• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak dan kewajiban anak berkebutuhan kusu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hak dan kewajiban anak berkebutuhan kusu"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PEDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan Luar Biasa mengalami perkembangan sangat pesat dalam beberapa dasa warsa terakhir. Perkembangan terjadi dalam berbagai aspek, termasuk definisi dan peristilahan, kriteria seleksi, sistem layanan, pembelajaran, asesmen, dan juga pada tehnologi adaptif, sarana dan prasarana penunjang bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam hal definisi dan peristilahan, cakupan anak berkebutuhan khusus (ABK) terlihat semakin luas, dari yang semula hanya meliputi anak – anak penyandang kelainan yang mencolok dan secara signifikan jauh berbeda dari anak-anak normal, menjadi semua anak yang memang memerlukan layanan khusus untuk dapat mengikuti pembelajaran bersama teman sebayanya. Dalam hal sistem penempatan, berbagai alternatif semakin tersedia, dari lingkungan yang sepenuhnya segregatif (paling terbatas / terikat) sampai yang sepenuhnya inklusif.

(2)

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1. Apa definisi berkebutuhan khusus ? 1.2.2. Jenis Anak berkebutuhan khusus ?

1.2.3. Penyebab dan dampak berkebutuhan khusus ?

1.2.4. Apa kebutuhan serta hak dan kewajiban bagi anak berkebuuhan khusus ?

1.2.5. Pelayanan seperti apa yang akan diberikan kepada anak berkebutuhan khusus ?

1.3

Tujuan Makalah

1.3.1. Mengetahui definisi berkebutuhan khusus dan jenis anak berkebutuhan khusus.

1.3.2. Mengetahui hak serta kewajiban dan pelayan anak berkebutuhan khusus.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Jenis Serta Penyebab Dan Dampak Anak Berkebutuhan

Khusus.

2.1.1 Definisi Keluarbiasaan/ Berkebutuhan Khusus

Keluarbiasaan adalah penyimpangan yang signifikan dari kondisi normal. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang menunjukkan penyimpangan yang signifikan dari anak normal, baik yang di atas normal maupun yang di bawah normal, sehingga dampak penyimpangan tersebut memerlukan pengaturan khusus dalam pelayanan pendidikan.

Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau sebaliknya yang negatif. Anak yang luar biasa adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya. Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-rata anak normal. Pada anak luar biasa, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal pada umumnya.

2.1.2 Jenis Keluarbiasaan/ Berkebutuhan khusus

Kategori berkebutuhan khusus berdasarkan jenis penyimpangan, menurut Mulyono Abdulrachman (2000), kategorinya sebagai berikut :

a. Kelompok yang mengalami penyimpangan dalam bidang intelektual, terdiri dari anak yang luar biasa cerdas (intellectually superior) dan anak yang tingkat kecerdasannya rendah atau yang disebut tunagrahita.

(4)

c. Kelompok anak yang mendapat kesulitan belajar dan gangguan komunikasi.

d. Kelompok anak yang mengalami penyimpangan perilaku, yang terdiri dari anak tunalaras, dan penyandang gangguan emosi.

e. Kelompok anak yang mempunyai keluarbiasaan/ penyimpangan ganda atau berat dan sering disebut tunaganda.

Kategori berkebutuhan khusus dilihat dari arah penyimpangan yaitu : a. Keluarbiasaan yang berada di atas normal

Kondisi seseorang yang melebihi batas normal dalam bidang kemampuan. Anak yang mempunyai kelebihan ini disebut anak berbakat atau gifted and talented person.

b. Keluarbiasan yang berada di bawah normal a. Ttunanetra,

Berdasarkan waktu terjadinya penyebab berkebutuhan khusus dapat dibagi menjadi tiga kategori seperti berikut:

a. Penyebab Prenatal

Penyebab yang terjadi pada saat anak masih dalam kandungan. Pada saat ini mungkin sang ibu terserang virus, mengalami trauma, atau salah minum obat. b. Penyebab Perinatal

(5)

c. Penyebab Postnatal

Penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu.

2.1.3 Dampak Keluarbiasaan

Dampak keluarbiasaan sangat bervariasi, baik bagi anak, keluarga/orang tua, maupun masyarakat.

a. Dampak Keluarbiasaan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

Keluarbiasaan di atas normal dapat berdampak positif maupun negatif bagai anak. Mereka akan merasa bangga dengan keluarbiasaan yang dimilikinya, tetapi keluarbiasaan tersebut akan menjadi masalah kalau menyebabkan ia sombong dan merasa superior. Anak berbakat juga akan menghadapi masalah apabila ia terpaksa hidup diantara orang dewasa, sementara ia masih merasa sebagai anak-anak. Sebaliknya, bagi anak yang mempunyai keluarbiasaan di bawah normal, pada umumnya akan terhambat perkembangannya, kecuali jika ia mendapat pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan. Dampak spesifik juga dapat terjadi terhadap anak luar biasa, misalnya penderita tunarungu akan mendapat hambatan dalam berkomunikasi, anak tunanetra mendapat hambatan dalam mobilitas, anak tunagrahita akan mendapat hambatan dalam banyak hal. Tingkat keluarbiasaan juga menghasilkan dampak yang berbeda bagi anak. Anak yang menderita keluarbiasaan yang bersifat ringan mungkin masih mampu menolong diri sendiri. Makin parah tingkat keluarbiasaan, dampaknya bagi anak juga semakin parah.

b. Dampak Keluarbiasaan bagi Keluarga

(6)

c. Dampak Keluarbiasaan bagi Masyarakat

Sikap masyarakat terhadap keluarbiasaan mungkin juga akan bervariasi, tergantung dari dari latar belakang budaya dan tingkat pendidikan. Ada masyarakat yang bersimpati , ada yang acuh tak acuh, mungkin juga bersikap antipati.

2.2

Kebutuhan Serta Hak dan Kewajiban Bagi Berkebutuhan

Khusus

2.2.1 Kebutuhan Penyandang Keluarbiasaan

Secara umum tidak terdapat perbedaan kebutuhan antara anak normal dengan anak luar biasa. Namun karena keluarbiasaannya itu ada kebutuhan-kebutuhan spesifik yang lebih dibutuhkan oleh anak luar biasa/ berkebutuhan-kebutuhan khusus. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik/ kesehatan, kebutuhan sosial/emosional, dan kebutuhan pendidikan.

a. Kebutuhan fisik/kesehatan

Kebutuhan fisik bagi penyandang keluarbiasaan akan terkait erat dengan jenis keluarbiasaannya.

Bagi penyandang tunadaksa yang menggunakan kursi roda, akan membutuhkan sarana khusus untuk masuk ke gedung-gedung dengan jalan miring, sebagai pengganti tangga.

Penyandang tunanetra perlu tongkat dan penyandang tunarungu mungkin memerlukan alat alat bantu dengar.

(7)

Karena keluarbiasaan yang disandangnya, kebutuhan yang diperlukan kadang-kadang sulit dipenuhi. Berbagai kondisi/ keterampilan seperti mencari teman, memasuki masa remaja, mencari kerja, perkawinan, kehidupan seksual, dan membesarkan anak merupakan kondisi yang menimbulkan masalah bagi penyandang keluarbiasaan. Oleh karena itu bantuan para pekerja sosial , para psikolog, dan ahli bimbingan juga dibutuhkan oleh para keluarga.

c. Kebutuhan Pendidikan

Jenis pendidikan yang diperlukan sangat terkait dengan keluar-biasaan yang disandangnya. Secara khusus;

-Penyandang tunarungu memerlukan bina persepsi bunyi yang diberikan oleh speech therapist,

-Tunanetra memerlukan bimbingan khusus dalam mobilitas dan huruf Braille, -Tunagrahita memerlukan bimbingan keterampilan hidup.

2.2.2 Hak Anak Berkebutuhan Khusus/ Keluarbiasaan

Tidak ada perbedaan hak antara penyandang berkebutuhan khusus dibandingkan dengan anak normal, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam pasal 31 UUD 45 disebutkan bahwa semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ketentuan dalam pasal tersebut diatur lebih lanjut pada pasal 6 dan pasal 8 UU No.2/Tahun 1989, dalam Bab III, yang berbunyi:

(8)

Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan , kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.

Pasal 8

a. Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa.

b. Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus.

Dari dua pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak luar biasa berhak atas pendidikan sampai tamatan SMP.

Pendidikan anak luar biasa disamping dijamin oleh UUD 45, secara internasional juga tercantum dalam Deklarasi Umum Hak-Hak Kemanusiaan 1948 (The 1948 Universal Declaration of Human Right) yang diperbaharui pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua (Educational For All). Konferensi tersebut juga menyepakati suatu kerangka kerja untuk Pendidikan Anak Luar Biasa yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap negara dalam penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa.

Dalam kerangka kerja tersebut disebutkan bahwa :

a. Setiap anak mempunyai hak yang fundamental untuk mendapatkan pendidikan, dan harus diberi kesempatan untuk mencapai dan memelihara tahap belajar yang dapat diterimanya;

b. Setiap anak punya karakteristik, minat, kemampuan, dan kebutuhan yang unik;

c. Sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan diimplementasikan dengan mempertimbangkan perbedaan yang besar dalam karakteristik dan kebutuhan anak;

(9)

suasana pendidikan yang berfokus pada anak sehingga mampu memenuhi kebutuhan mereka, serta

e. Sekolah biasa dengan orientasi inklusif (terpadu) ini merupakan sarana paling efektif untuk melawan sikap deskriminatif, menciptakan masyarakat yang mau menerima kedatangan anak luar biasa, membangun masyarakat yang utuh terpadu dan mencapai pendidikan untuk semua, dan lebih-lebih lagi sekolah biasa dapat menyediakan pendidikan yang efektif bagi mayoritas anak-anak serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya bagi seluruh sistem pendidikan.

Undang-undang No.4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat Pasal 5:

Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Pasal 6: setiap penyandang cacat memperolah:

Ayat 1: pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 48:

Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 tahun untuk semua anak.

Pasal 49:

Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Pasal 51:

Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan asesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa.

Pasal 52:

Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.

(10)

Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlancar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pasal 5:

Ayat 1: setiap warga negara mempunyai Hak Yang Sama untuk memperoleh pendidkan yang bermutu.

Ayat 2: warga negara mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidkan khusus.

Pasal 32:

Ayat 1: pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Ayat 2: pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tingkat mampu dari segi ekonomi.

Pasal 61:

1) Sertifikat berbentuk ijzah dan sertifikat kompetensi

2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselengarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.

3) Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

(11)

1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan nasional

2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahap awal pendidikan apabila diperlukan dalam penyampaian pengetahuan dan/ atau keterampilan tertentu

3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik.

2.2.3 kewajiban anak berkebutuhan khusus

 Menghormati orang tua, wali, dan guru;

 Mencintai keluarga, masyarakat, dan memyayangi teman;  Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;

 Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.

2.3

Pelayanan Bagi Anak Luar Biasa

2.3.1 Definisi Pelayanan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna; (1) Perihal atau cara melayani;

(2) Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang);

(3) Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa.

(12)

Bagi penyandang keluarbiasaan, layanan mempunyai makna yang cukup besar karena memang mereka memerlukan pelayanan ekstra, yang berbeda dari layanan yang diberikan kepada orang-orang yang tidak menyandang keluarbiasaan.

Sesuai dengan kebutuhan para penyandang keluarbiasaan ada jenis pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

a. Layanan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik, seperti kebutuhan yang berkaitan dengan koordinasi gerakan anggota tubuh dan berbagai jenis gangguan kesehatan.

b. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial seperti kebutuhan yang berkaitan dengan konsep diri, penyesuaian diri terhadap lingkungan.

c. Layanan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan yang merupakan kebutuhan terbesar para penyandang keluarbiasaan.

Ketiga jenis pelayanan di atas tentu sangat bermakna bagi ABK karena tanpa tersedianya layanan tersebut, para ABK kemungkinan besar tidak akan mampu mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu pelayanan bagi ABK merupakan kebutuhan dasar yang disediakan oleh negara dan masyarakat.

2.3.3 Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan bagi Anak Luar Biasa (ALB)

(13)

berupa integrasi fisik, integrasi sosial, dan integrasi yang paling kompleks yaitu integrasi dalam pembelajaran.

Model atau jenis pelayanan yang dapat disediakan bagi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:

(1) sekolah biasa,

(2) sekolah biasa dengan guru konsultan, (3) sekolah biasa dengan guru kunjung, (4) sekolah biasa dengan ruang sumber (5) model kelas khusus

(6) model sekolah khusus, dan (7) model panti asuhan/rehabilitasi.

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Keluarbiasaan merupakan kata benda yang berasal dari kata sifat luar biasa, yang dapat disejajarkan dengan kata exceptional dalam bahasa Inggris. Secara harfiah keluarbiasaan berarti menggambarkan sesuatu yang luar biasa, dapat berupa sesuatu yang sangat positif atau sebaliknya yang negatif. Anak yang berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai sesuatu yang luar biasa (khusus) yang secara signifikan membedakannya dengan anak-anak seusia pada umumnya. Keluarbiasaan itu dapat berada di atas rata-rata anak normal, dapat pula berada di bawah rata-rata anak normal. Pada anak berkebutuhan khusus, kekurangan atau kelebihan atau yang sering disebut penyimpangan tersebut, menunjukkan perbedaan yang sangat jelas dengan anak-anak normal pada umumnya.

Penyediaan layanan bagi ABK di Indonesia tidak semaju di negara lain. Namun, perhatian masyarakat dan pemerintah makin lama makin besar, sehingga berbagai sekolah untuk ABK mulai didirikan. Perkembangan yang menggembirakan dari jumlah sekolah dan jumlah siswa merupakan pertanda meningkatnya pelayanan bagi ABK. Meskipun peran swasta sangat besar dalam penyediaan layanan bagi ABK, namun perhatian pemerintah juga terus meningkat.

3.2

Saran

(15)

DAFTAR RUJUKAN

Ganda Sumekar,(2012), Ortopedagogik, UNP Press, Padang.hlm 49

Ganda Sumekar,(2009), Anak Berkebutuhan Khusus(cara membantu mereka agar

berhasil dalam pendidikan inklusif), UNP Press, Padang

Kirk, Samuel.A & Gallagher James. J, (1986), Pendidikan Anak Luar Biasa,

terjemahan: H. Moh. Amin & Ina Yusuf Kusumah, Jakarta, DNIKS. Undang-undang No.4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Wahyu Sri Ambar Arum, (2005), Perspektif Pendidikan Luar Biasa dan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan harga modul untuk control drive sangat mahal, oleh karena itu perlu dibuat suatu alat yang dapat mengendalikan kecepatan motor dc dan dapat dimonitor dari jarak jauh

Stakeholder yang terlibat dalam pembangunan KPH Rinjani Barat antara lain adalah Dishut propinsi dan kabupaten, BPDAS, LSM, universitas, masyarakat, Bappeda, calon KPH sendiri dan

Kelenjar gonad pria berada di luar rongga

Kemudian batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan modul pembelajaran yang baik pada mata kuliah praktikum Kelistrikan Otomotif

Yang dimaksud dengan tipelogi badan hasil penggabungan fungsi penunjang urusan pemerintahan ditetapkan sesuai

KORELASI WAKTU FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK SERBUK BIJI SALAK VARIETAS BONGKOK (Salacca edulis Reinw)..

“Mekanisme Pembentukan Komite Reviewer Dan Tata Cara Penilaian Usulan Dana Bantuan Penelitian Dan Publikasi Ilmiah.” Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN Sunan Gunung Djati

Software tersebut yang akan memodelkan hidrodinamika berupa arus dan sedimentasi yang terjadi pada alternatif alur yang telah direncanakan, sehingga setelah