• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ardi Novra Integrated Model of the CSR P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ardi Novra Integrated Model of the CSR P"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

PUSAT-PUSAT PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS JAMBI

JUDUL PENELITIAN

MODEL INTEGRASI PROGRAM CSR (Corporate Social Responsibility)

DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PENELITI

Dr. Ir. ARDI NOVRA, MP

NIDN 0026116804

UNIVERSITAS JAMBI

NOVEMBER, 2014

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Model Integrasi Program CSR (Corporate Social Responsibility) dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif

2. Nama Ketua Peneliti : Dr. Ir. Ardi Novra, MP 3. NIP : 196811261994121001 4. Pangkat/Golongan : Pembina/IV a

5. Bidang Keahlian : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 6. Pusat Penelitian : Puslit CSR

7. Perguruan Tinggi : Universitas Jambi

8. Alamat Kantor : Kampus Unja Pinang Masak KM 14 Mendalo Darat – Jambi

9. Alamat Rumah : Barcelona Regency F-16 Keluarahan Mayang Kecamatan Kota Baru, Jambi.

10. No. Telepon/Faks : 085377385454 11. e-mail : ardnov@yahoo.com 12. Waktu Penelitian : 6 (enam) bulan

13. Pembiayaan : Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) 14. Lokasi Penelitian : Kabupaten Batanghari

Jambi, 27 November 2014

Mengetahui, Ketua Peneliti,

Ketua Lemlit UNJA

(3)

iii

RINGKASAN

Model pembangunan partisipatif merupakan pola pembangunan yang melibatkan semua pihak (pelaku) dalam proses pengambilan keputusan yang langsung mempengaruhi mereka yang terkena dampak pembangunan. Pelibatan masyarakat merupakan wujud dari a) penghargaan terhadap keberadaan manusia merdeka yang berhak untuk menetapkan sendiri nasibnya, b) kesempatan menjalankan tanggung jawab sosial sesuai fitrahnya sebagai manusia, dan c) kesempatan mendapatkan pengetahuan dan informasi yang sama. Senada dengan hal tersebut Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen dunia usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat (Budimanta, dkk., 2004).

Tujuan penelitian survey menggunakan pendekatan study data nyata atau lebih dikenal dengan Stock Taking Study (STS) ini adalah untuk mendesain suatu model deskriptif pengintegrasian program CSR dalam perencanaan pembangunan partisipatif. Penelitian direncanakan selama 6 bulan dengan unit analisis adalah pelaku Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Kabupaten Batanghari. Pengumpulan data dalam STS menggunakan pendekatan wawancara mendalam (indept interview) dengan lingkup pertanyaan praktek-praktek baik (best practice), cerita sukses (succes stories), kendala dan lingkup (constraint and scoping) integrasi, serta dukungan kebijakan (supporting policy). Hasil wawancana akan disusun dalam bentuk catatan lapangan (field note) dan selanjutnya akan dilakukan analisis deskriptif untuk mendesain suatu model kelembagaan integrasi program CSR dalam perencanaan pembangunan partisipatif.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa introduksi program CSR melalui sharing pembiayaan pembangunan partisipatif potensial dilakukan dalam proses peencanaan pembangunan pada aras kecamatan. Penintegrasian dapat dilakukan melalui 3 model yaitu 1) Introduksi Dana CSR dalam Mekanisme PNPM-P2SPP, 2) Pendanaan Usulan Desa/Kelurahan Tidak Lolos Kompetisi dan 3) Pengembangan Musrenbang CSR. Alternatif model ketiga berupa pengembangan Musrenbang CSR tersendiri guna menutupi berbagai kelemahan pada alternatif 1 dan 2 diikuti oleh usulan desa/kelurahan sasaran pembinaan program CSR melalui perwakilan kecamatan. Pelaksanaan Musrenbang CSR akan lebih efektif dan efisien jika pemerintah daerah baik melalui instansi terkait maupun melalui fasilitator kabupaten PNPM-P2SPP dapat menggalang dana CSR dan perusahaan memiliki perspektif yang sama tentang pentingnya pengintegrasian yang bertujuan untuk lebih mengkoordinasikan program pembangunan agar sesuai kebutuhan dan tidak saling tindih.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan komitmen pemerintah daerah, pelaku PNPM dan dunia usaha (perusahaan) dalam mendorong pengintegrasi berbagai sumberdaya dan dana pembangunan.

(4)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Perkembangan Program CSR ... 5

2.2. Pendekatan Perencanaan Pembangunan ... 7

2.3. Pembangunan Partisipatif ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 13

3.1. Metode Penelitian ... 13

3.2. Jenis dan Sumberdata ... 13

3.3. Teknik Penarikan Contoh ... 13

3.4. Metode dan Tahapan Analisis ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1. Proses Perencanaan Pembangunan ... 15

4.2. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 17

4.2.1. Perencanaan Pada Aras Desa/Kelurahan ... 21

4.2.2. Perencanaan Pada Aras Kecamatan ... 23

4.2.3. Perencanaan Pada Aras Kabupaten ... 26

4.3. Pengintegrasian Program CSR dalam Pembangunan Partisipatif ... 28

4.3.1. Kendala dan Potensi Pengintegrasian Program CSR... 28

4.3.2. Alternatif Model Pengintegrasian Program CSR ... 30

4.3.3. Penintegrasi Program CSR dalam Program SPP ... 36

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ... 38

5.1. Kesimpulan... 38

5.2. Rekomendasi Kebijakan ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Tahapan Penarikan Sampel ... 13

3.2. Tahapan Analisis Deskriptif dan Output Diharapkan ... 14

4.1. Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah... 17

4.2. Proses dan Tahapan P2SPP... 20

(6)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan adalah proses perubahan struktural dalam masyarakat yang terjadi dalam masyarakat dan tidak hanya menyangkut pada pertumbuhan ekonomi tetapi mencakup 3 nilai pokok yaitu a) berkembangnya kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan hidup pokok (basic needs), b) meningkatnya rasa harga diri (self esteem) masyarakat sebagai manusia dan c) meningkatnya kemampuan (freedom from servitude) sebagai bagian dari HAM. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan, artinya sehebat apapun hasil pembangunan tetapi mengabaikan aspirasi dan peran serta masyarakat maka tetap dinyatakan sebagai pembangunan yang gagal.

(7)

2

apabila pemerintah lokal (daerah) memiliki kebijakan dan memberikan dukungan (anggaran dan regulasi) yang berpihak kepada rakyat.

Menurut Ahmad dalam 108CSR.com (2012), selama ini dana CSR belum optimal dalam realisasinya dan paling tidak ada dua persoalan utama, yakni belum terumuskan pola sinergitas program dan pengelolaan CSR antara masyarakat, perusahaan dan pemda. Salah satu alternatif peluang untuk meningkatkan sinergitas tersebut adalah melalui pengintegrasian program CSR dengan program pemberdayaan masyarakat desa oleh pemerintah. P2SPP lebih mengedepankan sistem perencanaan dan pengelolaan pembangunan berbasis partisipasi dengan guna menjamin akuntabilitas dan transparansi pengelolaan kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka pengintegrasian program CSR dengan P2SPP potensial dilakukan karena secara mendasar memiliki prinsip yang sama, tetapi perlu suatu kajian model pengintegrasian.

Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) adalah upaya mengintegrasikan pengelolaan pembangunan partisipatif pola PNPM Mandiri Perdesaan (MP) ke dalam sistem reguler. Pelaksanaan PNPM-MP berada di bawah binaan Direktorat PMD Kementrian Dalam Negeri dengan dukungan pembiayaan bersumber dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan Daerah (APBD), partisipasi dari CSR (Corporante Social Responcibility) dan dari dana hibah serta pinjaman dari sejumlah lembaga dan negara pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia.

(8)

3

Jambi jika dihitung berdasarkan analisis proyeksi progresif (perusahaan membayar maksimal) mencapai angka Rp 428 M, sedangkan berdasarkan analisis proyeksi pesimis mencapai Rp 28,5 M (Lemlit Unja dalam 108CSR.com, 2012). CSR yang diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi dan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat (Budimanta dkk., 2004) secara pinsip memiliki tujuan yang sama dengan PNPM-MP.

Kesamaan tujuan dasar ini menyebabkan kedua program pada dasarnya dapat diintegrasikan satu sama lain, sehingga memberikan dampak positif yang lebih besar baik bagi masyarakat, perusahaan maupun pemerintah. Integrasi program akan mendorong program yang saling melengkapi antara kedua program, karena akan berbasis pada kebutuhan masyarakat. Ketersediaan infrastruktur SDM dalam program PNPM-MP akan mengurangi beban biaya monitoring dan supervisi oleh perusahaan terutama dalam memastikan pemanfaatan dana CSR yang akuntabel dan transparan oleh masyarakat binaan. Menurut Novra (2013) salah satu kelebihan dari perencanaan partisipatif disamping melibatkan masyarakat secara penuh mulai dari perencanaan, pembangunan sampai pada perawatan juga seluruh informasi pengelolaan dana dilakukan terbuka. Perencanaan oleh masyarakat yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat bawah (bottom up) mampu mendorong proses pembangunan yang sesuai kebutuhan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan identifikasi permasalahan, maka dapat dikembangkan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peluang pengintegrasian antara program CSR dengan program perencanaan pembangunan partisipatif PNPM-MP?.

(9)

4

1.2. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah mengembangkan model integrasi program CSR dengan PNPM-MP yang memiliki dampak luas bagi upaya pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, sedangkan secara khusus tujuan penelitian adalah;

a. Menganalisis potensi dan peluang pengintegrasian antara program CSR dengan program perencanaan pembangunan partisipatif PNPM-MP.

(10)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Program CSR

Corporate Social Responsibility (CSR) diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi beersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (Budimanta, dkk., 2004,). Menurut Irianta (2004), CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berprilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus memperbaiki kualitas hidup. Sedangkan menurut Kotler dan Nancy (2005), CSR merupakan komitmen perusahaan meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagai sumber daya perusahaan. Pelaksanaan CSR penting guna membantu perusahaan menciptakan citra positifnya sehingga seharusnya bukan dilihat sebagai sentra biaya (cost) melainkan sebagai sentra laba (profit) (Wibisono, 2007).

Setiap proses pembangunan diharapkan mampu memanfaatkan segala potensi sumberdaya secara optimal termasuk sumberdaya lokal maupun sumberdaya finansial. Selama ini program CSR belum efektif karena lebih banyak berorientasi pada kegiatan yang bersifat “charity”. Paradigma baru CSR menyatakan bahwa perlu dibedakan antara program CSR dengan kegiatan charity, dimana charity hanya berlangsung sekali atau sementara waktu dan biasanya cenderung menimbulkan ketergantungan publik terhadap perusahaan, sedangkan CSR merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan menciptakan kemandirian.

(11)

6

dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat sebagai subjek sekaligus pusat dari seluruh aktivitas dengan berpegang pada prinsip a) berdasarkan needs (kebutuhan), bukan wants (keinginan) masyarakat, b) spesifik, yaitu memperhatikan permasalahan, aspirasi, kemampuan serta potensi masyarakat setempat, dan c) bertujuan mengarahkan masyarakat menuju sikap kemandirian melalui program yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dan perusahaan, dan d) partisipasi aktif sebanyak-banyaknya dari masyarakat.

Menurut Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), terjadi pergeseran paradigma pelaksanaan CSR dari corporate charity, corporate philantrophy ke corporate citizenship. Haman dan Acutt (2003) mengemukakan motivasi

utama CSR terkait dengan masalah akomodasi (kebijakan bisnis bersifat superfisial dan parsial) dan masalah legitimisasi (wacana mempengaruhi). Ambadar (2008) mengemukakan motivasi dan manfaat diharapkan dengan adanya CSR yaitu 1) terhindar dari reputasi negatif (hanya mengejar keuntungan jangka pendek), 2) kerangka kerja etis yang kokoh membantu manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, 3) mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan, dan 4) perilaku etis perusahaan agar aman terhadap gangguan lingkungan sekitar dan beroperasi dengan lancar.

The World Business Council for Sustainable Development (WBSCD)

(12)

7

CSR dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta secara terus menerus menjaga agar dampak tersebut memberikan manfaat pada masyarakat dan lingkungan hidup (Achda, 2006). Perlu dibedakan antara program Corporate Social Responsibility dengan kegiatan charity, dimana charity hanya berlangsung sekali atau sementara waktu dan biasanya justru menimbulkan ketergantungan publik terhadap perusahaan, sedangkan CSR merupakan program yang berkelanjutan dan bertujuan untuk menciptakan kemandirian (Paradigma Baru CSR, 2006).

2.2. Pendekatan Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan dan menjadi penting untuk menyesuaikan tujuan yang ingin dicapai dengan sumber daya tersedia serta berbagai alternatif yang mungkin diperlukan. Untuk itu makna perencanaan pembangunan menurut Tjokrowinoto (1993) adalah sebagai suatu konsep yang menyangkut dua aspek yaitu sebagai suatu proses perumusan rencana pembangunan dan sebagai substansi dari rencana pembangunan itu sendiri. Proses perumusan rencana berkaitan dengan aktivitas bagaimana sebuah perencanaan pembangunan disusun, kapan dan siapa saja pihak-pihak yang terlibat, sedangkan substansi rencana berbicara mengenai apa isi dari rencana pembangunan yang disusun, permasalahan pokok dan isu strategis yang mendesak diselesaikan dalam pembangunan.

(13)

8

pada satu daerah tertentu, sedang dari aspek isi atau substansi maka akan dilihat permasalahan apa saja yang diangkat dan dijadikan agenda penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Susunan permasalahan prioritas akan mencerminkan urgensi yang dihadapi oleh daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah sesuai PP No. 8 Tahun 2008 adalah kombinasi pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up). a. Pendekatan politik berkaitan dengan mekanisme pemilihan kepala daerah

secara langsung oleh rakyat. Sebelum dipilih oleh rakyat, calon kepala daerah merumuskan visi dan misinya sebagai janji yang akan dilaksanakan apabila terpilih menjadi kepala daerah. Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan menjadi RPJM Daerah untuk jangka waktu 5 (lima) tahun selama kepala daerah terpilih memimpin daerah. Namun dalam penyusunan RPJM Daerah tersebut harus tetap mengacu kepada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJP Nasional.

b. Pendekatan teknokratik berkaitan dengan profesionalisme dan keahlian penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Bahwa penyusunan rencana pembangunan daerah perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan keahlian sehingga hasil yang diperoleh bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi daerah secara komprehensif.

(14)

9

pemerintahan yang baik atau yang belakangan ini juga disebut dengan istilah tata pemerintahan yang baik (good governance).

d. Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah melibatkan Bappeda dan SKPD. Pendekatan bawah atas (bottom-up) dilakukan mulai dari pengusulan program atau proyek dari tingkat bawah (desa/kelurahan) oleh masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang dari tingkat desa/kelurahan yang dimaksudkan sebagai wahana menyerap aspirasi masyarakat dalam pembangunan yang kemudian hasilnya akan dibawa ke Musrenbang tingkat kecamatan dan selanjutnya Musrenbang tingkat kabupaten/kota. Program dan proyek yang diusulkan oleh masyarakat akan dinilai dari urgensi dan kemampuan pemerintah di tingkat bawah dalam melaksanakan usulan tersebut. Sejauh mana urgensi dan kemampuan pemerintah berkaitan dengan berbagai usulan yang masuk akan menentukan pelaksanaan program dan proyek nantinya. Apabila suatu usulan dianggap sangat urgen tetapi tidak mampu dilaksanakan oleh pemerintah di tingkat bawah maka akan diusulkan untuk dibawa ke Musrenbang di atasnya, yaitu di tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.

Implementasi otonomi daerah dan desentralisasi di Indonesia menuntut perubahan paradigma perencanaan dan keuangan daerah yang bersifat komprehensif mengarah kepada transparansi, akuntabilitas, demokratisasi, desentralisasi dan partisipasi masyarakat. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Pembangunan dalam UU ini Pembangunan Nasional dimaksud upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.

(15)

10

pembangunan yang dilaksanakan di daerah tidak terlepas dari konsep rencana pembangunan nasional, karenanya dalam menyusun program pembangunan daerah tetap mengacu kepada rencana pembangunan nasional, baik rencana pembangunan jangka panjang maupun menengah. Untuk itu tujuan perencanaan pembangunan daerah sebagaimana tujuan perencanaan pembangunan nasional menurut Undang-Undang No. 25 tahun 2004, antara lain:

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan.

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.

3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

2.3. Pembangunan Partisipatif

(16)

11

Partisipatif mengandung 2 agenda yaitu proses pembelajaran dan pengembangan program aksi bersama masyarakat yang ditujukan untuk mendorong terjadinya transformasi sosial sebagai suatu tanggungjawab moral. Menurut Deshler dan Sock (1985), bahwa secara garis besar terdapat 3 tipe partisipasi, yaitu a) Partisipasi teknis (technical participation) merupakan strategi untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan praktis dalam konteks pengembangan masyarakat, b) Partisipasi politis atau partisipasi asli (genuine participation) merupakan pengembangan kekuasaan dan kontrol lebih besar terhadap suatu situasi melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan pilihan kegiatan dan berotonomi, dan c) Partisipasi semu (pseudo participation) merupakan partisipasi politis yang digunakan orang luar atau elite masyarakat untuk kepentingannya sendiri, sedangkan masyarakat hanya sekedar obyek

Partisipasi teknis dan partisipasi politis sepadan dengan 2 tipe partisipasi yang ditemukan dalam referensi lain, yaitu partisipasi yang digunakan dalam pengembangan program dan partisipasi yang diperluas untuk partisipasi yang merambah ke dalam isu demokratisasi. Sedangkan menurut Niiranen (1993) dalam Kumorotomo (2007) terdapat 3 tiga bentuk partisipasi yaitu a)

(17)

12

(18)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian yang direncanakan selama 6 (enam) bulan menggunakan metode survey dengan unit analisis adalah stakeholder terkait perencanaan pembangunan partisipatif dan CSR pada wilayah Kabupaten Batanghari. Kelompok stakeholder terdiri dari para fasilitator PNPM-MP baik pada tingkat kabupaten (Faskab), kecamatan (Faskec) dan pendamping lapangan dari unsur pemerintah daerah pada tingkat kecamatan, dan kabupaten, serta penanggung jawab CSR.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data penelitian terdiri dari data primer yang dikumpulkan melalui observasi langsung menggunakan panduan interview dengan sumber informasi stakeholder terkait pembangunan partisipatif, dan data sekunder melalui ekplorasi data perusahaan, SKPD dan publikasi lembaga.

3.3. Teknik Penarikan Contoh

Penarikan contoh dalam penelitian berbasis sumber informasi yang dilakukan secara bertahap dengan teknik purposive samling seperti pada (Gambar 3.1).

(19)

14

3.4. Metode dan Tahapan Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif berdasarkan fieldnote (catatan lapangan) yang dikumpulkan melalui wawancara (data

primer) dan selanjutnya dilakukan komparasi dengan berbagai regulasi terkait (data sekunder), dengan ruang lingkup dan tahapan analisis seperti Gambar 3.2.

Gambar 3.2.

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Perencanaan Pembangunan Daerah

Penyusunan perencanaan pembangunan daerah dilakukan melalui beberapa tahapan yang harus dilalui oleh para perencana dan berdasarkan PP No. 8 Tahun 2008, secara garis besar dilakukan melalui 4 (empat) tahapan, yaitu: 1. Penyusunan Rancangan Awal rencana pembangunan dilakukan oleh

Bappeda yang memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dan mengacu pada RPJP Provinsi (untuk kabupaten/kota) serta RPJP Nasional. Selain itu dalam penyusunan RPJP Daerah oleh Bappeda meminta masukan dari SKPD dan pemangku kepentingan. Penyusunan rancangan awal rencana pembangunan untuk RPJM Daerah yang dilakukan Bappeda memuat visi, misi dan program kepala daerah terpilih dengan tetap berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan strategis, serta hasil evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah sebelumnya. Pola seperti ini diharapkan bisa dijalin kesinambungan antara program pembangunan yang telah dilaksanakan oleh kepala daerah sebelumnya.

Untuk penyusunan RPKD maka rancangan awal disusun dengan cara menjabarkan dari RPJM Daerah dengan mengkoordinasikannya dengan rancangan Rencana Kerja SKPD. Rancangan awal RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif. Pagu indikatif merupakan jumlah dana yang tersedia untuk penyusunan program dan kegiatan tahunan. 2 Rancangan tersebut nantinya akan menjadi bahan dalam menyelenggarakan Musrenbang RKPD.

(21)

16

aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan. Tahapan kegiatan Musrenbang dilakukan mulai dari tingkat pemerintahan terkecil yaitu desa/kelurahan sampai nasional, yaitu:

a. Musrenbangdes membahas berbagai usulan yang muncul dengan memperhatikan skala prioritas berdasarkan urgensi yang dibutuhkan masyarakat. Kegiatan yang bisa dijalankan oleh desa/kelurahan secara mandiri akan dilaksanakan oleh desa/kelurahan. Sedangkan usulan kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh desa/kelurahan maka dibawa ke Musrenbang tingkat kecamatan.

b. Musrenbangkec dilakukan untuk mengkoordinasikan rencana kegiatan desa/kelurahan dalam lingkup wilayah kecamatan yang bersangkutan dan dalam forum tersebut dilakukan pemilahan terhadap usulan-usulan program/ kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan desa/kelurahan. c. Forum SKPD yaitu suatu forum koordinasi dalam rangka

mensinkronkan Rencana Kerja (Renja) SKPD dengan hasil Musrenbangkec dan hasil musyawarah Forum SKPD dibawa ke dalam Forum Musrenbang Kabupaten/Kota.

d. Musrenbang Kabupaten/Kota dilaksanakan untuk keterpaduan rancangan Renja antar SKPD dan antar Rencana Pembangunan Kecamatan dan menghasilkan RKPD kabupaten/kota.

e. Muserenbang Provinsi ditujukan untuk penyusunan rencana pembangunan provinsi.

3. Perumusan Rancangan Akhir dilaksanakan setelah proses pelaksanaan Musrenbang kabupaten/kota oleh Bappeda berdasarkan hasil Musrenbang RKPD. Rancangan akhir RKPD tersebut dilengkapi dengan pendanaan yang menunjukkan prakiraan maju.

(22)

17

PP No.8 Tahun 2008 pasal 23 ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota tentang RKPD Kabupaten/Kota tersebut kemudian disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri. RKPD yang telah ditetapkan tersebut nantinya dipergunakan sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan APBD.

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka proses perencanaan mulai dari tingkat desa/kelurahan dapat diringkas seperti pada Gambar 4.1.

(23)

18

4.2. Proses Perencanaan Pembangunan Partisipatif

PNPM-P2SPP merupakan replikasi dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan pemilihan “Bumi Serentak Bak Regam” ini menjadi bukti sejarah awal tanda-tanda keberhasilan program pemberdayaan masyarakat Kabupaten Batanghari. Pada tahun 2006 Kabupaten Batanghari menjadi satu dari 4 (empat) daerah yang ditawarkan Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP). Dasar pemilihan Kabupaten Batanghari karena mampu memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu sebagai kabupaten lokasi PPK dengan kinerja baik, memiliki komitmen tinggi dalam mendukung program, dan bersedia memberi kontribusi 25% dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yaitu Rp 4 miliar serta kesediaan menyediakan dana Pendampingan Administrasi Program (PAP) sekurang-kurangnya 5% dari total BLM.

P2SPP yang digagas Tim Koordinasi Nasional diluncurkan pada Mei 2006 merupakan upaya nyata untuk melembagakan sistem pembangunan partisipatif dalam skala yang lebih luas, yang juga diterapkan dalam program pembangunan regular di daerah. Ruang lingkup P2SPP meliputi peran aparat pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat melalui Setrawan, mengupayakan pengintegrasian prinsip dan prosedur pemberdayaan masyarakat (dalam hal ini prinsip dan prosedur PPK) ke dalam sistem pembangunan regular, pemberian stimulan berupa Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) ditingkat kabupaten, serta review Peraturan Daerah yang mengakomodir upaya pemberdayaan atau program pembangunan berbasis masyarakat. Program P2SPP Kabupaten Batanghari merupakan salah satu proyek percontohan (pilot project) yang dinilai sangat berhasil dari 8 kabupaten pilot proyek (Kabupaten Boyolali, Minahasa Selatan, Ngada, Ogan Komering Ulu, Jombang, Tabanan dan Tapanuli Induk).

(24)

19

sekolah, bidang kesehatan dalam penyediaan 2 unit sumur pompa air bersih dan bidang ekonomi melalui penyaluran SPP untuk 44 kelompok. Pembiayaan program pada awal kegiatan mencapai Rp. 5 Milyar yang berasal dari APBN Rp 4 Milyar dan APBD Rp 1 Milyar dari APBD, yang diperuntukkan 95% (Rp. 4,75 M) dan sisanya untuk operasional yang terdiri dari, 3% (Rp. 150 juta) operasional TPK dan 2% (Rp. 100 juta) operasional UPK. Hasil evaluasi Bappenas (2008) dalam kegiatan “Analytical Study on District Planning and

Budgeting Processes” dalam P2SPP Kabupaten Batanghari menunjukkan

integrasi proyek nasional dengan proses perencanaan dan penganggaran reguler lokal adalah memungkinkan tetapi terkendala kepastian dalam sinkronisasi waktu proyek.

Kabupaten Batanghari meraih penghargaan terbaik tingkat nasional dalam implementasi sistem perencanaan partisipatif yang terintegrasi dengan sistem perencanaan reguler khususnya untuk program P2SPP dan PNPM-MP se-Indonesia. Musrenbangda yang merupakan tindak lanjut dari musrenbangdes dan musrenbang kecamatan serta Forum SKPD yang melibatkan wakil rakyat dan SKPD terkait. Perencanaan pembangunan dilakukan melalui pendekatan aspek demokratis, politis, teknokratik dimana

usulan dari bawah dan persetujuan dari atas sesuai amanah UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kedua legislasi ini mengamanatkan bahwa setiap Kepala Daerah

diwajibkan menyusun RKPD setiap tahunnya sebagai aktualisasi dari pelaksanaan RPJM daerah yang merupakan penjabaran Visi dan Misi serta Program Kepala daerah.

(25)

20

Gambar 4.2. Proses dan Tahapan P2SPP

Perencanaan pembangunan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat dilakukan secara bertahap dari level kelompok terkecil dalam kehidupan masyarakat desa dan/atau kelurahan.

MMDD

5 usulan P2SPP Kecamatan Usulan Ranking yang Terdanai PNPM

10 Usulan ranking teratas APBD Tim 6 Desa

Tim 6 Kecamatan

TPU Desa

INTEGRASI MUSRENBANG

MUSRENBANG P2SPP FORUM SKPD

Tahapan Tidak lolos verifikasi kecamatan

Ranking di bawah P2SPP Macet SPP dan tidak ada RPJMDes

Ranking di bawah 10 besar APBD

Usulan Kecamatan yang

Usulan Tidak Masuk Renja SKPD

(26)

21

4.2.1. Perencanaan Pada Aras Desa/Kelurahan

Integrasi perencanaan dan penganggaran pembangunan partisipatif (IP4) diawali dengan proses penggalian gagasan pada tingkat desa/kelurahan atau yang lebih dikenal dengan MMDD (Menggagas Masa Depan Desa). Proses penggalian gagasan oleh masyarakat desa

secara prosedural formal seperti Musyawarah Dusun (Mundus) agak sulit dilakukan karena alasan sulitnya sinkronisasi waktu berkumpul dalam jumlah banyak akibat bervariasinya sumber pekerjaan masyarakat. Bagi kelompok masyarakat yang bekerja pada

jalur formal seperti PNS dan Guru waktu sore dan hari libur (minggu) adalah waktu yang tepat, sedangkan bagi para petani pada sore hari tersebut mereka masih berada di kebun atau ladang. Letak lahan garapan yang cukup jauh dan bahkan menyeberang sungai menyebabkan mereka sepanjang hari berada di lahan garapan dan baru sampai di rumah menjelang magrib dan tidak mengenal namanya hari libur (minggu). Pelaksanaan pada malam hari juga mengalami kesulitan karena jarak antara rumah yang cukup berjauhan terutama jika sudah lain RT, kelompok perempuan sulit untuk datang dan malam adalah waktu istirahat dan ibadah bagi penghuni desa yang mayoritas muslim. Untuk itu dalam proses penggalian gagasan seringkali dilakukan secara tidak prosedural dan personal tetapi lebih mengedepankan gagasan berbagai kelompok formal dan informal yang ada di desa.

(27)

22

masyarakat yaitu tokoh agama (chatib dan pengurus mesjid desa), tokoh adat (lembaga adat) dan mantan aparat desa seperti mantan Kades, c) perwakilan lembaga informal desa seperti dari kelompok tani dan yasinan serta pemuda (karang taruna jika ada), d) pelaku PNPM-MP tingkat perdesaan (KPMD Teknis dan Pemberdayaan) dan Perwakilan kelompok SPP Desa, dan e) undangan lain seperti Camat, BKAD, PJOK dan PJAK, UPK, FK dan Tim verifikasi serta staf SKPD terkait yang ada ditingkat kecamatan

Usulan kegiatan yang disampikan oleh berbagai komponen masyarakat desa secara umum terdiri dari usulan yang disampaikan oleh perwakilan dusun atau RT yang menjadi usulan campuran dan usulan kelompok perempuan yang merupakan usulan dari hasil MKP (Musyawarah Khusus Perempuan). Jenis usulan dimusyawarahkan dalam Musrenbangdes untuk menentukan usulan prioritas dan jika tidak tercapai kesepakatan maka dilakukan proses voting untuk menentukan ranking usulan prioritas tetapi usulan SPP secara otomatis menjadi usulan prioritas desa. Hasil voting menghasilkan 4 usulan prioritas pembangunan tahun bersangkutan yang terdiri dan 3 usulan campuran dan 1 usulan MKP dicantumkan dalam RKPDes Tahunan, sedangkan usulan pembangunan lain diakomodir dalam RPJMDes (5 tahun). Keputusan lain yang diperoleh dalam Musrenbangdes antara lain a) penunjukkan Tim 6 yang akan mewakili desa dalam Musrenbang Kecamatan yang terdiri dari Kepala Desa, BPD, perwakilan SPP, tokoh masyarakat dan masing-masing 1 orang perwakilan masyarakat umum laki-laki dan perempuan, dan b) TPU (Tim Penulis Usulan) yang akan dibantu oleh 2 orang KPMD, ketua dan anggota TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) jika nantinya usulan mampu meraih sumberdana PNPM atau P2SPP.

(28)

23

menyusun RPJMDes dan berasal dari berbagai unsur yaitu Kepala dan Sekretaris Desa, 2 orang KPMD, Ketua BPD, Kepala Dusun atau yang mewakili, 1 orang perwakilan SPP, dan 1 orang perwakilan pemuda yang telah memperoleh pembekalan melalui kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh masing-masing UPK Kecamatan tahun 2011. Sejak tahun 2011 RPJMDes sudah menjadi syarat mutlak bagi desa yang akan mengajukan usulan dalam Musrenbang Kecamatan, disamping syarat SPP tidak macet dan syarat kelengkapan adminstrasi usulan.

4.2.2. Perencanaan Pada Aras Kecamatan

Tidak semua usulan desa secara otomatis dapat diikut sertakan dalam Musrenbang Kecamatan karena setiap usulan harus lolos verifikasi Tim Verifikasi yang terdiri dari unsur masyarakat, SKPD terkait, BKAD, serta FKT dan FKP. Usulan yang

(29)

24

kecamatan). Setiap desa maksimal mengajukan 3 usulan yang terdiri dari 2 kelompok yaitu 2 usulan PNPM/P2SPP masing-masing dari (campuran dan MKP) dan 1 usulan APBD (usulan campuran). Bagi desa yang usulannya tidak lolos verifikasi dan terkena sanksi SPP masih terbuka ikut serta dalam pengajuan dana APBD.

Musrenbang Kecamatan menjadi sesuatu yang menarik untuk diamati karena perilaku perwakilan desa selama proses menjadi indikasi partisipasi dan motivasi. Mekanisme pemilihan usulan yang didanai dilakukan melalui voting terbuka oleh seluruh Tim 6 masing-masing desa/kelurahan. Peserta voting dibagi dalam 6 kelompok (sesuai jumlah Tim 6) wakil masing-masing desa tetapi hasil akhir tetap berdasarkan hasil akumulasi. Usulan desa sendiri atau desa lainnya yang dianggap menjadi prioritas akan diberi nilai tinggi oleh peserta voting dengan nilai tertinggi sesuai dengan jumlah usulan. Sebagai contoh jika jumlah usulan seluruhnya 45 maka nilai tertinggi untuk usulan yang menjadi priritas adalah 45 dan terendah 1. Pada saat voting peserta diminta untuk hati-hati karena kesalahan dalam menentukan peringkat akan berakibat pada pembatalan seluruh nilai yang telah mereka berikan seperti salah menulis peringkat (dicoret dan diganti), pemberian nilai sama pada usulan berbeda atau tidak memberi nilai untuk usulan desa lain.

(30)

25

sebelum Musrenbang Kecamatan dan hati-hati dalam menentukan dan menulis peringkat dalam proses voting.

Penuh kesederhanaan tetapi semangat tetap membara karena berharap dapat memberi kontribusi bagi pembangunan desa tercinta, menjadi gambaran umum perilaku masyarakat dalam Musrenbang Kecamatan. Tidak mengeluh walau Musrenbang Kecamatan dilakukan diruang sederhana, harapan di depan mata menjadi penguat motivasi untuk tetap berada di lokasi acara termasuk saat perhitungan hasil voting yang dilakukan secara terbuka. Perhitungan hasil voting diawali pada masing-masing kelompok dan ruang perwakilan masing-masing desa dan selanjutnya akan diakumulasikan secara terbuka sebagai output utama kesepakatan antar perwakilan desa. Keterbukaan menjadi faktor utama yang menyebabkan hasil voting selalu dapat diterima, menjadi bukti nyata bahwa pembangunan partisipatif telah mampu mendorong masyarakat desa semakin dewasa. Jika ada riak itu menjadi suatu dinamika dalam mencapai kata sepakat dan melalui musyawarah yang berlandaskan kekeluargaan menyebabkan masyarakat semakin arif menerima apapun hasilnya.

(31)

26

4.2.3. Perencanaan Pada Aras Kabupaten

Misi utama P2SPP adalah mendorong terjadinya integrasi antara rencana pembiayaan pembangunan reguler (APBD) dan non-reguler (P2SPP). Program yang bersifat ad-hoc atau sementara ini menjadi jembatan guna menuju suatu sistem pembangunan yang lebih partisipatif dan dimulai dari bawah (bottom-up). Pemerintah daerah diharapkan mulai membuka diri untuk lebih “mengakomodir” rencana pembangunan yang telah disusun masyarakat desa. Menuju kearah sana sejak tahun 2006 telah dicoba untuk menggabungkan pelaksanaan Musrenbang P2SPP dengan Forum SKPD atau disebut dengan Musrenbang Kabupaten.

Peserta Musrenbang Kabupaten terdiri dari perwakilan masing-masing kecamatan (Tim 6 Kecamatan), SKPD terkait serta pelaku PNPM baik jalur fungsional (Faskab, FKT dan FKP, UPK) maupun jalur birokrasi (PJOK dan PJAK) Kabupaten, dan undangan seperti Team Leader Provinsi dan Kepada dan staf Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) Provinsi beserta lain-lainnya baik dari unsur masyarakat maupun perguruan tinggi. Tim 6 kecamatan yang terdiri dari unsur-unsur masyarakat (Ketua BKAD, 2 orang yang dipilih dalam Musrenbang Kecamatan termasuk perwakilan perempuan), unsur pemerintahan kecamatan (camat dan ketua PKK atau yang mewakili) serta PJOK

(Penanggung Jawab Operasional Kegiatan) tingkat kecamatan.

Perencanaan dan penganggaran pada aras kabupaten tidak banyak yang dapat diceritakan kecuali perbedaan antara

(32)

27

penganggaran pada tahun berikutnya). Rendahnya akomodir menyebabkan menurunnya animo masyarakat untuk menghadiri pembahasan usulan pada forum SKPD. Kritik dan saran telah disampaikan oleh Tim 6 masing-masing kecamatan termasuk yang menjadi wakil dari kelompok masyarakat.

Keberanian mengeluarkan pendapat menjadi “point penting” yang perlu dicatat bahwa proses pemberdayaan sedang berlangsung dan partisipasi serta perhatian masyarakat terhadap akomodir pemerintah daerah semakin meningkat. Respon dari kondisi ini, mulai tahun 2011 telah dilakukan langkah-langkah baik oleh pemerintah daerah dengan mewajibkan SKPD memasukkan semua usulan desa dalam rencana kerja untuk selanjutnya akan menjadi usulan pembangunan prioritas pada tahun selanjutnya. Langkah aspiratif ini ternyata direspon positif masyarakat dan animo untuk ikut membahas usulan desa kembali meningkat, ditambah adanya usulan desa yang pada tahun 2012 masuk dalam APBD Kabupaten Batanghari.

(33)

28

4.3. Pengintegrasian Program CSR dalam Pembangunan Partisipatif

4.3.1. Kendala dan Potensi Pengintegrasian Program CSR

Tujuan utama pengintegrasian program CSR dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan reguler adalah untuk mengkoordinasikan berbagai sumber pembiayaan pembangunan sehingga program pembangunan dapat lebih efektif dan memiliki daya dorong (multiplier effect) lebih besar bagi perkembangan sosial ekonomi perdesaan. Program pembangunan dapat saling melengkapi antar berbagai sumber pembiayaan dan menghindarkan adanya tumpang tindih program pembangunan. Pilihan terbaik adalah dengan pengintegrasian seluruh kegiatan mulai dari penggalian gagasan, perencanaan, penganggaran, pengawasan dan monitoring program pembangunan. Pengintegrasian secara total meskipun ideal tetapi memiliki beberapa kendala dalam implementasinya, antara lain;

1. Wilayah fokus sasaran program CSR pada beberapa perusahaan bersifat terbatas yaitu pada wilayah penyangga (buffer zone) atau bersinggungan dengan wilayah operasional mereka.

2. Perusahaan cenderung lebih mengutamakan program CSR pada wilayah bersinggungan langsung dengan aktivitas operasional mereka sebagai bentuk dari implementasi keamanan sosial (social security) operasional. 3. Sistem perencanaan dan penganggaran pada perusahaan tergantung

kebijakan pemilik atau manajemen, sehingga lebih fleksibel dibanding dengan PNPM-P2SPP yang bersifat reguler (tahunan) dan lebih ketat serta perubahan hanya dapat dilakukan pada periode tertentu.

4. Keterbatasan personalia pengelolaan dana CSR pada perusahaan bersifat terbatas sesuai kebutuhan sehingga perluasan cakupan wilayah dan kegiatan sulit dilakukan.

(34)

29

masyarakat secara langsung menerima dana tunai untuk dikelola secara mandiri.

Pada sisi lain, program PNPM-P2SPP memiliki beberapa kelebihan yang sebenarnya potensial untuk dimanfaatkan dalam integrasi program CSR dalam proses pembangunan partisipatif, antara lain;

1. Program PNPM-P2SPP telah memiliki infrastruktur yang lengkap mulai dari tenaga pendamping masyarakat desa (TPMD), fasilitator kecamatan dan sestrawan sampai pada fasilitator kabupaten dan provinsi.

2. Program P2SPP pada dasarnya merupakan upaya pengintegrasian antara program pembangunan partisipatif yang bersifat partisipatif dengan program pembangunan reguler.

3. Unit wilayah perencanaan pembangunan partisipatif pada PNPM-P2SPP adalah Desa/Kelurahan dengan musyawarah pembangunan diawali dengan Musrenbangdes/kelurahan.

4. Pada proses pembangunan partisipatif masyarakat telah mampu menjaga kepercayaan dalam pengelolaan dana pembangunan sendiri (swakelola) melalui pronsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.

5. Kegiatan pembangunan partisipatif PNPM-P2SPP selama ini telah mampu menepis keraguan beberapa pihak tentang kemampuan masyarakat desa dan bahkan memberi indikasi tentang kapasitas desa/kelurahan menggali gagasan dan merencanakan pembangunan sesuai kebutuhan sendiri.

6. Proses pembangunan partisipatif program PNPM-P2SPP terbukti mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya lokal, program pembangunan sesuai kebutuhan dan berkelanjutan, serta meningkatkan efisiensi pembiayaan dan kualitas sarana dan prasarana.

4.3.2. Alternatif Model Pengintegrasian Program CSR

(35)

30

pembangunan partisipatif dalam PNPM-P2SPP maka terdapat pilihan model pengintegrasian program CSR, yaitu:

1. Introduksi Dana CSR dalam Mekanisme PNPM-P2SPP

Perusahaan menyerahkan pengelolaan dana CSR dengan alokasi jumlah tertentu untuk digabungkan dalam dana PNPM yang akan diperlombakan dalam Musrenbang Kecamatan. Penambahan dana CSR dalam alokasi dana pembangunan masing-masing kecamatan akan meningkatkan usulan desa/kelurahan yang akan terdanai dalam Musrenbang Kecamatan. Pilihan alternatif pertama ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

a. Pengelolaan dana CSR dapat sesuai dan selaras dengan kebutuhan masyarakat karena setiap usulan desa/kelurahan telah melalui proses verifikasi oleh fasilitator kecamatan.

b. Perusahaan dapat menghemat sumberdaya termasuk SDM dan dana untuk melakukan pembinaan dan seleksi perencanaan pembangunan, dan bahkan untuk melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan karena sudah terintegrasi dengan kegiatan PNPM-P2SPP.

c. Setiap sarana prasarana baik infrastruktur yang dibangun melalui pembangunan partisipatif selalu di dilengkapi dengan monumen yang mencantumkan sumber pendanaan. Jika monumen tersebut disepakati mencantumkan gabungan antara PNPM-P2SPP dan program CSR, maka bagi perusahaan ini menjadi salah satu media promosi gratis bagi peningkatan image perusahaan yang lebih luas.

Pada sisi lain, pilihan terhadap alternatif pengintegrasian ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

a. Perusahaan harus mengalokasikan dana CSR untuk masing-masing kecamatan jika wilayah operasionalnya lebih dari satu kecamatan. b. Peluang terjadinya pemanfaatan dana CSR pada wilayah yang tidak

(36)

31

c. Mengurangi interaksi antara perusahaan dengan masyarakat pada wilayah binaan program CSR.

Guna menutupi beberapa kelemahan tersebut, maka beberapa alternatif dapat dilakukan dalam pengintegrasian, antara lain;

a. Perusahaan mengajukan persyaratan untuk menetapkan proporsi usulan desa/kelurahan yang terdanai adalah wilayah desa/kelurahan binaan program CSR perusahaan.

b. Perusahaan terlibat secara aktif dalam berbagai proses perencanaan dan penganggaran pembangunan partisipatif mulai penggalian gagasan, musrenbang sampai pada monitoring dan evaluasi pembangunan.

2. Pendanaan Usulan Desa/Kelurahan Tidak Lolos Kompetisi

Seluruh usulan yang sudah dikompetisikan dalam Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang P2SPP Kabupaten/kota adalah usulan yang telah lolos verifikasi dari Tim Verifikasi Kecamatan sehingga dianggap sudah memiliki kelayakan secara teknis dan sosial. Layak secara teknis menunjukkan bahwa usulan tersebut telah memenuhi kaidah-kaidah teknis dalam perencanaan pembangunan terutama kesesuaian anggaran, sedangkan layak secara sosial menunjukkan bahwa usulan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan desa/kelurahan karena telah melalui proses MMDP (Menggali Masa Depan Desa) dan Musrenbang Desa/Kelurahan. Kompetisi pada tingkat Musrenbang Kecamatan tidak meloloskan semua usulan desa/kelurahan karena hanya menjaring beberapa usulan, meski pada tahap berikutnya dalam Musrenbang P2SPP dan Kabupaten/Kota masih terbuka peluang untuk didanai.

(37)

32

a. Prioritas pertama adalah usulan desa/kelurahan yang tidak terdanai dari PNPM tetapi termasuk dalam usulan yang dibawa untuk kompetisi pada Musrenbang P2SPP dan Musrenbang Kabupaten/Kota. Pada Musrenbang P2SPP terdapat 5 usulan desa/kelurahan untuk masing-masing kecamatan dan usulan desa/kelurahan binaan yang tidak lolos pendanaan pada proses musrenbang ini dapat dijadikan pilihan prioritas pendanaan.

b. Prioritas kedua dilakukan jika prioritas pertama tidak terpenuhi maka perusahaan dapat menjadikan peringkat usulan pada musrenbang kecamatan sebagai pedoman. Peringkat usulan desa/kelurahan binaan tertinggi menjadi usulan yang akan menjadi usulan yang akan didanai melalui program CSR. Jumlah usulan yang akan didanai disesuaikan dengan alokasi anggaran program CSR yang telah disediakan untuk sebuah kecamatan.

Perintegrasian alternatif kedua ini juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan sebagaimana alternatif plihan pertama. Keunggulan dari model pengintegrasian alternatif kedua bagi perusahaan antara lain:

a. Dana dan kegiatan program CSR dapat teralokasi langsung pada desa/kelurahan yang menjadi sasaran pembinaan perusahaan.

b. Proses pembinaan, pengawasan dan evaluasi pemanfaatan dana CSR dapat dilakukan secara lebih intensif oleh perusahaan.

Pada sisi lain, kelemahan yang potensial atau mungkin timbul dari alternatif kedua ini antara lain;

a. Pengintegrasian menjadi semu atau artificial karena tidak mengikuti semua tahapan proses perencanaan pembangunan partisipatif dan berbagai mekanisme seperti sanksi kolektif tidak dapat diterapkan jika terjadi penyimpangan.

(38)

33

akan menimbulkan kecemburuan pada desa/kelurahan lain yang bukan binaan program CSR.

c. Peluang tidak tersedianya usulan desa/kelurahan yang akan didanai program CSR jika seluruh usulan desa/kelurahan sudah terdanai melalui dana PNPM, P2SPP atau APBD Kabupaten/Kota.

3. Pengembangan Musrenbang CSR

Model alternatif ketiga ini merupakan kombinasi antara model 1 dan 2 dimana pasca Musrenbang Kecamatan dilanjutkan dengan Musrenbang CSR untuk usulan desa/kelurahan yang belum terdanai PNPM. Perusahaan dalam hal ini tetap berkontribusi dalam pembiayaan pembangunan partisipatif dalam jumlah tertentu tetapi guna antisipasi tidak satupun usulan desa/kelurahan sasaran program CSR terdanai PNPM dan P2SPP maka dikembangkan Musrenbang CSR dengan peserta terbatas pada desa/kelurahan seluruh kecamatan yang menjadi sasaran pembinaan program CSR. Artinya, model ketiga ini hanya dapat dilakukan pada perusahaan yang memiliki beberapa wilayah kecamatan sasaran program CSR, (idealnya 4 – 5 wilayah kecamatan agar efisien dan efektif) serta kontribusi CSR dalam pendanaan pembangunan cukup besar. Jika hanya terdapat 1 atau 2 kecamatan dan kontribusi pendanaan CSR rendah, maka dapat dilaksanakan dengan menggabungkan beberapa perusahaan yang ada pada kabupaten/kota.

(39)

34

Tahapan dalam mekanisme pengembangan Musrenbang CSR pada dasarnya sama dengan Musrenbang P2SPP tetapi dengan keterlibatan jumlah kecamatan dan desa relatif lebih sedikit yaitu yang termasuk dalam wilayah binaan program CSR suatu perusahaan. Secara ringkas tahapan dalam mekanisme model pengintegrasian program CSR secara ringkas disajikan pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 menunjukkan adanya kekhususan bagi desa/kelurahan yang menjadi wilayah binaan program CSR yaitu usulan yang tidak terdanai akan dilanjutkan untuk proses seleksi pada Musrenbang CSR sedangkan desa/kelurahan non-program CSR berlanjut pada Musrenbang P2SPP yang akan diwakili oleh kecamatan dengan membawa 5 usulan peringkat tertinggi hasil Musrenbang Kecamatan. Agar lebih akomodir keadilan bagi sesama wilayah, maka usulan desa/kelurahan yang masuk dalam Musrenbang CSR dan tidak terdanai maka tidak ada kesempatan untuk

Sumberdana PNPM Sumberdana CSR

Penintegrasian Sumberdana

Tidak Terdanai Tidak Terdanai

Musrenbang

(40)

35

dijadikan usulan desa/kelurahan untuk pendanaan APBD sebagaimana pada usulan yang tidak terdanai P2SPP.

Berdasarkan ketiga alternatif model pengintegrasian program CSR dalam perencanaan pembangunan partisipatif PNPM, maka model pengembangan Musrenbang CSR akan menjadi pilihan terbaik dengan melakukan persyaratan sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui manajemen PNPM dapat mengkoordinir program CSR untuk penggalangan dana CSR guna diintegrasikan dalam proses pembangunan partisipatif. b. Sebagai kompensasi bagi perusahaan yang berpartisipasi dalam integrasi

program CSR dalam pembangunan partisipatif, maka setiap monumen pelaksanaan program akan mencantumkan nama setiap perusahaan.

c. Dunia usaha atau perusahaan yang memiliki kewajiban CSR memiliki persepsi positif tentang manfaat dan pentingnya pengintegrasian program CSR dalam mendorong kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dengan mengurangi ego kepentingan wilayah operasional.

d. Pelaku PNMP yang telah memiliki infrastruktur SDM yang sangat memadai secara sukarela mendukung proses pengintegrasian.

4.3.3. Pengintegrasian Program CSR dalam Program SPP

Salah satu jenis program yang cukup sukses dalam PNPM-MP adalah Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang fokus dalam pemberdayaan usaha produktif kelompok perempuan dengan pengelolaan dana langsung di bawah UPK (Unit Pelaksana Teknis) Kecamatan. Penyaluran dana bantuan modal program Bina Mitra dalam kegiatan CSR perusahaan yang terintegrasi dalam program SPP akan memberikan manfaat berupa:

(41)

36

kelompok SPP sebagai koordinator pembinaan dan penyaluran dana bantuan modal usaha kelompok perempuan.

2. Sistem perguliran dana bantuan modal yang dilakukan kelompok SPP melalui koordinasi UPK akan memudahkan perusahaan dalam seleksi dan penentuan masyarakat penerima bantuan modal.

3. Sistem tanggung renteng yang telah terbukti efektif dalam menanggulangi keterlambatan angsuran oleh penerima bantuan modal usaha dalam suatu kelompok SPP.

4. Mekanisme sanksi kolektif yang terintegrasi dengan program PNPM dimana salah satu persyaratan bagi sebuah desa/kelurahan untuk mengajukan usulan dalam musrenbang kecamatan akan memperkuat jaminan pengembalian modal usaha oleh kelompok.

5. Penerapan tingkat pengembalian bunga modal antara kedua program yaitu program SPP dan bina mitra program CSR relatif hampir sama yaitu sekitar 6%.

6. Perusahaan akan terbantu dalam penyediaan tenaga atau SDM pengelola dana bina mitra CSR sehingga tidak perlu lagi menyediakan sendiri kecuali untuk koordinasi dengan UPK.

(42)

37

mitra program CSR, memudahkan proses seleksi dan koordinasi pembinaan rumah tangga peserta program bina mitra CSR, serta keberlanjutan pemanfaatan dana CSR.

(43)

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil dan pembahasan tentang pengintegrasian program CSR dalam perencanaan pembangunan partisipatif, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut;

1. Penitegrasian program CSR dalam sistem perencanaan pembangunan partisipatif potensial dilakukan melalui proses pengintegrasian pembiayaan dengan beberapa pilihan model pengintegrasian.

2. Model pengintegrasian secara total berpeluang timbulnya resiko adanya usulan desa/kelurahan yang tidak akan terdanai melalui integrasi pembiayaan PNPM, P2SPP dan CSR.

3. Model pengintegrasian yang hanya memanfaatkan usulan desa/kelurahan yang tidak terdanai dalam PNPM dan P2SPP akan menjadikan integrasi semu dan tidak akan efektif memanfaatkan infrastruktur PNPM-P2SPP secara optimal.

4. Kombinasi dan modifikasi model dapat dilakukan dengan pengembangan Musrenbang CSR setelah pelaksanaan Musrenbang Kecamatan guna menjamin akomodir terhadap usulan desa/kelurahan sasaran program CSR. 5. Pengembangan Musrenbang CSR akan efektif jika pemerintah daerah

mampu mengkoordinir dan menggalang pendanaan program CSR dari perusahaan yang operasional pada wilayah mereka.

(44)

39

7. Pengintegrasian potensial lainnya adalah dengan pengintegrasian dana bantuan modal program bina mitra CSR dengan program SPP yang dikelola langsung oleh UPK dengan nama SPP CSR.

5.2. Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan simpulan dari hasil dan pembahasan, maka dapat disampaikan rekomendasi kebijakan sebagai berikut:

1. Pemerintah Daerah dengan Perusahaan mulai membuka dialog secara efektif guna mengembangkan model pengintegrasian program CSR dan PNPM P2SPP dengan melibatkan partisipasi pelaku dan pengelola PNPM dan pihak lain yang terkait seperti akademisi, LSM dan tokoh masyarakat. 2. Perlu adanya kesepakatan model kelembagaan pengelolaan integrasi

program CSR dan PNPM-P2SPP yang mengatur siapa yang menjadi pemain dan aturan main dalam kelembagaan (rule of the game).

(45)

40

DAFTAR PUSTAKA

108CSR.com, 2012. Perusahaan di Jambi Berpotensi Dana CSR Rp 428 Miliar, Browsing: http://www.108csr.com/default/your-csr/2012/1391, tanggal 28 September 2012.

Achda, 2006, Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Implementasinya di Indonesia. Makalah pada Seminar Nasional : A Promise of Gold Rating : Sustainable CSR, di Jakarta

Alizar, AM., Hayatuddi,, dan Zainal, I. Rabin, 2006, Handbook : Corporate Social Responsibility, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Unsri Palembang

Budimanta, A., Prasetijo, A., Rudito,B, 2004, Corporate Social Responsibility Jawaban Bagi Model Pembangunan Indonesia Masa Kini, ICSD Jakarta.

Jurnal Manajemen, 2009. Corporate Social Responsibility (CSR): Definisi, Pilar Aktivitas, Bentuk dan Keuntungan Program Corporate Social Responsibility, Jurnal dan Bahan Kuliah Manajemen, Browsing: http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/csr.html, tanggal 3Mei 2013. Kumorotomo, W. 2007. Pembangunan Partisipatif Dalam Penanggulangan

Kemiskinan. Bahan Diskusi dalam Orientasi Integrasi Sistem Partisipatif dalam Sistem Pembangunan Daerah Wonosobo, 3 April 2007. Fisipol UGM Jogjakarta

Kotler dan Nancy, 2005, Corporate Social responsibility: Doing The most Good for Your Company

Novra, A dan Iskandar, 2013. Lihat Kami Membangun Desa: Best Practice Program PNPM-P2SPP Kabupaten Batanghari, Kerjasama Pemerintah Kabupaten Batanghari dan PNPM Batanghari.

Susanti, L., 2009. Pengembangan Kelembagaan Multistakeholder untuk Program Corporate Social Responsibility pada Chevron Geothermal Salak Ltd. (Studi Kasus Program Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat), Makalah Kolokium Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB Bogor.

Wibisono, Y., 2007, Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social Resposibility), Fascho Publishing Gresik

Zainal I. R., 2006, Best Practise: Corporate Social Responsibility, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Unsri Palembang

(46)
(47)

42

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti KETUA PENELITI

I. IDENTITAS DIRI

1.1 Nama Lengkap Dr. Ir. Ardi Novra, MP

1.2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala

1.3 NIP 196811261994121001

1.4 Tempat/Tanggal Lahir Payakumbuh/26 November 1968

1.5 Alamat Rumah Barcelona Regency F-16 Mayang – Jambi

1.6 Nomor Telepon/Faks -

1.7 Nomor HP 085277385454

1.8 Alamat Kantor Fakultas Peternakan Kampus UNJA Pinang Masak KM-14

Mendalo Darat – Jambi

1.9 Nomor Telepon/Faks 0741-582907

1.10 Alamat e-mail ardnov@yahoo.com

1.11 Lulusan sudah dihasilkan S-1 = 77 orang S-2 = 11 orang 1.12 Matakuliah yang diampu 1. Ekonomi Makro (S-1)

2. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (S-1) 3. Ekonomi Perusahaan Peternakan (S-1)

4. Analisis Pembiayaan Usaha Peternakan (S-1) 5. Pemasaran Produk Peternakan (S-1)

6. Metode Penelitian Sosial (S-1) 7. Ekonomi Mikro (S-2)

8. Ekonometrika (S-2)

9. Analisis Proyek Pertanian (S-2) 10. Analisis Usaha Peternakan (S-2)

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

2.1 Program S-1 S-2 S-3

2.2 Nama PT Universitas Jambi Univ. Padjadjaran IPB Bogor

2.3 Bidang Ilmu Produksi Ternak Ekonomi Pertanian Ekonomi Pertanian

2.4 Tahun Masuk 1987 1996 2002 Pepaya (Carica papaya)

(48)

43 III. PENGALAMAN PENELITIAN

No Tahun Judul Penelitian Pendanan

Sumber Jml (juta Rp)

1 2013

Aplikasi Biokompos In-Situ dalam Pemulihan Lahan Untuk Budidaya Kedelai di Bawah Tegakan Replanting Tanaman Karet

Desain Kebijakan dan Model Kelembagaan Partisipatif Program Penanganan Pengurasan Ternak Sapi Betina Produktif

Hibah Stranas

DP2M Dikti 145

3 2012

Redesain Sistem Distribusi Ternak Bibit Dalam Rangka Penguatan Kapasitas Kelembagaan Untuk Penanganan Dini Pengurasan Sapi Betina Produktif

Hibah Bersaing

4 2012 Akselerasi Pembangunan Kawasan Jambi Seberang Kota

(Sekoja) Kota Jambi

6 2011 Stock Taking Study–PNPM Support Facilities (STS-PSF) STS-PSF World

Band tt

7 2011

Strategi Pemasaran dan Promosi Ekowisata Provinsi Jambi: Desain Tour de JNP suatu Event Tahunan Skala Internasional Wisata Olah Raga Tantangan Perairan antara Dua Taman Nasional

Dampak Rencana Pembangunan Kawasan Pelabuhan Ujung Jabung Pesisir Timur Jambi terhadap Taman

Study Kelayakan Pengembangan Kelompok Mitra Pengelola Buffer Stock Ternak Sapi Pemerintah dalam Rangka Stabilisasi Harga Daging

Bappeda

Provinsi Jambi 92

10 2010 Social Economic and Environmental Feasibility of the

Masang2 Hydro Power Project JICA dan NBC tt

11 2009 Model Alternatif Kelembagaan Partisipatif Program

Penanganan Pengurasan Ternak Sapi Betina Produktif

APBD Provinsi Jambi Balitbangda

45

12 2009 Evaluasi Program Aksi Perbibitan Provinsi Jambi

DAK-APBN Disnakeswan Provinsi Jambi

123

13 2009 Study Kelayakan Pembangunan Balai Pembibitan Ternak

(BPT) Sapi Potong Kabupaten Tanjung Jabung Timur

APBD Kab. Tanjabtim BAPPEDA

92

14 2009 Kelayakan Refungsional Lahan Ex-RDC Margoyoso,

Provinsi Jambi

APBD Provinsi

Jambi 76

15 2009

Solusi Alternatif Penanganan Dampak Krisis Global Terhadap Keragaan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perkebunan

SINTA (Hibah Kompetitif STRANAS

80

16 2009 Kajian Potensi dan Strategi Pemanfaatan Sumberdaya

Genetik Spesifik Jambi

APBD Provinsi Jambi Balitbangda

95

(49)

44 IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

No Tahun Judul Pengabdian Pada Masyarakat Pendanan

Sumber Jml (juta Rp)

1 2013

IPTEKDA LIPI: Pengembangan Usaha Kelompok Peternak Pelaku Integrasi Sawit-Sapi Berbasis Limbah di Kecamatan Mestong

LIPI 100

2 2012

IPTEKDA LIPI: Akselerasi Pengembangan Ayam Arab Kelompok Tani Ternakk Nusasari Desa Nagasari Kecamatan Mestong

LIPI 80

3 2009-11 Sinergi Pemberdayaan Masyarakat (SIBERMAS)

Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi SIBERMAS 196

4 2010-12 Ipteks bagi Wilayah (IbW) Kecamatan Jambi Selatan

Kota Jambi IbW 100

5 2010 Pengembangan Usaha Kelompok Budidaya Ayam

Arab Desa Nagasari PT. Transgasindo 78,2

6 2010 Fasilitasi Program Kemitraan Ayam Broiler Kelompok

Pemuda Kelurahan Pijoan PT. Transgasindo 87,4

7 2010 Program Aplikasi Hasil Penelitian Mahasiswa

(PA-HPM) PT. Transgasindo 50,0

8 2011

Pelatihan dan Pembinaan Aplikasi Teknologi

Pengolahan Limbah Peternakan Sapi di Kecamatan Rantau Rasau

Proyek P2KPDT

Tanjabtim 146

9 2009 Survey Pemetaan Sosial (Social Mapping) Desa Jalur

Pipa Transportasi Gas PT. Transgasindo RO I PT. Transgasindo 75,0

10 2009 Pelatihan Wirausaha Agribisnis Peternakan Sapi

Potong Mitra Binaan Petrochina Ltd

BP-Migas

Petrochina tt

Keterangan: tt = tidak diketahui karena sebagai narasumber utama

V. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (ORAL PRESENTATION)

No Nama Pertemuan/Seminar Judul Artikel Ilmiah Tempat/Waktu

1

International Conference:

Oil Palm – Livestock Integration towards a Sustainable and Future Oil Palm

Peranan BUMN Perkebunan dalam

Mendukung Program Swasembada

Daging Sapi

Strategi Pengembangan Usaha ISS (Integrasi Sapi Sawit) oleh BUMN Perkebunan

Medan, 26 September

2013

3 Seminar Hasil-hasil penelitian Fakultas Peternakan Universitas Jambi

Evaluasi Sistem Distribusi dan Tingkat Suku Bunga Beban yang Ditanggung Peternak Sapi Bibit Gaduhan

Jambi, 25 Maret 2013

4

Semirata Bidang Ilmu-ilmu Pertanian

BKS-PTN Barat 2013 “Integrated Farming

Menuju Ketahanan Pangan dan Energi dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan

Respon Rumah Tangga Terhadap

Model Kelembagaan Partisipatif

Program Penanganan Pengurasan Sapi Betina Produktif

Pontianak, 19 - 20 Maret

2013

5 Semiloka DPRD Kabupaten Batanghari

Tahun 2013

PNPM-MP (Mandiri Perdesaa) dalam Perspektif Akademisi Teknologi Pengolahan Limbah Ternak

(50)

45

No Nama Pertemuan/Seminar Judul Artikel Ilmiah Tempat/Waktu

7 Bimbingan Teknis Kelembagaan Pasar

Ternak

Kenapa Kita Perlu PASAR Ternak: Bangkit Pasar Ternak “Tugas Bersama”

Geragai 12 Des. 2012

8

Seminar Hasil Kajian Bidang Pengem-bangan dan Penerapan IPTEK

BALITBANGDA Provinsi Jambi,

Kajian Efektivitas Teknologi IPAL Industri CPO Provinsi Jambi

Balitbangda Provinsi Jambi

30 Nov 2010

9 Seminar: Revitaslisasi Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Unja

Narasumber: Rencana Strategis Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-LP Unja

Grand Hotel 18 Nov 2010

10 Pelatihan Dasar-dasar AMDAL pada

PPLH Lembaga Penelitian UNJA

Kualitas Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya

LP-Unja 9 Nov 2010

11

Seminar Hari Teknologi Nasional Ke-15 Tahun 2010: Revitalisasi Sistem Inovasi Nasional

Revitalisasi Sistem Inovasi Nasional:

Revitalisasi dan Penataan

Sistem Inovasi Daerah (SINDA)

Jambi 9 Agustus 2010

12 Pendidikan dan Pelatihan Aparat Desa Provinsi Jambi

Perencanaan dan Pembangunan Desa Partisipatif Berbasis Kebutuhan

Jambi 7 Juni 2011

13 The Third Internasional Conference on Quantitative Methods used in Economic and Business (3rd ICQMEB) 2010

The Impact of Public Investment at The Human Resources on The Economic, Social and Environmental Aspects: A Case Study at KSNP

Bagaimana Menulis Proposal yang Baik: Tidak Ada Suatu „CORRECT‟

Lokakarya Pekan Investasi dan

Penanaman Modal Daerah Kabupaten Muaro Jambi

VI. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL

No Tahun Judul Volume/ Nomor Nama Jurnal

1 2014

Respon Rumah Tangga Terhadap Model Kelembagaan Partisipatif Program Penanganan Pengurasan Sapi Betina Produktif

Pertanian Terhadap Penggunaan Lahan

Kawasan Penyangga dan Degradasi Taman Nasional Kerinci Seblat

Eavaluasi Sistem Distribusi dan Tingkat Suku Bunga Beban yang Ditanggung Penerima Ternak Sapi Bibit Gaduhan Olahraga Tantangan Perairan Antar Dua Taman Nasional: (Inovasi Strategi Promosi Ekowisata Provinsi Jambi)

Getting Benefit from Environmentally Issues: Repositioning Roles of the Small Cattle Farming in the Rural Households Development

Edisi Khusus 2009

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan ISSN: 1410-7791

6 2009 Karakteristik Rumah Tangga Desa Penyangga

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

(51)

46

No Tahun Judul Volume/ Nomor Nama Jurnal

7 2009

Solusi ALternatif Kelembagaan Partisipatif Program Pengurasan Ternak Sapi Betina Produktif

Volume XXI Edisi Agustus 2009 Hal

1-10

Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan ISSN: 1410-7791

Gambar

Gambar 3.1. Tahapan Penarikan Sampel
Gambar 3.2.
Gambar 4.1. Tahapan Perencanaan Pembangunan  Daerah
Gambar 4.2. Proses dan Tahapan P2SPP
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini membahas tentang falsafah keperawatan, paradigma keperawatan dan konseptual model dan teori keperawatan, serta prinsip-prinsip pendekatan holistik dalam

Analisis deskriptif variable lingkungan kerja berdasarkan pada delapan pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa berpengaruhnya variabel lingkungan kerja, Dari

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan siswa SMP AR-Rahman Medan termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 60 orang (85,7%) tetapi

Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Leverage terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris pada Perusahaaan Jasa Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa

(Orang Dengan HIV dan AIDS). Komunikasi yang dilakukan kepada ODHA ini melalui leading sector yakni KPA, Dinas Kesehatan, dan LSM-LSM yang peduli terhadap HIV

Pada perlakuan tanpa diberi fosfat alam, pemberian pupuk kandang dan bakteri pelarut fosfat+pupuk kandang rata-rata meningkatkan serapan P 286.8% dibandingkan tanpa

Dengan mengamati gambar beberapa pilihan contoh perilaku di rumah yang sesuai dengan sila kedua, siswa dapat menunjukkan contoh perilaku di rumah yang sesuai dengan sila kedua

Media pembelajaran Koflusa didasarkan pada pengembangan media pembelajaran Science in Box Fluida Statis (SBFS) oleh Abdurrahman (2016). Media pembelajaran Koflusa dapat