• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI Klasif id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI Klasif id"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

AGROKLIMATOLOGI

ACARA VI

KLASIFIKASI IKLIM UNTUK BIDANG PERTANIAN

Oleh :

Ikhwani Nindya Puspita (A1D017182) Rombongan 07

Kelompok 03 PJ Asisten. Clara L

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

I. PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca tahunan yang meliputi wilayah relatif luas. Adanya iklim dapat diketahui melalui perhitungan, pengamatan, dan pencacatan yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi.

Kondisi cuaca ataupun iklim ini dicirikan oleh unsur-unsur atau komponen atau parameter cuaca atau iklim antara lain suhu, angin, kelembaban, penguapan, curah hujan serta lama dan intensitas penyinaran matahari. Kondisi dari unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tinggi tempat, lintang tempat dan posisi matahari.

Berdasarkan hal tersebut, iklim memiliki kondisi yang berbeda-beda pada suatu daerah dengan daerah yang lain. Sehingga diperlukan klasifikasi terhadap iklim sebagai pembeda dan ciri khas dari suatu daerah. Terdapat berbagai klasifikasi iklim yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti Koppen, Thornthwaite, Mohr, Junghun, Schmidt-Ferguson, dan Oldeman. Mereka menggunakan metode-metode yang berbeda-beda di setiap pengamatannya. Namun, adapula yang melakukan penelitian lebih lanjut terhadap teori yang telah ada sehingga metodenya mirip dengan penambahan atau beberapa perubahan.

(3)

curah hujan 10 tahun terakhir atau hasil rata-rata yang akan ditentukan bobot basah dan bobot keringnya. Hasil yang diperoleh akan menentukan tipe iklim masing-masing pada data yang telah tersedia. Dengan begitu, dapat diketahui habitat suatu tanaman dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Sehingga, kegiatan praktikum ini penting untuk dilakukan.

B Tujuan

1. Menetapkan kelas iklim suatu daerah berdasarkan data curah hujan suatu stasiun cuaca menurut Schmidth- Ferguson, dan menurut Oldeman.

2. Menetapakan keadaan iklim berdasarkan kelas iklim menurut Schmidt-Ferguson, dan menurut Oldeman.

II. TINJAUAN PUSAKA

(4)

adanya bulan basah yang berturut-turut juga. Kedua bulan ini dihubungkan dengan kebutuhan tanaman padi di sawah serta palawija terhadap air. Menurut Irianto, dkk (2000) penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr.

Iklim adalah perpaduan dari semua unsur dalam satu gabungan yang berasal dari proses iklim terkait. Factor yang menentukan kondisi atmosfer dapat dipakai dalam klasifikasi iklim. Akan tetapi, kriteria yang dipakai untuk membedakan jenis iklim sebaiknya mencerminkan iklim itu sendiri (Tjasyono, 2004).

Meskipun semua unsur iklim penting, hubungan yang menyatakan kecukupan panas dan air banyak mempengaruhi klasifikasi iklim. Thornthwaite (1933) menyatakan bahwa klasifikasi iklim adalah menetapkan pemerian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif, terutama air dan panas. Unsur lain seperti angina, sinar matahari atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan tertentu (Tjasyono, 2004).

(5)

Cara schmidth-ferguson mengkelaskan iklim berdasarkan data curah hujan bulanan minimum 10tahun dan pertumbuhan tanaman hutan(perkebunan), sedangkan cara oldeman juga berdasarkan curah hujan bulanan minimum 10tahun dan pertumbuhan tanaman pangan padi dan palawija (Dorenbos,1977).

Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama, mengungkapkan bahwa dengan adanya hubunga sistematik antara unsur iklim dengan pola tanam dunia telah melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim, dimana dengan adanya korelasi antara tanaman dengan unsur suhu atau presipitasi menyebabkan indeks suhu atau presipitasi dipakai sebagai kriteria dalam pengklasifikasian iklim (Djaenudin, dkk. 2002).

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman yang jelas merupakan dasar dalam melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering dipakai adalah suhu dan curah hujan (presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek dalam bidang-bidang tersebut (Lakitan, 2002).

(6)

Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Dimana bulan kering adalah bulan dengan curah hujan < 60mm, bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan antara 60mm-100mm, dan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan > 100m ( Guslim,2009 ).

ada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen ataupun Schmidt-Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm. Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlangsung secara berturut-turut ( Oldeman et al., 1980 ).

III. METODE PRAKTIKUM

A Bahan dan Alat

(7)

Alat yang digunakan adalah mesin hitung (kalkulator). B Prosedur Kerja

1. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson

a. Data curah hujan bulanan menurut bulan Januari-Desember dan tahun ke 1-10 disusun.

b. Bulan basah (BB), bulan kering (BK), dan bulan lembab (BL) setiap tahun ditentukan.

c. Kriteria bulan basah, kerng, dan lembab masing-masing > 100 mm, antara 60-100 mm, dan < 60 mm. Kemudian jumlah bulan basah, bulan kering, dan bulan lembab ditentukan.

d. Jumlah bulan basah, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan lembab dijumlahkan.

e. Jumlah bulan basah, jumlah bulan kering, dan jumlah bulan lembab di rata-ratakan.

f. Nilai nisbah rata-rata jumlah bulan kering/rata-rata jumlah bulan basah ditentukan.

g. Kelas iklim ditentukan.

2. Klasifikasi iklim menurut Oldeman

a. Data curah hujan bulanan menurut bulan Januari-Desamber dan tahun 1-10 disiapkan.

(8)

c. Bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) ditentukan.

3. Bila curh hujan bulanan > 200 mm sebagai bukan basah dan bila curah hujan bulanan < 100 mm sebagai bulan kering.

4. Periode bulan basah dan periode bulan kering ditentukan secara berurutan.

5. Jumlah periode bulan basah dan bulan kering berurutan untuk menentukan tipe iklim utama (A atay B atau C atau D atau E), dan periode bulan kering berurutan untuk menentukan sub-divisi iklim (1 atau 2 atau 3 atau 4).

6. Tipe utama iklim dan sub-divisi iklim ditentukan menggunakan tabel yang telah tersedia.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

(9)

B. Pembahasan

Awalnya, iklim diperkenalkan oleh masyarakat Yunani kuno. Kehidupan mereka bergantung pada alam, sehingga dipengaruhi oleh berbagai fenomena cuaca dan iklim yang tidak dapat dijelaskan secara logika. Adanya kepercayaan-kepercayaan pada saat itu membantu pengetahuan mereka mengenai gejala-gejala atmosfer. Hal tersebut dapat terlihat oleh nama-nama dewa yang disematkan mereka. Kemudian, masyarakat Yunani kuno terutama filusuf-filusufnya memberikan perhatian yang besar terhadap klimatologi dan meteorologi. Seiring berjalannya waktu, pengetahuan cuaca dan iklim mulai berkembang. Masyarakat mulai menyadari terjadinya kondisi iklim yang berubah-berubah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berbagai tokohpun melakukan penelitian lebih lanjut sehingga ditemukan klasifikasi iklim yang bermacam-macam menurut para ahli yang dilandasi oleh kriteria tertentu, salah satunya yaitu Koppen, Thornthwaite, Mohr, Junghun, Schmidt-ferguson, dan Oldeman.

1. Kopper.

(10)

iklim dalam lima daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf, yaitu iklim A, B, C, D, dan E.

2. Thornthwaite

Sistem Thornthwaite termasuk sistem yang sering digunakan di seluruh dunia. Sistem ini diperkenalkan padatahun 1933. Sama halnya dengan klasifikasi iklim Koppen, sistem ini berdasarkan pada vegetasi, evaporasi, surah hujan, dan suhu. Menurut Thornthwaite, iklim di dunia dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu tropika, mesotermal, mikrotermal, taiga, tundra, dan frost (dingin).

3. Mohr

Mohr mengajukan klasifikasi iklim di Indonesia yang didasarkan curah hujan pada tahun 1933. Klasifikasi iklim ini didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam waktu yang lama. Biasanya, curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun.

4. Junghuhn

(11)

kopi, dan kina. Junghuhn membuat klasifikasi iklim berdasarkan ketinggian tempat dan jenis tumbuhan yang tumbuh.

5. Schmidt-Ferguson

Klasifikasi iklim Schmidt Ferguson dikembangkan pada tahun 1950. Schmidt adalah guru besar dan pejabat Direktur Lembaga Meteorologi dan Geofisika di Jakarta, sedangkan Ferguson adalah seorang guru besar pengelolaan hutan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia pada waktu itu. Mereka berdua membuat klasifikasi iklim ini dengan alasan sistem klasifikasi yang telah dikenal seperti Koppen, Thornwaite. Sistem Thornwaite kurang sesuai dengan keadaan di Indonesia khususnya mengenai teknik menilai curah hujan. Penelitian mereka bertujuan untuk keperluan dalam bidang pertanian dan perkebunan. Cara perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Mereka menentukan bulan basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr, namun terdapat tambahan yaitu pada penentuan tipe iklim dengan menggunakan nilai Q, yaitu persentase perbandingan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan kering.

6. Oldeman

(12)

Bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut dihubungkan dengan pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Oleh karenanya penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat (agro-climatic classification).

Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca tahunan yang meliputi wilayah relatif luas. Iklim pada suatu daerah berbeda-beda sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya, sehingga diperlukan klasifikasi iklim untuk mengetahui keadaan suatu daerah tersebut. Menurut Thornthwaite (1933) dalam Tjasyono (2004) menyatakan bahwa tujuan klasifikasi iklim adalah menetapkan pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari, atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan unsur aktif untuk tujuan khusus.

(13)

bulanan tahunan. Rata-rata kelembaban udaranya, dan musim-musim apakah yg dimiliki dan terjadi di suatu tempat.

Terdapat beberapa metode untuk mengklasifikasikan iklim, antara lain :

1. Metode Matahari

Dasar perhitungan untuk mengadakan pembagian daerah iklim matahari ialah banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Menurut teori, makin jauh dari khatulistiwa makin besar sudut datang sinar matahari, sehingga makin sedikit jumlah sinar matahari yang di terima oleh permukaan bumi.vPembagian daerah iklim matahari didasarkan pada letak lintang adalah sebagai berikut :

a. Daerah iklim tropis : 0° LU – 23,5° LU dan 0° LS – 23,5° LS

b. Daerah iklim sedang : 23,5° LU – 66,5° LU dan 23,5° LS – 90° LS

c. Daerah iklim dingin : 66,5° LU – 90° LU dan 66,5° LS – 90° LS

Pembagian daerah iklim menurut iklim matahari didasarkan suatu teori, bahwa temperatur udara makin rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa. Maka dari itu, ada ahli yang menyebut iklim matahari sebagai iklim teoritis. Menurut kenyataanya, temperatur beberapa tempat menyimpang dari teori tersebut.

(14)

Klasifikasi ini adalah salah satu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan secara luas. Pembagian klasifikasi ini disusun berdasarkan temperatur, curah hujan, vegetasi, dan jenis tanah (soil distribution). Sistem klasifikasi iklim Koppen disusun dengan memakai kode huruf -huruf besar dan kecil. Untuk menentukan pembagian atas golongan dengan satu huruf, lalu sub-golongan dengan dua huruf. Seterusnya di buat sub-divisi untuk mengadakan perbedaan atau variasi berdasarakan temperatur unsur cuaca lainnya dengan simbol (kode) tiga huruf. Ada lima golongan iklim yang pokok, yaitu sebagai berikut:

a. KELOMPOK A: Iklim tropis/megatermal

Iklim tropis berkarakter temperatur tinggi (pada permukaan laut atau ketinggian rendah) — dua belas bulan memiliki temperatur rata-rata 18 °C (64.4 °F) atau lebih tinggi. Terbagi menjadi:

1) Iklim hutan hujan tropis (Af)

2) Iklim monsum tropis (Am)

3) Iklim basah dan kering atau sabana tropis (Aw)

Cirinya adalah sebagai berikut:

1) Suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C 2) Suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C

3) Curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun 4) Tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.

(15)

Sepanjang tahun, rata-rata penguapan lebih besar dari curah hujan. Tidak terdapat surplus air. Dalam zona iklim ini tidak terdapat sumber sungai yang permanen.

Dengan ciri sebagai berikut:

1) Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa)

2) Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar.

c. KELOMPOK C: Iklim sedang/mesotermal

Bulan terdingin mempunyai temperatur rata-rata di bawah 180C,

tetapi di atas-30C. Paling sedikit satu bulan mempunyai temperatur

rata-rata di atas 100C. Pada iklim terdapat musim panas dan musim dingin

1) Iklim Mediterania (Csa, Csb)

2) Iklim subtropis (Cfa, Cwa)

3) Iklim sedang maritim atau iklim laut (Cfb, Cwb)

4) Iklim subarktik maritim atau iklim laut subkutub (Cfc)

d. Kelompok D: Iklim benua/mikrotermal

Bulan terdingin memiliki temperatur rata-rata di bawah -3C. Temperatur rata-rata bulan terpanas di atas 100 yang berbatasan kira-kira

(16)

1) Iklim benua musim panas (Dfa, Dwa, Dsa)

2) iklim benua musim panas hangat atau hemiboreal (Dfb, Dwb, Dsb)

3) Iklim subarktik kontinental atau boreal (taiga) (Dfc, Dwc, Dsc)

4) iklim subarktik kontinental dengan musim dingin ekstrem (Dfd, Dwd)

e. KELOMPOK E: Iklim Kutub

Temperatur rata-rata bulan terpanas di bawah 100C dan tidak terdapat

musim panas.

1) Iklim tundra (ET)

2) Iklim kutub es (EF)

3. Metode Mohr

Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan. Dasar penggolongan iklim menurut Mohr adalah adanya bulan basah dan bulan kering. Berdasarkan penelitian tanah, Mohr membagi tiga derajat kelembapan yaitu :

a. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100 mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan melampaui penguapan.

(17)

c. Di antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab. Bulan lembab tak masuk dalam hitungan. Curah hujan dan penguapan relatif seimbang.

4. Metode Junghuhn

Pembagian iklim pada metode Junghuhn didasarkan pada ketinggian tempat yang ditandai dengan jenisvegetasi, zone iklimnya adalah terbagi lima zone:

a. BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; CH > E

b. BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; CH < E

c. BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.

Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut :

a. Daerah Panas/Tropis

Tinggi tempat : 0–600 m di atas permukaan laut.

Suhu : 22° C–26,3° C.

Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.

b. Daerah Sedang

(18)

Suhu : 17,1° C–22° C

Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.

c. Daerah Sejuk

Tinggi tempat : 1500–2500 m di atas permukaan laut.

Suhu : 11,1° C–17,1° C

Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

d. Daerah Dingin

Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.

Suhu : 6,2° C–11,1° C

Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.

5. Schmidt-Ferguson

(19)

Kriteria yang digunakan untuk menentukan bulan basah, bulan lembab dan kering adalah sebagai berikut :

a. Bulan Basah (BB) : jumlah curah hujan lebih dari 100 mm/bulan.

b. Bulan Lembab (BL) : jumlah curah hujan antara 60-100 mm/bulan.

c. Bulan Kering (BK) : jumlah curah hujan kurang dari 60 mm/bulan.

Schmidt dan Ferguson menentukan BB, BL dan BK tahun demi tahun selama pengamatan, yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. Penentuan tipe iklimnya mempergunakan tipe iklimnya dengan mempergunakan nilai Q yaitu:

Q : Banyak Bulan Kering (Md) x 100% Banyak Bulan Basah (Mw)

Keterangan :

Q = perbandingan bulan kering dan bulan basah (%)

Md = mean (rata-rata) bulan kering, yaitu perbandingan antara jumlah bulan kering dibagi dengan jumlah tahun pengamatan

Mw = mean (rata-rata) bulan basah, yaitu perbandingan antara jumlah bulan basah dibagi dengan jumlah tahun pengamatan.

Ketentuan dari sistem klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson adalah sebagai berikut.

(20)

c. Tipe Iklim C (agak basah), jika nilai Q antara 33,3%–60%. d. Tipe Iklim D (sedang), jika nilai Q antara 60%–100%. e. Tipe Iklim E (agak kering), jika nilai Q antara 100%–167%. f. Tipe Iklim F (kering), jika nilai Q antara 167%–300%.

g. Tipe Iklim G (sangat kering), jika nilai Q antara 300%–700%. h. Tipe Iklim H (kering sangat ekstrim), jika nilai Q lebih dari 700%.

6. Oldeman

Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung secara berturut-turut.

Berikut ini adalah tipe-tipe iklim menurut Oldeman.

a. Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

b. Iklim B : Jika terdapat 7–9 bulan basah berurutan.

c. Iklim C : Jika terdapat 5–6 bulan basah berurutan.

d. Iklim D : Jika terdapat 3–4 bulan basah berurutan.

e. Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.

(21)

a. Bulan basah jika curah hujan lebih dari 200 mm.

b. Bulan lembap jika curah hujannya berkisar antara 100 - 200 mm.

c. Bulan kering jika curah hujannya kurang dari 100 mm.

Metode klasifikasi iklim yang lazim digunakan di Indonesia yaitu metode Scmidt-Ferguson dan Oldeman. Schmidth dan Ferguson (1951) menentukan jenis iklim di Indonesia berdasarkan perhitungan jumlah bulan kerin dan bulan basah. Mereka memperoleh delapan jenis iklim dari iklim basah sampai kering. Kemudian Oldeman (1975) juga memakai unsur iklim curah hujan sebagai dasar klasifikasi iklim di Indonesia. Metode Oldeman lebih menekankan pada bidang pertanian, karenanya sering disebut klasifikasi iklim pertanian (Tjasyono, 2004).

(22)

tumbuh-tumbuhan) akan pula mengalami keadaan iklim mikro di sekitarnya. Antara makhluk hidup dan udara di sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi atau interaksi satu sama lain (Shelton, 2009).

Iklim mikro adalah kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas sampai batas kurang lebih setinggi dua meter dari permukaan tanah. Iklim mikro merupakan iklim dalam ruang kecil yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti hutan, rawa, danau, dan aktivitas manusia. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang berlangsung pada tubuh makhluk hidup, sebaliknya keberadaan makhluk tersebut (terutama tumbuhan) akan pula mempengaruhi keadaan iklim mikro di sekitarnya. Pengaruh lingkungan terhadap iklim mikro misalnya terhadap suhu udara, suhu tanah, kecepatan arah angin, intensitas penyinaran yang diterima oleh suatu permukaan, dan kelembaban udara (Holton, 2004).

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama yakni

sama-sama menggambarkan kondisi udara (atmosfer bumi), namun keduanya juga

memiliki perbedaan, terutama dari aspek fokus kajian, luasan wilayah, dan kurun

waktu pengkajian. Cuaca (atau ilmu yang mempelajari cuaca yaitu meteorologi)

merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertianakan

kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu tertentu. Secara

sederhana, cuaca dapat dimaknai sebagai apa yang terjadi saat ini dan dapat

berubah-ubah darinwaktu ke waktu. Sedangkan iklim (atau ilmu yang

mempelajari iklim yaitu klimatologi) merupakan kondisi lanjutan dan merupakan

(23)

rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu yang relatif lama (Kaho,

2014). Menurut Winarso (2003) berdasarkan kajian dan pantauan dibidang iklim

siklus cuaca dan iklim terpanjang adalah 30 tahun dan terpendek adalah 10 tahun dimana kondisi ini dapat menunjukkan kondisi baku yang umumnya akan berguna untuk menentukan kondisi iklim per dekade. Penyimpangan iklim mungkin akan, sedang atau telah terjadi bila dilihat lebih jauh dari kondisi cuaca dan iklim yang terjadi saat ini.

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir sama tetapi berbeda pengertian, khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu (Winarso, 2003). Menurut Rafi’i (1995) Ilmu cuaca atau meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan ruang terbatas, sedangkan ilmu iklim atau klimatologi adalah ilmu pengetahuan yang juga mengkaji tentang gejala-gejala cuaca tetapi sifat-sifat dan gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah yang luas di atmosfer permukaan bumi.

Berikut ini adalah faktor faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca, antara lain :

(24)

Matahari sendiri adalah sumber cahaya utama yang menerangi bumi kita dan juga tata surya kita. Sinar matahari ini memberikan berbedaan siang dan malam. Daerah yang terkena sinar matahari daerahnya akan terang dan sebaliknya daerah yang tidak dapat matahari akan jadi gelap atau malam. Faktor ini membuat adanya perbedaan cuaca dan iklim. Contohnya saja dari yang kita ketahui, bumi yang di lalui garis katulistiwa dengan daerah yang tidak, memiliki cuaca dan iklim yang berbeda. Semakin menjauhi katulistiwa daerah itu akan semakin kekurangan sinar matahari dan memberikan cuaca dan iklim yang berbeda.

2. Suhu dan Temperatur

Berhubungan dengan sinar matahari, faktor lain adalah suhu dan temperatur. Semakin sinar matahari ada daerah yang sering terkena sinar biasanya memiliki suhu dan temperature yang hangat dan tinggi. Sedangkan daerah seperti kutub utara dan selatan karena jarang terkena sinar matahari, hasilnya daerah disana memiliki suhu dan temperature yang dingin dan rendah. Maka jekas suhu dan temperature juga termasuk faktor yang mempengaruhi cuaca dan iklim.

3. Kelembapan Udara

(25)

tergantung dengan pemanasan yang terjadi. Jika semakin tinggi suhu dan temperatur, maka semakin tinggi juga kelembapan udaranya, begitu pula sebaliknya semakin rendah suhu semakin rendah juga kelembapan udaranya.

4. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah suatu gaya yang terjadi dari berat lapisan udara. Udara adalah kumpulan gas yang masing masing memiliki massa dan mempuanyai ruang. Suhu di suatu wilayah sangat berpengaruh dengan tekanan udara. Bila suhu tinggi maka tekanan udaranya rendah, begitu sebaliknya jika suhu rendah tekanan udara yang di hasilkan tinggi.

5. Angin

Di setiap tempat atau daerah, angin itu berbeda beda. Di setiap tempat atau wilayah angin memiliki kecepatan yang berbeda beda, arah angin yang berbeda beda, maupun juga tekanan angin yang dihasilkan pun juga berbeda. Maka disitulah angina juga merupakan faktor yang mempengaruhi iklim dan cuaca. Faktor angin dapat merubah kondisi iklim dan cuaca.

6. Curah Hujan

(26)

iklim dan cuaca terpengaruh. Misal di tempat ini lagi memang musim hujan, namun di berbagai wilayah memiliki curah hujan yang berbeda beda sehingga membuat iklim dan cuaca bisa berganti dan terpengaruh.

7. Awan

Awan adalah kumpulan besar dari titik-titik air atau kristal-kristal es yang halus di atmosfer. Pada waktu musim kemarau sedikit sekali kita jumpai awan di udara karena penguapan yang terjadi sedikit, akan tetapi di musim hujan kita dapat menjumpai banyak sekali awan dengan berbagai bentuk dan variasinya, hal ini karena kandungan uap air di udara cukup banyak.Berdasarkan bentuknya, awan dibagi sebagai berikut:

a. Awan cumulus, yaitu awan putih yang bergerombol yangsering kita lihat di siang dan sore hari.

b. Awan stratus, yaitu awan yang berbentuk seperti selimutyang berlapis-lapis dan relatif luas.

c. Awan cirrus, yaitu awan yang letaknya tinggi sekali dan tipis seperti tabir. d. Awan nimbus, yaitu awan gelap dengan bentuk yang tidak menentu, awan

ini menandakan akan terjadinya hujan.

(27)

1. Tipe A, bulan- bulan basah secara berturut- turut lebih dari 9 bulan

2. Tipe B, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 7 sampai 9 bulan

3. Tipe C, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 5 sampai 6 bulan

4. Tipe D, bulan- bulan basah secara berturut- turut antara 3 sampai 4 bulan

5. Tipe E, bulan- bulan basah secara berturut- turut kurang dari 3 bulan

Berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketententuan tertentu diurutkan sebagai berikut:

1. Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm

2. Bulan lembab bila curah hujan 100 – 200 mm

3. Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm

Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh Koppen atau pun Schmidt – Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100 mm.

(28)

menggunakan metode menurut Schmidth-Ferguson, zona agroklimatnya adalah B atau daerah basah yaitu daerah sangat basah dengan nilai sebesar 32,18 %.

Berdasarkan tabel 2 curah hujan bulanan selama 10 tahun di daerah Klampok, memiliki zona agroklimat B2 dengan nilai BB= 7 dan BK= 2 berdasarkan metode menurut Oldeman. Jika menggunakan metode menurut Schmidth-Ferguson, zona agroklimatnya adalah C yaitu daerah agak basah dengan nilai sebesar 37,04 %.

Berdasarkan tabel 3 curah hujan bulanan selama 10 tahun di daerah Bukateja, memiliki zona agroklimat B2 dengan nilai BB= 8 dan BK=3 berdasarkan metode menurut Oldeman. Jika menggunakan metode menurut Schmidth-Ferguson, zona agroklimatnya adalah B yaitu daerah basah dengan jumlah nilai sebesar 33,33 %.

Berdasarkan tabel 4 curah hujan bulanan selama 10 tahun di daerah Wanadadi, memiliki zona agroklimat B2 dengan nilai BB= 8 dan BK= 2 berdasarkan metode menurut Oldeman. Jika menggunakan metode menurut Schmidth-Ferguson, zona agroklimatnya adalah B yaitu daerah basah dengan jumlah nilai sebesar 24,44 %.

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Curah hujan bulanan selama 10 tahun pada beberapa daerah di Indonesia berbeda-beda tergantung jumlah nilai bulan basah dan bulan keringnya. 2. Menurut metode Oldeman, daerah Banjarnegara, Klampok, Bukateja dan

Wanadadi memiliki zona agroklimat yang sama yaitu B2, sedangkan daerah Krikil memiliki zona agroklimat C3.

3. Menurut metode Schmidth-Ferguson daerah Kalmpok dan Krikil merupakan daerah yang agak basah. Sedangkan daerah Banjarnegara, Bukateja, dan Wanasari merupakan daerah basah.

4. Menurut metode penggolongan iklim menurut Oldeman suatu buan dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm sedangkan yang dikatakan bulan kering apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm.

(30)

sedangkan bulan kering yaitu bulan yang menerima curah hujan kurang dari 60 mm.

6. Pengklasifikasi iklim menurut Schmidth-Ferguson di dasarkan pada rata-rata jumlah Bulan Basah dan jumlah Bulan Kering dengan menggunakan symbol Q yaitu :

7. Pengklasifikasian iklim menurut Oldeman didasarkan pada jumlah bulan basah berurutan dan jumlah bulan kering yang berurutan pula.

B. Saran

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Djaenudin, dkk. 2002. Pendekatan pewilayahan komoditas pertanian menurut pedo-agroklimat di kawasan timur Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. Dorenbos. 1997. Guidelines for Predicting crop water Requirement, FAO, ROME. Handoko. 1993. Klimatologi Dasar: Landasan pemahaman Fisika Atmosfer dan

Unsur-unsur Iklim. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Holton. J.R. 2004. An Introduction to Dynamic Meteorology. Md: Elsevier Inc. Burlington.

Irianto dkk. 2000. Keragaman Iklim sebagai Peluang Diversifikasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kaho, Norman, P.L.B., Riwu. 2014. Paduan Interpretas da Respon Informasi Iklim dan Cuaca Untuk Petani dan Nelayan. Perkumpulan Pikul.

Kupang.

(32)

Murtidjo, A. 1990. Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

Oldeman, R. L., I. Las dan Muladi. 1980. The Agro-Climate Maps of Kalimantan, Maluku, Irian Jaya and Bali West and East Nusa Tenggara Contrib.

Centre. Res. Inst. Agrc. Bogor.

Shelton, M. L. 2009. Hydroclimatology: Perspectives and Applications. Cambridge University Press. California.

Rafi'i, Suryatna. 1995. Meteorologi dan Klimatologi. Angkasa. Bandung.

Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. ITB Press. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik menggunakan uji-t pada derajat kepercayaan 95%, menggambarkan bahwa karakteristik umum subjek penelitian berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan,

diketatkan diantara dua flange, maka kedua lingkar ( bead ) yang ada pada gasket akan terjadi kontak dengan flange dan menciptakan garis lebar kontak

Mahasiswa mampu merencanakan waktu pelaksanaan proyek konstruksi bangunan teknik sipil agar dapat melaksanakan pembangunan yang efisien (S.9, S.12, P.2, KU.5, KU.7, KK.2, KK.4, KK.11);

1 WIDYASRAMA , Majalah Ilmiah Universitas Dwijendra Denpasar, ISSN No... 2 WIDYASRAMA , Majalah Ilmiah Universitas Dwijendra Denpasar,

20 Initially triggered by the mimicry of that socius par excellence who is the mother through an immediate, affective communication based on an involuntary reflex mechanism,

Semen Baturaja (Persero) Pabrik Palembang dilakukan dengan menentukan besarnya harga efisiensi motor induksi tiga phasa yang digunakan pada mesin penggilingan dan

Dalam hal terdakwa dijatuhi pidana pokok penjara dan pidana tambahan (dipecat dari dinas militer) dan terdakwa menerima putusan tersebut maka pidana tersebut dijalani

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang angka kejadian stomatitis yang diduga sebagai denture stomatitis pada pengguna gigi tiruan lepasan akrilik di