Bahasa dan Masyarakat
Mei 20, 2013
BY MOCHACOM
Budaya sama halnya dengan bahasa hidup berdampingan di tengah-tengah sebuah kelompok budaya. Untuk itu, bahasa merupakan pintu masuk paling mudah untuk mempelajari budaya. Mengacu pada konsep struktur de Saussure, bahasa terdiri dari langue (kaidah bahasa) dan parol (praktik bahasa). Sependapat dengan
itu, Goodenough menyatakan bahwa setiap individu memiliki gaya bahasanya masing-masing yang terpisah dengan gaya bahasa yang dipakai orang lain.
Dalam mempelajari bahasa (bahasa kedua), oleh seorang individu dianggap sebagai sesuatu yang susah dan rumit. Apalagi jika dalam mempelajari bahasa kedua setelah usia 17 tahun. Untuk itu, dalam mempelajari bahasa seorang pembelajar harus benar-benar serius dan berperan aktif.
Bahasa yang digunakan oleh seorang individu memiliki standar dan gaya bahasanya sendiri yang tidak dimiliki orang lain dan semua itu dianggap benar olehnya.
Meskipun secara fonologis (bagian terkecil dari bahasa) terkadang salah. Dalam kaitannya dengan bahasa dan individu, maka kita mengenal istilah idiolek (gaya bahasa), yakni bahasa yang digunakan oleh seseorang atau individu dalam satu masyarakat bahasa tertentu, baik dalam pengucapan, pemilihan kata, preferensi penggunaan bentuk bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa, kognisi memainkan peran yang sangat penting. Di mana seseorang dapat berbahasa dengan baik jika didukung faktor-faktor kognisi yang baik pula. Oleh karena itu, perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh faktor diluar bahasa, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Dalam sebuah masyarakat, perkembangan masyarakat bahasa dimulai dari
perkembangan bahasanya. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan karakter dan sistem sebuah kelompok masyarakat bahasa. Perkembangan sosial juga membuat
seseorang mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain. Dalam hal ini, konteks sosiokultural terus menerus memainkan suatu peranan yang penting dalam perkembangan bahasa
Kaitannya dengan masyarakat, bahasa merupakan sebuah identitas bagi sebuah kelompok masyarakat. Artinya, sebuah kelompok budaya/masyarakat dapat
diidentifikasi melalui bahasanya. Kaitannya dengan ini, kita mengenal istilah dialek, yakni satu kesatuan sistem standar yang tunggal yang dibentuk dari sistem-sistem atau subsistem yang otonom di dalam bahasa. Jika kita merubah salah satu sistem yang ada, maka akan merubah sistem yang lainnya, tetapi setiap sistem dapat menjadi variasi yang sangat bebas.
Dalam satu bahasa, meskipun dengan dialek berbeda akan saling mengetahui satu sama lainnya. Hal ini berbeda ketika dialek berbeda dalam dua bahasa yang berbeda pula, maka akan bagi individu yang tidak mengetahui kedua bahasa tersebut akan sangat sulit memahami dialeknya.
pasti ada dalam sebuah kehidupan suatu kelompok/masyarakat tertentu. Bahkan, dalam kondisi yang tidak memungkinkan dua kelompok bahasa berbeda namun ingin berkomunikasi, maka kita mengenal istilah lingua franca. Lebih jauh kita juga mengenal bahasa pijin dan bahas kreol. Di mana keduanya merupakan hasil dari sebuah kelompok masyarakat yang ingin memiliki satu alat komunikasi, yakni sebuah bahasa.
Sementara itu, ketika kita melihat dan merasakan sesuatu dengan pancaindera, maka dengan sendirinya sesuatu itu akan tersimpan didalam memori atau pikiran. Namun, sebelum memori kita menyimpan sesuatu itu, terlebih dahulu kognisi kita akan mengklasifikasikan apa yang dilihat dan dirasakan itu. Satu teori yang
berkaitan dengan itu disampaikan oleh Augostinos dan Walker, yakni teori skema dan representasi sosial.
Teori ini menggambarkan bahwa sebuah struktur pengetahuan didapat melalui proses skematik. Di mana sebuah pengetahuan diperbandingkan, dikategorisasi dan diklasifikasi berdasarkan skema yang terbentuk di dalam kognisi seseorang untuk kemudian menyatukannya di dalam ingatan seseorang yang sifatnya universal. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental yang berisi ekpektasi umum dan pengetahuan dari dunia, yang di dalamnya termasuk ekspektasi umum mengenai orang-orang, peran sosial, kejadian dan bagaimana berperilaku pada kegiatan-kegiatan tertentu. Di mana struktur mental ini membantu manusia untuk memilih dan memproses informasi yang datang dari lingkungan sosial.
Skema adalah struktur mental yang digunakan untuk mengkategorikan pengetahuan kita terhadap dunia, baik tentang masyarakat/orang, aturan sosial, benda-benda dan peristiwa. Skema bisa membantu memahami sesuatu yang sedang terjadi. Di mana skema dapat memprediksikan sesuatu yang akan kita kenali di dalam dunia ini. Dengan kata lain, skema merupakan struktur mental yang dapat digunakan untuk menyederhanakan seluruh realitas yang ada di dunia ini. Informasi yang diproses berdasarkan pengalaman langsung maupun tidak langsung, yang dialami oleh seseorang di lingkungan sosialnya, akan menyebabkan terbentuknya skema.
Kategorisasi merupakan sebuah proses sentral dan fundamental yang dilakukan seseorang dalam kognisinya terhadap suatu objek, baik dalam bentuk persepsi, kepercayaan, bahasa dan tingkah laku. Dalam kaitannya dengan satu ketegori itu mewakili kategori yang lebih umum, maka dikenal istilah prototipe, yang
mencerminkan kategori yang sama dari kategori yang lain. Adapun stereotip adalah atribut atau ciri tertentu yang dilekatkan pada sekelompok orang adalah salah satu skema sosial. Seseorang akan sangat sulit memahami suatu objek jika dalam kognisinya tidak ada skema tentang objek tersebut. Dalam menerapkan skema terhadap seuatu objek, yang pertama dilakukan adalah dengan mengkategorikan objek tersebut.
Sementara itu, representasi merupakan sebuah konsep jejak ingatan yang dapat memudahkan mengingat informasi yang masuk. Proses ini secara otomatis
menjadikan proses pemahaman suatu bentuk objek menjadi cepat dan mudah. Baik skema maupun representasi, keduanya sangat bergantung pada data-data
environmental. Keduanya juga sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan yang sesuai dengan klasifikasi dan ketegorisasi yang biasa digunakan oleh
individu/seseorang.
Baik skema maupun representasi merupakan dua hal yang berkaitan dengan kognisi. Apabila skema membentuk mengkategorikan, mengklasifikasi dan membandingkan pengetahuan, maka representasi lebih pada bagaimana sebuah pengetahun
dimaknai, dinilai dan dibentuk di dalam kognisi seseorang. Dimana apabila proses ini tidak terjadi dengan baik, maka akan ada proses pemaknaan dan penilaian yang tidak disadari. Dengan skema yang sudah ada didalam kognisi seseorang, maka akan sangat mudah seseorang mengingat informasi yang masuk ke dalam
memorinya. Dan apabila informasi/pengetahuan yang masuk sejalan dengan skema yang ada, maka akan lebih mudah diterima. Namun, apabila skema yang ada
berbeda dengan informasi/pengetahuan yang masuk, maka informasi/pengetahuan tersebut akan sedikit lamban diterima.
Skema tersusun dari dari struktur hierarki atas ketegorisasi-kategorisasi yang
bersifat abstrak dan pada bagian dasar penggolongan klasifikasi bersifat konkret dan spesifik. Sedangkan representasi banyak bergantung pada eleman-eleman yang saling terkait dan bergantung satu eleman dengan satu elemen lainnya. Dan jika skema didasarkan pada kerumiatan dan seberapa penting sebuah informasi, maka pada representasi lebih pada kebutuhan untuk membedakannya. Skema juga dianggap sebagai konsepsi yang didasarkan pada perspektif individu, sedangkan representasi menempatkan struktur kognisi pada konteks dan interaksi sosial. Skema akan lebih sulit berubah daripada representasi. Oleh karenanya, struktur skema bersifat stabil, tetap dan menyatu, sedangkan representasi mudah berubah atau dinamis, dimana struktur kognisinya tergantung oleh konteks dan dapat berubah seiring dengan tekanan yang diterimanya.
Daftar Bacaan
Augostinos, Martha and Ian Walker. 1995. Social Cognition, An Integrated Introduction. London: Sage Publication