• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM ENDOKRIN ASUHAN KEPERAWATAN DIABE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM ENDOKRIN ASUHAN KEPERAWATAN DIABE"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM ENDOKRIN

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS TIPE 1

Ns.Sukarni, M.Kep

DISUSUN OLEH

1. SUCI RAMADHANTY I1032141005

2. YOSSY CLAUDIA EVAN I1032141011

3. JANSEN PANGKAWIRA I1032141013

4. TRI MUTIARA DAYANI I1032141020

5. DEVILIANI I1032141026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah ini tentang Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Tipe 1 yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Sukarni, M.Kep selaku dosen mata kuliah Sistem Endokrin yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah ini.

2. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pontianak, 19 Mei 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

1. Latar Belakang...1

2. Rumusan Masalah...1

3. Tujuan...2

BAB II...3

TINJAUAN TEORITIS...3

1. Definisi DM Tipe 1...3

2. Etiologi DM Tipe 1...3

3. Patofisiologi DM Tipe 1...4

4. Pathway DM Tipe 1...6

5. Manifestasi Klinis DM Tipe 1...7

6. Pemeriksaan Penunjang DM Tipe 1...7

7. Penatalaksanaan DM Tipe 1...8

BAB III...10

ASUHAN KEPERAWATAN...10

1. Pengkajian...10

2. Pemeriksaan Fisik...10

3. Pemeriksaan Diagnostik...11

4. Analisa Data...12

5. Diagnosa Keperawatan...13

6. Intervensi Keperawatan...14

7. Evaluasi...15

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes mellitus tipe 1 (IDDM) merupakan suatu penyakit autoimun yang mana sistem imun pasien merusak sekresi insulin oleh sel β pancreas. Sebagian besar kasus yang terjadi diduga sebagai hasil proses interaksi antara genetic lingkungan. DM Tipe 1 sering disebut Juvenile Onset, Insulin Dependent atau Ketosis Prone karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Disebut Juvenile Onset karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu juga dapat terjadi pada akhir usia 30 tahun atau menjelang 40 tahun. Pravelensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain.

Di Indonesia penyandang diabetes mellitus tipe 1 sangat jarang. Demikian pula di Negara tropis lain. Insiden DM tipe 1di Eropa Utara meningkat dalam 2-3 dekade terakhir. Ini menunjukkan bahwa barangkali pada DM tipe 1 faktor lingkungan juga berperan penting disamping yang sudah diketahui yaitu faktor genetik. Secara epidemiologi diperkirakan bahwa pada tahun 2030 pravelensi DM tipe 1 di Indonesiia mencapai 21,3 juta orang, sedangkan hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2007 diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.

2. Rumusan Masalah

2.1. Apa definisi diabetes mellitus tipe 1? 2.2. Apa etiologi diabetes mellitus tipe 1?

2.3. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus tipe 1? 2.4. Bagaimana manifestasi klinis diabetes mellitus tipe 1?

(6)

2.6. Bagaimana penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1?

2.7. Bagaimana asuhan keperawatan pada diabetes mellitus tipe 1? 3. Tujuan

3.1. Mengetahui definisi diabetes mellitus tipe 1 3.2. Mengetahui etiologi diabetes mellitus tipe 1 3.3. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 3.4. Mengetahui manifestasi klinis diabetes mellitus tipe 1

3.5. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada diabetes mellitus tipe 1 3.6. Mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 1

(7)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi

Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin-Dependent Diabetes Melitus/IDDM) adalah gangguan autoimun dimana terjadi penghancuran sel-sel β pancreas penghasil insulin. Pasien dengan IDDM biasanya berusia dibawah 30 tahun, mengalami onset akut penyakit ini, tergantung pada terapi insulin dan cenderung lebih mudah mengalami ketoasidosis.(Rubenstein, 2007)

Menurut American Diabetic Assosiation (ADA) (2010) Diabetes mellitus tipe 1 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula dalam tubuh karena kerusakan sel β pancreas sehingga mengakibatkan berkurangnya prosuksi insulin sepenuhnya. Sementara itu menurut Price (2005), diabetes mellitus tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang dipengaruhi secara genetic oleh gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin secara bertahap.

2. Etiologi

2.1. Faktor Genetik

(8)

2.2. Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum tanda-tanda klinis diabetes tipe 1.Riset dilakukan untuk mengevaluasi evek preparat imunosupresif terhadap perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe 1 yang baru terdiagnosis atau pada pasien pra diabetes (pada pasien antibody yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gejala klinis diabetes).Riset lainnya menyelidiki efek protektif yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel β.

2.3. Faktor Lingkungan

Penyelidikan sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor lingkungan yang dapat memicu destruksi sel β. Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel β. Interaksi antara faktor-faktor genetic, imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe 1 menunjukkan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun kejadian yang menimbulkan destruksi sel β tidak dimengerti sepenuhnya, namun pernyataan bahwa kerentanan genetic merupakan faktor dasar yang melandasi proses terjadinya proses diabetes tipe 1 merupakan hal yang secara umum dapat diterima.

3. Patofisiologi

(9)

meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia post prandial (sesudah makan)

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan ke dalam urine, eksresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria) dan rasa haus (polydipsia).

(10)

4. Pathway

Genetik, Proses Autoimun, Faktor Lingkungan

Merusak sel-sel β pankreas

Sel β tidak mampu menghasilkan insulin

Kekurangan Insulin

Glukoneogenesis dan glikogenosis terhambat

Produksi glukosa oleh hati m dan pemakaian

glukosa oleh otot m

Hiperglikemia

Komp : Ketoasidosis diabetik

(11)

5. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner dan Suddart (2002) a. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan intrasel berdifusi ke dalam sirkulasi atau cairan intravascular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari hipermoslaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic.

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel ke dalam vascular menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mukosa menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan selalu ingin minum.

c. Polifagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka produksi energy menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar.

d. Penurunan Berat Badan

Karena glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolism, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

e. Malaise atau kelemahan 6. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL) biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress

(12)

c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur persentasi glukosa yang meletak pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%. d. Urinalisasi positif terhadap glukosa dan keton. Pada respon terhadap defisiensi

intraselular, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis) untuk energy. Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menadakan ketoasidosis.

e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidak adekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

7. Penatalaksanaan 7.1. Non-Farmakologi

a. Rencana Diet

Rencana diet dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari.Pada pasien diabetes mellitus tipe 1 berat badan dapat menurun selama keadaan dekompensasi.Pasien ini harus menerima kalori yang cukup untuk mengembalikan berat badan mereka ke keadaan semula dan pertumbuhan.Rencana diet didapat dengan berkonsultasi dengan ahli gizi.Untuk mencegah hiperglikemia postprandial dan glikosuria, pasien dengan diabetic tidak boleh makan karbohidrat berlebihan.Asupan karbohidrat harus disesuaikan dengan kegiatan fisik.Lemak yang dimakan harus dibatasi sampai 30% dari total kalori per hari.

(13)

Kelompok makanan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan demikian menambah laju metabolism dan istirahat (resting metabolic rate). Semua efek ini sangat bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, dan mempertahankan kesegaran tubuh. Latihan juga akan mengubah kadar lemak darah, yaitu meniingkatkan kadar HDL-Kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua manfaat ini penting bagi penyandang diabetes, mengingat adanya peningkatan resiko untuk terkena penyakit kardivaskular pada diabetes. 7.2. Farmakologi

a. Insulin Eksogen

(14)
(15)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Klien dengan diabetes harus dikaji dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.Tipe diabetes kondisi klien, dan rencana pengobatan adalah pengkajian penting yang harus di lakukan. Pengkajian secara detail adalah sebagai berikut:

1.1. Anamnese

Identitas penderita Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

1.2. Keluhan Utama

Adanya keluhan sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), sering merasa lapar (polifagia), mengeluh lemah, serta penurunan berat badan.

1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Ditemukan manifestasi klinis dari DM tipe 1 seperti poluria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan.

1.4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat penyakit DM sebelumnya, penanganan yang telah didapat, riwayat penggunaan insulin dan obat-obatan lain.

1.5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya riwayat keluarga yang menderita DM. salah satu etiologi dari DM tipe 1 adalah faktor genetik.

2. Pemeriksaan Fisik

2.1. Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

(16)

Turgor kulit menurun, kulit dan membrane mukosa terlihat kering. 2.3. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi, nafas berbau halitosis/manis/bau buah (napas aseton)

2.4. Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

2.5. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, dehidrase, perubahan berat badan. 2.6. Sistem urinary

Poliuri, dan dapat juga ditemukan glukosuria. 2.7. Sistem muskuloskeletal

Kelemahan pada otot dalam melakukan aktivitas. 2.8. Sistem neurologis

Dapat terjadi neuropati diabetic terutama pada ekstremitas bawah yang akan menimbulkan kesemutan dan rasa kebas.

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL) biasanya tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress

b. Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal (>140mg/dL)

c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal. Tes ini mengukur persentasi glukosa yang meletak pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%.

(17)

menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai. Ketonuria menadakan ketoasidosis.

e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya aterosklerosis.

4. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Peningkatan sekresi urine (Poliuria)

2. Polidipsia

Kekurangan insulin 

Hiperglikemia 

Penurunan glukosa oleh ginjal

Peningkatan sekresi urine (Poliuria)

Penurunan volume cairan intrasel

 Dehidrasi

 Polidipsia

Resiko

(18)

1. Penurunan berat badan

2. Turgor kulit menurun 3. Kelemahan hiperventilasi, nafas berbau aseton, penurunan kesadaran, koma (Komplikasi Ketoasidosis

kronis tanpa nyeri berkembang jika

Kekurangan insulin 

Glukoneogenesis dan glikogenosis terhambat

Produksi glukosa oleh hati m, pemakaian m

 Hiperglikemia

(19)

terkena trauma, keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani

5.2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala polyuria dan dehidrasi

5.3. Ketidakberdayaan b.d peresepsi ketidakmampuan untuk mencegah komplikasi

5.4. Ketidakpatuhan b.d kompleksitas dan durasi pengobatan 6. Intervensi Keperawatan

No

. Diagnosa NOC NIC Rasional

1. Ketidakseimban gan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

Tujuan: Peningkatan berat badan hasil dari pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan.

1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang

(20)

keseimbangan

penurunan berat badan tak berarti

dibutuhkan pasien 2. Monitor adanya

penurunan berat badan

3. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.

4. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah

3. Pemberian insulin dapat menurunkan glukosa darah dan memperbaiki metabolism klien 4. Kepatuhan dalam

(21)

2. Resiko

ketidakseimban gan cairan dan elektrolit b.d gejala polyuria dan dehidrasi sesuai dengan usia dan BB, BJ 3. Tidak ada tanda

dehidrasi,

pengisian kapiler, turgor kulit dan membrane

mukosa.

3. Monitor vital sign 4. Kolaborasi

pemberian cairan IV

5. Tingkatkan

lingkungan yang dapat

menimbulkan rasa nyaman. Selimuti klien dengan selimut tipis

1. Membantu memperkirakan kekurangan volume total.

2. Merupakan indicator tingkat dehidrasi 3. Hipovolemia dapat

dimanifestasikan oleh hipotensidan takikardi.

4. Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi

5. Menghindari

pemanasan yang berlebihan yang akan menimbulkan

(22)

3. Ketidakberdaya mengakui perasaan putus asa pasien menangani masalah masa lalu 3. Tentukan

tujuan/harapan pasien dan keluarga

4. Anjurkan pasien untuk ikut serta dan memudahkan pemecahan masalah 2. Membantu

menentukan

kebutuhan pasien untuk terhadap tujuan penanganan 3. Harapan yang tidak

realistis/tekanan dari orang lain dapat mempengaruhi koping

4. Membantu pasien untuk bekerjasama dalam pengobatan menurun dibuktikan

1. Yakinkan klien atau keluarga terhadap situasi

(23)

dan durasi

dan konsekuensi perilaku kegagalan untuk mengikuti program pengobatan

4. Buat tujuan bertahap dengan pasien, modifikasi program sesuai keperluan dan kemungkinan 5. Buat sistem

pengawasan diri

penyakitnya sendiri dan proram pengobatan dan membantu dalam memahami

masalah klien 2. Menyampaikan

pesan masalah, keyakinan pada kemampuan

individu dan mengatasi situasi dengan cara positif 3. Dapat memberikan

informasi tentang alas an kurangnya kerjasama dan memperjelas area yang memerlukan pemecahan

masalah

4. Bila klien telah berpartisipasi dalam menyusun tujuan akan medorong klien untuk bekerjasama dalam program pengobatan

(24)

rasa kontrol serta membantu klien membuat pilihan informasi.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:

4.1. Berhasil, perilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.

4.2. Tercapai sebagian, pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.

4.3. Belum tercapai, pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

(25)

menunjukkan gejala poliuria, polidipsia, polifagia, serta penurunan berat badan. Diabetes mellitus tipe 1 dapat berkomplikasi menjadi diabetes ketoasidosis jika terjadi peningkatan produksi keton.

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan tes toleransi glukosa, tes gula darah puasa, hemoglobin glikosilat, serta pemeriksaan urine. Penatalaksanaan pada diabetes mellitus tipe 1 yaitu dengan diet, latihan fisik dan pemberian insulin eksogen. Masalah keperawatan yang sering muncul adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, retensi urine, resiko kekurangan volume cairan, dan ansietas.

2. Saran

Peningkatan pengetahuan tentang konsep penyakit serta penatalaksanaan penting guna membantu proses penyembuhan penyakit. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marlyin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta :EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC

(26)

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis Dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga Rubenstein, David, David Wayne, John Bradley. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis.

Jakarta: Erlangga

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta :EGC

Rumahorbo, H. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC

Berkowitz, Aaron. 2013. Lecture Notes Patofisiologi Klinis. Tangerang: Binarupa Aksara Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

Referensi

Dokumen terkait

“ Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namum wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat siswa diminta

Objek dan ruang lingkup penelitian adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur tahun 2007, 2008, dan 2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan

Hasil yang telah dicapai dari penelitian ini yaitu ditemukannya kelemahan, kelebihan, dan sedikit perbedaan pada sistem pemungutan dan penyetoran pajak reklame jenis

Berdasarkan pengendapan RNA pada agarose, sampel yang menghasilkan pita RNA paling bagus adalah sampel jaringan kambium dari pohon sengon sehat yang menggunakan metode

Salah satu penelitian tentang kecerdasan emosional yang terkait dengan perilaku agresif telah dilakukan oleh Mukarromah (2008), yang mengatakan bahwa polisi yang

Pelaksanaan inisiatif strategik memerlukan perencanaan sistematik langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam jangka panjang ke depan beserta

Pemanas air tenaga matahari ini jauh lebih sederhana dan lebih efisien dibandingkan dengan pemanas air elektrik, karena pemanas air tenaga surya hanya memerlukan panas matahari