• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah aliran prenealisme dalam pendidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah aliran prenealisme dalam pendidi"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat secara etimologi berarti cinta kebijaksanaan dalam arti yang sedalam-dalamnya. Filsafat merupakan cinta dalam kebenaran. Dalam dunia pendidikan, filsafat memiliki peranan yang sangat besar. Sebab, filsafat yang merupakan pandangan hidup itu menentukan arah dan tujuan proses pendidikan.

Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan yang erat, karena pada hakekatnya pendidikan adalah proses pewarisan dari nilai-nilai filsafat dan filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap masalah-masalah pendidikan yang bersifat filisofis. Dalam memecahkan persoalan masing-masing filosofis akan menggunakan teknik atau pendekatan yang berbeda, sehingga melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula. Dari perbedaan tersebut kemudian lahirlah aliran-aliran atau sistem filsafat.

Perenialisme adalah salah satu aliran dalam filsafat pendidikan, dalam kehidupan modern saat ini banyak terjadi krisis kehidupan terutama dalam bidang penddikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis tersebut maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu dengan cara kembali pada masa lampau yang dianggap ideal dan teruji ketangguhannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat aliran prenealisme ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan prenealisme ? 3. Siapa saja tokoh prenealisme ?

(2)

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat aliran prenealisme.

2. Untuk mengetahui Bagaimana sejarah perkembangan prenealisme. 3. Untuk mengetahui Siapa saja tokoh prenealisme.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Aliran Perenialisme

Perenialisme berasal dan kata perenial yang diartikan sebagai continuing througbout the whole year atau lasting for a very long time(abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir. Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia, seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada dan sama. Jika gejala dari musim ke musim itu dihubungkan satu dengan yang lainnya seolah-olah merupakan benang dengan corak warna yang khas, dan terus menerus sama.

Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa Iampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.

Filsafasat pendidikan Perenialisme adalah mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan ketidak pastian,dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral,intelektual,dan sosio kultural,untuk memperbaiki keadaan ini dengan kembali kepada nilai nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu abad pertengahan (Perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai ini sudah ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat).

(4)

kesimpang siuran, berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengaman lapangan moral,inteltual dan lingkungan sosial kultural yang lain,ibarat kapal yang akan berlayar zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas .

Perenialisme mempunyai ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri itu adalah (Sadullah Uyoh,2004: 23) :

1. Perenialisme berakar pada tradisi filosofis klasik yang dikembangkan oleh plato, Aristoteles dan Santo Thomas Aquines.

2. Sasaran pendidikan ialah kemampuan menguasai prinsip kenyataan, kebenaran dan nilai-nilai abadi dalam arti tak terikat oleh ruang dan waktu.

3. Nilai bersifat tak berubah dan universal.

4. Bersifat regresif (mundur) dengan memulihkan kekacauan saat ini melalui nilai zaman pertengahan (renaissance).

Kondisi dunia yang terganggu oleh budaya yang tak menentu yaang berada dalam kebingungan dan kekacauan seperti diungkapkan diatas, maka dengan ini memerlukan usaha serius untuk menyelamatkan manusia,dari kondisi yang mencekam dengan mencari dan menemukan orientasi dan tujuan yang jelas,dan ini adalah tugas utama filsafat pendidikan.perenialisme dalam hal ini mengambil jalan regresif dengan mengembalikan arahnya seperti yang menjadi prinsip dasar perilaku yang dianut pada masa kuno dan dan abad pertengahan.

Motif Perenialisme dengan mengambil jalan regresif bukanlah hanya nostaligia atau rindu akan nilai nilai lama untuk diingat atau dipuja,melainkan berpendapat bahwa nilaai tersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembaangunan kebudayaan abad ke dua puluh.prinsip prinsip aksiomatis yang terikat oleh waktu itu terkandung dalam sejarah.

(5)

Prinsip mendasar perenialis kemudian dikembangkan pula oleh Sayyed Husein Nasr seorang filsuf islam kontemporer yanh mengatakan bahwa manusia memiliki fitrah yang sama yang berpangkal pada asal kejadiannya yang fitri yang memiliki konsekuensi logis pada watak kesucian dan kebaikan.perenialisme dalam konteks Sayyed Husein Nasr terlihat hendak mengembalikan kesadaran manusia akan hakikatnya yang fitri akan membuatnya berwatak kesucian dan kebaikan.

Dalam perjalanan sejarahnya,perenialisme berkembang dalam dua sayap yang berbeda yaitu golongan teologis yang ingin menegkkan supremasi ajaran agama dan dari kelompok yang skuler yang berpegang teguh dengan ajaran filsafat Plato Dan Aristoteles.

B. Sejarah Perkembangan Aliran Perenialisme

Pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins dalam Uyo Sadulloh (2008:155) mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Great Books (Buku Besar Bersejarah) dan pembahasan buku-buku klasik. Perenialis menggunakan prinsip-prinsip yang dikemukakan Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Yunani Kuno serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia (rindu akan hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme di mana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.

(6)

supermasi gereja Katholik, khususnya menurut ajaran dan interpretasi Thomas Aquinas, dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles.

Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan H.B Hamdani Ali dalam bukunya filsafat pendidikan, bahwa Aristoteles sebagai mengembangkan philosophia perenis, yang sejauh mana seseorang dapat menelusuri jalan pemikiran manusia itu sendiri. ST. Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntunan agama Kristen tatkala agama itu datang. Kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme. Tatkala Neo-Thomisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai ke tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama perenialisme. Pandangan-pandangan Thomas Aquinas di atas berpengaruh besar dalam lingkungan gereja Katholik. Demikian pula pandangan-pandangan aksiomatis lain seperti yang diutarakan oleh Plato dan Aristoteles. Lain dari itu juga semuanya mendasari konsep filsafat pendidikan perenialisme.

Neo-Scholastisisme atau Neo-Thomisme ini berusaha untuk menyesuaikan ajaran-ajaran Thomas Aquinas dengan tuntutan abad ke dua puluh. Misalnya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan cukup dimengerti dan disadari adanya. Namun semua yang bersendikan empirik dan eksprimentasi hanya dipandang sebagai pengetahuan yang fenomenal, maka metafisika mempunyai kedudukan yang lebih penting. Mengenai manusia di kemukakan bahwa hakikat pengertiannya adalah di tekankan pada sifat spiritualnya. Simbol dari sifat ini terletak pada peranan akal yang karenanya, manusia dapat mengerti dan memaham'i kebenaran-kebenaran yang fenomenal maupun yang bersendikan religi.

C. Tokoh Perenialisme

Perenialisme sudah ada sejak zaman filosof abad kuno dan pertengahan. Seperti halnya dalam bidang pendidikan, konsep perenialisme dalam pendidikan dilatar belakangi oleh filsafat-filsafat Plato sebagai bapak idealisme klasik, filsafat Aristoteles sebagai bapak realisme klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) Gereja Khatolik yang tumbuh pada zamannya (abad pertengahan).

(7)

Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Pendidikan harusnya berorientasi pada tiga potensi tersebut dan juga kepada masyarakat, sehingga kebutuhan yang ada pada masyarakat dapat terpenuhi. Dengan pertimbangan ketiga potensi tersebut tidak sama pada setiap individu. Manusia yang besar potensi rasionya, inilah manusia kelas pemimpin atau kelas sosial tertinggi. Manusia yang dominan potensi kemampuannya, merupakan manusia kelas prajurit atau menenggah. Manusia yang dominan potensi nafsunya, merupakan rakyat jelata atau kaum pekerja.

2. Aristoteles

Aristoteles menganggap pembinaan kebiasaan sebagai dasar. Terutama dalam pembinaan kesadaran disiplin atau moral, harus melalui proses permulaan dengan kebiasaan di waktu muda. Secara ontologis, ia menyatakan bahwa sifat atau watak anak lebih banyak potensialitas sedang guru lebih banyak mempunyai aktualitas. Bagi Aristoteles tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk mencapainya maka aspek jasmani , emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.

3. Thomas Aquinas

Seperti halnya Plato dan Aristoteles tujuan pendidikan yang diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi aktualitas, aktif dan nyata. Tingkat aktif dan nyata yang timbul ini bergantung dari kesadaran-kesadaran yang dimiliki oleh tiap-tiap individu.

D. Pandangan Perenialisme Dalam Pendidikan

Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia dalam kesejahteraannya.

(8)

kebenaran sedangkan kebenaran selamanya memiliki kesamaan. Sehingga penyelenggaraan pendidikan dimana-mana mestilah sama. Belajar adalah upaya keras untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan melalui disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional. Makna hakiki dari belajar merupakan belajar untuk berfikir. Dengan berfikir subjek didik akan memiliki senjata ampuh dalam menghadapi berbagai rintangan yang dapat menurunkan martabat kemanusiaannya, seperti kebodohan, kebingungan dan keragu-raguan.

Pandangan perenialisme dalam pendidikan yaitu bahwa pendidikan harus berdasarkan pada nilai-nilai luhur, norma dan agama. Dapat juga dikatakan bahwa proses belajar mengajar harus dikembalikan pada nilai-nilai luhur, norma-norma dan agama pada masa lalu. Pendidikan harus melahirkan orang-orang yang mematuhi norma dan tawaduk di jalan kebenaran. Dengan tidak menaati norma berarti membawa kepada kematian. Pendidikan juga harus menitik beratkan pada nilai agung dalam hal terpusat pada guru. Pendidikan harus dipusatkan pada guru, karena guru memiliki kemampuan serta norma-norma dan nilai yang luhur.

1. Tentang Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan melalui akal pikiran. Menurut epistemologi Thomisme sebagian besarnya berpusat pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistemologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki.

(9)

2. Tujuan Pendidikan

Aliran perenialisme merupakan paham filsafat pendidikan yang menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi yang bersumber pada Tuhan. Menurut Brameld, perenialisme pada dasarnya adalah sudut pandang dimana sasaran uang akan dicapai dalam pendidikan adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan ruang”. Aliran ini mencoba membangun kembali cara berfikir Abad Pertengahan yang meletakkan keseimbanganantara moral dan intelektual dalam konteks kesadaran spiritual. Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber tertinggi, maka nilai dalam pandangan aliran perenialisme selalu bersifat theosentris.

Menurut aliran perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan pada nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik.

Pandangannya mengenai pendidikan dapat menjadi semakin jelas pada pendirian dan sikap perenialisme terhadap tujuan pendidikan sekolah. Dalam konteks pendidikan sekolah, tujuan pendidikan yang ditekankan adalah membantu anak untuk dapat menyingkap dan menginternalisasi kebenaran hakiki. Karena kebenaran hakiki ini bersifat universal dan konstan (tetap, tidak berubah), maka hal ini harus menjadi tujuan murni pendidikan.

3. Prisip-Prinsip Pendidikan

Prinsip merupakan asas, atau aturan pokok. Jadi dalam hal ini yang dimaksud prinsip pendidikan adalah asas atau aturan pokok mengenai pendidikan dalam perenialisme. Dinamakan perenialisme karena kurilukumnya berisis materi yang bersifat konstan dan perenial. Mempunyai prinsip-prinsip pendidikan antara lain :

a. Konsep pendidikan bersifat abadi, karena hakikat manusia tak pernah berubah. b. Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia yang unik, yaitu

kemampuan berfikir.

(10)

e. Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajan dasar (basic subject). 4. Kurikulum dan Metode Pendidikan

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dalam point di atas, maka kurikulum yang digunakan adalah yang berorientasi pada mata pelajaran (subject centered).

Dan materi atau isi pendidikan adalah beberapa disiplin ilmu seperti : kesusasteraan, matematika, bahasa ilmu sosial (humaniora) dan sejarah. Selanjutnya mengenai kurikulum, M. Noor Syam membedakan pandangan perenialisme dalam kurikulum sesuai dengan tingkatan pendidikan sebagai berikut :

a. Pendidikan Dasar b. Pendidikan Menengah

(11)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafasat pendidikan Perenialisme adalah mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan ketidak pastian,dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral,intelektual,dan sosio kultural,untuk memperbaiki keadaan ini dengan kembali kepada nilai nilai atau prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu abad pertengahan (Perealisme membicarakan tentang nilai kebenaran,nilai ini sudah ada pada setiap budaya yang ada pada masyarakat).

Pendukung filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins dalam Uyo Sadulloh (2008:155) mengembangkan suatu kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Great Books (Buku Besar Bersejarah) dan pembahasan buku-buku klasik. Perenialis menggunakan prinsip-prinsip yang dikemukakan Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquino. Pandangan-pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradaban Yunani Kuno serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosophia Perenis. Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia dalam kesejahteraannya.

B. Saran

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas. Ke- giatan diterapkan dalam upaya menumbuhkan keaktifan siswa.. dalam proses pembelajaran sebagai langkah untuk memaham- kan

Perancangan motion comic ini dibuat karena banyak orangtua yang mengalami masalah dalam menanamkan pembelajaran pembentukan karakter kepada anak.Motion komik yang dihasilkan

Yang dimaksud dengan persetujuan pihak-pihak terkait adalah persetujuan berupa tanda tangan Bupati Belu, Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Belu, Bupati

dan salah satu dari anvil tersebut dipasang spring yang berfungsi untuk mempertahankan ujung-ujung anvil selalu menyentuh benda kerja pada saat pengukuran.. Alat

Dari sumber sampah sebanyak 12 kecamatan ini, secara garis besar, sampah kota Bekasi yang masuk ke TPA Sumur Batu dapat digolongkan menjadi 3 jenis sumber, yaitu sumber

Sarana akses data Visual Basic 6.0 jauh lebih cepat dan andal untuk membuat aplikasi database yang berkemampuan tinggi.. Beberapa fasilitas database antara lain ADO ( ActiveX

fungsi antara lain melihat kinerja mesin terkini, melihat grafik kinerja mesin, dan melihat laporan kinerja mesin Pengujian menunjukkan bahwa fungsi yang diujikan

Hasil pengujian penghambatan peneluran menunjukkan jumlah kelompok telur yang diletakkan pada perlakuan minyak seraiwangi, seraidapur, mimba, dan babadotan memberikan