• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiskinan di Indonesia id. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kemiskinan di Indonesia id. doc"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan dalam perekonomian suatu

negara maupun di daerah. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional mengurangi

tingkat kemiskinan menjadi salah satu sasaran pembangunan. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan

lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada

gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia.

Kemiskinan dapat juga dipandang sebagai kondisi anggota masyarakat yang

tidak atau belum turut serta dalam proses perubahan, karena tidak mempunyai

kemampuan, baik kemampuan dalam kepemilikan faktor produksi maupun

kualitas faktor produksi yang memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari

hasil proses pembangunan. Ketidakikutsertaan dalam proses pembangunan ini

dapat disebabkan karena secara alamiah mereka tidak atau belum mampu

mendayagunakan faktor produksi yang mereka miliki. Pembangunan yang

direncanakan oleh pemerintah terkadang tidak sesuai dengan kemampuan

masyarakat yang bersangkutan untuk berpatisipasi, hal tersebut berakibat manfaat

pembangunan juga tidak dapat menjangkau mereka (Arsyad,2010).

Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan

bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus

dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat

dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008). Oleh karena itu, maka

penulis tertarik untuk menulis makalah ini dengan judul “Kemiskinan di

Indonesia”.

(2)

1. Bagaimana perkembangan angka kemiskinan di Indonesia ?

2. Bagaimana upaya pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di

Indonesia ? 1.3. Tujuan

1. Untuk menganalisis perkembangan angka kemiskinan di Indonesia. 2. Untuk menganalisis upaya pemerintah untuk mengurangi angka

kemiskinan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian

Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk

(3)

ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk

memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan.

Kemampuan pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya

kemampuan untuk memenuhi standar hidup rata-rata standar kesehatan

masyarakat dan standar pendidikan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah

kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang

bermartabat. Sama halnya dengan BAPPENAS (2004) yang mendefinisikan

kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki

dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan

dasar yang menjadi hak seseorang atau sekelompok orang meliputi kebutuhan

pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan,

sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman

tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan kehidupan

sosial dan politik.

Kondisi masyarakat yang disebut miskin dapat diketahui berdasarkan

kemampuan pendapatan dalam memenuhi standar hidup (Nugroho, 1995). Pada

prinsipnya, standar hidup disuatu masyarakat tidak sekedar tercukupinya

kebutuhan akan pangan, akan tetapi juga tercukupinya kebutuhan akan kesehatan

maupun pendidikan. Tempat tinggal ataupun pemukiman yang layak merupakan

salah satu dari standar hidup atau standar kesejahteraan masyarakat disuatu

(4)

memiliki pendapatan jauh lebih rendah dari rata-rata pendapatan sehingga tidak

banyak memiliki kesempatan untuk mensejahterakan dirinya (Suryawati, 2004). Definisi mengenai kemiskinan dibentuk berdasarkan identifikasi dan

pengukuran terhadap sekelompok masyarakat/golongan yang selanjutnya disebut

miskin (Nugroho, 1995). Pada umumnya, setiap negara termasuk Indonesia

memiliki sendiri definisi seseorang atau suatu masyarakat dikategorikan miskin.

Hal ini dikarenakan kondisi yang disebut miskin relatif untuk setiap negara

misalnya kondisi perekonomian, standar kesejahteraan dan kondisi sosial. 2.2. Bentuk dan Jenis Keminskinan

Konsep kemiskinan saat ini dipandang tidak hanya sekedar kondisi

ketidakmampuan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok, akan

tetapi juga kondisi ketidakberdayaan sebagai akibat rendahnya kualitas kesehatan

dan pendidikan, rendahnya perlakuan hukum, kerentanan terhadap tindak

kejahatan (kriminal), resiko mendapatkan perlakuan negatif secara politik dan

terutama ketidakberdayaan dalam meningkatkan kualitas kesejahteraannya

sendiri.

Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk

permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki 4 bentuk. Adapun keempat

bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati , 2004) : 1) Kemiskinan Absolut

Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana pendapatan seseorang atau

sekelompok orang berada dibawah garis kemiskinan sehingga kurang mencukupi

untuk memnuhi kebutuhan standar untuk pangan, sandang, kesehatan, perumahan

dan pendidikan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup. Garis

kemiskinan diartikan sebagai pengeluaran rata-rata atau konsumsi rata-rata untuk

(5)

Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena

adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau keseluruh

lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau

ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh

program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah

daerah tertinggal. Atau dapat juga dikatakan bahwa kemiskinan relatif tersebut

adalah orang-orang atau keluarga yang pendapatannya lebih kecil dari pendapatan

rata-rata mayarakat yang berada disekitarnya. 3) Kemiskinan Kultural

Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat

adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal

dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf

hidup dengan tata cara modern. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas,

pemboros atau tidak pernah hemat, kurang kreatif dan relatif pula tergantung pada

pihak lain.

4) Kemiskinan Struktural

Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena

rendahnya akses tehadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada auatu

tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya

pembebasan kemiskinan.

Setelah diketahui bentuk kemiskinan, dikenal pula jenis kemiskinan

berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya adalah : 1) Kemiskinan Alamiah

Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terbentuk sebagai akibat

adanya kelangkaan sumber daya alam dan minimnya atau ketiadaan pra sarana

umum (jalan raya, listrik dan air bersih) dan keadaan tanah yang kurang subur.

(6)

belum terjangkau oleh kebijakan pembangunan sehingga menjadi daerah

tertinggal.

2) Kemiskinan Buatan

Kemiskinan buatan adalah kemiskinan yang diakibatkan oleh sistem

medernisasi atau pembangunan yang menyebabkan masyarakat tidak memiliki

banyak kesempatan untuk menguasai sumber daya, sarana dan fasilitas ekonomi

secara merata. Kemiskinan seperti ini adalah dampak negatif dari pelaksanaan

konsep pembangunan (developmentalism) yang umumnya dijalankan di

negara-negara sedang berkembang. Sasaran untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi

tinggi mengakibatkan tidak meratanya pembagian hasil-hasil pembangunan

dimana sektor industri misalnya lebih menikmati tingkat keuntungan

dibandingkan mereka yang bekerja di sektor pertanian. 2.3. Indikator-Indikator Mengenai Kemiskinan

Pengukuran mengenai kemiskinan dapat dilakukan dari berbagai macam

sudut pandang, namun secara umum hanya didasarkan pada ukuran atas rata-rata

pendapatan dan rata-rata pengeluaran masyarakat dalam suatu daerah tertentu.

Perluasan pengukuran dapat juga dilakukan dengan menyertakan pandangan

mengenai ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan serta dimensi sosial

politik sebagai referansi untuk menerangkan terjadinya kemiskinan. Adapun

secara keseluruhan mengenai indikator-indikator kemiskinan dapat dijelaskan

sebagai berikut :

2.3.1. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Ekonomi

Dimensi ekonomi dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan atau dimanfaakan untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan seseorang baik secara finansial maupun jenis kekayaan lainnya yang

dapat digunakan untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat (Suryawati, 2004).

(7)

pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita menyatakan besarnya rata-rata

pendapatan masyarakat di suatu daerah selama kurun waktu satu tahun. Besarnya

pendapatan per kapita (income per capita) dihitung dari besarnya output dibagi

dengan jumlah penduduk di suatu daerah untuk kurun waktu satu tahun (Todaro,

1997). Bank dunia menyatakan bahwa kemiskinan absolut adalah orang-orang

yang memiliki pendapatan dibawah USD $1 per hari dan kemiskinan menengah

untuk yang berpendapatan dibawah USD $2 per hari.

Sedangkan untuk aspek konsumsi yang digunakan sebagai indikator

kemiskinan adalah garis kemiskinan. Garis kemiskian merupakan salah satu

indikator kemiskian yang menyatakan rata-rata pengeluaran makanan dan

non-makanan per kapita pada kelompok referensi (reference population) yang telah

ditetapkan (BPS, 2004). Kelompok referensi ini didefinisikan sebagai penduduk

kelas marjinal, yaitu mereka yang hidupnya dikategorikan berada sedikit diatas

garis kemiskinan. Pada prinsipnya indikator ini mengukur kemampuan

pendapatan dalam memenuhi kebutuhan untuk konsumsi yang meliputi sandang,

pengan, perumahan, dan lain sebagainya.

2.3.2. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Peran Pemerintah

Pemerintah ssebagai regulator sekaligus dinamisator dalam suatu

perekonomian merupakan salah satu pihak yang memiliki peran sentral dalam

upaya untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan. Di Indonesia pelaksanaan

penanggulangan permasalahan kemiskinan dibiayai melalui Anggaran

Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) melalui pos pengeluaran untuk

Program Pembangunan. Prinsip yang digunakan untuk program ini bahwa

penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui upaya untuk meningkatkan

(8)

prasarana fisik. Kedua bentuk pelaksanaan dalam APBN ini disebut juga investasi

pemerintah untuk sumber daya manusia dan investasi pemerintah dibidang fisik. Investasi pemerintah dibidang sumber daya manusia ditujukan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang direalisasikan dibidang

pendidikan, agama, kebudayaan, kesejahteraan, pengembangan kualitas tenaga

kerja, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan lain sebagainya.

Sedangkan investasi dibidang fisik adalah pengeluaran yang secara umum

ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat yang direalisasikan kedalam bentuk

pembangunan fisik. Investasi dibidang ini direalisasikan dibidang industri,

pertanian dan kehutanan, sumber daya air dan irigasi, perdagangan, transportasi,

pertambangan dan energi, pariwisata, lingkungan hidup dan tata ruang, keamanan

dan lain sebagainya.

2.3.3. Indikator Kemiskinan Berdasarkan Dimensi Kesehatan

Dari berbagai data kemiskinan menyebutkan adanya keterkaitan antara

kemiskinan dan kualitas kesehatan masyarakat. Rendahnya kemampuan

pendapatan dalam mencukupi//memnuhi kebutuhan pokok menyebabkan

keterbatasan kemampuan untuk menjangkau atau memperoleh standar kesehatan

yang ideal/layak baik dalam bentuk gizi maupun pelayanan kesehatan yang

memadai. Dampak dari kondisi seperti ini adalah tingginya resiko terhadap

kondisi kekurangan gizi dan kerentanan atau resiko terserang penyakit menular.

Kelompok masyarakat yang disebut miskin juga memiliki keterbatasan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan/pengobatan yang memadai sehingga akan

menyebakan resiko kematian yang tinggi. 2.4. Kondisi Kemiskinan di Indonesia

Sebagai sebuah negara berkembang masalah kemiskinan adalah masalah

yang sangat penting dan pokok dalam upaya pembangunannya. Masyarakat

(9)

tingkat buta huruf yang tinggi, lingkungan yang buruk dan ketiadaan akses

infrastruktur maupun pelayanan publik yang memadai. Daerah kantong-kantong

kemiskinan tersebut menyebar diseluruh wilayah Indonesia dari dusun-dusun di

daratan tinggi, masyarakat tepian hutan, desa-desa kecil yang miskin, masyarakat

nelayan ataupun daerah-daerah kumuh di perkontaan.

Perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia pada periode tahun 2000

hingga 2013 ditunjukkan pada tabel 2.1. Pada periode tersebut perkembangan

tingkat kemiskinan di Indonesia relatif berfluktuasi dari tahun ke tahun. Tabel. 2.1.

Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2000-2013

Tahun

Pada periode 2000-2005 terlihat adanya tren penurunan, meskipun jumlah

penduduk miskin pada tahun 2002 mengalami sedikit kenaikan jika dibandingkan

dengan tahun 2001. Secara absolut jumlah penurunan penduduk miskin pada

periode 2000-2005 sebesar 3.64 juta jiwa, yaitu 38.74 juta jiwa pada tahun 2000

(10)

persentase penduduk miskin sebesar 3.17 persen yakni dari 19.14 persen pada

tahun 2000 menjadi 15.97 persen pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006

terjadi kenaikan baik secara absolut maupun relatif yaitu masing-masing sebesar

39.30 juta jiwa dan 17.75 persen dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2005.

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diindikasikan menjadi salah satu

faktor penyebab naiknya angka kemiskinan pada tahun 2006 tersebut.

Penurunan tingkat kemiskinan kembali terjadi pada periode 2006-2013.

Pada periode 2006-2013 jumlah penduduk miskin turun sebanyak 10.75 juta jiwa

yaitu dari 39.30 juta jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar 28.55 juta jiwa pada

tahun 2013. Secara relatif juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin

sebesar 6.28 persen yakni dari 17.75 persen pada tahun 2006 menjadi 11.47 pada

tahun 2013.

Keberhasilan pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan di Indonesia

selama beberapa tahun terakhir belum sepenuhnya berhasil. Ini terlihat dari

tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, yaitu diatas hard core atau diatas 10

persen. Selain itu, berdasarkan data BPS sebagian besar penduduk miskin di

Indonesia banyak terakumulasi diwilayah pedesaan dan wilayah Indonesia bagian

timur. Walaupun terjadi penurunan angka kemiskinan secara kuantitatif namun

secara kualitatif kemiskinan di Indonesia justru semakin memprihatinkan.

Dibanyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang

tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan

yang negatif dengan kemiskinan. Wongdesmiwati (2009) menyebutkan bahwa

penurunan kemiskinan di Indonesia dapat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan

Produk Domestik Bruto (PDB) riil dan faktor pendukung lainnya. Pertumbuhan

ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya

(11)

begitu pertumbuhan ekonomi yang baguspun menjadi tidak akan berarti bagi

masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan penurunan yang tajam dalam

pendistribusian atau pemerataannya. Berikut ini dijelaskan jumlah Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2000 dan 2013 serta pertumbuhannya

yakni :

Tabel 2.2.

Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2000 dan 2013 Listrik, Gas dan Air Bersih 8,393.80 21,254.80 153.22

Bangunan 76,573.40 182,117.90 137.83

Tabel diatas menjelaskan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada

tahun 2000 dan 2013. Selama periode tersebut terjadi peningkatan PDB riil

Indonesia. Peningkatan tertingggi terjadi pada sektor pengangkutan dan

komunikasi yakni sebesar 348.23 persen, sedangkan sektor usaha yang mengalami

peningkatan paling rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian yakni

hanya sebesar 16.79 persen. Namun secara keseluruhan, PDB Indonesia

mengalami peningkatan sebesar 99.25 persen. Peningkatan ini diiringi pula

(12)

Penduduk miskin memiliki karakteristik sosial dan fisik tertentu yang

membuat mereka perlu mendapat perhatian agar mereka dapat keluar dari

kemiskinan. Perhatian tersebut dituangkan kedalam kebijakan untuk

penanggulangan kemiskinan yang dijabarkan dalam berbagai program

penanggulangan kemiskinan. Pembangunan nasional dan daerah pun diarahkan

untuk mengeluarkan mereka yang miskin keluar dari kemiskinan atau dengan kata

lain kemiskinan mempengaruhi arah perencanaan pembangunan, baik nasional

maupun regional.

Beberapa upaya memutus mata rantai kemiskinan telah dilakukan oleh

pemerintah pusat daerah, diantaranya dengan pemberian Beras Miskin (Raskin),

Bantuan Langsung Tunai (BLT), Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin

(Askeskin), Bantuan Operasinal Sekolah (BOS) dan pemberian akses yang luas

terhadap sumber-sumber pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

(Landiyanto, 2006 dalam Sugiyanto, 2008).

Program-program penanggulangan kemiskinan di Indonesia dibagi kedalam

4 klaster, yaitu :

1) Klaster-1 merupakan program perlindungan sosial berbasis keluarga berupa

bantuan siswa miskin, JAMKESMAS, raskin, PKH, BLT, dan lain-lain. 2) Klaster-2 merupakan program-program pemberdayaan masyarakat, seperti

PNPM mandiri yang bertujuan memberikan perlindungan dan pemenuhan

hak atas berpartisipasi, kesempatan kerja dan berusaha, tanah, sumber daya

alam, dll.

3) Klaster-3 merupakan program pemberdayaan UMKM, seperti KUR dan

UMKM.

4) Klaster-4 termasuk program rumah yang sangat murah, program kendaraan

(13)

murah dan hemat, serta program peningkatan kehidupan nelayan dan

program peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

Berikut ini dipaparkan beberapa program penanggulangan kemiskinan yang

diterapkan oleh pemerintah Indonesia yakni : a. Beras Miskin (Raskin)

Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai

sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN

yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama

rumah tangga miskin. Raskin merupakan subsudi pangan yang diperuntukkan bagi

keluarga miskin. Program ini bertujuan untuk menurangi beban pengeluaran

Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan

pokok dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan

protein. Selain itu raskin bertujuan untuk meningkatkan/membuka akses pangan

keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan

jumlah sasaran yang telah ditentukan. Efektivitas raskin sangat tergantung pada

ketepatan jumlah sasaran penerima manfaat dan ketepatan jumlah beras yang

diterima.

b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Jamkesmas merupakan sebuah program jaminan kesehatan untuk penduduk

Indonesia dibidang kesehatan. Program ini diselenggarakan secara nasional

dengan tujuan untuk meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap

seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal secara efektif. Jamkesmas diselenggarakan berdasarkan

konsep asuransi sosial dan iurannya dibayarkan oleh pemerintah. c. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)

Meski dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) diharapkan dapat

meningkatkan keikutsertaan peserta didik, namun masih tetap saja ada siswa yang

(14)

tinggi. Salah satu penyebabnya adalah orang tua tidak mampu memenuhi

kebutuhan pendidikan seperti baju seragam, buku tulis dan buku cetak, sepatu,

biaya transportasi dan biaya operasional lainnya yang tidak ditanggung oleh dana

BOS.

BSM adalah bantuan yang diberikan kepada siswa kurang mampu untuk

dapat melakukan kegiatan belajar di sekolah. Bantuan ini bertujuan untuk

mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat permasalahan biaya pendidikan,

serta memberi peluang bagi siswa untuk mengikuti pendidikan ditingkat yang

lebih tinggi. Program ini bersifat bantuan diberikan kepada siswa miskin dan tidak

berdasarkan prestasi.

d. Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai

kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan persyaratan tertentu. Rumah

tangga yang mendapat program ini adalah RTSM yang memiliki ibu hamil atau

anak balita atau anak usia sekolah. Bantuan diberikan selama 6 tahun

berturut-turut. Tujuan jangka pendek dari program ini adalah mengurangi beban RTSM,

sedangkan untuk jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai

kemiskinan antar generasi. Dengan adanya program ini generasi berikutnya

diharapkan dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

Berdasarkan penjelasan diatas, berbagai upaya untuk menanggulangi

masalah kemiskinan sudah lama dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui

berbagai program. Namun program pengentasan kemiskinan yang dilakukan

pemerintah selama ini dinilai kurang menekankan aspek pemberdayaan, lebih

bersifat sinterklas sehingga dampaknya justru membuat masyarakat menjadi

manja, tidak bekerja keras bahkan menurut Gumilar (2007 :12) pemberian

(15)

disadari bahwa kemiskinan bukan hanya masalah ekonomi, melainkan merupakan

masalah yang kompleks, bersifat multidimensi sehingga penanggulangannya

memerlukan pendekatan dari berbagai aspek, baik aspek ekonomi,politik maupun

sosial budaya.

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, angka

kemiskinan di Indonesia telah mengalami penurunan selama periode tahun 2000

hingga 2013. Namun, keberhasilan pemerintah dalam mengurangi angka

kemiskinan di Indonesia selama beberapa tahun terakhir belum sepenuhnya

berhasil. Ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, yaitu diatas

hard core atau diatas 10 persen. Selain itu, berdasarkan data BPS sebagian besar

penduduk miskin di Indonesia banyak terakumulasi diwilayah pedesaan dan

wilayah Indonesia bagian timur. Walaupun terjadi penurunan angka kemiskinan

secara kuantitatif namun secara kualitatif kemiskinan di Indonesia justru semakin

memprihatinkan.

Selain itu, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

untuk mengurangi angka kemiskian dalam berbagai bentuk program dinilai tidak

efektif dan efisien. Hal ini karena program pengentasan kemiskinan yang

dilakukan pemerintah selama ini dinilai kurang menekankan aspek pemberdayaan,

lebih bersifat sinterklas sehingga dampaknya justru membuat masyarakat menjadi

manja, tidak bekerja keras dan bahkan akan melanggengkan kemiskinan itu

(16)

Berdasarkan uraian diatas, maka disarankan kepada pemerintah agar

menerapkan program pengentasan kemiskinan yang lebih menekankan aspek

pemberdayaan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kemandirian pada diri

masyarakat dan mengubah mind set atau pola pikir dan sudut pandang mereka

terhadap kemiskinan. Karena kemiskinan yang terjadi di Indonesia bersifat

struktural sehingga untuk memutus mata rantai kemiskinan tersebut harus dari

dalam masyarakat itu sendiri. Program ini dapat dilakukan dengan memberikan

bimbingan terhadap unit-unit usaha, baik secara moril (skill) maupun materil.

DAFTAR PUSTAKA

BPS dan Kemensos RI.2012.Analisis Data Kemiskinan Berdasarkan Data PPLS 2011.Jakarta.

Hermawati, Istiana.2012.Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Jayapura. Jakarta : Jurnal Penelitian.

Khabhibi, Achmad.2013.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Surakarta : Skripsi.

(17)

Cholili, Fatkhul Mufid.2014.Analisis Pengaruh Pengangguran, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terdahap Jumlah Penduduk Miskin. Surakarta: Jurnal Ilmiah.

Prastyo, Adit Agus.2010.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan. Semarang : Skripsi Universitas Diponegoro.

Gambar

Tabel. 2.1.
Tabel diatas menjelaskan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada

Referensi

Dokumen terkait

d) Panitia pengadaan meminta kesediaan 2 (dua) orang wakil dari penawar yang hadir sebagai saksi dan apabila tidak terdapat wakil penawar yang hadir pada saat

Hasyim Asyari juga memaparkan bahwa ada dua poin penting yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu yaitu bagi murid hendaknya menyucikan niat terlebih dahulu serta

PRINSIP DASAR untuk KEBIJAKAN MANAJEMEN KARIR (2) Dasar pergerakan karir Kinerja Kompetensi Fokus Pengembangan pemimpin dari dalam Peran Karyawan • Mengetahui tingkat.. kompetensi

Untuk melakukan perhitungan laju dosis neutron menggunakan program MCNP5v1.2 diperlukan parameter input yaitu geometri bahan bakar dan teras RGTT200K, posisi sumber

Fakultas Teknik Informatika Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Judul Skripsi “Perancangan Sistem Informasi Pengarsipan Data Surat Masuk Dan Surat Keluar Pada Pelayanan

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan

Tujuan penyaringan adalah mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin.... Analisis usaha ( business