Tugas Hukum Pemda dan Pemdes
ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH
JIHADUN : D1A 011 367
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR
Alhamdu lillahi robbil ‘alamin, puja-puji syukur kehadirat Tuhan yang maha
Esa. Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya dengan sedikit keterlambatan tulisan ini terselesikan.
Tulisan ini ialah hanya satu tulisan biasa yang pada intinya bertujuan untuk memenuhi tuntutan dosen pengampu kami sebagai suatu tugas oleh pak SARKAWI, SH.,MH. dalam salah satu mata kuliah wajib kami Hukum Pemda dan Pemdes di fakultas Hukum program studi ilmu hukum Universitas Mataram.
Terima kasih saya ucapkan kepada kalian kawan-kawan dengan dukungan penuh yang kalian berikan yang pada akhirnya berbuah keberhasilan terselesaikannya tulisan ini. Terkhusus kepada pak SARKAWI, SH.,MH untuk tetep selalu semangat mengajar terimakasih yang sebesar-besarnya dan dengan segala hormat.
Tulisan sederhana ini adalah hanya kutipan dari beberapa buku dan sumber lainnya yang murni tanpa goresan ide dari penulis sendiri. Yang artinya keseluruhan hanya berupa saduran dari beberapa sumber saja. Dengan segala keterbatasan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
BAB 1. PENDAHULUAN...
Desentralisasi dan Koordinasi...
BAB 2. PEMBAHASAN...
HUBUNGAN KERJA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH...
A. Jenis Hubungan Kerja... B. Hubungan Pemerintah Pusat Dan Daerah... C. Hubungan Kerja Pemerintah Pusat Dan Daerah... D. Kerjasama Aparatur Pemerintah Pusat Dan Daerah...
ASAS ASAS OTONOMI DAERAH...
BAB 3. KESIMPULAN...
BAB 1. PENDAHULUAN
Desentralisasi dan Koordinasi1
Tugas administrasi pembangunan ialah mengatur sumber-sumber daya agar menghasilkan perubahan substansial dalam suatu limgkungan yang tak pasti dan mudah goyah. Karena pemerintahan di kebayakan Negara yang sedang berkembang memiliki kemampuan terbatas, wajar mereka menyimpulkan bahwa pemusatan kekuasaan merupakan satu-satunya jalan pengaman.
Dengan sedikit perkecualian, kebanyakan kekuasaan formal di Negara-negara atau bangsa-bangsa itu berada di tingkat nasioanl. Dalam beberapa kasus
kolonialisme mendorong gejala ini, teristimewa bila pemerintahan induknya tersentralisasi, seperti pada kasus penguasa Prancis dan Spayol.
Kontrasnya, pemerintah local relative memikul sedikit tanggung jawab saja, atau menguasai sedikit sumberdaya. Di Mexiko misalnya, banyak hal yang bersifat local di putuskan di pusat. Kita ambil misalnya kasus kota Japala di Mexico itu. “Bahkan soal-soal ‘local’ seperti pelistrikan atau wilalayah baru atau pemasangan pipa drainasi dapat bergantung pada administrator yang tidak bersangkut paut dengan – kalau bukannya melecehkan – situsi dan kondisi local.”
1CORALIE BRYANT, LOUISE G.WHITE, Manajemen pembangunan, jakarta,
Dalam kenyataan ada dua bentuk desentralisasi, yaitu yang bersifat
administrative dan yang bersifat politik. Desentralisasi yang bersifat administrative biasanya di sebut dekonstrasi dan berarti delegasi wewenag pelaksanaan kepada tingkat-tingkat local. Para pejabat tingkat lokal bekerja dalam batas rencana dan sumber-sumber anggaran, namun mereka memiliki elemen kebijaksanaan dan kekuasaan (diskresi) serta tanggung jawab tertentu dalam hal sifat-hakekat jasa dan pelayanan pada tingkat lokal. Diskresi merekadapat berpariasi mulai dari perturan-peraturan pro forma sampai keputusan-keputusan yang lebih substansial.
Desentralisasi politik atau devolusi berarti bahwa wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap sumber-sumber daya diberikan pada pejabat regional dan lokal. Satu contohnya, sistem fedtoritasi yang memberikan kekuasaan-kekuasaan dan otoritas pemajakan tertenetu kepada pelbagai tingkat pemerintahan. Hanya itulah perwujudan devolusi yang lazim; dan yang sering muncul dalam pembicaraan atau percobaan desentralisasi ialah desentralisasi sebagai suatu bentuk pendelegasian tanggung jawab administratif tertentu yang melibatkan pemilihan dan pembagian kekuasaan di antara berbagai tingkat pemerintahan.
BAB 2. PEMBAHASAN
HUBUNGAN KERJA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH2
E. Jenis Hubungan Kerja
Sebagai satu kesatuan organisasi, pemerintah mengenal adanya berbagai hubungan kerja kedinasan (formal) antara unit yang satu dengan unit yang lain. Hubungan-hubungan kerja dapat digolongkan menjadi dua jenis hubungan pokok:
1. Hubungan kerja hierarkis (vertical) 2. Hubungan kerja fungsional (horizontal)
1. Hubungan kerja hierarkis
hubungan kerja hierarkis yang bersifat vertical adalah hubungan kerja timbal balik antara aataasan dengan bawahannya dari tingkat pejabat atertinggi secara berjenjang sampai ke tingkat pejabat paling bawah. Dalam jenis hubungan vertical ini terdapat hubungan perintah dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan batas wewenang masing-masing.
2. Hubungan kerja fungsional
2Prof. Drs.C.S.T. Kansil, S.H.,Christine S.T. Kansil, S.H,M.H, HUKUM
hubungan kerja fungsional pada pokoknya bersifat horizontal dan merupakan hubungan kerja sama antara dua atau lebih unit organisasi/pejabat yang mempunyai kedudukan pada eselon yang setingkat. Dalam kenyataannya hubungan ini dapat pula bersifat diagonal, misalnya hubungan secara fungsional antara satu unit dengan unit yang lain tidak setingkat dalam hubungan fungsi yang sama, seperti antara bagian kepegawaian dari Secretariat Jenderal dan/atau dengan Badan Adminitrasi
Kepegawaian Negara.
Hubungan fungsional merupakan keharusan dalam tiap organisasi besar dan modern, demi terwujudnya kerja sama yang harmonis sebagai satu kesatuan yang menyeluruh.
F. Hubungan Pemerintah Pusat Dan Daerah
a. Yang dimaksud dengan hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah hubungan antar Pemerintah tingkat pusat sebagai keseluruhan dengan Aparat Pemerintah Daerah, termasuk hubungan suatu unit Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
b. Yang dimaksud unit Pemerintah Pusat adalah seluruh aparat dari unit Pemerintah Pusat baik yang berada di pusat Pemerintah Negara maupun di Daerah (instansi vertical)
a. Di tingkat Pusat
1) Gubernur/Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Presiden melalui Mentri dalam negeri selaku pembantu Presiden dalam
masalah-masalah Pemerintah Daerah.
2) Menteri Dalam Negeri memberikan pedoman/ bimbingan, kordinasi dan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah.
b. Di Tingkat Daerah
1) Semua instansi vertical secara teknis, organisatoris dan adaministratif bertanggung jawab kepada Menteri yang bersangkutan, tetapi teknis operasional tunduk kepada koordinasi Gubernur/Kepala Dearah (Inpres No. 48/U/IN/1967).
2) Instansi otonomi mempunyai hubungan hierarkis dengan Kepala Daerah, tetapi secara teknis fungsional berhubungan pula dengan departemen yang bertugas dalam bidang sama (Inpers No. 48/U/IN/8/1967).
3) Dalam memimpin Pemerintahan Daerah Gubernur/Kepala Daerah mendapat bantuan nasihat dari Muspida (Inpers No. 05/1967). c. Dalam Pelaksanaan Proyek-proyek Pembangunan (pelita)
1) Instansi vertical:
b) Pelaporan kepada Gubernur/Kepala Daerah mengenai penerimaan biaya dan mengindahkan petunjuk-petunjuk Gubernur/Kepala Daerah dalam rangka memperlancar pelaksaan proyek.
c) Menerima saran dan pertimbangan Gubernur/Kepala Daerah guna diteruskan kepada departemen yang bersangkutan untuk mendapat perhatian.
d) Mengadakan koordinasi dan kerja sama yang erat dengan instansi vertical atau badan pelaksana pembangunan lainnya serta instansi-insstansi otonom.
e) Memberikan laporan tentang pelaksanaan proyek kepada: (1) Menteri atasannya.
(2) Menteri Keuangan. (3) Ketua Bappenas.
(4) Gubernur/Kepala Daerah. 2) Gubernur/Kepala Daerah:
a) Turut bertanggung jawab atas proyek-proyek pusat di daerahnya, antara lain denngan menerima tembusan laporan tantang
penyelenggaraan dan pengendalian proyek yang terdapat dalam wilayah kekuasaannya
b) Mendakan pengawasan yerhadap proyek-proyek
(2) Menteri Dalam Negeri.
(3) Tembusanya disampaikan kepada Mentei Penanggung jawabProyyek yang bersangkutan, Menteri Negara Penngawasan/Sekretariat Operasional Pembangunan dan Bappenas.
Untuk mensukseskan pelaksanaan proyek pembangunan di daerah,
Gubernur/Kepala Daerah dalam bidang pengawasan dan bidang pengamanan dibantu oleh:
a) Musyawarah pimpinan daerah (Musspida) b) Badan pengamanan penguasa daerah (BPPD)
c) Pelaksana khusus komando operasi keamanan dan ketertiban daerah (Laksus Kopkamtibda).
H. Kerjasama Aparatur Pemerintah Pusat Dan Daerah
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.3
Lembaga-lembaga Negara tingkat pusat
Dalam pemerintahan pusat terdapat lembaga-lembaga negara yang sesuai dengan UUD 1945, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Pressiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Agunng (MA), Dewan Pertimbangan Agung (DPA), dan Badan Pengawas Keuangan (BPK).
MPR disebut lembaga tertinggi negara, Presiden, DPR, MA, DPA, BPK disebut lembaga tertinggi negaara.
Lembaga Negara Tingkat Daerah
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah
Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah adalah
3http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah (diakses, 10 Oktober 2013 pukul
penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.Gubernur,
Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
ASAS ASAS OTONOMI DAERAH4
4http://www.scribd.com/doc/44674416/Asas-Asas-Otonomi-Daerah (diakses, 10
1. Asas Desentralisasi : Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem kesatuan Negara RI.
2. Asas Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
3. Asas Tugas Pembantuan : Penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa,dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.
Menurut prinsip penyelenggaraan Negara yang tercantum dalam pasal 2 UU No.28 tahun 1999,tentang penyelenggaraan Negara yang bersih bebas dari korupsi,kolusi dan nepotisme,maka ada beberapa asas umum penyelenggaraan Negara,yang meliputi:
2. Asas Tertib : Asas yang menjadi landasan keteraturan,keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara Negara.
3. Asas Kepentingan Umum : Asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif,akomodatif dan selektif
4. Asas Keterbukaan : Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi,golongan,dan rahasia negara
5. Asas Proporsionalitas : Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara Negara
6. Asas Profesionalitas : Asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
7. Asas Akuntabilitas : Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat di
BAB 3. KESIMPULAN
1. Hubungaan-hubungan kerja pemerintah atau kedinasan dapat digolongkan dalam dua macam golongan pokok
a. Hubungan kerja hierarkis (vertical) b. Hubungan kerja fungsional (horizontal)
2. hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah hubungan antar Pemerintah tingkat pusat sebagai keseluruhan dengan Aparat Pemerintah Daerah, termasuk hubungan suatu unit Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.
3. Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.
4. MPR disebut lembaga tertinggi negara, Presiden, DPR, MA, DPA, BPK disebut lembaga tertinggi negaara.
5. Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan
umum.Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis 6. Tiga asas otonomi daerah
a. Asas desentralisasi b. Asas dekonsentrasi c. Asas pembantuan
1. CORALIE BRYANT, LOUISE G.WHITE, Manajemen pembangunan, jakarta, 1987, LP3 ES
2. Prof. Drs.C.S.T. Kansil, S.H.,Christine S.T. Kansil, S.H,M.H, HUKUM TATANEGARA Republik Indonesia, Ibukota Republik Indonesia, 1998, penerbit RINEKA CIPTA
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah