• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN DASAR DASAR AJARAN TASAWUF DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN DASAR DASAR AJARAN TASAWUF DA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN, DASAR-DASAR AJARAN TASAWUF DAN SEJARAH MUNCULNYA TASAWUF

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugasmata kuliah

“ILMU TASAWUF”

Disusun oleh:

1. Nur Azizah Utami 210214206 2. Pawesti Cahyaning Kartini 210214222 3. Puspita Damayanti 210214227

Dosen Pengampun: Imroatul Munfaridah, M.S.I

JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAH

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Salah satu ilmu yang dapat membantu terwujudnya manusia yang berkualitas adalah ilmu tasawuf. Ilmu tersebut satu mata rantai dengan ilmu-ilmu yang lainnya dengan pada sisi luar yang dhahir yang tak ubahnya jasad dan roh yang tak dapat terpisahkan keduanya, ilmu tersebut dinamakan juga ilmu bathin.

Ilmu ada dua macam yaitu, ilmu yang ada dalam qalbu, itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/hukum.

Ilmu batin yang keluar dari qalbu itu adalah ilmu tasawuf yang dikerjakan dan diamalkan oleh qalbu atau hati, dan ilmu dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang di sebut ilmu syari’ah.

Kedua ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan karena ilmu dhahir diucapkan dan digerakkan oleh jasad/tubuh dan ilmu bathin diamalkan oleh qalbu dan serentak pengalaman bersamaan keduanya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan keduanya bahkan makin dalam ilmu tasawuf seseorang makin dalam pula pengalaman syari’atnya, bahkan keluar masuk nafasnya dan khatar (kata hatinya) itu, juga dipelihara

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah pengertian ilmu tasawuf?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmu Tasawuf  Secara Lughawi

Dalam mengajukan teori tentang pengertian tasawuf, baik secara etimologi maupun secara istilah, para ahli berbeda pendapat. Secara etimologi, pengertian tasawuf terdiri atas beberapa pengertian seperti berikut.

Pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekelompok orang pada masa rasulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi serambi masjid, dan mereka yang mengabdikan hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi masjid, dan mereka mengabdikan hidupnya hanya kepada Allah.

Kedua, ada yang mengatakan tasawuf itu berasal dar kata “shafa”. Kata “shafa ini berbentuk fi’il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya’ nisbah, yang berarti nama bagi orang orang yang bersih atau suci. Maksudnya adalah orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya.

Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf berasal dari kata shaf. Makna shaf ini dinisbahkan kepada orang orang ysng ketika shalat selalu berada di saf paling depan.

Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang orang bani Shufah.

(4)

mentransliterasikan huruf sin menjadi huruf shad, seperti dalam kata tasawuf menjadi tashawuf.

Keenam, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shaufanah”, yaitu sebangsa buah buahan kecil yang berbulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi berbulu bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaanya.1

Ketujuh, ada juga yang mengatakan tasawuf itu berasal dari kata “shuf” yang berarti bulu domba atau wol.2

 Secara Istilahi

Pengertian tasawuf secara istilahi telah banyak di formulasikan pula ahli yang satu dan lainnya berbeda, sesuai dengan seleranya masing-masing.

1. Menurut Muhammad Ali Al-Qossab. Ia memberi ulasan, “tasawuf adalah akhlak mulia yang timbul pada waktu mulia dari seorang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia pula.”

2. Menurut Syamnun. Ia mengungkapkan, “tasawuf adalah mengambil hakikat dan tidak berharap terhadap apa yang ada di tangan makhluk.”

3. Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikan, “tasawuf adalah membersihkan hati dari apa saja yang mengganggu perasaan makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal pemikiran kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat kerohanian, tergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang teguh janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh Rasulullah dalam hal syariat.3

2.2 Dasar-Dasar Ilmu Tasawuf

Dasar-dasar ilmu tasawuf ada 2 yaitu dasar al-qur’an dan dasar hadist

1. Dasar Al-Qur’an

1 . Barmawie Umarie, Sistematika Tasawuf (sala: Penerbit Siti Syamsiyah. 1966), 9.

2 . Athoullah Ahmad, Diktat Ilmu Akhlak Dan Ilmu Tasawuf(serang: Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati. 1985), 96.

(5)

Al-qur’an dan as-sunnah adalah nash. Setiap muslim kapan dan dimana pun dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan yang nyata. Pemahaman terhadap nash tanpa pengamalan akan menimbulkan kesenjangan, ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab, “Al-Qur’an.” Para shaabat terkenal sebagai orang-orang yang banyak menghafalkan isi Al-Qur’an dan kemudian menyebarkannya kepada yang lain dengan disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka berusaha menerapkan akhlak atau perilaku mereka dengan mencontoh akhlak Rasulullah yaitu akhlak Al-Qur’an.

Pada awal pembentukan tasawuf adalah manifestasi akhlak atau keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan demikian, sumber pertama tasawuf adalah ajaran-ajaran islam, sebab tasawuf ditimba dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan amalan-amalan serta ucapan para saahabat. Amalan serta ucapan para sahabat tentu saja tidak keluar dari luang lingkup Al-Qur’an dan As-Sunnah. Justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah itu sendiri.

Al-Qur’an merupakan kitab Allah yang didalamnya terkandung muatan-muatan ajaran islam, baik aqidah, syari’ah maupun muamalah. Ketiga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang tercantum dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an disatu sisi memang ada yang perlu dipahami secara tekstual-lahiriah, tetapi disisi lain juga ada hal yang perlu dipahami secara kontekstual-rohaniah. Sebab, jika ayat-ayat Al-Qur’an dipahami secara lahiriah saja, akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan yang yang tidak dapat diterima secara fisik.

Secara umum, ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapatkan perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta praktik kehidupan nabi dan para sahabatnya.4

(6)

-

-

٥٤

م ئبل

م

ك

ق لبذق ل

ه ض

و فق

هبلللا هبيتبؤويه

نمق

ءهاش

ق يق ههلللاوق

ععس

ب اوق معيلبعق

ن

ق وفهاخ

ق يق

Artinya :

“ Hai orang orang yang beriman , barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya , maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang orang yang mukmin , yang bersikap keras terhadap orang orang kafir, yang berjihad di jalan Allah , dan yang tidak takut kepada celaan mereka yang suka mencela. Itukah karunia Allah kepada siapa yang dikehendaki-Nya , dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.5

2. Dasar Hadis

Sejalan dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an , sebagaimana dijelaskan diatas , ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kerangka hadis. Umumnya yang dinyatakan sebagai ajaran ajaran tasawuf adalah hadis hadis berikut.

a) Aisyah berkata :

“Adalah Nabi bangun shalat malam (qiyam al lail), sehingga bengkak kakinya. Aku berkata kepadanya, ‘Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allah, engkau sekuat tenaga melakukan ini, padahal Allah berjanji akan mengampuni kesalahanmu baik yang terdahulu maupun yang akan datang ?’ Beliau menjawab ‘Apakah aku tidak akan suka menjadi seorang hamba Allah yang bersyukur?’

[H.R. Al-Bukhari dan Muslim] b) Rasulullah bersabda :

“Demi Allah aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali”

[H.R. Al-Bukhari] c) Rasulullah bersabda :

“Zuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimu”

d) Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman , “siapa memusuhi kekasih-Ku ,maka Aku menyatakan perang kepadanya; tida ada yang paling Aku sukai dari hamba-Ku yang mendekatkan diri kepada-Ku selain menjalankan kewajibannya. Hendaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan-hamba-Ku juga dengan menjalankan kesunahan kesunahan sehingga aku mencintainya. Jika aku sudah mencintainya, maka aku akan menjadi pendengaran dan penglihatannya , juga akan menjadi tangan dan kakinya. Setiap permohnannya pasti akan aku kabulkan. Jika meminta perlindungan, Aku akan melindunginya.”

(7)

Selanjutnya dalam kehidupan Nabi Muhammad juga terdapat petunjuk yang menggambarkan bahwa dirinya adalah sebgai seorang sufi. Nabi Muhammad telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hira menjelang datangnya wahyu. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan saaat orang Arab tengah tenggelam di dalamnya, seperti dalam praktik perdagangan yang didasarkan pada prinsip menghalalkan segala cara.

Selama di Gua Hira, Rasulullah hanyalah bertafakur, beribadah , dan hidup sebagai seorang zahid . Beliau hidup sangat sederhana, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan, tidak memakan makanan dan meminum, kecuali halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Kalangan sahabat pun ada yang mengikuti praktik bertasawuf sebagaimana yang dipraktikan Nabi Muhammad. Abu Bakar Ash Shiddiq, misalnya pernah berkata, “ Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan , ke – fana’an dalam keagungan dan kerendahan hati.”

Uraian dasar dasar tasawuf di atas , baik Al Qur’an , Al – Hadist, maupun suri tauladan sahabat, ternyata merupakan benih benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkata (maqamat) dan keadaan (ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Al Qur’an. Dari sini, jelaslah bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf ternyata ditimba dari sumber Al Qur’an itu sendiri.

2.3 SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF

Timbulnya tasawuf dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran islam itu sendiri,yaitu semenjak Nabi Muhammad SAWdiutus menjadi Rasul. Akan tetapi, istilah tasawuf sama sekali tidak dikenal di zaman itu bahkan tidak dikenal di zaman tiga generasi utama(generasi sahabat,tabi’in dan tabi’it al-tabi’an). Istilah ini baru muncul sesudah zaman tiga generasi ini. Abdul hasan Al Fusyandi mengatakan “ pada zaman Rasulullah SAW, tasawuf ada realitasnya,tetapi tidak ada namanya. Dan sekarang ia adalah sekedar nama dan tidak ada realitasnya.” Ajaran rosulullah SAW seperti sikap zuhud. Wara’Qona’ah sabar dan lain sebagainya.merupakan sifat-sifat mulia yang dapat dirangkum menjadi satu yaitu tasawuf.

(8)

Al-Basri adalah zuhud terhadap dunia, menolak segala kemegahannya dan hanya menuju kepada Allah.

Sedangkan zuhud sendiri, menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang mendahului tasawuf Harun Nasution. Stasiun yang terpenting bagi seorang calon suffi adalah zuhud.yaitu keadaan meninggalkan dunia dan hidup dengan kematerian. Sebelum menjadi suffi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid.sesudah menjadi zahid,barulah ia menjadi suffi. Dengan demikian setiap sufi ialah zahid,tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.

Zuhud disini berarti tidak merasa bangga atas kemewahan dunia yang telah ada ditangan dan tidak merasa sedih saat kehilangannya. Zuhud merupakan hikmah pemahaman yang membuat seorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi itu. Mereka tetap bekerja dan berusaha akan tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan kalbunya dan tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.

Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan tasawuf sebagai seorang zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan dunia dan mengingkari nya serta lebih mengutamakan kehidupan yang kekal dengan mendekatkan diri sebagai makhluk kepada Tuhannya.

Referensi

Dokumen terkait

Dasar sistem struktur yang digunakan adalah Sistem Rangka Gedung (SNI- 1726-2013 ps. 7.2 hal 33) Menurut SNI 2847-2013 pasal 21 hal 177, penulis menggunakan

Dalam upaya melakukan konstruksi interaksi pendekatan dilakukan secara bertahap dengan mengembangkan “civil society policy” membanguni peran Brimob dengan:

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menduga nilai heritabilitas, keragaman genetik dan kemajuan genetik harapan pada beberapa karakter dari genotipe F5 cabai hasil silangan

Mutu pendidikan dapat optimal jika di dukung dengan kedisiplinan yang dibentuk atau dibangun sejak usia sekolah dasar karena dengan perilaku disiplin, anak

Saat proses belajar mengajar di kelas, guru lebih cenderung fokus pada keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis (writing) dan keterampilan

Berdasarkan hasil temuan studi yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: Berdasarkan analisis General Electrics (GE) diperoleh informasi bahwa

jawab terhadap penyelenggaraan Universitas Lambung Mangkurat. 5) Dekan adalah pimpinan Fakultas yang berwenang dan bertanggung-jawab terhadap

Hasil penelitian ini adalah (1) proses pengubahan tingkah laku berfokus pada pola pikir; (2) analisis dan diagnosis berfokus pada pola pikir, kondisi psikologis