• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI RUMAH Studi Pada Siwa/I Kelas 6 SDN 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari Lebak - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR ANAK DI RUMAH Studi Pada Siwa/I Kelas 6 SDN 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari Lebak - FISIP Untirta Repository"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

i

Lebak

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

(S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh :

MAYA

NIM.6662122388

KONSENTRASI HUMAS

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha”

Bismillah…

Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama dan Bapak

(6)

v

M.Si. dan Pembimbing II Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si.

Intensitas komunikasi merupakan tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang terjadi saat berkomunikasi dengan orang.Dampak secara psikologis dengan adanya intensitas komunikasi orang tua adalah Intensitas komunikasi secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang dapat memunculkan suatu respon dalam bentuk perilaku atau tindakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel

“Intensitas Komunikasi Orang Tua” terhadap “Motivasi Belajar Anak di Rumah”.Teori dalam penelitian ini adalah Teori Hezberg. Teori ini menelaah

dorongan seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan..Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari yaitu 78 orang. Sampel penelitian ini sebanyak 78 sampel responden. Sementara teknik sampling yang digunakan adalah Sampling jenuh. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Variabel intensitas komunikasi orang tua Sdn 1 menghasilkan nilai persentase sebesar 75,56%. Sementara Motivasi Belajar Anak di Sdn 1 Parungsari menghasilkan nilai persentase sebesar 91,78% %. Sedangkan Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Variabel intensitas komunikasi orang tua Sdn 2 menghasilkan nilai persentase sebesar 76,43,%. Sementara Motivasi Belajar Anak di Sdn 2 menghasilkan nilai persentase sebesar 67,60 %. Dari hasil uji analisis korelasi dapat dijelaskan bahwa hubungan antara Variabel “Intensitas Komunikasi Orang Tua ”dengan “Motivasi BelajarAnak di Rumah ” Sdn 1 adalah sebesar 0,606. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bernilai Tinggi,Sedangkan Intensitas Komunikasi Orang Tua ”dengan “Motivasi Belajar Anak di Rumah” Sdn 2 adalah sebesar 0,728,. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bernilai Tinggi.

(7)

vi

1 and 2 Parungsari Lebak). Supervisor I Dr.Rd. Nia Kania K. S.I.P., M.Si. and Supervisor II Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si.

The intensity of communication is the depth and breadth of the message that occurs when communicating with people. The impact of psychological intensity of communication with their parents is the intensity of communication deeply marked by honesty, openness and mutual trust that can bring a response in the form of behavior or action. The purpose of this study was to determine how much influence between the variables "Intensity Communication Parents" to "Motivation Children at Home". The theory in this research is the theory Hezberg. This theory examines the urge someone to try to achieve satisfaction and keep away from dissatisfaction. The method used in this research is a quantitative method. The population in this study were students in grade 6 Sdn 1 Parungsari and 2 Parungsari Sdn is 78 people. Sample this study of 78 samples of respondents. While the sampling technique used is saturated Sampling. Research results show that the variable intensity of parent communication Sdn 1 produces a percentage value of 75.56%. While Motivation Children Sdn 1 Parungsari yield percentage value 91.78%%. While the result shows that the variable intensity of parent communication Sdn 2 yield 76.43 percentage value,%. While Motivation Children Sdn 2 generates value percentage of 67.60%. Correlation analysis of test results can be explained that the relationship between the variables "Intensity Communication Parents" with "Motivation Children at Home" Sdn 1 is equal to 0.606. This shows that the relationship between the two variables High-value, while Intensity Communication Parents "with" Motivation Children at Home "Sdn 2 amounted to 0.728 ,. This shows that the relationship between the two variables High-value.

(8)

vii

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan, berkat rahmat, nikmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR ANAK DI RUMAH (Studi pada siswa/i kelas 6 SDN 1

Parungsari dan SDN 2 Parungsari Lebak)” ini. Penyususnan skripsi ini dimaksudkan

guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata (S1)

pada program studi Ilmu Komunikasi dalam konsentrasi Humas di Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtyasa.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,

penulis mengharpkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan skripsi

ini. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya dibantu oleh banyak pihak, oleh karena

itu penulis ingin menyampaikan terima kasih atas doa’nya, bimbingan, serta

motivasinya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtyasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtyasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas

(9)

viii

skripsi ini.

5. Bapak Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II skripsi

yang membimbing saya, memberikan arahan serta masukan untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Ulivianna Restu H, S.Sos, M.I.kom selaku Dosen Pembimbing Akademik.

7. Ibu Andin Nesia, S.IK., M.Ikom, selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi.

8. Bapak Husnan Nurjuman, M.Si, selaku Dosen Penguji Skripsi.

9. Staff prodi Ilmu Komunikasi yang telah membantu kelancaran proses

pendaftaran sidang.

10.Kedua orang tua ku Bapak H.Masduki dan Ibu Hj.Amna , terimakasih atas do’a

dan dukungan yang tak pernah putus, juga untuk kesabaran memberi dukungan

moril dan materil.

11.Untuk Esa Bara Andestian Dimilla yang special terimakasih banyak untuk selalu

memberikan semangat dan dukungannya.

12.Untuk sahabat-sahabatku Dania Pratiwi, Dosta Taruli Gabe, Putri Wulandari

yang memberi dukungan.

13.Semua responden yang telah membantu mengisi kuesioner dalam penelitian ini.

(10)

ix

khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.

Serang 01 Januari 2017

(11)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xxi

DAFTAR GRAFIK ... xxiv

DAFTAR GAMBAR ... xxv

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Identifikasi Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

(12)

xi

2.1.1.2 Jenis KAP ... 11

2.1.2 Komunikasi Keluarga ... 12

2.1.2.1 Keluarga ... 12

2.1.2.2 Bentuk Komunikasi Keluarga ... 13

2.1.3 Motivasi Belajar ... 14

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ... 14

2.1.3.2 Aspek-aspek motivasi belajar ... 16

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengruhi ... 17

2.1.3.4 Macam-macam Motvasi Belajar ... 17

2.1.3.5 Fungsi Motivasi Belajar ... 18

2.1.4 Intensitas Komunikasi Orang Tua ... 21

2.1.5 Teori Hezberg ... 2

2.2 Kerangka Berfikir ... 27

2.3 Hipotesis Penelitian ... 29

2.4 Operasional Variabel ... 30

2.5 Penelitian Terdahu ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 34

3.2 Paradigma Penelitian ... 35

(13)

xii

3.4.1 Populasi ... 38

3.4.2 Sampel ... 38

3.5 Teknik Pengolahahnn Data ... 39

3.6 TeknikAnaliisi Data ... 40

3.6.1 Uji Validitas ... 41

3.6.2 Uji Rliabilitas ... 42

3 .6.3 Analisis Data ... 43

3.6.4 Uji Normalitas Data ... 44

3.6.5 Uji Koefisien Korelasi ... 45

3.6.6 Analisis Regresi linear Sederhana ... 46

3.6.7 Koefisien Determinasi ... 46

3.6.8 Lokasi dan Jadwal Pengujian ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN 4.1 Profil Lokasi Penelitian ... 48

4.1.1 Gambaran Umum ... 48

4.1.2 Struktur Organisasi ... 49

4.2 Hasil Pengujian Validitas ... 51

4 .2.1 HasilUji Validitas x Sdn 1 ... 52

(14)

xiii

4.3 Hasil Pengujin Realiabilitas ... 55

4.3.1 Hasil uji realibitas x sdn 1 ... 56

4.3.2 Hasil uji realibitas x sdn 2 ... 56

4.3.3 Hasil uji realibitas y sdn 1 ... 56

4.3.4 Hasil uji realibitas y sdn 2 ... 57

4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 57

4.4.1 Data diri Responden ... 57

4.4.1.1 Data Berdasarkan Usia ... 58

4.4.1.2 Data berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.4.1.3 Data Berdasarkan Hobi ... 61

4.4.2 Tanggapan Responden x SDN 1 ... 63

4.4.3 Tanggapan Responden Y SDN 1 ... 90

4.4.4 Tanggapan responden X SDN 2 ... 108

4.4.5 Tanggapan Responden y SDN 2 ... 135

4.5 Pengujian Data Statistik ... 153

4.5.1 Analisis Deskriptif Data ... 153

4.5.2 Hasil Uji Nomalitas Data ... 154

4.5.3 Hasil Uji Koefisien Korelasi ... 155

4.5.4 Hasil Pengujian Regresi dan Signifikansi... 159

(15)

xiv

4.1 Pembahasan ... 170

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 173

5.1 Saran ... 174

DAFTAR PUSTAKA ... 175

LAMPIRAN... 179

(16)

xv

Tabel 2.1Operasiopnal Variabel ... 30

Tabel 2.2Peneliti Terdahulu ... 31

Tabel 3.1Tingkat Reliabilitas ... 42

Tabel 3.2Kriteria Interpretasi Skor Berdasarkan Persentase ... 43

Tabel 3.3Kriteria Interpensi Koefisien Korelasi ... 45

Tabel 3.4Jadwal Penelitian ... 47

Tabel 4.1 uji validitas X Sdn1... 52

Tabel 4.2 uji validitas X SDN 2 ... 53

Tabel 4.3 uji validitas Y SDN 1 … ... ………..54

Tabel 4.4 uji validitas Y SDN 2 …… ... ………..55

Tabel 4.5 uji reliabilitas x SDN 1……… ... ……….56

Tabel 4.6 uji reliabilitas x SDN 2 ……… ... ………..56

Tabel 4.7 uji reliabilitas Y SDN 1 ……… ... ………..57

Tabel 4.8 uji reliabilitas Y SDN 2……… ... ………..57

Tabel 4.9 Data Responden berdasarkan Usia……… ... ………58

Tabel 4.10 Data Responden berdasarkan Jenis Kelamin……… ... ………..59

Tabel 4.11 Data Responden berdasarkan Hobi……… ... …………..61

Tabel 4.12 x1_SDN 1 1……… ... ……….63

(17)

xvi

Tabel 4.16 x5……… ... …..….69

Tabel 4.17 x6………..… 70

Tabel 4.18 x7……… ... …..71

Tabel 4.19 x8……….… ... 73

Tabel 4.20 x9……… ... 75

Tabel 4.21 x10……… ... 76

Tabel 4.22 x11……….……… ... 78

Tabel 4.23 x12……….. ... 79

Tabel 4.24 x13……….……….. ... 81

Tabel 4.25 x14……….……….. ... 82

Tabel 4.26 x15……….………… ... 84

Tabel 4.27 x16……… ... 85

Tabel 4.28 x17……… ... 88

Tabel 4.29 x18……… ... 89

Tabel 4.30 y1 sdn 1 ……….. ... 91

Tabel 4.31 y2……….………… ... 92

Tabel 4.32y3……….…… ... ……..93

Tabel 4.33y4……….……… ... …..94

(18)

xvii

Tabel 4.37y8……… ... …….100

Tabel 4.38y9………..……… ... ……..102

Tabel 4.39y10……… ... ……..103

Tabel 4.40y11……… ... ……..105

Tabel 4.41 y12……….……… ... ……106

Tabel 4.42x1 SDN 2……… ... ……108

Tabel 4.43x2……… ... ………..109

Tabel 4.44 x3……….……… ... ………….111

Tabel 4.45 x4……… ... …….…….112

Tabel 4.46 x5……… ... …..………114

Tabel 4.47 x6……… ... ….………..115

Tabel 4.48 x7……… ... …………116

Tabel 4.49 x8……….. ... .………..117

Tabel 4.52 x9……….. ... ………….120

Tabel 4.51 x10……… ... ….……….121

Tabel 4.52 x11……….……… ... …………122

Tabel 4.53 x12……… ... …………123

Tabel 4.54 x13………..……… ... ………..126

(19)

xviii

Tabel 4.58 x17……… ... ……….132

Tabel 4.59x18………... ... …………..133

Tabel 4.60y1sdn 2 ……… ... …..……..135

Tabel 4.61y2……….. ... ……….136

Tabel 4.62 y3……… ... ..…………..138

Tabel 4.63 y4………..… ... ……….139

Tabel 4.64 y5………..…………..141

Tabel 4.65 y6……….…142

Tabel 4.66 y7……….……….…………..144

Tabel 4.67 y8……… ... …….…………145

Tabel 4.68 y9……… ... ……….147

Tabel 4.69 y10……… ... ………148

Tabel 4.70 y11………..… ... ………150

Tabel 4.71 y12……… ... ………151

Tabel 4.72 Hasil Uji Normalitas Data………... ………..155

Tabel 4.73 Correlations sdn 1……… ... ……….157

Tabel 4.74 Correlations sdn 2……… ... ………158

(20)

xix

Tabel 4.78 Coefficientsa sdn 2 ……… ... ………..165

Tabel 4.79 ANOVA sdn 1……… ... ..167

Tabel 4.80 ANOVAa sdn 2……… ... …..167

Tabel 4.81 Model Summarysdn 1 ……… ... .168

(21)

xx

Diagram 4.2 Jenis Kelamin ... 60

(22)
(23)

xxii

(24)

xxiii

(25)

xxiv

Gambar 3.1 Hubungan sebab akibat……… ... 35 Gambar 4.1 strukutur organisasi sdn 1………. ... .50

(26)

xxv

(27)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia tahun 1945 pasal 31 tentang Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam

pasal 31 ayat (1) dijelaskan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”. Sedangkan pasal 31 ayat (2) menjelaskan bahwa “Setiap warga

negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintagh wajib

membiayainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan hak

dari setiap warga negara dan wajib mengikuti pendidikan dasar.

Pemerintah sebagai penyelanggara sistem pendidikan nasional sekaligus

melaksanakan tujuan pendidikan nasional sesuai Undang-Undang Dasar

Republik Indonesia tahun 1945 merencanakan mengganti program wajib belajar

9 tahun menjadi program wajib belajar 12 tahun. Perencanaan program wajib

belajar 12 tahun dimulai pada tahun 2015(http://www.kemdikbud.go.id/, 2015) .Perubahan program wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belajar 12 tahun

dilakukan pemerintah dikarenakan semakin meningkatnya tuntutan akan

kualitas sumber daya manusia. Sekaligus pendidikan merupakan salah satu cara

untuk mengatasi permasalahan kemiskinan.

Pendidikan di Indonesia dimulai dari pendidikan wajib 12 tahun yang

terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah pertama

(28)

paling besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutanya. Sekolah

dasar menjadi pondasi sekaligus menjadi pilar pembangunan masa depan.

Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan

formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari

kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).Pelajar sekolah dasar umumnya

berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun

wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun

dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun (kemendikbud.go.id,

2015) .

Pendidikan dasar menjadi pondasi dalam menanamkan nilai awal dan

jenjang pertama untuk mengenalkan pendidikan dan nilai-nilai moral kepada

anak. Di jenjang ini, anak diperkenalkan tentang bagaimana proses belajar yang

baik dan bagaimana interaksi antara guru dan murid. Winkle (1983) dalam

Riyanto (2009:5)menjelaskan bahwa Belajar adalah suatu proses mental yang

mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan atau sikap

yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan

tingkah laku yang progresif dan adaptif. Berdasarkan pernyataan Winkle

tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil dari proses belajar adalah tingkah laku

yang progresif dan adaptif.

Proses belajar di sekolah dasar dipengaruhi oleh beberapa faktor

Solichin (2006:141-143)menjelaskan prinsip-prinsip belajar terdiri dari

perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung dan berpengalaman,

(29)

paling utama yang paling berpengaruh pada proses belajar adalah motivasi

belajar. Solichin (2006:141) menjelaskan bahwa motivasi adalah mesin

penggerak yang mendorong siswa melakukan aktivitas belajarnya. Motivasi

dapat menjadi alat dan tujuan pembelajaran.

Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar, sebab seseorang yang

tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan

aktivitas belajar. Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Manuhutu, 2015:

108).

Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu

adalah faktor komunikasi dalam keluarga khususnya orang tua. Pendidikan

yang dilakukan dalam keluarga bisa muncul dalam bentuk penanaman

nilai-nilai yang dianut dalam keluarga. Karena keluarga merupakan salah satu

lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan

pendidikan, dengan menanamkan nilai-nilai moral yang bersifat positif maka

anggota keluarga akan menjalankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

Komunikasi keluarga merupakan proses komunikasi yang berlangsung

dalam keluarga dimana isi pesan komunikasinya lebih bersifat kekeluargaan,

apakah itu menyangkut rencana keluarga, pembinaan dan pendidikan anak anak

serta hal hal lain yang pada dasarnya bertujuan untuk mengharmoniskan

hubungan anggota keluarga secara keseluruhan, demi terwujudnya keluarga

yang sehat jasmani dan sehat rohani (Watuliu, 2015:2).

Komunikasi antara anak dan orang tua merupakan bentuk dari

(30)

interpersonal merupakan komunikasi penyampaian pesan yang disampaikan

komunikator kepada komunikan yang tujuan dari komunikasi itu adalah

mengubah sikap lawan bicaranya atau menimbulkan efek timbal balik sehingga

komunikasi yang dilakukan bisa berjalan dengan baik (Junaidi, 2013:6).

Komunikasi antara orang tua dan anak dalam memotivasi belajar berupa

dukungan dan pemahaman yang diberikan oleh orang tua kepada anak tentang

pentingnya belajar. Cara orang tua dalam berkomunikasi sangat berpengaruh

terhadap penyampaian motivasi dan pesan kepada anak. Lingkungan keluarga

yang harmonis dan orang tua yang memberikan motivasi dengan cara yang

benar dapat meningkatkan motivasi belajar anak.

Penelitian-penelitian tentang motivasi belajar sudah banyak dilakukan

oleh peneliti-peneliti sebelumnya diantaranya oleh Zulaekhah dan Zubaidah

(2014) dan Hodijah (2012). Zulaekhah dan Zubaidah (2014) dalam

penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pola

komunikasi orangtua denganmotivasi belajar siswa dan hubungan pola

komunikasi orangtua dengan prestasiakademik anak. Pola komunikasi orang tua

berhubungan dengan motivasi dan prestasi belajar siswasekolah dasar.

Penerapan pola komunikasi orang tua yang baik akan mendukung motivasi dan

prestasibelajar anak. Sedangkan penelitian Hodijah (2012) menemukan bahwa

ada korelasi positif yangsignifikan yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara intensitas komunikasi orangtua dan anak dengan motivasi belajar anak.

Kabupaten Lebak merupakan kabupaten yang terletak di Provinsi

Banten. Jumlah Sekolah Dasar (SD)/MI yang ada di Kabupaten Lebak

(31)

permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia saat ini adalah kurang

meratanya pendidikan khususnya di daerah perbatasan. Salah satu daerah

perbatasan di wilayah Kabupaten Lebak adalah Desa Parung Sari. Berdasarkan

obeservasi yang dilakukan oleh penulis, tingkat pendidikan di desa Parung Sari

cenderung masih rendah. Untuk fasilitas pendidikan pun masih kurang layak, di

desa Parungsari terdapat 2 SD yakni SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung

Sari. Dari kedua SD terdapat perbedaan hasil belajar dari siswanya. Indikator

untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah dapat dilihat dari angka kelulusan.

Hasil observasi yang dilakukan oleh penulis di SDN 1 Parung Sari dan

SDN 2 Parung Sari disajikan dalam gambar 1.1.

43 49

Angka Kelulusan SD N 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung Sari Rangkas

Gambar 1.1 Angka Kelulusan SDN 1 dan SDN 2 Parung Sari Lebak Tahun

2013-2016

Berdasarkan grafik 1.1 dapat dilihat bahwa jika dilihat dari angka

kelulusan siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari Lebak cenderung berfluktuasi, pada

tahun 2013 angka kelulusan 43 anak mengalami kenaikan pada tahun 2014

menjadi 49 anak. Akan tetapi pada tahun 2015 terjadi penurunan angka

(32)

pada tahun 2016. Secara keseluruhan, tren kelulusan dari SDN 1 Parung Sari

adalah mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan salah

satu guru di SDN 1 Parung Sari, diketahui bahwa salah satu penyebab angka

kelulusan yang baik dari SDN 1 Parung Sari adalah motivasi belajar yang baik

dari siswa-siswanya.

Sedangkan berdasarkan grafik 1.1. dapat dilihat bahwa angka kelulusan

dari SDN 2 Parung Sari dari tahun 2013-2016 mengalami penurunan. Jumlah

siswa lulus pada tahun 2013 berjumlah 44 siswa dan mengalami penurunan

pada tahun 2014 yang hanya berjumlah 39 siswa. Jumlah kelulusan pada tahun

2015 di SDN 2 Parung Sari hanya 38 siswa lebih rendah dari tahun 2014. Pada

tahun 2016 penurunan angka kelulusan juga terjadi dimana angka kelulusan

hanya 37 siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara garis besar angka

kelulusan dari SDN 2 Parung Sari dari tahun 2013-2016 mengalami

penurunan.Berdasarkan hasil wawancara penulis menurunnya angka kelulusan

siswa disebabkan oleh motivasi belajar siswa yang cenderung masih kurang

sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.

SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung Sari merupakan dua sekolah

dasar yang terletak di satu wilayah. Akan tetapi kedua sekolah dasar tersebut

memiliki perbedaan hasil belajar dari siswanya. Berdasarkan

(data.kemdikbud.go.id) SDN 1 Parungsari berada di posisi ke 10. Akan Tetapi

Sekolah ini mempunyai nilai yang bagus dan unggul walaupun fasilitasnya

rendah.Mengingat tingkat pemahaman masyarakat tentang pendidikan di desa

Parung Sari yang berbeda-beda maka akan berpengaruh terhadap dukungan

(33)

Motivasi Belajar terdapat dua factor yaitu factor ektrinsik dan factor

intrinsic. Morivasi intrinsic yang dimaksud adalah motivasi yang berasal dari

dalam diri anak sendiri .sedangkan ektrinsik adalah factor yang mendorong

anak keluar dari ketidakpuasan termasuk hubungan antar orang tua dan

anak.Dukungan dari orang tua biasanya diberikan lewat interaksi dan

komunikasi dengan anak. Intensitas komunikasi yang baik maka akan

memberikan dampak positif pada motivasi belajar anak. Oleh sebab itu, penulis

ingin mengetahui motivasi belajar anak dapat diarahkan dari intensitas

komunikasi orang tua dan anak yang intim atau lingkungan belajar yang

membuat anak tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi. Berdasarkan latar

belakang diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh

Intensitas Komunikasi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas 6

SDN 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah pengaruh intensitas komunikasi orang tua

terhadap motivasi belajar anak di rumah pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari

dan SDN 2 Parung Sari?”

(34)

1. Seberapa besar intensitas komunikasi orang tua terhadap motivasi belajar

anak siswa/I kelas 6 SDN 1 dan SDN 2 Parungsari?

2. Seberapa besar motivasi belajar anak yang dapat diarahkan dari intensitas

komunikasi orang tua pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2

Parung Sari?

3. Adakah pengaruh dari intensitas komunikasi orang tua terhadap motivasi

belajar anak pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung

Sari?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan identifikasi masalah, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya intensitas komunikasi orang tua terhadap

motivasi belajar anak siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan SDN 2 Parung

Sari.

2. Untuk mengetahui besarnya motivasi belajar anak yang dapat diarahkan dari

intensitas komunikasi orang tua pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung Sari dan

SDN 2 Parung Sari.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari intensitas komunikasi orang

tua terhadap motivasi belajar anak pada pada siswa kelas 6 SDN 1 Parung

Sari dan SDN 2 Parung Sari.

1.5. Manfaat Penelitian

(35)

a. Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah memberi kontribusi pada

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan tentang

pengaruh intensitas komunikasi orang tua berpengaruh terhadap

motivasi belajar anak di rumah

b. Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah mengaplikasikan teori

komunikasike dalam penelitian ilmiah, dan memberikan kontribusi bagi

orang tua dan guru tentang faktor apa yang berpengaruh pada motivasi

(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1. Komunikasi Antar Pribadi

2.1.1.1. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Membedakan komunikasi antarpribadi dari komunikasi lainnya, pada

umumnya banyak orang mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi

melibatkan sedikit orang, seringkali hanya dua. Meskipun komunikasi

antarpribadi banyak melibatkan hanya dua atau tiga orang, tetapi yang paling

membedakan komunikasi antarpribadi adalah kualitas tertentu, atau karakter

dan interaksinya (Kurniawati,2014:6)

Memahami karakter unik dari komunikasi antarpribadi dengan

menulusuri arti kata Antarpribadi.Inter berasal dari awalan antar, yang berarti

“antara” dan personal adalah kata yang berarti orang, dengan demikian

komunikasi antarpribadi secara harfiah yaitu komunikasi yang terjadi antara

orang-orang.

Komunikasi ini prosesnya cenderung berlangsung secara dialogis dan

bentuk komunikasi yang menunjukkan terjadinya interaksi.Mereka yang terlibat

dalam komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berbentuk ganda,

dimana mereka secara bergantian sebagai pembicara dan pendengar. Marry B.

Casata dan Molefi K. Asante (Mulyana,2004:76) merancang konteks

komunikasi antarpribadi sabagai suatu keterlibatan kmunikator yang

(37)

independen dengan pesan pribadi atau terbatas; salurannya vocal; terdiri dari

khalayak individu atau kelompok kecil lalu memperoleh umpan balik dengan

segala dikarenakan kontaknya yang primer, dimana contohnya adalah suatu

diskusi dalam keluarga.

Definisi diatas disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan

komunikasi yang paling ampuh dalam mempersuasi orang lain untuk mengubah

sikap, opini, perilaku komunikan dan jika dilakukan secara tatap muka langsung

akan lebih intensif karena terjadinya kontak pribadi yaitu antar pribadi

komunikator dengan pribadi komunikan.

2.1.1.2. Jenis Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi Antarpribadi merupakan proses pengiriman dan

penerimaan pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang

dengan beberapa umpan balik. Komunikasi antarpribadi dinilai lebih ampuh

dibandingkan dengan komunikasi intrapribadi, sebab kegiatan komunikasi

antarpribadi memiliki keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan opini,

dan perilaku komunikan. Menurut sifatnya komunikasi antarpribadi

diklasifikasikan menjadi dua jenis:

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik adalah komunikasi berlangsung antara dua orang

yakni dua orang komunikator adalah seseorang yang menyampaikan

(38)

2. Komunikasi Triadik

Komunikasi Triadik adalah komunikasi antarpribadi pelakunya terdiri dari

tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan, secara

biologis.yang diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya.

2.1.2. Komunikasi Keluarga 2.1.2.1 Keluarga

Keluarga merupakan kelompok social pertama dalam kehidupan manusia

dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social, dalam interaksi

dengan kelompoknya, (Kurniadi,2001:271). Dalam keluarga yang

sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga

anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.

Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang

terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling

sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak.

Menurut Rae Sedwig (1985), komunikasi ekluarga adalah suatu

pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi

suara, tindakan untuk menciptakan harapan image , ungkapan perasaan serta

saling membagi pengertian, (Achidat, 1997:30). Dilihat dari pengertian di atas

bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud

mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan

pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara

(39)

Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan

membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang

menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan

masalah-masalah dalam keluarga adalah pasti membicarakan haal-hal yang

terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi

yang dapat memberikan suatu hal yangd dapat diberikan kepada setiap anggota

keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi

diantara anngota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.

2.1.2.2 Bentuk Komunikasi Keluarga

Bentuk Komunikasi keluarga sama halnya dengan bentuk interaksi social

yang berada dalam keluarga, menurut (Djamarah, 2014:122-134) , ada empat

bentuk interaksi keluarga sebagai berikut :

a. Komunikasi orang tua yaitu suami –istri

Komunikasi orang tua yaitu suami istri disni lebih menekankan pada

peran penting suami istri sebagai penentu Susana dalam keluarga.

Keluarga dengan anggota ( ayah, ibu, anak )

b. Komunikasi orang tua dan anak

Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu ikatan

keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik

anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini

bersifat dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap

sesuatu hal dimana antara orang tua dan anak berhak menyampaikan

(40)

efektif ini terjalin karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan,

perasaan positif, kesamaan antara orang tua dan anak.

c. Komunikasi ayah dan anak

Komunikasi disini mengarah pada perlindungan ayah terhadap anak.

Peran ayah dalam member informasi dan emngarahkan pada hal

pengembalian keputusan pada anak yang peran komunikasinya

cenderung meminta dan menerima.

d. Komunikasi anak dan anak yang lainnya

Komunikasi ini terjadi antara anak 1 dengan anak yang lain. Dimana

anak yang lebih tua lebih berperan sebagai pembimbing pada anak

yang masih muda. Biasanya dipengaruhhi oleh tingkatab usia atau

factor kelahiran. Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu

keluarga yang harmonis, dimana untuk mencapai keluarga yang

harmonis, semua anggota keluarga harus didorong untuk

mengemukakan pendapat, gagasan, serta menceritakan

pengalaman-pengalaman.

2.1.3. Motivasi Belajar

2.1.3.1. Pengertian Motivasi Belajar

Motif dalam bahasa Inggris adalah motive berasal dari kata “motion

yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak.Berawal dari kata motif itu

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.Motif

dapat menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat diperlukan. Demikian pengertian motivasi belajar

(41)

a) Menurut Mc. Donald yang di kutip oleh Sardiman (2003: 198),

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini

mengandung tiga elemen penting yaitu; (1) bahwa motivasi itu

mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia, (2) motivasi ditandai dengan munculnya rasa dan afeksi

seseorang, (3) motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

b) Menurut Brophy (dalam Woolfolk, 2004) motivasi belajar adalah suatu

kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademi yang berarti

dan berguna, untuk meraih hasil yang baik dari kegiatan tersebut.

c) Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), bahwa motivasi belajar

merupakan suatu proses internal yang ada dalam diri seseorang yang

memberikan gairah atau semangat dalam belajar, mengandung usaha

untuk mencapai tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan

pengembangan belajar.

Dari uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi belajar dari

penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga anak tidak hanya belajar namun juga menghargai dan menikmati

belajarnya.Indikator yang dipakai dalam variabel motivasi belajar adalah (Uno,

2008):

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;

(42)

3. Adanya harapan dan cita-citamasa depan;

4. Adanya penghargaan dalam belajar;

5. Adanyakegiatan yang menarik dalam kegiatan belajar

6. Adanyalingkungan belajar yang kondusif

2.1.3.2. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Worrel dan Stillwel (dalam Harliana 1998), mengemukakan beberapa

aspek-aspek yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :

a. Tanggung jawab

b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan

tidak mudah menyerah

c. Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk

kegiatan belajar

d. Memperhatikan umpan balik

e. Waktu penyelesaian tugas

f. Menetapkan tujuan yang realistis

Menurut Sardiman (2004) menerangkan bahwa motivasi yang ada pada diri

setiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan

hambatan, tidak lekas putus asa).

c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(43)

d. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya

masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan

korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan

sebagainya).

e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan

dipandangnya cukup rasional).

h. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

i. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

2.1.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (1999), terdapat beberapa unsur yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain:

a. Cita-cita atau aspirasi siwa.

b. Kemampuan siswa

c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Menurut Wlodkowski & Jaynes (2004), motivasi belajar dipengaruhi

beberapa faktor, antara lain :

a. Budaya

b. Keluarga

c. Sekolah

(44)

Macam-macam motivasi belajar antara lain:

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak itu

sendiri (ibid)”. Suatu kegiatan/aktivitas yang dimulai dan diteruskan

berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar.

Motivasi intrinsik lebih menekankan pada faktor dari dalam diri sendiri,

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diragsang dari

luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

seusuatu. Pada motivasi intrinik “tidak ada sasaran tertentu, dan karenanya

nampak lebih sesuai dengan dorongan asli yang murni untuk mengetahui serta

melakukan sesuatu (aktivitas) (Nolker dan Schienfeldt, 1988:4).

Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intrinsik ini antara lain

adalah 1) adanya kebutuhan (Indrakusuma, 1973:163); karena adanya

kebutuhan dalam diri individu akan membuat individu yang bersangkutan akan

berbuat dan berusaha. 2) adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri

(Ibid); dengan mengetahui hasil prestasinya sendiri, apakah ada kemajuan atau

tidak, maka akan mendorong individu yang bersangkutan untuk belajar lebih

giat dan tekun lagi. 3) adanya aspirasi atau cita-cita (Ibid,164); dengan adanya

cita-cita, makan akan mendorong seseorang untuk belajar terus demi untuk

mewujudkan cita-citanya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang

(45)

dihasilkan dari luar perbuatan itu sendiri misalya dorongan yang datang dari

orang tua, guru, teman-teman dan anggota masyarakat yang berupa hadiah,

pujian, penghargaan, maupun hukuman.

Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman (2004:90-91) adalah “motif-motif

yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Dalam belajar

tidak hanya memperhatikan berbagai kondisi internal siswa, tetapi juga

memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti aspek sosial yang meliputi

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan teman. Aspek budaya dan adat

istiadat serta aspek lingkungan fisik, misalnya rumah dan suhu udara.

Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik adalah: 1)Ganjaran

(Indrakusuma, 1973:164); Ganjaran dapat menjadikan pendorong bagi siswa

untuk belajar lebih baik. 2) Hukuman (Ibid, 165); Hukuman biarpun merupakan

alat pendidikan yang tidak menyenangkan, namun demikian dapat juga menjadi

alat motivasi, alat pendorong untuk membuat siswa lebih giat belajar agar siswa

tersebut tidak lagi memperoleh hukuman. 3) Persaingan atau kompetisi (Ibid);

dengan adanya kompetisi maka dengan sendirinya akan menjadi pendorong

bagi siswa untuk lebih giat belajar agar tidak kalah bersaing dengan

teman-temannya.

Dari uraian diatas, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik

perlu digunakan dalam proses belajar mengajar. Motivasi sangat diperlukan

guna menumbuhkan semangat dalam belajar, lagipula sering kali para siswa

belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah.

Dengan motivasi, siswa dapat memelihara ketekunan dalam melakukan

(46)

oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Guru dapat melakukan hal

tersebut dengan mencari perhatian siswa ketika memulai pelajaran.

2.1.3.5. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:97), menyatakan bahwa dalam

belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil belajar.

2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar.

3. Mengarahkan kegiatan belajar.

4. Membesarkan semangat belajar.

5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

Sedangkan menurut Hamalik (2001:161) mengemukakan bahwa fungsi

motivasi meliputi:

1. Mendorong timbulnya jekakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi

makan tidak akan timbul sesuatu perbuatab seperti belajar,

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan

kepencapaian tujuan yang diinginkan

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi

mobil. Besar kecilnya mtoivasi akan menentukan cepat atau lambatnya

suatu pekerjaan.

Sedangkan menurut Sardiman (2004:85), motivasi memiliki tiga fungsi

yaitu:

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan penggerak

(47)

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai denga rumus tujuannya,

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.

2.1.4. Intensitas Komunikasi Orang Tua

Dalam berkomunikasi, segala sesuatu yang akan disampaikan oleh

seorang individu atau kelompok kepada orang lain memiliki maksud dan tujuan

yang berbeda-beda. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan memiliki taraf

kedalaman yang berbeda-beda.

Menurut John Powell yang dikutip oleh Djamarah menyebutkan ada

lima taraf dalam komunikasi, yaitu :

1. Taraf basa-basi

Yakni taraf komunikasi yang paling dangkal dan terjadi dalam waktu yang

sangat singkat. Biasanya terjadi pada dua orang yang bertemu secara

kebetulan. Kemudian antara individu yang satu dengan individu yang lain

sebagai lawan bicaranya tidak membuka diri untuk lebih jauh dalam

membicarakan suatu hal.

2. Taraf membicarakan orang lain

Pada tahap ini antara dua orang yang berkomunikasi belum memiliki

kemauan untuk saling membuka diri, karena mereka hanya membicarakan

orang lain dan sekedar bertukar informasi.

(48)

Pada tarf ini kedua belah pihak sudah mau membuka diri namun masih

menjaga jarak dan saling berhati-hati. Pada tahap ini seorang individu

berusaha untuk membuat lawan bicaranya senang.

4. Taraf mengungkapkan isi hati

Pada tahap ini masih ada hal-hal yang mengganjal karena masih belum bisa

saling percaya sepenuhnya antara satu sama lain.

5. Taraf hubungan puncak

Pada taraf ini ditandai dengan adanya kejujuran antara satu sama lain,

kemudian keterbukaan antar pihak, saling pengertian dan saling percaya

satu sama lain. (Djamarah,2004:11-12).

Jadi dari beberapa taraf komunikasi yang telah diuraikan di atas daapat

disimpulkan bahawa intensitas komunikasi bisa terjadi pada taraf hubungan puncak

dengan ditandai dengan adanya kejujuran, ketebukaan dan saling percaya kedua

pihak.

Sebagaimana yang dinyatakan oelh Devito (2009) yang dikutip oleh

Indrawan dalam “Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya” menyatakan

bahwa :

“Intensitas komunikasi adalah tingkat kedalaman dan keluasan pesan yang

terjadi saat berkomunikasi dengan orang. Intensitas komunikasi yang terjadi

secara mendalam ditandai dengan adanya kejujuran, keterbukaan dan

saling percaya yang dapat memunculkan suatu respon dalam bentuk

(49)

Menurut Devito (2009) yang dikutip oleh Indrawan, menyatakan bahwa

untuk dapat mengukur intensitas komunikasi antar individu dapat ditinjau dari enam

aspek, yaitu :

1) Frekuensi berkomunikasi

Frekuensi disini berarti tingkat kekerapan atau keseringan orang tua dengan

anaknya saat melakukan aktivitas komunikasi. Misalkan tingkat kekerapan

melakukan komunikasi disini dilakukan dalam satu minggu 3 kali atau dalam

satu bulan sebanyak 4 kali, dan seterusnya.

2) Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi.

Durasi disini berarti lamanya waktu atau rentang waktu yang digunakan pada

saat melakukan aktivitas komunikasi. Lamanya waktu waktu yang digunakan

bisa bervariasi, misalkan dalam satu kali bertemu lamanya waktu yang

digunakan bisa mencapai 2 jam, atau 3 jam dan atau mungkin bisa lebih dari

itu. Dan bisa juga kurang dari 1 jam.

3) Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi

Perhatian yang diberikan saat berkkomunikasi diartikan sebagai focus yang

dicurahkan oleh partisipan komunikasi pada saat berkomunikasi. Perhatian

disini mengarah pada pemusatan seluruh tenaga yang mengiringi aktivitas

orang tua yang secara sadar ditujukan pada anaknya untuk memperoleh hasil

belajar yang optimal.Disini bisa dicontohkan, ketika seorang anak

mendapatkan peringkat di kelasnya orang tua memberikan perhatian

denganmemberikan pujian kepada sang anak dan tau setiap kali orang tua

berkunjung atau pun berkomunikasi lewat telfon, orang tua tidak segan untuk

(50)

memberikan nasehat dan drongan kepada anak ketika anak merasa putus

semangat.

4) Keterarturan dalam berkomunikasi

Keteraturan disini berarti kesamaan sejumlah keadaan, kegiatan, atau proses

yang terjadi beberapa kali atau lebih dalam melakukan aktivitas komunikasi

yang dilakukan secara rutin dan teratur. Misalkan, orang tua berkunjung

selalu pada hari minggu atau ketika libur kegiatan di pondok pesantren di

hari jumat dan atau ketika anak berkomunikasi dengan orang tua lewat telfon

setiap hari jumat entah dalam satu minggu 3 kali atau dalam rentang waktu

yang lainnya.

5) Tingkat keluasan pesan berkomunikasi dan jumlah orang yang diajak

berkomunikasi

Tingkat keluasan pesan saat berkomunikasi mempunyai anti ragam topic

maupun pesan yang dibicarakan pada saat berkomunikasi dan sejumlah

orang yang dijak untuk berkomunikasi berkaitan dengan kuantitas atau

banyaknya yang diajak untuk berkomunikasi pada saat melakukan aktivitas

komunikasi. Misalkan disini orang tua dan anak tidak hanya berkomunikasi

seputar masalah sekolah dan juga kegiatan selama belajar di pondok

pesantren namun bisa berkaitan dengan kelanjutan belajar anak setelah lulus

dari sekolah, atau juga orang tua menyampaikan kabar tentang peristiwa –

peristiwa yang terjadi di rumah atau lingkungan tempat tinggal anak

selama masih berada di pesantren, dan seterusnya.

(51)

Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi disini berkaitan dengan pertukaran

pesan secara lebih detail yang ditandai dengan adanya kejujran, keterbukaan, dan

sikap saling percaya antaar partisipan pada saat berkomunikasi. Misalkan, anak

tidak takut dan juga tidak malu ketika harus menceritakan masalahnya kepada

orang tua. Demikian juga orang tua tidak segan-segan menecritakan masa

lalunya kepada anak sebagai acuan ataupun motivasi kepada anak untuk bisa

mengambil pelajaran yang baik-baik saja. Kemudian anak selalu berkata jujur,

dan tidak menutup-nutupi kesalahan yang pernah diperbuatnya, dan seterusnya

(Indrawan, 2013)

2.1.5. Teori Herzberg

Frederick Herzberg mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua

faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Menurut Herzberg (Hasibuan, 1996:

108), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai

kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya

faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor

higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk di

dalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan

sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi

seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk di dalamnya

adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor

(52)

Herzberg menyatakan bahwa orang dalam melaksanakan pekerjaannya

dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu (Hasibuan,

1996:109):

a. Maintenance Factor

Adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat

manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan

ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus,

karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya

orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi lalu makan lagi dan seterusnya.

b. Motivation Factors

Motivation Factorsadalah faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan

psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan.

Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang

secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya kursi yang empuk,

ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat dan lain sebagainya.

Berhubungan dengan motivasi belajar siswa, teori Herzberg menjelaskan bahwa

motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi dua faktor yakni motivasi intrinsik dan

motivasi ektrinsik. Motivasi intriksik yang dimaksud adalah mtoivasi yang berasal

dari dalam diri siswa sendiri misalnya keinginan untuk berprestasi

setinggi-tingginya.Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang mendorong siswa keluar

dari ketidakpuasan termasuk hubungan antar manusia, dalam penelitian ini

hubungan antar manusia yang dimaksud adalah hubungan dengan orang tua dalam

(53)

2.2. Kerangka Berfikir

Penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh komunikasi orang tua terhadap

motivasi belajar anak di rumah.. Kerangka berfikir yang dibangun dalam penelitian

ini dijelaskan dalam gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

(54)

Motivasi belajar sangat penting dalm proses pembelajaran. Motivasi belajar

ialah dorongan yang ada pada diri seseorang yang dapat dipengaruhi oleh keadaan

internal maupun eksternal yang akan mendorong seseorang untuk melakukan

kegiatam belajar agar mencapai tujuan tertentu. Banyak factor yang mempengaruhi

motivasi belajar salah satunya yaitu intensitas komunikasi orang tua di rumah.

Intensitas komunikasi orang tua adalah tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi

dengan anak dalam bentuk frekuensi berkomunikasi, frekuensi disini menjelaskan

seberapa tingkat keseringan orang tua dengan anaknya saat melakukan komunikasi.

Peneliti disini melihat frekuensi dalam berkomunikasi berpengaruh terhadap

motivasi belajar dalam hubungan interpersonal antara orang tua dan anak.

Durasi yang digunakan untuk berkomunikasi disni berapa lamanya waktu

yang digunakan pada saat melakukan aktivitas komunikasi anatara orang tua dengan

anak. Peneliti disini melihat dengan durasi komunikasi antara orang tua dan anak

dapat menjadi alat transmisi pengetahuan kepada anak untuk meraih prestasi yang

dicapai. Seberapa lamanya komunikasi antara orang tua dan anak dapat meluangkan

waktu yang banyak pula untuk menyalurkan informasi atau pengetahuan untuk anak

mengenai norma etika dalam kehidupan sehari-hari.

Perhatian yang diberikan saat berkomunikasi sangat penting untuk anak

karena perhatian disini berpengaruh pada anak untuk memperoleh hasil belajar yang

optimal. Peneliti disini melihat perhatian yang diberikan orang tua kepada anak

dapat memperngaruhi kemajuan anak dalam hal belajar.

Keteraturan dalam berkomunikasi disini kesamaan sejumlah keadaan,

kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih dalam melakukan aktivitas

(55)

bagaimana keteraturan dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi hubungan

interpersonal. Keteraturan tersebut dapat mendukung proses belajar anak.

Tingkat keluasan pesan disini orang tidak hanya berkomunikasi seputar

masa sekolah, namun bisa berkaitan dengan kelaanjutan belajar setelah lulus daari

sekolah. Peneliti melihat tingkat keluasan disini orang tua dapat saling berbagi

informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang trerhadi di rumah ,atau di lingkungan

tempat anak belajar tingkat keluasan pesan berkomunikasi dapat mempengaruhi

terhadap kemajuan anak, karena orang tua disini tidak hanya berkomunikasi sepurtar

masalah di sekolah atau kegiatan sekolah akan tetepai orang tua juga berkomunikasi

tentang kelanjutan belajar anak.

Tingkat kedalaman pesan saat berkomunikasi disini berkaitan dengan

pertukaran pesan secara lebih detail yang ditandai dengan adanya

kejujursn,keterbukaann. Peneliti melihat hal tersebut dapat mempengaruhi sikap

tanggung jawab anak dalam lingkungan social.

2.3. Hipotesis Penelitian

Dalam buku yang ditulis oleh Sugiyono (2012:64), hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.

Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan maslaah

penelitian, belum jawaban yang empiris.

(56)

1. Ha: Ada pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua- anak terhadap

motivasi belajar siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari.

2. Ho :Tidak ada pengaruh komunikasi antarpribadi orang tua- anak terhadap

motivasi belajar siswa kelas 6 Sdn 1 Parungsari dan Sdn 2 Parungsari.

2.4 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini

dijelaskan dalam tabel 2.1 di bawah ini

Tabel 2.1. Operasionalisasi Variabel

(57)

Variabel Dimensi Indikator Alat Ukur Skala

Sumber : Operasionalisasi Variabel, 2016

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didasarkan oleh hasil penelitian terdahulu yang dijabarkan

pada tabel 2.1. dibawah ini.

(58)

No ITEM Hodijah Siti Zulaekhah Maya

sdn 2 parungsari Lebak)

2 Tahun 2012 2014 2016

3 Penerbit Universitas Gunadarma

5 Metode/Paradigma Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif 6 Hipotesis

koefisienkorelasi r =

(59)

No ITEM Hodijah Siti Zulaekhah Maya tersebut menunjukkan

ada korelasi positif yang signifikan yang menyatakan bahwa

yang berarti terdapat

hubungan pola

motivasi dan prestasi

belajar siswasekolah

dasar.lajar

8 Persamaan Meneliti komunikasi orang tua 9 Perbedaan Meneliti hubungan

intensitas komunikasi

(60)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu

berdasarkan pada ciri keilmuan, yaitu rasional empiris dan sistematis. Melalui

penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang diperoleh

dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah dalam kehidupan manusia. Memahami berarti memperjelas suatu masalah

yang sebelumnya tidak diketahui lalu menjadi tahu. Memecahkan berarti

meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti suatu upaya

dilakukan sehingga masalah tidak timbul ( Sugiyono, 2012).

Pendekatan peneliatian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitaif adalah penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah

yang hasilnya dapat di generalisasikan, dengan demikian penelitian ini tidak terlalu

mementingkan kedalaman data atau analisis. (Kriyantono,2008).

Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian eksplanatif kuantitatif.

Eksplanatif adalah penelitian yang menghubungkan atau mencari sebab akibat atau

lebih konsep dua variabel yang akan diteliti. Penelitian eksplanatif dapat dibagi dua

sifat yaitu: komperatif membandingkan antar variabel yang satu dengan variabel

lain) dan asosiatif ekplanatif dapat dibagi menjadi dua sifat kompertaif

(membandingankan antar variabel yang satu dengan variabel yang lain) dan asosatif

(61)

(menjelaskan hubungan korelasi antar variabel). Dalam penelitian ini juga

menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau kebih konseo (variabel)

yang akan diteliti. Variabel adalah konsep yang bisa diukur. (Burhan,2009).

Penelitian ini termasuk dalam kuantitatif eksplanatif yang bersifat assosiatif,

yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih, dimana peneliti

akan berusaha menjelaskan “Seberapa Besar Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang

Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak”.

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa peneliti mencoba

menggambarkan dan menjelaskan mengenai mengapa suatu fenomena dapat terjadi

dan seberapa besar pengaruhnya, serta peneliti mencoba untuk menjelaskan

hubungan yang terjadi antara dua atau lebih variabel.

Dimana dalam penelitian ini Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua

sebagai variabel independen (X), dan Motivasi Belajar Siswa sebagai variabel

dependen (Y). Hubungan kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebaigai

berikut :

Gambar 3.1

Hubungan Sebab Akibat

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma positivistic, yang dilandasi

pada suatu asumsi bahawa suatu gejala itu dapat diklasikasikan, dan hubungan

Pengaruh Intensitas Komunikasi Orang Tua

(62)

gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat melakaukan penelitan

dengan memfokuskan kepasa beberapavariabel saja.

.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan

priset untuk mengumpulkan data. Untuk mengumpulkan ata yang dibutuhkan, amak

penulis menggunakan teknik pengumpulsn data sebagai berikut:

3.3.1 Kuesioner (Angket)

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

penyerahan kuesioner berisi daftar pertanyaan atau pernyataantertulis kepada

responden untuk dijawabnya. Kuesionenya merupakan teknik pengumpulan

data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari resonden. Selain itu kuesioner juga cocok

digunakan bila jumlah responden cukup besar dantersebar di wilaayh yang luas.

Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka. Dapat

diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos atau

internet (Sugiyono,2012).

Jenis angket (kuesinoner) dalam penelitian ini adalah angket tertutup.

Dimana responden telah diberikan alternative jawaban oleh priset. Data

dikumpulkan dengan menybearkan kuesioner kepada Siswa/I kelas 6 di SDN 1

Parungsari SDN 2 Parungsari Rangkasbitung.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan

menggunakan 1 jenis data, yaitu data ordinal dengan skor penilaian dari empat

(63)

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang

fenomena social. Skala likert adalah skala yang berisi pertanyaan sistematis

untuk menemukan sikap responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada

dalam skala tersebut. Indeks dalam skala likert menunjukkan bahwa

masing-masing kategori jawaban memiliki intensitas yang sama.

Sebelum data dianalisi, terlebih daahulu dilakukan pengolahan data.

Setelah data terkumpul melalui kuesioner maka langkah selanjutnya adalah

melakukan tabulasi, yaitu memberikan nilai (Scoring) sesuai dengan system

yang ditetapkan debgan emnggunakan skala likert 4-3-2-1. Dengan skala likert,

maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel.

Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat

positif samapai sangat positif.

Dalam penelitian ini , untuk data skala likert, respodnen akan diminta

menjawab pernyataan dengan alternative jawaban sebagai berikut:

a. Sangat Setuju (SS), yaitu memiliki skor 4

b. Setuju (S), yang memiliki skor 3

c. Tidak Srtuju (TS) yang emmiliki skor 2

d. Sangat Tidak Setuju (STS), yang memiliki skor 1

Sedangkan pada data ordinal, penilis juga menetapkan dengan empat

alternative jawaban untuk ,memudahkan dalam analisis data, yaitu sebagai

berikut:

a. Selalu, yang emmiliki skor 4s

(64)

c. Kadang-kadang. Yang emmiliki skor 2

d. Tidak Pernah, yang memiliki skor 1

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2012), Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: objek/subjek mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sujana(1996) mengenukakan bahwa totalitas semua nilai yang merupakan hasil

menghitung ataupun pengukuran kuantitatif mengenai karakteristik tertentu dari

semua anggota kumpulan yang lengkap dan jenis yang dipelajari sifat-sifatnya

dinamakan populasi.

Salah satu unsur penting dalam penelitian adalah objek yang menjadi

populasi penelitian ini yakni siswa SDn 1 Parungsari dan SDN 2 Parungsari

Rangkasbitung yang berjumlah 78 orang dengan klasififikasi sebagai berikut”:

a. Siswa/I kelas 6 SDN 1 Parungsari = 42 orang

b. Siswa/I kelas 6 SDN 2 Parungsari = 36 orang

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang

diuji). Menurut Sugiono (2012), sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel secara sederhana

dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data populasi

yang mewakili seluruh populasi. Dalam hal ini peneliti memerlukan sampel yang

(65)

reresentatif dapat diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur

dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama

pada semua unsur populasi yang dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan yang

sebenarnya dalam keseluruhan populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono,2007). Alasam mengambil total samping karena

menurut Sugiyono, jumlah populasi yang kurang dari 100, seluruh populasi

dijadikan sampel penelitian semuanya.. Penelitian ini mengambil siswa kelas 6

sd karena usia mereka menginjak remaja dimana merkea mangerti tentang

kuesioner, pennulis ingin melihat bagaimana orang tua mengajarkan anaknya

menghadapi UN, dan ingin mengetahui bagaimana pola ajar orang tua di

kampung.

3.5 Teknik Pengolahan Data

1. Tahap pemeriksaan (Editing)

Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai

menghimpun data di lapangan. Kegiata ini menjadi penting karenapada

kenyataannya data yang terhimpun terkadang belum memenuhi harapan

peneliti. Ada diantaranya yang kurang atau terlewat, tumpah tindih,

berlebihan bahkan terlupakan

2. Taahap Pengodean (Coding)

Pada tahap ini, data yang telah di edit diberi identitas sehingga memiliki arti

Gambar

Gambar 1.1 Angka Kelulusan SDN 1 dan SDN 2 Parung Sari Lebak Tahun
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir
Tabel 2.1. Operasionalisasi Variabel
Tabel. 2.2. Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

KUMUN

Pengaruh Kekuatan Impak (Is) dan Energi Serap (Es) setelah pemanasan berbagai jumlah siklis termal (20 – 60 kali siklis termal) pada suhu 45 o C, adalah sebagai berikut.. Secara

PENYEDIAAN JASA PERBAIKAN PERALATAN KERJA JASA PEMELIHARAAN GENSET JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya.. 1

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, model pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu Model Pembelajaran

terhutang yang menjadi kewajiban Wajib Pajak yang dilakukan oleh Fiskus. Sistem yang digunakan untuk pemungutan Pajak Reklame adalah Official. Assesment System.

Hasil tersebut tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Diratmaja (2001) yang dilakukan di desa Cikembar yang menyatakan bahwa biaya panen

Berdasarkan hasil uji statistik yang menunjukkan kontribusi yang rendah antara variabel komitmen normatif dengan adaptasi pembelajaran tersebut, maka komitmen normatif

Bangunan utilitas pada jaringan jalan di dalam kota dapat ditempatkan di dalam ruang manfaat jalan dengan ketentuan berada di atas tanah ditempatkan di luar jarak tertentu dari