• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Negara Dalam Hukum Pidana Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanggung Jawab Negara Dalam Hukum Pidana Internasional"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM

HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

(2)

1. Aggression 2. Genocide

3. Crimes against humanity 4. War crimes

5. Unlawful possession or use or emplacement of

weapons

6. Theft of nuclear materials

7. Mercenaries 8. Apartheid

9. Slavery and slave-related practices

10. Torture and other forms of cruel, inhuman or

degrading treatment 11. Unlawful human experimentation

12. Piracy

13. Aircraft hijacking and unlawful acts against

international air safety 14. Unlawful acts against the safety of maritime

navigation and the safety of platforms on the high seas

15. Threat and use of force against internationally protected persons 16. Crimes against United Nations and associated personnel

17. Taking of civilian hostages 18. Unlawful use of the mail 19. Attacks with explosives 20. Financing of terrorism

21. Unlawful trafc in drugs and related drug ofences

22. Organized crime

23. Destruction and/or theft of national treasures

24. Unlawful acts against certain

internationally protected elements of the environment

25. International trafc in obscene publications

26. Falsifcation and counterfeiting 27. Unlawful interference with

submarine cables, and

(3)

Tanggung Jawab Negara

Kedaulatan

Persamaan Hak Antar Negara Prinsip Tj Negara Prinsip Hukum

Umum

(4)

Diagram

Perdata

Tindakan negara yang merugikan negara lain, sanksinya perdata.misal dlm perdagangan

(kontrak) antar negara or antar individu

TJN

PIDANA

- Jus Cogens - - TJ Individu

- - Tindakan hk thd

agresor

jure gestionis dan jure empiri

(5)

Diagram

Prinsip kedaulatan negara dalam hubungan

internasional sangatlah dominan.

Negara berdaulat yang satu tidak tunduk pada

negara berdaulat yang lain.

Negara mempunyai kedaulatan penuh atas orang, barang,

dan perbuatan yang ada di teritorialnya.

Hukum Internasional telah mengatur bahwa di dalam kedaulatan, terkait di dalamnya kewajiban untuk tidak menyalahgunakan

kedaulatan tersebut

Karenanya negara dapat diminta pertanggungjawaban untuk

tindakan-tindakan atau kelalaiannya yang melawan hukum

Pertanggungjawaban negara dlm HI pada dasarnya dilatar belakangi pemikiran bahwa tidak ada satu pun negara yang dpt menikmati

(6)

Diagram

Primary Rules

seperangkat aturan yang mendefinikasikan hak dan kewajiban negara yang tertuang dalam bentuk traktat, hukum kebiasaan atau instrumen lainnya.

Aturan dalm HI

Secondary Rules

seperangkat aturan yang

mendefinisikan bagaimana dan apa akibat hukum apabila

primary rules itu dilanggar oleh negara. Secondary rules ini yang disebut hukum tanggung jawab negara (the law of state responsibility)

Hukum tanggung jawab negara dikembangkan melalui

hukum kebiasaan yang muncul dari praktik negara,

(7)

Diagram

F. Sugeng Istanto

1

Petanggungjawaban negara berarti kewajiban memberikan jawaban yg merupakan perhitungan atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk

memberikan pemulihan atas kerugian

yg mungkin ditimbulkannya

Karl Zemanek

3

TJN suatu tindakan salah secara

(8)

Umumnya para pakar hukum Internasional hanya

mengemukakan karakteristik timbulnya

tanggung jawab negara seperti berikut :

adanya suatu kewajiban hukum internasional

yang berlaku antara dua negara tersebut

adanya suatu perbuatan atau kelalaian yang

melanggar kewajiban hukum internasional

tersebut yang melahirkan tanggung jawab

negara

adanya kerusakan atau kerugian sebagai

akibat adanya tindakan yang melanggarhukum

atau kelalaian

(9)

Setiap internationally wrongful act menimbulkan tanggung jawab

negara.

Tindakan berbuat atau tidak berbuat (omission) dari negara dapat

merupakan internationally wrongful act yang mengandung dua unsur yaitu :

1.dapat dilimpahkan pada negara berdasarkan Hukum Internasional;

2.merupakan pelanggaran kewajiban terhadap Hukum Internasional (breach of an international obligation).

Karakteristik tindakan negara yang merupakan internationally

wrongful act diatur oleh Hukum Internasional, tidak dipengaruhi oleh karakteristik Hukum Nasional.

Artinya sekalipun Hukum Nasional menyatakan tindakan

tersebut sah, tetapi apabila Hukum Internasional menyatakan sebaliknya maka yang akan berlaku adalah apa yang

(10)

Unsur dapat dilimpahkan muncul karena dalam praktik negara

sebagai suatu entitas yang abstrak tidak dapat bertindak

sendiri, harus melalui individu sebagai organ negara,

perwakilan negara atau pejabat negara. Tindakan negara yang

dapat dilimpahkan adalah :

1.

Tindakan dari semua organ negara negara (

state organ

), baik

legislatif, eksekutif, yudikatif atau apa pun fungsinya, apapun

posisinya dalam struktur organisasi negara dan apapun

karakternya sebagai organ pemerintah pusat atau

teritorial

unit

dari suatu negara. Termasuk dalam organ adalah setiap

orang atau kesatuan (

entity

) yang mempunyai status organ

negara dalam Hukum Nasional

2.

Tindakan Individu atau

entity

yang meskipun bukan organ

negara atau diluar struktur formal pemerintah pusat atau

daerah, tetapi dikuasakan secara sah untuk melaksanakan

unsur-unsur kekuasaan instansi tertentu pemerintah.

(11)

Suatu negara yang membantu (

aids or assist

) negara lain

dalam

internationally wrongful act

yang dilakukan negara

lain dan Suatu negara yang memberikan petunjuk atau

mengontrol (

direct and control

) negara lain dalam

melakukan

internationally wrongful act

bertanggung jawab

secara internasional jika :

1.

That state does so with knowledge of the circumstances of

the internationally wrongful acts.

2.

The act would be internationally wrongful acts if committed

by that state.

Negara yang bertanggung jawab terhadap

internationally

wrongful acts

wajib untuk :

1.

Cease that act, if it is continuing.

(12)

Negara bertanggung jawab untuk memberikan full

reparation terhadap kerugian (injury) yang ditimbulkan

oleh

the internationally wrongful act

s. Kerugian yang

dimaksud meliputi material, immaterial yang disebabkan

oleh the

internationally wrongful act

negara tersebut.

Tanggung jawab ini bersifat melekat pada negara. Artinya

suatu negara berkewajiban memberikan ganti rugi

manakala negara itu menimbulkan kerugian pada negara

lain.

Full reparation

terhadap kerugian dapat berupa restitusi,

(13)

Dalam kaitannya dengan kompensasi yang berwujud

materi dapat terdiri dari :

1.

Penggantian biaya pada waktu putusan pengadilan

dikeluarkan meskipun jumlah penggantian itu

menjadi lebih besar dari nilai pada waktu tindakan

pelanggaran kewajiban itu dilakukan

2.

Kerugian tidak langsung (

indirect damages

)

sepanjang kerugian itu mempunyai kaitan langsung

dengan tindakan tidak sah tersebut.

3.

Hilangnya keuntungan yang diharapkan sepanjang

keuntungan itu dalam situasi atau dalam

perkembangan yang normal.

4.

Pembayaran terhadap kerugian atas bunga yang

(14)

Deklarasi Stockholm

Prinsip 22 :

Negara-negara juga harus bekerja sama dengan cara

yang cepat dan efsien serta lebih tekun untuk

mengembangkan hukum internasional lebih lanjut

mengenai kewajiban menyediakan restitusi dan

kompensasi atas efek-efek yang merugikan dari

kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan

di dalam wilayah atau kekuasaan mereka, yang

efeknya meluas ke luar daerah wilayah mereka”.

States shall cooperate to develop further the

(15)

Reparation :

restitusi (Pasal 35),

kompensasi (Pasal 36),

pengakuan atau permintaan maaf

/satisfaction (Pasal 37),

membayar bunga/ interest (Pasal

(16)

restitusi (Pasal 35),

“Restitusi adalah ganti kerugian yang

diberikan kepada korban atau

keluarganya oleh pelaku atau pihak

ketiga, dapat berupa pengembalian

harta milik, pembayaran ganti

kerugian untuk kehilangan atau

(17)

Compensation -

Article 36

1. The State responsible for an internationally wrongful act

is under an obligation to compensate for the damage

caused thereby, insofar as such damage is not made good

by restitution.

2. The compensation shall cover any fnancially assessable

damage including loss of profts insofar as it is established.

Kompensasi adalah ganti kerugian yang diberikan oleh

(18)

Satisfaction

Bentuk reparation

Setiap upaya yang dilakukan oleh sipelanggar

suatu kewajiban untuk mengganti kerugian

menurut hk kebiasaan atau suatu perjanjian,

dibuat oleh para pihak ybsk yg bukan berupa

restitusi (pemulihan) atau kompensasi

Satisfaction merupakan pemulihan atas perbuatan

yg melanggar kehormatan negara, dilakukan via

perunduingan diplomatik n manifestasinya

permohonan maaf n jaminan utk tidak mengulang

Pecuniary reparation dilakukan apabila

(19)

Interest

Article 38

1. Interest on any principal sum due under this chapter shall

be payable when necessary in order to ensure full reparation. The interest rate and mode of calculation shall be set so as to achieve that result.

2. Interest runs from the date when the principal sum should

have been paid until the date the obligation to pay is fulflled.

1. Bunga pada setiap jumlah pokok terhutang akan dibayar

bila diperlukan untuk menjamin reparasi penuh. Tingkat bunga dan cara perhitungan harus diatur sedemikian rupa untuk

mencapai hasil tersebut.

2. Bunga berjalan dari tanggal ketika jumlah pokok seharusnya

(20)

Teori Kesalahan

Teori Subyektif (Teori Kesalahan)

tanggung jawab negara ditentukan oleh adanya

unsur keinginan atau maksud untuk melakukan

suatu perbuatan (kesengajaan atau

dolus

) atau

kelalaian (

culpa

) pada pejabat atau agen negara

yang bersangkutan.

Teori Obyektif

(Teori Risiko)

tanggung jawab negara adalah selalu mutlak

(strict). Manakala suatu pejabat atau agen negara

telah melakukan tindakan yang merugikan orang

(asing) lain, maka negara bertanggung jawab

menurut hukum internasional tanpa dibuktikan

apakah tindakan tersebut terdapat unsur

(21)

PENEGAKAN HUKUM PIDANA INTERNASIONAL

Pendekatan tradisional (indirect control

system))

Int. crime ditentukan oleh konvensi

multilateral

Penegakan dan sanksi diserahkan

kepada hukum pidana nasional dari

negara peserta

Negara ybsk wajib mengusut/

menuntutnya atau

mengekstradisikannya

Pendekatan Modern (direct control

system)

Pembentukan mahkamah Pidana

Internasional / ICC

(22)

Sesudah PD II

TO KYO T RIA LS

IC TY

IC TR

Ad Hoc

Nu rem ber g T ria ls

(23)

Pengadilan Nuremberg

Piagam London (London Charter of the International Military

Tribunal), yang juga dikenal sebagai Piagam Nuremberg

Inggris, Amerika Serikat, Perancis dan Uni Soviet yang

menandatangani Piagam London sebagai dasar dari pembentukan Pengadilan Militer Internasional

Australia, Belgia, Czechoslovakia, Denmark, Ethiopia, Yunani,

Haiti, Honduras, India, Luxembourg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Panama, Paraguay, Polandia, Serbia, Uruguay dan Venezuela

dua jalur pengadilan:

Pengadilan Militer Internasional, untuk mengadili para

penjahat perang yang berperan sebagai “arsitek” kejahatan, dan

pengadilan domestik, untuk mengadili para penjahat perang

yang merupakan kaki tangan.

24 terdakwa terpilih untuk diadili. hanya 21 orang yang hadir di

persidangan.

Putusan 1 Oktober 1946: 12 hukuman mati, 3 penjara seumur

(24)

Pengadilan Tokyo

Pengadilan Tokyo membuat klasifkasi tiga jenis

kejahatan: “Kelas A” (kejahatan terhadap

perdamaian),

“Kelas B” (kejahatan perang) dan

“Kelas C” (kejahatan terhadap kemanusiaan) –

yang dilakukan selama berlangsungnya Perang

Dunia II.

28 orang pemimpin militer dan politik Jepang

saat itu dituntut telah melakukan kejahatan

“Kelas A”

lebih dari 300.000 orang Jepang dituntut telah

melakukan kejahatan “Kelas B” dan “Kelas C”.

Jenis kejahatan “Kelas C” meliputi kekejaman

yang terjadi selama berlangsungnya perang.

(25)

Kejahatan Internasional dalam London Charter

CRIMES AGAINST PEACE: namely,

planning, preparation, initiation or waging of a war of aggression, or a war in

violation of international treaties, agreements or assurances, or participation in a common plan or

conspiracy for the accomplishment of any of the foregoing;

WAR CRIMES: namely, violations of the laws or customs of war. Such violations shall include, but not be limited to, murder, ill-treatment or deportation to slave labor or for any other purpose of civilian population of or in occupied territory, murder or ill-treatment of

prisoners of war or persons on the seas, killing of hostages, plunder of public or private property, wanton destruction of cities, towns or villages, or devastation not justifed by military necessity;

CRIMES AGAINST HUMANITY: namely, murder, extermination, enslavement, deportation, and other inhumane acts committed against any civilian

population, before or during the war; or persecutions on political, racial or

religious grounds in execution of or in connection with any crime within the

jurisdiction of the Tribunal, whether or not in violation of the domestic law of the country where perpetrated.

perencanaan, persiapan, inisiasi atau penggajian perang agresi, atau perang yang melanggar

perjanjian internasional, perjanjian atau jaminan, atau partisipasi dalam rencana bersama atau konspirasi untuk pemenuhan hal di atas

pelanggaran hukum atau kebiasaan perang.

Pelanggaran tersebut termasuk, namun tidak terbatas pada, pembunuhan, perlakuan buruk atau deportasi untuk kerja paksa atau untuk tujuan lain dari penduduk sipil atau di wilayah yang diduduki, pembunuhan atau penganiayaan terhadap tawanan perang atau orang-orang di laut, pembunuhan sandera, penjarahan harta benda publik atau swasta, penghancuran semena-mena kota, kota atau desa, atau kerusakan tidak dibenarkan oleh kepentingan militer;

pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, deportasi, dan tindakan tidak manusiawi lainnya yang dilakukan terhadap penduduk sipil, sebelum atau selama

(26)

PRINSIP2 NUREMBERG

Adanya pertanggungjawaban individu secara

hukum (individual liability) atas kejahatan2 berat.

Bahwasanya dalam kaitannya dengan kejahatan berat, maka hk internasional mengalahkan

hukum domestik.

Tidak ada kekebalan bagi kepala negara atau

aparat negara untuk kejahatan berat.

“Mendapat perintah” tidak dapat dipakai utk

membela diri, karena setiap individu mempunyai kewajiban untuk tidak mematuhi sebuah perintah

yg melanggar hukum.

Mendefinisikan kejahatan2 berat yang menjadi urusan seluruh umat manusia. Yaitu kejahatan thd perdamaian, kejahatan perang & kejahatan

terhadap kemanusiaan.

NUREMBERG PRINCIPLES

(27)

Lembaga

Ratione Marteriae

R. Per

sonae

R. Loci

R. Tempus

Nuremberg

London

Agreement 45

1. Crimes Against Peace 2. War Crimes

3. CAH

Individu or members of organizations

1. Crimes Against Peace 2. War Crimes

3. CAH

Individu Far East 1946

ICTY

SC. Res. 808/1991 & 827/1993

1. Grave Breaches of GC 2. Violations of the laws

or customs of war 3. Genocide

4. CAH

individu Former

Yugoslavia Since 1991

ICTR

SCRes. 955/1994

1. Genocide

2. Crimes Against Humanity

3. Violation of art. 2 GC & AddProt II

WN Rwanda/

individu Rwanda & Neg Tetangga

1-1-94 sd 31-12-94

ICC

Rome Statute 1998

1. Genocide, -- 2. CAH 3. War crimes – 4. The

Crime of Agression

(28)

Statuta Roma

Statuta Roma ditandatangani pada

tanggal 17 Juli 1998, oleh negara-negara

peserta yang menggagas sebuah

mahkamah pidana internasional yang

permanen. Dari 120 negara yang hadir,

20 negara abstain, dan 7 negara

menentang termasuk Amerika Serikat,

Cina, Israel dan India.1 Mahkamah

Pidana Internasional (

International

Criminal Court - dikenal dengan

singkatan ICC) berdiri pada tanggal 1 Juli

2002 ketika 60

negara telah

meratifkasinya.

(29)

Yurisdiksi ICC

Yurisdiksi

Material

ICC dapat mengadili kejahatan genosida, kejahatan

terhadap kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan agresi. [Tetapi, kejahatan agresi baru akan didefinisikan

pada tahun 2008]. (Pasal 5-8)

Yurisdiksi

Teritorial

ICC memiliki yurisdiksi thd kejahatan yg dilakukan di dlm wilayah negara peserta, tanpa melihat kewarga-negaraan pelaku. Termasuk, negara2 yg

mengakui yurisdiksi ICC atas dasar deklarasi ad hoc (misalnya ada negara di mana terjadi kejahatan internasional dan pemerintahan negara itu

mendeklarasikan bhw negaranya mengakui yurisdiksi ICC, walaupun blm menandatangani Statuta Roma) & dlm wilayah yg ditentukan, secara sepihak, oleh Dewan Keamanan. (Pasal 12)

Yurisdiksi

Personal

(Pasal 25-26) ICC memiliki yurisdiksi terhadap orang, dan bukan terhadap entitas yang abstrak.5 Akan tetapi ICC tidak memiliki yurisdiksi terhadap pelaku yang berusia di bawah 18 tahun.

Yurisdiksi

Temporal

(30)

Yurisdiksi ICC

Yurisdiksi Material: (Pasal 5-8) ICC dapat mengadili kejahatan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan

perang, dan kejahatan agresi. [Tetapi, kejahatan agresi baru akan didefnisikan pada tahun 2008].3

Yurisdiksi Temporal: (Pasal 11) ICC hanya memiliki yurisdiksi

terhadap kejahatan yang terjadi setelah Statuta Roma berlaku, sesudah 1 Juli 2002.

Yurisdiksi Teritorial: (Pasal 12) ICC memiliki yurisdiksi

terhadap kejahatan yang dilakukan di dalam wilayah negara peserta, tanpa melihat kewarga-negaraan dari pelaku.

Termasuk, negara-negara yang mengakui yurisdiksi ICC atas dasar deklarasi ad hoc (misalnya ada negara di mana terjadi

kejahatan internasional dan pemerintahan negara itu

mendeklarasikan bahwa negaranya mengakui yurisdiksi ICC, walaupun belum menandatangani Statuta Roma) dan dalam wilayah yang ditentukan, secara sepihak, oleh Dewan

Keamanan.

Yurisdiksi Personal: (Pasal 25-26) ICC memiliki yurisdiksi

(31)

Asas-Asas ICC

Complementary Principle

Unwilling – tidak mau (Pasal 17 (2))

Suatu negara dinyatakan tidak mempunyai kesungguhan dalam

menjalankan pengadilan apabila:

• Pengadilan nasional dijalankan dalam rangka melindungi pelaku dari tanggung jawab pidana atas kejahatan berat tersebut

• Terjadi penundaan yang tidak konsisten dengan niat untuk mendapat keadilan

• Pengadilan dilakukan secara tidak independen dan memihak, serta tidak konsisten dengan niat untuk mendapatkan keadilan

Unable -n tidak mampu (Pasal 17 (3))

Pengadilan suatu negara dinyatakan tidak mampu apabila

terjadi kegagalan sistem pengadilan nasional, secara

menyeluruh ataupun sebagian. Sehingga negara tersebut tidak mampu menghadirkan tertuduh atau bukti dan kesaksian yang dianggap perlu untuk menjalankan proses hukum.

(32)

Lanjutan

Ne bis in idem (Pasal 20): Tidak ada seseorang

pun dapat dipidana untuk kedua kali dalam

perkara

yang sama. Akan tetapi ada

pengecualian terhadap prinsip ini apabila dapat

dibuktikan pengadilan yang digelar dilakukan

untuk melindungi pelaku atau tidak dilakukan

sesuai standar hukum internasional.

Nullum crimen sine lege, nulla poena sine lege

(Pasal 22 & 23): Seseorang hanya dapat dituntut

berdasarkan kejahatan yang diakui dalam

Statuta Roma. Dan seseorang yang dinyatakan

bersalah oleh pengadilan hanya boleh dihukum

sesuai dengan ketentuan berdasarkan Statuta

ini.

Nonretroaktif (Pasal 24): Tidak seorangpun

dapat dituntut melakukan kejahatan berdasarkan

Statuta

Roma apabila dia melakukan perbuatan

tersebut sebelum Statuta ini berlaku.

(33)

Lanjutan

Pertanggungjawaban pidana individu (Pasal

25): ICC mempunyai yurisdiksi terhadap orang

(bukan

institusi, perusahaan atau negara) yang

melakukan kejahatan yang tertera dalam

Statuta, ataupun yang memerintahkan, atau

memfasilitasi terjadinya kejahatan tersebut,

termasuk mereka yang menghasut, secara

terbuka, untuk dilakukannya genosida.

Mengecualikan yurisdiksi terhadap pelaku

berumur di bawah 18 tahun (Pasal 26): ICC

menggunakan

standar Konvensi Anak, dan tidak

akan mengadili pelaku anak-anak.

Tidak mengenal imunitas (Pasal 27): Tidak ada

kekebalan hukum dengan alasan

menjalankan

(34)

Lanjutan

Pertanggungjawaban komandan dan atasan (Pasal 28): Seorang

komandan militer atau atasan (sipil) mempunyai tanggung jawab pidana terhadap kejahatan yang dilakukan oleh orang di bawah komandonya, apabila ia mengetahui, atau seharusnya mengetahui, bahwa orang di bawah komandonya melakukan kejahatan, dan ia gagal mencegah atau menghukum.

 • Tidak mengenal adanya kedaluwarsa atau batas waktu (Pasal 29): Artinya, sampai kapan pun ICC mempunyai kewajiban mengadili pelaku kejahatan berat sesuai Statuta Roma.

 • Dengan niat dan mengetahui (Pasal 30): Untuk membuktikan tanggung jawab pidana, maka niat pelaku untuk melakukan kejahatan tersebut harus bisa dibuktikan. Pelaku juga mengetahui bahwa ada situasi tertentu atau konsekuensi tertentu akan terjadi akibat dari sebuah tindakan.

Asas pembelaan (Pasal 31): Tanggung jawab pidana dihapuskan pada

(35)

Hubungannya dengan PBB

1. DK PBB merupakan salah satu pihak

yang dapat merujuk suatu situasi

dugaan pelanggaran utk ditindaklanjuti

oleh penuntut umum ICC.

2. PBB bs menjadi sumber informasi

tambahan bagi penuntut umum ICC

untuk mengevaluasi informasi awal yg

diterimanya.

3. Sekjen PBB bisa menjadi saluran

komunikasi berkenaan dengan

pernyataan negara-negara mengenai

permintaan kerjasama dengan ICC

(36)

ICC

• Rome statute diadopsi 17 Juli 1998

n berlaku 1 juli 2002

• Tujuan:

• Mengakhiri impunitas

• Menghalangi para penjahat perang dan

HAM di masa depan

• Membantu mengakhiri konfik

Referensi

Dokumen terkait

(II) Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana persetubuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dalam perkara Nomor

Setelah Anda mencetak form pendaftaran ini, Anda diharuskan untuk datang ke Panda / Subpanda sesuai dengan daerah pendaftaran yang Anda pilih.Pastikan Anda membawa kelengkapan

Produk yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg sangat sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar dihasilkan volume sediaan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga,. Departemen

Di dalam lampiran, Pada tabel hasil segmentasi tulang carpal01, carpal02, dan carpal03. Dapat dilihat dengan jelas data citra hasil segmentasi aplikasi. Segmentasi

Meskipun upaya mem-branding UMKM di Kecamatan Sumpiuh sudah dilaksanakan dengan seringnya pemberitaan lewat media massa, beroperasinya stasiun radio Komunitas Peduli Sumpiuh

Lalu masyarakat sebagai pihak yang dianggap paling dekat dengan dengan dampak langsung akibat dari kebakaran hutan diharapkan mampu untuk membuka suatu gagasan

Di dalam Pasal 11 Undang-undang Jaminan Fidusia diatur tentang kewajiban pendaftaran jaminan fidusia yang dalam pelakanaan pendaftarannya di atur sebagaimana