IV-1 BAB IV
PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG
IV.1 Geografi dan Administrasi Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Klungkung
adalah 315 km² atau 5,60% dari luas wilayah
Provinsi Bali secara keseluruhan, terdiri atas 4
Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusa Penida
memiliki luas terbesar mencapai 202,84
km2atau 64,40% dari luas Kabupaten, diikuti
oleh Kecamatan Banjarangkan 45,73 km2
(14,52%), Kecamatan Dawan 37,38 km²(11,87%) dan yang terakhir adalah Kecamatan
Klungkung, yang mana merupakan wilayah terkecil diantara tiga kecamatan lainnya dengan luas
wilayah 29,05km² atau 9,22% dari wilayah kabupaten. Letak geografis Kabupaten Klungkung
adalah 115.21’28”- 115.37’43’ Bujur Timur dan 008.27º37º- 008.49º00º Lintang Selatan.
Wilayah Kabupaten Klungkung
sepertiga bagian (112,16 km²)
terletak di daratan pulau Bali dan
dua pertiga bagian (202,84 km²)
lagi merupakan kepulauan yaitu
Nusa Penida, Nusa Lembongan
dan Nusa Ceningan. Pulau Nusa
Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang
Quiksilver/Balihai ditempuh ±1 jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu boat
IV-2 tempuh ±1,5 jam perjalanan, sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang perahu
boat dengan waktu tempuh ± 1 jam perjalanan atau dengan menggunakan Kapal Ferry RoRo
dengan jarak waktu ± 1,5 jam perjalanan.
Secara administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah utara adalah Kabupaten Bangli
- Sebelah timur adalah Kabupaten Karangasem
- Sebelah selatan adalah Samudera Hindia
- Sebelah Barat adalah Kabupaten Gianyar
Jarak Pusat Kota Semarapura ke beberapa ibu kota Kabupaten/Kota se-Bali yang
terdekat berjarak sekitar 12 Km dan terjauh 93,1 Km. Sedangkan jarak ke beberapa Ibu Kota
Kecamatan se-Kabupaten Klungkung yang terdekat adalah dengan Kecamatan Klungkung
(asumsi Puspem sebagai jantung kota) berjarak 0 Km, dan terjauh adalah Kota Kecamatan Nusa
Penida dengan jarak 25 Km, adapun rinciannya seperti dibawah ini :
Tabel IV.1
Administrasi Wilayah Kabupaten Klungkung
Tabel 4.1. Jarak dari kota Semarapura ke Ibukota Kecamatan Tahun 2014
No Ke Ibu Kecamatan Jarak (Km) Waktu Tempuh (Menit)
1 Nusa Penida (Sampalan) 25 60
2 Banjarangkan (Banjarangkan) 5,50 10
3 Klungkung (Semarapura) 0 0
4 Dawan (Dawan) 6,50 12
IV-3 Gambar IV.1
IV-4 IV.2 Demografi
Kondisi Demografi atau kependudukan suatu daerah merupakan indikator
pembangunan sumber daya manusia menyangkut kondisi kesehatan, pendidikan termasuk
ekonomi yang secara komposit terukur dalam suatu nilai indeks yaitu indeks pembangunan
manusia (IPM).
Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Kependudukan dan Catatan Sipil seperti
yang telah tertuang dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 disyaratkan bahwa; setiap penduduk wajib
mendaftarkan dan mencatatkan peristiwa kependudukannya dari sejak kelahiran sampai
kematiannya
Penduduk merupakan salah satu unsur penyusun suatu pemerintahan. Tercapainya
kesejahteraan penduduk merupakan tujuan utama dari pembangunan di Kabupaten
Klungkung. Sejauh ini belum terjadi pertumbuhan penduduk yang terlalu besar di Kabupaten
Klungkung seperti kota-kota metropolitan. Namun yang menjadi perhatian adalah
penyebarannya, wilayah Nusa Penida yang merupakan kecamatan terluas, hanya dihuni oleh
26,07% penduduk Klungkung, sisanya 73,93% berada di daratan Klungkung (Banjarangkan,
Dawan dan Klungkung). Hal ini disebabkan oleh akses ke Nusa Penida masih terbatas karena
dipisahkan lautan, banyak penduduk Nusa Penida transmigrasi ke luar Bali, ketersediaan
lapangan kerja yang minim serta kondisi lahan kering dan tandus sehingga menyulitkan untuk
bercocok tanam.
Berdasarkan hasil registrasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten
Klungkung pada Tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung Tahun 2013 adalah
IV-5 penduduk perempuan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 1.000 jiwa jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2012 yang berjumlah 172.900 jiwa.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
jumlah penduduk disuatu wilayah atau daerah yaitu : mutasi penduduk, Kelahiran, migrasi
keluar dan masuk, transmigrasi, tingginya angka kematian dan validitas data yang terjadi
karena kesalahan perhitungan oleh petugas terkait.
Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2013
Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014
Gambar 4.1. Diagram Jumlah Penduduk berdasarkan jenis Kelamin Per Kecamatan
Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014
No. Kecamatan Penduduk
IV-6 Meningkatnya jumlah penduduk diiringi oleh meningkatnya jumlah rumah tangga
namun peningkatannya tidak begitu signifikan yaitu di Tahun 2012 jumlah rumah tangga
mencapai 43.225 RT meningkat menjadi 43.475 RT di Tahun 2013 namun ratio beban
tanggungan tetap yaitu 53%.
Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki
dan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu.
Berikut ini akan disajikan data rasio jenis kelamin per kecamatan dalam tiga tahun terakhir :
Tabel. 4.2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011-2013
No. Kecamatan Rasio Jenis Kelamin (%)
IV-7 4.1.1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk (density) adalah jumlah rata-rata penduduk yang
mendiami suatu wilayah administratif atau politis tertentu, biasanya dinyatakan dalam
jiwa/Km2.
Bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, menyebabkan terjadinya
peningkatan kepadatan penduduk di Kabupaten Klungkung namun dalam tiga tahun
terakhir jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung cenderung menurun sehingga
tingkat kepadatan penduduk pun cenderung menurun.
Dalam periode tahun 2011-2013, kepadatan penduduk di Kabupaten
Klungkung meningkat 2 penduduk per Km²dari 549 jiwa/km² pada tahun 2012 menjadi
552jiwa/km² pada tahun 2013. Apabila ditinjau dari statistik kepadatan penuduk per
kecamatan, secara relatif wilayah yang terpadat adalah di Kecamatan Klungkung
kemudian Kecamatan Dawan dan Banjarangkan serta yang paling rendah kepadatan
penduduknya adalah di Kecamatan Nusa Penida. Perkembangan kepadatan
penduduk masing-masing kecamatan di Kabupaten Klungkung periode 2011-2013
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan dari tahun 2011-2013
Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014
No Kecamatan Penduduk/Km²
IV-8 4.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu
kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar.Laju pertumbuhan penduduk
untuk Kecamatan Klungkung Tahun 2000 yaitu 48.017 jiwa di tahun 2010 mengalami
kenaikan sebesar 12,92% atau 55.141 jiwa dan begitu juga dengan kecamatan Nusa
Penida mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk di Tahun 2000 sebesar
44.886 jiwa mengalami kenaikan di tahun 2010 sebesar 0,50% atau 45.110 jiwa.
Tabel. 4.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2000-2010
Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014
Gambar. 4.3. Diagram Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan
No Kecamatan Penduduk Rata-rata (%) 2000 2010
1. Nusa Penida 44.886 45.110 0,05
2. Banjarangkan 32.307 37.115 1,41
3. Klungkung 48.017 55.141 1,40
4. Dawan 29.954 33.177 1,00
Kabupaten Klungkung 155.164 170.543 0,95
-IV-9 4.1.3. Penduduk Menurut Kelompok Umur
Kebijakan pembangunan di segala bidang senantiasa ditujukan bagi
kepentingan masyarakat umum/penduduk. Oleh karena itu data kependudukan
berdasarkan kelompok umur merupakan salah satu data dasar yang memegang
peranan sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dan penerima manfaat
kebijakan pembangunan. Salah satu penggunaan data penduduk berdasarkan
kelompok umur adalah untuk menghitung jumlah angkatan kerja, rasio ketergantungan
(dependency ratio) produktivitas penduduk, tingkat fertilitas melalui pendekatan rasio
ibu dan anak (Child Woman Ratio), dll.
Pada Tahun 2013 jumlah angkatan kerja kelompok umur 15 – 64 Tahun di
Kabupaten Klungkung berjumlah 113.700 jiwa atau 65,38% dari total jumlah
penduduk, sedangkan untuk jumlah penduduk non angkatan kerja kelompok umur 0 –
14 Tahun dan 65 – 75 Tahun adalah sejumlah 60.200 jiwa atau 34,62% dari total
jumlah penduduk Kabupaten Klungkung. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur
angkatan kerja mendominasi jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung secara
keseluruhan. Hal ini mencerminkan adanya populasi siap kerja dan diharapkan
peluang kerja terbuka lebar sehingga tidak terjadi peningkatan pengangguran yang
IV-10
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0 – 4 7.000 6.500 13.500
Kabupaten Klungkung 86.000 87.900 173.900
Tabel. 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014
IV.3 Topografi
Kemiringan tanah merupakan penentu utama kemampuan tanah untuk layak
diusahakan terutama usaha pertanian yang memerlukan pengolahan tanah secara
intensif.Faktor lereng perlu mendapat perhatian, karena dapat membawa akibat kerusakan
tanah.Kerusakan yang paling parah adalah kerusakan akibat erosi, yaitu hanyutnya lapisan atas
tanah.Semakin tinggi persentase kemiringan tanah umumnya semakin besar erosi yang
terjadi.Pembuatan terasiring dan pemilihan tanaman yang tepat merupakan metode yang dapat
IV-11 terjadinya kerusakan lahan, pengelolaan tanah pada lahan berlereng perlu mengikuti kaidah
konservasi tanah dan air.
Panjang pantai di Kabupaten Klungkung 97,60 km, tediri atas di daratan Klungkung
sepanjang 14,10 km dan di Kepulauan Nusa Penida 83,50 km. Permukaan tanah pada
umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering
dan tandus dan sebagian kecil saja merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan/lereng di
Kabupaten Klungkung dirinci menurut klasifikasi dan luasnya terbagi menjadi daerah datar
(kemiringan 0-2º) seluas 42,21 km² atau 13,08% dari luas kabupaten, landai (kemiringan 2-15º)
seluas 113,05 km² atau 35,89% luas kabupaten, miring (kemiringan 15-40º) seluas 144,27 km²
atau 45,80% luas kabupaten, dan terjal (kemiringan diatas 40º) seluas 16,47 km² atau 5,32% dari
luas Kabupaten Klungkung. Di Nusa Penida, secara umum kondisi topografi tergolong landai
sampai berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan
kemiringan 0 - 3 % dari ketinggian lahan 0-268 m dpl. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya
semakin bergelombang.Demikian juga pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar
dengan kemiringan 0 - 3% dan dibagian Selatan kemiringannya 3 - 8 %.Sedangkan Pulau
Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8 - 15% dan 15 - 30% dengan kondisi
tanah bergelombang dan berbukit.
Tabel 4.6 : Kemiringan/lereng di Kabupaten Klungkung dirinci menurut Klasifikasi dan Luasannya Tahun 2014
No Keterangan Tingkat Kemiringan Luasnya/Total Area Km²
IV-13 IV.4 Hidrologi
Kondisi Hidrologi adalah kondisi permukaan dan sub permukaan air bumi baik
peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya serta reaksi dengan lingkungannya,
termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (Internasional Glossary of Hidrologi,
1974) [Ersin Seyhan, 1990].
Kabupaten Klungkung memiliki Sumber air yang berasal dari sungai dan mata
air.Sungai hanya terdapat di Klungkung Daratan yang mengalir sepanjang tahun. Sumber air di
kecamatan Nusa Penida bersumber dari mata air dan air hujan yang ditampung melalui bak
penampungan (cubang) atau yang sekarang disebut PAH (Penampungan Air Hujan) yang dibuat
oleh penduduk setempat melalui swadaya dan pendanaan dari APBD Kabupaten Klungkung
maupun APBN Pusat.
Tabel 4.7 : Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Klungkung
IV-14 Gambar 4.5. Peta Hidrologi Kabupaten Klungkung
Tabel 2.6 : Ketinggian dari permukaan air laut menurut klasifikasi dan luas nya Tahun 2013
Klasifikasi Ketinggian (meter)
Luasnya Area
Km² %
(1) (2) (3)
0-7 8,33 2,64
7-25 23,61 7,5
25-50 21,27 6,75
50-100 33,06 10,5
100-500 227,48 72,21
>500 1,25 0,40
Jumlah Total 315 100
IV-15 IV.5 Geologi
Kondisi wilayah Kabupaten Klungkung relatif aman, khususnya terhadap bahaya gunung berapi, karena di wilayah ini tidak dijumpai adanya gunung api. Namun berdasarkan peta geologi, formasi Qva dapat menjadi daerah potensi bencana bila Gunung Agung di Kabupaten Karangasem menunjukkan aktivitasnya.
Formasi geologi yang membentuk wilayah Kabupaten Klungkung meliputi : formasi volkam muda (Qva dan Qbb), Endapan Alvium (Qal), Formasi Selatan (Msl), dan formasi Ulakan (Mu). Sebaran formasi-formasi tersebut di Kabupaten Klungkung.
Formasi vulkanik lainnya adalah Qbb yang meliputi sebagian Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Dawan. Formasi ini disusun oleh tufa dengan endapan hasil erupsi volkan-volkan yang ada di sekitar Kabupaten Klungkung, yaitu Gunung Buyan, Bratan dan Batur. Daerah ini juga merupakan daerah subur dan sangat berpotensi bagi pengembangan pertanian Kabupaten Klungkung. Bentuk lahan yang bervariasi menyebabkan lahan-lahan yang berada pada wilayah perbukitan dengan lereng terjal memiliki potensi erosi yang cukup tinggi.
Endapan Aluvium (Qal) merupakan daratan yang dibentuk karena proses pengendapan dari laut (deposit marine) tersebar di Kecamatan Klungkung, Dawan, dan Nusa Penida. Proses pengendapan yang terjadi dalam kurun waktu yang lama menyebabkan majunya garis pantai ke arah laut. Daerah ini sangat berpotensi bagi pengembangan pertanian, khususnya bagi budidaya kelapa.
Formasi Msl dan Mu merupakan formasi endapan tersier, terdiri dari Formasi Selatan (Msl) yang tersusun terutama oleh batuan gamping dan dingkapan-dingkapan kecil formasi Ulakan (Mu) yang tersusun atas breksi gunung berapi,lava, tufa dengan sisipan batuan gamping. Kedua formasi ini terdiri dari bahan-bahan yang terbentuk dari proses sedimentasi bahan-bahan klastik,kimia dan organik. Setelah mengalami sedimentasi, bahan-bahan tersebut mengalami lithifikasi sehingga membentuk batuan sedimen, seperti breksi (Mu) dan batuan gamping (Msl). Kedua formasi ini merupakan daerah yang berpotensi terhadap erosi.
IV-16 Banjarangkan dan Dawan. Tanah yang terbentuk bersifat agak asam sampai netral, kandungan P2O5 dan K2O sedang sampai tinggi, kandungan CaO dan MgO sedang.
IV.6 Klimatologi
Wilayah Klungkung sebagaimana halnya dengan wilayah lainnya di Bali secara umum
beriklim tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim.Sebagai daerah tropis, di Klungkung terdapat
musim kemarau sekitar bulan Juni – September dan musim hujan sekitar bulan Desember –
Maret yang diselingi oleh musim pancaroba.
Pada Tahun 2014 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Nusa Penida
yaitu sebesar 624.67 mm dengan rata-rata hari hujan per tahun sebanyak 32 hari hujan,
sedangkan terendah ada di Kecamatan Klungkung dengan rata-rata curah hujan sebesar 128
mm dan rata hari hujan sebanyak 9 hari hujan. Kemudian Kecamatan Dawan dengan
rata-rata curah hujan sebesar 163.5 mm dan rata-rata-rata-rata hari hujan per tahunnya adalah sebanyak 13
hari hujan.
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana curah hujan tertinggi terjadi pada
bulan januari sedangkan terendah pada bulan Agustus, pada Tahun 2013 rata-rata curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 2.321 mm di Kecamatan Nusa Penida dan curah
IV-17 Sumber : BPS Kabupaten Klungkung (Klungkung Dalam Angka Tahun 2014)
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan
orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam
menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pencatatan curah hujan dilakukan di tiap-tiap
kecamatan.Di Kecamatan Nusa Penida ada 4 (empat) tempat pengamatan yaitu Sampalan, Prapat
dan Klumpu, serta Batukandik sedangkan di Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung
IV-18 Tabel 2.4.: Jumlah Curah Hujan Per Kecamatan di Kabupaten Klungkung per bulan Tahun 2013
No Bulan
Tempat Stasiun
Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan
CH HH CH HH CH HH CH HH
1. Januari 1739 79 433 24 291 14 204 23
2. Pebruari 635 38 216.2 10 190 10 143 10
3. Maret 522 31 150.1 9 148 9 179 14
4. April 397 30 127.8 9 149.1 9 160 12
5. Mei 524 31 313 17 135.6 9 154 14
6. Juni 601 30 181.7 10 110 7 92 12
7. Juli 227 28 316.8 15 218 11 240 18
88. Agustus 9 5 24.8 7 16 3 62 11
9. September 20 6 54.1 4 29 5 28 6
10. Oktober 33 4 20 2 44 2 59 2
11. November 468 48 176.1 17 167 13 209 18
12 Desember 2321 58 338.1 12 323 10 432 15
Jumlah 7.496 388 766 136 1.536 102 1.962 155 Rata-rata 624,67 32,33 63,83 11,33 128 8,5 163,5 12,92
IV-20 IV.7 SOSIAL DAN EKONOMI
A. Strategi Pengembangan Sosial Budaya
Strategi pengembangan sosial budaya adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan sikap masyarakat pekraman dan awig-awig adat/pekraman agar
selaras dengan arahan tata ruang sehingga rencana tata ruang wilayah kabupaten
dapat diimplementasikan sesuai dengan ruang (desa), waktu (kala), dan keadaan
setempat (patra);
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah ada dan relevan menunjang
keajegan bali dan kesejahteraan penduduk lokal perlu lebih diberdayakan.
Lembaga-lembaga sosial baru yang dibutuhkan dalam rangka keberlanjutan dan
perkembangan sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sumberdaya manusia lokal,
dan sumberdaya ekonomi perlu diberikan rangsangan dalam pengadaan dan
operasionalnya;
3. Pengembangan sarana-sarana keagamaan, antara lain :
a. Pura-Pura Kahyangan Jagat dan Pura-Pura khusus yang memiliki nilai-nilai
sejarah, ilmu pengetahuan, dan budaya yang unik perlu diamankan keberadaan
dan lingkungannya melalui pembuatan rencana penataan bangunan dan
lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Tempat-tempat pelaksanaan prosesi budaya/keagamaan seperti melasti, tawur
kesanga, dan piodalan perlu tindakan-tindakan pengamanan dan penyediaan
ruang yang memadai untuk pelaksanaan prosesi/upacara keagamaan;
4. Pengembangan struktur tata ruang yang menampilkan identitas budaya Bali.
B. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia
Strategi pengembangan sumberdaya manusia, adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas penduduk, menyangkut pendidikan, ketrampilan, kesehatan
untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia;
2. Peningkatan tingkat pendidikan penduduk diprioritaskan untuk mengurangi angka
buta huruf dan mengurangi angka putus sekolah;
3. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dengan memeratakan sarana dan
IV-21
4. Meningkatkan kesadaran penduduk mengenai lingkungan hidup dengan jalan
memberikan motivasi dan pembinaan mengenai lingkungan hidup.
C. Strategi Pengembangan Sumberdaya Ekonomi
Strategi pengembangan sumberdaya ekonomi, adalah sebagai berikut :
1. Pembagian wilayah pembangunan berdasarkan pendekatan administratif dan
pendekatan fungsional sehingga prioritas pembangunan pada masing-masing
wilayah bisa dipertegas;
2. Pengembangan wilayah Klungkung Kepulauan yang mempunyai keunggulan
komperatif dan kompetitif, terkait dengan kepariwisataan dan pertanian dalam arti
luas sebagai pusat pendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan;
3. Pengembangan wilayah Klungkung Daratan yang mempunyai keunggulan komparatif
terkait dengan pertanian dalam arti luas sebagai pendorong pemerataan
pembangunan;
4. Mendukung strategi-strategi spasial di atas, dengan perumusan strategi non spasial
berupa kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan kekuatan sektor pariwisata
terutama untuk mempercepat peningkatan produktivitas sektor pertanian baik