• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA MODERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA MODERN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA MODERN

(2)

1. Apabila makna dan kriteria “kehidupan modern” diidentikkan dengan adanya “perubahan dan pembaharuan konsep/pemikiran” , maka kedatangan Islam (dengan Al Qur’an nya) sejak awalnya telah membawa konsep/polapandang modern dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya (yang sering disebut masa “jahiliyah”). Pembaharuan konsep/pola-pikir/ pola-pandang yang dibawa Islam (Al Qur’an) itu antara lain :

1. Konsep KeTuhanan :

Konsep ketuhanan di dalam Islam (yaitu konsep tauhid/mengesakan Tuhan) jelas merupakan konsep pembaharuan, karena sebelumnya berpandangan bahwa tuhan itu banyak atau bisa lebih dari satu dan yang dijadikan tuhan itu bukannya Allah sebagai “chaliq” (pencipta) tetapi “machluq” (ciptaan Allah) yang dijadikan tuhan.

1. Konsep Dosa/Kesalahan :

Islam mengajarkan, bahwa manusia dilahirkan suci dan tidak mengenal “dosa warisan”. Hal ini terlihat di dalam tuntunan sbb. :

1. Al Qur’an :

1. Q.S.. An-Najm : 38 (Q.S.. Al-Isro’ : 15) : “bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”.

1. Q.S.. An-Najm : 39 :

“bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”. 1. Q.S. Al-Mudatsir : 38 :

“tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”. 1. Hadits :

1. “Sesungguhnya anak yang lahir itu tidak dilahirkan kecuali dalam kesucian, maka kedua orang tuanyalah yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”.

2. “Seseorang tidak dihukum (bertanggung jawab) atas perbuatan ayahnya atau saudaranya”.

3. “Setiap orang adalah pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpin”.

1. Konsep Persamaan Hak :

(3)

1. Konsep Keilmuan dan Kebebasan Berpikir (Rasio-nalitas):

Terlalu banyak ajaran Islam yang memberi tempat sangat tinggi pada kedudukan ilmu/akal. Hal ini jelas sangat sesuai dengan salah satu karak-teristik kehidupan modern yang antara lain meng-utamakan akal/rasionalitas.

Beberapa catatan :

- Wahyu pertama saja dimulai dengan “Iqro’” (bacalah); yang berarti mengutamakan budaya “membaca” sebagai ciri dari budaya keilmuan;

- Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah (Q.S. Hud : 14) :

“Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka ketahuilah,sesungguhnya Al Quran itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)? “.

- Al Qur’an ini disebut sendiri oleh Allah sebagai “Al Qur’anul Karim” (“bacaan yang mulia”/ dapat diartikan sebagai “ilmu/bacaan yang tinggi”); lihat Al-Waqiah : 77 :

“Innahuu laquraanul kariim“

(sesungguhnya Al Qur’an itu adalah “bacaan yang sangat mulia”).

- Dalam Al-Qur’an disebutkan kata “Afala Ta’qilun” (apakah kamu tidak menggunakan akalmu?) sebanyak 24 kali; kata “Afala Ya’qilun” (apakah mereka tidak menggunakan akalnya?) sebanyak 22 kali; kata “Afala Ta’lamun” (apakah engkau tidak mengetahui?) sebanyak 36 kali; kata “Afala Ya’lamun” (apakah mereka tidak mengetahui?) sebanyak 91 kali; kata “Afala Tatafakkarun” (apakah engkau tidak berpikir?) sebanyak 3 kai; kata “Afala yatafakkarun” apakah mereka tidak berpikir sebanyak 91 kali; kata “Afala Tadrusun” (apakah engkau tidak belajar) sebanyak 2. kali. Kata seruan untuk mengerti atau menggunakan akal dalam Al-Qur’an kurang lebih 189 kali.

- Keputusan/kebijakan Allah tidak semata-mata didasarkan pada argumentasi kekuasaan absolut, tetapi didasarkan pada demokratisasi dan argu-mentasi keilmuan.

Misal :

- Sewaktu Allah menciptakan manusia pertama (Adam) sebagai khalifah di bumi terjadi dialog antara malaikat dengan Allah. Dalam dialog ini ada argumentasi keilmuan. Secara halus Allah menyatakan kepada para malaikat :

“Innii a’lamu ma laa ta’lamuun“

(Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui). Lihat Al-Baqoroh : 30 s/d 33.

- Setelah Allah mengemukakan berbagai kebaikan/ kemuliaan Al-Qur’an (sebagai petunjuk pembawa kebenaran, sebagai penawar dan rahmat, penuh hikmah dan pelajaran, sebagai bacaan yang teramat mulia, dan tidak untuk membuat kesusahan manusia), secara halus Allah berdialog (mengajak berpikir) dengan manusia :

(4)

(Al-Waqiah :81).

- “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yg. mau mengambil pelajaran”?

(Al-Qomar: 17,22,32,40)

- “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepadamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya”?

(Al-Anbiya’: 10).

1. Konsep Keadilan :

Terlalu banyak ayat-ayat di dalam Al-Qur’an tentang keadilan. Beberapa di antaranya ialah : - An-Nisaa’ : 58

“apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”. - An-Nisaa’ : 135

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.

Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran/keadilan dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.

- Al-Maidah : 8

“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Memperhatikan tiga ayat di atas saja sudah jelas betapa tingginya konsep Islam mengenai keadilan, yaitu :

1. Keadilan dan kebenaran harus ditegakkan kepada siapa saja dengan tidak berpihak dan tanpa pandang bulu, baik terhadap dirinya sendiri mau-pun terhadap keluarganya (ibu/bapaknya), kerabat-nya maupun kaum/golongannya;.

2. Keadilan dan kebenaran harus ditegakkan secara objektif dengan menghindari hal-hal yang bersifat subjektif, antara lain : jangan mengikuti hawa nafsu (misal menerima suap) dan rasa kebencian untuk berlaku tidak adil.

Konsep baru/modern tentang keadilan yang diajarkan Islam hampir 15 abad yang lalu itu, jelas bersifat universal, dan di abad modern sekarang ini justru terlihat semakin melemah atau mengalami erosi.

(5)

Salah satu ciri “modernisme” adalah sikap mental yang berorientasi ke masa depan. Hal ini jelas terlihat di dalam ajaran Islam yang menyatakan :

- bahwa kehidupan/kesenangan akhir (at) lebih baik dari kehidupan/kesenangan awal (di dunia); lihat Q.S. Ali Imron : 14, Q.S. Al-Mu’min : 39, Q.S. Adh-dhuha : 4;

- “jangan menghambur-hamburkan hartamu secara boros” (Q.S. Al-Isro’ : 26);

- “janganlah kamu merajalela di bumi dengan membuat kerusakan” (Q.S. Asy-Syu’aro : 183);

Demikianlah beberapa butir konsep Al-Qur’an yang dapat dikatakan “modern” pada zamannya, dan saat inipun masih dapat diuji ke-”modern”-annya. Masih banyak lagi konsep Al-Qur’an yang relevan dengan ciri-ciri sikap mental yang diperlukan dalam kehidupan modern, seperti menghargai waktu atau dapat memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, tekun, rajin dan bersungguh-sungguh (berjihad), sederhana dan tidak boros dsb. 3. Di sisi lain kehidupan modern itu sendiri memang memerlukan agama, walaupun memang harus diakui pelaksanaan nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama menghadapi “tantangan” yang cukup berat dalam kehi-dupan modern saat ini.

Telah sama dimaklumi, bahwa kehidupan modern saat ini ditandai oleh semakin meningkatnya kehidupan yang lebih berorientasi pada nilai-nilai materialistik, individualistik dan semakin berkembangnya pengaruh globalisasi di bidang informasi, komunikasi dan teknologi. Tidak jarang persaingan hidup yang sangat materialistik dan individualistik, menyebabkan orang mengalami “stress”, tekanan kejiwaan yang sangat berat, melakukan perbuatan-perbuatan nekad atau menempuh jalan-jalan pintas (“budaya menerabas”) untuk mencapai tujuan. Jelas di sini diperlukan pendekatan/tuntunan agama. Mengenai “tuntunan agama” ini dapat dikemukakan antara lain hal-hal sbb. :

1. Dalam kehidupan yang serba materialistik dan individualistik mudah sekali berkembang penyakit “cemburu/irihati/berprasangka buruk”. Dapat diba-yangkan betapa fatal dan runyamnya akibat yang ditimbulkan oleh sifat iri/cemburu/prasangka buruk seseorang terhadap “kelebihan” orang lain. Oleh karena itulah agama memberikan tuntunan, antara lain di dalam Al-Qur’an, surat An-Nisaa’: 32 :

“Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang ditetapkan/ dilebihkan/dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih dari sebagian yang lain, (karena) bagi orang laki-laki/perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan”.

Dalam ayat di atas digunakan kata-kata “fadhdho-lallaah” (yang ditetapkan/dilebihkan Allah). Kata “fadhola” atau “afdhol” secara harfiah dapat berarti “ditetapkan” (to remain) atau “lebih baik” (better than). Apa “yang ditetapkan” atau “dilebihkan” Allah itu dapat berupa “rizki harta atau kekayaan, derajat/ pangkat/kedudukan, ilmu/gelar, kecantikan/ketam-panan dsb.”. Jadi menurut firman Allah di atas, kita janganlah iri hati terhadap kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain itu.

(6)

1. Sebaliknya bagi orang yang mendapat “kelebihan rizki” dari Allah itu, agama juga memberikan banyak tuntunan agar memberikan/meratakan rizkinya itu kepada orang lain. Perhatikan beberapa firman Allah sbb. :

- An-Nahl: 71 :

“Dan Allah “melebihkan” sebagian kamu dari yg. lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rizkinya) itu tidak mau memberikan kpd. budak-budak yang mereka miliki agar mereka sama (merasakan) rizki itu. Mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?” - Banyak firman di dalam Al-Qur’an yang menyuruh kita menyedekahkan sebagian harta/rizki kepada ibu/bapa, keluarga/kerabat dekat, anak yatim, fakir miskin, musafir (orang yang membutuhkan perto-longan) dsb. dan menyedekahkan sebagian harta berfungsi membersihkan harta kita serta itulah harta hakiki yang kita miliki. Lihat a.l. surat Al-Baqoroh: 177, 215; Q.S. Ar-Rum: 38, Q.S. Attaubah 103 :

“ambillah sebagian dari hartanya (orang yang mampu) sebagai sedekah yang dapat membersihkan hartanya dan menyucikan hartanya”.

4. Aspek lain dari “kehidupan modern” saat ini ialah derasnya arus/gelombang informasi seiring dengan semakin canggihnya sarana komunikasi dan teknologi. Dalam kondisi yang demikian, nilai-nilai agama dan keimanan seseorang benar-benar mendapat ujian dan tantangan yang cukup berat/serius. Memang di satu pihak, pesatnya perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi mempunyai pengaruh positif; namun harus diakui pula bahwa peluang dampak negatifnya juga cukup besar. Dengan semakin canggihnya sarana informasi/komunikasi dan teknologi saat ini, gelombang informasi yang dapat membawa pengaruh negatif, merusak dan menyesatkan, dapat merupakan virus berbahaya yang mengancam kepribadian Islami dan bahkan mengancam kehidupan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Betapa tidak, karena informasi yang semula dianggap tabu dan sangat tercela atau setidak-tidaknya informasi itu “belum saatnya diketahui” (a.l.: bacaan/ film-film cabul/ porno atau setidak-tidaknya adegan-adegan yang tidak susila dan merangsang; serta adegan-adegan keke-rasan dan sadis/brutal), sekarang dengan mudah dapat diperoleh.

Seberapa jauh jumlah dan pengaruh informasi negatif berada di sekitar kita memang perlu penelitian akurat, misalnya jumlah dan pengaruh adegan-adegan film lewat TV. Pernah pada tahun 1993, Data Informasi Anak – Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (DIA-YKAI) bekerja sama dengan Litbang Departemen Penerangan melakukan penelitian terhadap film-film yang ditujukan untuk anak-anak, dan yang ditayangkan oleh 4 stasiun televisi (TVRI, TVRI Program 2, RCTI dan TPI). Hasilnya a.l. :

1. Dari 195 episode film yang diteliti, ternyata jumlah adegan yang bersifat “anti-sosial” (ada 2063 adegan) lebih banyak daripada yang bersifat “prososial” (ada 1904 adegan);

(7)

3. Film-film untuk anak yang paling banyak mengandung adegan “antisosial”nya ialah film yang berasal dari Amerika Serikat (yaitu 11,37 % bersifat antisosial, dan 9,60 % bersifat prososial).

Pernah pula seorang Dosen wanita dari Surabaya yang mengambil program S2 di UI Jakarta, dalam thesisnya (mengenai tindak pidana pornografi) menyajikan data penelitian, bahwa acara-acara yang disajikan lewat stasiun TV (TVRI, TPI, dan SCTV) sebagian besar (85 %) dinilai “tidak sopan/tidak susila” menurut pandangan masyarakat tempat lokasi penelitian dilakukan (Bangkalan, Madura).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil interpretasi pada citra Landsat 5 TM, didapatkan hasil yaitu peta pola aliran, peta bentuklahan, peta struktur geologi, peta penggunaan lahan, dari keempat

parameters, namely, soil (water erosion, wind erosion, physical, chemical and biological degradation with specific indicators for each parameter), climate, vegetation, topography

Kelompok II mutu produksi gula aren meliputi: peubah pembuatan gula aren diwilayah bantuan dapat menyisikan hasil akhir yang diperoleh ditempat lain (5) pembuatan gula

Lebih lanjut variabel people equity dengan indikator kapabilitas menjelaskan bahwa kemampuan manager industri kreatif kerajian menangkap sejauh mana sumber daya manusia

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Dengan teorema ini, nilai integral tertentu lebih mudah diketahui. Bukti teorema di atas adalah

Bukti pengeluaran kas kecil dicatat dalam jurnal pengeluaran kas oleh bagian jurnal pada saat penggantian dana dengan mendebet akun-akun beban yang terkait dengan dana yang

Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang