• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI BATUBARA DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI BATUBARA DI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PRA STUDI KELAYAKAN POTENSI BATUBARA

DI DESA TAMAPOLE KECAMATAN ANGGANA

KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Ichsan Yusran

Prodi Teknik Pertambangan, FTM, UPN“Veteran” Yogyakarta Hp. 081241800095

ichsanyusran_mare@yahoo.com.

Ringkasan

Desa Tamapole, Kecamatan Muara Jawa merupakan salahsatu kawasan di Kabupaten Kutai Kartanegara yang diduga memiliki cadangan batubara yang cukup besar. Hal ini ditinjau dari kondisi statigrafi desa Tamapole yang masuk dalam Formasi Balikpapan, Kampung Baru dan Pulaubalang. Sampai saat ini sudah banyak titik endapan batubara yang telah teridentifikasi dan di eksploitasi oleh pihak pemerintah maupun pihak investor. Adapun endapan batubara yang belum di eksploitasi dikarenakan kurangnya informasi yang di dapatkan dari titik-titik endapan tentang potensi serta investasi yang harus dikeluarkan untuk memanfaatkan potensi tersebut.

Dari hasil observasi dan pengolahan data dari daerah penelitian, potensi sumberdaya batubara dibagi menjadi 3, yaitu Blok-1 sebanyak 599.032,05 ton dengan kalori rata-rata 6.826 Kcal, Blok-2 sebanyak 482.576,93 ton dengan kalori rata-rata 6.724 Kcal dan Blok-3 sebanyak 315.927,55 ton dengan kalori 6593 Kcal. Berdasarkan data kualitas batubara dari ketiga blok, maka harga batubara berkisar antara 63.48 – 68.36 US$/ton. Untuk mengeksploitasi potensi batubara tersebut memerlukan biaya yang sekitar 5.374.969,61 US$ per tahunnya untuk tiap blok.

Berdasarkan hasil analisis Keputusan Menteri tentang kriteria wilayah keprospekan kawasan pertambangan, kawasan blok 1-3 tergolong dalam Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Utama (WKKPU). Pengangkutan batubara dari lokasi penambangan direncanakan menggunakan jalan khusus berdasarkanPeraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 10 Tahun 2012. Dari hasil perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR), blok 1-3 layak menggunakan sistem tambang terbuka. Selain itu dari hasil analisis kepekaan nilai BESR terhadap perubahan harga jual batubara, Blok 1-3 peka terhadap perubahan harga jual batubara.

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan melanjutkan penelitian ke tahapan yang lebih rinci dan bisa digunakan sebagai acuan dalam penyusunan studi kelayakan nantinya serta memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah desa Tamapole Kata kunci : Pra studi kelayakan, wilayah keprospekan.

A. Latar Belakang

Desa Tamapole merupakan salah satu kawasan di Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai salah satu kabupaten penghasil batubara terbesar di Indonesia yang terletak di Provinsi Kalimantan Timur. Di desa ini sudah banyak titik – titik endapan batubara yang sudah di eksploitasi. Adapun endapan batubara yang belum dieksploitasi dikarenakan kurangnnya informasi tentang potensi dan besarnya investasi yang harus dikeluarkan untuk memanfaatkan potensi tersebut.

Dengan adanya informasi tentang potensi batubara dan gambaran umum investasi yang harus dikeluarkan untuk mengusahakan kegiatan pertambangan yang dimiliki daerah tersebut maka investor akan mudah dan tertarik untuk memulai usaha kegiatan pertambangan di Desa Tamapole

yang nantinya diharapkan memberikan nilai tambah secara nyata kepada kebutuhan akan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional serta pembangunan daerah secara berkelanjutan

Kegiatan pertambangan dimulai dari prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan, eksploitasi, pengolahan, ekstraksi dan pemasaran. Tetapi tidak seluruh kegiatan tersebut selalu dilakukan. Hal ini bergantung dari jenis bahan galian, pemakaian bahan galian dan permintaan pasar. Penelitian yang dilakukan di Desa Tamapole merupakan penelitian untuk mengetahui titik-titik potensi batubara yang ada. Penelitian juga di batasi agar tidak keluar dari tujuan awal penelitian.

(2)

pertambangan. Ekplorasi pada dasarnya dibagi menjadi tiga sub penelitian yaitu Eksplorasi Awal, Eksplorasi Menengah / Umum dan Eksplorasi Rinci / detail. Penelitian ini tergolong dalam kategori eksplorasi menengah/umum karena data yang di kumpulkan belum mencakup semua aspek yang diperlukan dan belum detil untuk dilanjutkan penelitian ke tahap yang lebih rinci. Penelitian ini dianggap sebagai tahapan awal penelitian yang digunakan sebagai bahan pertimbangan melanjutkan penelitian ke tahapan ekplorasi rinci. Selain itu tahapan ini bisa digunakan sebagai dasar dalam penyusunan studi kelayakan nantinya.

Pra studi kelayakan adalah suatu tahap kegiatan dalam industri yang sifatnya tidak mutlak atau tidak harus dilakukan sebelum tahap kegiatan studi kelayakan. Hal ini bergantung pada metode penelitian dan jenis data yang dikumpulkan. Studi ini mempunyai objektif didalam penentuan apakah konsep penelitian terfokus pada suatu analisis rinci oleh suatu studi kelayakan (apakah studi kelayakan diperlukan) dan apakah setiap aspek dari proyek adalah kritis dan memerlukan suatu investigasi yang mendalam melalui suatu studi pendukung. Studi ini harus dipandang sebagai suatu tahap menengah antara studi konseptual yang tidak mahal dan suatu studi kelayakan yang relatif mahal.

Hasil akhir kegiatan ini, digunakan sebagai dasar kebijakan pengelolaan potensi batubara di Desa Tamapole, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengaplikasikan metode Daerah Pengaruh dalam menghitung estimasi sumberdaya batubara di daerah penelitian

2. Menentukan wilayah keprospekan pertambangan yang ada di Desa Tamapole, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara. 3. Menentukan dan membuat peta

rekomendasi jalur pengangkutan batubara.

4. Menentukan sistem penambangan dengan melakukan analisis Break Event Stripping Ratio(BESR) 5. Melakukan analisis kepekaan nilai

harga terhadap perubahan (naik/turun) harga jual batubara.

C. Batasan Masalah

Berikut adalah batasan – batasan masalah dalam penelitian ini : 1. Lokasi kegiatan penelitian ini

dilakukan di beberapa titik pengukuran di Desa Tamapole, Kecamatan Muara Jawa, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

2. Pengolahan data yang dilakukan hanya menggunakan data hasil observasi dilapangan dan data sekunder yang diperoleh di daerah penelitian.

3. Perhitungan potensi sumberdaya menggunakan metode daerah pengaruh mengacu pada SNI No. 13-5014-1998 tentang klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara. 4. Daerah yang tidak memiliki data

kualitas batubara tidak akan dilakukan perhitungan dan pembahasan.

5. Penelitian ini tidak membahas secara rinci permasalahan teknis penambangan dan masalah lingkungan.

6. Menggunakan Harga Patokan Batubara (HPB)price markernomor 1 – 8 sebagai indikator perubahan harga jual batubara.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan studi kelayakan untuk kegiatan pertambangan di wilayah tersebut dan memberikan manfaat bagi pemerintah Desa Tamapole, Kecamatan Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara khususnya dalam rangka memberikan nilai tambah secara nyata kepada kebutuhan akan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional serta pembangunan daerah secara berkelanjutan

.

E. Tinjauan Umum

(3)

1. Penggunaan Lahan

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri atas wilayah pantai dan daratan. Wilayah pantai berada di bagian timur wilayah daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat di beberapa bagian yaitu wilayah pantai dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam.

Kabupaten Kutai Kartanegara

mempunyai ketinggian dari 0 – 7 meter dari permukaan laut (dpl). Luas wilayah pantai ini mencapai 22,87% dari total luas wilayah. Sifat fisik dari wilayah ini mempunyai ciri utama selalu tergenang, dan bersifat organik serta asam.

Wilayah Desa Tamapole mempunyai bentuk topografi bergelombang dan berbukit dengan kemiringan landai sampai curam. Daerah kemiringan datar sampai landai dengan ketinggian antara 7 - 25 m dari permukaan laut (dpl), dengan karakteristik fisik kandungan air tanah cukup baik, kadang tergenang, sistem pengairan baik dan tidak ada air sehingga cocok untuk pertanian lahan basah. Pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500 - 2000 m dpl yang di tetapkan menjadi kawasan lindung dengan pengembangan terbatas. Berdasarkan karakteristik topografi tersebut, maka dapat diidentifikasi tipe penggunaan lahan di wilayah Desa Tamapole dibagi Hutan Rimba, Pemukiman, Semak Belukar/Alang-alang, dan Sungai.

2. Curah Hujan

Desa Tamapole yang terletak dibagian timur Provinsi Kalimantan Timur. Letak desa Tamapole termasuk daerah yang dekat dengan garis khatulistiwa. Hal ini

membuat desa Tamapole beriklim tropis basah dengan temperatur rata-rata berkisar 24o- 33oC. Curah hujan rata rata berkisar

2849,35 mm/tahun atau berkisar antara 237,45 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni yaitu 351,00 mm dan terendah pada bulan Januari yaitu 156,50 mm (lihat Gambar 2.3). Angin musim barat pada umumnya terjadi pada bulan November – April dan musim angin timur terjadi pada bulan Mei–Oktober.

3. Kondisi Geologi

(4)

Sesar Sangkulirang serta diperkirakan terjadi pada Kala Pliosen - Pleistosen.

Secara regional daerah penyalidikan termasuk dalam Cekungan Kutai yang merupakan Antiklinorium Samarinda berada di bagian tengah, merupakan bentukan hasil proses tektonik yang bekerja dengan arah tegasan utama Baratlaut-Tenggara, dengan produk berupa lipatan-lipatan dengan arah umum sumbu Baratdaya- Timurlaut.

Keadaan morfologi daerah penyelidikan padaumumnya didominasi oleh daerah perbukitan bergelombang sedang dan perbukitan bergelombang lemah. Daerah perbukitan bergelombang sedang pada umumnya berupa rangkaian beberapa kelompok perbukitan dengan kemiringan lereng 200400. Posisi rangkaian perbukitan

ini terbesar di bagian Timur Laut daerah penyelidikan, sedangkan daerah perbukitan bergelombang lemah menempati bagian tengah ke Barat Daya daerah penyelidikan dengan kemiringan lereng berkisar 00150.

Pola aliran yang berkembang pada lokasi ini adalah berupaSubdendritik,yaitu pola aliran yang tersusun oleh litologi yang relatif homogen. Sungai yang mengalir pada sekitar lokasi ini adalah sungai Mahakam.

4. Stratigrafi

Menurut Sikumbang dan Umar (1980) dalam laporan Sukardjo (1991), Penyelidikan Endapan Batubara Daerah Cekungan Kutai, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, dan Sugeng Priyono (2003) Bahan Galian Mineral Non Logam Daerah Kutai Kertanegara dan Kutai Timur, serta berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia Lembar Sangatta (PPPG,1995) menunjukkan bahwa stratigrafi regional di Desa Tamapole terdiri dari (lihat Gambar 2.3):

1) Formasi Balikpapan (Tmbp)

Formasi Balikpapan terdiri dari beberapa siklus endapan delta yang disusun oleh litologi yang terdiri dari perselingan batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1–3 m, disisipi lapisan batubara tebal 5 – 10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silangsiur, tebal lapisan 20–40 cm, mengandung foraminifera kecil, disisipi lapisan tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa

tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahanrekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batugamping pasiran mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan Perengan “paras delta – dataran delta”, tebal 1000 – 1500 m. Formasi ini memiliki hubungan bersilang jari dengan Formasi Pulaubalang (Supriatna dkk, 1995).

2) Formasi Kampung Baru (Tpkb)

Terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan lempung, serpih; lanau dan lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau konkresi, tufan atau lanauan dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas. Lempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara, koral. Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1– 2 m. Diduga berumur Miosen Akhir– Pli Plistose, lingkungan pengendapan delta – laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan. (Supriatna dkk, 1995). Menurut Allen, 1984, bagian bawah Formasi Kampung Baru terdapat batugamping yang juga merupakan siklus pengendapan delta, dengan dimulainya suatu transgresi setelah pengendapan Formasi Balikpapan. Kemudian disusul endapan dataran delta yang terdiri atas batupasir kasar hasil endapan channel dengan batulempung dan batubara.

3) Formasi Pulau Balang (Tmpb)

(5)

Batugamping mengandung foraminifera, fragmen – fragmen bivalve dan alga pada sebuah mikritik matriks. Batupasir terdapat pada lapisan yang tipis– tebal dengan struktur cross bedding dan burrow. Batupasir didominasi oleh mineral kuarsa, berwarna abu-abu terang hingga putih, ada yang rapuh dan keras, setempat karbonatan dengan ukuran butir halus– kasar. Pada bagian bawah dari lapisan ini terdapat sedikit lapisan tipis batupasir dan batubara.

Sedangkan Supriatna dkk, 1995 menyatakan bahwa formasi ini terdiri dari litologi berupa perselingan antara graywacke dengan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan tuff dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50–100 cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan dan gampingan, tebal lapisan antara 15 – 60 cm. Batugamping, coklat muda kekuningan, batugamping ini terdapat sebagai sisipan dan lensa dalam batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa. Ditemukannya fragmen batubara pada batuan yang ada pada formasi ini menunjukkan bahwa adanya pengangkatan di daerah Barat dimana endapan batubara berumur tua tererosi yang kemudian diendapkan kembali pada Formasi Pulau Balang. Pengangkatan ini menyebabkan terjadinya prograding delta ke Timur pada Miosen Tengah.

4) Aluvium (Qa)

Terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Kampung Baru pada lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai. Pengendapannya masih terus berlangsung hingga sekarang (Supriatna dkk, 1995).

5. Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di daerah penyelidikan adalah berupa sinklin yang berada di daerah timur areal penyelidikan dengan arah sumbu relatif Utara-Selatan, hal ini diindikasi dengan berbaliknya arah dip pada pengukuran

singkapan batubara khususnya di daerah penelitian bagian tengah sebelah utara dip batuannya rata-rata mengarah ke Timur. Selain itu terdapat Sesar Datar Menganan (dextral) yang memotong sumbu sinklin dengan arah Sesar Dextral relatif Barat-Timur. Hal ini diindikasi dengan berbelok arah strike batuan dibagian sumbu sesar dimana sebelah utara sumbu sesar cenderung berbelok kearah Timur sedangkan sebelah selatan sumbunya berbelok kearah Barat. Struktur ini melipat satuan batuan yang berumur Miosen Atas, sehingga struktur Antiklin ini diperkirakan terbentuk pada periode tektonik Miosen-Pliosen

F. Hasil Penelitian 1. Singkapan(Outcrop)

Kegiatan pencarian outcrop

dipusatkan pada daerah yang termasuk dalam daerah yang tergolong terindikasi adanya endapan batubara. Dari hasil penyelidikan lapangan ditemukan 6 singkapan yang tersebar di sekitar kawasan desa tersebut yaitu Outcrop (OC) 1-6. Semua singkapan yang ditemukan digunakan sebagai perconto. Dari hasil orientasi dilapangan juga disimpulkan beberapa singkapan merupakan satu lapisan batubara yang sama.

2. Sumberdaya Batubara

Untuk menentukan sumberdaya batubara berdasarkan hasil penyelidikan lapangan menggunakan metode daerah pengaruh (area of influence) dengan perhitungan penyebaran ke arah penyebaran lapisan dan down dip yang berdasarkan Amandemen 1 SNI 13-5014-19985) tentang perhitungan sumberdaya yang diklasifikasikan menjadi sumberdaya tereka, terunjuk dan terukur dengan tingkat keyakinan geologi mendasarkan pada kondisi geologi moderat. Metode daerah pengaruh diterapkan dengan asumsi bahwa area atau luasan diperhitungkan disekitar titik lokasi singkapan.

Strike Dip

N…oE (…o) X Y OC 01 15 23 527424,35 9924838,4 2,5

OC 02 18 21 527062,35 9924682,4 1,9

OC 03 22 21 526834,35 9924513,4 1

OC 04 32 9 525673,96 9922910,8 2,8

OC 05 33 13 525562,96 9922689,8 1,9

OC 06 C 210 20 525228,96 9922910,8 2,5 B

Kode Blok UTM (Meter) Tebal

(6)

Perhitungan sumberdaya didasarkan pada klasifikasi sumberdaya dengan luas masing – masing dari titik informasi yang dibagi dalam tiga kategori yaitu :

1. Terukur (measured) dengan jarak 0 -250 m dari titik informasi, luas daerah pengaruh 97.208,48 m2 2. Tertunjuk (indicated) dengan jarak

250 - 500 m dari titik informasi, luas daerah pengaruh 390.766,48 m2 3. Tereka (inferred) dengan jarak 500

-1000 m dari titik informasi, luas daerah pengaruh 880.674,03 m2

G. Kondisi Batubara 1. Kualitas Batubara

Kualitas batubara merupakan data yang sangat penting dalam pra studi kelayakan untuk mengetahui kualitas potensi sumberdaya di daerah penelitian. Untuk OC-01, OC-02 dan OC-03 pada Blok A, OC-04 dan OC-05 pada Blok B serta OC-06 pada BLOK C. Pengujian yang dilakukan antara lain pengujian Total Moisture (TM), Inherent Moisture(IM), Ash Content(Ash), Volatile Matter (VM), Fixed Carbon (FC), Total Sulfur, Gross Calorific Value (CV). Pengujian sampel batubara dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Batubara, Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.

2. Harga Jual Batubara

Penentuan harga jual batubara berdasarkan pada Harga Batubara Acuan (HBA) dan Harga Patokan Batubara (HPB) yang dikeluarkan oleh Kementrian ESDM. Tinggi atau tidaknya harga jual batubara tergantung dari kualitas batubara yang terdapat di daerah penelitian.

Untuk menghitung harga jual batubara diperlukan data masing – masing kualitas batubara diantaranyaTotal Moisture

(TM), Inherent Moisture (IM), Total Sulfur

(TS), Ash Content(Ash) danCalorific Value

(CV). Penentuan harga jual batubara mengacu pada rata – rata 3 (tiga) HPB terakhir pada bulan dimana dilakukan kesepakatan HPB dengan faktor pengali 50% untuk bulan terakhir yaitu bulan Oktober, 30% untuk HPB satu bulan sebelumnya yaitu bulan September dan 20% untuk HPB dua bulan sebelumnya yaitu bulan Agustus. Perkembangan HBA dari bulan Agustus sampai dengan September menunjukan peningkatan dari angka 76.7 US$/ton sampai dengan 76.89 US$/ton, sedangkan dari bulan September sampai dengan Oktober mengalami penurunan dari angka 76.89 US$/ton sampai dengan 76.61 US$/ton.

H. Rencana Target Produksi dan Umur Tambang

I. Rencana Pendapatan Penjualan Batubara

A 599.032,50 250.000 2,4

B 482.576,93 250.000 1,9

C 315.927,55 250.000 1,3

Target Produksi (Ton/Tahun)

Umur Tambang

(Tahun) Potensi

Batubara (Ton) Blok

Blok Batubara Terjual (Ton)

Harga Jual (US$/Ton)

Pendapatan (US$)

A 599.032,50 68,36 40.949.359,16

B 482.576,93 63,48 30.634.478,17

(7)

J. Rencana Biaya 1. Sewa Alat Mekanis

Dalam pembahasan ini alat mekanis dikelompokan menjadi dua yaitu alat mekanis untuk pengupasan lapisan tanah penutup / overburden (OB) dan penambangan batubara. Alat mekanis pengupasan tanah penutup terdiri dari bulldozer Komatsu D65PX-15 berkapasitas 4,8 m3, excavator Komatsu PC-400 berkapasitas 1,3 m3, dan dump truck Nissan CWB ALDN berkapasitas 20 ton, sedangkan alat mekanis untuk penambangan batubara terdiri dari wheel loader Komatsu WA 150-5 berkapasitas 1,50 m3, excavator Komatsu PC-200 berkapasitas 0.5 ton dan dump truck Hino FM 260 berkapasitas 26 ton. Jumlah alat mekanis yang harus disiapkan disesuaikan dengan target produksi di masing–masing Blok. Berdasarkan tinjauan biaya dari CV. Zachrie Brothers yang bergerak dibidang penyewaan alat mekanis penambangan, telah diketahui biaya sewa per unit bulldozer seharga 87.272,73 US$/tahun, Excavator PC-400 seharga 130.909,09 US$/tahun, Nissan EWB seharga 32.727,27 US$/tahun, Excavator PC 200 seharga 78.545,45 US$/tahun, Hino Dutro seharga 65.454,55 US$/tahun dan Loader WA 150 seharga 65.454,55 US$/tahun.

2. Biaya Operasional Alat Mekanis

Biaya operasional alat mekanis adalah biaya yang dikeluarkan untuk operasional alat selama kegiatan penambangan berlangsung. Biaya operasional terdiri dari biaya bahan bakar minyak (BBM), biaya pelumas, biaya perawatan dan biaya ganti ban. Diketahui harga BBM 1.19 US$/liter, harga pelumas 2.74 US$/liter dengan jam kerja 2.400 jam/tahun

3. Gaji Operator Alat Mekanis Operator adalah satu atau lebih orang yang bertugas untuk mengemudikan diberbagai jenis alat mekanis yang bertujuan untuk menambang batubara sesuai dengan target produksi dan metode yang ditentukan. Gaji operator merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji operator selama kegiatan penambangan dilakukan yang dimulai dari proses pembongkaran, penggalian, pemuatan, pengangkutan sampai pada stock pile. Banyaknya jumlah operator yang harus disiapkan tergantung pada banyaknya alat mekanis yang bekerja. Jumlah operator pada Blok A, B dan C sebanyak 21 orang.

4. Biaya Komsumsi Alat Mekanis Konsumsi merupakan kewajiban dari perusahaan yang ditujukan untuk kesejahteraan setiap operator. Biaya konsumsi adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi operator selama kegiatan penambangan berlangsung. Besarnya biaya konsumsi operator tergantung pada banyaknya operator yang bekerja pada saat kegiatan berlangsung. Jumlah konsumsi operator per hari adalah 3 kali dengan harga 0,91 US$/porsi. Untuk hari kerja yang direncanakan adalah 25 hari kerja/bulan.

5. Biaya Pengupasan Tanah Penutup Biaya pengupasan tanah penutup adalah biaya yang harus disediakan untuk kegiatan pengupasan tanah penutup yang mempunyai ketebalan yang berbeda– beda. Biaya pengupasan terdiri dari biaya sewa alat mekanis, biaya operasional alat mekanis, gaji operator dan biaya konsumsi untuk kegiatan pengupasan tanah penutup

6. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang harus disediakan untuk kegiatan memproduksi atau mengambil batubara dibawah lapisan tanah penutup. Biaya produksi terdiri dari biaya sewa alat, biaya operasional alat, gaji

Blok 1 Blok 2 Blok 3 (Unit) (Unit) (Unit)

Bulldozer 2 2 2

Excavator PC-400 2 2 2

Dump Truck Nissan 5 5 5

Jumlah 9 9 9

Loader WA 150 1 1 1

Excavator PC-200 2 2 2

Dump Truck Hino 1 1 1

Jumlah 4 4 4

Deksripsi

Pengupasan Overburden

Penambangan Batubara

BBM Pelumas Perawatan Ganti Ban Lt/Jam Lt/Jam $/jam $/Ban

Bulldozer 35 0,26 2,40 Excavator PC-400 25 0,50 3,00

Dump Truck Nissan 25 0,12 1,40 340,00

Loader WA 150 35 0,25 2,40 331,50 Excavator PC-200 10 0,10 1,40

Dump Truck Hino 35 0,30 2,40 5.313 Deksripsi

Pengupasan Overburden

(8)

operator dan biaya konsumsi untuk kegiatan produksi

K. Pembahasan

1. Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Tentang Kriteria Penentuan dan Tata Cara Pembuatan Peta Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan, Serta Prosedur Penetapan Kawasan Pertambangan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, ada 4 (empat) faktor yang dianggap berpengaruh dalam pengambilan keputusan tersebut sesuai, yaitu Faktor Kelas Sumberdaya, Faktor Lahan, Faktor Pangsa Pasar dan Faktor Pencapaian Daerah.

Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral7) tersebut, wilayah keprospekan kawasan pertambangan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Utama (WKKPU), Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Pengembangan (WKKPP) dan Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Berpotensi (WKKPB). Berdasarkan penialian dan evaluasi wilayah keprospekan kawasan pertambangan, maka kriteria kawasan pertambangan untuk Blok A, B dan C termasuk dalam Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Utama (WKKPU).

2. Jalur Pengangkutan Batubara Jalur pengangkutan batubara adalah jalur yang dilalui oleh alat angkut berupa truk dari berbagai jenis tipe dari lokasi penambangan ke lokasi pasar maupun sebaliknya untuk memenuhi permintaan pasar. Analisis pengangkutan batubara sangat penting dalam penelitian ini di karenakan untuk menentukan jalur dan jarak yang akan di tempuh untuk pengangkutan batubara. Penentuan jalur batubara mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 10 Tahun 2012.

3. Break Even Stripping Ratio(BESR) BESR adalah salah satu metode untuk pemilihan sistem penambangan yang akan digunakan apakah layak menggunakan sistem tambang terbuka atau sistem tambang bawah tanah di lihat dari aspek ekonomi. BESR juga merupakan perbandingan harga batubara atau recoverable value (ReV) per ton dan biaya produksi atauproduction cost

(PC) per ton dengan biaya pengupasan atau

stripping cost (SC) per ton. Batasan yang dipakai dalam BESR yaitu jika BESR > 1 maka dapat dilakukan penambangan dengan menggunakan sistem tambang terbuka, sedangkan jika BESR < 1 maka system yang lebih cocok adalah sistem tambang bawah tanah

4. Analisis Kepekaan (Sensitifity Analisys)

Analisis kepekaan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari adanya perubahan nilai suatu parameter utama terhadap nilai secara keseluruhan. Analisis kepekaan ini menggunakan pendekatanceteris paribus(apabila hal–hal lain sama), yaitu menganggap perubahan hanya terjadi pada satu variabel saja, sedangkan variabel– variabel lain dianggap sama atau tetap. Dalam penelitian ini, parameter yang akan dianalisis (diubah) adalah perubahan harga jual batubara sedangkan parameter production cost/ton (PC) dan stripping cost/ton (SC) dianggap tetap.

L. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ambil dari pembahasan bab sebelumnya adalah :

a. Dari hasil analisis Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Tentang Kriteria Penentuan dan Tata Cara Pembuatan Peta Wilayah

Keprospekan Kawasan

Pertambangan, Serta Prosedur Penetapan Kawasan Pertambangan Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dengan cara mengevaluasi 4 faktor yaitu faktor kelas sumberdaya, faktor lahan, faktor pangsa pasar dan faktor pencapaian daerah Blok A, B dan C termasuk dalam Wilayah Keprospekan Kawasan Pertambangan Utama (WKKPU).

b. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Jalan Umum dan Khusus Untuk Kegiatan

Deskripsi Blok A Blok B Blok C

Target Produksi

(Ton/Tahun) 250000 250000 250000

ReV/ Ton (US$) $ 68,36 $ 63,48 $ 67,34

PC / Ton (US$) $ 5,32 $ 5,32 $ 5,32

SC/ Ton (US$) $ 3,04 $ 3,04 $ 3,04

(9)

Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit maka jalur pengangkutan batubara menggunakan jalur khusus ke pelabuhan Harapan Baru di Desa Pendingin, Kecamatan Muara Jawa yang berjarak sekitar 8 km.

c. Berdasarkan perhitungan BESR Blok A, B dan C nilai BESR adalah > 1 yang berarti potensi batubara Blok A, B dan C masih layak untuk menggunakan sistem tambang terbuka.

d. Dari hasil analisis kepekaan terhadap perubahan (naik/turun) harga jual batubara berdasarkan HPB marker No 1–8 periode bulan oktober tahun 2013, nilai BESR Blok A, B dan C peka terhadap perubahan harga jual batubara.

2. Saran

Adapun saran yang dapat di ambil dari kesimpulan di atas yaitu :

a. Perlu dilakukan eksplorasi lanjutan untuk memperoleh kelas potensi sumberdaya yang lebih tinggi untuk meningkatkan kriteria kawasan pertambangan.

b. Perlu dilakukan kajian khusus untuk menentukan jalur pengangkutan batubara yang layak secara teknis dan ekonomis

c. Perlu dilakukan studi kelayakan untuk memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi.

Deksripsi Blok 1 (US$) Blok 2 (US$) Blok 3 (US$)

Biaya Sewa Alat 600.000,00 600.000,00 600.000,00 Biaya Operasional 2.394.001,92 2.394.001,92 2.394.001,92

Gaji Operator 34.636,64 34.636,64 34.636,64 Biaya Konsumsi 7.636,64 7.636,64 7.636,64 Biaya Pengupasan 3.028.638,56 3.028.638,56 3.028.638,56

Biaya Pengupasan Tanah Penutup

Deksripsi Blok 1 (US$) Blok 2 (US$) Blok 3 (US$)

Biaya Sewa Alat 288.000,00 288.000,00 288.000,00

Biaya Operasional 1.023.741,60 1.023.741,60 1.023.741,60

Gaji Operator 15.272,73 15.272,73 15.272,73 Biaya Konsumsi 3.272,73 3.272,73 3.272,73

Biaya Produksi 1.330.287,05 1.330.287,05 1.330.287,05

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, fase ini dapat dipergunakan untuk menyusun kembali rencana strategi rumah sakit dan sistem yang menggunakan konsep manajemen strategis secara

Wilmar International Multimas Nabati Sulawesi, Bitung No 1.4414° 125.16171° JL. Madidir Kelurahan Paceda Kecamatan Madidir Kota Bitung, North Sulawesi x x Wilmar International

Gambar 12 menyajikan logical framework (logframe) RAN-PG Multi-sektor dengan peran Kementerian dan Lembaga secara lebih rinci. Semua K/L terkait mempunyai goal atau dampak

Pada paper ini akan dibahas mengenai waktu yang diperlukan seluruh penghuni untuk melakukan evakuasi beserta tingkat risiko jalur evakuasi yang tersedia di gedung akomodasi..

ditetapkan sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2011 Tentang Retribusi

Hasil penelitian di Situs Siulak Tenang sebagian besar merupakan kubur tempayan tunggal, kecuali satu tempayan yang ditutup dengan periuk, sebagian kecil terdapat benda bekal

penanganan peti kemas yang digunakan, karena setiap sistem penanganan peti kemas tergantung dari masing-masing jenis alat penanganan peti kemas yang digunakan pada sistem

Fraksi yang mengandung alkaloid dari bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) varietas merah tunduk pada konsentrasi 0,6% dan 0,8% memiliki aktivitas mukolitik