• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN P K OTANIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN P K OTANIS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Kebanyakan klien yang masuk kerumah sakit jiwa dengan alasan utama perilaku mengamuk. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.

Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut “perasaan marah”. Dengan kata lain kemarahan adalah perasaan jengkel yang muncul sebagai respons terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu.

Stress, cemas, harga diri rendah, dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan. Respons terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan, sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik.

B. Etiologi

(2)

Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan,sehingga mengakibatkan perasaan seperti:

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri 2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri 3. Merendahkan martabat

4. Gangguan hubungan sosial 5. Percaya diri kurang

6. Mencederai diri

C. Rentang Respon Marah

Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & sundeen, 2007). Perasaan marah normal bagi tiap individu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh marah dapat berfluktuai sepanjang rentang adaktif dan maladaktif.

Respon Adaptif Respon Maladaktif

Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan

Kegagalan yang menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaktif yaitu-agresif-kekerasan, sedangkan respon yang adaptif adalah asertif dan frustrasi yaitu :

1. Respon Adaptif

(3)

b. Frustrasi : Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tidak realistis atau disebut juga hambatan dalam proses pencapaian tujuan.

2. Respon Maladaptif

a. Pasif : Suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha untuk mempertahankan hak-haknya.

b. Agresif :Suatu perilaku yang menyertai rasa marah sebagai usaha atau merupakan dorongan mental untuk bertindak,memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberkata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain

c. Kekerasan :Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara seriu. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

D. Factor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.

1. Faktor biologis

a. Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

(4)

Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupuin menghambat rasa marah.

2. Faktor psikologis

a. Frustation aggression theory (teori agresif-frustasi) Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi tejadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasiakan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b. Behavioral theory (teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

c. Existential theory (teori eksistensi)

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui berperilaku destruktif.

3. Faktor sosial cultural

a. Social environment theory (teori lingkungan social) Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespons asertif atau agresif.

b. Social learning theory (teori belajar social)

(5)

E. Factor Presipitasi

Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar maupun dalam. Contoh stressor yang berasal dari luar antara lain : serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain. Sedangkan stressor yang berasal dari dalam adalah putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan.

F. Tanda dan Gejala

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:

1. Muka merah dan tegang 2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang dengan kuat 4. Mengepalkan tangan

5. Jalan mondar-mandir 6. Bicara kasar

7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak 8. Mengancam secara verbal atau fisik 9. Melempar atau memukul benda/orang lain 10. Merusak barang atau benda

11. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

G. Mekanisme Koping

(6)

formation. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis,2009, hal 83)

1. Sublimasi

Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.

3. Represi

Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

4. Reaksi formasi

(7)

sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.

5. Displacement

Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

H. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : 1. Menyerang atau menghindar (fight or flight)

Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrine yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini juga untuk pengembangan diri klien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku ‘acting out’ untuk menarik perhatian orang lain.

(8)

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Pasien dengan perilaku kekerasan memiliki enam siklus agresi menurut bowie:

1. Trigerring Incident

Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa faktor yang dapat memicu agresi antara lain provokasi, respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk,situasi yang menyebabkan frustasi, pelanggaran batas terhadap batas personal, dan harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.

2. Escalation Fase

Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional. Dapat disetarakan dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh dir dan koping tidak efektif.

3. Crisis Point

Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negoisasi dan teknik de escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan tindakan kekerasan.

4. Settling Phase

Klien yang telah melakukan kekerasan melepaskan energi marahanya. Mungkin masih ada rasa cemas dan marah, dan beresiko kembali ke fase awal.

5. Post Crisis Depression

(9)

6. Return To Normal Funtcioning

Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi dan kelelahan.

I. Kasus (cord problem) Perilaku kekerasan 1. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan = Efek

Perilaku kekerasan = CP

Gangguan konsep diri: HDR = Etiologi

2. Masalah Keperatawan dan data yang perlu dikaji a. Masalah keperawatan:

1) Resiko perilaku kekerasan 2) Perilaku kekerasan / amuk

3) Gangguan konsep diri : harga diri rendah b. Data yang perlu dikaji:

1) Resiko perilaku kekerasan a) Data subjektif

Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.

b) Data objektif

(10)

2) Perilaku kekerasan / amuk a) Data Subjektif :

1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. b) Data Objektif

1. Mata merah, wajah agak merah.

2. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. 3. Ekspresi marah saat membicarakan orang, p 4. Pandangan tajam.

5. Merusak dan melempar barang barang. 3) Gangguan harga diri : harga diri rendah

a) Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

b) Data objektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

J. Diagnose Keperawatan

1. Resiko periloaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan

(11)

K. Hasil yang Diharapkan

1. Pada klien :

a. Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal/jengkel (fisik, verbal, sosial, spiritual)

b. Klien tidak melakukan perilaku kekerasan. c. Klien menggunakan obat dengan benar d. Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari

2. Pada keluarga :

a. Keluarga mampu merawat klien

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Dalan, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Edisis 2. Jakarta : Airlangga

Keliat, Budi Anna. (2009). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi Bandung : RSJP Bandung.

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Rafika adiatma

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif korelatif, yaitu penelitian yang darahkan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan

Pada perkembangannya muncul permasalahan-permasalahan yaitu kesulitan untuk mendapatkan informasi persediaan barang yang cepat, tepat dan akurat, adapun penyebab

Menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Potensi Probiotik Bakteri Asam Laktat dan Perubahan Karakteristik Kimiawi Rebung Bambu Apus ( Gigantochloa apus ) yang

Sebagai kawasan yang menjadi prioritas utama bagi Spanyol dalam kebijakan luar negerinya, Spanyol ingin mengembangkan hubungan baru dengan negara-negara Amerika Latin yang

And also the researcher will took 3 topics that are about politics, sport, and business in this research, researcher interested in analyzing registers of linguistic form,

The method used to determine the causes unattractive appearance of the building at night, begins with recognizing the piece of road Pekojan from several sides: the first

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga tugas akhir yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru bahwa metode belajar TPR ( Total Physical Response ) ialah metode belajar yang paling mudah dalam mengajarkan bahasa