SEJARAH LAGU
KEBANGSAAN INDONESIA
RAYA
Anggota
M Ridwan R
Goldy Satya
M Fachriza H
Rafi Pratama
M Agri
- Lagu Indonesia Raya pertama kali dimainkan pada Kongres Pemuda
(Sumpah Pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.
Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf
Soepratman dengan jelas menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan tahun 1928, pemerintah
kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.
Belanda - yang gentar dengan konsep kebangsaan Indonesia, dan dengan
bersenjatakan politik divide et impera lebih suka menyebut bangsa Jawa, bangsa Sunda, atau bangsa Sumatera, melarang penggunaan kata
"Merdeka, Merdeka!"
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI)
2006 yang kontroversial, Remy Sylado, seorang budayawan dan
seniman senior Indonesia mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya
merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun 1600-an
berjudul Leka Leka Pinda Pinda. Remy juga mengungkapkan selain
Indonesia Raya, sebuah lagu lain berjudul Ibu Pertiwi juga
merupakan karya jiplakan dari sebuah lagu Rohani Nasrani (lagu
kebaktian).
Deskripsi Lagu
Dari susunan liriknya, merupakan soneta atau sajak 14 baris yang
terdiri dari satu oktaf (atau dua kuatren) dan satu sekstet.
Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai "mendahului zaman" (avant
garde), meskipun soneta sendiri sudah populer di Eropa semenjak
era Renaisans. Rupanya penggunaan soneta tersebut mengilhami
karena lima tahun setelah dia dikumandangkan, para seniman
Lirik Indonesia Raya merupakan seloka atau pantun berangkai, menyerupai
cara empu Walmiki ketika menulis epik Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah Indonesia Raya segera menjadi seloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakin dilarang oleh Belanda, semakin kuatlah ia menjadi
penyemangat dan perekat bangsa Indonesia.Cornel Simanjuntak dalam majalah Arena telah menulis bahwa ada tekanan kata dan tekanan musik yang bertentangan dalam kata berseru dalam kalimat Marilah kita berseru. Seharusnya kata ini diucapkan berseru (tekanan pada suku ru). Tetapi karena tekanan melodinya, kata itu terpaksa dinyanyikan berseru (tekanan pada se). Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar
untuk lagu yang ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan lain yang umumnya berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indonesia Raya memang jauh lebih panjang.
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama Jos Cleber yang tutup usia tahun 1999. Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang
penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno.Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun