• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional 2.1.1. Pengertian Bank Konvensional - Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional 2.1.1. Pengertian Bank Konvensional - Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia (suatu studi perbandingan)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Konvensional

2.1.1. Pengertian Bank Konvensional

Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(2)

8 2.1.2. Sistem Penghimpunan Dana

Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.

Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu:

− Dana sendiri − Dana dari deposan

− Dana pinjaman

− Sumber dana lain

Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Simpanan/dana dari deposan yang sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarkat adalah seperti:

1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

(3)

9 2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposit on call.

Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah.

(4)

10 2.1.3. Sistem Penyaluran Dana

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah. Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi:

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun. 3. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar, memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya. 4. Kredit Produktif

(5)

11 Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana.

Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan

disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil

komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk

membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread

pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu

bank.

2.2. Bank Syariah

2.2.1. Pengertian Bank Syariah

(6)

12 2.2.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2001).

Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box. b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

(7)

13 penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:

a. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:

1). Mudharabah Muthlaqah

Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

(8)

14 Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

b. Al-Musyarakah

Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Dua jenis al-musyarakah:

1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

(9)

15 a. Al-Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

b. Salam

Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

c. Istishna’

(10)

16 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.

Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa. 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

a. Al-Wakalah

Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

b. Al-Kafalah

Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

c. Al-Hawalah

(11)

17 d. Ar-Rahn

Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. e. Al-Qardh

Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan shadaqah.

Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil

Bagi Hasil Bunga

a). Penentuan besarnya rasi/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi

b). Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

c). Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha rugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

d). Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan

e). Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

a). Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

b). Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang/modal yang dipinjamkan

c). Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

d). Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”

e). Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama termasuk Islam

(12)

18 2.2.3. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:

1. Sistem Penghimpunan Dana

Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

a. Modal

(13)

19 untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana lainnya.

Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah atau equity participation pada saham perseroan bank.

b. Titipan (Wadi’ah)

Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah al-wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Investasi (Mudharabah)

Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi bank seperti halnya pada bank konvensional.

(14)

20 Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:

a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’.

b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa.

c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

(15)

21 Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvesional

a). Melakukan investasi-investasi yang halal saja

b). Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa

c). Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

e). Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

a). Investasi yang halal dan haram b). Memakai perangkat bunga c). Profit oriented

d). Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur e). Tidak terdapat dewan sejenis

(Sumber : Antonio, 2001; 34)

1. Akad dan Aspek Legalitas

Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

2. Lembaga Penyelesai Sengketa

(16)

22 negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah.

Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.

Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank, hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

(17)

23 diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan dan tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

5. Lingkungan dan Budaya Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.

2.4. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan, antara lain:

(18)

24 2. Samad dan Hasan (2000), melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan

menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode inter temporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8 bank konvensional.

3. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI, NNRF, hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53 persen, sedang bank konvensional hanya lima persen.

(19)

25 moneter. Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari kinerja keuangan bank secara keseluruhan antara bank syariah dan bank konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio profitabilitas. 2. H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio likuiditas. 3. H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio leverage. 4. H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio efisiensi. 5. H5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio operasional. 6. H6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio kualitas aktiva produktif.

7. H7 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, berdasarkan rasio aktivitas. 8. H8 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

(20)

26 2.6. Kerangka Konseptual

Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan rasio profabilitas, likuiditas, leverage, efisiensi, operasional, kualitas aktiva produktif, dan aktivitas.

Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya perbedaan ruang lingkup operasional. Perbedaan ruang lingkup opersional tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.

Diperbandingkan

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual BANK

Bank Syariah

Bank Konvensional

Kinerja Keuangan : − ROA

(21)

27 2.7. Rasio Keuangan

2.7.1. Rasio Profitabilitas

Menurut Harmono (2009) rasio profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai barikut:

ROA =Laba Sebelum Pajak

Total Aktiva

2.7.2. Rasio Likuiditas

(22)

28 tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Berdasarkan SE BI No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

LDR = Total Pembiayaan Total Dana Pihak Ketiga

2.7.3. Rasio Leverage

Menurut Harmono (2009) rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER).

DER =Total Kewajiban

(23)

29 2.7.4. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Rasio yang digunakan adalah Operating Efficiency (OER) atau BOPO. Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

OER = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional 2.7.5. Rasio Operasional

Rasio operasional menunjukkan bagaimana efisiensi sebuah perusahaan dalam kegiatan operasinya dan penggunaan dari aktiva. Ada beberapa cara untuk mengukur operasi. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Net Interest Margin (NIM)/Net Operating Margin (NOM). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NIM =Pendapatan Bunga−Beban Bunga

Rata-rata Aktiva Produktif

NOM =(Pendapatan Operasional−Distribusi bagi Hasil) – Biaya Operasional

Rata-rata Aktiva Produktif

2.7.6. Rasio Kualitas Aktiva Produktif

(24)

30 maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.

Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan: 1. Prospek usaha

2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar

Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi:

a. Lancar (Pass)

b. Dalam perhatian khusus (special mention) c. Kurang lancar (sub standard)

d. Diragukan (doubtful) e. Macet (loss)

Non Performing Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan untuk memperkecil resiko kredit (Masyhud Ali, 2004). Berdasarkan SE BI No 6/73/INTERN DPNP tgl 24 Desember 2004 rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPL =Total Kredit Bermasalah

(25)

31 2.7.7. Rasio Aktivitas

Menurut Harmono (2009) rasio aktivitas digunakan untuk mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Singkatnya, dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Total Assets Turnover (TATO).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TATO =Total Pendapatan

Gambar

Tabel 2.1. Perbandingan antara Bunga dan Bagi Hasil
Tabel 2.2. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, Balguda (2015) telah mengusulkan metode yang dapat digunakan dalam pertimbangan utama perencanaan dan aplikasi pompa hydram [9]. Katup limbah merupakan

Pada tahanan jenis mapping , jarak spasi elektroda tersebut tidak berubah-ubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap). Pada tahanan jenis sounding, jarak

21 orang dengan rata-rata nilai 8,7 dan kadar asam urat responden sesudah dilakukan Pemberian Jus nanas didapatkan bahwa, seluruh responden masih mengalami kadar asam

Tidak memiliki pengaruh dalam kontek hubungan kedua variabel tersebut memberikan pengertian bahwa naik dan turunnya nilai capital adequacy ratio (CAR) pada suatu bank

Group Investigation di Kelas VIII-D SMP Negeri 5 Gunungsitoli telah terlaksana dengan baik sehingga rata- rata hasil belajar siswa mencapai 83,12 (sangat

Yaitu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran untuk membeli produknya, hal ini

Kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan perlindungan hukum para pihak dalam perjanjian jual beli tenaga listrik, dari pihak konsumen adalah kurangnya tingkat

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka, kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang