• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnis Indo Tiongoha Dan Semangat Anti Ci

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etnis Indo Tiongoha Dan Semangat Anti Ci"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Etnis Indo-Tiongoha Dan Semangat Anti-Cina

Oleh : Isnan Nur Fannizar

Abstrak

Masyarakat Tionghoa di Indoneisa sudah tentu

telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

sendi-sendi kehidupan di Indoneisa saat ini, adalah

menarik bila kita melihat kebelakang mengenai

peran serta mereka dalam membantu pergerakan

Indonesia dan juga pencarian jati diri

mereka,namun tulisan ini tidak secara khusus

membahas hal-hal tersebut tulisan ini membahas

Kausalitas yang berujung pada peristiwa gerakan

Assat yang berkembang pada tahu 1955 karena

dimotori oleh Mr. Assaat.

(2)

BAB I Pendahuluan

Perjalanan etnis Tionghoa sebagai bagian yang diakui oleh masyarakat Indonesia tidaklah mudah, banyak rintangan yang harus mereka lalui, banyak tantangan dan unjian yang harus mereka lalui. Memang tidak dipungkiri semangat etnis Tionghoa untuk pulang ke Cina merupakan suatu kekuatan yang melatari mereka berjuang keras mengumpulkan kekayaan untuk kembali kecina sebagai ornag yang mapan, semangat inilah yang dimiliki oleh etnis cina yang berada diluar cina khususnya di Indonesia. Seornag pengusaha cina yang melewati hidup di tiga zaman (Kolonial Belanda, pendudukan Jepang dan Awal kemerdekaan) bercerita bagaimana semangat ayahnya untuk kembali ke Cina dengan mengumpulkan uang sebanyak banyaknya, namun semangat itu runtuh setelah perang Shino-Jepang dan perang saudara di Cina, ia menceritakan bagaimana kekecewaan ia dan ayahnya setelah kembali ke Cina. Ia yang memang sudah menjadi bagian dari indoneisa yang sedari kecil hidup beriringan dengan pribumi Indonesia merasa tidak nyaman berada di dalam Cina yang sebenarnya. Bahkan tuturnya bahasa Cina yang ia guanakan ketika masih di Indoneisa jauh lebih sopan ketimbang bahasa Cina yang berada di Cina itu sendiri1. Penuturan pelaku tersebut mencerminkan adanya perubahan dari

yang selumnya semangat ingin kembali ke Cina begitu besar menjadi turun derastis karena mereka lebih mereasa disinilah (Indonesia) tempat mereka yang sebenarnya.

Istilah Cina sendiri sebenarnya merupakan kata yang di anggap negatif oleh etnis tionghoa ini, istilah ini dipakai ketika era orde baru oleh angkatan darat yang membenci Negara Cina karena menggunakan ideologi komunis. Pada awalnya etnis Cina di panggil dengan nama orang Tionghoa dan Negara asalnya di beri nama Tiongkok.

Pers Indo-Tionghoa di Indonesia merupakan sarana pemndorong nagi kemerdekaan juga saksi sejarah dari berbagai peristiea penting dalam sejarah

(3)

perjalanan bangsa Indonesia, misalnya saja Koran Sin Po yang memuat lagu kebangsaan indoneisa raya pada salah satu majalah edisinya2 Pers Indo-Tionghoa

dapat dilacak keberadaanya mulai dari pelopornya yang bernama Lie Kim Hok3

awalnya ia hanya bekerja sebagai wartawan di pers Indo-belanda.

Para kaum terpelajar tionghoa mendirikan Tiong Hoa Hwee Koan4, perlu

diketahui Tiong Hoa Hwee koan ini merupakan sebuah organisasi atau perkumpulan orang toinghoa yang didirikan pada akhir abad 19 untuk mendidik para kaum tionghoa yang ada di Indonesia (Hindia-Belanda kala itu).

Pers-pers Indo-Tionghoa tersebut terbagi menjadi 3. Ada yang berhaluan Nasionalisme Tiongkok Total seperti Li Po yang muatanya kebanyakan bermuatan Filsafat Tiongkok, Koran ini jugaberkaitan erat dengan Tiong Hoa Kwee Koan. Kemudian ada pula Pers yang sangat peduli terhadap pergerakan nasional Indonesia seperti Sin Po. Dan ada pula yang hanya mementinhkan masalah keuangan atau keuntungan pribadi seperti Perniagaan. Nah mungkin karena hal-hal seperti ini yang di pandang sebagai masalah, masyarakat Indonesia pada umunya membenci masyarakat Cina yang mememtingkan keuntungan pribadi. Selain itu memang tidak dapat dipungkiri bahawa etnis tionghoa memang sangat berpengaruh dalam kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia baik dari zaman kolonial hingga sekarang ini. Ada pula organisasi pergerakan yang pada awalnya di gunakan sebagai perlindugan bagi pedagang pribumi yang kalah bersaing dengan pedagang Cina, sperti Sarekat Dagang Islam.

2 Suryadinata, Leo, Etnis Tionghoa Dan Nasionalisme Indoneisa. Jakarta: Kompas, 2010,. Hlm 29. 3 ibid,. Hlm 10.

(4)

BAB II Pembahasan

Gerakan Assaat lahir diakibatkan karena seorang tokoh besar Indonesia ya itu Mr. Assaat yang mengungkapkan pada pidatonya, perlunya pemerintah melaksanakan peraturan perlindungan bagi para pengusaha pribumi yang usahanya kalah dari para pengusaha Cina5. Assaat menyerukan kebijakan ekonomi yang dinilai sangat

menguntungkan bagi kaum Indonesia pribumi yang kalah saing dengan keturunan cina yang berdagan di Indonesia, ia menganggap etnis cinalah yang telah memberikan kesulitan ekonomi kepada bangsa Indonesia, ia juga mengatakan belanda telah bersikap oportunis karena telah membantu Belanda di zaman penjajahan. Pidato dari asaat berpengaruh langsung. Komite-komite dibuat untuk mendukung ide-ide asaat yang telah tersebar diberbagai wilayah. Tuntutan dari mereka adalah agar memaksa orang cina agar tidak melanggar peraturan yang dibuat untuk mengatur kegiatan mereka. Maka kemudian lahirlah gerakan Assaat yang memiliki kaitan dengan organisasi dalam perjalanan tahun berikutnya. Gerakan asaat menarik simpati dari orang Indonesia yang mengerti gerakan tersebut karena dinilai melindungu kaum pribumi.

Kemudian ada sebuat insiden yang memicu adanya kebencian pada masyarakat tionghoa, isiden pemukulan seorang anggota militer oleh seorang pengusaha Cina bernama Han Swie Tik, iniden ini berkaitan erat dengan pesatnya gerakan Assaat 1956.

Kerusuhan serupa juga sempat terjadi pada tahun 1912, bahkan insiden di Kudus pada 1918 dimana kalangan pengusaha Tionghoa dan kalangan pribumi beradu fisik dilatarbelakangi kebencian masing-masing6.

Sebuah kutipan yang di tulis oleh SI (semaon) dalam menyikapi peristiwa 1918:

”… pada zaman sekarang bumiputra hidupnya sangat sengsara, merasa tambah lama mereka tambah miskin, tetapi bisa lihat dengan mata sendiri bahwa bangsa lain umpamanya bangsa Tionghoa, tambah

5 Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI: Zaman Jepang Dan Zaman Republik, 2010, Jakarta: Balai Pustaka,. Hlm. 322-323.

(5)

kaya, tambah nyolok mata atau melihatkan kekayaan disebelah kemiskinan bumiputra perbedaan antara miskinya bumiputra dan kayaanya lain bangsa yang nyolok mata itu sudah timbulkan kebencian anta bumiputra dan si kaya, yang banyak juga bahsa tionghoa. Bangsa bumiputra yang miskin kebenciannya pada bangsanya sendiri bias hilang, sebab sama bangsa dan sama Agam, sehingga hanya kebencian miskin bumiputra dengan lain bangsa. Kebencian miskin bumiputra dan kaya Belanda terbenam sebab orang Belanda kuat sebgai kaum yang memerintah, tapi kebencian miskin bumiputra dan kaya Tionghoa hamper tidak ada timbangannya…”7

Pandangan masyarakat pribumi kepada pedagang Tionghoa dalah padangan berupa bahwa meraka adalah pedagang yang riba, pandangan teresbut sama dengan pandangan Pemerintah Kolonial Belanda sehingga mereka memberikan “polotik Etika” untuk melindungi para pedagang pribumi8, jelas hal ini dianggap merugikan

bagi kaum Tionghoa.

Kepedulian etnis tionghoa tak terlepas dari akibat kejadian-kejadian besar di tiongkok yang setelah perang candu Negara mereka menjadi setengah feodal, nah perasaan ini lah yang kemudian menjadi dasar bagi mereka bahwa masayarakat di Asia khususnya di Indoneisa mengalami hal yang sama, apa yang di sebut soekarno sebagai Nasionalisme Asia dan juga semboyan Chiang Kai Sek yang mengatakan bahwa Asia adalah untuk Asia.

Dari zaman ke zaman tidak sedikit pers Indo-tionghoa yang mematu memajukan pergerakan nasional, misalnya ketika Boedi Utomo Koran perwata Soerabaia, Sin Po, dan Keng Po dimana ketiganya dalah korang/pers Indo-Tionghoa, yang menarik adalah ketika SI didirikan Koran Sin Po teryata memberi apresiasi kepadanya.

Selain masalah-masalah yang dihadapi oleh kaum pribumi kaum tionghoa juga mengalami diskriminasi oleh masyarkat pribumi, memang diskirmasi ini terbentuk bukan tanpa alasan, juga ada sebab akibat dari pemerintah kolonial yang

(6)

memisahkan tempat tinggal orang tionghoa dengan bumiputera mengakibatkan sekat antara masyarakat bumiputera dan rakyat tionghoa.

Diskriminasi juga terjadi ketika semangat nasionalisme oleh etnis tionghoa mulai kuat, misalnya seorang tokoh Kwee Tjing Hong seorang tionghoa peranakan yang memiliki took buku di Palembang, ia ingin mendirikan cabang PNI di Palembang. Meskipun rapat pembentukan itu di adakan di rumahnya tetap saja masih banyak yang belum percaya kepadanya dan akhirya ia hanya menjadi anggota luarbiasa karena memang PNI tidak memasukan etnis lain kecuali yang berasal dari Indonesia9.

Akhirny pada awal 1930 para pemimpin tionghoa memdirikan PTI (Partai Tionghoa Indonesia) karena partai-partai saat itu banyak yang tidak menerima anggota tionghoa dan tionghoa peranakan, akhirnya hanya Parindra yang mau membuka kesempatan bagi para Tionghoa yang sudah berorientasi pada keindonesiaan. Dan juga “PKI illegal” yang mau menerima mereka, tetapi kebanyakan yang masuk PKI adalah mereka yang belajar dari sekolah Belanda dan Eropa selain itu mereka adalah orang-orang kaya. Pada kongres parindra M.H Thamrin yang diminta pendapatnya tetang apakah Parindra mau membuka keanggotaan bagi Tionghoa peranakan, ia menjawab dengan jawaban yang konserfativ. Namun setahun kemudian pendapat Amir Sjarifudin: Kebangsaan tidak di tentukan oleh darah atau warna kulit, atau bentu muka, tetapi oleh 3 faktor: Tujuan nasib dan keinginan. Itulah yang mengawali Gerindo membuka keanggotaan bagi bangsa Tionghoa.

Namun sayangnya perasaan anti cina terus bertahan hingga munculnya gerakan assaat, dikarenakan masih terpecahnya orang-orang tonghoa banyak dari mereka masih mementingkan keinginan dan kepentingan pribadi dan kelompok. Hingga akhirnya pada 1959 mucul sebuah kebijakan yang sangat mengekang masyarakat tionghoa PP pemerintah 1959 atau dikenal PP.10/59. Melarang orang-orang asing (nonpribumi) berusaha di bidang eceran di pedesaan10.

9 Ibid.. hlm. 131.

(7)

BAB III Kesimpulan

Dalam perjalanannya Etnis Tionghoa sering menghdapi apa yang dinamakan sebagai perasan anti-cina oleh kaum pribumi, bentuk-bentuk yang nyata dari perlawanan tersebut banyak tercatat dalam sejarah namun yang sekarang dapat saya sajikan hanya beberapa seperti berdirinya SDI (Syarekat Dagang Islam) yang di bentuk untuk melindungi pedagang batik di pekalongan. Juga ada bentrokan fisik di Kudus tahun 1918 yang dilatarbelakangi masalah ekonomi yang berujung pada sentiment etnis. Kemudian akan mencuat kembali pada gerakan Assaat pada 1956 yang dilatar belakangi hal yang sama dengan diperkuat insiden pemukulan oleh pengusaha cina kepada sorang tentara.

Nampaknya semua perasaan anti-cina ini berawal dari masalah ekonomi, tetapi kita pun harus menyadari bahawa di berbagai sisi etnis Tionghoa menjadi bagian dalam sejarah, pers-pers mereka yang menjadi rekam jejak perjalanan peristiwa-peristiwa penting, serta mereka juga berani mengkritik pemerintahan dari mulai awal berdirinya pers tionghoa yaitu awal abad 20 hingga harus diberedel ketika zaman orde baru. Mengutip pandangan dari seorang tokoh pengusaha Tionghoa yang melewati 3 zaman ia berkata “masyarakay Indonesia, jawa kahususnya terlalu memandang rendah bisnis, yang mereka pikirkan hanya jabatan, taka pa meski tak makan”.11

Intinya apa yang dilakukan oleh Tionghoa mari kita anggap sebagai cambuk bahawa keniscayaan bukan hanya diraih dari jabatan. Banyak sekali sumbangsi mereka yang terlupakan karena dihapuskan oleh kepentingan kapitalis pribumi. Jangan anggap lagi mereka sebagai kaum dari luar, melainkan menjadi satu kesatun bagi kita.

(8)

Penutup

(9)

Referensi

Williams, Walter L, Mozaik: Kehidupan Orang Jawa Wanita Dan Pria Dalam Masyarakat Indonesia Modern. Penerjemah: Ramelan / Jakarta: Pustaka binama Presindo, 1995.

Suryadinata, Leo, Etnis Tionghoa Dan Nasionalisme Indoneisa. Jakarta: Kompas, 2010.

Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI: Zaman Jepang Dan Zaman Republik, 2010, Jakarta: Balai Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami pasien. Perubahan Gaya Hidup. Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih

Ruslan memberikan definisi atas saluran atau disebut dengan media dalam bukunya yang berjudul kiat dan strategi kampanye public relations (2008,pp:29-31) adalah

Jadi berdasarkan investigasi yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan perangkat yang akan dikembangkan adalah media komik berbasis etnomatematika masjid Jami

Analisa konsistensi Putusan Mahkamah Agung dalam upaya melakukan perlindungan hukum terhadap merek terdaftar/merek terkenal atas tindakan peniruan / pendaftaran

sebagai sumber nafkah utama. Hal ini menunjukkan bahwa jenis pekerjaan sebagai PKL ini telah membantu mengurangi pengangguran dan meningkatkan penghidupan sebagian besar rumah

Kemudian cetik niskala adalah meracun korban atau orang dengan sarana yang tidak kelihatan.Cetik ini hanya mampu dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu Leak yang sudah