• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF MEDIA TERAPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH BELAJAR DAN PSIKOLOGIS PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALTERNATIF MEDIA TERAPI UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH BELAJAR DAN PSIKOLOGIS PADA ANAK"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER FOLDING (ORIGAMI)

SEBAGAI

ALTERNATIF MEDIA TERAPI UNTUK

MENYELESAIKAN MASALAH BELAJAR DAN

PSIKOLOGIS PADA ANAK

Disusun untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Genap Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi

Oleh :

Nakhar Alvinda

15010110120038

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas hidayahnya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Paper Folding (Origami) Sebagai Alternatif Media Terapi untuk Menyelesaikan Masalah Belajar dan Psikologis pada

Anak” dengan baik. Penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai tugas Ujian Tengah Semester Genap Mata Kuliah Pengantar Psikoterapi.

Selama penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih tak lupa kami persembahkan kepada semua pihak yang telah ikut andil dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi ...iii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ...2

C. Tujuan ...2

D. Manfaat ...2

BAB II. TEORI A. Definisi Paper Folding (Origami) ...4

B. Sejarah Paper Folding (Origami) ...4

C. Paper Folding (Origami) Therapy sebagai bentuk Expressive Therapy ...6

D. Manfaat Paper Folding (Origami) Therapy ...9

E. Material dan Tools Paper Folding (Origami) Therapy ...10

F. Kelebihan dan Kelemahan Paper Folding (Origami) Therapy ...12

BAB III. PEMBAHASAN A. Masalah-Masalah pada Anak yang Membutuhkan Prosedur Terapeutik ..14

B. Paper Folding (Origami) Therapy sebagai Alat Terapeutik ...17

C. Aplikasi Paper Folding Therapy pada Anak ...18

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ...22

B. Saran ...22

Daftar Pustaka ...24

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupannya, individu seringkali mengalami permasalahan. Ada kalanya individu dapat mengatasi permasalahan tersebut namun terkadang permasalahan itu justru mengancam kestabilan emosinya. Tidak jarang, individu mengalami stress dan trauma. Ketika permasalahan tersebut dialami oleh anak-anak, dampak dari permasalahan tersebut menjadi lebih besar.

Menurut Freud, masa kanak-kanak adalah masa-masa yang paling penting dan menentukan dalam kehidupan. Apa yang terjadi pada seseorang dalam lima tahun pertama kehidupan, akan mempengaruhi bagaimana dia berkembang ke tahap berikutnya. Ketika anak mengalami pengalaman traumatis dalam hidupnya, aspek psikisnya dapat terganggu. Anak dapat menjadi cemas dan takut terhadap dunia luar sehingga anak cenderung tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki kontrol diri dan kepercayaan diri yang kuat. Anak dapat mengalami masalah-masalah terutama dalam hal pendidikan dan pergaulan dengan teman sebayanya. Masa golden age inilah yang menyebabkan anak menjadi subjek yang paling penting untuk diperhatikan dibandingkan dengan remaja dan orang dewasa.

Berbagai terapi sudah dikembangkan oleh psikolog, klinisi dan terapis untuk membantu anak untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan menyelesaikan masalah yang dialaminya. Namun, ketika dihadapkan dengan terapi yang bersifat verbal, anak belum bisa mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu konsep terapi terbaru yang dapat digunakan untuk menutupi kelemahan terapi tersebut.

(5)

aktivitas bermain dan tertarik teradap hal-hal yang bersifat estetik, maka altrernatif terapi yang dianggap cocok untuk anak adalah terapi bermain atau terapi seni. Play therapy dan Art Therapy merupakan pendekatan terapi kontemporer yang mulai dikembangkan oleh berbagai terapis. Jenisnya sangatlah beragam. Namun, salah satu jenis terapi yang dianggap baru dan perlu dikembangkan untuk anak adalah terapi dengan menggunakan media origami atau seni melipat kertas. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai aplikasi Paper Folding (Origami) sebagai alternatif media terapi untuk anak.

B. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai hal-hal sebagai berikut. 1. Bagaimana konsep paper folding (origami) sebagai media terapi?

2. Bagaimana paper folding (therapy) dapat menyelesaikan masalah psikologis dan belajar pada anak?

C. Tujuan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman mengenai konsep Paper Folding (Origami) Therapy sebagai alternatif media terapi untuk menyelesaikan masalah psikologis dan belajar pada anak.

D. Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberikan berbagai macam manfaat bagi pembaca. Di antaranya adalah

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut. a. Memberikan gambaran mengenai alternatif media terapi baru dengan

pendekatan kontemporer yaitu origami therapy.

(6)

2. Manfaat Praktis

(7)

BAB II

TEORI

A. Definisi Paper Folding(Origami)

Paper Folding (Origami) seringkali dikenal sebagai seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Secara harfiah, origami berasal dari kata oru yang artinya melipat, dan kami yang artinya kertas. Jadi, apabila disatukan, origami berarti melipat kertas.

Origami seringkali dibuat dari secarik kertas yang dilipat-lipat sedemikian rupa tanpa memotong kertas tersebut. Namun, suatu bentuk origami dapat juga dirangkai dari gabungan bentuk-bentuk origami yang sudah jadi. Origami merupakan salah satu seni yang termasuk ke dalam papercraft. Pepercraft yaitu seni membuat suatu bentuk atau karya yang berasal dari kertas. Seni lain yang termasuk ke dalam papercraft ini adalah Kirigami. Berbeda dengan origami, kirigami menggunakan kegiatan melipat dan memotong kertas sebagai teknik utamanya.

Dalam origami, berbagai benda atau hewan dapat dibentuk hanya dengan melipat secarik kertas. Misalnya, katak, burung, pesawat, kapal, mangkuk, hingga manusia. Namun, bentuk origami yang paling terkenal adalah origami crane atau burung bangau. Dalam origami, anak dituntun untuk mengikuti suatu pola agar membentuk suatu objek yang dipilihnya. Kegiatan yang dilakukan dalam membuat suatu bentuk origami merupakan suatu kegiatan yang sederhana dan mudah dilakukan, termasuk oleh anak-anak. Beberapa terapis telah mencoba menggunakan kegiatan ini sebagai upaya terapi yang bermanfaat.

B. Sejarah Paper Folding (Origami)

Origami merupakan seni melipat kertas dari negara Jepang. Origami mulai

muncul di China pada abad pertama atau kedua baru kemudian berkembang

hingga ke Jepang pada abad ke enam belas (Thinkquest, 2006). Pada awalnya,

(8)

yanag dapat melakukan seni melipat kertas ini (Thinkquest, 2006). Orang-orang

Jepang menemukan manfaat yang berguna pada origami yang mereka buat.

Samurai dapat ditukar dengan noshi, yaitu kertas lipat dengan serat yang berasal

dari ikan atau daging kering. Kemudian, metode pembuatan kertas mulai

ditemukan sehingga membuat kertas menjadi semakin murah.

Origami menjadi seni yang populer di masyarakat,baik kaya maupun

miskin. Meskipun begitu, orang Jepang selalu berhati-hati untuk tidak

membuang apapun. Mereka selalu menyimpan setiap kertas sekecil apapun dan

menggunakannya untuk melipat objek origami. Pada masa tersebut, tidak ada

petunjuk tertulis untuk membuat origami. Petunjuk-petunjuk tersebut diturunkan

dari generasi ke generasi selanjutnya sehingga bentuk seni ini menjadi bagian

dari budaya masyarakat Jepang.

Salah satu cerita yang terkenal mengenai melipat kertas berasal dari

Sadako Sasaki, seorang yang bertahan dari peristiwa bom Hiroshima.

(Kenneway, 1987). Pada umur 12 tahun, Sadako menjadi yatim piatu kareba

ledakan bom atom Hiroshima pada tahun 1945 dan menjadi korban radiasi.

(Kenneway, 1987; Thinkquest, 2006). Saat Sadako terbaring di rumah sakit, dia

menggunakan selembar kertas kecil pembungkus obat serbuknya dan melipatnya

menjadi burung bangau. Harapannya adalah membuat seribu burung bangau

dengan kepercayaan bahwa jika ia berhasil, maka doanya akan dikabulkan. Pada

awalnya, dia berdoa untuk kesembuhannya, namun kemudian ketika melihat

anak lain yang menjadi korban seperti dirinya meninggal, diatidak lagi

memikirkan kesembuhannya, melinkan berdoa untuk kedamaian dunia. Saat ini,

banyak orang yang mengunjungi kuburannya dan meninggalkan origami burung

bangau kecil untuk mengingat keberanian gadis kecil tersebut dan oleh karena

itu, burung bangau menjadi populer sebagai simbol origami. Origami burung

bangau (crane) ini kemudian menjadi simbol kedamaian dunia.

Di Jepang, berbagai objek seperti benang dan obat dibungkus

menggunakan kertas sehingga seni melipat kertas ini menjadi tradisi masyarakat

dan awal dari adanya seni origami (Aso & Tsuji, 2005). Namun, kebiasaan lama

orang Jepang masih bertahan sampai sekarang di mana mereka dapat membentuk

(9)

Masalah utama dari origami kuno adalah teknik dan desain yang disampaikan

secara verbail dari satu anggota keluarga ke keluarga lainnya. Hal ini dapat

disebabkan juga karena masyarakat Jepang tidak ingin kreasi dan tradisinya ini

dicuri oleh orang asing. Akibatnya, banyak teknik yang hilang seiring dengan

tidak adanya penyebaran teknik secara verbal.

C. Paper Folding (Origami) Therapy sebagai bentuk Expressive Therapy

Paper Folding atau yang sering disebut Origami dalam konteks terapi, termasuk ke dalam pendekatan terapi kontemporer yang menekankan aspek non verbal sebagai sarana ekspresi. Terapi ini disebut dengan Expressive Therapy.

Expressive Therapy didefinisikan sebagai bentuk penggunaan seni, musik, tari atau gerakan, drama, puisi/menulis kreatif, bermain, dan sandtray dalam konteks psikoterapi, konseling, rehabilitasi, atau pemeliharaan kesehatan. Expressive Therapy memiliki karakteristik yang tidak selalu ditemukan dalam terapi-terapi verbal. Karakteristik tersebut yaitu

1. Self-Expression

Expressive Therapy tidak hanya mengungkap eksplorasi diri saja tetapi juga menggunakan ekspresi diri melalui satu atau lebih media sebagai bagian utama dari proses terapi. Ekspresi diri melalui lukisan, gerakan, atau puisi ini dapat mengungkap pengalamaan masa lalu, komunikasi katarsis, serta pemahaman diri untuk memperbaiki emosi dan menyelesaikan masalah. Ekspresi diri ini juga berguna bagi individu untuk menyampaikan pemikiran, perasaan, dan persepsinya yang sulit disampaikan melalui komunikasi verbal.

2. Active Participation

(10)

melakukan dan membuat suatu ekspresi diri dapat memberikan energi pada individu, mengatur perhatian dan fokus, mengurangi stres emosional, dan membuat klien berkonsentrasi pada tujuan.

3. Imagination

Pemikiran yang imajinatif digunakan untuk menciptakan ekspresi diri, percobaan, dan refleksi verbal. Pemikiran imajinatif yang diperlukan untuk membuat gambar, menciptakan gerakan, atau memanipulasi figur dalam sandtray memberikan kemungkinan untuk menguji coba solusi dan transformasi yang berdaya cipta.

4. Mind-body Connections

Expressive Therapy dimasukkan oleh The National Center of Complementary and Alternative Medicine sebagai bentuk intevensi mind-body karena merupakan bentuk dari psikoterapi yang memanfaatkan penggunaan sense untuk membuat perubahan. Expressive Therapy seperti tari, seni, dan bermain, berguna dalam membentuk kembali dan mendorong kelekatan yang sehat melalui pengalaman sensori, interaksi, gerakan, dan aktivitas tangan.

Dalam Expressive Therapy, terdapat beberapa macam terapi, yaitu art therapy, play therapy, drama therapy, music therapy, poetry therapy, dan dance therapy. Ada beberapa pendapat berbeda dalam mengklasifikasikan origami therapy. Beberapa ahli mengatakan origami therapy merupakan bagian dari art therapy sedangkan sumber lain mengatakan origami therapy termasuk ke dalam play therapy.

(11)

bentuk Expressive Therapy menggunakan media seni dan gambar sebagai ekspresi diri, proses kreatif, serta respon klien untuk menciptakan produk sebagai refleksi dari perkembangan, kemampuan, kepribadian, minat, dan konflik. Ini merupakan sarana terapeutik dalam rekonsiliasi konflik emosional, membina kesadaran diri, mengembangkan ketrampilan sosial, mengatur tingkah laku, menyelesaikan masalah, mengurangi kecemasan, membantu orientasi realitas, dan meningkatkan harga diri.

Origami therapy termasuk ke dalam klasifikasi art therapy ketika terapi

ini dianggap sebagai suatu seni yang menghasilkan sebuah karya seni melalui teknik melipat kertas. Dalam proses pembuatannya, dibutuhkan kreativitas dari individu untuk dapat membayangkan dan memperkirakan urutan dan cara melipat agar menghasilkan bentuk yang sesuai dengan yang diinginkan.

Play Therapy adalah suatu praktik terapi yang sistematis untuk mengadakan sebuah proses interpersonal dimana didalamnya terapis bermain yang terlatih menggunakan daya terapeutik dari permainan untuk membantu klien dalam mencegah dan menyelesaikan kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Boyd-Webb, 1999; Landreth, 1991 dalam Malchodi, 2007). Play therapy lebih banyak diterapkan kepada anak-anak. Terapi ini menyediakan sarana bagi anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mental dalam ranah perkembangan. Sebagai hasil positifnya, anak dapat mengatasi pengalaman hidup yang mengganggu dan melanjutkan kehidupannya.

(12)

D. Manfaat Paper Folding (Origami) Therapy

Beberapa manfaat dari Origami Therapy adalah sebagai berikut : 1. Membangun fokus dan atensi

Origami dapat menjadi suatu aktivitas yang efektif dalam membantu anak ADHD untuk membangun atensi karena dalam prosesnya, origami membutuhkan fokus dan konsentrasi untuk berhasil membuat suatu bentuk. Selain itu, origami juga menyediakan langkah-langkah yang harus diikuti oleh anak dan mengevaluasi setiap langkah yang diambilnya sehingga dalam hal ini anak dapat mempelajari suatu ketrampilan belajar. 2. Membangun toleransi terhadap frustrasi

Dalam membuat suatu origami, pasti terdapat masa di mana individu mengalami frustrasi. Keadaan ini membuat origami menjadi alternatif yang tepat untuk membantu anak membangun kemampuan untuk bertahan terhadap sesuatu meskipun itu sulit. Terapi dapat menjadi model bagi anak untuk mempraktikkan ketika mengalami kesulitan, dengan berhenti sejenak, mengambil beberapa nafas panjang, kemudian mencoba lagi dan bertanya ketika benar-benar membutuhkan bantuan.

3. Mempraktikkan pernyataan diri yang positif

Ketika berada dalam situasi yang sulit, penggunaan self-talk seringkali diperlukan untuk mengurangi komentar-komentar negatif. Melalui pernyataan diri yang positif seperti “saya bisa” dapat menambah motivasi dan semangat anak dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

4. Membangun harga diri

(13)

5. Relaksasi

Origami dapat menjadi sarana untuk relaksasi bagi anak setelah mengalami sesi atau keadaan yang sulit. Melalui permainan ini, anak dapat lebih santai, dan mengatasi kecemasan serta ketidaknyamanannya sehingga mood anal berubah menjadi positif ketika harus mengakhiri sesi terapi.

Ada beberapa aspek dalam akademik dan kognitif anak yang dapat dipengaruhi oleh origami therapy, di antaranya yaitu

1. Listening skills 2. Reading skills 3. Writing skills 4. Mathematics 5. Spatial relationship 6. Social studies 7. Sequential memory 8. Concentration

9. Eye-hand coordination 10. Fine motor skills 11. Visual memory

12. Visual-spatial motor skills 13. Verbal memory

14. Logical reasoning 15. Problem solving

E. Material dan Tools Paper Folding(Origami) Therapy

(14)

elephant hide and wyndstone, dan jenis kertas buatan sendiri. Setting yang menunjang kesuksesan pembuatan origami adalah digunakannya alas atau meja yang rata sehingga lipatan yang dibentuk lebih rapi dan tepat. Tools lain sebenarnya tidak perlu digunakan. Akan tetapi, jika menginginkan hasil yang lebih maksimal, dapat menambahkan penggaris atau klip kertas untuk lipatan yang lebih sempurna.

Dalam pembuatan origami, biasanya terdapat diagram origami atau gambar petunjuk cara membuat objek tertentu. Gambar inilah yang harus diikuti oleh anak dalam praktik terapi. Berikut contoh diagram origami untuk membuat kupu-kupu.

(15)

Selain itu, perlu diperhatikan pula bentuk-bentuk lipatan dasar yang sering digunakan sebagai bentuk dasar dari sebuah objek. Basic folds tersebut yaitu edge to crease, inside reverse fold, outside reverse fold, rabbit ear, squash fold, petal fold, sink, dan crimp.

F. Kelebihan dan Kelemahan Paper Folding (Origami) Therapy

Sebagai salah satu jenis terapi, origami therapy juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari terapi ini yaitu

1. Flexible and Convenient

a. Dapat dipraktikkan dimanapun dan kapanpun b. Dapat menjadi sarana komunikasi non verbal c. Dapat dibawa indoor maupun outdoor

d. Kertas mudah didapatkan 2. Attractive

a. Berwarna

b. Non0threatening c. Biaya terjangkau d. Tidak terbatas 3. Simple and Safe

(16)

b. Tidak membutuhkan alat khusus

c. Aman untuk anak-anak dengan masalah perilaku

d. Aman untuk anak-anak yang berpotensi untuk berperilaku agresif. 4. Provide choices

a. Terdapat pilihan warna

b. Terdapat pilihan pola yang berbeda

c. Lipatan bervariasi dari sederhana hingga menantang d. Dapat memilih menjadi pengamat atau partisipan

e. Dapat dipraktikkan sendiri maupun bersama dengan orang lain

(17)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah pada Anak yang Membutuhkan Prosedur Terapeutik

1. Educational

Dewasa ini, tuntutan kepada para generasi muda semakin gencar untuk dapat meneruskan perjuangan menuju kemajuan bangsa. Cita-cita untuk menjadi masyarakat yang maju dan berbudaya tidak akan tercapai tanpa peran dari institusi pendidikan untuk mencetak pribadi-pribadi yang berkualitas melalui kegiatan pembelajaran. Di dalam kegiatan pembelajaran ini, terdapat sistem evaluasi untuk melihat sejauh mana siswa dapat mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Seringkali, bentuk dari evaluasi ini adalah nilai-nilai hasil belajar.

Kualitas setiap anak sebagai siswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang diraihnya. Prestasi akademik ini merupakan penambahan kompetensi siswa yang didapatkan dari hasil pembelajaran. Prestasi akademik yang tinggi sering dihubungkan dengan tingkat intelegensi yang tinggi. Di sisi lain, ada beberapa kondisi di mana siswa dengan intelegensi tinggi juga memiliki prestasi akademik yang rendah. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan individual dan faktor kepribadian dari siswa itu sendiri.

Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk mencari atribut yang berkorelasi dengan prestasi akademik. Sahputra (2009) membuktikan adanya korelasi antara konsep diri dengan prestasi akademik. Penelitian lain melihat pengaruh proses pembelajaran dalam kasus ini. Fasikhah dan Fatimah (2013) membuktikan adanya pengaruh yang signifikan dari Self Regulated Learning (SRL) terhadap peningkatan prestasi akademik.

(18)

gangguan perkembangan seperti ADHD, autis, hingga yang mengalami keterbatasan fisik seperti buta, tuli, dan luka pada tangan. Karena kaeterbatasannya itu, anak-anak tersebut tidak bisa mengikuti pembelajaran di sekolah seperti anak normal pada umumnya.

Tidak hanya kesulitan belajar saja, anak-anak yang mengalami keterbatasan seringkali mengalami tekanan mental akibat ketidakmampuannya melakukan kegiatan seperti anak lainnya. Mereka dapat menjadi cemas, takut, dan depresi. Selain itu, rasa berbeda ini juga membuat anak semakin kehilangan self esteem-nya yang menyebabkan ketrampilan sosialnya dalam berhubungan dengan orang lain juga terganggu. Anak cenderung menarik diri dan tidak membuat relasi dengan teman karena takut dicemooh atau diejek.

Pada kasus-kasus seperti ini, sangat diperlukan pendekatan yang menyeluruh yang dapat membantu anak dalam belajar sekaligus menaikkan self-esteem, kemampuan mengatur emosi dan sosialnya. Harapannya, perkembangan anak dapat berjalan dengan baik meskipun tidak secepat anak normal lainnya.

2. Mental Health

Kanak-kanak merupakan masa di mana seorang individu sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Masa ini seringkali disebut golden age. Dalam masa ini, lingkungan menjadi perhatian utama dalam melihat perkembangan aspek psikologis anak. Lingkungan yang nyaman dan penuh dukungan akan mengantarkan anak pada perkembangan yang optimal sedangkan lingkungan yang buruk dan penuh tekanan akan menghambat perkembangannya.

(19)

mereka akan terpaksa berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman sebayanya. Proses hospitalisasi pada anak terutama pada usia prasekolah akan berdampak serius. Hal ini juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya.

Selama proses hospitalisasi, anak dan orang tua dapat mengalami beberapa pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan. Kondisi ini akan berdampak negatif bagi anak, terutama terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani. Reaksi yang dimunculkan pada anak pun akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan reaksi yang berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pertama kali dirawat. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit, sehingga tingkat kecemasan yang dialaminya masih dalam taraf yang kecil. Sedangkan anak yang baru pertama kali dirawat mungkin dapat mengalami kecemasan yang lebih tinggi.

Kecemasan yang dialami anak selama proses hospitalisasi ini dapat memunculkan reaksi penolakan pada anak terhadap peroses perawatan. Anak dapat menjadi agresif atau dapat juga sebaliknya, merasa putus asa terhadap penyakit yang didertitanya. Situasi ini akan memberikan pengaruh bagi perkembangan psikologis anak ke depannya.

(20)

B. Paper Folding (Origami) Therapy sebagai Alat Terapeutik

Selama proses terapi, sesi origami therapy ini memiliki nilai atau efek terapeutik. Nilai tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Menyediakan dukungan psikologis

a. Menyatakan rasa penerimaan ketika mendemonstrasikan atau mengajar origami

b. Mendorong rasa keterhubungan ketika klien menyadari dirinya bagian dari kelompok

c. Dapat ditunda untuk intervensi yang lain yang lebih penting

d. Kelien dapat memilih waktu yang tepat untuk mengatakan masalahnya ketika ia merasa siap.

2. Mendorong kemunculan perilaku yang diinginkan, seperti a. Mengembangkan interaksi sosial yang positif

b. Mengembangkan pendekatan pemecahan masalah c. Menjadi lebih sabar

d. Meningkatkan kreativitas e. Mengembangkan hobi f. Terlibat dalam aktivitas

g. Berbagi pengetahuan dan perasaan

3. Memfasilitasi pengalaman dan kesempatan seperti a. Learning experience

b. Problem solving experience c. Communication experience d. Goal setting experience

e. Opportunity for fun & relaxation

f. Opportunity to receive feedback and positive reinforcement

Selama pembuatan origami, hal penting yang dapat diperoleh adalah hasil observasi diri klien. Ketika klien sedang melakukan terapi ini, dapat dilihat aspek-aspek kepribadian klien sebagai berikut.

(21)

2. Konsentrasi, yang terlihat dari lama waktu klien melakukan aktivitas 3. Kemampuan dalam menghadapi masalah, terlihat pada koordinasi tangan

dan mata, ketrampilan komunikasi, pendengaran dan penglihatan

4. Ketrampilan sosial, yang terlihat dari derajat kerjasama, kemauan untuk mengajari teman, membantu, perilaku ketika menghadapi masalah

5. Tingkat berpretasi, terlihat dari penyelesaian tugas, usaha yang keras, meningkatnya interaksi sosial, lebih relaks, sabar, dan fokus.

C. Aplikasi Paper Folding Therapy pada Anak

Ketika anak dihadapkan pada selembar kertas kosong, seringkali anak akan menulis atau menggambar pada kertas tersebut. Jarang sekali, terdapat anak yang menggunakannya untuk melipat dan membentuk sebuah objek. Berbeda dengan seni lain yang membutuhkan bakat kreatif, origami dapat dilakukan dengan belajar dari seseorang yang mendemonstrasikan proses pembuatannya. Dewasa ini, origami sudah banyak digunakan oleh pendidik dan terapis dalam melakukan intervensi terhadap anak-anak.

Para ahli terapi menemukan adanya efek modifikasi atau terapeutik yang dirasakan oleh kliennya dari proses origami seperti yang dijelaskan di atas. Terapi ini mengembangkan kemampuan anak untuk menjadi kreatif, inventif, dan konstruktif. Bagi anak-anak, permainan adalah cara pembelajaran yang memiliki nilai yang positif. Origami termasuk ke dalam salah satu jenis permainan yang menyediakan aktivitas yang nyaman dalam mengikuti peraturannya. Dalam prosesnya, origami melibatkan emosi, meyediakan hiburan dan dalam waktu yang sama dapat mengajari anak melalui praktik atau pengalaman langsung. Beberapa anak menganggap perubahan bentuk dari selembar kertas menjadi suatu bentuk tiga dimensi merupakan suatu keajaiban yang disukai anak.

(22)

bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar. Anak dituntun untuk berbicara, mendengarkan, melihat, mengamati, menyentuh, hingga melakukan dalam aktivitas melipat kertas. Anak juga dapat meningkatkan multiple cognitive skills, assosiative thinking skills, kesabaran, konsentrasi, dan atensi melalui cara yang menyenangkan.

Dalam menghadapi anak yang mengalami kesulitan dalam meraih prestasi akademik, origami dapat menjadi alternatif pendekatan yang sangat bermanfaat. Misalnya dalam hal matematika. Origami menyediakan sarana untuk meningkatkan pengalaman geometrik dan ketrampilan membayangkan ruang sehingga anak dapat memanipulasi konsep belajar mereka. Ketika anak melipat kertas menjadi dua bagian yang sama dan membukanya, anak dapat belajar konsep setengah atau separuh. Ketika anak melipat setiap ujung kertas ke bagian tengah, anak dapat belajar konsep seperempat. Selain itu, anak juga dapat belajar berbagai bentuk geometri seperti segitiga, persegi panjang, dan bentuk lain. Konsep matematika lain yang dapat diajarkan melalui origami adalah mengenai simetri, proporsi, sudut, dan pembagian. Melalui pembelajaran yang dipresentasikan dalam proses pembuatan origami ini, anak dapat menangkap materi pembelajaran dengan lebih mudah, terutama bagi anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chen (2006). Dalam artikelnya yang berjudul Math in Motion: Origami Math for Students Who are Deaf and Hard of Hearing, peneliti menggunakan origami sebagai media pembelajaran bagi siswa yang tuli dan sulit mendengar di mana mereka menyukai pembelajaran secara konkret atau nyata yang lebih menekankan penglihatan dan perasaan dalam belajar.

(23)

dapat menggunakan origami untuk melatih membaca. Media ini sangat berguna untuk anak yang mengalami keterbatasan membaca. Model origami dapat mengurangi resistansi membaca dan membuat anak bekerja berdasarkan tujuan yang diinginkannya.

Origami juga dapat mengembangkan konsep urutan pada anak. Aplikasinya, hal ini dapat berguna bagi kemampuan anak untuk menulis cerita di mana dibutuhkan langkah awal, tengah, dan akhir dalam pembuatannya. Origami membantu anak mengkonstruksi konsep “first thing first” di mana ketika mereka mencoba melipat bentuk origami tanpa melihat dan mendengarkan instruksi verbal secara hati-hati, dan tidak mengikuti setiap langkah secara urut, mereka tidak akan sukses memproduksi origami yang diinginkan.

Pada anak-anak yang mengalami keterbatasan fisik karena kecelakaan seperti luka pada tangan, seringkali mereka juga sulit untuk mengikuti pembelajaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Lesley M Wilson, Paul W Roden, Yukiyo Taylor and Louise Marston, diperoleh hasil bahwa sesi origami dapat terbukti bermanfaat untuk meningkatkan keberfungsian kembali tangan yang terluka atau terkena penyakit. Melalui origami dalam terapi ini, anak dapat megikuti pembelajaran dengan baik.

Dalam menghadapi permasalahan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, diperlukan pendekatan menyeluruh yang dapat memperbaiki baik kesulitan belajarnya, meningkatkan self-esteem nya, mengurangi kecemasan, maupun memperbaiki relasi interpersonalnya dengan teman sebaya.

(24)

selembar kertas dan memulai untuk membuat model baru. Oleh karena itu, origami dapat melatih anak untuk mengurangi kecemasan dan frustrasinya.

Perasaan lain yang dimiliki oleh anak yang mengalami kesulitan belajar adalah perasaan tidak mampu belajar karena keterbatasan yang dimilikinya sehingga anak cenderung berhenti mencoba untuk menghindari kegagalan. Ketika terapis memberikan sebuah pengalaman yang berhasil dan membuat anak bangga terhadapnya, mereka tidak lagi takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Origami berperan dalam hal ini di mana anak membuat sesuatu yang tidak semua orang dapat melakukannya. Di sisi inilah origami dapat meningkatkan self-esteem, mengurangi evaluasi diri yang salah, dan mengurangi kecemasan yang dimiliki anak.

Efek terapeutik tersebut juga berlaku bagi anak yang sedang mengalami hospitalisasi. Rasa cemas, dan inferioritas yang dirasakan ketika menjalani perawatan dan pengobatan, dapat diturunkan melalui kegiatan melipat kertas ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani yang membuktikan adanya pengaruh antara terapi bermain mewarnai dan origami terhadap penurunan tingkat kecemasan. Lebih lanjut lagi, penelitian tersebut juga membuktikan adanya pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kooperatif pada anak usia 3 – 5 tahun. Padasaat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melukukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

(25)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paper Folding (Origami) seringkali dikenal sebagai seni melipat kertas yang berasal dari Jepang. Origami seringkali dibuat dari secarik kertas yang dilipat-lipat sedemikian rupa tanpa memotong kertas tersebut. Paper Folding atau yang sering disebut Origami dalam konteks terapi, termasuk ke dalam pendekatan terapi kontemporer yang menekankan aspek non verbal sebagai sarana ekspresi. Terapi ini disebut dengan Expressive Therapy. Beberapa manfaat dari Origami Therapy adalah membangun fokus dan atensi, membangun toleransi terhadap frustrasi, mempraktikkan pernyataan diri yang positif, membangun harga diri, relaksasi. Origami therapy merupakan salah satu jenis terapi yang sederhana. Satu-satunya material yang dibutuhkan adalah secarik kertas. Sebagai teknik terapi, origami therapy juga memiliki kelebihan dan kelemahan.

Anak-anak juga tidak lepas dari masalah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh anak adalah masalah belajar dan masalah psikologis akibat lingkungan yang menekan dan tidak nyaman. Pada kasus-kasus seperti ini, sangat diperlukan pendekatan yang menyeluruh yang dapat membantu anak dalam belajar sekaligus menaikkan self-esteem, kemampuan mengatur emosi dan sosialnya, mengurangi kecemasan dan frustrasi, sehingga perkembangan anak dapat berjalan dengan baik. Di sinilah keberadaan origami therapy sangat dibutuhkan dalam memberikan efek terapeutik.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan, antara lain

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Chen, Kaili (2006). “Origami Math for Students Who Are Deaf and Hard of Hearing”. Journal of Deaf Studies and Deaf Education. 11:2 Spring 2006. Lafosse, M.G., dan Alexander, R.L. (Tanpa tahun). Origami Art. Singapore:

Tuttle Publishing.

Malchodi, C. A. (2007). Expressive Therapy. New York. Guilford Publication, Inc.

Mehlomakulu, Carolyn. (2012). “Origami in Therapy”. Diunduh dari http://creativityintherapy.blogspot.com/2012_07_01_archive.html pada tanggal 3 Mei pukul 12.02 WIB.

Miller, Yurika. (2007). “A Phenomenological Exploration of Brief Art Therapy Through Folding Two-Dimensional Drawings Created by An Adult Population” Thesis.

Rahn, J.R. (2003). “Paper-Folding Ideas to Help Students Understand High School Geometry Concepts“. Disampaikan dalam Workshop NCTM Annual Meeting Session 988, San Antonio, TX.

Shalev, Hagit. (2005). “Origami in Education and Therapy”. Diunduh dari http://www.theragami.com/origami_ed.html pada tanggal 3 Mei pukul 12.03 WIB.

Suryanti, Sodikin, dan Mustiah Yulistiani. (Tanpa tahun). “Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai dan Origami terhadap Tingkat Kecemasan sebagai Efek Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah Di RSUD Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga”

Sustiwi, Atik. (2009). Seni Origami Bentuk Dasar Stimulasi Multiple Intelligence untuk Anak Cerdas dan Kreatif. Yogyakarta: Rumah Pengetahuan.

Gambar

gambar petunjuk cara membuat objek tertentu. Gambar inilah yang harus

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pemanenan hutan menyebabkan terjadinya kerusakan tegakan tinggal berdiameter ≥ 10 cm sebesar 40% yang terdiri dari 20% akibat

Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Chievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Hidang Siswa Kelas X Jurusan Jasa Boga

Ploting hasil uji pada sampel asin menunjukkan bahwa terdapat dua orang panelis dengan kode 7 dan 8 yang tidak mampu memberikan respon benar untuk sampel

 Proses dari hasil tes yang terintegrasi dari berbagai sumber ; Proses untuk mengevaluasi perilaku, konstruk psikologi, dan atau karakteristik individu atau sekelompok orang

Kesimpulan : Dijumpai adanya hubungan yang sangat lemah dan tidak signifikan antara tekanan darah, kadar hemoglobin dan kadar trombosit dengan nyeri kepala

Cases of suspected child maltreatment were identified from state-based child protection records, along with the date of each episode of substantiated harm or risk, the subtypes

Namun demikian, penelitian yang dilakukan mengenai ragam ekspresi emosi yang dapat dikenali, apalagi mencermati respon-respon emosi yang diberikan anak-anak autis pada saat

Gambar 4.68 Model Rumah Tradisional Tionghoa Siheyuan dan Marga Tjhia