayresiana
Thallus pipih seperti pita, mencapai panjang 5 cm dan lebar 2-3 mm bagian tepi rata.Tumbuh menempel pada batu karang mati di daerah rataan terumbu.
Kingdom : Plantae
Divisi :Phaeophyta
Klas : Phaeophyceae
Genus :Dictyota
Spesies : Dictyota bartayresiana
4.2.1.4. Halimeda macroloba
Talus rimbun, blade kaku dan berkapur, holdfast seperti umbi yang memanjang.Memiliki warna hijau dan pada saat kering memiliki warna hijau kekuningan, habitatnya berada pada substrat berpasir.
Kingdom : Plantae Divisi : Chlorophyta
Kelas : Clholophyceae
Ordo : Bryopsidales
Famili : Halimideaceae
Genus : Halimeda Gambar 4. Halimeda macroloba Spesies : Halimeda macroloba
4.2.1.5. Sargasum sp.
Thallus bulat dan agak pipih. Warna hijau,permukaan halus atau licin. Tumbuh menempel pada batu di daerah terumbu terutama di pinggir anrata terumbu.
Kingdom : Plantae
Divisio : Phaeophyta
Family : Sargassaceae
Genus : Sargassum Gambar 5. Sargassum sp Species :Sargassum sp
4.2.2. Mikroalga 4.2.2.1 Chaetoceros sp.
Sel membentuk rantai yang melingkar, melengkung atau lurus.Setae yang panjang muncul dari sudut-sudut sel. Sebuah spesies soliter sedikit yang ditemukan di Monterey Bay.Salah satu genera terbesar diatom, sekitar 400 spesies, yang sebagian besar adalah laut.Beberapa spesies membentuk spora dan / atau auxospores beristirahat.Chaetoceros spp. sering komponen dominan dari komunitas fitoplankton di Monterey Bay, dan mereka tersebar luas di seluruh lautan di dunia.
Kingdom : Chromista Divisio : Ochrophyta
Class : Coscinodiscophyceae Order : Chaetocerotales
Family : Chaetocerotaceae Genus : Chaetoceros
Spesies : Chaetoceros sp.
4.2.2.2 Rhizosolenia sp.
Habitatnya di laut, genus plankton, diatom centric yang membentuk rantai, beristirahat spora jarang terbentuk.Rhizosolenia korset terbentuk dari banyak segmen dalam kolom longitudinal.
Kelas : Coscinodiscophyceae Ordo : Rhizosoleniales
Famili : Rhizosoleniaceae Genus : Rhizosolenia
Spesies :Rhizosolenia sp 4.2.2.3 Fragilaria sp.
Dari pandangan atas, frustules berbentuk batang sampai bentuk fusiform, simetri bilateral, seringkali dengan ujung- ujung yang memipih, dan dengan 1 atau 2 penggembungan pada sisi- sisinya. Dari pandangan samping berbentuk rectangular, dan biasanya dengan satu atau lebih pita- pita interkalari.Koloni mangapung bebas atau sesil. Bentuk koloni mungkin seperti pita dengan sel saling bertempelan pada bagian valvenya; atau bentuk benang zigzag yang bertempelan pada bantalan gelatinous di ujung- ujung selnya; atau( agak jarang terjadi bentuk bintang dimana sel- sel bertempelan pada sudut- sudutnya. Valve dihisi dengan alur-alur transversal, atau lubang- lubang yang berderet transversal.Pseudoraphe yang terdapat pada bidang longitudinal axis mungkin halus dan tak jelas, atau lebar dan jelas.Tergantung spesifik, kromatofor bentuk cakram kecil, atau 1- 4 kromatofor benruk lembaran dengan beberapa pirenoid.Pembiakan dengan auxospora trikoma satu pada setiap sel.
Kingdom : Chromista Divisio : Ochrophyta
Class : Fragilariophyceae Order : Fragilariales
Family : Fragilariaceae Genus : Fragilaria
4.2.2.4 Plectonema sp.
Sel-sel yang sangat panjang yang dapat koloni soliter atau bentuk memancar.Sel bisa lurus, sedikit melengkung, atau sigmoid, dan biasanya sangat bengkok.Katup meningkat di pusat dan apeks, dan duri marjinal yang hadir.Bisa keliru untuk Thalassionema.
Kingdom: Chromista
Spesies : Thalassiothrix sp.
4.2.2.6 Ulothrix sp.
Yaitu ganggang hijau yang berbentuk benang.Ganggang ini mempunyai ciri khas dalam bentuknya, yaitu merupakan setengah lingkaran yang menyerupai telapak kuda. Cara hidupnya menempel pada batu atau benda lain dengan sel khusus yang tidak berwarna. Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta Kelas : Ulvophyceae
Ordo : Ulotrichales
Genus : Ulothrix
Spesies :Ulothrix sp.
4.2.2.7 Ceratium sp.
Ceratium sp. merupakan salah satu jenis alga hijau memiliki pigmen warna hijau dalam tubuhnya, yang termasuk dalam plankton. Memiliki ukuran tubuh yang mikroskopis, bentuk tubuhnya memanjag dan tidak beraturan.Jenis alga ini hidup bebas di perairan tawar.Tanduk Antapical dan apikal hadir, 1-4 tanduk berjumlah.Sel berat thecate dan kuning pucat sampai warna emas.
Kingdom : Chromista Divisio : Dinophyta
Class : Dinophyceae
Order : Gonyaulacales Family : Ceratiaceae
Genus : Ceratium
Spesies :Ceratium sp. 4.2.2.8 Navicula sp.
Kingdom : Chromista Divisio : Ochrophyta
Class : Bacillariophyceae Order : Naviculales
Family : Naviculaceae Genus : Navicula
Species :Navicula sp.
4.2.2.9 Nitzschia sp.
Nitzschia adalah yang terbesar tunggal diatom genus dan salah satu yang paling umum, dengan spesies yang terjadi di lingkungan yang ekstrim seperti air organik tercemar. Nitzschia strain sigma dalam koleksi kultur diisolasi dari hiper Laut Aral saline. Data molekuler saat ini diperoleh untuk jenis Nitzschia palea dalam upaya untuk menentukan batas-batas spesies dalam kelompok ini. The Nitzschia fonticola strain menunjukkan sebuah penurunan seksualitas yang luar biasa dengan produksi pedogamous dari auxospores di gametangia tidak berpasangan. Di Nitzschia longissima sistem kawin heterotolik.Pengurangan eksperimental dari ukuran sel ini dimungkinkan dengan pembedahan memotong ujung sel dengan silet.
Kingdom : Chromista
Phylum : Ochrophyta
Class : Bacillariophyceae Order : Bacillariales
Family : Bacillariaceae Genus : Nitzschia
Species :Nitzschia sp. 4.2.2.10 Richtoriella sp.
Class : Coscinodiscophyceae
4.2.3.1 Oksigen terlarut ( dissolve oxygen)
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologis yang dilakukan organisme aerobik maupun aerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangata penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara perlakuan aerobik yang ditunjukkan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga (Salmin, 2005).
Table 3.Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan DO dan BOD
Tingkat
(1974) apabila kisaran DO 0-5 ppm berarti tingkat pencemaran di daerah tersebut sedang. Tingkat pencemaran yang tergolong sedang ini dapat diakibatkan oleh masukan air dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Awur, sungai tersebut membawa material-material padat seperti sedimen dan zat kimiawi yang dapat memperlambat penyerapan oksigen dalam air maupun mengganggu proses fotosintesis tumbuhan laut untuk memproduksi oksigen. Perairan Teluk Awur mempunyai kondisi perairan yang berbeda, yaitu perairan tertutup dan terbuka.Perbedaan kondisi perairan tersebut menyebabkan perbedaan faktor fisika dan kimia.Akan tetapi faktor yang lebih menonjol pada perairan ini adalah arus dan gelombang. Akibat dari arus dan gelombang tersebut menimbulkan turbulensi yng dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut itu pula (Brafield, 1978 dalam Ruswahyuni, 2010).
4.2.3.2 PH (derajat keasaman)
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari praktikum lapang, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Makroalga adalah jenis alga yang makroskopis (dapat dilihat dengan mata telanjang) yang hidupnya pada substrat seperti pasir, batu maupun karang. Sedangkan mikroalga adalah jenis alga yang mikroskopis (dilihat dengan mikroskop) yang hidupnya bisa sebagai plankton maupun menempel dan berasosiasi dengan organisme lain.
b. Pengambilan sampel makroalga dilakukan dengan handsorting, bisa memakai alat bantu berupa snorkel ataupun SCUBA.
c. Pengambilan sampel mikroalga dibantu dengan alat plankton net.
d. Makroalga yang didapatkan diantaranya Padina australis, Dictyota batrayresiana, Halimeda makrolaba, Sarassum vulgare dan Sargassum sp. Dan spesies mikroalga yang didapatkan adalah Plectonema sp., Raphidium convolutum, Thalassiothrix dolicatulla, Ulothrix sp., Rhizosolenia sp., Planktothrix isothrix, Tribonema
ambiguum, Chaetocheros sp., Fragilaria sp., Thalassiosira grarida, Ceratium sp.,
Phormidium sp., Thalassionema sp., Skeletonema sp., Leptocylindrus sp.,
Microcystis sp., Nitzschia sp., Stauroneis sp., Richtoriella sp., Stephanopyxir,
DAFTAR PUSTAKA
Affan, M.J. 2010. Analisis Potensi Sumber daya Laut Dan Kualitas Perairan Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Di Pantai Timur Kabupaten BangkaTengah.. Jurnal ilmiah Budidaya perairan Universitas syiah kuala: Vol.2 (10) : 99 - 113
Dawes CJ. 1981. Marine Botany. New York: John Wiley dan Sons, University of South Florida.
Effendy, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisisus : Yogyakarta. Fardiaz, S., 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisisus. Yogyakarta.
Jacquet et al,. 2013. First description of a cyanophage infecting the2 cyanobacterium Arthrospira platensis (Spirulina). Journal of Applied Phycology. Vol.25: 195-203. Kadi, Achmad, 1989. Sebaran Algae Halimeda di Indonesia, Penelitian Oseanologi Perairan
Indonesia Buku I, Biologi, Geologi, Lingkungan dan OseanografiLevinton, J.S. 2001. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology. 2nd ed. Oxford University
Press, New York.
Kadi, Achmad dan Atmadja, Wanda S., 1988. Rumput Laut (Algae) (Jenis, reproduksi, produksi, budidaya dan pasca-panen), Seri Sumber Daya Alam, 141 P3O-LIPI Kharismawati, I.N. 2008. Studi Hubungan Kerapatan Vegetasi Lamun Dengan Laju
Sedimentasi di Perairan Teluk Awur Dan Bandengan Jepara. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Diponegoro, Semarang. 65 hlm.
Leviton, J.S. 2001. Marine Biology: Function, Biodiversity, Ecology, 2nd ed. Oxford University Press, New York.
Luning, K.1990. Seaweed There Environment, Biogeography and Ecophysiology. John Wiley and Sonns Inc., New York.
Odum, E. P. 1971. Fundamental of ecology, 3rd ed. Saunders. Philadelphia.
Philip, Sze. 1993. A biology of the algae, 2nd ed. Wm. C. Brown Publishers. Dubuque, Iowa Ruswahyuni. 2010. Populasi Dan Keanekaragaman Hewan MakrobenthosPada Perairan
Tertutup Dan Terbuka Di Teluk Awur, Jepara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Ilmu Kelautan. Vol. 2 (1): 11-21.
Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana. Vol. XXX (3): 21-26. Sumich, J.L. 1979. An introduction to the biology of marine life. C. Brown Co. Publishing,
lowa City.