• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran PHBS dan KEJADIAN DIARE PADA AN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Lampiran PHBS dan KEJADIAN DIARE PADA AN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

PHBS dan KEJADIAN DIARE PADA ANAK Oleh: Bagus Dwi Cahyono, M.Kes

“Sesungguhnya Allah SWT adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai Yahudi” (HR. Tarmidzi).

Disampaikan pada acara pengabdian masyarakat Kelurahan Karanganyar Kota Pasuruan tanggal 25 April 2016

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan program dari Kementrian Kesehatan yang diharapkan dapat terealisasi di Indonesia. Namun, pada kenyataannya persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria PHBS masih rendah. Menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2010, rata-rata persentase PHBS Nasional hanya 35,68 % dari total WNI yang beragama Islam telah berperilaku hidup bersih dan sehat.

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2005)

Menurut penelitian Nilton, dkk (2008) faktor-faktor penyebab diare adalah menggunakan air sumur, minum air yang tidak dimasak, sumur kurang dari 10 meter, tidak mempunyai jamban, tidak menggunakan jamban, tidak mempunyai tempat sampah dan tidak cuci tangan.

Berkaitan dengan itu, diharapkan masyarakat luas mampu berpartisipasi aktif dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, dengan tujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual dan budaya.

(2)

laporan Sukernas (2001), diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita di Indonesia. Di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian tiap tahunnya, dimana sekita 70-80% penderita dibawah umur 5 tahun. Sebagian dari penderita (1-2%) jatuh kedalam dehidrasi dan jika tidak segera ditolong 50-60% dapat meninggal.

Proporsi tertinggi kasus diare terjadi pada anak usia 6-11 bulan. Hal ini disebabkan oleh karena saat usia tersebut anak sudah mulai mendapat makanan pendamping ASI, antibody yang didapat dari ibu mulai menurun, sudah dapat merangkak dan mencoba memegang segala sesuatu, mulai kebiasaan memasukkan makanan kedalam mulut, serta masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan masyarakat, antara lain kontaminasi air atau makanan oleh kuman melalui rute fecal-oral, kebiasaan tidak mencuci tangan dengan air dan sabun setelah buang air besar, membuang tinja dijamban, jenis jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat serta pemanfaatan sarana air bersih yang masih kurang.

Diare akut memiliki pengertian dimana jika BAB lebih dari 3x dalam sehari disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender serta darah, yang berlangsung kurang dari 1 minggu. Cara penularan diare pada umumnya melalui fecal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (istilah 4F = Finger, Flies, Fluid, Field).

Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan antara lain :

1. Tidak memberi ASI secara penuh pada 4-6 bulan pertama kehidupan.

2. Penyediaan air bersih tidak memadai

3. Pencemaran air oleh tinja

4. Kurangnya sarana kebersihan

5. Kebersihan pribadi dan lingkungan yang buruk

6. Penyiapan dan penyimpanan makana yang tidak higienis

(3)

Sampai saat ini diidentifikasi sekitar 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi, dimana di Negara berkembang kuman patogen penyebab diare akut pada anak-anak yaitu Rotavirus, E. coli, Shigella, Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua terhadap penderita, seperti lama diare, frekuensi dan volume diare, konsistensi tinja, warna dan bau tinja. Ada tidaknya lender dan darah pada tinja. Selain itu, apakah disertai muntah atau tidak, jika iya, bagaimana frekuensi dan volume muntah, Diperhatikan pula BAKnya, apakah biasa, berkurang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media dan campak. Beberapa data diatas sangat membantu seorang dokter atau tenaga medis dalam penanganan diare, sehingga komplikasi dan resiko terburuk dapat dicegah sedini mungkin. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare, pemberian oralit, sudah membawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit, riwayat munisasi serta obat-obatan yang sudah diberikan perlu diketahui oleh tenaga medis.

Saat penderita sudah di bawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit, tenaga medis wajib menilai pemeriksaan fisik yang di temukan pada penderita, sehingga penderita dapat di nilai ringan beratnya penyakit diare, karena dari pemeriksaan fisik yang di dapat dari penderita dapat menentukan derajat dehidrasi yang akan menentukan terapi selanjutnya. Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, chloride dan bikarbonat, Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila disertai panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolomia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila ditangani dengan tepat dan cepat.

Berdasarkan WHO, penentuan derajat dehidrasi yaitu :

Penilaian Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan-sedang

Dehidrasi berat

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, tidak sadar

(4)

Air mata Ada Tidak ada Kering

Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Tidak haus, minum biasa

Ingin minum banyak, haus

Malas minum, tidak mau minum

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Sangat lambat

Rencana terapi Terapi A Terapi B Terapi C

TERAPI DIARE

Terapi A : Segera diberi cairan rumah tangga seperti air tajin, larutan gula garam,kuah sayur-sayuran, dsb. Jumlah cairan yang diberikan 10ml/kg BB.

Terapi B : Harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberi Oralit dengan jumalah 75 ml/kg BB. Jika tidak dapat diberikan secara oral, oralit diberikan melalui NGT dengan volume yang sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

Terapi C : Harus dirawat di sarana kesehatan dan diberi terapi dehidrasi parenteral yaitu dengan cairan Ringer Laktat 100ml/kg BB dengan ketentuan yaitu anak < 1 tahun : 1 jam pertama 30 cc/kg BB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kg BB. Anak > 1 tahun ½ jam pertama 30 cc/kg BB, dilanjutkan 2 ½ jam 70 cc/kg BB. Disamping itu anak harus tetap diberi oralit selama pemberian cairan intravena.

Departemen Kesehatan menetapkan 5 pilar tata laksana diare yang dirawat di rumah atau di Rumah Sakit :

1. Rehidrasi dengan Oralit formula baru (berdasarkan rekomendasi WHO dan UNICEF) Oralit dengan osmolaritas rendah yang dapat mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% dan muntah 30%.

Ketentuan pemberian oralit formula baru:

1. Beri ibu 2 bungkus

(5)

3. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali setelah BAB dengan ketentuan :

- < 2 tahun : 50-100ml tiap kali BAB

- > 2 tahun : 100-200ml tiap kali BAB

4. Jika dalam 24 jam oralit masih bersisa, sisa larutan harus dibuang

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.

3. ASI dan makanan pendamping tetap diteruskan.

4. Antibiotik selektif sesuai indikasi.

5. Nasihat pada orang tua.

Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian diare, pemerintah (Depkes) melakukan upaya sebagai berikut :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tata laksana penderita diare melalui pendekatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan Pelembagaan Pojok Oralit

2. Mengupayakan tata laksana penderita diare di rumah tangga secara tepat dan benar.

3. Meningkatkan upaya pencegahan melalui KIE (komunikasi,informasi, edukasi) dan meningkatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

4. Meningkatkan sanitasi lingkungan.

5. Peningkatan kewaspadaan diri dan penanggulangan kejadian luar biasa diare.

Pada dasarnya penyakit diare dapat dicegah, salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah diare yaitu dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga yang terdiri dari 10 indikator, antara lain :

1. Persalinan diolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi ASI eksklusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan air bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu

(6)

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok didalam rumah

Dengan mengetahui ini indikator-indikator PHBS, diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kemampuan keluarga dan berperan aktif untuk melaksanakan PHBS, sehingga setiap rumah tangga akan meningkat kesehatannya dan mudah sakit, anak tumbuh sehat dan cerdas, serta produktifitas anggota keluarga dapat berjalan secara maksimal.

Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Konsep awal integrasi data dan informasi kebudayaan, yaitu dengan membangun satu data master referensi kebudayaan, langkah awal disusun untuk Cagar Budaya, langkah

Pihak Cakra Kusuma Yogyakarta telah efektif dalam mengin- formasikan dan memberitahukan pelanggan apa saja program yang dibuat oleh Hotel Cakra Kusu- ma Yogyakarta melalaui

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan analisis untuk menentukan golongan senyawa metabolit sekunder, uji toksisitas serta uji aktivitas antioksidan dengan metode peredaman

Setelah penilaian dari validator maka dapat disimpulkan bahwa Media Audio Visual Tiga Dimensi layak digunakan sebagai media pembelajaran untuk pengenalan rambu lalu

Sesuai harapan Valid 5 Mengisi nama perusahaan, alamat, kontak personal, notelepon, tapi email, password, website, logo perusahaan tidak diisi kemudian klik

Berdasarkan nilai RMSEP, fungsi peragam yang relevan untuk pemodelan kalibrasi pengukuran konsentrasi kurkumin pada daerah identifikasi spektra infra merah dengan pendekatan

Film-film dan para bintang film, menyukai apapun yang menguras pikiran- pikiran dan mengalihkan kasih dari Yahuwah, adalah jenis penyembahan berhala yang seharusnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas pemberian intervensi Modul Pelatihan Depresi dan Ansietas bagi Dokter Umum dan angka cakupan laporan