• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reorientasi Kebijakan Trawl, Peluang, Tantangan dan Pengembangannya di Indonesia (Cover)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Reorientasi Kebijakan Trawl, Peluang, Tantangan dan Pengembangannya di Indonesia (Cover)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

DISKUSI MASIONAL PENGELOLAAN,TRAWL

k BOGOR, 25 OKTOBER 2003

REORIENTASI KEBUAKAN TRAWL, PELUANG,

TANTANGAN DAN PENGEMBANGANNYA

D i INDONESIA

Editor

:

Barmawan dan

Ronny I

Wahyu

DIREKTQRAT J E N D E q L PERIKANAN T A N G W P

DEPARTE~EM

KELAUTAN DAN PERIKANAM

M

(2)

SUSUNAN PANITIA

DISKUSI NASIONAL PENGELOLAAN TRAWL

BOGOR, 25 OKTOBER 2003

Penanggung Jawab

Ketua Pelaksana

WakiI Ketua

Koordinator Lapang

Sekretaris

Bendahara

Koordinator bidang acara

Koordinator bidang Kesekretariatan

Koordinator bidang konsumsi

Koordinator bidang Publikasi

Koordinator bidang transportasi

:

Ir.Darmaivan, MA

:

Ir. Ronny I. Wahyy MPhil

:

Yopi Novita. S.Pi, M.Si

.. ;:

Danang Indro W

-- - , : Ika Yuliati

:

Yustina Susanti

. . . . :

Muchyi Chalini

:

Kristian Hadi Suryo Saputro

:

Eka Nalurita Rahwanti

(3)

/

PRAKATA

Diskusi Nasional Pengelolaan Trawl terselenggara berkat kerjasama antara Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan dengan Departemen Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Institut Pertanian Bogor. Diskusi

yang diselenggarakan di Bogor tanggal 25 Oktober tersebut membahas mengenai bagaimana

peluang pengoperasian kembali secara resmi alat tangkap trawl di Indonesia setelah dilarang selama

lebih dari 20 tahun terakhir ini.

Banyak pendapat yang disampaikan selama diskusi, baik yang menginginkan dibukanya

kembali perikanan trawl maupun yang tegas-tegas ingin tetap mempertahankan pelarangan tersebut.

Namun

pendapat lain yang juga tersampaikan adalah perlunya diatur syarat-syarat minimum yang

wajib dipenuhi bila trawl ingin dioperasikau. Pendapat-pendapat seperti inilah yang kemudian

menjadi rumusan sementara diskusi yang belangsung, yaitu tidak secara tegas mencabut lxangan

beroperasi tetapi lebih pada mempertanyakan kesiapan beberapa aspek penting dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan agar tetap lestari dan berkelanjutan.

Kerjasama yang baik diantara mereka yang terlibat dalam persiapan sampai dengan

pelaksanaan diskusi ini telah mampu mewujudkan diskusi yang berjalan baik dan mencapai

sasarannya. Salah satu h a i l kerjasama tersebut adalah terselesaikannya kumpulan naskah dan

rurnusan hasil dislcci serta notulis tanya jawab selaina kegiatan berlangsung. Terkumpulnya hasil-

hasil diskusi tersebut dalam satu buhv akan memudahkan bagi para pemerhati perikanan mencari

acuan bagi pengambilan kebijakan pengelolaan selanjutnya. Namun menpingat keterbatasan waktu

dan tenaga yang ada, maka kami mohon maaf karena banyak kekurangan dan ketidaksempumaan

dalam buku ini. Tanggungjawab mengenai ha1 tersebut sepenuhnya berada di tangan editor. Oleh

karenanya mohon masukan berupa kritik dan saran perbaikan. Terima kasih atas perhatiannya.

Bogor, November 2003

(4)

DAFTAR IS1

...

SUSUNAN PANITLA

...

PRAKATA

...

DAFTAR IS1

...

JADWAL ACARA

...

S M U T A N

WAKIL

REKTOR

El

IPB

...

KEY

NOTE

SPEAKER

...

PENGANTAR DISKUSI NASIONAL TRAWL

MAKALAH

DISKUSI

SESI I : Kebijakan

dan

Penggunaan S p e s i f h i Jenis-Jenis Teknologi

Kebijakan Pembangunan Perikanan Tangkap dan Pengelolaan Sumberdaya

...

Udang Serta Alat Tangkap

Pengelolaan Teknologi Trawl

...

...

Sekitar Perikanan Udang

Trawl, dan Interaksi antar Armada Trawl

...

Sesi

XI

: Kebijakan

dan

Penegakan

Hukum

Laut

Peran

TNI

AL dalam Rangka Pengawasan dan Pengamanan Pengelolaan

...

Sumberdaya Perikanan

di

Wilayah Perairan Nasional Indonesia Telaah Singkat tentang Peraturan Perikanan Indonesia dan Kebijakan

...

Pendukung Keberlanjutan Perikanan Nasional

Trawl Rarnah Lingkungan ?

...

P E R W S A N MASACAH

...

...

DAFTAR PESERTA DISKUSI NASIONAL TRAWL

i

. .

11 ... 111

iv

v

vi

vii

Diskusi ~ a s i o n a l ~ e n ~ e l o l a a n Trawl

(5)

JADWAL

ACARA

"DZSWSI NASIONAL PENGELOLAAN TRA

W "

BIOTROP Bogor, 25 Oktober 2003

Pendaftaran Peserta

Sambutan Wakil Rektor

IU

P B

Keynot speaker Mentm- Kelautan dan Perikar~m RI Pengantar D i i Perikanan Trawl (HIh5AFARJh') Rehat Kopi

Sesi I

Makan Siang Sesi I1

Rehat Kopi

P e m u s a n Hasil Dikusi Penutup

Prof Dr..Tohn muan

Diktur Jenderal

Perikanan Tangkap Ir.Husni Manggabarani

US

* Efektifitas teknologi trawl

* Dampak operasi trawl tabadap hahitat ikan dan sumber daya perikanan

* Upaya-upaya

untuk

mengur& damp& negatifpengoperasian trawl

* Kebijakan perikanan di masa lalu dan mass

s e k g

* Kebijakan yang diperlukan di nwa depan

unhlk mengelola kegiatan penan:&pan udang

* Kapasitas prod&$ dan kecende-run-eanya

di masa depan

* Kompetisi Intanasionat

(6)

Du. Eksekutif GAPINDO

Ir.Barnbang Suboko

+ Peran pensahaan penangkapan udang

terhadap ekonomi Nasional (sumber

penghasilan devisa)

* Keseriusan pengusaha terhadap upaya

-

v y a pengelolaan perikanan yang berorientasi pada kelestarian sumber-daya

udang

* Kendala yang dihadapi pengusaba untuk

kelangungan usaha dan perbaikan t i n m keramabm hgkmgan trawl

+ MengindentiBcasi pasanraan dan pabedaan

perspekti tentang paikaDan nawl di antara

panelis

*

Menjaring respon dari pg&

60

I I I

Sesi

Moderator

Ir. Ronny I W h y 4 M.F'hi1

I

Dr.1r.H.M Fedi Alfiadi

Nelayan non-mwl Ketua Serikat Nelayan T~ildisional ( S N I ) Kajidin

* Landasan penegakan hukum di hut, upaya- upaya yang dilzkukan oleh penegak hukum, dan kendala yaog dihadapi dalam

p=!Z*hb

* Bentuk-bentuk pelanggaran yang ditemukan dalam kegkitan pailolnan di paairan ZEE dan nusantara

*

Smegi pengammm sumberdaya

~erikanan udaDg nasional

-

dari illenal

..

fi.shing yang dilakukan oleh neiaydn using

--

I

Kclcbiban dan kelemahan paa~um-

I

paaturan yang berlaku sekarang

* Kebutuhan kebijakan untuk menyiapkan keberlanm paikanan ndang nasional

+ Kepentingan nelayaq paan nelayan

penangkap udang dan pengelolaan perkanan, kapssitas nelayan d

baperan serta dalam penegakan hukum dilapangan, pmgmm p d i nelayan yang dirancang pemerintah

* MengindenlS3mi kebijakan strategi d mendukung keberIanjutan kegiatan penangkapan udang Nasional

* Menjaring respon dari had-

-

I 4

Sesi

1

*

Rumusan sementara rekomendasi

I

kebijakan usaha penangkapan udang

1

Nasional

I

m

Diskusi Nasional Pengelolaan Dawl v

30 T i p e m n u s

(7)

SAMBUTAN DARI WAKE REKTOR

m

IPB Prof.Dr.Ir. Yusuf Sudohadi

Seperti kita ketahui bahwa laut di Indonesia sangat luas melebii luas daratan serta

memiliki potensi yang sangat besar dan juga keragarnan ikan yang sangat perlu

dj.ukuri

Untuk itu perlu m e m m f a a b y a . Penmfiatan laut rnasih sangat rendah dibandii

Thailand, apalagi Taiwan dan

Korea.

Oleh karena itu SDA ini perlu dhnfaatkan

secara

bijaksana agar pemanfaatan dapat ditingkatkan untuk kesejahteraan kita semua.

Menteri Kelautan dan Perikanan mengingatkan agar dalam p d a a t a n sumberdaya

Perikanan tidak te rjadi overfshing baik oleh kita maupun oleh orang lain baik s e m legal maupun secara illegal.

Seperti

kita

ketahui bahwa trawl merupakan alat yang telah digunakan dalam menangkap

ikan-ikan dasar dan udang bahkan sangat efektif dan efsien karena dalam sekali

pengoperasian akan didapatkan hasil yang banyak.

Trawl

bukan merupakan barang baru. Trawl berkembang sejak tahun 1960-an Hanya saja ada koniXk yang terjadi karena

tangkapan relatif banyak sedangkan tangkapan dari nelayan tradisional seadanya saja

Sekarang bagaimana kita menjembatani agar tidak ada kecemburuan sosial. Caranya

dengan mengatasi ketimpangan itu apakah dengan mencabut pelarangati tmwl atau meningkatkan kesejahtem. nelayan tradisional.

Oleh karena itu, perlu dibicarakan kembali bagaimana trawl akan d i e f e k t i i sehubungan dengan adanya kontradiksi pada Keppres No. 39 tahun 1980 yang melarang pengoperasian

trawl kecuali di Indonesia bean Timur. Mudah-mudahan kita mendapat jalan keluar untuk meningkatkan pemanfhtan laut serta sumberdaya

ikan

yang ada, sehingga diharapkan tidak terjadi Wi-triksi sosial

yang

terjadi antar kelompok, over fishing dan bagaimana memanf& hut secara

maksii.

Dengan adanya diskusi ini diharapkan adanya suatu solusi dari pemikiran kebijakan trawl di

Indonesia pada jangka waktu dekat ini. Mudah-mudahan hasil dari diskusi ini dapat

dijadiikan dasar dalam kebijakan DKP baik secara akademis, teknis, irnplementasi dan sosial

juga perlu dipikirkan agar kebijakan yang diambil cukup bijaksana

(8)

KEY NOTE

SPE4gER

Prof-Drlr. Rokhmin Dahuri M S c

+ Trawl adalah alat tangkapan paling efisien, tetapi pada Keppres No. 39 Tahun 1980,

trawl d i m .

*

Pengelolaan trawl sudah menjadi agenda utama dari DKP, khususnya Ditjen. Perikanan

Tangkap sejak Bapak Rokhrnin dibeii amanat rnenjadi men& Pada saat itu,

D

i

Jen

P e w a n Tangkap masih dijabat okh Bapak Made

dan

Bapak Husni. dalam ha1

ini

akan d i i i qakah trawl akan dibuka kembali atau tidak.

Sejak berdirinya DKP yang diengkapi dengan Dewan Maritim Indonesia dengan

ketuanya adatah pesiden RI dan menteri DKP sebagai ketua harian Dewan Maritim

Indonesia Pada saat itu tejadi visi dilematis dunk perikanan Indonesia yang

disebabkan oleh :

1. Kontras a n m p e M a n dan kepedulian bangsa dan pemerintah Indonesia

d i b a n d i i hampan.

a Ban* setelah dibentulmya DKP dunia perkma mulai disorot

b. Adanya kelembagaan

c. Adanya dukungan dari DPR yang luar bias% melalui APBN

2. Sebelum ada DKP anggaran sebesar 50 M pada

tahun

2000 setelah ada DKP

sebesar 400 M

,

Pada

tahun

2001 sebesar 600 M dan pada 2002 sebesar 950 M

sedangkan

pada tahun

2003 sebesar 1,6 Trilyun, dan pada tahun 2004 direncanakan

akan mencapai 2,3 Trilyun. Dengan anggaran tambahan 200 M

,

serta dana alokasi

khusus sebesar 300 M dana alokasi khusus ini adalah dana pembangunan sektor

yang diialokasikan secara langsung ketingkat 11

dana

ini

akan

dialokasikan secara

rata atau dilakukan p e m i l i kota

secara

khusus dari 260 daerah pesisu.

Dana alokasi khusus ini hanya diberikan pada 4 Departemen (Departemen

keseham pendidikan nasional, kelautan dan perikanan serta hfkhktw)

*

Gerbang Mina Bahari dicanangkan pada tanggal 11 Oktober 2003 oleh Presiden

Megawati di Teluk Tomini. Merupakan gerakan panbangunan perikanan dan Kelautan

s e a m langsung. Alasannya adalah karena memiliki potensi besar, narnun

b i

hanya diikembangkan dalam

b i i

yang biasa saja maka

akan

lambat berkembang. Berkembangnya perikanan dapat diiihat

dari

beberapa aspek di bawah ini :
(9)

/

1. Volumeproduksi

Menurut survei yang telah

dilakukan

pada tahun 1998, volume produksi perikanan

adalah 4 2 juta ton. Pada tahun 2002 mencapai 5,6 juta ton. Dengan 0,6 juta tonnya

diekspor dan sebesar 5 juta ton dikonsumsi oleh rnasyarakat Indonesia

Sehingga bila pada tahun 1998 FA0 merangking Indonesia berada pada ranking

ke-7 dari produsen terbesar di dunia, makapada tahun 2002 posisi Indonesia berada pada tingkat ke-5.

Men& Litbang Gi* 65 % protein hewani yang dikonsunsi oleh masyarakat

Indonesia b e d dari ikan.

2. Devisa meningkat

Adanya peningkatan devisa dari 1.62 milyar

rupiah

menjadi 2 milyar

3. Sebelurn ada DKP, artinya p e r i k a i i mash di bawah Dept Pertanian

dan

masih

bempa dsektor, pengbasian negara bukan pajak sebesar 140 milyar. Pada tahun 2000 menjadi 290 milyar, pada tahun 203 menjadi 450 milyar, pada tahun 2004

diharapkan menjadi 600 milyar.

Menurut BPS dalam nomenklatur APBN, DKP masih menjabat sebagai subsektor

dalam p e w besem subsektor perkebunan, p e t e m peribanan dan

keiautan, kehutanan dan tanaman pangan atau hortikultura PDB yang tadiiya

hanya 24 trilyun menjadi 47 trilyun pada tahun 2002. PDB perikanan ini berada

pada urutan kedua setelah hortikulturn, dengan urutan yang lain berturut-turut

p e r k e b q kehutanan dan peternakan.

*

Diema perikanan yang lain adalah ekspektasi harapan besar dimana segala sesuatu

dihmM cepaf (pertumbuhan perikanan dan kondiii nelayan membaik). Hal itu

dilakukan

oleh orang-orang yang tidak mengerti tentang perikanan. Hal-ha1 tersebut

adalah :

1. Volume produksi @emasukan pada negara 1 PDB, ekspor dan produksi meningbat) 2. Nelayan makrnur

3. Konsumsi perikanan diharapkan meningkat.

Sebagai gambatan koIlslmsi ikan masyarakat Indonesia 22 kg sedangkan pada m a s y x a b Jepang 100 kg

4. Keleslatian hams tetap tmjaga

5. Laut sebagai budaya bahari dan harapan bangsa (perekat persatuan)

(10)

/

*

Pada bulan yang lalu menteri DKP bertemu dengan menteri pertanian, kehutanan dan kelautan pemerintah Malaysia (Dr. Datuk Effendi) Sebagai gambaran di Malaysia

jumlah nelayan ada 30.000 orang dengan MSY 1.5 juta t o e

Sehingga bila diitung peluang dapatnya ikan adalah 300 kg/oranghri. sedangkao

jumlah nelayan Monesia mencapai 4.000.000 orang dengan MSY 6.4 juta ton.

Sehingga Eila diitung peluang berlrisar 3 kglormghri. Sehingga yang diperlukan

kini

adalah bagaimana menentukan jumiah nelayan yang memiliki pendapatan yang optimum? Didapatkan m u s penentuan jumlah nelayan adalah potensi pendapatan

dibagi jumlah income yang dibarapkan BiIa &tetapkan bahwa mtuk memenuhi

kebutuhan hidup nelayan (pangan, s m h g , perumaban, kesehatan dan p e n d i d i ) adalah Rp.1.000.000,00 maka jurnlah nelayan yang optimum adalah 22 juta orang. Namun, di dalam pehkwmmya, walaupun d i iuntuk menaikkan kesejahteraan

nelayan, ~~arnun tidaklah mungkin memotong jurnlah nelayan menjadi 2J juta

orang di negara yang memiliki tingkat p e n g a n g g g yang

tinggi

seperti di Indonesia

ini. Jadi, salah satu solusi untuk melacarkan proses pensuksesan jumlab nelayan

yang optimum adalah dengan mencarikan nelayan pekejaan baru yang layak Camnya

adalah dengan membujuk mereka

untuk

turut mengembangkan budidaya,

mengembagbn in& hilir, atau d q a n m e d i b u s i k a n nelayan ke tempat-tempat

tertentu yang kekurangan sumber daya manusianya

Problema kurang m-ya d i i b u s i nelayan ini dapat dilihat dari j d a h nelayan di

Pantai Utara Jawa yang mencapai 12 juta orang. Padahal j d a h nelayan secara

keselutuban di Indonesia mencapai 4 juta orang.

Daerah lain yang mengalami kekosongan menjadi titik rawan pencurian oleh nelayan-

nelayan asing.

+ Program dari DKP sendiri saat ini mas& terpusat pada :

1. Untuk mereduksi costproduction

2. Untuk

m

-

pendapatan dari nelayan dengan meningkatkmnya jumlah

ikan

yang tertangkap. Salah satu caranya adalah dengan :
(11)

/

+'

Pendirian Stasiun Bahan bakar

Be j d a h 1.260 buah dan berada di dekat pemukiman nelayan. Namun, pada tahun 2004 diperkirakan baru akan mencapai 400 buah karena masih

berbelitnya "cerita" di seputar pembangunan stasiun ini. Antara lain masalah pembebasan tanah, dU

.:.

Dana peduli

Mempakan suatu proyek pesisir yang membantu menghadukan dana untuk

nelayan. Hal ini diiatarbeiakangi oleh sulitnya nelayan untuk menmi modal

karena syarat-symt yang berbelit. Antara lain diharuskan merniliki kolated

credibiliq

.

Contohnya Bank Dalam proyek ini dilakkan kejasama dengan Bank

Bukopin, Sonitera mina (bejumlah 160 buah di 160 kabupaten), PNM dan Bina Mandii.

.:.

Mengatasi permasalahan telcnis yang meliputi nelayan Contohnya :

1. W a h t i p e @at

Bagaimana cara mengurangi &hi terhadap air ?

Bagaimana cara menghemat bahan b&? mungkin kuncinya ada pada

bentuk @at. Dengan bentuk yang makin stream line, maka @a1

semakin hemat bahan bakar dan lebih kecil Mcsi terhadap airnya Seperti

yang terjadi di Filipina.

2. Rantai pendimgin atau cold chain system. Artinya, bagaimana cara

membuat sistem pendiiinan yang mudah, efektii dan murah Di

Goronhlo, telah diiabxkan penelitian mengenai bagaimana m a rilerubah suhu air laut menjadi d i i i n Mengingat suhu rendah yang d i h a s i

cukup rendah dan murah serta tidak boros tempat.

3. Penelitian-penelitian di laboratonurn, seperti proses respon mata ikan

terhadap jaring setnet.

.:.

Close Operation antara peneliti dengan masyarakat.

3. Untuk memudahkan dalam pendiibusian dan pengawasan Contohnya adalah dengan pendirian h a t Informasi Pelabuhan Perkman.

(12)

/

Diharapkan dengan adanya lembaga ini maka tidak akan ada lagi marker glut,

yaitu suatu keadaan d i i tejadi kenaikan atau pen- harga ikan secara

drastis karena kelebihan atau kekurangan ikan di sum tempat 4. Kopemsi Perikanan terpadu

Untuk m e n g h a s i input pmduksii memiliki pabrik pengolahan clan sebagai

pen~angsa ( bfler

1.

5. Gerbang Mina

Bahari

(seperti yang telah diuraikan di atas)

Di perikmm, tidak

secara

100 % bidangnya dikuasai oleh DKP. Namun terdapat 85 % kegiatan yang

d

i

di luar l i pDKP.

Diantaranya :

-

Oleh Departemen Perhubungan, antara lain Gross akte, surat lak kapal dan surat ijin berlayar.

-

Oleh departemen Tenaga Keja, antara lain hal-ha1 yang men-t ketenagakerjaau

-

Oleh Departemen Kesehatan, antara lain surat bebas tihus, dll

-

Oleh Departemen Pertahanan

dan

yang berkaitan dengan pengawasan hulamL

Tetap bukan DKP yang memegang

walaupun

DKP sudah memiliki kapal hiu

-

Oleh Departemen Keuangan

Sedangkan DKP sendii hanya mencakup 15 %, yaitu IW dan Surat Penangkapan

Ikau Dan untuk budidaya, DKP hanya mengurusi d a h irigasi sekunder dan

tersier.

Keadaan yang de&i kompleks, "memaksa'' Presiden melalui Gerbang M k i

Bahari untuk mengeluarkan Q r e s , yang isinya mengaharuskan kebijakan makro

yang kondurljif untuk tumbuh kembangnya perikanan Antara lain melalui

pencanangan Gubernur dan Bupati sebagai Koordinator wilayah yang bermgas

untuk mencapai target tersebut. Untuk itu perlu diadakan upaya yang kems d a i

DKP dan insan perikanan itu sendii se-a ketika semua keadaaan tersebut

klah kondusif, d h p k a n dmia perikanan akan bangkit

Pertimbangan-pertimbangan yang bisa dikemukakan sehingga trawl bisa dibuka

kembali adalah :

(13)

/

Cam meningkatkan pendapatan nelayan adalah dengan menaikkan

jumlah

ta@apan dan menutunkan ongkos produksi: Selama

&

satu perahu hanya memilii kapasitas 5 GT, dengan awak kapal satu orang perkapal. Penclapatan yang

diperoleh hanya Rp. 25.000,OO sampai Rp. 50.000,OOIorang

Pada tahun 2002, terdapat 450 ribu annada penangkapan Dengan 225 ribu annada

tanpa motor yaitu dengan menggmakan perahu layar dan dorong. Sdangkan

sisanya bersiit modem, dengan kriteria berada di atas.30

Gt.

Namun, 5200 atau 12 % diantarmya merupakan nelayan s i n g yang memalsukan

idn.

Sehingga

dapat diiimpulkan belum

ada

yang sc-efektiftmwl.

2. Tidak

ada

negara yang melarang mengoperasikan trawl

secara

100 %

.

Tentu saja dengan melakukan pembatasan-pembatasan tertentu. Hai tersebut dapat

dilakukan dengan penerapan close season dan close area Close season benrpa penutupan beberapa wktu-waktu tertentu (mkahya pada saat pemijahan) dan

close area berupa penutupan beberapa area tertentu (misalnya pa& m i n g

gozmd, nursery ground). Karena itu perlu diadakan kejasama antara pengambil

kebijakan dengan peneliti.

3. Bila trawl tidak dibuka, maka daerah Kalbar, Kaltim, S m u t dan Pap= akan

diambil sumberdayanya melalui trawl oleh nelayan dari negara lain. Karena

.. .

pengoperasiannya d idengan keluarnya dokumen-dokutnen serta dmmkm

oieh oknum-oknum tertentu.

Tetapi, seandainya trawl diterapkan kembali, maka ada beberapa ketentuan yang h m

dijalankan, diantaranya :

1. yang m e d i trawl adalah nelayan k e c s karena tujuan dari pembukaaa trawl ini

adalah untuk meningkatkan kesejahtexaan nelayan kecil. Caranya adalah dengvl

membatas bahwa hanya kapal yang bekqasitas sama atau di b a d dari 15 GT

yang boleh mengoperasikan trawL

2. Menerapkan asas konservasi. yaitu mengenai close season dan close

area.

Atau

pengadaan modifikasi trawl tertentu yang ramah l i i a n . Contohnya seperti pernakaian mihater trawl dengan wingflekible.

3. Zonasi Metalui selektif dalam menentukan penzonasian. Misallcan d e n w

melarang penggmamya pada daerahdaerah ove6shing (seperti Pantura). Tetapi

pengoperasiannya diperbolehkan di daerah perbatasan

(14)

\

Sehingga pada akhitnya kalangan akademisi jangan

hanya

menjadi silent majority, yang hmya dim saja ketika ada reaksi mengenai dibukanya trawL Tetapi membantu

menjelaskan dan mem-back up.

(15)

PENGANTAR DISKUSI NASIONAL TRAWL

Mohammad Nuramin

m m

Dari survei yang dilakukan pada 10 mahasiiwa

Fakultas

Periktmm dan Dmu Kelautaq 3 orang dari 10 m a h a s i i

Fakultas

Perikanan dan ilmu Kelautan yang dijadikan sampel, hanya 3 orang saja yang mengetahui tentang trawl. Itupun bukan penjelasan secara detail.

Trawl adalah pukat udang yang pada intinya berfungsi menjaring udang dan ikan

demersat Trawl terbagi

atas

bonom trawl (pengoperasiannya d i i di dasar perairan) dan midwarer trawl (menyapu sedikit di atas dasar perairan).

* Alasan diiarangnya penggunaan trawl adalah :

1. Karena trawl sedikit merusak

d'

2. Dipergunahn untuk memmgkap udang (disini d i bahwa

lvlang

bersifat

PO-@).

3. Menyebabkan beberapa isu-isu

Sehingga p~men'ntah memutuskan untuk mengeluarkan Keppres No.30 Tahun

1980 yang diiikan sebagai Kepres y& bermuatan politis dan lingbungan Politis

karena diperkirakan hanya dikeluatkm untuk menghIndari te rjadiiya pergolakan

di wilayah-wilayah barat Irmdonesia

= Melihat kondiii

trawl

di Muam Angke, Indramayu, dan Kendal menyebabkan semet

atau gillnet dari nelayan kecil terhanyut, selain itu menyebabkan tangkapan nelayan

kecil berkwang. Hal Hal dkebabkan trawl lebih efektif mengeruk sumberdaya ikan

Tujuan paradigma baru adalah mewujudkan Indonesia yang ma&, malanm, adil. dan di ridhoi Tuhan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai persyaratan antara lain :

1. PDB hams tinggi

2. Mampu memenuhi kebutuhan dasar

3. Perluasan kesempatan keja

4. Social equify (status sama didepan hukum)

5. Dapat meleskxkan sumberdaya laut

(16)
(17)
(18)
(19)

Perumusan Hasil Diskusi

Penyusun:

Ir. Darmawan, MA.

Pr0f.Dr.h. John Haluan, M.Sc.

Diskusi nasional yang diihxti oleh berbagai kalangan seperti; akademisi, pejabat pemerintah, apam

penegak hukum, pengusaha dan kelompok nelayan bukan trawl serta masyarakat umum

d3n

mahasiswa, menghasilkan beberapa pzmikiran penting yang patut dikemukakan sehubungan d e w

"pengoperasian kembali" alat tangkap trawl secara resmi di Indonesia. Hal-ha1 tersebut antara lain

adalah sebagai berikut;

1. Sampai saat ini secara teknis, jaring trawl adalah satu jenis alat tangkap yang paling efeL-af

untuk menangkap ikan dan organisme dasar. Namun karena pembuatan dan pengoperask

jaring ini memerlukan perlengkapan tambahan seperti unit kapal yang memadai, p e r a h a

mekanik di atas dek dan berbagai alat bantu lainnya maka harga satu unit trawl menjadi re.liiif

tinggi. Sebab itu tidak mudah bagi nelayan biasa untuk mampu memilih satu unit alat taep

trawl. Hal inilah yang memicu kecembman sosial antara nelayan yang mampu memilib S.n

mengoperasikan jaring trawl dengan yang tidak mampu.

2. Pada waktu sebelum dilarang, penegakan hukum terhadap jalur penangkapan yang kurang

t

&

mengakibatkan banyaknya kapal trawl beroperasi di perairan dimana terdzpat nelayan

!-*

mengoperasikan alat tangkap jenis lain terganggu bahkan terkadang menjadi rusak. Dit-d

la@ h a i l yang diperoleh trawl bang karena efektif) selalu lebih banyak. Hal ini semiin

memicu timbulnya konflik antar nelayan.

3. Secara hukum, pendefinisian trawl di Indonesia belum t u n w ditetapkan Saat ini d e w

beberapa modifikasi kecil dan penambahan perangkat tertentu pada badan jaring trawl

6A

mengaktbatkan berubahnya nama jaring tersebut, misalnya menjadi pukat udang, pukat %a,

dan lain sebagainya. Padahal secara prinsip metoda pengoperasiannya tetaplah sama

terhindar dari larangan hukum karena telah berganti nama. Belum lagi jenis-jenis j ~ - z

tradisional yang menyerupai trawl seperti cantrang, arad, dan lain-lain.

(20)

Diskusi selanjutnya berkembang mengenai apakah jaring trawl boleh secara resmi dioperasikan

kembali di Indonesia? Panelis dan forum diskusi mengemukakan adanya pro dan kontra mengenai

boleh atau tidak bolehnya jaring trawl dioperasikan kembali di Indonesia. Hasil diskusi tidak secara

eksplisit dapat menghasilkan persetujuan mengenai diperbolehkannya jaring trawl beroperasi

kembali secara resmi. Namun forum mendiskusikan kemungkinan beroperasinya trawl bila

beberapa syarat dapat dipenuhi. Persyaratan tersebut antara lain adalah;

Adanya rincian yang tegas dan jelas mengenai spesifikasi jaring, kapal, dan tenaga penggerak

yang mungkin diperbolehkan beroperasi

Pemahaman yang komprehensif mengenai dampak positif maupun negatif dari pengoperasian

jaring trawl baik yang terjadi secara langsung maupun yang tidak langsung

Penetapan wilayah operasi yang jelas dan iidak bertumpang tindih dengan jenis alat tangkap

lain yang sifatnya berlawanan atau sating memgikan.

Penetapan waktu beroperasi yang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi biologi dan

lingkungan hidup serta aspek sosial setempat

Adanya pembatasan jumlah unit yang diperbolehkan beroperasi pada satu wilayah dan waL%

tertentu

Pengaturan mengenai jumlah maksimum kapasitas produksi yang &perbolehkan

Memperhatikan aspek lingkungan hidup dan kelestarian sumberdaya alarn lain disekitarnya

Kajian mengenai ketersediaan sumberdaya ikan ataupun udang yang menjadi target

penangkapan perlu dilakukan untuk menentukan jumlah tangkapan maksimum lestari

(MSY)

serta jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) untuk satu waktu tertentu.

Kesiapan pendukung yang meliputi adanya pengawas perikanan, jumlah dan kapasitas aparat

penegak hukum scrta nekanisme dan peraturanhukum yang memadai itu sendiri.

Selain itu h a m pula didukung oleh adanya permintaan ataupun kebutuhan dari pemerintah

daerah tertentu yang didukung oleh sebagian besar nelayan yang ada di wilayah tersebut.

Dari berbagai persyaratan yang muncul sebagai wacana dalam mengambil kebijakan apakah jaring

trawl boleh beroperasi lagi secara resmi di indonesia tersebut di atas, maka nampaknya jalan yang

(21)

1. Menyusun agenda penelitian yang terfokus pada berbagai aspek pengoperasian jaring trawl.

Baik meliputi aspek teknis maupun aspek lingkungan dan sosial ekonominya. Kemudian

membuat ketetapan-ketetapan yang jelas, tegas dan rinci mengenai jaring trawl ini.

2. Berbagi tanggungjawab pengelolaan dan pengawasan dengan pemerintah daerah propinsi

maupun kabupatenlkotamadya. Pengaturan kewenangan pengawasan dan penegakan hukum

antara pusat dan daerah merupakan bukti adanya kesepakatan bersama untuk menjaga

sumberdaya perikanan Indonesia tetap lestari. Sehingga bila satu pemerintah daerah merasa

perlu untuk mengoperasikan trawl karena tuntutan nelayan di wilayahnya, maka pemerintah

daerah tersebut juga wajib menunjukkan kemampuan untuk melakukan pengawasan dan

penegakan hukumnya. Dengan demikian beban tidak hanya di pemerintah pusat saja.

3. Menyusun kebijakan pengelolaan perikanan secara terpadu dalam era otonomi daerah ini

dengan selalu mengedepankan prinsip pengelolaan yang berhati-hati (precautionary

approach management policy).

(22)

D a i k

Peserta

"Diskusi Nasional Pengelolaan Trawr'

Bogor,

25

Oktober 2003

Nama lengkap

M Firdaus Damlipti Muksin MuhammadZen Rini Rahmania Adam

MuhSulaiman

Yobanns Bangkit HHS

RAHangestiEmi W Muslim Tadjuddah Mercy Patanda KudraiPriadi

Oni Kandi Eddi Husni

Faik Kmohman Yulian Fakhnlrrozi Juliani

mdzO l i

Bambang Dwi Hartono suharyanto

MoM.rizal Mahdi Hasnia Arami Andrius Arief Effendi

Eva Utami

Rinda N GanifP

W m Kuiniawati Almuas

Bahdad Sakinah

Azahirin

w m d i

Dorista Manunmg

M.Sd Zullcdmain

Ahmad Faud

I n h u t i

F X Paniman

Agung W t y o MukRizal Ydhi H

Nilanto Perbow0 Rahadiaty Fajar A

W m Wljayanti Dede Nova AB V~venti Kumala Sari Sang Made Mahapma

Nama lengkap

Waluto MM

Ade Syahpum Evie Maulina A

Hanifah Msilany

MustaNddin

So6 CHS

Indra Ambalika S Krishna Samudra

Y a h ~ a

Maydiana Sya6hi Khairul Jamil

Lestari N111grum

55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

M samsu H

Tri Wlji Numi

Darnlawan

Mulyono S. Baskoro Agus Sadelie AgusSuhaman Kosasih

YatriIndahKummmti Arif Budiman

AMulRauf Djojo Swvardjo Subkhi Ade WirmaYulia Masudin Sangaji Elia Suuardi JohanesJudiono DianFianaRD

Ria P.Y livwanto ArisB

Zulfan Ariehdi

Nuryatin

Vidya Andalita Agus Lelana Aji Suwarso

Mariana

LydiaYuliati DwiHudayanti

Martima Riyyantaka

YudiNugraha Febrina Syahria

Ei-aan Novi;mto ~ a h y u d i n

(23)

N a m a lengkap Rormy I. Wahyu

U Imron Diniah lm Solibin

Alfi Ramdhani Latar

r i

W a n t o Wibowo Mulyono Joko Purwanto Wazk Maardi Nurjariah P.Gumilar Totok Hendato Rid- Lasabunda sulistimo

Edwin Suhaqadie D a y Akbx UIE?m Naja Siti Aisjah Fahrum Arief W m t a

Lidra Nii wandri

Ratna Dyni Indrastuti Fis Purwangka

Wmi Trilaksani Sulaanan

A T i Purbayanto Gondo Puspito Yopi Novita

Husni Manggabamli

John Haluan

Fanani Tedjokusumo Kajidin

Danang Indro Widiarso Yustina Susanti

Kristian Hadi Suryo Saputro Koko Kokamrd

Muchyi C h a l i

Jajang Saeful M Sri Yutia

Muhammad Imron

Rika Eskawati Lydia Yuliiti

Anmie Lesmana

Nurhayati Sri F'ujiati

S i Darmokusumo Niiken Kusunlawati Adirawa KW Yatna Priatna Wmdy Agustini Sri Yulia Nurhayati Novelia hugerahawti Yuliana A. Ngarnel Nurdiana

David Ociavianus Novi allistanti RahmanHakim Uning Nurlaila Ibnu Zarkaqi Johan Wahyudi Yuyun Hermawti Karina Arolik

RdBarnbang Eaca L Sugih Suryagalih Fiti Hamlayani Moh.Riyanto MdLNuramin Agmg WldiSakson0 Desty Susanawati Dewi Ymdaii Eka Nalmita R Suci Nurhadini Andema Nanda

Maria C.D.R

Joy Marthyn Sitcinpul

Galamda Isak Hamba A. Mubarak Meilia Dwi Widiastuti. Munira Ibnu Abbas Andrie Lesmana

Dewi Martiaway Utami

Henny JPolii

U R M Ika Yuliati

Fahrini Unus Devi Milasari

Ekanti Dm Asnini lwmatul Irfan

ProfDr. Yusuf Sudohadi MSc

Ruban Tri S Edi Sopati Dian Nuraini

Galamda Isak

(24)

Diskusi Nasional Pe~fgelolaan

Trmvl

I

N o 188 189 190 191 192' 193 194 195 196 197 198 199 200 20 1 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 2 17 2 18 219 220 221 222 223 224 N o 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 N a m a lengkap

S i Darmokusumo

NimKusumawati EvieMaulinaAstuti

AchmadFauzi Mega Pratiwi Adi Munadi Mulyono S Baslioro N i g W~dianingsih

Iskandar Manabu IndraPratama Vivi Sovianovela TiQReksowitakin

Agung Ardianto Deden Rahmat S JakiMochtar

DiniahBahar

l'riambodho Adi Firmansyh

AlamPakasa khan Wahyudi

Suci Nurhadini

UlktunNaja FessiaNowi

FajarlXmnawangsa Sang Made hfahapuba Dorista Novalina Smisno Hadi Pma MuhyiChalii DandiMaulyana Ivan Fadilah Mardelina Manalu IraDwiMutiara Nurul Imamti

Ruban Tri S

Edi Sopati DianNmaini

Djoko Santoso

i

I

I

I

i

N a m a lenqkap

Hadhi Saptiono Azahiri Mery H Sianipar

~ . k . Kadanvan Sukarsi

B.k. DjokoPunvanto Jeny Junior

IrmaInaya

Luthii Felanie

Minarsih Kemda Dewi Muhanrmad Nur Muklis

Anita Wlnardi

Ahmad'Iibrizi Selvi Amalia

ArifSaiben YfxmyNumanjngsih 225 226 227 228 229 230 231 232 233 Galamda Isak Hamba Ainul Mubarak

Maju Pane RosalinFeikBP Mutia Retno Sari Johan Wahyudi Wmdy A g u s t i ~ EkawatiHandayani

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma jaringan saraf tiruan diterapkan untuk mengolah data keempat variabel tersebut, segingga diperoleh keluaran yang mampu mengenali 6 jenis bahasa, yaitu: Indonesia,

2.5.6 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap) Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar neonatus mendapat frekuensi menyusu lebih dari 8 kali dalam 24 jam dan dengan lama menyusu lebih dari 15 menit setiap kali

• SDS init dikarang untuk membantu pembeli, pemproses atau mana-mana pihak ketiga yang mengendalikan kimia yang disebutkan di dalam SDS; malahannya, ia tidak

Indikator menurut Rizkia (2014) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu kemampuan siswa dalam; 1) Memahami masalah, yaitu mengetahui maksud dari

Kami Para Pemohon yang hadir, saya sendiri selaku kuasa hukum, Hermawanto dan Pemohon yang hadir, mohon maaf hanya satu yang bisa hadir karena yang lain masih mudik rata-rata,

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sehingga, setiap lapisan masyarakat berhak menerima pendidikan yang

Batu Basurek, Gua Lida Ajer dan Gua Tompok Syohihah I dengan cara mengisi form penelitian, deskripsi lingkungan sekitar situs, mendeskripsi seni cadas yang dilihat dari