• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencemaran air akibat penambangan batuba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pencemaran air akibat penambangan batuba"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENAMBANGAN BATU BARA

TERHADAP LINGKUNGAN

February 6, 2016

Filed under: Sumberdaya — Urip Santoso @ 11:23 pm Tags: batubara, lingkungan

Oleh

Erni Yusnita

Email : erniyusnita47@gmail.com

Abstrak

Aktifitas pertambangan dianggap seperti uang logam yang memiliki dua sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun. Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat mengubah secara total baik iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan. Hilangnya vegetasi secara tidak langsung ikut

menghilangkan fungsi hutan sebagai pengatur tata air, pengendalian erosi, banjir, penyerap karbon, pemasok oksigen dan pengatur suhu. Selain itu penambangan batu bara juga bisa mengakibatkan perubahan social ekonomi masyarakat disekitar kawasan penambangan. Upaya pencegahan dan

penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batu bara perlu dilakukan tindakan-tindakan tertentu sehingga akan dapat

mengurangi pencemaran akibat aktivitas pertambangan batubara dan

memperbaiki kerusakan lingkungan yang telah terjadi di sekitar pertambangan.

Kata kunci : Penambangan batubara, dampak, upaya pencegahan

Pendahuluan

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah

C240H90O4NS.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.

Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang

mengancam kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan

(2)

ladministrative penal law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya sangat tergantung pada

hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

Tulisan ini berusaha menggambarkan bagaimana metode penambangan, kerusakan yang diakibatkan dan solusi mengatasi kerusakan lingkungan pasca penambangan.

Jenis Batu Bara

Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit,

bituminus, sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian ESDM, 2006) 1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini

mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.

2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.

3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air. 4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini

mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.

5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.

Metode Penambangan Batubara

Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya

membutuhkan investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa pasar dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif

(3)

yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :

1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.

2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan seperti

1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.

2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.

3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.

4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah tercuci .

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) . Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka

dilakukan dengan membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.

Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling per blok penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit sumberdaya mineral, (Suhala Et, al.,, 1995).

Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke

processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

(4)

menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.

Pengangkutan Batu Bara

Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.

Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam ukuran berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000 DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar 90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.

Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus,

pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara. Tindakan-tindakan pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.

Dampak Penambangan Batubara

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

1. Dampak Terhadap Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena

transportasi alat dan pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan

penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri penambangan kita.

(5)

termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara

langsung menyebabkan pencemaran antara lain ; 1. Pencemaran air,

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan

mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini

terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.

2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti

influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas

(6)

pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah tersebut.

1. Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :

1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya. Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan.

3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan

pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.

(7)

1. Terganggunya Arus Jalan Umum

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan, meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak yang ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan

kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan, permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih

konsumtif. Bahkan kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri,

Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah Australia hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah

bertambahnya devisa negara dari kegiatan penambanganya.

Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat. Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan

terbarukan. Dengan cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari. Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :

(8)

sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).

2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place).

3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)

4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih atas terselesaikanya penulisan artikel ini disampaikan kepada dosen pengasuh Mata Kuliah Penyajian Ilmiah Bapak Prof. Dr. Ir. Urip Santoso, M.Sc, yang telah memberikan arahan, petunjuk dan materi dasar untuk membuat tulisan ini. Semoga Allah, SWT, membalas semua kebaikan Bapak.

Daftar Pustaka

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai

Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16 Juni 2006].

Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding

Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-SEA. Bogor

Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis

(9)

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM. Jakarta.

Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan. Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Uversity Press. Yogyakarta.

Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta’alim. 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi.

Jakarta.

(10)

Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 44 PENGELOLAAN LINGKUNGAN AREAL TAMBANG BATUBARA (Studi Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) di PT. Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan) Oleh: Luthfi Hidayat *) Absrtak Kegiatan pertambangan batubara berpotensi

menimbulkan kerusakan lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan adalah munculnya Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mining Drainage (AMD). AAT dicirikan dengan pH air yang sangat rendah (pH antara 3-5), warna perairan yang kuning kemerahan, dan berpengaruh buruk terhadap biota air. AAT muncul dari adanya singkapan tanah yang mengandung pirit, bereaksi dengan udara dan air hujan. Reaksi AAT Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro (Pyrite + oxygen + water → ferrous iron + sulfate + acidity). Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan

menghasilkan keasaman yang lebih banyak (Pyrite + ferric iron + water → ferrous iron + sulfate + acidity). Penanganan secara prefentif (menghindari singkapan batuan pirit) adalah pengelolaan yang paling baik. Jika Air Asam Tambang sudah terjadi, pengelelolaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama; pengaliran air asam tambang, Kedua, pemompaan ke tempat perlakukan, ketiga; penetralan air asam tambang di kolam pengendap. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005). Aktivitas penambangan selalu membawa dua sisi. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi yang lain adalah timbulnya dampak lingkungan. Salah satu komoditi yang banyak diusahakan saat ini, untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara. Pada saat ini

Indonesia memiliki potensi sumber daya batubara sekitar 60 miliar ton dengan cadangan 7 miliar ton ( Witoro, 2007 ). Dilain pihak tambang batubara pada umumnya dilakukan pada tambang terbuka (open mining), sehingga akan berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan bioligis tanah, serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air (Subardja, 2007). Salah satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batubara adalah terkait dengan Air Asam Tambang ( AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Penampakan air asam tambang di tahap awal adalah adanya air di pit tambang yang berwarna hijau. Pada awal kegiatan tambang, yaitu sejak penyelidikan (eksplorasi) atau tahap perencanaan perlu dilakukan untuk mengetahui dan menghitung besarnya potensi air asam tambang yang akan ditimbulkannya. Mengetahui potensi

(11)

Mine Drainage) bukan hanya berasal dari hasil pencucian batubara, tetapi juga dari dibukanya suatu potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan

permasalahan kepada kualitas air dan juga tanah. Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar langkah – langkah preventif serta

pengendaliannya dapat dilakukan. Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir. Air asam tambang (Acid Mine Drainage) dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain itu jika dialirkan ke sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai serta akan mengganggu biota yang hidup di darat juga biota perairan. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah; Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 45 1. Bagaimana persoalan Air Asam Tambang di tambang batubara yang saat ini terjadi di PT. Bhumi Rantau Energi. 2. Bagaimana upaya pengelelolaan pengelolaan air asam tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi. 1.3. Metode Penelitian Penelitian ini pada prinsipnya dilakukan dengan dua tahapan metode. Pertama adalah melakukan studi pustaka terkait persoalan Air Asam Tambang, dan tahapan kedua adalah mengamati realitas pengelolaan Air Asam Tambang yang dilakukan di perusahaan Tambang PT. Bhumi Rantau Energi. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah; 1. Untuk memahami persoalan lingkungan akibat adanya Air Asam Tambang di areal Pertambangan Batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. 2. Untuk memahami gambaran tahapan pengelolaan Air Asam Tambang di PT. Bhumi Rantau Energi. II. KEADAAN LINGKUNGAN LOKASI TAMBANG 2.1. Lokasi Penelitian PT. Bhumi Rantau Energi merupakan jenis perusahaan

PerseroaanTerbatas (PT). Kantor pusatnya terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda Pondok Indah Kavling V-TA Jakarta Wisma Pondok Indah 2, sedangkan kantornya terletak di Jalan Jend. Sudirman By Pass RT.02 RW.01 Desa Bungur, Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Perusahaan ini bergerak di bidang pertambangan. Sebagaimana Surat Keputusan (SK) Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) yang disetujui oleh SK Bupati Tapin Nomor 188.45/048/KUM/2011

tanggal 21 Maret 2011 tentang persetujuan Kelayakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (ANDAL), RKL dan RPL pada kegiatan penambangan

batubara di PT. Bhumi Rantau Energi. Lokasi kegiatan pertambangan terletak 108 Km sebelah timur laut kota Banjarmasin dan dapat di tempuh dari kota

Banjarmasin lewat jalur darat sepanjang 102 Km sampai Rantau (ibu kota

(12)

prospek untuk di tambang 2) Kemiringan daripada singkapan batubara berkisar antara 25°-40° 3) Kondisi topografi 2.3. Keadaan Lingkungan Tambang Batubara Morfologi di daerah pengamatan mempunyai penampakan yang relatif sama berupa perbukitan bergelombang dengan kondisi topografi yang tidak terlalu menonjol di setiap daerahnya. Namun, sebagai akibat adanya tambang rakyat, disekitar singkapan batubara banyak gundukangundukan tanah, sehingga kondisi topografi mengalami perubahan. Dibanding keadaan saat studi tahun 2000 (rona lingkungan awal), maka perkembangan lingkungan sekitar relatif tidak banyak perubahan. 1. Sebelah utara: pertanian (sawah dan kebun) 2. Sebelah selatan: pertanian(sawah dan kebun) serta pemukiaman 3. Sebelah timur: sungai

bahalayung dan pemukiman 4. Sebelah barat: jalan raya dan pertanian Kualitas air yang dikelola oleh air limbah yang berasal dari tambang dan stockpile

(tempat penumpukan batubara), mengacu pada kriteria baku mutu air limbah batubara. Pengelolaan yang dilakukan yaitu mengelola air limbah dari tambang tersebut dengan pembuatan settling pond pada stockpile PT. Bhumi Rantau Energi. Di dalam pengelolaan air limbah pada settling pond terdapat proses pengendapan Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 46

(sedimentasi),penggumpalan (koagulasi), pencampuran (flokasi) serta netralisasi. Pada koagulasi bahan yang digunakan berupa tawas untuk menjernihkan air serta mengendapkan lumpur dan bahan untuk netralisasi berupa kapur tohor yang berfungsi untuk menetralkan air sehingga pH memenuhi baku mutu

pemerintah yaitu 6-9, kapur juga berfungsi menghilangkan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) sehingga air yang keluar melalui outlet kebadan sungai memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Kondisi flora lokasi pemantauan dilakukan pada areal sarana prasarana bekas tambang yang telah direvegetasi. Beberapa tipe

penutupan vegetasi yang terdapat pada lokasi pemantauan adalah hutan

skunder dan vegetasi belukar, vegetasi kebun karet rakyat dan alang-alang dan vegetasi tanaman yang terdapat pada areal revegetasi. Lokasi flora didalam proyek terdapat vegetasi jenis pepohonan peneduh dan tanaman hias. Kekayaan jenis pada lokasi ini masih termasuk sedikit. Berdasarkan hasil survey yang dicatat terdapat 9 jenis. Tabel 1. Flora di dalam lokasi No Nama Tanaman Nama Latin 1 Alaban Vitex pubescent 2 Jati Tektona grastis 3 Palam Palmae spp 4 Ketapang Terminalia 5 Akasia daun kecil Acacia 6 Karet Hevea 7 Pinus Pinus mercusi 8 Jenis tanaman - 9 Akasi daun lebar Accacia decurens Tabel 2. Flora darat yang ditemukan diluar/disekitar lokasi No NAMA NAMA LATIN 1 Kelapa Cocos mucifera 2 Nangka Artocarfus integra 3 Kuini Mangifera odorata 4 Hampalam Licuala spinas 5 Keladi Colocasia escolenta 6 Jeruk Citrus SP 7

Rambutan Nephelium 8 Mengkudu Morinda citrifolia 9 Paku-pakuan Nephrolepis exaltata 10 Ubi kayu Manihot utilisima Kondisi fauna darat secara keseluruhan memberikan gambarn fauna yang menempati lokasi penambangan dan

(13)

3 Cekaka kecil Todirhampus 4 Codet Lanius sach 5 Curiak Gerygone sulphurca 6 Darakuku Streptopelia chinensis 7 Elang Harliantos Indus 8 Keruang Pycnonotus goiavier 9 Layang-layang Delichon dasypus 10 Pipikau Coturnik chinensis 11 Pilatuk Dryocopus jevensis 12 Pipit habang Lonchura mallanca 13 Pipit hirang Neiglyptes triptis 14 Punai Triton vernan 15 Burung Sikatan Ficedula dumetoria 16 Burung Tinjau Copsychus saularis Berdasarkan tabel diatas memberikan

gambaran bahwa habitat daerah pertambangan dan sekitarnya merupakan rumah tinggal burung. Beberapa jenis dari burung tersebut bersifat migran, sehingga pada saat pengamatan jenis tersebut tidak ditemukan. Tabel 4. Fauna jenis mamalia yang terdapat di wilayah studi No NamaLokal Nama Latin 1 Babihutan Sus barbutas 2 Cerucut Suncus sp. 3 Kelelawar Suku pretopodidae 4 Musang Paradaxarus sp. 5 Warik Macaca fascicularis 6 Trenggiling Manis javanica 7 Tupai Glyphates sumus 8 Kukang Nycticebus caucang 9 Bekantan Nasalis larvatus Jenis reptil yang ditemukan setempat adalah Biawak (Varanus Salvator), Ular Daun (Bungarus Fasiatus), Bunglon (Mabouyo Multifasciata) dan

Bingkarungan (Tiliqua sp). Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 47 Tabel 5. Fauna jenis reptil yang terdapat diareal studi No Jenis reptile Namalatin 1 Biawak Varanus salvator 2 Bingkarungan/Kadal Tiliqua sp. 3 Angui/Bunglon Gonychepalus sp 4 Ular Naja saputrik 5 Ular sawa Phyton sp. 6 Ular tadung Bungarus 7

Ularpucuk Trimeresurus 8 Ular daun Leptphis Jenis-jenis Ampibi dan Insekta yang ditemukan adalah seperti tertera dalam tabel berikut. Tabel 6. Fauna jenis

Amphibi yang terdapat di areal studi No Jenis Amphibi Nama Latin 1 Katak hijau Rana sp. 2 Katak hijau teratai Rana limnocharis 3 Katak cokelat Rana sp. Tabel 7 Fauna jenis Insekta yang terdapat diareal studi No Jenis Insekta Nama latin 1 Capung - 2 Semut salimbada Suku formicidae dan Isotera 3 Kupu-kupu - III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Tentang Air Asam Tambang Air asam tambang (AAT) atau disebut juga dengan Acid Mine Drainage (AMD) adalah air yang bersifat asam (tingkat keasaman yang tinggi) dan sering ditandai dengan nilai pH yang rendah yaitu dibawah 6,karena sesuai dengan baku mutu air pH normal adalah 6-9 sebagai hasil dari oksidasi mineral sulfida yang tersingkap oleh proses penambangan dan terkena air. Air asam tambang (AAT) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada air asam tambang yang timbul akibat kegiatan penambangan serta sering juga disebut air rembesan (seepage), atau aliran (drainage). Air ini terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Perlu diketahui air asam tambang sebenarnya tidak terbentuk akibat kegiatan penambangan saja tetapi setiap kegiatan yang berpotensi menyebabkan terbuka dan teroksidasinya mineral sulfida akan menyebabkan terbentuknya air asam tambang. Beberapa kegiatan seperti pertanian,

pembuatan jalan, drainase dan pengolah tanah lainnya pada areal yang

(14)

cadmium (Cd), aluminium (Al), sulfate ( ). Pyrite ( ) merupakan senyawa yang umum dijumpai dilokasi pertambangan. Selain pirit masih ada berbagai macam mineral sulfida yang terdapat dalam batuan dan mempunyai potensi membentuk air asam tambang seperti : marcasite ( ), pyrrotite ( ), chalcocite ( S), covellite (CuS) molybdenite ( ), chalcopyrite ( ), galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan

arsenopyrite (FeAsS). Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai, danau atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut. Hal ini tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam tambang dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan. Komponen pembentukan air asam tambang lainnya adalah air dan oksigen. Air yang masuk kedalam cekungan berasal dari air permukaan terutama dari air hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan volume air dalam cekungan semakin besar, sehingga cekungan membentuk kolam besar. Proses terjadinya air asam tambang yaitu bila teroksidasinya mineral-mineral sulfida yang terdapat pada batuan hasil galian dengan air ( O) dan oksigen ( ). Oksidasi logam sulfida dalam membentuk asam terjadi dalam persamaan reaksi sebagai berikut : Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit disertai proses oksidasi. Pirit

dioksidasi menjadi sulfat dan besi ferro. 1. 2 + 7 + 2 → 2 + 4 + 4 Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 48 (Pyrite + oxygen + water → ferrous iron + sulfate + acidity) Reaksi lanjutan dari pirit oleh besi ferri lebih cepat (2-3 kali) dibandingkan dengan oksidasi dengan oksigen dan menghasilkan keasaman yang lebih banyak. 2. + 14 + 8 15 + 2 + 16 (Pyrite + ferric iron + water → ferrous iron + sulfate + acidity) Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksidasi sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang antara lain berasal dari : 1. Air Dari Tambang Terbuka Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan penutup, sehingga unsur sulfur yang ada dalam batuan sulfida akan terpapar oleh udara maka terjadilah oksidasi yang apabila hujan atau air tanah mengalir di atasnya maka jadilah air asam tambang. 2. Air Dari Unit Pengolah Batuan Buangan Material yang banyak terdapat limbah kegiatan penambangan adalah batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat dengan bertambahnya kegiatan

penambangan. Akibatnya batuan buangan yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara membentuk senyawa sulfur oksida,

(15)

ini biasanya cukup tinggi karena adanya penambahan hydrated lime untuk

menetralkan air yang bersifat asam yang dibuang kedalamnya. 5. Air Dari Tempat Penimbunan Bahan Galian/Stockpile Bahan galian batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan diangkut dan dikumpulkan di stockpile untuk diolah dan dipasarkan. Pada proses pengiriman batubara ke konsumen terlebih dahulu dikecilkan ukurannya dengan metode penghancuran (crushing). Dalam proses penghancuran batubara disiram dengan air untuk mengurangi debu,dimana terkadang didalam lapisan batubara terdapat mineral sulfida. Hal ini berpotensi membentuk air asam tambang. 3.2. Dampak Buruk Air Asam Tambang

Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari asam tambang tersebut antara lain yaitu : 1. Bagi masyarakat sekitar Dampak

terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk akan terganggu. 2. Bagi biota perairan Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya

perubahan keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya pada perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup. 3. Bagi kualitas air permukaan Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan. 4. Kualitas air tanah Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak

mengandung logamlogam berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 49 menyebabkan keracunan pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu dan akhirnya akan mati. 3.3. Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam tambang. 1. Penempatan Selektif Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang PAF (Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF (Non Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada satu lokasi. 2. Manajemen Tanah Manajemen tanah ini bertujuan untuk : 1) Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga

(16)

kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur, nutrisi, tersedia digunakan dalam rehabilitasi. Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan oksigen di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF (Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal tersebut, yaitu dengan menempatkan PAF (Potentially Acid Forming) di bawah permukaan air di mana penetrasi oksigen tehadap lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat infiltrasi air . Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending) beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini pembentukan AAT dapat dihindari. Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk mengembalikan nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah

Pertambangan dan Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan pada usaha

pertambangan. Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu : Active treatment dan Passive treatment. 1. Active Treatment Technologies Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa. Terdiri dari : Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam), penghilangan logam, presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara biologi. Penetral yang paling umum digunakan pada perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial, mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif digunakan serta dikelola dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air. 2. Passive treatment technologies Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan adalah memakai

tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus. IV. PEMBAHASAN 4.1. Proses Pengaliran Awal Air Asam Tambang Tahapan proses pengelolaan air asam tambang pada PT. Bhumi Rantau Energi, pengaliran yang berasal dari pit (lubang bukaan tambang tambang) dan juga dari unit pengolahan (crusher) sampai akhirnya dikembalikan lagi ke lingkungan. Lubang bukaan tambang (Pit)

(17)

terbentuk air asam tambang (AAT). Air yang berasal dari lubang bukaan tambang (Pit) ini selanjutnya dialirkan menuju sumuran (sump). Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat sementara sebelum air itu dipompakan serta dapat berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur. Pengaliran air dari sump dilakukan dengan cara pemompaan. Sump ini dibuat secara terencana dalam pemilihan lokasi maupun volumenya. Penempatannya pada jenjang tambang dan biasanya dibagian lereng tepi tambang. Sump ini disebut dengan sump

permanen karena dibuat untuk jangka waktu lama, biasanya terbuat dari bahan kedap air dengan tujuan untuk mencegah peresapan air supaya tidak

menyebabkan jenjang tambah longsor karena sump ini yang pertama menerima air. 4.2. Proses Pemompaan Air Asam Tambang Pemompaan dalam hal ini

berfungsi untuk memindahkan atau membuang air dari tempat yang rendah yaitu dari sumuran (sump) pada lantai kerja penambangan ketempat yang lebih tinggi/keluar tambang. Volume air yang tertampung dalam sumuran (sump) jumlahnya akan semakin bertambah jika sejumlah air tersebut tidak dipindahkan ke kolam pengendapan yang akhirnya dapat menghambat kegiatan

(18)

Asam Tambang tidak hanya berasal dari kegiatan penambangan bisa juga dari proses penghancuran batubara. Sebelum batubara masuk kedalam alat

penghancur (Crusher) maka batubara tersebut disiram dengan air, yang

bertujuan untuk mengurangi debu yang dihasilkan ketika proses penghancuran dilakukan serta pada saat krusher (crusher)beroperasi juga dilakukan penyiraman untuk membersihkan krusher (crusher) dari partikel-partikel batubara. Air

limpasan inilah yang berpotensi membentuk air asam tambang(AAT) karena adanya mineral sulfida yang berada dalam batubara juga berpotensi merusak lingkungan. Sehingga sebelum dibuang kelingkungan dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Hasil pemompaan yang berasal dari kegiatan krusher (crusher) dialirkan ke kolam pengendapan (Settling pond) melalui paritan yang dibuat Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 51 mengelilingi tempat pengolahan (Stockpile). Pada PT. Bhumi Rantau Energi terdapat dua settling pond crusher yaitu settling pond crusher 1 dan settling pond crusher 2. Di settling pond

crusher 1 terdapat empat kolam dan settling pond crusher 2 terdapat lima kolam. Kolam pertama berfungsi sebagai kolam pengendapan lumpur atau sedimentasi, kolam kedua dan ketiga berfungsi sebagai kolam untuk penambahan tawas dan kapur, kolam ke 4 difungsikan sebagai kolam parameter/acuan, karena air di kolam terakhir ini akan langsung dialirkan ke badan sungai. V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan, yaitu : 1. Sumber-sumber Air Asam Tambang (AAT) adalah air dari tambang terbuka dari unit pengolahan batuan buangan, air dari unit pengolahan limbah dan dari tempat penimbunan bahan galian. 2. Metode pengolahan air asam tambang yang ada di PT. Bhumi Rantau Energi adalah dengan metode active treatment. 3. Air yang berpotensi air asam tambang tidak hanya berasal dari pit tapi juga yang berasal dari unit pengolahan (crusher). 4. Air yang berpotensi menjadi air asam tambang yang berasal dari pit dialirkan menuju sumuran (sump), lalu dipompa menuju settling pond. 5. Sebelum dilakukan proses

(19)

Com Abfertiawan. 2011. Konsep Pencegahan Air Asam Tambang. [online] dari http//abfertiawan. blog. com Metode Pengolahan Tambang Umum. 2013. [online] dari sintaloh. blogspot. com Air Asam Tambang dan Pengelolaannya. 2013.

(20)
(21)
(22)

Oase Batubara untuk PLTU Bisakah Dihentikan?

March 13, 2017 Donny Iqbal, Cirebon Energi

Pemerintah telah menargetkan pengadaan listrik 35.000 megawatt untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang meningkat. Akan tetapi,

pemenuhan energi tersebut sebagian besar masih bersumber dari batubara.

Ketersedian batubara di Indonesia terbilang cukup besar. Berdasarkan Pusat data dan informasi Kementerian ESDM tahun 2015 dari hasil riset tahun 2014 oleh Handbook of Energy and Economic Statistic of

Indonesia memperkirakan bahwa kandungan sumber daya batubara dimiliki Indonesia berkisar 120 miliar ton. Sehingga dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2016-2025 diasumsikan bahwa secara kuantitas batubara selalu tersedia untuk pembangkit listrik.

Data ESDM disimpulkan tingkat produksi pertambangan batubara di

Indonesia dalam 5 tahun terakhir berkisar 400 juta ton per tahun, dimana hampir 90% diekspor ke luar negeri dan sisanya digunakan untuk

(23)
(24)

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, batubara ditargetkan menjadi penyedia energi terbesar sampai dengan tahun 2050. Pada 2025, target peran batubara dalam energi primer khusus untuk kelistrikan sebesar 115 Giga Watt dan 430 Giga Watt pada tahun 2050.

Target tersebut belum termasuk pemakaian batubara yang dicairkan dan batubara yang digaskan, dalam peraturan tersebut diproyesikan minimal 30% tahun 2025 juga peran Energi Baru Dan Terbarukan yang ditargetkan mencapai 22% pada tahunyang sama. Dalam PP tersebut, juga disebutkan target pemakaian energi primer total sebesar 400 juta TOE (ton oil

equivalent) tahun 2025 dan 1.000 juta TOE tahun 2050.

Andaikan target 35000 MW adalah hal yang ingin dicapai, menurut data Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi ESDM pemerintah berencana membangun kelistrikan dari 68% PLTU, 19% pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLPT) dan 3% pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Akan tetapi proses pembakaran batubara -menghasilkan emisi karbon dioksida yang berpengaruh terhadap perubahan iklim. Disamping itu batubara juga menghasilkan polusi partikel dan limbah kimia yang dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.

(25)

Tumpukan batubara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Cirebon I di Desa Kanci,  Astanajapura, Cirebon, Jabar, pada awal Maret 2017. Keberadaan PLTU membuat 

(26)

Pembangunan PLTU

Di tanah air, keberadaan PLTU masih menjadi pro dan kontra. Rakyat Penyelamat Lingkungan mewakili masyarakat Cirebon yang didampingi 17 pengacara melayangkan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, bernomor 124/G/LH2016/PTUN/BDG.

Gugatan tersebut tertuju pada proyek pembangunan PLTU II yang akan dibangun di Desa Kanci, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon. Rencananya lokasi pembangunan PLTU Cirebon II tepat bersisian dengan PLTU Cirebon I.

Saat ini, proses sidang telah memasuki agenda ke-8 dengan tahapan sidang pemeriksaan setempat oleh PTUN Bandung. Dengan gugatan terkait surat Keputusan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat Nomor 660/10/191020/BPMPT/2016 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Pembangunan dan Operasional PLTU Kapasitas 1×1000 MW oleh PT Cirebon Energi Prasarana, tertanggal 11 Mei 2016.

Ketua Majelis Hakim, Sutiyono menjelaskan tujuan dari sidang

pemeriksaan setempat ini untuk memeriksa fakta – fakta sebagai rujukan yang diajukan tergugat menganai izin lingkungan.

“Rencananya masih ada beberapa agenda persidangan yang akan dilakukan dengan menghadirkan saksi ahli dari penggugat maupun

pemerintah terkait soal izin PLTU. Terkait putusan, kami kejar untuk akhir Maret ini dengan rentan waktu 150 hari harus selesai kecuali rumit . Perkara tentang lingkungan termasuk pembuktiannya tidak sederhana dan soal perizinnya bersifat derivative,” kata dia saat ditemui Mongabay di lokasi PLTU Cirebon I, Jumat, (03/03/2017) lalu.

(27)
(28)

Sementara itu, Willy Hanafi salah satu kuasa hukum yang mendampingi gugatan masyarakat menerangkan bahwa pembangunan PLTU sendiri berdampak pada hak warga atas lingkungan baik, sehat dan memeperoleh mata pencaharian untuk sumber kehidupannya.

Dia menuturkan secara administratif adanya perbedaan RTRW yang terjadi antara Pemerintah Kabupaten Cirebon dengan Provinsi Jawa Barat. Tapi secara prinsip keberadaan PLTU seharusnya tidak merenggut hak hidup warga sekitar yang menggantungkan diri dilingkungan terutama pantai.

“Yang kami gugat sebetulnya izin pembangunan PLTU II. Karena dengan adanya PLTU I saja dampaknya sudah terasa terutama dari segi

lingkungan menjadi rusak. Contohnya keberadaan ikan yang dulunya ada sekarang sudah jarang sehingga berimplikasi pada perekonomian warga,” tutur dia.

Dia berujar pembangunan proyek PLTU di Cirebon diwacanakan akan di bangun sebanyak 5 buah. Untuk itu, perizinan soal AMDAL dan perizinan lainya dinilai perlu dilakukan secara komperhensif agar tidak merugikan rakyat yang sudah dari dulu mengandalkan laut sebagai tumpangan hidup.

Di tempat yang sama, Surip (42) warga sekitar mengaku resah dengan adanya rencana pembanguan PLTU II. Pasalnya sejak pembanguan tahun 2005 dan mulai beroprasi PLTU I tahun 2012, menurut Surip telah

berpengaruh pada lingkungan.

“Dulu sebelum ada PLTU tidak jauh dari pesisir pantai dan hanya menggunakan pelampung bisa dapat ikan paling minimal 20 – 30 kilo dalam sehari. Lumyan kalau dirupiahkan bisa bawa pulang uang 300.000,” ujarnya.

Dia menyebutkan ikan kakap, ikan sembilang dan ikan lainnya kadang mudah didapat dengan jaring. Namun, semenjak PLTU membuang air panas bekas pembakaran batubara langsung ke pantai berpengaruh terhadap ketersediaan biota laut. Sehingga ikan yang dulunya mudah didapat sekarang menjadi sulit.

“Dulu pas proses pembangunan pernah ada santunan dari PLTU sebesar Rp4 juta. Katanya sebagai biaya tambak kerang warga yang mati

keracunan. Tapi itu hanya sekali dan tidak ada lagi santunan warga ataupun berbaikan pantai,” kata dia.

Sarnah (43) warga sekitar yang berprosesi sebagai nelayan juga

(29)

kecil jadi tidak bisa melaut terlalu jauh. Dulu berangkat jam 7 malam pulang pagi dapatnya lumayan. Duh kalo sekarang susah kadang dapet sedikit,” keluhnya.

Dia berujar ada 2 desa yang lokasinya berdekatan dengan PLTU.

Diantarannya Desa Kanci Kulon yang dihuni sekitar 4000 Kepala Keluarga dan sebagian besar masyarakat bermata pencaharian nelayan dan petani. Dia berharap pemerintah memikirkan nasib kehidupan masyarakat kecil yang sejak dulu hidup dari hasil alam pantai Cirebon.

Batubara, Tantangan Ketahanan Energi Serta Persoalan Sosial dan

Lingkungan (Bagian-1)

October 22, 2014 David Fogarty Uncategorized

Tongkang pengangkut batubara lewat di sungai Mahakam, Kaltim (Agustus 2014). Foto:  David Fogarty

(30)

Penambang menggali lubang terbuka, membersihkan hutan dan lahan pertanian untuk mengambil batubara, lapisan hitam tebal dari dalam tanah, yang kemudian dihancurkan dan dimuat ke truk dan tongkang untuk dikirimkan ke Tiongkok, India, Jepang dan tujuan lainnya di Asia.

Indonesia sendiri merupakan produser batubara terkemuka dunia, menghasilkan 421 juta metrik ton tahun lalu, -menurut angka resmi pemerintah, dengan sekitar 350 juta metrik ton diantaranya diekspor untuk memenuhi permintaan energi dunia. India dan Cina adalah dua pembeli terbesar.

Dalam satu dekade terakhir, produksi batubara Indonesia telah meningkat tiga kali lipat yang membuat Indonesia menjadi negara eksportir teratas batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik, yang menghasilkan miliaran dolar dalam royalti pemerintah. Pajak batubara merupakan sumber penting pendapatan, membantu menutupi defisit anggaran berjalan sekitar 3 persen dari PDB.

Tetapi dibalik keberhasilan ini telah datang banyak permasalahan, termasuk deforestasi besar-besaran, polusi air, konflik konsesi dengan masyarakat lokal dan adat dan biaya kesehatan dari debu batubara yang muncul.

Dalam daftar di atas perlu ditambahkan masalah korupsi, penggelapan pajak, penambangan liar dan ekspor ilegal, yang besarnya hingga mencapai jutaan dolar. Industri ekstraktif batubara yang tak tekendali telah menjadi ancaman bagi dirinya sendiri, ekonomi dan lingkungan nasional dan global.

***

Sekitar setengah batubara berasal dari provinsi yang kaya dengan sumber daya alam yaitu Kalimantan Timur. Untuk membayangkan skala industri ini, anda cukup hanya berdiri di jembatan utama di pinggir sungai

Mahakam, Samarinda dan melihat banyaknya tongkang yang lewat di sungai setiap beberapa menit.

Tongkang seukuran kolam renang olimpiade akan melewati aliran sungai yang berwarna kecoklatan. Tongkang ditarik oleh kapal tunda untuk

dikirim ke kapal curah yang menunggu di sepanjang pantai selat Makassar. Setiap tongkang membawa sekitar 8.000 metrik ton batubara, yang

(31)

Tambang terbuka PT Kitadin coal mine, yang sebagian besar dimiliki oleh perusahaan  Thailand, Banpu, dekat dengan Samarinda, Kalimantan Timur (Agustus 2014). Foto: David  Fogarty,

Ketahanan Energi

Ekstraksi sumber daya telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan ekspor Indonesia. Saat cadangan minyak Indonesia terus menurun, ekstraksi batubara tumbuh dan bermunculan.

“Idenya yaitu kita harus mempertimbangkan keamanan energi. Kami menganggap batubara adalah [alternatif] calon energi kami dalam waktu dekat,” kata Bambang Tjahjono Setiabudi, Direktur Pembinaan

Pengusahaan Batubara di Kementerian ESDM.

Sekitar 60-an juta penduduk Indonesia tidak terhubung terhadap sumber kelistrikan dan pemerintah mendorong investasi yang cepat dalam

membangun pembangkit listrik tenaga batubara untuk memperbaiki kekurangan listrik guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang kuat.

(32)

solusi, dengan berbagai masalah lingkungan yang dihasilkannya sering masih dianggap sebagai masalah sekunder.

“Indonesia berada di level yang berbeda jika bicara masalah dampak lingkungan dibandingkan dengan negara lain,” jelas Sacha Winzenried, penasihat senior bidang energi, utilitas dan pertambangan PwC, sebuah perusahaan jasa bisnis global.

Sebaliknya bagi kalangan LSM, sektor ekstraktif ini perlu dikekang. Mereka menunjuk ancaman dari pembakaran batubara dalam mendorong

perubahan iklim. Mereka mengatakan Indonesia perlu lebih fokus pada investasi energi terbarukan dan membatasi konflik antara tambang dan masyarakat lokal, yang tanahnya semakin terancam.

(33)

Alokasi lahan untuk pertambangan batubara di propinsi­propinsi Kalimantan (sumber: diolah  dari Kementerian ESDM).

Untuk membuat kejelasan terhadap sektor ini, pemerintah meminta KPK (Komisi Pemberantasan Komisi), untuk memimpin evaluasi terhadap berbagai izin pertambangan.

“Fokus kerja KPK adalah untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dan menghindari kebocoran pendapatan,” tutur Tjahjono. Diapun berharap hal ini akhirnya akan mendorong penegakan yang lebih baik dari peraturan lingkungan.

Dalam inisiatif lainnya, menurutnya aturan perdagangan baru yang mulai berlaku 1 Oktober ini akan menargetkan sanksi yang tegas terhadap ekspor batubara ilegal. Tjahjono berharap kedua inisiatif ini akan menyebabkan semakin ketatnya pengelolaan sektor pertambangan.

Namun, bagi kalangan LSM, kebijakan pemerintah yang diambil bisa jadi penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana menghadang berbagai masalah lingkungan dan sosial yang terjadi akibatnya maraknya pemberian ijin dan pertambangan yang ada.

“Saya pikir akan ada lebih banyak masalah karena setengah izin

(34)

serius. Itu baru satu masalah. Juga akan ditambah dengan berbagai isu lain, seperti masalah kesehatan dan konflik lahan,” papar Merah

Johansyah, Koordinator Jatam Kaltim, LSM yang fokus terhadap masalah pertambangan.

Menurut data Kementerian ESDM, terdapat 3.922 ijin eksplorasi,operasi dan produksi batubara di seluruh Indonesia. Sebagian besar berada di Kalimantan dan Sumatera, yang memiliki sebagian besar cadangan batubara Indonesia. Namun, baik Pemerintah pusat dan daerah tidak memiliki sumber daya untuk secara aktif memantau dan menganalisis ijin ini.

Dari total ijin yan ada, 1.461 terdaftar sebagai lokasi tambang yang tidak clean and clear karena berbagai penyimpangan, seperti area

tumpang tindih dengan konsesi pertambangan lain atau dengan konsesi pertanian.

Sebuah analisis independen terhadap ijin batubara menunjukkan jumlah perijinan batubara yang telah dikeluarkan di seluruh Indonesia telah mencapai lebih dari 21 juta hektar pada tahun 2013, kira-kira seukuran hampir 1,9 kali luas pulau Jawa. Dari seluruh total area ini dapat disoroti bagaimana risiko konflik sosial dan kerusakan lingkungan di negara

berpenduduk 250 juta orang, yang sebagian besar masyarakatnya masih bergantung pada lahan pertanian, hutan dan sungai untuk mata

(35)

Tongkang sedang diisi batubara di terminal pengisian di pinggir sungai Mahakam (Agustus  2014). Foto: David Fogarty

Tantangan Utama

Sebagian besar masalah berasal dari tingkat kabupaten. UU otonomi daerah pada tahun 2001 memberi kabupaten kekuatan jauh lebih besar, dan ini memicu ledakan bagi ijin pertambangan. Di Kalimantan Timur misalnya, bupati telah mengeluarkan sekitar 70 persen dari semua izin pertambangan. Pemasukan dari batubara, sebagian digunakan untuk peningkatan pendapatan daerah, namun sebagian digunakan untuk pembiayaan dana kampanye ulang bupati, dan -merujuk kasus korupsi baru-baru ini, masuk ke kantong pribadi bupati dan kroninya.

“Salah satu tantangan utama bagi industri adalah koordinasi antar

departemen pemerintah dan antara pemerintah pusat dan daerah, karena ini adalah salah satu kunci untuk pembangunan berkelanjutan yang

memenuhi kebutuhan investor,” kata Winzenried di kantornya di Jakarta.

“Bupati memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemerintah pusat, atau apakah itu lingkungan, kesehatan dan keselamatan, tingkat

(36)

menambahkan bahwa kantor pertambangan pemerintah daerah sering kekurangan sumber daya, anggaran atau kemauan untuk mereformasi diri.

Kurangnya pengawasan telah menyebabkan pemerintah pusat dan daerah tidak tahu persis jumlah tambang yang memproduksi batubara di

Indonesia, yang dalam hitungan kasar berkisar angka 400.

Dan tidak ada yang tahu berapa banyak batubara ilegal yang diproduksi dan diekspor. Sementara 421 juta metrik ton adalah angka produksi resmi untuk 2013, sumber lain menyebutkan bahwa produksi batubara hampir 500 juta metrik ton, dengan kelebihan 50-60 juta adalah yang disebut dengan “ekspor hilang”. Pihak lain bahkan berani menyebutkan produksi ilegal yang lebih tinggi lagi.

Jumlah peruntukan lahan (dalam hektar) yang dialokasikan untuk aktivitas usaha  pertambangan batubara di Indonesia. (sumber: diolah dari Kementerian ESDM)

Bekerjasama dengan BPK dan KPK, Kementerian ESDM saat ini bekerja untuk fokus pada 12 provinsi dengan angka tertinggi ijin pertambangan.

Tujuannya adalah untuk meninjau legalitas ijin, memeriksa apakah perusahaan tambang memiliki nomor identitas pajak yang valid,

(37)

tumpang tindih dengan perkebunan kelapa sawit dan konsesi

pertambangan lainnya dan kawasan hutan lindung, sebuah masalah yang umum dijumpai di Indonesia.

Sampai saat ini, program ini telah menyebabkan penangguhan lebih dari 300 izin pertambangan yang dikeluarkan oleh pejabat setempat.

Aturan perdagangan baru menyatakan bahwa hanya perusahaan tambang batubara yang memiliki ijin usaha dinilai sebagai bersih dan jelas dapat mengekspor batubara. Kementerian mengeluarkan masing-masing disetujui perusahaan sertifikat, yang Kementerian Perdagangan

menggunakan untuk menyetujui lisensi ekspor. Ekspor juga akan harus melalui pelabuhan yang ditunjuk.

“Upaya ini untuk mengurangi praktik pertambangan yang buruk, yang tidak aman dan non-compliant dengan aturan lingkungan. Itu berarti kita bisa menutup perusahaan-perusahaan,” jelas Tjahjono.

(38)

Persoalan Batubara di Kaltim: Peraturan Ada, Penegakan Hukum

Lemah (Bagian-2)

October 23, 2014 David Fogarty Hutan, xLingkungan Hidup

Pertambangan batubara terbuka di Makroman, Samarinda, Kaltim. Foto: Yustinus S.  Hardjanto

Masalah dalam pertambangan batubara adalah tidak seluruh industri bekerja pada skala pertambangan yang sama, ada yang besar dan ada yang sangat kecil. Sebagian usaha pertambangan beroperasi secara singkat, kurang memperhatikan masyarakat setempat dan meninggalkan lubang bekas galian saat mereka berhenti beroperasi.

Tulisan pertama artikel ini dapat dilihat pada tautan ini:

http://mongabaydotorg.wpengine.com/2014/10/22/batubara-tantangan-ketahanan-energi-serta-persoalan-sosial-dan-lingkungan-bagian-1-dari-2-tulisan/

(39)

resmi tahun lalu di Indonesia. Produksi dan operasi mereka secara hati-hati dipantau dan ditinjau setiap tahun oleh kementerian.

Menurut data pemerintah total terdapat sekitar 80 kontrak batubara langsung. Mereka membayar royalti lebih tinggi dan diberikan ijin pertambangan yang disebut IUP (Ijin Usaha Pertambangan).

“Di Indonesia, anda dapat melihat perbedaan yang nyata antara yang disebut formal dan yang kurang formal. Di sana jelas ada masalah lingkungan untuk sektor yang kurang diatur, seperti penambang ilegal atau pemain skala kecil,” jelas Sacha Winzenried, penasihat senior bidang energi, utilitas dan pertambangan PwC.

Sebaliknya, menurut laporan Jatam beberapa pemain besar juga bekerja tidak sempurna. Dalam laporan bersama dengan Greenpeace yang dikeluarkan pada bulan Agustus tahun ini, Jatam menuduh Kaltim Prima Coal (KPC) melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan pencemaran air. Namun, KPC tidak memberikan tanggapan terhadap permintaan untuk mengunjungi tambang mereka dan tidak memberikan jawaban rinci atas pertanyaan yang diajukan.

***

Sebenarnya Indonesia telah memiliki sejumlah aturan lingkungan yang ketat yang mengatur praktik pertambangan, tetapi kelemahan terjadi di dalam penegakan hukumnya. Demikian kesimpulan yang terungkap dari wawancara dengan para pejabat pemerintah, analis dan pihak LSM.

Perusahaan harus menyerahkan penilaian dampak lingkungan dan menyiapkan rincian dan rencana reklamasi pasca tambang. Perusahaan harus menempatkan deposito besar ke rekening bank untuk memastikan mereka melakukan rehabilitasi wajib dan reklamasi daerah yang terkena.

(40)

Kolam bekas tambang batubara yang ditinggalkan di Makroman, Samarinda. Foto: David  Fogarty

“Masalahnya tidak banyak insinyur tertarik ikut dalam pelatihan inspeksi pertambangan ini,” jelas Bambang Tjahjono Setiabudi, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara di Kementerian ESDM.

Kurangnya pengawasan ijin pertambangan tetap menjadi isu utama. Secara total, data ESDM mengatakan terdapat 10.992 ijin dari semua jenis pertambangan di seluruh negeri.

Menurut sumber yang terlibat dalam penyelidikan yang dipimpin oleh KPK, 10.922 izin ini dimiliki oleh 7.834 perusahaan. Dari jumlah tersebut, 17 persen diantaranya tidak memiliki nomor pajak. Konsesi pertambangan juga bekerja di dalam kawasan hutan negara. Tumpang tindih terjadi untuk sekitar 26 juta hektar kawasan hutan yang ironisnya tidak lagi berhutan.

(41)

lindung, yang secara aturan hukum terlambang untuk pertambangan terbuka.

Sebuah studi yang diterbitkan pada awal tahun ini menemukan bahwa pertambangan batubara adalah salah satu penyebab utama deforestasi, selain penyebab lain karena pembukaan perkebunan sawit, dan

pembukaan hutan untuk kepentingan pulp.

Studi ini meneliti hilangnya hutan untuk konsesi industri diantara tahun 2000 dan 2010 dan menemukan bahwa pertambangan batubara telah menyebabkan 300.000 hektar hutan hilang dibandingkan 1,6 juta hektar konsesi kelapa sawit.

Mengubah Cara Pandang

Jatam mengambil posisi garis keras melihat fenomena pertambangan batubara daripada kebanyakan LSM. Mereka ingin pertambangan batubara berhenti sama sekali, suatu skenario yang tidak mungkin karena

pemerintah Indonesia mengharapkan permintaan domestik batubara untuk pembangkit listrik meningkat dua kali lipat pada 2022, dari saat ini yang membutuhkan batubara 73 juta metrik ton per tahun.

“Kami setuju bahwa setiap orang membutuhkan energi. Tapi kami tidak ingin energi datang dari mengancam orang-orang, yang berasal dari perampasan tanah. Kita perlu mengubah pola pikir orang,” jelas Hendrik Siregar dari Jatam, dalam sebuah wawancara baru-baru ini di Samarinda. Pola pandang Jatam dapat dipahami jika melihat dampak lingkungan yang timbul dari pertambangan batubara yang terjadi di Kaltim.

***

Di luar Samarinda di pinggir sungai Mahakam, Rumansi (35 tahun) adalah seorang nelayan sungai dengan keramba yang membentang ke sungai di belakang rumahnya. Di dekat tempat tinggalnya terdapat terminal

(42)

Aksi tolang tambang CV Arjuna oleh warga Makroman, Samarinda. Foto: Yustinus S.  Hardjanto

Rumansi menyebutkan jumlah tangkapannya telah turun sekitar 30 persen dalam beberapa tahun terakhir, dengan semakin banyaknya dia temui ikan yang sekarat dan berkurangnya ikan yang memiliki anak. Atas

kerugiannya, perusahaan tambang memberikan 250 ribu rupiah per bulan sebagai kompensasi yang diderita. Bagi Rumansi kompensasi ini tidak menutup kerugian yang sebenarnya.

Cerita lain datang dari Samarinda, ibukota Kalimantan Timur. Sekitar 70 persen dari kota dan daerah sekitarnya berada di bawah ijin konsesi

pertambangan dengan lanskap dipenuhi dengan ‘bekas luka’ dari tambang dan lubang batubara ditinggalkan, yang sekarang banyak terisi air. Hanya sedikit orang di Samarinda yang mendapat manfaat besar dari

keberadaan tambang batubara, termasuk yang tinggal di wilayah desa.

Sekitar 40 menit berkendara dari pusat kota adalah desa Makroman. Para petani mencari nafkah dengan menanam padi dan buah-buahan seperti rambutan dan durian. Desa ini berada di bawah ancaman tambang yaitu CV Arjuna, yang melakukan pembersihan area lahan untuk operasi

tambang terbuka mereka.

Sekitar enam tahun yang lalu, seorang pejabat perusahaan datang ke desa untuk mengambil sampel tanah dan pengukuran. Ini adalah pertama penduduk desa mendengar tentang perusahaan atau tambang yang

(43)

“Dia datang seperti pencuri saja,” kata Niti Utomo (66 tahun), seorang petani di Makroman yang seperti banyak warga desanya menolak upaya CV Arjuna untuk membeli tanah mereka.

Niti Utomo, adalah seorang petani padi dan buah di desa Makroman. Dia mengatakan tambang batubara yang berdekatan dengan lahannya telah menghancurkan persediaan air setempat, yang menyebabkan turunnya hasil panen. Utomo mengeluh hasil panen padinya turun akibat kurangnya air dan maraknya hama. Penduduk desa lainnya mengatakan hal yang sama.

Niti Utomo, petani dari Desa Makroman yang desanya terancam oleh tambang CV Arjuna.  Foto: David Fogarty

(44)

Sementara itu perusahaan tambang telah membangun bendungan untuk irigasi, meskipun pada saat musim kemarau bendungan ini mengering dan meninggalkan tanaman padi layu di musim kemarau. Pada akhirnya, CV Arjuna ingin mengambil alih seluruh 365 hektar di desa dengan

menawarkan sejumlah besar uang kepada pemilik, beberapa di antaranya telah diterima.

Utomo menolak untuk menjual tanahnya kepada perusahaan pertambangan untuk tanah yang telah lebih dari 40 tahun ini dia

budidayakan. “Saya akan berjuang sampai mati untuk menjaga tanah,” tegas Utomo ketika berbicara di samping sawahnya.

Dalam respon lewat email, seorang pejabat di CV Arjuna menyebutkan bahwa ijin yang dimiliki perusahaannya legal diberikan oleh Pemkot pada tahun 2011. Menurut pejabat tersebut, perusahaan telah memenuhi status clean and clear dari Kementerian ESDM, diapun menyebutkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk merehabilitasi tambang bekas galian batubara di area desa sebelahnya.

(45)

Konsesi tambang di seluruh Kalimantan. Courtesy: Jatam

Masalah Pemantauan dan Kepatuhan Hukum

Bersama-sama, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara telah kehilangan 1,7 juta hektar tutupan hutan diantara tahun 2001 sampai 2013, yang mewakili sekitar 10 persen dari hutan. Selain lebih dari tujuh juta hektar lahan telah dialokasikan untuk perijinan pertambangan batubara, maka area Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara penuh dengan ijin usaha penebangan, kelapa sawit, dan konsesi serat kayu.

Dari sekitar 200 ijin usaha tambang batubara yang beroperasi di

Kalimantan Timur, berdasarkan data dari kantor LH provinsi, sekitar 20 persennya tidak sesuai dengan peraturan lingkungan pemerintah.

(46)

Menurut Harsono, Kantor BLH memiliki kewenangan untuk memeriksa tambang dan saat ini memiliki enam inspektur lingkungan. Mereka bekerjasama dengan delapan orang inspektur pertambangan di kantor pertambangan provinsi untuk melakukan pemeriksaan.

(47)
(48)

Menurut Wiwit Guritno, lubang bekas tambang batubara yang ditinggalkan tetap menjadi masalah besar di Kaltim. Meskipun perusahaan

pertambangan telah melakukan penyetoran sejumlah besar dana untuk reklamasi wajib, namun banyak pula uang yang ada tidak segera

digunakan untuk merehabilitasi lubang ditinggalkan, dan sering dialihkan untuk pengeluaran pemerintah lainnya.

Harsono mengatakan dia berharap peraturan baru yang disahkan pada bulan Februari tahun ini akan mengatasi masalah lubang yang

ditinggalkan. Perusahaan tambang batubara yang ingin meningkatkan produksi harus menutup dan merehabilitasi 70 persen dari lubang tambang sebelum mereka dapat memperluas usahanya.

Masalahnya, tampaknya sekali lagi akan kembali ke persoalan pengawasan dan penegakan hukum.

“Yang sedang dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah berupaya untuk menempatkan kontrol yang lebih kuat, seluruh elemen proses akan menjadi lebih lambat, tetapi itu sebuah proses yang harus terjadi,” ujar seorang eksekutif pertambangan senior.

Di sisi lain, LSM lingkungan Greenpeace, merasa perlu ada alternatif daripada melulu hanya berkutat mengandalkan batubara sebagai sumber energi. Operasi pembukaan tambang batubara yang membersihkan hutan dinilai menghasilkan emisi yang berakibat terhadap perubahan iklim. Demikian pula ketika pembangkit listrik tenaga batubara dioperasikan. Lubang tambang batubara juga dapat menghasilkan sejumlah besar metana, -gas rumah kaca yang potensial sebagai emiter.

“Saya pikir pertambangan batubara adalah pembunuh diam-diam untuk Indonesia, tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga untuk orang-orang dalam jangka panjang,” kata Arif Fiyanto, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia.

“Pemerintah selalu menggunakan argumen batubara merupakan

kontributor kunci untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenyataannya, kontribusi ekspor batubara terhadap PDB kita hanya sekitar tiga persen. Manfaatnya tidak sebanding dengan dampak batubara sebagai penyebab kerusakan.”

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Hubungan Motivasi Konsumen Dengan Keputusan Pembelian Produk Motor Merek Yamaha Di Kecamatan Tanggulangin SidoarjoD. Menyatakan bahwa skripsi

Dalam bidang politik dan pemerintahan, pembangunan daerah meliputi upaya-upaya untuk mengembangkan (i) kualitas sumber daya manusia, yang meliputi kemampuan, sikap mental,

Bagaimanakah rumus umum kelompok senyawa tersebut apabila ditinjau dari jumlah masing-masing

Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung: PT.. Penggunaan multimedia berbasis komputer adalah media pembelajaran berupa media cetak, media audio-Visual, media

Sebuah benda dengan tinggi 6 cm diletakkan di depan cermin cembung yang jarak titik fokusnya 9 cm, membentuk bayangan maya dari sebuah benda pada jarak 6 cm tentukan

Periode Perencanaan Berkenaan Pengaruh Rencana Pola Ruang terhadap Kebutuhan Pelayanan SKPD Arahan Lokasi Pengembangan Pelayanan SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6)

Penjelasan dari definisi tersebut diatas diuraikan dalam PPI 10.3 sebagai berikut : PPI 10.3.2 Pada dasarnya, mesin dan peralatan dapat merupakan mesin-mesin, perangkat