Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
BLOK 4.3
ELEKTIF
TOPIK 2B. KEDOKTERAN OLAH RAGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2
PEMERIKSAAN KEBUGARAN JASMANI
Banyak definisi yang diajukan oleh para ahli tentang kebugaran jasmani, tapi yang
sering dijadikan rujukan adalah yang diajukan oleh Clarks. Menurut Clarks kebugaran
jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-hari dengan penuh
vitalitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai tenaga yang cukup
untuk menikmati kehidupan.
Kebugaran jasmani adalah suatu keadaan dimana tubuh masih memiliki sisa tenaga
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat rekreasi atau hiburan setelah melakukan
kegiatan/aktifitas fisik rutin. Dengan kata lain bugar itu adalah keadaan dimana tubuh tidak
mengalami kelelahan yang berarti setelah melakukan kegiatan rutin. Kebugaran jasmani
sangat individual, artinya masing-masing orang memiliki tingkat kebugaran yang spesifik
untuk dirinya. Aktifitas fisik rutin seorang petani adalah mencangkul, bercocok tanam atau
panenan dan lain-lain. Kebugaran petani tersebut ditentukan oleh keadaan ketersediaan
tenaga setelah petani tersebut melakukan kegiatan rutinnya. Petani dikatakan bugar bila
petani tersebut masih mampu untuk melakukan kegiatan lain seperti jalan-jalan keliling desa
atau mencari kayu bakar. Tapi jika petani tadi hanya bisa melakukan aktifitas rutin dan
kemudian petani tersebut harus tidur sampai besoknya, maka petani tersebut memilki tingkat
kebugaran jasmani yang jelek.
Acuan terhadap kebugaran dilihat aktifitas yang dilakukan oleh orang yang
bersangkutan, bukan aktifitas rutin orang lain. Seorang mahasisiwa jika melakukan kegiatan
yang dilakukan oleh petani diatas, maka mahasiswa akan mendapatkan kelelahan yang
berarti, mungkin mahasiswa langsung tertidur satu hari. Mahasiswa kehabisan tenaga karena
melakukan kegiatan diluar rutinitas yang mereka lakukan. Mahasiswa belum bisa
dikategorikan tidak bugar, karena aktifitas yang dia lakukan bukanlah aktifitas rutin dia.
Dari uraian pengertian di atas jelaslah bahwa kebugaran jasmani itu sangat
tergantung kepada tingkat kemampuan fisik dalam melaksanakan pekerjaan seseorang.
Seorang buruh kasar akan membutuhkan tingkat kebugaran jasmani yang berbeda
dibandingkan dengan pekerja kantoran. Begitu juga, seorang atlet membutuhkan tingkat
kebugaran jasmani yang berbeda dengan orang biasa. Secara umum, kebugaran jasmani
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3
related physicalfitness dan kebugaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan yaitu health
related physical fitness.
Kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh :
1. Umur
Sesuai dengan perjalanan umur, maka tingkat kebugaran jasmani akan selalu meningkat
sampai usia 30 tahun. Dan setelah usia 30 tahun akan terjadi penurunan tingkat kebugaran
secara perlahan. Fluktuasi peningkatan dan penurunan tersebut berjalan secara alamiah
jika tidak dilakukan intervensi.
2. Jenis kelamin
Pria memiliki tingkat kebugaran jasmani yang melebihi kaum wanita. Perbedaan
perkembangan dan fungsi hormone diantara keduanya dianggap faktor yang paling
bertanggung jawab dalam membedakan hasil ini. Hormon androgenik yang dimiliki pria
berpengaruh terhadap perkembangan otot, sehingga disbanding otot wanita umumnya,
maka otot pria lebih kuat.
3. Keturunan
Keturunan kulit berwarna memiliki kemampuan fisik melebihi orang kulti putih.
Kemampuan olahraga marathon orang Kenya tak dapat diragukan lagi, terbukti dengan
seringnya mereka menjuarai even olahraga marathon dunia. Kemampuan yang dimilki
oleh keturunan tertentu diduga terkait dengan jumlah mitokondria yang dimilki oleh
keturunan tertentu. Orang-orang kulit berwarna dari suku bangsa Afrika ternyata sejak
lahirnya telah memilki jumlah mitokondria sel lebih banyak. Dengan memiliki jumlah
mitokondria lebih banyak menjadikan kemampuan sel untuk menyediakan energi manjadi
lebih banyak. Hal ini akan berdampak timbulnya kelalahan menjadi lebih lama.
4. Makanan
Asupan kalori dan zat gizi menentukan kestersediaan sumber energi dalam tubuh.
Kurangnya asupan kalori dan zat gizi tentu berdampak terhadap berkurangnya
kemampuan tubuh dalam melakukan aktifitas. Kontraksi otot memerlukan ATP,
persediaan ATP dalam otot terbatas, sehingga diperlukan tambahan energi untuk
mengganti atau membentuk ATP lagi. Pembentukan ATP memerlukan bahan baku dalam
bentuk karbohidrat, lemak atau protein. Karbohidrat, lemak dan protein didapat dari
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
selalu harus terjaga dalam posisi seimbang. Kurangnya kualitas makanan yang diperoleh
dalam diet sehari-hari menentukan tingkat kebugaran seseorang.
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan gangguan pertukaran dan transportasi oksigen alam tubuh.
Bahan yang beracun pada asap rokok seperti nikotin, tar, dan lain sebagainya dapat
menempel dipermukan dalam saluran nafas. Penempelan bahan yang beracun terutama
pada muosa alveoli sangat mengganggu pertukaran gas antara alveoli dan pembuluh
darah di paru. Hambatan diatas tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan ambilan
oksigen tubuh. Terdapat bukti dalam beberapa penelitian ditemukan rerata VO2 maks
pelajar yang merokok lebih rendah dibanding yang tidak meokok.
6. Latihan
Latihan fisik yang dilakukan oleh seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
kebugaran. Orang yang terlatih akan memiliki otot lebih kuat, lebih lentur, dan memiliki
ketahanan kardirepirasi yang baik.
Pada kesempatan ini akan kita praktikumkan adalah kebugaran jasmani yang
berkaitan dengan kesehatan, yakni :
1. Komposisi tubuh (body composition) atau persentase lemak tubuh.
2. Daya tahan jantung-paru (cardiorespiratory endurance)
3. Kekuatan otot-otot (muscular strength)
4. Daya tahan otot-otot (muscular endurance)
5. Kelentukan (flexibility)
Untuk menilai kebugaran jasmani seseorang, maka kelima komponen di atas harus dinilai.
Guna menselaraskan dengan kaidah berolahraga dan mengurangi resiko cedera olahraga,
maka urutan pemeriksaan sebaiknya dilakukan sesuai dengan urutan nomor di atas.
Persiapan percobaan
1. Orang coba hendaknya tidak melakukan kegiatan fisik yang melelahkan sebelum
praktikum ini.
2. Minimal telah 1 jam berlalu dari memakan makanan ringan dan 2 jam setelah
makanan berat
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5
4. Dianjurkan memakai pakaian (termasuk sepatu) olahraga
5. Cukup sehat untuk melakukan tes ini, menggunakan PAR-Q (Phisical Activity
Readiness-Quisioner) dengan menanyakan riwayat tentang kesiapan tubuh untuk
melakukan aktifitas.
I. KOMPOSISI TUBUH
Komposis tubuh menunjukan berapa persen tubuh seseorang terdiri dari jaringan
lemak (jaringan adiposium) dan berapa persen yang bukan lemak (lean body mass).
Komposisi lemak trubuh merupakan perbandingan masa jaringan tubuh aktif dengan yang
tidak aktif dalam keterlibatan sebagai tempat metabolisme energi. Jaringan lemak merupakan
jaringan tubuh yang tidak terlibat langsung dalam proses pembentukan energi. Sebaliknay
jaringan otot merupakan jaringan paling aktif yang terlibat dalam pembentukan energi.
Seseorang dianggap memiliki kebugaran yang lebih baik jika memiliki masa jaringan aktif
lebih banyak dari yang tidak aktif. Seseorang yang memiliki jaringan lemak lebih banyak,
maka yang bersangkutan akan memiliki kemampuan menghasilkan energi lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang memiliki jaringan lemak sedikit. Artinya orang yang gemuk
memiliki relatif berat badan dengan masa jaringan tidak aktif lebih banyak, sehingga akan
menambah beban jaringan aktif. Otot tentu akan berkontraksi lebih besar guna menompang
berat badan yang berlebih tersebut.
Ada bermacam metode yang dapat digunakan untuk menentukan komposisis lemak
tubuh. Metod yang palin tepat dan akurat tentulah dengan melakukan pengukuran langsung,
artinya dilakukan penguraian dan pemisahan semua jaringan lemak dan ditimbang sehingga
persentase lemak diketahui secara pasti, tentu metode ini tidak mungkin dilaksanakan.
Dikembangkan metode tidak langsung dengan memperkirakan dari pengukuran berat badan
dan tinggi badan (Body Mass Index = BMI) atau denagan mencari BD (Body Density) atau
berat jenis tubuh, sehingga persentase lemak tubuh dapat diperkirakan. Berat jenis tubuh
secara pasti dapat diketahui dengan mengukur berat badan dalam air. Cara paling mudah
untuk mengestimasi berat jenis tubuh adalah dengan melakukan pengukuran tebal lemak
dibawah kulit dengan memakai Skinfold Caliper atau dapat juga dilakukan dengan
menggunakan ronsen foto. Ada banyak protokol untuk mengukur berat jenis tubuh dengan
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6
Tujuan Percobaan
Untuk menilai salah satu komponen kebugaran jasmani dalam hal ini komposisi
lemak tubuh, guna mengestimasi tingkat kebugaran jasmani seseorang,
Alat yang diperlukan
1. Skinfold Kalipper
2. Normogram Sloan and Weir
Cara melakukan percobaan
1. Ambil lipatan kulit di daerah supra iliaka, kira-kira 2-3 cm diatas tulang iliaka kiri
atau kanan (untuk tricep kontralateralnya)
2. Jepitkan skinfold kaliper ditempat lipatan kulit tadi
3. Hitung skala di alat. Catat sebagai X1
4. Pembacaan skala harus dilakuan cepat guna menghindari kesalahan akibat penekanan
alat.
5. Kemudian hal yang sama dilakukan didaerah trisep persis dipertengahan humerus
bagian belakang kontra lateral dengan pemeriksaan suprailiaka. Catat sebagai X2
Perhitungan
1. Tentukan Berat jenis tubuh dengan menggunakan Normogram Sloan and Weir. Hasil
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
Nomogram Sloan & Weir
Dikiri untuk wanita dan dikanan untuk laki-laki, untuk menentukan body density dan
total lemak tubuh dari pengukuran tebal lapisan kulit.
2. Kemudian tentukan persentase lemak lemak tubuh dengan menggunakan rumus
Brozek
Persentase = [4,750 – 4,142]x 100%
BD
II. DAYA TAHAN JANTUNG-PARU
Daya tahan jantung-paru ini disebut juga daya tahan kardiovaskuler (cardiovascular
endurance). Daya tahan jantung-paru ini menunjukkan bagaimana kemampuan jantung dan
paru seseorang menghadapi beban kerja fisik. Ketahanan jantung paru dapat djadikan
pedoman langsung dalam menilai tingkat kebugaran seseorang. Kemampuan ambilan oksigen
pada saat melakukan latihan fisik, mencerminkan kemampuan metabolisme yang dimiliki
orang tersebut. Dalam menilai ketahanan jantung paru dikenal istilah VO2 maks, yang
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8
Pengukuran VO2 max dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Secara langsung (direct).
Dimana seseorang melakukan kerja dengan menggunakan ergometer sepeda atau
treadmill dengan beban tertentu sampai kemampuan maksimalnya dan diukur berapa
oksigen yang dipakai orang itu dengan menggunakan spirometer. Ini belum bisa
dilakukan karena fasilitas untuk lni belum ada.
2. Secara tidak langsung (indirect)
Pemeriksaan secara tidak langsung dapat dilakukan di :
a. Dalam ruang laboratorium : Menggunakan protocol Astrand dengan ergometer
sepeda, menggunakan tes naik turun bangku Harvard (Harvard step up test) atau
Tes Schncider
b. Lapangan : Test Cooper, yang terdiri atas tes l2 menit dan tes 2,4 km
Yang akan dipraktikumkan adalah cara tidak langsung dengan memakai ergometer
sepeda dengan menggunakan protokol Astrand. Yang dijadikan dasar percobaan adalah
peningkatan denyut jantung (nadi) sewaktu melakukan kerja dengan peningkatan beban.
Makin kecil peningkatan denyut jantung yang terjadi, maka makin baik kemampuan
jantung-paru orang tersebut.
Tujuan Percobaan
Untuk menilai salah satu komponen kebugaran jasmani dalam hal ini kemampuan
atau daya tahan jantung-paru, guna mengestimasi tingkat kebugaran jasmani seseorang,
Alat-alat yang diperlukan
1. Ergocycle (ergometer sepeda) Monark tipe 868.
2. Polar Heart Ratc monitor untuk menghitung dan merekam denyut jantung (kalau ada).
Kalau tidak ada perhitungan dapat dilakukan secara manual dengan memakai
stopwatch.
3. Metronom, kalau tidak ada dapat dipedomani speedometer Ergocycre.
4. Tensimeter untuk mengukur tekanan darah orang coba
5. Stetoskop,
6. Jam meja untuk menentukan lama percobaan,
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9
Cara melakukan percobaan
1. Atur tinggi sadel. Sadel tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Aturlah tinggi
sadel sedemikian rupa sehingga sewaktu kaki orang coba berada pada pedal yang
dibawah, lutut dari kaki tersebut harus lurus.
2. Timbang berat badan orang coba
3. Pasang manset tensimeter pada lengan aks orang coba
4. Pasang receiver Polar Heart Rate Monitor pada pergelangan tangan yang satu lagi,
dan pasang transmitter Polar Heart Monitor di dada orang coba.
5. Kalau tidak ada Polar Heart Rate Monitor, hitung denyut nadi secara manual. Caranya
dengan menghitung denyut nadi radial selama 15 detik dan hasilnya dilaki dengan 4
untuk mendapatkan denyut nadi selama l menit.
6. Setel metronom 50 x per menit
7. Hitung dan catat nadi, dan tekanan darah sewaktu istirahat di atas sadel.
8. Minta orang coba untuk mengayuh pedal ergocycle dengan beban nol beberapa saat,
setelah itu berikan beban awal sebesar I Kp atau 300 watt untuk orang coba wanita
dan 2 Kp (600 watt) untuk orang coba pria dengan irama mengikuti irama metronom.
Kalau tidak ada metronom kayuhlah ergocycle dengan kecepatan 50 rpm (rotation per
minute) yang dapat dilihat dari speedometer pada ergocycle..
9. Catat waktu kapan orang coba mulai mengayuh dengan beban tersebut.
10.Hitung dan catat denyut nadi setiap menit dan tekanan darah setiap 3 menit.
11.Tes dilakukan selama 6 menit. Kalau setelah 6 menit denyut nadi telah mencapai
130/menit maka tes dihentikan. Kalau denyut jantung masih berada di bawah
130/menit maka tes dilanjutkan dengan menambah beban menjadi 2 Kp atau 600 watt.
Dan kalau denyut nadi dengan beban 2 Kp masih di bawah 150/menit maka beban
dapat dinaikkan lagi menjadi 3 Kp atau 900 watt.
12.Setelah tercapai denyut nadi yang diinginkan maka beban kerja dinolkan dan orang
coba tetap mendayung selama 6 menit untuk melihat proses pemulihan (recovery)
13.Kalau sewaktu melakukan kerja orang coba mengalami rasa tertekan di dada, atau
nyeri dada, atau nyeri yang menjalar ke lengan kiri dan atau ke dagu atau nafas sesak
sekali tes harus segera dihentikan.
14.Lakuksn percobaan ini pada I orang coba laki-laki dan I orang coba perempuan untuk
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10
Penilaian
Yang dijadikan parameter atau ukuran dari kemampuan jarntung-paru pada orang
coba adalah konsumsi oksigen maksimal orang tersebut (VO2 max).untuk mendapatkan VO2
max ini, nilai denyut nadi pada akhir menit ke 6 atau akhir menit ke l2 dan seterusnya
(tergantung beban kerja), dipadukan dengan tabel beban (lihat tabel l). VO2 max ini
dinyatakan dalam ml/kg berat badan/menit, dan ditentukan oleh umur, berat badan dan jenis
kelamin. oleh karena itu vo2 max yang didapat harus dikoreksi dengan faktor umur (gunakan
tabel 2) dan berat badan (oleh karena itu hasil vo2 max harus dibagi dengan berat badan
orang coba. Selanjutnya tentukan tingkat kemampuan jantung-paru orang coba dengan
menggunakan tabel3.
Contoh perhitungan
Seorang mahasiswi usia 20 tahun dengan berat badan 50 kg melakukan praktikum
kebugaran jasmani 1 dengan ergometer sepeda menggunakan protokol Astrand-Rhyming.
Beban kerja yang diberikan adalah I Kp (300 watt). Denyut nadi (Denyut jantung) setelah 6
menit adalah 140/menit. Dengan menggunakan tabel I kita dapatkan vo2 max mahasiswi
tersebut sebesar 1,8 liter/menit.Hasil yang didapat ini dikalikan dengan faktor koreksi umur
(gunakan tabel 2) yaitu 1.00, hasilnya adalah 1,8 liter/menit. untuk mendapatkan vo2 max
dalam ml/kg berat badan/menit maka hasil yang didapat tadi dikali dengan 1000 dan dibagi
dengan s bedan sbb:
VO2 max = (1,8 x 1000) : 50 = 35 ml/kg berat badan/menit.
Untuk menentukan tingkat kemampuan jantung-paru orang coba tersebut gunakan tabel 3,
dalam hal ini tingkat kemampuan jantung-paru mahasiswi tersebut termasuk kategori
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12
Tabel Tingkat Kemampuan Kardiorespirasi berdasarkan VO2 maks
Age Very Poor Poor Average Good Very Good
bertahan lama memiliki kebugaran baik. Kekuatan dan ketahanan otot berbanding lurus
dengan tingkat kebugaran seseorang. Kekutan dan ketahanan otot dapat ditingkatkan dengan
memberikan latihan fisik yang sesuai dengan kaidah olahraga.
Pemeriksaan kekuatan otot-otot dilakukan dengan memakai dynamometer. Ada macam
macarn pemeriksaan untuk mengukur kekuatan otot, antara lain:
1. Grip strength (kekuatan genggaman tangan kiri dan kanan) Latihan ini diukur dengan
Hand Dynamometer.
2. Back strength (kekuatan otot-otot punggung). Diukur dengan menggunakan back
strength dynamometer.
Tujuan percobaan
Untuk menilai salah satu komponen kebugaran jasmani dalam hal ini kekuatan otot,
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13
Alat yang diperlukan
1. Hand Dynamometer.
2. Back strength dynamometer
Cara melakukan percobaan
Grip Strength :
1. Pegangan dynamometer distel sesuai dergan besar genggaman orang percobaan dalam
posisi berdiri.
2. Pegangan dynamometer digenggam sekuat-kuatnya dengan tangan kanan, dengan
posisi lengan dijauhkan dari badan.
3. Ulangi sebanyak 3 kali dengan selang waktu istirahat
4. Setiap kali rnelakukan posisi jarum dynamometer harus berada pada angka nol.
5. Ambilah nilai yang tertinggi.
6. Ulangi latihan ini dengan memakai tangan kiri
Back Strength
1. Orang percobaan berdiri tegak dengan posisi agak membungkuk
2. Kedua lutut dalam posisi lurus dan kedua tangan memegang tangkai dynamometer
3. Setiap kali melakukan posisi jarum dynamometer harus berada ada angka nol.
4. Orang percobaan menarik tangkai dynamometer dengan sekuat tenaga (jangan
disentak).
5. Ulangi sebanyak 3 kali dan ambil nilai yang terbesar
IV. KETAHANAN OTOT
Mudah dipahami bahwa otot yang dapat berkontraksi lebih lama atau dengan kata lain
dapat melakukan aktifitas dalam durasi yang lebih lama tentu diinterprestasi sebagai otot
yang lebih bugar. Ketahanan otot dapat menggambarkan tingkat kemampuan
metabolismepengadaan energi sekelompok otot. Cara sederhana untuk menilai ketahanan
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14
Tujuan Percobaan
Untuk menilai salah satu komponen kebugaran jasmani dalam hal ini ketahanan otot,
guna mengestimasi tingkat kebugaran jasmani seseorang,
Alat yang diperlukan
1. Matras tipis
2. Stopwatch
Cara melakukan percobaan (Bent-Leg Sit Up)
1. Orang coba berbaring telentang dengan jari-jari saling kait di belakang kepala.
2. Kaki dibengkokkan dengan sendi lutut membentuk sudut 900 dan kedua telapak kaki
menyentuh lantai
3. Suruh salah seorang teman sekerja memegang kaki orang percobaan.
4. Kemudian orang percobaan disuruh duduk sehingga siku kanan menyentuh lutut kiri,
kemudian berbaring kembali dan disuruh duduk lagi sehingga siku kiri menyentuh
lutut kanan.
5. Prosedur diulang selama 1 menit,
6. Latihan ini dapat juga dilakukan dengan kedua siku menyentuh kedua lutut tanpa
mengganti-ganti siku yang menyentuh lutut.
7. Catatlah berapa kali orang percobaan dapat melakukan latihan ini selama 1 menit
8. Bandingkanlah hasil yang saudara dapat dengan persentil di bawah ini
TABEL: PROFIL KETAHANAN OTOT PRIA DAN WANITA
Jumlah Sit-Up dalam 1 Menit Persentil
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15
V. PEMERIKSAAN FLEKSIBILITAS
Istilah fleksibilitas atau dengan nama lain kelenturan, merupakan ketersediaan ruang
gerak sendi dalam memberikan toleransi terhadap usaha penggunaan maksimal dari sendi.
Fleksibilitas hampir identik dengan ruang gerak sendi yang tentu akan dipengaruhi oleh :
- Komponen-komponen sendi, yang meliputi kapsul sendi, mangkok sendi atau
jaringan sekitar sendi
- Umur : dengan bertambahnya usia maka ruang gerak sendi akan mengalami
keterbatasan, sehingga pada orang tua sendi menjadi lebih kaku.
- Jenis kelamin : secara umum wanita lebih lentur jika dibanding dengan pria. Peran
hormon estrogen dan progesteron terhadap ligamen menjadikan wanita memiliki
ruang gerak sendi lebih luas.
- Latihan : pada orang yang terlatih memiliki kelenturan lebih baik, seperti
kelenturan yang dimiliki oleh para atlet senam
Seseorang yang memiliki kelenturan yang baik berarti memiliki tingkat kebugaran yang lebih
baik.
Pengukuran fleksibilitas secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan
bangku atau dinding saja. Di laboratorium dikembangkan 3 macam tes yang secara umum
dapat menilai fleksibilitas seseorang. Yaitu:
1. Sit and Reach Test
2. Trunk Extension
3. Soulder Lift
Tujuan percobaan
Untuk menilai salah satu komponen kebugaran jasmani dalam hal ini fleksibilitas, guna
mengestimasi tingkat kebugaran jasmani seseorang,
Alat yang diperlukan
1. Bangku yang berskala
2. Mistar 100 cm
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16
Cara melakukan percobaan
1. Sit and Reach Test
a. Orang percobaan coba memakai pakaian olahraga.
b. Orang percobaan dalam posisi duduk dengan lutut diluruskan dan telapak kaki
menempel pada dindinag alat ukur
c. Julurkan lengan dan tangan sejauh mungkin dari badan sambil mendorong
petunjuk skala pengukur
d. Baca pada skala jauh jangkauan o.p tersebut
e. Ulangi sampai 3 kali dan ambil nilai yang tertinggi
2. Trunk Extension
a. Orang percobaan berbaring menelungkup
b. Suruh teman sekerja memegang bokong supaya jangan terangkat keatas
c. Kedua tangan orang percobaan diletakan dibelakang kepala
d. Angkat kepala dan bahu orang percobaan setinggi mungkin dari lantai
e. Ukur jarak dari lantai ke dagu orang percobaan
f. Catat hasil yang didapatkan
3. Soulder Lift
a. Orang percobaan berbaring dengan dagu dan kening menyentuh lantai
b. Lengan dijulurkan sejajar kedepan sambil memegang rol
c. Angkatlah rol setinggi mungkin dengan lengan tetap lurus, dagu dan kening harus
tetap menyentuh lantai
d. Ukur jarak antara lantai dengan tepi bawah rol
e. Pada ketiga prosedur di atas posisi dipertahankan selama 3 detik bandingkan hasil
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17
TABEL: PROFIL FLEKSIBILITAS PADA PRIA DAN WANITA
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18
PENUNTUN SKILLS LAB
BLOK ELEKTIF
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20
PENDAHULUAN
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan karena telah berhasil menyelesaikan pembuatan penuntun skills lab Blok Elektif (Blok 21) ini. Adapun kegiatan skills lab
pada blok Elektif terdiri dari :
1. Resusitasi Jantung Paru/RJP (CPR/Cardio Pulmonary Resucitation): Pertolongan pertama 2. Manajemen Bencana
Ketiga materi di atas perlu diberikan kepada mahasiswa sehingga secara umum mereka mempunyai pengetahuan tentang Alat Perlindungan Perorangan (APP) dan mampu menggenakan alat tersebut, kemudian mahasiswa juga mampu melakukan penatalaksanaan RJP. Sedangkan pada kegiatan Manajemen bencana, mahasiswa akan dilatih sehingga mereka mampu melakukan manajemen bencana di lapangan.
Penuntun skills lab ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dan instruktur dalam melakukan kegiatan skills lab pada blok ini. Namun diharapkan juga mereka dapat menggali lebih banyak pengetahuan dan ketrampilan melalui referensi yang direkomendasikan. Semoga penuntun ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa dan instruktur skills lab yang terlibat.
Kritik dan saran untuk perbaikan penuntun ini sangat kami harapkan. Akhirnya kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pengadaan penuntun ini, kami ucapkan terima kasih.
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21
MANAJEMEN BENCANA
I. Pendahuluan
Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugas yang
menantang dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap Darurat
ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena trauma yang bisa terjadi dalam
beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera (kematian segera karena trauma,
immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk menghambat
kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa
minggu setelah trauma).
Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital (ventilasi
tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusi end-organ tidak
memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya. Cedera penyebab kematian dini
mempunyai pola yang dapat diprediksi (mekanisme cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau
kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awal adalah untuk menstabilkan pasien,
mengidentifikasi cedera / kelainan pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta
untuk mengatur kecepatan dan efisiensi tindakan definitif atau transfer ke fasilitas sesuai.
Indonesia adalah super market bencana. Semua petugas medis bisa terlibat dalam
pengelolaan bencana. Semua petugas wajib melaksanakan Sistim Komando Bencana dan
berpegang pada SPGDT-S/B Nasional pada semua keadaan gawat darurat medis baik dalam
keadaan bencana atau sehari-hari. Semua petugas harus waspada dan memiliki pengetahuan
sempurna dalam peran khusus dan pertanggung-jawabannya dalam usaha penyelamatan
pasien.
Jumlah Pertemuan : Satu kali latihan, ujian kelas, ujian lapangan.
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22
II. Tujuan Pembelajaran:
TUJUAN
Umum :
Memahami Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi korban akibat bencana
dan pengungsi sesuai dengan standar minimal.
Khusus :
1. Memahami Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal.
2. Memahami Penyelenggaraan pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi
korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal.
3. Memahami Penyelenggaraan kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal.
4. Memahami Penyelenggaraan kesehatan lingkungan bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal.
5. Memahami Penyelenggaraan kebutuhan papan dan sandang bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal.
KEBIJAKAN
1. Setiap korban bencana dengan masalah kesehatan akan mendapatkan pelayanan
kesehatan secara optimal. (Termasuk kesehatan Reproduksi dan Jiwa).
2. Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit dengan peningkatan surveilans epidemiologi. (Termasuk
vaksinasi dan Masalah Umum Kesehatan dipengungsian serta manajemen kasus).
3. Memberikan pelayanan pangan dan gizi dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk
mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan keadaan gizi yang terdiri
dari :
a. Penanggulangan masalah gizi pengungsi melalui orientasi dan pelatihan secara
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23
b. Menyelenggarakan intervensi gizi dilaksanakan berdasarkan tingkat kedaruratan
dengan memperhatikan prevalensi, keadaan penyakit, ketersediaan sumberdaya
(tenaga, dana dan sarana). kebijakan yang ada, kondisi penampungan serta latar
belakang sosial budaya.
c. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi,
keadaan status gizi dan kesehatan.
d. Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sector, LSM, dan ormas dalam
penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap, dengan melibatkan tenaga ahli
dibidang : gizi, sanitasi, evaluasi dan monitoring (surveilans) serta loghistik.
e. Pemberdayaan pengungsi dibidang pemenuhan kebutuhan pangan dilakukan
sejak awal pengungsian.
f. Jika pengungsian bertempat tinggal di pemukiman penduduk, maka untuk
penanganannya perlu dikoordinasikan dengan palayanan kesehatan setempat.
4. Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkungan akibat
terbatasnya sarana kesehatan lingkungn yang ada ditempat pengungsian, melalui
pengawasan dan perbaikan kualitas Kesehatan Lingkungan dan kecukupan air bersih.
5. Memberikan bantuan teknis dalam upaya pemenuhan papan/penampungan dan
sandang yang memenuhi syarat kesehatan.
III. Pra-syarat
Mahasiswa harus mempelajari minimal Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24
IV. Dasar Teori
ALUR PENDERITA GAWAT DARURAT
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25
Gambat 4. Skema Alur Penderita Gawat Darurat
Pra Rumah Sakit / Lapangan : - Sistem Mettag
- Sister START
- Umumnya kedua sistem digunakan sesuai kesiapan
Dalam Rumah Sakit atau Antar Rumah Sakit : - UGD
TUGAS KOMANDAN LAPANGAN
1. Menunjuk petugas RHA (Rapid Health Assessment). Adalah petugas yang menilai
keadaan secara cepat dengan mengumpulkan data medis, epidemiologis dan kesling,
menganalisisnya serta menyimpulkannya. Gunanya untuk mengajukan permintaan jumlah
dan jenis bantuan keinstansi terkait.
2. Menunjuk petugas pelaksana kegiatan di lapangan dengan lokasi kerja masing-masing :
i.Komando / komunikasi / logistik: biasanya pada satu lokasi
ii.Ekstrikasi
iii.Triase
iv.Tindakan
v.Transportasi
TUGAS PETUGAS TRIASE
Memilah pasien sesuai beratnya kelainan sesuai prioritas yang harus lebih dahulu ditolong
atau ditransfer dengan memberi label berwarna hingga memudahkan tugas pertolongan
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26
Sistem START
Luka, Jalan RESPIRASI
Hijau Tidak Ya
Posisikan Jalan Nafas Kurang dari 30/mnt Lebih dari 30/mnt
Respirasi : ya Respirasi : tidak PERFUSI
Merah Hitam Merah
Refill Kapiler Lebih 2 detik Refill Kapiler Kurang 2 detik
ATAU
Denyut Radial : tidak Denyut Radial : ya
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27
Kontrol Perdarahan *) Tidak dapat ikut Dapat ikut Perintah Sederhana Perintah Sederhana
Merah Merah Kuning
Gambar 5. Skema Sistem START
Kunci : R: 30/’, P: 2‘’, M: Ikut Perintah sederhana.
Berbeda dengan memulai RJP atau menentukan kematian, pada triase digunakan denyut
Arteri Radial bagi bayi atau anak kecil (sebagai alternatif pemeriksaan refilling kapiler).
*) Kontrol perdarahan satu-satunya tindakan yang memakan waktu. Hanya dilakukan sekali
usaha. Bila gagal, tinggalkan.
TUGAS PETUGAS TINDAKAN
Pilih pasien berlabel merah. Lakukan Survei Primer sekaligus Resusitasi diikuti
Stabilisasi. Bisa dilakukan diambulans bila ambulans dengan sarana dan paramedik gawat
darurat tersedia (sistem Mettag).
Survei Primer (ABCDE) dan resusitasi :
1. Periksa jalan nafas sambil menjaga tulang leher. Ikuti prosedur head tilt dan chin lift (atau
jaw thrust) manouvre. Bila perlu bersihkan mulut dengan swapping atau pemasangan pipa
oro atau nasofaring, intubasi atau trakheostomi sesuai indikasi.
2. Periksa pernafasan. Berikan oksigen. Lakukan pernafasan buatan mulut kemulut atau
dengan masker bag to valve sesuai indikasi dan sarana yang ada. Bila terlatih, lakukan
tindakan invasif bila diindikasikan.
3. Periksa sirkulasi dan atasi perdarahan. Berikan cairan NaCl fis. atau RL, atasi shok, bila
perlu lakukan kompresi dada bila ada indikasi. Lakukan balut tekan dan pembidaian bila
ada indikasi. Bila terlatih, lakukan AED bila diindikasikan.
4. Periksa disabilitas : GCS, pupil, motorik. Berikan mannitol 20%, hiperventilasi atau spine
board bila diindikasikan.
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28
Setelah pasien stabil, perintahkan koordinator transportasi/ambulans mengurus pasien
selanjutnya. Setelah semua pasien berlabel merah teratasi, baru menindak pasien berlabel
kuning. Koordinator logistik dan komunikasi menunjang kelancaran kerja.
PERHATIAN:
DILARANG-KERAS MELAKUKAN KOMPRESI DADA PADA ORANG
SEHAT KARENA BISA BERAKIBAT FATAL !!!
Praktikum ini hanya untuk melatih prosedur operasional tindakan.
V. Prosedur Kerja : di Kelas dan di Lapangan
1. Menjelaskan Alur Tindakan pada penderita gawat darurat.
2. Menjelaskan tugas Komandan Lapangan.
3. Menjelaskan tugas Petugas Triase.
4. Menjelaskan tugas Petugas Tindakan.
5. Di lapangan : Simulasi bencana, Triase, RJP, EKG, Intubasi, Immobilisasi, Transfer
pasien, Komunikasi.
SIMULASI PENATALAKSANAAN KORBAN BENCANA DI LAPANGAN
1. Tim SAR telah melakukan ekstrikasi dan membebaskan korban dari reruntuhan serta
mengumpulkannya di daerah aman yang sudah ditentukan yang disebut Area Koleksi.
2. Petugas yang pertama datang bertanggung jawab melakukan triase korban dengan sistem
RPM (berdasarkan Respirasi, Perfusi dan Mental) dan mengelompokkan serta memasang
label pada korban berdasar warna, yaitu merah (korban cedera berat yang perlu tindakan
dan atau transport segera), kuning (korban yang dipastikan tidak akan mengalami
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29
membutuhkan stabilisasi segera), dan hitam (korban tewas atau cedera fatal). Ket. : Pada
simulasi ini korban dengan kategori Hijau sudah disingkirkan.
3. Petugas yang datang berikutnya melakukan resusitasi dan stabilisasi ABCDE dan
mengatur transfer korban dimulai dengan korban kelompok merah kerumah sakit yang
sesuai dengan kebutuhan kondisi korban (Bisa ke Rumah Sakit Pusat Rujukan atau bisa saja Rumah Sakit tipe C atau RS lapangan). Korban yang “sehat” bisa diminta bantuannya untuk tugas-tugas yang sifatnya membantu petugas medis.
4. Ambulans di pool di area yang sudah ditentukan yang dekat dengan area koleksi korban
hingga bila ambulans tidak bisa menghampiri korban, tidak terlalu jauh untuk mengusung
korban. Urut-urutan keberangkatan ambulans serta korban yang akan dibawa serta
tujuannya diatur oleh koordinator ambulans.
5. Petugas komunikasi yang bertugas di Pusat Komando mengirim berita ke Rumah Sakit
tujuan yang berisi identitas, kondisi, tindakan yang sudah dilakukan, data-data lain terkait
serta jumlah korban yang akan dikirim bersama korban.
6. Rumah Sakit penerima melakukan persiapan sesuai dengan kebutuhan berdasar data yang
diterima melalui radio.
7. Jenazah diurus oleh petugas PMI atau dinas sosial.
LEMBAR PENILAIAN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF
TOPIK 1A. SIMULASI BENCANA
NAMA MAHASISWA :
NO BP :
KELOMPOK :
NO ASPEK YANG DINILAI
SKOR
0 1 2 3
1 Periksa kelengkapan dan persiapan sarana.
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30
3 Tugas sebagai first responder : Menentukan area kerja sesuai fungsi dan menentukan petugas terkait.
4 Tata cara triase cepat (Cara RPM).
5 Tata cara survei primer
6 Resusitasi dan stabilisasi sederhana
8 Tata cara dan sarat melakukan transfer pasien
9 Menjelaskan Alur Tindakan pada penderita gawat darurat.
10 Tata cara merujuk pasien ke rumah-sakit
NILAI TOTAL = TOTAL SKOR X 100 = ………
30
Padang, ………2012
Keterangan
0 = Tidak dilakukan sama sekali
1 = Dilakukan dengan banyak perbaikan
2 = Dilakukan dengan sedikit perbaikan
3 = Dilakukan dengan sempurna
Instruktur
Blok 4.3. Elektif , Tahun 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31
REFERENSI yang disarankan :
1. Ikatan dokter Anak Indonesia . Flu Burung : Gambaran umum, deteksi dan penanganan awal. IDAI. 2005
2. Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan. Depkes Ri . 2008
3. Departemen Komuikasi dan Informatika I. Flu Burung : Ancaman dan Pencegahan. Jakarta . 2006
4. Departemen Kesehatan Indonesia . Pedoman Penanggulangan Flu Burung pada Manusia. 2004.
5. http://www.who.int/csr/disease/avian_influenza/en/
6. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency Life Support (GELS).
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Cetakan Ketiga. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I. 2006
7. Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari & bencana. Departemen Kesehatan R.I. Jakarta :
Departemen Kesehatan, 2006.
8. Tanggap Darurat Bencana (Safe Community). Departemen Kesehatan R.I. Jakarta : Departemen
Kesehatan, 2006.
9. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi.
Departemen Kesehatan R.I. Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan. Tahun 2002.
10.Advanced Trauma Life Support. Course for Physicians 6th. edition. American College of
Surgeons, 55 East Erie Street, Chicago, IL 60611-2797.
11.Multiple Casualty Insidents. Available at http://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.html.
12.Ontario First Aid Services. Getting started CPR. Available at http://www.ontariofirst-aid.com.
13.Airport Emergency Plan Document. PT (Persero) Angkasa Pura II, 2005.