• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tafsir Klasik 2. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kajian Tafsir Klasik 2. docx"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

“MEMBAHAS KITAB TAFSIR KLASIK “

MEMPELAJARI DAN MENDALAMI SERTA MENELUSURI

TEKS TASIR AL –QUR’AN IBNU KATSIR

Dosen pengampu :

H.Husin Abd.Wahab, Lc,

Di susun oleh :

NURFADLIYATI

JURUSAN TAFSIR HADIS SEMESTER IV A

FAKULTAS USHULUDDIN

IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah kitab yang agung dan sempurna, juga merupakan kitab suci yang menempati posisi sentral dan sumber inspirasi bagi umat Islam khususnya dan dunia pada umumnya. Tak terhitung kitab atau buku yang ditulis di dunia ini disebabkan informasi, hukum dan berbagai perilaku yang harus dilakukan oleh manusia yang diperoleh dari Al-Quran. Selain itu, yang paling mengesankan adalah bahwa Al-Quran dijadikan sebagai sumber pemersatu dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad sejarah pergerakan umat, sehingga pemahaman-pemahaman yang aktual dan konstektual berperan penting bagi maju mundurnya umat Islam.

Ayat-ayat al-Quran masih bersifat global, sehingga menuntut umat Islam untuk melakukan studi atas kandungan isinya. Upaya untuk memahami kitab Allah (al-Quran) serta menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki, serta mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya disebut tafsir.

Upaya memahami al-Quran melalui kegiatan tafsir telah menjadi sesuatu yang amat penting. Hal ini dikarenakan bahwa al-Quran adalah wahyu Allah yang tidak pernah habisnya untuk dikaji, diperdebatkan atau bahkan didekonstruksi. Dikarenakan kemampuan manusia atau ulama berbeda-beda dalam menggali dan memahami al-Quran sesuai dengan keahlian corak pemikiran masing-masing, maka muncullah beragam tafsir.

Mufassir pertama dalam sejarah adalah Rasulullah Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai penerima wahyu dari pemegang otoritas wahyu itu sendiri, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Setelah Rasulullah shollahu ‘alaihi wasallam wafat, tidak ada lagi tempat bertanya yang kebenaran tafsirnya bisa diyakini. Maka para sahabat Nabi menafsirkan secara ijtihad dalam memahami al-Quran, khususnya mereka yang tergolong memiliki kemampuan tafsir, seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, ‘Ubay bin Ka’ab dan Ibnu Mas’ud, berlanjut sampai masa tabi’in dan tabi’ at-tabi’in. Pada masa generasi yang disebut terakhir inilah tafsir Ibnu Katsir muncul (abad ke VIII H), yang merupakan salah satu kitab tafsir yang belakangan menjadi kitab tafsir yang populer dan masyhur.

Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab yang paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat Islam. Penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat, baik hadits maupun atsar. Bahkan hampir seluruh hadits riwayat Imam Ahmad yang terdapat dalam kitab Al-Musnad tercantum dalam kitab ini. Beliau menggunakan banyak rujukan-rujukan penting lainnya, sehingga sangat bermanfaat dalam berbagai displin ilmu agama, seperti aqidah, fiqh, dan lain sebagainya. Sangat wajar apabila Imam As-Suyuti berkata : “Belum pernah ada kitab tafsir yang semisal dengannya.”

(3)

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Siapa pengarang kitab tafsir Ibnu Katsir?

2. Bagaimana latar belakang penulisan kitab tafsir Ibnu Katsir?

3. Bagaimana metode penulisan, bentuk, dan corak yang digunakan dalam penulisan kitab tafsir Ibnu Katsir?

4. Bagaimana karakteristik kitab tafsir Ibnu Katsir?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui biografi pengarang kitab tafsir Ibnu Katsir.

2. Mengetahui latar belakang penulisan kitab tafsir Ibnu Katsir.

3. Mengetahui metode penulisan, bentuk, dan corak yang digunakan dalam penulisan kitab Ibnu Katsir.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Pengarang

Penulis kitab tafsir ini adalah Imamul Jalil Al-Hafiz Imadud Din, Abul Fida Isma’il ibnu Amr ibnu Katsir ibnu Dhau’ ibnu Katsir ibnu Zar’i Al-Bashri Ad-Dimasyqi, seorang penganut mazhab asy-Syafi’i1. Ibnu Katsir dilahirkan di Basrah (iraq) pada tahun 700 Hijriyah atau lebih

sedikit , dan meninggal dunia pada usia 74 tahun di bulan Sya’ban tahun 774 Hijriyah.

Ayahnya berasal dari Bashra, bernama Abu Hafsh Umar ibnu Katsir. Ia adalah salah seorang alim di kotanya, imam dan khatib di kampungnya. Ayahnya wafat ketika Ibnu Katsir berumur tiga tahun. Selanjutnya kakaknya bernama Abdul Wahab yang mendidik dan mengasuh Ibnu Katsir kecil, dan membawanya ke Damaskus. Pada saat itu, beliau berguru pada ulama-ulama besar di Damaskus. 2

Ibnu Katsir selesai menghafalkan al-Qur’an genap di usia sebelas tahun. Kemudian belajar tafsir dari pembesar ulama, Ibnu Taimiyah.3

Beliau berguru dengan lebih dari dua puluh ulama besar Syam antaranya:

1. Al-Hafiz Abu al-Hajjaj al-Mizzi: Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf bin Abdul Malik (wafat tahun 742H) yang merupakan alim dalam ilmu sejarah, hadits, dan biografi. Beliau adalah pengarang kitab Tahdhib al-kamal fi Asma’ al-Rijal’. Gurunya kagum dengan beliau sehingga menihkahkan Ibnu Katsir dengan anak perempuannya Zainab.

2. Ibnu Taymiyyah (wafat tahun 728H) Al-Mizzi sangat menyayangi Ibnu katsir sehingga beliau dimakamkan bersebelahan kubur Ibnu Taymiyyah dan Ibnu Katsir mewasiatkan supaya beliau dikebumikan bersebelahan kedua gurunya ini. Setelah mengutip ilmu yang banyak, Ibnu Katsir menjadi orang alim yang terkenal. Beliau mengajar tafsir di Masjid Umawi di Damsyik dan menjadi guru di Madrasah Umm al-Salih dan Dar al-Hadits dan tempat-tempat pengajian yang lain sehingga beliau meninggal dunia.4

Di antara karya tulisnya:

1 Abu al-Fida Ismail ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, terj. Bahrun Abu Bakar Lc, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000).hlm.viii

2 Dr Solah Abdul Fatah Al-Kholidi, Ta’rifu Addarisin Bimanahijil Mufasirin (Cet. V; Damaskus : Dar Alqolam, 2012 M / 1433 H), h 381

3ibid. hlm. 387

(5)

a. Al-Bidayah wa An-Nihayah, dalam bidang sejarah. Kitab ini termasuk referensi terpenting bagi sejarawan

b. Al-Kawakib Ad-Darari, dalam bidang sejarah, semacam ringkasan dari Al-Bidayah wa An-Nihayah

c. Tafsir Al-Quran Al-Adzim

d. Al-Ijtihad wa Thalab Al-Jihad

e. Jami’ Al-Masanid

f. As-Sunnah Al-Hadi Li Aqwami Sunan

g. Al-Wadih An-Nafis fi Manaqib Al-Imam Muhammad bin Idris. 5

Ibnu Katsir adalah seorang ulama yang beraliran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan mengikuti manhaj Salafush Shalih dalam beragama, baik itu dalam masalah aqidah, ibadah maupun akhlak. Kesimpulan seperti itu dapat dibuktikan melalui hasil karyanya yang banyak, termasuk di dalamnya kitab Tafsir al-Qur’an al-Adzim.

Pada akhir usianya beliau diuji dengan kehilangan pandangan (buta). Ibnu al-Jazari salah seorang murid dari Ibnu Katsir memberitahu Ibnu Katsir berpesan kepadanya: Aku masih tetap menulis kitab (Jami’ al-Masanid) pada waktu malam dengan cahaya yang semakin meredup sehingga mengakibatkan pandanganku semakin melemah.6

B. Latar Belakang Penulisan

Ibnu Katsir menyusun kitab tafsirnya yang diberi judul Tafsir al-Qur’an al-Adzim. Dalam pendahuluan kitabnya beliau menjelaskan urgensi tafsir, para ulama tafsir dari sahabat dan tabi’in, dan metode tafsir yang paling baik.

Ibnu Katsir mengatakan dalam pendahuluan kitab tafsirnya, bahwa kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki makna-makna kalamullah dan menafsirkannya, menggali dari sumber-sumbernya serta mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah:

5 Manna’ Khalil Alqattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) hlm. 478

(6)

                     

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya." Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”(QS. Ali Imran 187)

Allah subhanahu wa ta’ala mencela sikap kaum ahli kitab sebelum kita, karena mereka berpaling dari Kitabullah yang diturunkan kepada mereka, mengejar keduniawiaan serta menghimpunnya, dan sibuk dengan semua hal yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui kitab-Nya.

Maka sudah menjadi kewajiban bagi kaum muslim untuk menghentikan semua perbuatan yang menyebabkan mereka (kaum ahli kitab) dicela oleh Allah subhanahu wa ta’ala, dan kita wajib pula mengerjakan hal-hal yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu memepelajari Kitabullah yang diturunkan kepada kita, mengajarkannya, memahaminya dan memberikan pengertian tentangnya.7

Dengan kalam Allah di atas, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam kalam Allah dan tafsirnya.

C. Metode Penulisan, Bentuk, dan Corak Tafsirnya

1) Metode Penulisan

Dalam penulisan kitab ini Ibnu Katsir menggunakan metode tafsir tahlili. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan penafsiran ayat dengan cara analitis atau menafsirkan ayat-ayat di dalam Al-Quran dengan mengemukakan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang di tafsirkannya.

2) Bentuk Penulisan

(7)

Tafsir Ibnu Katsir termasuk kategori tafsir bil ma’tsur. Imam Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan al-al-Qur’an, al-al-Qur’an dengan Sunnah, dengan perkataan sahabat, perkataan tabi’in dan bahasa arab, kemudian menyimpulkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.

1. Menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an

Contoh Tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an adalah:

Ketika Ibnu Katsir manafsirkan tentang isti’azah dan menjelaskan hukum-hukumnya, demikian ia menghadirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan urusan orang mukmin tentang perlindungan dari syetan.

Firman Allah dalam al-Qur’an :

  

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah.” (Q.S. al-A’raf: 200 )



“Dan Katakanlah: Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan.” (Q.S. al-Mukminun: 97 )

  

“Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Q.S Fushilat : 36 )

Inilah tiga ayat yang tidak ada pertentangan di dalam maknanya, yang saling menjelaskan, ayat yang satu dengan yang lainnya, dan di dalam ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah menyuruh berbuat baik kepada manusia, dan Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan untuk berlindung dari kejahatan syaitan. 8

2. Menafsirkan al-Qur’an dengan Sunnah

Ibnu katsir dalam tafsirnya banyak menafsirkan al-Qur’an dengan hadis, dan hadis-hadis yang marfu’ dari Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam sangat banyak dalam tafsirnya. Dalam

(8)

pengambilan hadis-hadis dari kitab-kitab sunnah, ia menyebutkan semua sanad-sanad hadis tersebut.

Ibnu katsir dalam menafsirkan satu ayat memasukkan satu hadis, dua hadis dan juga tiga hadis sekaligus, kadang-kadang menyebutkan lebih banyak dari itu, dan kadang-kadang juga dalam menafsirkan satu ayat ia memasukkan banyak hadis yang mencapai lebih dari 10 hadis.

Contoh tafsir al-Qur’an dengan sunnah adalah:9

:

3. Menafsirkan al-Qur’an dengan Perkataan Sahabat dan Tabi’in

Setelah menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an dan dengan sunnah, Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat sahabat dan tabi’in. Dalam mengambil pendapat sahabat dan tabi’in, Ibnu Katsir banyak mengutip dari kitab-kitab tafsir yang ma’tsur lainnya, seperti kitab tafsir al-Thabariy, Ibn Abi Hatim, Ibn Munzir dan Ibn Mardawaih.

Tafsir Ibnu Katsir memasukkan perkataan sahabat di dalam kitab tafsirnya seperti: perkataan al-Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Abu Ibn Ka’ab, Abdullah Ibn Umar, Abdullah Ibn ‘Amr, Abu Hurairah, Abu Darda’, Mu’az ibn Jabal dan lain-lain (Rhodiyallohu ‘anhum).

Untuk perkataan ulama tafsir dari tabi’in, seperti: Mujahid, Atha’ Ibn Abiy Rabah, ‘Akramah, Thawas al-Yamaniy, Abu Aliyah, Zaid ibn Aslam. Anaknya Abdurrahman, Sa’id ibn Musayyab, Muhammad ibn Ka’ab Qarzhiy, Sa’id ibn Jubair, Hasan Bashriy, Masruq ibn al-Ajda’, Abu Wa’il, Muqatil ibn Hayyan, Muqatil ibn Sulaiman al-Balakhiy, Rabi’ ibn Anas, dan lain-lain.

Contoh tafsir al-Qur’an dengan perkataan sahabat dan tabi’in:

(9)

.

ننوببذذككين اونباكن امنبذ مميلذأن بماذنعن مكهبلنون اضضرنمن هبللنلا مبهبدنازنفن ضمرنمن مكهذبذولبقب يفذ

}

نذبكا نذعن يلذنذادنمكهنلكا ةنرلنمب نكعنون ،سسابلنعن نذبكا نذعن ،حسلذاصن يبذأن نكعنونكسلذامن يبذأن نكعن ،يلبدلذسلبلا لناقن

} :

مكهذبذولبقب يفذ ةذينآلكا هذذذهن يفذ منللنسنون هذيكلنعن هبللنلا ىللنصن يلذبذنلنلا بذاحنصكأن نكمذ سساننأب نكعنون،دسوعبسكمن

.

اكلضشن لناقن اضضرنمن هبللنلا مبهبدنازنفن ،كلمشن لناقن ضمرنمن

:

{

}

:

{

10

4. Menafsirkan al-Qur’an dengan Bahasa Arab

Imam Ibn Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan kaidah bahasa Arab, dengan menjelaskan kesulitan yang terdapat di dalamnya. Ia menafsirkan al-Qur’an dengan sya’ir Arab dan membolehkannya. Dan ia merujuk kepada perkataan ulama ahli bahasa seperti al-Fira, Abu Ubaidah. Akhfasy, al-Kasa’iy, Tsa’labiy dan lain-lainnya.

Contoh tafsir al-Qur’an dengan bahasa arab:

:

ننوقبفذنكيب مكهباننقكزنرن املنمذون ةنالنصلنلا ننومبيقذيبون بذيكغنلكابذ ننونبمذؤكيب ننيذذللنا ةرقبلا ةروس ىف ةيلا ريسف

:

ىشنعكأنلكا لناقن ،ءباعندلبلا بذرنعنلكا مذالنكن يفذ ةذالنصلنلا لبصكأنون ريثك نبا لاق

:

اهتنيكبن رنهدلا حبربي الن سمرذاحن اهنلن

11

امزنمكزنو اهنيكلنعن ىللنصن تكحنبذب نكإذون

5. Menyimpulkan Hukum-Hukum dan Dalil-Dalil dari Ayat al-Qur’an

Dari metode tafsir yang digunakannya Imam Ibnu Katsir meletakkan tafsir al-atsari an-nadzari untuk langkah-langkah selanjutnya ke langkah-langkah akhir yaitu menyimpulkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.

10 lihat terjemahan tafsir ibnu katsir dalam surah al –baqarah ayat 10. disana jelas ibnu katsir menafsirkan al-qur’an dengan penjelasan sahabat.juz 1.hlm 243

(10)

Ibnu Katsir dalam menyimpulkan hukum-hukum tentang ayat di dalam kitab tafsirnya, dia menjelaskan dengan argumen-argumen yang jelas, dan menguraikan serta mengeluarkan hukum fiqih ketika menafsirkan ayat hukum.

Corak penafsiran dalam kitab Ibnu Katsir adalah menitikberatkan masalah fiqih. Beliau mengetengahkan perbedaan pendapat di kalangan ulama fiqih dan menyelami madzhab-madzhab serta dalil-dalil yang dijadikan pegangan oleh mereka, manakala membahas tentang ayat yang berkaitan dengan masalah hukum. Tetapi meski demikian, beliau mengambil cara yang

(11)

pertengahan, singkat, dan tidak berlarut-larut sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan ulama fiqih ahli tafsir dalam tulisan-tulisan mereka.13

D. Karakteristik

Dalam tafsirnya terhadap Kalamullah, biasanya Ibnu Katsir menggunakan hadits dan riwayat, menggunakan ilmu Jarh wa Ta’dil, melakukan komparasi berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya, serta mempertegas kualitas riwayat-riwayat hadits yang shahih dan yang dhaif.14

Keistimewaan lain dari tafsir Ibnu Katsir adalah daya kritisnya yang tinggi terhadap cerita-cerita israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab tafsir bil ma’tsur, baik secara global maupun mendetail.

Sebagai contoh dapat dikemukakan disini bahwa beliau mengatakan sehubungan dengan tafsir surat Al-Baqarah ayat 67 dan ayat-ayat sesudahnya. Yaitu dalam Firman Allah :













“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor

sapi betina. (Al-Baqarah: 67), hingga akhir ayat tentang kisah ini.

Ibnu Katsir mengetengahkan suatu kisah yang cukup panjang, beliau menerangkan tentang pencarian mereka terhadap sapi tertentu dan keberadaan sapi itu ditangan seorang lelaki Bani Israil yang sangat berbakti kepada orang tuanya, hingga akhir kisah. Lalu Ibnu Katsir meriwayatkan semua pendapat yang menanggapi hal ini dari sebagian ulama Salaf. Setelah itu beliau mengatakan, yang teksnya berbunyi seperti berikut, “Riwayat-riwayat ini bersumber dari Ubaidah, Abul Aliyah, As Saddi, dan lain-lainnya mengandung perbedaan pendapat. Tetapi makna lahiriyahnya menunjukkan bahwa kisah-kisah tersebut diambil dari kitab-kitab Bani Israil, dan termasuk kategori kisah yang boleh dinukil, tetapi tidak boleh dibenarkan dan tidak boleh pula didustakan. Karena itu tidak dapat dijadikan pegangan kecuali apa yang selaras dengan kebenaran yang ada pada kita. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.” 15

13 DR Muhammad Husain Addzahabi, Attafsir wal Mufassirun (jus 1; Alqohiroh : Dar Alhadits, 2005 M / 1426 H), hlm. 214

14Manna’ Khalil Alqattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an, diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA, dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005) h 456

(12)

Selain itu, ia selalu memaparkan masalah-masalah hukum yang ada dalam berbagai madzhab, kemudian mediskusikannya secara komprehansif. 16

Kitab ini pernah digabung dalam penerbitannya dengan Ma’alim At-Tanzil karya Al-Baghawi, tetapi juga pernah diterbitkan secara independen dalam empat jilid berukuran besar. 17

Dari pemaparan di atas dapat diketahui keistimewaan-keistimewaan dalam kitab Ibnu Katsir, diantaranya :

1. Merupakan tafsir yang paling masyhur yang memberikan perhatian terhadap apa yang telah diberikan oleh mufassir salaf dan menjelaskan makna-makna dan hukumnya.

2. Perhatian yang sangat besar dengan penafsiran antara al-Qur’an dengan al-Qur’an.

3. Merupakan tafsir yang paling banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang bersesuaian maknanya, kemudian diikuti dengan penafsiran ayat dengan hadits marfu’ yang ada relevansinya dengan ayat yang sedang ditafsirkan serta menjelaskan apa yang dijadikan hujjah dari ayat tersebut. Kemudian diikuti pula dengan atsar para sahabat dan pendapat tabi’in dan ulama salaf.

4. Disertakan selalu peringatan akan cerita-cerita israiliyyat yang tertolak (mungkar) yang banyak tersebar di dalam tafsir-tafsir bil ma’tsur.

5. Bersandar pada riwayat-riwayat dari sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan tabi’in.

6. Keluasan sanad-sanad dan sabda-sabda yang diriwayatkan serta tarjihnya akan riwayat-riwayat tersebut.

7. Penguasaan terhadap ayat-ayat nasikh mansukh, serta penguasaannya terhadap shahihnya riwayat.

8. Penjelasannya dalam segi i’rab, dan istimbatnya tentang hukum-hukum syar’i dan ayat-ayat al-Qur’an.

9. Menjadi literatur mufassir setelahnya, telah dicetak dan disebarkan ke segala penjuru dunia.

10. Tidak mencantumkan perdebatan golongan dan madzhab, serta mengajak pada persatuan dan mencari kebenaran bersama.

16Ibid.

(13)

Adapun kekurangan dalam kitab beliau adalah :

1. Masih terdapat hadits dhoif dan pengulangan hadits shahih. contoh hadis dhaifnya :18

ummul qur’an merupakan pengganti dari yang lainnya,sedangkan selainnya tidak dapat dijadikan sebagai penggantinya.

hadis ini adalah salah satu hadis dhaif yang mursal yang terdapat dalam tafsir ibnu katsir.

2. Terdapat sejumlah israiliyyat, sekalipun ia mengingatkannya, namun tanpa penegasan dan penyelidikan.

3. Bercampurnya yang shahih dan yang tidak shahih, dan penukilan perkataan dari para sahabat dan tabi’in tanpa isnad dan tidak konfirmasi.

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, antara lain :

1. Penulis kitab tafsir ini adalah Imamul Jalil Al-Hafiz Imadud Din, Abul Fida Isma’il ibnu Amr ibnu Katsir ibnu Dhau’ ibnu Katsir ibnu Zar’i Al-Bashri Ad-Dimasyqi, seorang ulama fiqih mazhab Syafi’i.

2. Berdasarkan kalam Allah surat Ali Imran ayat 187, maka menurut Ibnu Katsir wajib bagi ulama untuk menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam firman Allah dan tafsirya.

3. Metode, bentuk penulisan, dan corak tafsir Ibnu Katsir:

Ø Metode kitab Tafsir Al-Quran al-‘Adzim karya Ibnu Katsir ini adalah tafsir tahlili.

Ø Bentuk Tafsir Ibnu Katsir termasuk kategori tafsir bil ma’tsur. Imam Ibnu Katsir menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an, al-Qur’an dengan Sunnah, dengan perkataan sahabat, perkataan tabi’in dan bahasa arab, kemudian menyimpulkan hukum-hukum dan dalil-dalil dari ayat al-Qur’an.

Ø Jenis corak dari kitab tafsir ini lebih menitikberatkan pada masalah fiqh.

4. Keistimewaan dari tafsir Ibnu Katsir adalah beliau menggunakan hadits dan riwayat, menggunakan ilmu Jarh wa Ta’dil, melakukan komparasi berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya, serta mempertegas kualitas riwayat-riwayat hadits yang shahih dan yang dhaif. Daya kritisnya yang tinggi terhadap cerita-cerita israiliyat yang banyak tersebar dalam kitab-kitab tafsir bil ma’tsur, baik secara global maupun mendetail.

B. Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Departeman Agama RI. 2006. Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Jakarta : Pustaka Maghfirah.

Abdul Fatah Alkholidi, Sholah. 2012. Ta’rifu addarisin Bimanahiji Al-Mufassirin. Dimisyqi, Syiria : Dar al-Qolam.

Ad-Damsyiqi, Abu al-Fida Ismail ibn Katsir. 2009. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim. Kairo: Daar At Taufiqiyyah Li At Turats.

Ad-Damsyiqi, Abu al-Fida Ismail ibn Katsir. 2000. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, terj. Bahrun Abu Bakar L.C. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Adz-Dzahabi, Muhammad Husein. 2005. At-Tafsir wa Al-Mufassirun. Kairo: Darul Hadits.

Husain Addzahabi, Muhammad. 2005. Attafsir Wal Mufassirun. Dar Al Hadits : Alqohiroh, Mesir.

Referensi

Dokumen terkait

Dosen Pembimbing 1 : Prof. Pada beberapa kasus pendesainan pondasi di atas tanah lunak, penggunaan pondasi tiang pancang menjadi salah satu pertimbangan yang

Nomor 9 Tahun 1980 tentang Perubahan Untuk Pertama Kalinya Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sumedang Nomor 1 Tahun 1976 tentang Ketentuan- ketentuan

Dari sinilah, kemudian peneliti bertanya-tanya “kenapa mereka tidak mau kawin padahal mereka orang beragama?”Peneliti mencoba mencari informasi lebih dalam lagi, dan

= 0.05. Nilai koefisien regresi sebesar 0,164 untuk budaya organisasi dan 0,190 Untuk pengembangan karir. Dapat diartikan bahwa setiap peningkatan budaya organisasi dan

Walaupun hukum Islam tetap mengakomodir status isteri dan anak dalam perkawinan siri serta hak-hak mereka, namun bagaimana dengan status Negara dari

Berdasarkan uraian tersebut pokok permasalahannya adalah faktor-faktor apa yang menentukan pemilihan lokasi pedagang perak dan emas di Pasar seni Celuk dan Ubud dan faktor apa

Apakah ada kontribusi persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru dan lingkungan kelas terhadap konsentrasi belajar siswa kelas X Akuntansi mata pelajaran Akuntansi

[r]