i
Lebak
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
(S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
MAYA
NIM.6662122388
KONSENTRASI HUMAS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
iv
akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha”
Bismillah…
Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama dan Bapak
v
M.Si. dan Pembimbing II Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si.
Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang terjadi saat berkomunikasi dengan orang.Dampak secara psikologis dengan adanya intensitas komunikasi orang tua adalah Intensitas komunikasi secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang dapat memunculkan suatu respon dalam bentuk perilaku atau tindakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel
“Intensitas Komunikasi Orang Tua” terhadap “Motivasi Belajar Anak di Rumah”.Teori dalam penelitian ini adalah Teori Hezberg. Teori ini menelaah
dorongan seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan..Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari yaitu 78 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 78 sampel responden. Sementara teknik sampling yang digunakan adalah Sampling jenuh. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Variabel intensitas komunikasi orang tua Sdn 1 menghasilkan nilai persentase sebesar 75,56%. Sementara Motivasi Belajar Anak di Sdn 1 Parungsari menghasilkan nilai persentase sebesar 91,78% %. Sedangkan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Variabel intensitas komunikasi orang tua Sdn 2 menghasilkan nilai persentase sebesar 76,43,%. Sementara Motivasi Belajar Anak di Sdn 2 menghasilkan nilai persentase sebesar 67,60 %. Dari hasil uji analisis korelasi dapat dijelaskan bahwa hubungan antara Variabel “Intensitas Komunikasi Orang Tua ”dengan “Motivasi BelajarAnak di Rumah ” Sdn 1 adalah sebesar 0,606. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bernilai Tinggi,Sedangkan Intensitas Komunikasi Orang Tua ”dengan “Motivasi Belajar Anak di Rumah” Sdn 2 adalah sebesar 0,728,. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bernilai Tinggi.
vi
1 and 2 Parungsari Lebak). Supervisor I Dr.Rd. Nia Kania K. S.I.P., M.Si. and Supervisor II Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si.
The intensity of communication is the depth and breadth of the message that occurs when communicating with people. The impact of psychological intensity of communication with their parents is the intensity of communication deeply marked by honesty, openness and mutual trust that can bring a response in the form of behavior or action. The purpose of this study was to determine how much influence between the variables "Intensity Communication Parents" to "Motivation Children at Home". The theory in this research is the theory Hezberg. This theory examines the urge someone to try to achieve satisfaction and keep away from dissatisfaction. The method used in this research is a quantitative method. The population in this study were students in grade 6 Sdn 1 Parungsari and 2 Parungsari Sdn is 78 people. Sample this study of 78 samples of respondents. While the sampling technique used is saturated Sampling. Research results show that the variable intensity of parent communication Sdn 1 produces a percentage value of 75.56%. While Motivation Children Sdn 1 Parungsari yield percentage value 91.78%%. While the result shows that the variable intensity of parent communication Sdn 2 yield 76.43 percentage value,%. While Motivation Children Sdn 2 generates value percentage of 67.60%. Correlation analysis of test results can be explained that the relationship between the variables "Intensity Communication Parents" with "Motivation Children at Home" Sdn 1 is equal to 0.606. This shows that the relationship between the two variables High-value, while Intensity Communication Parents "with" Motivation Children at Home "Sdn 2 amounted to 0.728 ,. This shows that the relationship between the two variables High-value.
vii
Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan, berkat rahmat, nikmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR ANAK DI RUMAH (Studi pada siswa/i kelas 6 SDN 1
Parungsari dan SDN 2 Parungsari Lebak)” ini. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan
guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata (S1)
pada program studi Ilmu Komunikasi dalam konsentrasi Humas di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtyasa.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
penulis mengharpkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi
ini. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya dibantu oleh banyak pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terima kasih atas doa’nya, bimbingan, serta
motivasinya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtyasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtyasa.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas
viii
skripsi ini.
5. Bapak Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II skripsi
yang membimbing saya, memberikan arahan serta masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Ulivianna Restu H, S.Sos, M.I.kom selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.Ikom, selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi.
8. Bapak Husnan Nurjuman, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi.
9. Staff prodi Ilmu Komunikasi yang telah membantu kelancaran proses
pendaftaran sidang.
10.Kedua orang tua ku Bapak H.Masduki dan Ibu Hj.Amna , terimakasih atas do’a
dan dukungan yang tak pernah putus, juga untuk kesabaran memberi dukungan
moril dan materil.
11.Untuk Esa Bara Andestian Dimilla yang special terimakasih banyak untuk selalu
memberikan semangat dan dukungannya.
12.Untuk sahabat-sahabatku Dania Pratiwi, Dosta Taruli Gabe, Putri Wulandari
yang memberi dukungan.
13.Semua responden yang telah membantu mengisi kuesioner dalam penelitian ini.
ix
khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.
Serang 01 Januari 2017
x
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
MOTTO ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR DIAGRAM ... xxi
DAFTAR GRAFIK ... xxiv
DAFTAR GAMBAR ... xxv
DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Identifikasi Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 9
xi
2.1.1.2 Jenis KAP ... 11
2.1.2 Komunikasi Keluarga ... 12
2.1.2.1 Keluarga ... 12
2.1.2.2 Bentuk Komunikasi Keluarga ... 13
2.1.3 Motivasi Belajar ... 14
2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 14
2.1.3.2 Aspek-aspek motivasi belajar ... 16
2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengruhi ... 17
2.1.3.4 Macam-macam Motvasi Belajar ... 17
2.1.3.5 Fungsi Motivasi Belajar ... 18
2.1.4 Intensitas Komunikasi Orang Tua ... 21
2.1.5 Teori Hezberg ... 2
2.2 Kerangka Berfikir ... 27
2.3 Hipotesis Penelitian ... 29
2.4 Operasional Variabel ... 30
2.5 Penelitian Terdahu ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 34
3.2 Paradigma Penelitian ... 35
xii
3.4.1 Populasi ... 38
3.4.2 Sampel ... 38
3.5 Teknik Pengolahahnn Data ... 39
3.6 TeknikAnaliisi Data ... 40
3.6.1 Uji Validitas ... 41
3.6.2 Uji Rliabilitas ... 42
3 .6.3 Analisis Data ... 43
3.6.4 Uji Normalitas Data ... 44
3.6.5 Uji Koefisien Korelasi ... 45
3.6.6 Analisis Regresi linear Sederhana ... 46
3.6.7 Koefisien Determinasi ... 46
3.6.8 Lokasi dan Jadwal Pengujian ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN 4.1 Profil Lokasi Penelitian ... 48
4.1.1 Gambaran Umum ... 48
4.1.2 Struktur Organisasi ... 49
4.2 Hasil Pengujian Validitas ... 51
4 .2.1 HasilUji Validitas x Sdn 1 ... 52
xiii
4.3 Hasil Pengujin Realiabilitas ... 55
4.3.1 Hasil uji realibitas x sdn 1 ... 56
4.3.2 Hasil uji realibitas x sdn 2 ... 56
4.3.3 Hasil uji realibitas y sdn 1 ... 56
4.3.4 Hasil uji realibitas y sdn 2 ... 57
4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 57
4.4.1 Data diri Responden ... 57
4.4.1.1 Data Berdasarkan Usia ... 58
4.4.1.2 Data berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
4.4.1.3 Data Berdasarkan Hobi ... 61
4.4.2 Tanggapan Responden x SDN 1 ... 63
4.4.3 Tanggapan Responden Y SDN 1 ... 90
4.4.4 Tanggapan responden X SDN 2 ... 108
4.4.5 Tanggapan Responden y SDN 2 ... 135
4.5 Pengujian Data Statistik ... 153
4.5.1 Analisis Deskriptif Data ... 153
4.5.2 Hasil Uji Nomalitas Data ... 154
4.5.3 Hasil Uji Koefisien Korelasi ... 155
4.5.4 Hasil Pengujian Regresi dan Signifikansi... 159
xiv
4.1 Pembahasan ... 170
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 173
5.1 Saran ... 174
DAFTAR PUSTAKA ... 175
LAMPIRAN... 179
xv
Tabel 2.1Operasiopnal Variabel ... 30
Tabel 2.2Peneliti Terdahulu ... 31
Tabel 3.1Tingkat Reliabilitas ... 42
Tabel 3.2Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Persentase ... 43
Tabel 3.3Kriteria Interpensi Koefisien Korelasi ... 45
Tabel 3.4Jadwal Penelitian ... 47
Tabel 4.1 uji validitas X Sdn1... 52
Tabel 4.2 uji validitas X SDN 2 ... 53
Tabel 4.3 uji validitas Y SDN 1 … ... ………..54
Tabel 4.4 uji validitas Y SDN 2 …… ... ………..55
Tabel 4.5 uji reliabilitas x SDN 1……… ... ……….56
Tabel 4.6 uji reliabilitas x SDN 2 ……… ... ………..56
Tabel 4.7 uji reliabilitas Y SDN 1 ……… ... ………..57
Tabel 4.8 uji reliabilitas Y SDN 2……… ... ………..57
Tabel 4.9 Data Responden berdasarkan Usia……… ... ………58
Tabel 4.10 Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin……… ... ………..59
Tabel 4.11 Data Responden berdasarkan Hobi……… ... …………..61
Tabel 4.12 x1_SDN 1 1……… ... ……….63
xvi
Tabel 4.16 x5……… ... …..….69
Tabel 4.17 x6………..… 70
Tabel 4.18 x7……… ... …..71
Tabel 4.19 x8……….… ... 73
Tabel 4.20 x9……… ... 75
Tabel 4.21 x10……… ... 76
Tabel 4.22 x11……….……… ... 78
Tabel 4.23 x12……….. ... 79
Tabel 4.24 x13……….……….. ... 81
Tabel 4.25 x14……….……….. ... 82
Tabel 4.26 x15……….………… ... 84
Tabel 4.27 x16……… ... 85
Tabel 4.28 x17……… ... 88
Tabel 4.29 x18……… ... 89
Tabel 4.30 y1 sdn 1 ……….. ... 91
Tabel 4.31 y2……….………… ... 92
Tabel 4.32y3……….…… ... ……..93
Tabel 4.33y4……….……… ... …..94
xvii
Tabel 4.37y8……… ... …….100
Tabel 4.38y9………..……… ... ……..102
Tabel 4.39y10……… ... ……..103
Tabel 4.40y11……… ... ……..105
Tabel 4.41 y12……….……… ... ……106
Tabel 4.42x1 SDN 2……… ... ……108
Tabel 4.43x2……… ... ………..109
Tabel 4.44 x3……….……… ... ………….111
Tabel 4.45 x4……… ... …….…….112
Tabel 4.46 x5……… ... …..………114
Tabel 4.47 x6……… ... ….………..115
Tabel 4.48 x7……… ... …………116
Tabel 4.49 x8……….. ... .………..117
Tabel 4.52 x9……….. ... ………….120
Tabel 4.51 x10……… ... ….……….121
Tabel 4.52 x11……….……… ... …………122
Tabel 4.53 x12……… ... …………123
Tabel 4.54 x13………..……… ... ………..126
xviii
Tabel 4.58 x17……… ... ……….132
Tabel 4.59x18………... ... …………..133
Tabel 4.60y1sdn 2 ……… ... …..……..135
Tabel 4.61y2……….. ... ……….136
Tabel 4.62 y3……… ... ..…………..138
Tabel 4.63 y4………..… ... ……….139
Tabel 4.64 y5………..…………..141
Tabel 4.65 y6……….…142
Tabel 4.66 y7……….……….…………..144
Tabel 4.67 y8……… ... …….…………145
Tabel 4.68 y9……… ... ……….147
Tabel 4.69 y10……… ... ………148
Tabel 4.70 y11………..… ... ………150
Tabel 4.71 y12……… ... ………151
Tabel 4.72 Hasil Uji Normalitas Data………... ………..155
Tabel 4.73 Correlations sdn 1……… ... ……….157
Tabel 4.74 Correlations sdn 2……… ... ………158
xix
Tabel 4.78 Coefficientsa sdn 2 ……… ... ………..165
Tabel 4.79 ANOVA sdn 1……… ... ..167
Tabel 4.80 ANOVAa sdn 2……… ... …..167
Tabel 4.81 Model Summarysdn 1 ……… ... .168
xx
Diagram 4.2 Jenis Kelamin ... 60
xxii
xxiii
xxiv
Gambar 3.1 Hubungan sebab akibat……… ... 35 Gambar 4.1 strukutur organisasi sdn 1………. ... .50
xxv
1 1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia tahun 1945 pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam
pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan”. Sedangkan pasal 31 ayat (2) menjelaskan bahwa “Setiap warga
negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintagh wajib
membiayainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hak
dari setiap warga negara dan wajib mengikuti pendidikan dasar.
Pemerintah sebagai penyelanggara sistem pendidikan nasional sekaligus
melaksanakan tujuan pendidikan nasional sesuai Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia tahun 1945 merencanakan mengganti program wajib belajar
9 tahun menjadi program wajib belajar 12 tahun. Perencanaan program wajib
belajar 12 tahun dimulai pada tahun 2015(http://www.kemdikbud.go.id/, 2015) .Perubahan program wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun
dilakukan pemerintah dikarenakan semakin meningkatnya tuntutan akan
kualitas sumber daya manusia. Sekaligus pendidikan merupakan salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan kemiskinan.
Pendidikan di Indonesia dimulai dari pendidikan wajib 12 tahun yang
terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah pertama
paling besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutanya. Sekolah
dasar menjadi pondasi sekaligus menjadi pilar pembangunan masa depan.
Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke
Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).Pelajar sekolah dasar umumnya
berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun
wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun
dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun (kemendikbud.go.id,
2015) .
Pendidikan dasar menjadi pondasi dalam menanamkan nilai awal dan
jenjang pertama untuk mengenalkan pendidikan dan nilai-nilai moral kepada
anak. Di jenjang ini, anak diperkenalkan tentang bagaimana proses belajar yang
baik dan bagaimana interaksi antara guru dan murid. Winkle (1983) dalam
Riyanto (2009:5)menjelaskan bahwa Belajar adalah suatu proses mental yang
mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap
yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan
tingkah laku yang progresif dan adaptif. Berdasarkan pernyataan Winkle
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari proses belajar adalah tingkah laku
yang progresif dan adaptif.
Proses belajar di sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa faktor
Solichin (2006:141-143)menjelaskan prinsip-prinsip belajar terdiri dari
perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung dan berpengalaman,
paling utama yang paling berpengaruh pada proses belajar adalah motivasi
belajar. Solichin (2006:141) menjelaskan bahwa motivasi adalah mesin
penggerak yang mendorong siswa melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi
dapat menjadi alat dan tujuan pembelajaran.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan
aktivitas belajar. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya
upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Manuhutu, 2015:
108).
Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu
adalah faktor komunikasi dalam keluarga khususnya orang tua. Pendidikan
yang dilakukan dalam keluarga bisa muncul dalam bentuk penanaman
nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Karena keluarga merupakan salah satu
lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan
pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai moral yang bersifat positif maka
anggota keluarga akan menjalankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
Komunikasi keluarga merupakan proses komunikasi yang berlangsung
dalam keluarga dimana isi pesan komunikasinya lebih bersifat kekeluargaan,
apakah itu menyangkut rencana keluarga, pembinaan dan pendidikan anak anak
serta hal hal lain yang pada dasarnya bertujuan untuk mengharmoniskan
hubungan anggota keluarga secara keseluruhan, demi terwujudnya keluarga
yang sehat jasmani dan sehat rohani (Watuliu, 2015:2).
Komunikasi antara anak dan orang tua merupakan bentuk dari
interpersonal merupakan komunikasi penyampaian pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan yang tujuan dari komunikasi itu adalah
mengubah sikap lawan bicaranya atau menimbulkan efek timbal balik sehingga
komunikasi yang dilakukan bisa berjalan dengan baik (Junaidi, 2013:6).
Komunikasi antara orang tua dan anak dalam memotivasi belajar berupa
dukungan dan pemahaman yang diberikan oleh orang tua kepada anak tentang
pentingnya belajar. Cara orang tua dalam berkomunikasi sangat berpengaruh
terhadap penyampaian motivasi dan pesan kepada anak. Lingkungan keluarga
yang harmonis dan orang tua yang memberikan motivasi dengan cara yang
benar dapat meningkatkan motivasi belajar anak.
Penelitian-penelitian tentang motivasi belajar sudah banyak dilakukan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya oleh Zulaekhah dan Zubaidah
(2014) dan Hodijah (2012). Zulaekhah dan Zubaidah (2014) dalam
penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola
komunikasi orangtua denganmotivasi belajar siswa dan hubungan pola
komunikasi orangtua dengan prestasiakademik anak. Pola komunikasi orang tua
berhubungan dengan motivasi dan prestasi belajar siswasekolah dasar.
Penerapan pola komunikasi orang tua yang baik akan mendukung motivasi dan
prestasibelajar anak. Sedangkan penelitian Hodijah (2012) menemukan bahwa
ada korelasi positif yangsignifikan yang menyatakan bahwa ada hubungan
antara intensitas komunikasi orangtua dan anak dengan motivasi belajar anak.
Kabupaten Lebak merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi
Banten. Jumlah Sekolah Dasar (SD)/MI yang ada di Kabupaten Lebak
permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini adalah kurang
meratanya pendidikan khususnya di daerah perbatasan. Salah satu daerah
perbatasan di wilayah Kabupaten Lebak adalah Desa Parung Sari. Berdasarkan
obeservasi yang dilakukan oleh penulis, tingkat pendidikan di desa Parung Sari
cenderung masih rendah. Untuk fasilitas pendidikan pun masih kurang layak, di
desa Parungsari terdapat 2 SD yakni SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung
Sari. Dari kedua SD terdapat perbedaan hasil belajar dari siswanya. Indikator
untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah dapat dilihat dari angka kelulusan.
Hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di SDN 1 Parung Sari dan
SDN 2 Parung Sari disajikan dalam gambar 1.1.
43 49
Angka Kelulusan SD N 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung Sari Rangkas
Gambar 1.1 Angka Kelulusan SDN 1 dan SDN 2 Parung Sari Lebak Tahun
2013-2016
Berdasarkan grafik 1.1 dapat dilihat bahwa jika dilihat dari angka
kelulusan siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari Lebak cenderung berfluktuasi, pada
tahun 2013 angka kelulusan 43 anak mengalami kenaikan pada tahun 2014
menjadi 49 anak. Akan tetapi pada tahun 2015 terjadi penurunan angka
pada tahun 2016. Secara keseluruhan, tren kelulusan dari SDN 1 Parung Sari
adalah mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah
satu guru di SDN 1 Parung Sari, diketahui bahwa salah satu penyebab angka
kelulusan yang baik dari SDN 1 Parung Sari adalah motivasi belajar yang baik
dari siswa-siswanya.
Sedangkan berdasarkan grafik 1.1. dapat dilihat bahwa angka kelulusan
dari SDN 2 Parung Sari dari tahun 2013-2016 mengalami penurunan. Jumlah
siswa lulus pada tahun 2013 berjumlah 44 siswa dan mengalami penurunan
pada tahun 2014 yang hanya berjumlah 39 siswa. Jumlah kelulusan pada tahun
2015 di SDN 2 Parung Sari hanya 38 siswa lebih rendah dari tahun 2014. Pada
tahun 2016 penurunan angka kelulusan juga terjadi dimana angka kelulusan
hanya 37 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara garis besar angka
kelulusan dari SDN 2 Parung Sari dari tahun 2013-2016 mengalami
penurunan.Berdasarkan hasil wawancara penulis menurunnya angka kelulusan
siswa disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang cenderung masih kurang
sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.
SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung Sari merupakan dua sekolah
dasar yang terletak di satu wilayah. Akan tetapi kedua sekolah dasar tersebut
memiliki perbedaan hasil belajar dari siswanya. Berdasarkan
(data.kemdikbud.go.id) SDN 1 Parungsari berada di posisi ke 10. Akan Tetapi
Sekolah ini mempunyai nilai yang bagus dan unggul walaupun fasilitasnya
rendah.Mengingat tingkat pemahaman masyarakat tentang pendidikan di desa
Parung Sari yang berbeda-beda maka akan berpengaruh terhadap dukungan
Motivasi Belajar terdapat dua factor yaitu factor ektrinsik dan factor
intrinsic. Morivasi intrinsic yang dimaksud adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri anak sendiri .sedangkan ektrinsik adalah factor yang mendorong
anak keluar dari ketidakpuasan termasuk hubungan antar orang tua dan
anak.Dukungan dari orang tua biasanya diberikan lewat interaksi dan
komunikasi dengan anak. Intensitas komunikasi yang baik maka akan
memberikan dampak positif pada motivasi belajar anak. Oleh sebab itu, penulis
ingin mengetahui motivasi belajar anak dapat diarahkan dari intensitas
komunikasi orang tua dan anak yang intim atau lingkungan belajar yang
membuat anak tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan latar
belakang diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh
Intensitas Komunikasi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas 6
SDN 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh intensitas komunikasi orang tua
terhadap motivasi belajar anak di rumah pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari
dan SDN 2 Parung Sari?”
1. Seberapa besar intensitas komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar
anak siswa/I kelas 6 SDN 1 dan SDN 2 Parungsari?
2. Seberapa besar motivasi belajar anak yang dapat diarahkan dari intensitas
komunikasi orang tua pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2
Parung Sari?
3. Adakah pengaruh dari intensitas komunikasi orang tua terhadap motivasi
belajar anak pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung
Sari?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan identifikasi masalah, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya intensitas komunikasi orang tua terhadap
motivasi belajar anak siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung
Sari.
2. Untuk mengetahui besarnya motivasi belajar anak yang dapat diarahkan dari
intensitas komunikasi orang tua pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan
SDN 2 Parung Sari.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari intensitas komunikasi orang
tua terhadap motivasi belajar anak pada pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung
Sari dan SDN 2 Parung Sari.
1.5. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan tentang
pengaruh intensitas komunikasi orang tua berpengaruh terhadap
motivasi belajar anak di rumah
b. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah mengaplikasikan teori
komunikasike dalam penelitian ilmiah, dan memberikan kontribusi bagi
orang tua dan guru tentang faktor apa yang berpengaruh pada motivasi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kajian Teoritis
2.1.1. Komunikasi Antar Pribadi
2.1.1.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi
Membedakan komunikasi antarpribadi dari komunikasi lainnya, pada
umumnya banyak orang mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi
melibatkan sedikit orang, seringkali hanya dua. Meskipun komunikasi
antarpribadi banyak melibatkan hanya dua atau tiga orang, tetapi yang paling
membedakan komunikasi antarpribadi adalah kualitas tertentu, atau karakter
dan interaksinya (Kurniawati,2014:6)
Memahami karakter unik dari komunikasi antarpribadi dengan
menulusuri arti kata Antarpribadi.Inter berasal dari awalan antar, yang berarti
“antara” dan personal adalah kata yang berarti orang, dengan demikian
komunikasi antarpribadi secara harfiah yaitu komunikasi yang terjadi antara
orang-orang.
Komunikasi ini prosesnya cenderung berlangsung secara dialogis dan
bentuk komunikasi yang menunjukkan terjadinya interaksi.Mereka yang terlibat
dalam komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berbentuk ganda,
dimana mereka secara bergantian sebagai pembicara dan pendengar. Marry B.
Casata dan Molefi K. Asante (Mulyana,2004:76) merancang konteks
komunikasi antarpribadi sabagai suatu keterlibatan kmunikator yang
independen dengan pesan pribadi atau terbatas; salurannya vocal; terdiri dari
khalayak individu atau kelompok kecil lalu memperoleh umpan balik dengan
segala dikarenakan kontaknya yang primer, dimana contohnya adalah suatu
diskusi dalam keluarga.
Definisi diatas disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan
komunikasi yang paling ampuh dalam mempersuasi orang lain untuk mengubah
sikap, opini, perilaku komunikan dan jika dilakukan secara tatap muka langsung
akan lebih intensif karena terjadinya kontak pribadi yaitu antar pribadi
komunikator dengan pribadi komunikan.
2.1.1.2. Jenis Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antarpribadi merupakan proses pengiriman dan
penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang
dengan beberapa umpan balik. Komunikasi antarpribadi dinilai lebih ampuh
dibandingkan dengan komunikasi intrapribadi, sebab kegiatan komunikasi
antarpribadi memiliki keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan opini,
dan perilaku komunikan. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi
diklasifikasikan menjadi dua jenis:
1. Komunikasi Diadik
Komunikasi diadik adalah komunikasi berlangsung antara dua orang
yakni dua orang komunikator adalah seseorang yang menyampaikan
2. Komunikasi Triadik
Komunikasi Triadik adalah komunikasi antarpribadi pelakunya terdiri dari
tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan, secara
biologis.yang diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya.
2.1.2. Komunikasi Keluarga 2.1.2.1 Keluarga
Keluarga merupakan kelompok social pertama dalam kehidupan manusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social, dalam interaksi
dengan kelompoknya, (Kurniadi,2001:271). Dalam keluarga yang
sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga
anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.
Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang
terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling
sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.
Menurut Rae Sedwig (1985), komunikasi ekluarga adalah suatu
pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi
suara, tindakan untuk menciptakan harapan image , ungkapan perasaan serta
saling membagi pengertian, (Achidat, 1997:30). Dilihat dari pengertian di atas
bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud
mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan
pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan
membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan
masalah-masalah dalam keluarga adalah pasti membicarakan haal-hal yang
terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi
yang dapat memberikan suatu hal yangd dapat diberikan kepada setiap anggota
keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi
diantara anngota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.
2.1.2.2 Bentuk Komunikasi Keluarga
Bentuk Komunikasi keluarga sama halnya dengan bentuk interaksi social
yang berada dalam keluarga, menurut (Djamarah, 2014:122-134) , ada empat
bentuk interaksi keluarga sebagai berikut :
a. Komunikasi orang tua yaitu suami –istri
Komunikasi orang tua yaitu suami istri disni lebih menekankan pada
peran penting suami istri sebagai penentu Susana dalam keluarga.
Keluarga dengan anggota ( ayah, ibu, anak )
b. Komunikasi orang tua dan anak
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan
keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini
bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap
sesuatu hal dimana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan
efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan,
perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.
c. Komunikasi ayah dan anak
Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak.
Peran ayah dalam member informasi dan emngarahkan pada hal
pengembalian keputusan pada anak yang peran komunikasinya
cenderung meminta dan menerima.
d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya
Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana
anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak
yang masih muda. Biasanya dipengaruhhi oleh tingkatab usia atau
factor kelahiran. Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu
keluarga yang harmonis, dimana untuk mencapai keluarga yang
harmonis, semua anggota keluarga harus didorong untuk
mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan
pengalaman-pengalaman.
2.1.3. Motivasi Belajar
2.1.3.1. Pengertian Motivasi Belajar
Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion”
yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak.Berawal dari kata motif itu
motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.Motif
dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat diperlukan. Demikian pengertian motivasi belajar
a) Menurut Mc. Donald yang di kutip oleh Sardiman (2003: 198),
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini
mengandung tiga elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu
manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi
seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
b) Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) motivasi belajar adalah suatu
kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti
dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.
c) Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), bahwa motivasi belajar
merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang
memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha
untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan
pengembangan belajar.
Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi belajar dari
penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati
belajarnya.Indikator yang dipakai dalam variabel motivasi belajar adalah (Uno,
2008):
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;
3. Adanya harapan dan cita-citamasa depan;
4. Adanya penghargaan dalam belajar;
5. Adanyakegiatan yang menarik dalam kegiatan belajar
6. Adanyalingkungan belajar yang kondusif
2.1.3.2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa
aspek-aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :
a. Tanggung jawab
b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan
tidak mudah menyerah
c. Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk
kegiatan belajar
d. Memperhatikan umpan balik
e. Waktu penyelesaian tugas
f. Menetapkan tujuan yang realistis
Menurut Sardiman (2004) menerangkan bahwa motivasi yang ada pada diri
setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan
hambatan, tidak lekas putus asa).
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang
dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya
masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan
sebagainya).
e. Lebih senang bekerja mandiri.
f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
g. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan
dipandangnya cukup rasional).
h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
i. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
2.1.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati & Mudjiono (1999), terdapat beberapa unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain:
a. Cita-cita atau aspirasi siwa.
b. Kemampuan siswa
c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), motivasi belajar dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain :
a. Budaya
b. Keluarga
c. Sekolah
Macam-macam motivasi belajar antara lain:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri (ibid)”. Suatu kegiatan/aktivitas yang dimulai dan diteruskan
berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.
Motivasi intrinsik lebih menekankan pada faktor dari dalam diri sendiri,
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diragsang dari
luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
seusuatu. Pada motivasi intrinik “tidak ada sasaran tertentu, dan karenanya
nampak lebih sesuai dengan dorongan asli yang murni untuk mengetahui serta
melakukan sesuatu (aktivitas) (Nolker dan Schienfeldt, 1988:4).
Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik ini antara lain
adalah 1) adanya kebutuhan (Indrakusuma, 1973:163); karena adanya
kebutuhan dalam diri individu akan membuat individu yang bersangkutan akan
berbuat dan berusaha. 2) adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
(Ibid); dengan mengetahui hasil prestasinya sendiri, apakah ada kemajuan atau
tidak, maka akan mendorong individu yang bersangkutan untuk belajar lebih
giat dan tekun lagi. 3) adanya aspirasi atau cita-cita (Ibid,164); dengan adanya
cita-cita, makan akan mendorong seseorang untuk belajar terus demi untuk
mewujudkan cita-citanya.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang
dihasilkan dari luar perbuatan itu sendiri misalya dorongan yang datang dari
orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat yang berupa hadiah,
pujian, penghargaan, maupun hukuman.
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (2004:90-91) adalah “motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dalam belajar
tidak hanya memperhatikan berbagai kondisi internal siswa, tetapi juga
memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti aspek sosial yang meliputi
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman. Aspek budaya dan adat
istiadat serta aspek lingkungan fisik, misalnya rumah dan suhu udara.
Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: 1)Ganjaran
(Indrakusuma, 1973:164); Ganjaran dapat menjadikan pendorong bagi siswa
untuk belajar lebih baik. 2) Hukuman (Ibid, 165); Hukuman biarpun merupakan
alat pendidikan yang tidak menyenangkan, namun demikian dapat juga menjadi
alat motivasi, alat pendorong untuk membuat siswa lebih giat belajar agar siswa
tersebut tidak lagi memperoleh hukuman. 3) Persaingan atau kompetisi (Ibid);
dengan adanya kompetisi maka dengan sendirinya akan menjadi pendorong
bagi siswa untuk lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan
teman-temannya.
Dari uraian diatas, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik
perlu digunakan dalam proses belajar mengajar. Motivasi sangat diperlukan
guna menumbuhkan semangat dalam belajar, lagipula sering kali para siswa
belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah.
Dengan motivasi, siswa dapat memelihara ketekunan dalam melakukan
oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Guru dapat melakukan hal
tersebut dengan mencari perhatian siswa ketika memulai pelajaran.
2.1.3.5. Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:97), menyatakan bahwa dalam
belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil belajar.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Sedangkan menurut Hamalik (2001:161) mengemukakan bahwa fungsi
motivasi meliputi:
1. Mendorong timbulnya jekakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
makan tidak akan timbul sesuatu perbuatab seperti belajar,
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil. Besar kecilnya mtoivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.
Sedangkan menurut Sardiman (2004:85), motivasi memiliki tiga fungsi
yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai denga rumus tujuannya,
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
2.1.4. Intensitas Komunikasi Orang Tua
Dalam berkomunikasi, segala sesuatu yang akan disampaikan oleh
seorang individu atau kelompok kepada orang lain memiliki maksud dan tujuan
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan memiliki taraf
kedalaman yang berbeda-beda.
Menurut John Powell yang dikutip oleh Djamarah menyebutkan ada
lima taraf dalam komunikasi, yaitu :
1. Taraf basa-basi
Yakni taraf komunikasi yang paling dangkal dan terjadi dalam waktu yang
sangat singkat. Biasanya terjadi pada dua orang yang bertemu secara
kebetulan. Kemudian antara individu yang satu dengan individu yang lain
sebagai lawan bicaranya tidak membuka diri untuk lebih jauh dalam
membicarakan suatu hal.
2. Taraf membicarakan orang lain
Pada tahap ini antara dua orang yang berkomunikasi belum memiliki
kemauan untuk saling membuka diri, karena mereka hanya membicarakan
orang lain dan sekedar bertukar informasi.
Pada tarf ini kedua belah pihak sudah mau membuka diri namun masih
menjaga jarak dan saling berhati-hati. Pada tahap ini seorang individu
berusaha untuk membuat lawan bicaranya senang.
4. Taraf mengungkapkan isi hati
Pada tahap ini masih ada hal-hal yang mengganjal karena masih belum bisa
saling percaya sepenuhnya antara satu sama lain.
5. Taraf hubungan puncak
Pada taraf ini ditandai dengan adanya kejujuran antara satu sama lain,
kemudian keterbukaan antar pihak, saling pengertian dan saling percaya
satu sama lain. (Djamarah,2004:11-12).
Jadi dari beberapa taraf komunikasi yang telah diuraikan di atas daapat
disimpulkan bahawa intensitas komunikasi bisa terjadi pada taraf hubungan puncak
dengan ditandai dengan adanya kejujuran, ketebukaan dan saling percaya kedua
pihak.
Sebagaimana yang dinyatakan oelh Devito (2009) yang dikutip oleh
Indrawan dalam “Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya” menyatakan
bahwa :
“Intensitas komunikasi adalah tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang
terjadi saat berkomunikasi dengan orang. Intensitas komunikasi yang terjadi
secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan
saling percaya yang dapat memunculkan suatu respon dalam bentuk
Menurut Devito (2009) yang dikutip oleh Indrawan, menyatakan bahwa
untuk dapat mengukur intensitas komunikasi antar individu dapat ditinjau dari enam
aspek, yaitu :
1) Frekuensi berkomunikasi
Frekuensi disini berarti tingkat kekerapan atau keseringan orang tua dengan
anaknya saat melakukan aktivitas komunikasi. Misalkan tingkat kekerapan
melakukan komunikasi disini dilakukan dalam satu minggu 3 kali atau dalam
satu bulan sebanyak 4 kali, dan seterusnya.
2) Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi.
Durasi disini berarti lamanya waktu atau rentang waktu yang digunakan pada
saat melakukan aktivitas komunikasi. Lamanya waktu waktu yang digunakan
bisa bervariasi, misalkan dalam satu kali bertemu lamanya waktu yang
digunakan bisa mencapai 2 jam, atau 3 jam dan atau mungkin bisa lebih dari
itu. Dan bisa juga kurang dari 1 jam.
3) Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi
Perhatian yang diberikan saat berkkomunikasi diartikan sebagai focus yang
dicurahkan oleh partisipan komunikasi pada saat berkomunikasi. Perhatian
disini mengarah pada pemusatan seluruh tenaga yang mengiringi aktivitas
orang tua yang secara sadar ditujukan pada anaknya untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal.Disini bisa dicontohkan, ketika seorang anak
mendapatkan peringkat di kelasnya orang tua memberikan perhatian
denganmemberikan pujian kepada sang anak dan tau setiap kali orang tua
berkunjung atau pun berkomunikasi lewat telfon, orang tua tidak segan untuk
memberikan nasehat dan drongan kepada anak ketika anak merasa putus
semangat.
4) Keterarturan dalam berkomunikasi
Keteraturan disini berarti kesamaan sejumlah keadaan, kegiatan, atau proses
yang terjadi beberapa kali atau lebih dalam melakukan aktivitas komunikasi
yang dilakukan secara rutin dan teratur. Misalkan, orang tua berkunjung
selalu pada hari minggu atau ketika libur kegiatan di pondok pesantren di
hari jumat dan atau ketika anak berkomunikasi dengan orang tua lewat telfon
setiap hari jumat entah dalam satu minggu 3 kali atau dalam rentang waktu
yang lainnya.
5) Tingkat keluasan pesan berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak
berkomunikasi
Tingkat keluasan pesan saat berkomunikasi mempunyai anti ragam topic
maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi dan sejumlah
orang yang dijak untuk berkomunikasi berkaitan dengan kuantitas atau
banyaknya yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas
komunikasi. Misalkan disini orang tua dan anak tidak hanya berkomunikasi
seputar masalah sekolah dan juga kegiatan selama belajar di pondok
pesantren namun bisa berkaitan dengan kelanjutan belajar anak setelah lulus
dari sekolah, atau juga orang tua menyampaikan kabar tentang peristiwa –
peristiwa yang terjadi di rumah atau lingkungan tempat tinggal anak
selama masih berada di pesantren, dan seterusnya.
Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi disini berkaitan dengan pertukaran
pesan secara lebih detail yang ditandai dengan adanya kejujran, keterbukaan, dan
sikap saling percaya antaar partisipan pada saat berkomunikasi. Misalkan, anak
tidak takut dan juga tidak malu ketika harus menceritakan masalahnya kepada
orang tua. Demikian juga orang tua tidak segan-segan menecritakan masa
lalunya kepada anak sebagai acuan ataupun motivasi kepada anak untuk bisa
mengambil pelajaran yang baik-baik saja. Kemudian anak selalu berkata jujur,
dan tidak menutup-nutupi kesalahan yang pernah diperbuatnya, dan seterusnya
(Indrawan, 2013)
2.1.5. Teori Herzberg
Frederick Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua
faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Menurut Herzberg (Hasibuan, 1996:
108), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai
kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya
faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor
higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di
dalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan
sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya
adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor
Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya
dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu (Hasibuan,
1996:109):
a. Maintenance Factor
Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan
ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus,
karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya
orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi lalu makan lagi dan seterusnya.
b. Motivation Factors
Motivation Factorsadalah faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan
psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.
Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang
secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk,
ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya.
Berhubungan dengan motivasi belajar siswa, teori Herzberg menjelaskan bahwa
motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi dua faktor yakni motivasi intrinsik dan
motivasi ektrinsik. Motivasi intriksik yang dimaksud adalah mtoivasi yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri misalnya keinginan untuk berprestasi
setinggi-tingginya.Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang mendorong siswa keluar
dari ketidakpuasan termasuk hubungan antar manusia, dalam penelitian ini
hubungan antar manusia yang dimaksud adalah hubungan dengan orang tua dalam
2.2. Kerangka Berfikir
Penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh komunikasi orang tua terhadap
motivasi belajar anak di rumah.. Kerangka berfikir yang dibangun dalam penelitian
ini dijelaskan dalam gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Motivasi belajar sangat penting dalm proses pembelajaran. Motivasi belajar
ialah dorongan yang ada pada diri seseorang yang dapat dipengaruhi oleh keadaan
internal maupun eksternal yang akan mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatam belajar agar mencapai tujuan tertentu. Banyak factor yang mempengaruhi
motivasi belajar salah satunya yaitu intensitas komunikasi orang tua di rumah.
Intensitas komunikasi orang tua adalah tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi
dengan anak dalam bentuk frekuensi berkomunikasi, frekuensi disini menjelaskan
seberapa tingkat keseringan orang tua dengan anaknya saat melakukan komunikasi.
Peneliti disini melihat frekuensi dalam berkomunikasi berpengaruh terhadap
motivasi belajar dalam hubungan interpersonal antara orang tua dan anak.
Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi disni berapa lamanya waktu
yang digunakan pada saat melakukan aktivitas komunikasi anatara orang tua dengan
anak. Peneliti disini melihat dengan durasi komunikasi antara orang tua dan anak
dapat menjadi alat transmisi pengetahuan kepada anak untuk meraih prestasi yang
dicapai. Seberapa lamanya komunikasi antara orang tua dan anak dapat meluangkan
waktu yang banyak pula untuk menyalurkan informasi atau pengetahuan untuk anak
mengenai norma etika dalam kehidupan sehari-hari.
Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi sangat penting untuk anak
karena perhatian disini berpengaruh pada anak untuk memperoleh hasil belajar yang
optimal. Peneliti disini melihat perhatian yang diberikan orang tua kepada anak
dapat memperngaruhi kemajuan anak dalam hal belajar.
Keteraturan dalam berkomunikasi disini kesamaan sejumlah keadaan,
kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih dalam melakukan aktivitas
bagaimana keteraturan dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal. Keteraturan tersebut dapat mendukung proses belajar anak.
Tingkat keluasan pesan disini orang tidak hanya berkomunikasi seputar
masa sekolah, namun bisa berkaitan dengan kelaanjutan belajar setelah lulus daari
sekolah. Peneliti melihat tingkat keluasan disini orang tua dapat saling berbagi
informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang trerhadi di rumah ,atau di lingkungan
tempat anak belajar tingkat keluasan pesan berkomunikasi dapat mempengaruhi
terhadap kemajuan anak, karena orang tua disini tidak hanya berkomunikasi sepurtar
masalah di sekolah atau kegiatan sekolah akan tetepai orang tua juga berkomunikasi
tentang kelanjutan belajar anak.
Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi disini berkaitan dengan
pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan adanya
kejujursn,keterbukaann. Peneliti melihat hal tersebut dapat mempengaruhi sikap
tanggung jawab anak dalam lingkungan social.
2.3. Hipotesis Penelitian
Dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono (2012:64), hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan maslaah
penelitian, belum jawaban yang empiris.
1. Ha: Ada pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua- anak terhadap
motivasi belajar siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari.
2. Ho :Tidak ada pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua- anak terhadap
motivasi belajar siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari.
2.4 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini
dijelaskan dalam tabel 2.1 di bawah ini
Tabel 2.1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Skala
Sumber : Operasionalisasi Variabel, 2016
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini didasarkan oleh hasil penelitian terdahulu yang dijabarkan
pada tabel 2.1. dibawah ini.
No ITEM Hodijah Siti Zulaekhah Maya
sdn 2 parungsari Lebak)
2 Tahun 2012 2014 2016
3 Penerbit Universitas Gunadarma
5 Metode/Paradigma Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif 6 Hipotesis
koefisienkorelasi r =
No ITEM Hodijah Siti Zulaekhah Maya tersebut menunjukkan
ada korelasi positif yang signifikan yang menyatakan bahwa
yang berarti terdapat
hubungan pola
motivasi dan prestasi
belajar siswasekolah
dasar.lajar
8 Persamaan Meneliti komunikasi orang tua 9 Perbedaan Meneliti hubungan
intensitas komunikasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu
berdasarkan pada ciri keilmuan, yaitu rasional empiris dan sistematis. Melalui
penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang diperoleh
dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah dalam kehidupan manusia. Memahami berarti memperjelas suatu masalah
yang sebelumnya tidak diketahui lalu menjadi tahu. Memecahkan berarti
meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti suatu upaya
dilakukan sehingga masalah tidak timbul ( Sugiyono, 2012).
Pendekatan peneliatian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitaif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah
yang hasilnya dapat di generalisasikan, dengan demikian penelitian ini tidak terlalu
mementingkan kedalaman data atau analisis. (Kriyantono,2008).
Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian eksplanatif kuantitatif.
Eksplanatif adalah penelitian yang menghubungkan atau mencari sebab akibat atau
lebih konsep dua variabel yang akan diteliti. Penelitian eksplanatif dapat dibagi dua
sifat yaitu: komperatif membandingkan antar variabel yang satu dengan variabel
lain) dan asosiatif ekplanatif dapat dibagi menjadi dua sifat kompertaif
(membandingankan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain) dan asosatif
(menjelaskan hubungan korelasi antar variabel). Dalam penelitian ini juga
menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau kebih konseo (variabel)
yang akan diteliti. Variabel adalah konsep yang bisa diukur. (Burhan,2009).
Penelitian ini termasuk dalam kuantitatif eksplanatif yang bersifat assosiatif,
yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana peneliti
akan berusaha menjelaskan “Seberapa Besar Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang
Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak”.
Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa peneliti mencoba
menggambarkan dan menjelaskan mengenai mengapa suatu fenomena dapat terjadi
dan seberapa besar pengaruhnya, serta peneliti mencoba untuk menjelaskan
hubungan yang terjadi antara dua atau lebih variabel.
Dimana dalam penelitian ini Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua
sebagai variabel independen (X), dan Motivasi Belajar Siswa sebagai variabel
dependen (Y). Hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebaigai
berikut :
Gambar 3.1
Hubungan Sebab Akibat
3.2 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma positivistic, yang dilandasi
pada suatu asumsi bahawa suatu gejala itu dapat diklasikasikan, dan hubungan
Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua
gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakaukan penelitan
dengan memfokuskan kepasa beberapavariabel saja.
.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan
priset untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan ata yang dibutuhkan, amak
penulis menggunakan teknik pengumpulsn data sebagai berikut:
3.3.1 Kuesioner (Angket)
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
penyerahan kuesioner berisi daftar pertanyaan atau pernyataantertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesionenya merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari resonden. Selain itu kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah responden cukup besar dantersebar di wilaayh yang luas.
Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka. Dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau
internet (Sugiyono,2012).
Jenis angket (kuesinoner) dalam penelitian ini adalah angket tertutup.
Dimana responden telah diberikan alternative jawaban oleh priset. Data
dikumpulkan dengan menybearkan kuesioner kepada Siswa/I kelas 6 di SDN 1
Parungsari SDN 2 Parungsari Rangkasbitung.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan
menggunakan 1 jenis data, yaitu data ordinal dengan skor penilaian dari empat
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang
fenomena social. Skala likert adalah skala yang berisi pertanyaan sistematis
untuk menemukan sikap responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam skala tersebut. Indeks dalam skala likert menunjukkan bahwa
masing-masing kategori jawaban memiliki intensitas yang sama.
Sebelum data dianalisi, terlebih daahulu dilakukan pengolahan data.
Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah
melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (Scoring) sesuai dengan system
yang ditetapkan debgan emnggunakan skala likert 4-3-2-1. Dengan skala likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel.
Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif samapai sangat positif.
Dalam penelitian ini , untuk data skala likert, respodnen akan diminta
menjawab pernyataan dengan alternative jawaban sebagai berikut:
a. Sangat Setuju (SS), yaitu memiliki skor 4
b. Setuju (S), yang memiliki skor 3
c. Tidak Srtuju (TS) yang emmiliki skor 2
d. Sangat Tidak Setuju (STS), yang memiliki skor 1
Sedangkan pada data ordinal, penilis juga menetapkan dengan empat
alternative jawaban untuk ,memudahkan dalam analisis data, yaitu sebagai
berikut:
a. Selalu, yang emmiliki skor 4s
c. Kadang-kadang. Yang emmiliki skor 2
d. Tidak Pernah, yang memiliki skor 1
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2012), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sujana(1996) mengenukakan bahwa totalitas semua nilai yang merupakan hasil
menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari
semua anggota kumpulan yang lengkap dan jenis yang dipelajari sifat-sifatnya
dinamakan populasi.
Salah satu unsur penting dalam penelitian adalah objek yang menjadi
populasi penelitian ini yakni siswa SDn 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari
Rangkasbitung yang berjumlah 78 orang dengan klasififikasi sebagai berikut”:
a. Siswa/I kelas 6 SDN 1 Parungsari = 42 orang
b. Siswa/I kelas 6 SDN 2 Parungsari = 36 orang
3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diuji). Menurut Sugiono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel secara sederhana
dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data populasi
yang mewakili seluruh populasi. Dalam hal ini peneliti memerlukan sampel yang
reresentatif dapat diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur
dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama
pada semua unsur populasi yang dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan yang
sebenarnya dalam keseluruhan populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.
Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi (Sugiyono,2007). Alasam mengambil total samping karena
menurut Sugiyono, jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian semuanya.. Penelitian ini mengambil siswa kelas 6
sd karena usia mereka menginjak remaja dimana merkea mangerti tentang
kuesioner, pennulis ingin melihat bagaimana orang tua mengajarkan anaknya
menghadapi UN, dan ingin mengetahui bagaimana pola ajar orang tua di
kampung.
3.5 Teknik Pengolahan Data
1. Tahap pemeriksaan (Editing)
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiata ini menjadi penting karenapada
kenyataannya data yang terhimpun terkadang belum memenuhi harapan
peneliti. Ada diantaranya yang kurang atau terlewat, tumpah tindih,
berlebihan bahkan terlupakan
2. Taahap Pengodean (Coding)
Pada tahap ini, data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti