• Tidak ada hasil yang ditemukan

Depresi Pada Remaja Korban Bullying

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Depresi Pada Remaja Korban Bullying"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Depresi Pada Remaja Korban

Bullying

Aprilia Ramadhani Sofia Retnowati

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk menemukan hubungan antara mengalami bullying dengan depresi pada remaja. Hipotesis penelitian adalah ada korelasi positif antara mengalami bullying dengan depresi pada remaja. Subjek penelitian ini adalah 146 siswa SMA. Data dianalisis dengan korelasi product moment. Hasil analisis menemukan terdapat hubungan positif antara mengalami bullying dengan depresi pada remaja, dengan r = 0.218 (p <0,01). Mengalami

bullying memberikan sumbangan efektif terhadap munculnya depresi pada remaja sebesar 4.7%. Korelasi antara mengalami bullying fisik dan depresi sebesar r = 0.137 (p <0.05); bullying

verbal berkorelasi dengan depresi sebesar r = 0.209 (p <0.01) dan bullying relasional berkorelasi depresi sebesar r = 0.196 (p <0,01). Tidak terdapat perbedaan skor depresi antara subjek laki-laki dan perempuan dengan t = -1,476 (p>0,05). Hasil penelitian menemukan tidak terdapat perbedaan frekuensi bullying yang dialami subjek laki-laki dan perempuan dengan t=1,759 (p>0,05). Hasil menemukan perbedaan frekuensi bullying jenis fisik yang dialami oleh subjek laki-laki dan perempuan dengan t = 2,167 (p<0,05). Laki-laki lebih banyak mengalami

bullying dibandingkan perempuan.

Kata Kunci: bullying, depresi, remaja

Abstract

This study aims to determine whether there is a relationship between bullying experience with depression in adolescents. The hypothesis of this study stated that there is a positive correlation between bullying experience with depression in adolescent. In this study, bullying variable was measured by the modified version of the Multidimensional Scale Peer-victimization (Mynard & Joseph, 2000) and depression variable was measured with the Beck Depression Inventory adapted by Retnowati (1990). Subjects in this study were 146 tenth grade high school students. The data analysis method used in this study is Pearson product moment correlation statistical measurement. Based on the analysis conducted, it showed that there is a positive relationship between bullying experience with depression with r = 0.218 (p <0,01). Bullying contributed effectively by 4.7% in the occurrence of depression. Physical bullying correlated with depression with r= 0.137 (p <0.05), verbal bullying correlated with depression with r=0.209 (p <0.01), and relational bullying correlated with depression with r=0.196 (p <0,01). From this study it was found that there was no difference in depression scores between male and female subjects with the value t = -1.476 (p> 0.05), but there is a difference between the frequency of physical bullying among male and women subjects with t = 2.167 (p <0,05). Men experienced physical bullying more than women did.

Key words: bullying, depression, adolescent

Pendahuluan 2020 (Kompas, 9 Oktober 2012). Depresi

unipolar masih menempati peringkat ke WHO menyatakan bahwa depresi e m p a t d i d u n i a p a d a t a h u n 1 9 9 0 akan menduduki peringkat ke 2 dalam (www.thejakartapost.com).

(2)

kali episode depresi pada kehidupannya dewasa. Depresi pada remaja lebih mungkin ( w w w. t h e j a k a r t a p o s t . c o m ) . M e n u r u t berlanjut pada usia dewasa dibandingkan perkiraan, saat ini terdapat 350 juta orang dengan depresi pada anak (Hankin, 2006). telah terjangkit depresi di seluruh dunia. Depresi meningkat secara drastis dari usia Depresi telah menjadi penyakit yang sangat anak ke remaja sebanyak 17% pada usia serius sehingga Federasi Dunia untuk remaja tengah hingga remaja akhir (Hankin, Kesehatan Mental (WFMH) menentukan 2006). Peningkatan depresi terjadi sebesar tema Hari Kesehatan Jiwa dengan judul enam kali lipat dari usia 15 tahun sebesar 3% “Depresi: Suatu Krisis Global” pada tanggal dan meningkat menjadi 17% pada usia 18 10 Oktober 2012 (Kompas, 8 Oktober 2012). tahun (Hankin, 2006).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Penelitian oleh Hankin (2006) (Riskesdas) pada tahun 2007, persentase menyatakan bahwa salah satu faktor masyarakat pada umur 15 tahun atau lebih kerentanan depresi pada remaja adalah di Indonesia dengan gangguan kecemasan kejadian hidup negatif yang menekan. dan depresi terdiri dari 11,6% atau sekitar 19 Taylor (2006) menyatakan bahwa suatu

juta orang (www.thejakartapost.com). stresor memiliki karakteristik tertentu Sementara itu, prevalensi individu yang untuk dianggap sebagai kejadian yang

mengalami gangguan mental serius terdiri menekan yakni bersifat negatif, tidak dapat dari 0,46% atau sekitar 1 juta orang dikendalikan, bersifat ambigu, dan terlalu (www.thejakartapost.com). Prevalensi angka membebani. Remaja kerap mendapatkan depresi dan kecemasan di Jakarta perilaku kekerasan di sekolah, seperti berdasarkan Riskesdas 2007 adalah 14,1% perilaku kekerasan dari guru, teman sehingga melampaui angka nasional sekelas, dan kakak kelas. Perilaku kekerasan sebesar 11,6% (Kompas, 9 Oktober 2012). ini dapat disebut dengan istilah bullying. Istilah depresi dapat merujuk pada Seorang murid dikatakan mengalami bullying jenis perasaan tertentu (simtom), kumpulan jika terkena secara berulang kali dan simtom (sindrom), dan gangguan klinis. sepanjang waktu pada tindakan negatif oleh Depresi dapat merujuk pada keadaan satu atau lebih murid lainnya (Olweus, 1986 subyektif seperti rasa kecewa, putus asa, dan 1991 dalam Olweus 1993). Bullying dapat atau tidak bahagia. Depresi juga dapat dianggap sebagai kejadian hidup yang merujuk pada pola penyimpangan pada menekan sebab berkarakteristik negatif dan perasaan, kognisi, atau perilakuan yang sulit untuk dikendalikan oleh korban.

belum mewakili gangguan psikiatri sehingga Bullying dapat menjadi stresor yang disebut sebagai kumpulan simtom atau mengancam pada remaja sebab penerima- sindrom. Depresi juga dapat diartikan an dari teman sebaya merupakan hal yang sebagai gangguan klinis dengan sifat, sangat penting sehingga pengucilan dapat karakteristik, dan simtom-simtom tertentu diartikan sebagai stres, frustrasi, dan (Beck, 1985) . kesedihan (Santrock, 2003). Remaja

meng-Depresi pada remaja ditandai andalkan teman sebaya untuk memberikan dengan adanya perubahan tingkat fungsi dukungan yang sebelumnya disediakan disertai dengan suasana perasaan depresi oleh keluarga (Frankel, 1990; Sebald, 1986 atau hilangnya minat pada hampir seluruh dalam Rice & Dolgin, 2002). Penolakan aktivitas. Remaja yang mengalami depresi akan berakibat pada munculnya masalah akan terlihat sedih, tidak bahagia, rewel, psikologis seperti kecemasan, depresi, suka mengeluh, mudah tersinggung, dan kesedihan, kesulitan berhubungan dengan mudah marah. Remaja dengan depresi oranglain, dan kesepian (Baumeister & Leary, merasa bahwa tidak ada yang memperhati- 1995; Baumeister & Tice, 1990 dalam kan dan menyayanginya. Remaja terkadang McCabe, Miller, Laugesen, Antony, & Young, merasa hampa, tidak merasakan perasaan 2009).

apapun, dan mengeluh sakit yang sebenar- Olweus (dalam Wiyani, 2012) nya tidak nyata (Rey, 2002). menyatakan bahwa terdapat dua bentuk

(3)

melalui kontak fisik secara langsung ataupun digunakan dalam penelitian ini adalah secara verbal melalui serangan secara dengan menggunakan skala. Berikut adalah terbuka seperti mengancam, mendorong, pemaparan lebih lanjut mengenai skala yang dan mencubit (Olweus, 1993). Bullying tidak digunakan dalam penelitian:

langsung atau dapat disebut sebagai 1. Beck Depression Inventory (BDI)

relational bullying adalah perilaku agresif Skala BDI terdiri dari dari 21 item tertutup yang dimaksudkan untuk merusak yang menggambarkan 21 kategori sikap dan hubungan sosial yang dimiliki oleh korban gejala depresi, yaitu: (1) perasaan sedih, bullying seperti penyebaran gosip, menye- (2) perasaan pesimis, (3) perasaan gagal, barkan isu, dan mengeluarkan korban dari (4) perasaan tidak puas, (5) perasaan pergaulan (Coyne, Archer, & Eslea, 2006 berdosa atau bersalah, (6) perasaan dalam Kowalski, dkk., 2008). dihukum, (7) membenci diri sendiri, (8)

Berbagai penelitian mengenai menyalahkan diri sendiri, (9) keinginan bullying memperkuat hasil bahwa korban untuk bunuh diri, (10) menangis, (11) mudah

bullying memiliki kecenderungan yang lebih tersinggung, (12) menarik diri dari hubungan besar untuk mengembangkan gangguan sosial, (13) tak mampu mengambil depresi jika dibandingkan dengan remaja keputusan, (14) penyimpangan citra tubuh, yang tidak mengalami bullying. Penelitian (15) kelambanan dalam bekerja, (16) oleh Fekkes, Pijpers, & Verloove-Vanhorick gangguan tidur, (17) kelelahan, (18) (2004) menunjukkan bahwa korban bullying kehilangan selera makan, (19) penurunan menunjukkan depresi pada taraf sedang berat badan, (20) preokupasi somatik, dan sejumlah tiga kali lipat lebih besar dan depresi (21) kehilangan libido (Beck, 1985). Koefisien dengan taraf berat sejumlah tujuh kali lipat reliabilitas skala yang dianalisis dengan lebih besar jika dibandingkan dengan subjek teknik Cronbach Alpha menunjukkan angka yang tidak mengalami bullying. 0,736. Skala BDI pada penelitian ini Berdasarkan pemaparan-pemaparan menggunakan adaptasi Skala BDI oleh di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam Retnowati (1990 dalam Hasanat, 1994). penelitian ini adalah terdapat hubungan

positif antara mengalami bullying dengan 2. Skala Korban Bullying

depresi pada remaja yang berarti semakin Skala yang digunakan untuk meng-sering mengalami bullying pada individu ukur frekuensi mengalami bullying adalah maka akan semakin berat depresi yang modifikasi skala yang diciptakan oleh dialami dan sebaliknya semakin jarang Mynard & Joseph (2000). Skala yang mengalami bullying pada individu maka diciptakan oleh Mynard dan Joseph terdiri semakin ringan depresi yang dialami. dari 45 aitem namun peneliti memilih 30 aitem

dan menambahkan 10 aitem. Seleksi aitem Metode Penelitian dari skala korban bullying dianalisis melalui daya diskriminasi aitem dengan cara Subjek Penelitian menghitung koefisien korelasi antara Subjek yang dipilih dalam penelitian distribusi skor aitem dengan distribusi skor ini adalah siswa dan siswi SMA X di Jakarta skala itu sendiri. Berdasarkan analisis Timur. Karakteristik dari subjek penelitian dengan SPSS for Windows 20.0 terdapat 9 adalah murid Sekolah Menengah Atas aitem gugur sehingga menyisakan 31 butir (SMA) kelas X di Jakarta. Subjek terdiri dari aitem yang dianggap sahih. Reliabilitas skala 64 siswa laki-laki dan 82 subjek perempuan. dengan teknik Alpha Cronbach menunjukkan Usia subjek berkisar antara 13 tahun hingga koefisien alpha sebesar 0,930.

16 tahun. Subjek berusia 13 tahun sebanyak Pengukuran ini bertujuan untuk 1 orang (0,68%), subjek berusia 14 tahun mengukur tingkat keseringan subjek menjadi sebanyak 4 orang (2,74%), subjek berusia 15 korban bullying di sekolah. Aspek yang diukur tahun sebanyak 85 orang (58,22%), dan dalam skala ini terdiri dari:

subjek berusia 16 tahun sebanyak 56 orang a. Bentuk bullying secara fisik (langsung) (38,36%). b. Bentuk bullying secara verbal (langsung)

c. Bentuk bullying secara relasional (tidak

Metode Pengumpulan Data langsung)

(4)

Kuesioner ini terdiri dari pernyataan (p<0,01). Pada korelasi antara mengalami favorable yang terdiri dari lima alternatif bullying relasional dengan depresi didapat-jawaban. Skor untuk pernyataan favorable kan hasil bahwa terdapat korelasi yang adalah sebagai berikut: skor 0 untuk jawaban signifikan dengan r= 0,196 pada p=0,009. Tidak Pernah, skor 1 untuk jawaban Jarang Berdasarkan analisis uji independent yaitu 1 kali dalam satu bulan, skor 2 untuk sample t test dihasilkan nilai t = 1,759 dengan pilihan jawaban Kadang-kadang yaitu 2 p = 0,081 (p > 0,05) sehingga dapat disimpul-atau 3 kali dalam satu bulan, skor 3 untuk kan bahwa tidak ada perbedaan frekuensi jawaban Sering yaitu mengalami satu kali bullying yang dialami pada subjek laki-laki perilaku bullying dalam satu minggu, dan dan perempuan.

skor 4 untuk pilihan jawaban Sangat Sering Peneliti juga melakukan uji indepen-yaitu mengalami bullying dalam beberapa dent sample t test pada setiap jenis bullying kali dalam seminggu. seperti bullying jenis fisik, verbal, dan relasional. Berdasarkan analisis uji indepen-Analisis Data dent sample t test didapatkan nilai t= 2,167

Sebelum dilakukan pengujian hipo- dengan p= 0,033 (p < 0,05) sehingga dapat tesis, peneliti melakukan uji asumsi berupa disimpulkan bahwa ada perbedaan freku-

uji normalitas dan linearitas. Uji normalitas ensi bullying fisik antara subjek laki-laki digunakan untuk mengetahui apakah skor dan perempuan. Subjek laki-laki mengalami

kedua variabel penelitian berdistribusi frekuensi bullying lebih sering jika di-normal, sedangkan uji linearitas dilakukan bandingkan dengan subjek perempuan. Hal untuk mengetahui apakah hubungan antara ini dapat dilihat melalui perbedaan mean skor bullying dengan skor depresi bersifat frekuensi bullying fisik pada subjek laki-laki linear. Setelah uji asumsi berupa uji yang lebih besar jika dibandingkan dengan normalitas dan linearitas terpenuhi maka uji subjek perempuan. Mean frekuensi bullying hipotesis akan dilakukan. laki-laki adalah 7,0156 sedangkan mean Berdasarkan hipotesis dan tujuan frekuensi bullying pada subjek perempuan penelitian, maka teknik yang digunakan untuk adalah 5,2317.

menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah Berdasarkan uji independent sample teknik korelasi product moment dari Pearson t test pada jenis bullying verbal dan relasional untuk mengetahui hubungan antara meng- ditemukan tidak ada perbedaan antara alami bullying dengan depresi pada remaja. subjek laki-laki dan perempuan. Analisis uji

Untuk melakukan pendalaman uji independent sample t test menghasilkan nilai beda antara subjek yang berjenis kelamin t = 0,771 dengan signifikansi 0,442 (p > 0,05) laki-laki dan subjek yang berjenis kelamin sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perempuan digunakan analisis independent perbedaan frekuensi bullying verbal antara sample t-test. subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan analisis uji independent sample t test

Hasil dihasilkan nilai t = 1,393 dengan p= 0,166 (p >

0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan analisis korelasi product tidak ada perbedaan frekuensi bullying moment Pearson maka hipotesis bahwa relasional antara subjek laki-laki dan terdapat hubungan antara mengalami perempuan.

bullying dengan depresi dinyatakan diterima Pada analisis independent sample dengan r=0,218 dengan p= 0,004 (p<0.01). t test pada skor depresi didapatkan hasil Sumbangan efektif variabel bullying terhadap nilai t = -1,476 dengan p= 0,142 (p > 0,05)

depresi adalah 4,7%. Hasil ini menunjukkan sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak bahwa masih terdapat 95,3% faktor lain yang ada perbedaan skor depresi antara subjek

(5)

Pembahasan kemungkinan memiliki pemikiran dan rencana untuk bunuh diri.

Berdasarkan hasil analisis yang Penelitian oleh Klomek, dkk (2007) di dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa New York menunjukkan bahwa subjek yang terdapat hubungan yang signifikan antara sering mengalami bullying cenderung mengalami bullying dengan depresi pada mengalami depresi sebesar 7 kali lipat lebih remaja. Hasil uji hipotesis menunjukkan besar jika dibandingkan dengan murid yang bahwa hipotesis dapat diterima dengan tidak pernah menjadi korban. Subjek yang perolehan r=0,218 (p<0,01) dari subjek mengalami bullying dengan frekuensi jarang berjumlah 146 orang sehingga dapat di- cenderung mengalami depresi sebesar 2 simpulkan bahwa semakin sering meng- hingga 3 kali lipat jika dibandingkan dengan alami bullying maka semakin berat depresi murid yang tidak pernah menjadi korban yang dialami, sebaliknya semakin jarang bullying.

mengalami bullying maka semakin rendah Bullying selalu melibatkan pelaku depresi yang dialami. yang lebih kuat dari korban sehingga korban Dari hasil penelitian ini maka dapat mengalami kesulitan untuk membela diri. disimpulkan bahwa jenis bullying, baik Perasaan tidak berdaya pada korban dapat secara fisik, verbal, dan relasional memiliki muncul karena ketidakmampuan untuk hubungan dengan depresi. Korelasi antara membela dirinya. Parson (2009) menyatakan mengalami bullying jenis fisik dengan depresi bahwa terhadap beberapa respon yang sebesar 0,137 dengan p=0,049 (p<0,05), ditunjukkan oleh guru dan orangtua ketika korelasi antara mengalami bullying jenis menghadapi bullying, yaitu lebih menyukai verbal dengan depresi sebesar 0,209 pada pelaku daripada korban, menyalahkan p=0,006 (p<0,01), dan korelasi antara korban bullying, dan mempercayai si pelaku mengalami bullying jenis relasional dengan bullying. Reaksi orang dewasa yang bersifat depresi sebesar 0,196 pada p=0,009 tidak mendukung akan menyulitkan korban (p<0,01). ketika mencari pertolongan sehingga Hubungan positif antara mengalami perasaan tidak memiliki kendali akan bullying dan depresi telah ditunjukkan pada menciptakan rasa tidak berdaya pada korban. penelitian lainnya dengan subjek remaja Berdasarkan teori learned helpless-antara lain pada penelitian di Ghana (Owusu, ness oleh Seligman (1975 dalam Nolen-Hart, Oliver, & Kang, 2011), Chile (Fleming & H o e k s e m a , 2 0 0 8 ) , s e s e o r a n g y a n g Jacobsen, 2009), dan New York (Klomek, mengalami stres dalam jangka waktu yang Marrocco, Kleinman, Schonfeld, & Gould, lama dan merasa bahwa tidak ada yang dapat

2007). dilakukan akan mengalami ketidakberdayaan

Penelitian pada murid SMA di Ghana sehingga merasa terperangkap dan tidak (Owusu, dkk., 2011) menunjukkan hasil dapat meng-hindari hasil yang negatif. bahwa subjek yang mengalami bullying pada Ketidak-berdayaan dari ketidakmampuan satu bulan terakhir merasakan kesepian, untuk mengatasi situasi yang negatif diyakini kecemasan hingga mempengaruhi pola Seligman sebagai karakteristik utama dari tidur, melaporkan gejala-gejala depresi, dan depresi.

memiliki pemikiran mengenai bunuh diri Teori learned helplessness menekan-yang lebih besar daripada subjek menekan-yang k an p aparan kejadian negatif sebagai tidak mengalami bullying. penyebab timbulnya atribusi bahwa

ketidak-Penelitian di Chile (Fleming & berdayaan berasal dari kurangnya sumber Jacobsen, 2009) pada murid kelas 7 hingga daya personal, meluas pada setiap aspek 9 menunjukkan hasil bahwa subjek yang kehidupan, dan berlangsung secara terus mengalami bullying lebih cenderung untuk menerus sehingga atribusi bersifat internal, melaporkan adanya simtom-simtom depresi. stabil, dan global (Halgin & Whitbourne,

Simtom-simtom depresi seperti perasaan 2005). Ketiga atribusi ini dikenal sebagai sedih dan putus asa mengalami peningkatan gaya atribusional depresif (Durand & Barlow,

(6)

kesalahannya akan selalu terjadi, dan global bersikap baik dan suka menolong. Ber-yaitu individu meyakini bahwa kesalahan dasarkan buffering hypothesis, dukungan atau ketidakmampuannya meluas ke sosial dapat melindungi individu dari berbagai macam isu (Durand & Barlow, kejadian negatif yang dapat menyebabkan 2006). stres (Cohen & Wills, 1985 dalam Sarafino, Santrock (2003) menyatakan bahwa 1998). Remaja mengandalkan teman sebaya learned helplessness merupakan faktor untuk memberikan dukungan yang sebelum-yang penting dalam memahami depresi nya disediakan oleh keluarga (Frankel, 1990; pada remaja. Learned helplessness terjadi Sebald, 1986 dalam Rice & Dolgin, 2002). ketika individu dihadapkan pada stimulasi Hubungan antara mengalami bullying aversif atau tidak menyenangkan, seperti dengan depresi yang rendah pada penelitian stres atau sakit yang berkepanjangan yang ini dengan r=0,218 dapat dijelaskan melalui tidak dapat dikendalikan oleh individu. keengganan subjek penelitian untuk Pengalaman ini menyebabkan hadirnya melaporkan bullying. Ada beberapa alasan perasaan putus asa dan keyakinan bahwa korban bullying enggan untuk melaporkan tidak ada yang bisa dilakukan untuk bullying yaitu karena adanya anggapan memperbaiki situasi (Seligman, 1975 dalam negatif mengenai seseorang yang mengadu Santrock, 2003). Seligman (1989 dalam dan adanya anggapan yang rendah pada Santrock, 2003) telah berspekulasi bahwa kemampuan guru dan pihak sekolah dalam banyaknya kasus depresi yang terjadi m e ng he n tikan tindakan bullying. Laki-laki pada remaja dan dewasa muda disebabkan mengalami tekanan yang lebih besar dalam oleh meluasnya perasaan tidak berdaya menghadapi bullying karena tidak dapat karena meningkatnya penekanan pada diri, menunjukkan kelemahan dengan meng-kemandirian, dan individualisme serta adukan bullying pada orangtua. Korban menurunnya penekanan pada hubungan bullying di usia remaja memiliki kecenderung-dengan orang lain, keluarga, dan agama. an untuk tidak melaporkan bullying terlebih

Perubahan sosial pada remaja dilatar- lagi pada laki-laki (Melton et al., 1998; Olweus belakangi pada keinginan untuk mandiri & Li m be r, 2010; Rivers & Smith, 1994; dari orangtua. Remaja mengalami proses Whitney & Smith, 1993 dalam Kowalski, dkk., individuation yaitu proses menjadi individu 2012).

terpisah yang dapat bertindak secara

independen dan bertanggungjawab pada Daftar Pustaka pilihan-pilihannya (Josselson, 1980 dalam

Steinberg & Belsky, 1991). Kemandirian Beck, A.T. (1985). Depression Causes and remaja dari orangtua seiring dengan Treatment. Philadelphia: University of meningkatnya konformitas pada teman Pennsylvania Press.

sebaya pada masa remaja awal dan remaja Durand, V.M. & Barlow D.H. (2006). Intisari tengah (Steinberg & Belsky, 1991). Keinginan Psikologi Abnormal Edisi Keempat mandiri pada remaja dapat berdampak (terjemahan: Helly Prajitno Soetjipto & pada hilangnya dukungan dari keluarga Sr i Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: yang dapat mencegah hadirnya perasaan Pustaka Pelajar.

depresi (Rey, 2000). Fekkes, M., Pijpers M., & Verloove-Vanhorick Bullying dapat menimbulkan perasa- S.P. (2004). Bullying Behavior and an tidak aman pada remaja dengan Association with Psychosomatic berkurangnya dukungan sosial dan tidak Complaints and Depression in terpenuhinya kebutuhan untuk diterima Victims. The Journal of Pediatrics, pada lingkungan teman sebaya. Hal ini January 2004.

didukung oleh penelitian Fleming dan Fleming, L. C., & Jacobsen, K. H. (2009). Jacobsen (2009) yang mendapatkan hasil Bullying and Symptoms of Depression bahwa korban bullying lebih sering melapor- in Chilean Middle School Student. kan tidak memiliki teman dekat jika di- Journal of School Health. March 2009, bandingkan dengan subjek yang tidak Vol. 79, No. 3. American School melaporkan pengalaman bullying. Korban Health Association.

(7)

Perspective on Psychological & Schuster.

Disorders 4th Edition. New York: Mc Rice, F. P. & Dolgin, K. G. (2002). The Graw Hill. A d o l e s c e n t : D e v e l o p m e n t , Hasanat, Nida Ul. (1994). Apakah Wanita Relationship, & Culture 10th edition.

Lebih Depresif Daripada Pria?. Boston: Allyn & Bacon.

L a p o r a n P e n e l i t i a n . ( T i d a k Santrock, J. W. (2003). Adolescence diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Perkembangan Remaja (terjemahan: Psikologi UGM. Shinto B. Adelar & Sherly Saragih). Klomek, A. B., Marrocco, F., Kleinman, M., Jakarta: Penerbit Erlangga.

Schonfeld, I. S., & Gould M. S. (2007). Sarafino, E. P. (1998). Health Psychology Bullying, Depression, & Suicidality in Biopsychosocial interactions 3rd Adolescents. Journal of American edition. New York: John Wiley & Sons. Academy of Child and Adolescent Steinberg, L., & Belsky, J. (1991). Infancy, Psychiatry, 46:1. January 2007. c h i l d h o o d , a n d a d o l e s c e n c e : Kompas. 2012, 8 Oktober. Wabah Bisu Development in Context. New York:

Pencetus Bunuh Diri. Hlm 1. McGraw-Hill.

Kompas. 2012, 9 Oktober. "Ini Hari Minggu, Taylor, S. E. (2006). Health Psychology 6th Kami Tutup...". Hlm. 14. edition. New York: McGraw-Hill. Kowalski, R. M., Limber, S., & Agatston, P. W. Wiyani, N.A. (2012). Save Our Children From

(2008). Cyber Bullying: Bullying in the School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Digital Age. Malden: Blackwell. Media.

Kowalski, R. M., Limber, S., & Agatston, P. W. http://www.thejakartapost.com/news/2012/1 (2012). Cyber Bullying: Bullying in the 0/08/masked-depression-brings-Digital Age 2nd edition. Malden: stigma-economic-losses.html diakses

Blackwell. pada 10 November 2012 pukul 13.00

McCabe, R. E., Miller, J. L., Laugesen N., WIB. Antony, M. M., & Young L. (2009). The

Relationship Between Anxiety Disorders in Adults and Recalled Childhood Teasing. Journal of Anxiety Disorders 24, (2010), 238–243.

M y n a r d , H . , & J o s e p h S . ( 2 0 0 0 ) . Development of the Multidimensional Peer-Victimization Scale. Aggressive Behavior Volume 26, 169-178.

Nolen-Hoeksema, S. (2008). Abnormal Psychology 4th Edition. New York: McGraw Hill.

Olweus, D. (1993). Bullying at school: What We Know and What We Can Do. Oxford: Blackwell Publishers.

Owusu, A., Hart, P., Oliver, B., & Kang, M. (2011). The Association Between Bullying and Psychological Health Among Senior High School Students in Ghana, West Africa. Journal of School Health. Vol. 81, No. 5. May 2011.

Parson, Les. (2009). Bullied Teacher Bullied Student: Guru dan Siswa yang Terintimidasi (terjemahan: Grace Worang). Jakarta: Penerbit Grasindo. Rey, J. (2002). More Than Just The Blues:

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

$apatka% kalian menemukan pola keteraturan&amp; $engan pola tersebut gambarkan bangun berikutnya dan tuliskan banyaknya persegi ke+il di ba!a% gambar2. Tanpa menggambar

[r]

Dari penelitian yang dilakukan, kesimpulan yaitu sistem yang dirancang dengan implementasi metode teorema bayes dapat digunakan untuk membantu dalam rekomendasi

Puncaknya terjadi pasa 31 Oktober 2019 ketika Kominfo Jateng pun harus mengumpulkan pers/jurnalis di Kota Semarang, juga ikut memanggil Krisna Phiyastika atau

Manfaat yang ingin dicapai dalam melakukan studi ini adalah mengetahui kondisi sebaran perekonomian Propinsi Jawa Tengah sehingga diketahui potensi, peluang dan masalah-masalah

Jumlah koloni bakteri Listeria monocytogenes yang diberikan paparan medan listrik berpulsa dan suhu lingkungan 30 ˚C, mengalami penurunan yang signifikan, ditunjukkan pada Gambar

perusahaan itu, berarti perusahaan menghentikan segala aktivitasnya dan dengan demikian tidak lagi dapat mengadakan transaksi dengan pihak lain, kecuali untuk