• Tidak ada hasil yang ditemukan

identifikasi stabilitas wilayah longsor kecamatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "identifikasi stabilitas wilayah longsor kecamatan"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan material yang sangat berpengaruh dalam suatu pekerjaan konstruksi, karena suatu daerah tidak akan memiliki sifat yang sama dengan daerah yang lain. Sebagian besar wilayah Indonesia berada pada tanah lunak dan gambut,khususnya didaerah bengkalis.

Tuntutan ketelitian penyelidikan tanah tergantung dari besarnya beban bangunan,tingkat keamanan yang diinginkan, dan kondisi lapisan tanah. Oleh karena itu, untuk bangunan-bangunan sederhana atau ringan, kadang-kadang tidak dibutuhkan penyelidikan tanah,karena kondisi tanahnya dapat diketahui berdasarkan pengalaman setempat.

Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya masa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena adanya faktor gaya yang terletak pada bidang tanah yang tidak rata atau disebut dengan lereng. Selanjutnya, gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, sifat fisik tanah, dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran (Sutikno, 1997).

Keruntuhan suatu tanah dapat terjadi secara alamiah maupun buatan. Seperti halnya yang terjadi pada daerah meskom yang mengalami keruntuhan tanah yang cukup besar sekali. Dalam pengertiannya, unrestrained slope atau talud tanpa perkuatan merupakan permukaan tanah miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horizontal dan tidak dilindungi. Kondisi ini pada suatu geometri dan kondisi tertentu memiliki potensi untuk mengalami keruntuhan.

(2)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana sifat fisik dan teknis tanah asli di Daerah runtuhan Desa Meskom ?

b. Bagaimana desain talud untuk daerah runtuhan Desa Meskom ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sifat fisik dan teknis tanah gambut.

b. Untuk mendesain talud/lereng berdasarkan hasil penyelidikan tanah dan pengujian tanah di laboratorium maupun di lapangan.

1.4. Manfaat penelitian

Adaapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai bahan kajian yang memberikan gambaran secara umum tantang sifat fisik dan teknis tanah gambut yang ada di desa meskom. b. Memberikan gambaran tentang desain talud.

1.5. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang lingkupnya cukup luas, maka pada penelitian akan dibatasi permasalahannya. Batasan masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sampel tanah berasal dari daerah runtuhan desa meskom

b. Untuk mengetahui sifat fisik dan teknis tanah runtuhan desa meskom Adapun data yang di dapat dari pengujian sifat fisik dan teknis adalah:

1. Pengujian sifat fisik a. Kadar air b. Berat volume c. Berat Jenis Tanah 2. Pengujian sifat teknis

(3)

c. Pengujian hand boring dilakukan sebanyak 3 titik d. Kedalaman pengujian hand boring adalah 6 meter

e. Tanah yang di uji adalah tanah gambut di daerah runtuhan desa meskom.

1.6. Keaslian penelitian

Penelitian tentang tanah sebelumnya telah banyak dilakukan mengingaat perkembangan dari tahun ketahun terus meningkat diantaranya :

a. Saiful bahri (2015) dengan judul “Identifikasi Pengaruh Penambahan Pasir Terhadap Sifat dan Teknis Tanah Lempung Lunak Desa Pangkalan Nyirih” Kesimpulan pengujian adalah pengaruh persentase penambahan pasir terhadap sifat teknis tanah terhadap berat isi kering maksimum (γd maks) tertinggi yaitu 1,470 gram/cm³ pada variasi penambahan 25 % pasir. Sedangkan pengaruh persentase pasir terhadap nilai qu yang paling tertinggi yaitu 84,88 kPa pada variasi penambahan 5% pasir.

b. Oscar Fithrah Mur (2007) dengan judul “Analisis Resiko Kelongsoran Pada Lokasi di Sekitar Perkantoran Walikota Bukit Tinggi” dengan kesimpulan adalah Untuk kondisi tanah yang sama, nilai faktor keamanan lereng sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng tersebut, dimana lereng yang landai atau lereng dengan kemiringan yang kecil (kemiringan lereng < 30°) akan mempunyai nilai faktor keamanan yang tinggi (FS> 1.50), dan sebaliknya lereng yang terjal atau lereng dengan kemiringan yang besar (kemiringan lereng > 30°) akan mempunyai nilai faktor keamanan yang rendah (FS< 1.50).

Adapun yang membedakan dari penelitian ini dengan penelitian di atas adalah: a. Lokasi pengujian di daerah runtuhan desa meskom.

b. Sampel tanah yang di uji adalah tanah gambut. c. Tidak melakukan stabilisasi tanah.

d. Hanya melakukan pengujian pada tanah asli saja

(4)

f. Menggunakan pengujian hand boring untuk menentukan karakteristik tanah dan lapisan tanah.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tanah

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disetai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut.

Tanah merupakan campuran dari partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis sebagai berikut (Bowles, 1984)

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batu besar yang biasanya terdiri dari ukuran lebih besar dari 250-300 mm.

b. Kerikil (gravel) dalah partilkel batuan yang berukuran 5-150mm. c. Pasir (sand) adalah batuan yang berukuran 0,074-5mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002-0,0074mm. e. Lempung (clay) adalah partikel mineral berukuran lebih kecil dari

0,002mm.

f. Koloid (coloids) adalah partikel mineral yang “diam” berukuran lebih kecil dari 0,001 mm.

(6)

Pengertian tanah sangat luas dan tidak terbatas pada semua ilmu teknik, akan tetapi tanah sering menyangkutkan di dalam aspek kehidupan manusia terutama didalam pembangunan.

2.2 Deskripsi Tanah

Tanah dapat didefinisikan sebagai sistem tiga fase yang terdiri atas padatan, cairan dan gas. Pada kebanyakan tanah, fase padat terdiri atas partikel yang membentuk keranga yang padatnya humus atau partikel organik terobsori. Ruangan pori terdapat diantara fase partikel-partikel padat itu. Ruang pori itu secara bersama diisi oleh cairan dan gas. Fase cairan kebanyakan ialah air dari presipitasi, yang terdapat sebagai lapisan yang mengelilingi partikel fase padat atau menduduki ruang pori yang lebih kecil. Ruang pori yang lebih besar terisi oleh gas.

Volume tanah yang terisi berbagai fase berubah-ubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Volume air dan udara mempunyai hubungan timbal balik secara langsung satu sama lain. Masuknya air kedalam tanah akan mengeluarkan udara. (H.D Foth, 1994).

Gambar 2.1. volume tanah yang terisi padat, air dan udara. (Foth, 1994)

2.3. Karakteristik Tanah

(7)

1. Tanah Organik

Tanah organik ini merupakan tanah dari sisa – sisa hewan atau tumbuhan – tumbuhan yang telah mati kemudian melapuk sehingga terbentuknya tanah. Tanah organik ini memiliki warna kusus yang menunjukkan memiliki zat asam yang tinggi contohya tanah gambut.

2. Tanah Non Organik

Tanah non organik ini sering disebut dengan tanah mineral yaitu tanah yang berasal dari pelapukan batuan organisme sehingga terbentuknya tanah. Tanah non organik ini memiliki rendah zat keasaman, sehingga baik digunakan untuk segala sesuatu, adapun tanah yang termasuk didalam tanah non organik ini adalah tanah lempung lanau dan tanah pasir.

2.4 Jenis – Jenis Tanah

Untuk mengetahui jenis – jenis tanah, harus mengetahui bentuk tekstur dari tanah tersebut, tanah terbagi 4 macam yaitu:

1. Tanah Lempung

Tanah lempung merupakan tanah berpartikel kerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mm, tanah lempung ini berbentuk gumpalan yang keras disaat kering dan lengket pada saat basah.

2. Tanah Lanau

Tanah lanau adalah tanah yang berukuran lempung, lanau berupa endapan yang mengapung dipermukaan air, tanah ini berbentuk pecahan kristal kuarsa berbentuk pasir.

3. Tanah Pasir

Tanah pasir ini berbentuk dari batuan baku sedimentasi yang memiliki butir – butir dan kerikil, tanah ini berukuran < 2 mm.

4. Tanah Gambut

(8)

2.5 Sifat Tanah

Tanah secara umum mempunyai dua sifat utama, yaitu sifat fisik dan sifat teknis

2.5.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisis tanah adalah sifat yang berhubungan dengan elemen penyusunan massa tanah, misalnya volume, kadar air dan berat tanah. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu bagian butiran padat (s), bagian air (w) dam bagian udara (a). Keberadaan air dan udara biasanya menepati pada ruangan antara butiran/pori pada massa tanah tersebut. Gambar 2.2 (a) memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume (v) dan berat (w), sedangkan gambar 2.2 (b) memperlihatkan hubungan berat dan volume tanah dalam tiga fase yang dipisahkan (butiran padat, air dan udara). Berat udara dianggap sama dengan nol. (Hardiyatmo, 2002)

2.5.2 Sifat Teknis Tanah

Sifat teknis tanah merupakan sifat prilaku struktur massa tanah pada saat diberi suatu gaya atau tekanan yang dijelaskan secara teknik-mekanis. Parameter – parameter kekuatan tanah terdiri dari:

a. Kohesi

Yaitu gaya tarik antara butiran tanah tergantung pada jenis tanah dan kondisi kerapatan butiran. Jenis tanah yang termasuk dengan tanah kohesi yaitu lempung,lempung berlanau, lempung berpasir atau berkrikil yang sebagian besar butiran tanahnya terdiri dari butiran halus. Dalam menentukan kuat geser tanah ini dapat ditentukan dengan melihat nilai kohesinya.

(9)

2.6 Tanah Gambut

Tanah gambut disebut juga tanah organic atau tanah bistosol adalah tanah yang bahan induknya berupa sisa-sisa tanaman dari binatang kemudian bercampur dengan lapisan mineral yang diendapkan. Salah satu ciri tanah gambut, yaitu warna tanah pada umumnya cokelat tua (Gunawan Graha).

2.7 Klasifikasi Tanah Gambut

a. Klasifikasi gambut berdasarkan sudut pandang yang berbeda yaitu dilihat dari tingkat kematangannya adalah gambut matang (saprik) merupakan gambut yang sudah lapuk dan asal usulnya tidak diketahui, memiliki kandungan serat <15% dan warnanya coklat. Gambut setengah matang (hemik) merupakan gambut setengah lapuk asal usulnya dapat diketahui memiliki kandungan serat 15-17% dan berwarna coklat. Dan terakhir gambut mentah (fibrik) merupakan gambut yang belum lapuk, asal usulnya telah diketahui kandungan seratnya >75% (Joko warino) b. Klasifikasi gambut berdasarkan sifatnya ada dua:

1. Sifat Kimia

Ditentukan oleh keasaman tanah, kadar asam organik, kandungan mineral, dan kandungan sulfur. Gambut di daerah tropis mengandung lignin yang tinggi jika dibandingkan dengan gambut yang berada di iklim sedang sebab terbentuk dari pohon-pohonan.

2. Sifat Fisik

Pada umumnya sifat fisik gambut berwarna coklat, hitam, dan agak merah. Sifat-sifat gambut yang menonjol gambut kering beratnya ringan, kuat menahan air, tanah gambut memiliki kecepatan massa lebih daripada tanah mineral, keadaan fisiknya tidak berubah.

2.8 Longsor

(10)

relatif besar. Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan dan sebenarnya merupakan fenomena alam yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah.

2.8.1 Tipe Longsoran

Naryanto (2002), jenis tanah longsor berdasarkan kecepatan gerakannya dapat dibagi menjadi 5 (lima) jenis yaitu :

a. Aliran ; longsoran bergerak serentak/mendadak dengan kecepatan tinggi. b. Longsoran ; material longsoran bergerak lamban dengan bekas longsoran berbentuk tapal kuda.

c. Runtuhan; umumnya material longsoran baik berupa batu maupun tanah bergerak cepat sampai sangat cepat pada satu tebing.

d. Majemuk; longsoran yang berkembang dari runtuhan atau longsoran dan berkembang lebih lanjut menjadi aliran.

e. Amblesan (penurunan tanah); terjadi pada penambangan bawah tanah, penyedotan air tanah yang berlebihan, proses pengikisan tanah serta pada daerah yang dilakukan proses pemadatan tanah.

Penurunan tanah (subsidence) dapat terjadi akibat adanya konsolidasi, yaitu penurunan permukaan tanah sehubungan dengan proses pemadatan atau perubahan volume suatu lapisan tanah. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat bila terjadi pembebanan yang melebihi faktor daya dukung tanahnya, ataupun pengambilan air tanah yang berlebihan dan berlangsung relatif cepat.

Air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah (pada sisitem akifer air tanah dalam) dan turunnya tekanan hidrolik, sedangkan tekanan antar batu bertambah. Akibat beban di atasnya menurun, penurunan tanah pada umumnya terjadi pada daerah dataran yang dibangun oleh batuan/tanah yang bersifat lunak (Sangadji, 2003).

2.9 Talud / Lereng

(11)

proses geologi atau karena dibuat oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran adalah keruntuhan dari massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa tanah ke bawah dan ke luar.

Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang terlihat.Setelah gempa bumi, longsoran merupakan bencana alam yang paling banyak mengakibatkan kerugian materi maupun kematian. Kerugian dapat ditimbulkan oleh suatu longsoran antara lain yaitu rusaknya lahan pertanian, rumah, bangunan, jalur transportsi serta sarana komunikasi. Analisis kestabilan lereng harus berdasarkan model yang akurat mengenai kondisi material bawah permukaan, kondisi air tanah dan pembebanan yang mungkin bekerja pada lereng.

Tanpa sebuah model geologi yang memadai, analisis hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang kasar sehingga kegunaan dari hasil analisis dapat dipertanyakan. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode-metode seperti : metode Taylor, metode janbu, metode Fenellius, metode Bishop, dll.

2.10 Stabilisasi Talud/Lereng metode Bishop

a. Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran

b. Pertama yang harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan

c. Untuk menentukan titik pusat busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur dipergunakan grafik

(12)

Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode lainnya yang memenuhi semua kondisi keseimbangan seperti Metode Spencer atau Metode Keseimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari 5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor keamanan minimum.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Pengambilan Sampel

(13)

3.2. Prosedur penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ada beberapa tahaapan pengujian untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengujian, diantaranya pengamatan secara visual terhadap sampel, setelah itu melakukan pengukuran serta analisis data. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data tanah yanag nantinya akan digunakan untuk mendesain talud yang aman.

1. Pengujian Hand Boring 2. Pengujian kadar air

3. Pengujian berat volume tanah

4. Pengujian berat jenis. (SNI 1964-2008) 5. Pengujian geser kipas (vane shear test). 6. Menganalisis hasil pengujian.

Secara umum penelitian ini dapat dibuat skema pelaksanaan penelitian dari awal hinggga akhir sehingga bisa mempermudah dalam pengaturan dan pembacaannya yaakni sesuai pada gambar dibawah ini :

Tidak Mulai

Perumusan Masalah

Pengajuan judul

(14)

Ya

Gambar 3.1. Bagian alir tugas akhir 3.2.1 Peralatan penelitian

Pada penelitian ini, sampel yang akan di uji nantinya menggunakan peralatan yang terdapat pada laboratorium uji tanah teknik sipil politeknik negeri bengkalis. Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Alat Pengujian Hand Boring

a. Mata Bor b. Pipa Bor

Hand Boring dan Pengambilan undisturbed sample

Pengujian Permeabilitas Tanah

Sifat fisik :

a. Pengujian Kadar Air b. Berat volume tanah

c. Berat jenis tanah

Sifat teknis:

a. Pengujian Vane Shear

Pengolahan data

Desain Talud/lereng

Pembahasan

Kesimpulan

(15)

c. Tangkai Pemutar d. Kunci Pipa e. Tabung Silinder

Gambar 3.2 Alat hand boaring Sumber : Dokumentasi TA (2016)

2. Alat uji berat volume tanah b. Tabung/cincin

c. Pisau

d. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

e. Sampel Exstruder / alat untuk mengeluarkan sampel dari tabung.

Gambar 3.3 Alat Uji Berat Volume Tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016)

(16)

d. Stiker / lebel

e. Timbangan ketelitian 0,01 gram f. Oven listrik

Gambar 3.4 Alat Uji Kadar Air Sumber : Dokumentasi TA (2016)

4. Alat uji berat jenis

a. Picnometer + tutup + corong dengan kapasitas 100 ml b. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram

c. Kompresor

d. Pemanas (kompor listrik) e. Kain lap, wadah, dan cawan f. Thermometer skala 0,5ºC

Gambar 3.5 Alat Uji Berat Jenis Sumber : Dokumentasi TA (2016)

5. Alat Pengujian Geser Kipas (vane shear test) a. Baling – baling ukuran 20 x 40 mm

(17)

Gambar 3.6 Alat Uji Vane Shear Sumber : Dokumentasi TA (2016)

6. Alat Pengujian Permeabilitas a. Mata bor

b. Tangkai pemutar c. Penggaris d. Ember air e. Stopwatch

3.2.2. Prosedur pengujian

Adapun prosedur pengujian ini diantaranya : 1. Pengujian Hand Boring

Pengujian ini merupakan cara kerja membuat lubang pada tanah dengan alat bor tangan dengan ukuran tertentu, dan dengan tenaga manusia. Tujuan pengeboran ini adalah untuk mendapatkan atau mendiskripsikan susunan lapisan tanah. Dari pengeboran ini dapat dilakukan pengambilan tanah sebagai bahan untuk penelitian tanah selanjutnya di laboratorium.

Prosedur pengujian ini antara lain:

(18)

Gambar 3.7 Pengeboran tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016)

3. Lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor penuh kurang. 4. Catat kedalaman pengeboran dan lakukan diskripsi tanah secara visual

5. Lakukan pekerjaan ini berulang kali

6. Amati kedalaman setiap pengambilan tanah ini , jenis tanah, warna tanah dan keadaannya serta muka air bila ada

Gambar 3.8 Mengamati Karakteristik Tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016)

7. Lakukan pengambilan contoh sesuai dengan keperluan atau pada setiap pergantian lapisan dengan cara :

(19)

b. Pasang tabung contoh dengan dongkrak yang dipasangkan pada angker dan ambang, atau

c. Pasang kop penahan dan lakukan pemukulan dengan palu untuk mengambil contoh tanah sampai dengan tabung terisi penuh dengan tanah.

d. Penekanan tabung harus lebih kecil atau sama panjangnya dengan tabung

Gambar 3.9 Mengganti Mata Bor Dengan Tabung Sampel Sumber : Dokumentasi TA (2016)

7. Buka stick apparatus dan buang sedikit tanah pada ujungnya dan segera ditutup dengan plastic dan ikat dengan karet kedua ujung-ujungnya.

(20)

9. Beri etiket atau label nama lokasi titik bor dan kedalaman contoh tanah yang diambil.

10. Lakukan pekerjaan ini sampai kedalaman yang diinginkan.

2. Pemeriksaan berat jenis butir tanah (Gravity of Specific)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang mempunyai butiran lolos saringan No.12 (2 mm) dengan menggunakan piknometer. Prosedur percobaan ini antara lain:

a. Siapkan sampel tanah yang sudah kering lolos saringan No.40 sebanyak 20 gram.

Gambar 3.11 Sampel Tanah Gambut Sumber : Dokumentasi TA (2016)

b. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan diperlukan.

c. Keringkan piknometer beserta tutupnya dengan kompresor luar dan dalam, kemudian timbang dengan tutupnya.

(21)

Gambar 3.12 Menimbang Picnometer + Minyak Sumber : Dokumentasi TA (2016)

e. Setelah iu masukkan sampel tanah sebanyak 20 gram kedalam piknometer dan timbang kembali.

Gambar 3.13 Pengujian Berat Jenis Tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016)

f. Tambah minyak suling kedalam piknometer yang berisi sampel tanah sehingga tanah terendam dan kocok hingga homogen.

Gambar 3.14 Pengujian Berat Jenis Tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016)

g. Sampel dan minyak yang berada didalam piknometer tersebut diendapkan selam 24 jam, kemudia timbang kembali, setelah itu ukur temperature suhunya dengan thermometer, lakukan pengolahan data.

(22)

Pengujian ini dimaksud untuk melihat nilai kohesi pada tanah. Adapun langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Siapkan alat yang akan digunakan 2. Bersihkan dahulu lokasi yang akan di uji 3. Tancapkan alat vane shear test kedalam tanah

Gambar 3.15 Pengujian Berat Jenis Tanah Sumber : Dokumentasi TA (2016) 4. Atur alat dengan bacaan alat berada di 0 5. Putar alat searah jarum jam

6. Kemudian lepaskan dan baca nilainya 7. Catat hasil pengujian

8. Pengolahan data

4. Pengujian Permeabilitas

1. Siapkan alat yang akan digunakan

2. tentukan lokasi yang akan di buat sumur uji

3. Kemudian buat sumur uji dengan hand boring dengan kedalaman 20 cm.

(23)

6

19

MT

H

6 H MT Gambar 3.16 Pengujian Permeabilitas Resapan Sumber : Dokumentasi TA (2016)

5. Kemudian lakukan pengamatan setiap 5 menit dan selama 30 menit

6. Kemudian catat berapa cm penurunan air setiap pengamatan selama 5 menit

7. Pengolahan data.

3.3 Model Desain Talud

3.3.1 Model 1 Kemiringan 1:1

3.3.2 Model 1 Kemiringan 1:2

(24)

31

6 H MT

27

6

H

3

MT

3.3.3 Model 1 Kemiringan 1:3

3.3.4 Model 2 Kemiringan 1:1

(25)

6

36

MT

3.3.6 Model 2 Kemiringan 1:3

3.4 Langkah Perhitungan Talud/Lereng Dengan Menggunakan Program DOSBox 0.74

Adapun langkah-langkah menjalankan program DOSBox 0.74 ini adalah sebagai berikut :

1. Tentukan kordinat talud

2. Masukkan perintah untuk masuk ke program 3. Tentukan jumlah lapisan tanah yang akan digunakan 4. Mulai mendesain talud

5. Masukkan data tanah dan lain-lain 6. Setelah semua selesai, lihat hasil analisis.

3.5. Cara Analisis

(26)

a. Semua data dari hasil pengujian akan dianalisis dalam bentuk tabel atau kurva.

b. Untuk mempermudah menganalisis bisa menggunakan program excel.

3.6 Rekapitulasi Data

Tabel 3.1. Data Pengujian Hand Boring

Nama Titik Kedalaman Jumlah sampel

1 1 M 1

1 2 M 1

1 3 M 1

1 4 M 1

1 5 M 1

1 6 M 1

2 1 M 1

2 2 M 1

2 3 M 1

2 4 M 1

2 5 M 1

2 6 M 1

3 1 M 1

3 2 M 1

3 3 M 1

3 4 M 1

3 5 M 1

3 6 M 1

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hand Boring dan Pengambilan Undisturbed Sampel

Dari hasil pengujian hand boaring dan pengambilan undisturbed sampel di lokasi daerah runtuhan desa meskom dapat dijelaskan bahwa tanah pada lokasi runtuhan tersebut adalah tanah gambut dengan karakteristik tanah berwarna coklat, coklat tua, dan tanah tersebut mempunyai kadar air yang cukup tinggi, serta tanah tersebut tegolong gambut yang sangat tebal mencapai 6-7 m. Pengujian hand boaring dan pengambilan undisturbed sampel ini untuk mengetahui karakteristik tanah sampai kedalaman 6 m dan sampel tanah yang diambil dengan menggunakan hand boaring di uji dilaboratorium uji tanah. Pengujian dari tanah tidak terganggu (undisturbet) ini meliputi pengujian kadar air (w), dan berat volume tanah (

). Adapun data tentang karakteristik tanah gambut ini dapat dilihat pada (lampiran 1 - 3).

(28)

Permeabilitas adalah cepat lambatnya air merembes ke dalam tanah baik melalui pori makro maupun pori mikro baik ke arah horizontal maupun vertikal. Dari hasil pengujian dilapangan permeabilitas resapan untuk tanah gambut sebesar 3,82 m/hari. Untuk pengujian permeabilitas resapan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1. Hasil pengujian permeabilitas resapan tanah

Waktu Sampel

Jumlah 17 Jumlah 15,1 Jumlah 15,7

Waktu Rata-Rata (Menit) 60

Elevasi Rata-Rata (cm) 15,93

Nilai K ( cm/menit ) 0,27

Nilai K(m/hari) 3,82

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Pengolahan data untuk pengujian permeabilitas resapan dapat dilihat sebagai berikut :

Jumlah titik = 3 titik

Lama pengamatan = 60 menit

Kedalaman sumur resapan = 20 cm

m/hari = 1 hari(1440jam) / 1 m (100 cm) = 14,4

Elevasi rata-rata (cm)

= (∑ elevasi(titik 1 + titik 2+ titik 3)) / ∑ titik = ( 17 + 15,1 + 15,7 ) / 3

= 15,93

(29)

= elevasi rata-rata / lama pengamatan = 15,93 cm / 60 menit

= 0,27 cm/menit

Nilai koefesien permeabilitas tanah (K) m/hari = nilai k cm/menit x 14,4

= 3,82 m/hari

4.3 Kadar Air Tanah (w)

Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran padat, dinyatakan dalam persen%. pengujian kadar air inidilakukan untuk mengetahui kadar air yang terkandung didalam tanah asli tersebut, dari hasil penelitian dapat diperoleh kadar air sebesar 233,55 % - 848,21 % pada titik 1, 517,78 % - 758,00% pada titik 2, dan 154,85 % - 819,45 % pada titik 3. Untuk hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

NO PERCOBAAN / KODE CAWAN

1 Berat cawan + kalibrasi (W1)=(gram) 8,74 10,48 9,34

2 Berta cawan + berat tanah basah (W2)=(gram) 20,35 25,05 31,09 3 Berta cawan + berat tanah kering (W3)=(gram) 10,51 12,95 12,92

4 Berat air (W2-W3)=(gram) 9,84 12,1 18,17

Berat tanah kering (W3-W1)=(gram) 1,77 2,47 3,58

Kadar air (w)=(no.4 / no.5)x 100 (100%) 555,9 489,9 507,5

Kadar air ( w ) rata - rata % 517,78

Tabel 4.2. Contoh perhitungan kadar air tanah asli

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Contoh perhitungan kadar air tanah asli hasil pengujian tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Berat cawat kosong (W1) : 8,74 gram

Berat cawan + berat tanah basah (W2) : 20,35 gram

Berat cawan + berat tanah kering (W3) : 10,51 gram

(30)

= w2 – w3

= (kadar air(sampel 1 + sampel 2 + sampel 3)) / jumlah sampel = (555,9 + 489,9 + 507,5 ) / 3

= 517,78 %

4.4 Berat Volume Tanah ( )ᵞ

Berat volume basah (γsat) adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara (W) dengan volume total tanah, yang dinyatakan dalam notasi (γ) (gram/cm3). Berat isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah kohesif dan pengujiannya juga mudah. Tanah gambut yang berada didaerah runtuhan desa meskon ini memiliki nilai 0,89 gram/cm3 - 1,19 gram/cm3 untuk tanah gambut dan 2,02 gram/cm3 untuk tanah lempung. Untuk hasil pengujian berat volume tanah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3.Contoh perhitungan pengujian berat volume tanah

NO PERCOBAAN / KODE SAMPEL Cincin

besar

Cincin kecil

1 Berat tabung/cincin kosong (W1)=(gram) 60,08 13,21

2 Berat tabung + sampel tanah (W2)=(gram) 136,17 21,71

3 Berat sampel tanah (W= W2-W1)=(gram) 76,09 8,5

4 Diameter tabung/cincin (d)=cm) 3,58 2,1

5 Tinggi tabung/cincin (t)=(cm) 7,31 2,36

6 Volume tabung/cincin (V)=(gram) 75,58 8,17

Berat volume tanah ( ) = (W/V)= (gram/cmɣ 3) 1,01 1,04

(31)

Contoh perhitungan berat volume tanah hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut :

Berat tabung/cincin kosong ( W1 ) = 60,08 gram

Berat tabung + sampel tanah ( W2 ) = 136,17 gram

Diameter tabung/cincin (d) = 3,58 cm

Tinggi tabung (t) = 7,31 cm

Berat sampel tanah Volume tabung

= W2 – W1 = 1/4π.d2.t

= 136,17 – 60,08 = 1/4.(3,14.3,582.7,31)

= 76,09 gram = 75,58 cm3

Berat volume tanah ( )ᵞ

= berat sampel tanah / volume tabung = 76,09 / 75,58

Berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw), untuk tanah gambut perbandingannya tidak menggunakan berat volume air, tapi menggunakan berat

volume minyak solar, berat volume solar (γsolar) sebesar 0,78 gram/cm3. Dari hasil

pengujian didapat hasil berat jenis tanah gambut sebesar 1,35 gram. Untuk hasil pengujiam berat jenis tanah asli dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Berat Jenis Tanah

BERAT JENIS TANAH (Gs) I II

No. Piknometer 1 2

Berat piknometer kosong (M1) gram 64,73 64,14

(32)

Berat piknometer + tanah + minyak solar (M3) gram 152,05 150,59

Berat piknometer + minyak solar (M4) gram 146,91 145,37

Temperatur t °C derajat 29 29

Berat tanah kering (A = M2 - M1) gram 20 20

Berat butir tanah yang terendam dalam

minyak (B = M3 - M4) gram 5,14 5,22

Berat butir tanah (C = A – B) gram 14,86 14,78

Berat jenis Gs = A/C gram 1,35 1,35

Rata - rata Gs gram 1,35

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Contoh perhitungan berat jenis tanah dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Berat picno kosong (M1) : 64,73 gram

Berat picno + tanah kering (M2) : 84,73 gram

Berat picno + tanah + minyak (M3) : 152,05 gram

Berat picno + air (M4) : 146,91 gram

Temperatur : 29°C

(33)

dan 3,07 Kpa pada titik 3. Adapun hasil dari pengujian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Contoh hasil perhitungan vane shear

Titik Bacaan Nilai Kohesi kPa

1 3,4 3,4

2 2,7 2,7

3 3,3 3,3

Nilai kohesi rata-rata = 3,13 Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Contoh Perhitungan data vane shear dapat dilihat sebagai berikut :

Nilai rata-rata kohesi

= (nilai kohesi(titik 1 + titik 2 + titik 3)) / jumlah titik = (3,4 + 2,7 + 3,3) / 3

= 3,13 Kpa

4.7 Desain Talud/Lereng

4.7.1 Model 1 Kemiringan 1:1

Gambar 4.1 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:1 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,315 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(34)

(m) Moment (

1 0,315 9,90 18,90 17,90 4,00 24,09 1,048

2 0,316 8,53 23,39 22,37 2,00 24,75 1,337

3 0,319 9,72 19,63 18,53 4,00 24,14 1,083

4 0,320 9,16 22,67 21,66 2,67 25,09 1,322

5 0,23 10,29 18,31 17,26 4,67 24,12 1,013

6 0,25 9,49 21,96 20,89 3,33 25,03 1,271

7 0,331 9,91 21,35 20,24 4,00 25,11 1,238

8 0,332 10,00 21,37 20,28 4,00 25,24 1,250

9 0,333 10,93 17,62 16,59 5,33 24,43 9,946

10 0,334 10,24 21,25 20,49 4,00 25,64 1,290

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1 Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.2 Model 1 Kemiringan 1:2

Gambar 4.2 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:2 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,398 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:2

(35)

1 0,398 8,22 18,81 17,81 2,33 22,36 1,116

2 0,398 8,15 18,44 17,44 2,33 22,12 1,081

3 0,399 8,61 19,51 18,49 2,67 23,08 1,198

4 0,400 9,44 16,28 15,28 4,00 22,28 9,662

5 0,401 9,37 18,05 17,03 3,67 23,11 1,112

6 0,401 8,58 17,90 16,85 3,00 22,21 1,051

7 0,401 7,94 19,65 18,62 2,00 22,46 1,169

8 0,401 9,20 17,43 16,39 3,67 22,60 1,046

9 0,402 8,02 20,29 19,25 2,00 22,85 1,229

10 0,402 8,57 18,07 17,01 3,00 22,26 1,063

Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.3 Model 1 Kemiringan 1:3

Gambar 4.3 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:3 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,237 lebih kecil dari SFrencana 1.25, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1

No

1 0,237 10,50 37,58 36,58 2,00 32,02 1,569

2 0,238 10,52 37,83 36,83 2,00 32,12 1,590

3 0,238 11,24 35,52 34,52 3,00 32,07 1,492

4 0,239 10,67 37,33 36,30 2,33 32,05 1,560

(36)

6 0,241 11,24 36,03 35,01 3,00 32,22 1,529

7 0,246 11,58 35,98 34,96 3,33 32,55 1,565

8 0,247 11,01 38,11 37,06 2,67 32,61 1,657

9 0,249 11,91 35,54 34,54 3,67 32,75 1,571

10 0,250 10,28 40,46 39,52 2,00 32,55 1,750

Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.4 Model 2 Kemiringan 1:1

Gambar 4.4 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:1 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,272 lebih kecil dari SFrencana 1.5, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:1

No

1 0,272 10,50 37,55 36,55 2,00 32,01 1,806

2 0,274 10,54 37,88 36,88 2,00 32,15 1,839

3 0,275 10,67 37,35 36,32 2,33 32,06 1,801

4 0,278 11,25 35,55 34,55 3,00 32,09 1,723

5 0,281 11,26 36,12 35,11 3,00 32,28 1,770

6 0,283 11,53 35,55 34,54 3,33 32,35 1,751

7 0,284 11,94 33,56 32,55 4,00 32,08 1,627

8 0,287 11,06 38,38 37,33 2,67 32,76 1,933

9 0,287 10,33 40,90 39,78 2,00 32,69 2,040

(37)

Sumber : Hasil Perhitungan TA (2016)

4.7.5 Model 2 Kemiringan 1:2

Gambar 4.5 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:2 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,225 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:2

No

1 0,225 10,89 33,60 32,57 3,00 31,02 1,256

2 0,229 11,48 32,28 31,27 3,67 31,18 1,228

3 0,230 11,51 32,51 31,51 3,67 31,30 1,249

4 0,233 11,19 34,05 33,00 3,33 31,44 1,317

5 0,233 12,43 29,37 28,36 5,00 31,07 1,112

6 0,235 10,22 37,88 36,81 2,00 31,71 1,488

7 0,236 12,05 31,64 30,63 4,33 31,53 1,240

8 0,237 10,52 37,80 36,80 2,00 32,11 1,539

9 0,238 11,23 35,47 34,46 3,00 32,04 1,440

10 0,238 10,55 37,56 36,49 2,33 31,96 1,507

(38)

4.7.6 Model 2 Kemiringan 1:3

Gambar 4.6 Analisis Stabilitas Talud Sumber : Data TA (2016)

Untuk hasil analisa stabilitas talud model 1 dengan kemiringan 1:3 ini mendapatkan hasil SFijin sebesar = 0,287 lebih kecil dari SFrencana 1.50, jadi model talud/lereng ini tidak bisa digunakan. Adapun hasil perhitungan stabilitas talud/lereng dengan program DXTABLE dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Talud Model 1 kemiringan 1:3

No

1 0,287 12,61 59,24 58,22 2,00 40,23 3,036

2 0,288 12,83 58,32 57,29 2,33 40,22 2,987

3 0,290 12,58 59.88 58,84 2,00 40,33 3,086

4 0,290 14,40 52,24 51,24 4,33 40,25 2,692

5 0,294 13,96 55,42 54,41 3,67 40,63 2,917

6 0,300 14,33 55,25 54,24 4,00 40,97 2,970

7 0,301 13,84 57,73 56,71 3,33 41,11 3,123

8 0,301 13,99 56,20 55,12 4,00 40,71 2,966

9 0,301 12,76 62,30 61,26 2,00 41,10 3,360

10 0,306 13,45 60,39 59,32 3,00 41,27 3.289

(39)

Setelah melakukan berbagai desain talud dengan program DXSTABLE, keamanan talud masih belum didapat, artinya talud/lereng ini tidak bisa digunakan.

Tabel 4.12. Rekapitulasi hasil data pengujian kadar air tanah Kadar Air Tanah (w ,gram/cm3)

Elevasi Titik 1 Titik 2 Titik 3

1 233,55 517,78 759,23

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Tabel 4.13. Rekapitulasi hasil data pengujian berat volume tanah Berat Volume ( ,gram/cm3)ˠ

Elevasi Titik 1 Titik 2 Titik 3

1 1,02 0,89 0,89

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

Tabel 4.14. Rekapitulasi hasil pengujian vane shear

Titik Nilai Kohesi (kPa)

1 3,13

2 3,53

3 3,07

Sumber : Hasil pengujian TA (2016)

(40)

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Tanah yang ada di desa meskom adalah tanah gambut, dengan karakteristik tanah berwarna coklat, coklat tua, sampai coklat kehitaman, dan termasuk gambut yang sangat tebal mencapai 1 – 7 meter, serta memiliki kandungan organik yang tinggi.

2 Dari hasil pengujian di laboratorium tanah gambut yang ada di desa meskom memiliki kadar air yang cukup tinggi mencapai 848,21 %, berat volume tanah terbesar 1,19 gram/cm3, berat jenis 1,35 gram dan memiliki nilai kohesi tanah sebesar 3,53 kPa.

3 Dari hasil analisis stabilitas talud dengan berbagai desain kemiringan dan model talud, tidak didapatkan faktor keamanan talud. Hal ini dikarenakan faktor tanah gambut yang memiliki daya dukung yang rendah.

6.2 SARAN

Setelah melakukan penelitian tentang willayah longsor yang ada di desa meskom, maka ada beberapa saran yang akan penulis berikan guna untuk perbaikan agar penelitian dimasa akan datang akan mendapatkan hasil yang lebih optimal antara lain:

1. Untuk penyelidikan tentang tanah gambut ini sebaiknya pengujian yang dilakukan harus lebih banyak lagi.

2. Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik tentang talud/lereng sebaiknya program yang digunakan harus sesuai dengan kondisi sebenarnya di lapangan.

3. Untuk mengembangkan penelitian ini maka harus ada penelitian yang sama akan tetapi tujuan dari penelitian ini ditambahkan lagi.

(41)

Bowles, J. E., 1984, Mekanika Tanah, Edisi kedua, Alih bahasa Johan Kelanputra Hainim, Erlangga.

Deden Rusdian Maulana, 2014, Stabilitas Lereng, Universitas Muhammadiyah Tanggerang.

Hardiyatmo, H.C., 2002. Teknik pondasi 1, Edisi ke 2, Beta Offest, Yogyakarta. Hardiyatmo, H.C., 2011. Perencanaan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Pertiwi Kusuma Astuti, 2013, Perkuatan Talud dan Pondasi Gedung Diklat Rumah Sakit Peru dr. Ario Wirawan Kota Sala Tiga Menggunakan Metode Grouting Semen Pada Tanah Timbunan , Universitas Negeri Semarang. Susi Hidayah, 2007, Program Analisis Stabilitas Lereng, Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro Semarang.

SNI 1966-2008, Cara uji Berat Jenis Tanah, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. SNI 1965-2008, Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah Dan Batuan Di

Laboratorium, Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.

Surta Ria N. Panjaitan, 2013, Kajian Terhadap Nilai Kuat Geser Tanah Gambut Muara Batang Toru Sumatera Utara Setelah Mengalami Pemampatan Awal. Institut Teknologi Medan.

Wesley, L.D., 2012. Mekanika Tanah, Andi Offest, Yogyakarta.

Gambar

Gambar 2.1. volume tanah yang terisi padat, air dan udara. (Foth, 1994)
Gambar 3.2 Alat hand boaringSumber : Dokumentasi TA (2016)
Gambar 3.4 Alat Uji Kadar AirSumber : Dokumentasi TA (2016)
Gambar 3.6 Alat Uji Vane ShearSumber : Dokumentasi TA (2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

dikembangkan dalam pengembangan aplikasi ini adalah metode demonstrasi, metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara

Suku Baduy Dalam adalah salah satu masyarakat asli (indigenous people) Indonesia. Masyarakat ini mempunyai pengalaman berabad-abad dalam mengontrol lingkungan hidupnya dengan

Atas rahmat Allah SWT dan rasa syukur atas segala nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama

Ketika peneliti melakukan undian, kertas pertama yang jatuh adalah kelas XI IA 4, dari kelas XI IA 4 jumlah siswanya ada 33 siswa yang beragama Islam, dari 33 siswa tersebut ada 4

Keluarga Mahasiswa Muslim FTIP Senin, 25 Mei 2015. @Amphiteater

[r]

2) total Nilai Aktiva Bersih kurang dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) selama 120 (seratus dua puluh) Hari Bursa secara berturut-turut, Manajer Investasi

Media tersebut berupa CD interaktif yang digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami dan lebih menyenangkan untuk menyimak