KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA MELALUI TEKNIK PQRST (PREVIEW, QUESTION, READ, SELF-RECITATION, TEST)
KELAS XI SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Pony Tikny Swisty
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA MELALUI TEKNIK PQRST (PREVIEW, QUESTION, READ, SELF-RECITATION, TEST)
KELAS XI SMA NEGERI 1 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
Pony Tikny Swisty
Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan
membaca pemahaman melalui teknik PQRST SMA Negeri I Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
membaca pemahaman melalui teknik PQRST.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sampel yang digunakan
sebanyak 40 siswa. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes.Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif atau pilihan ganda. Sumber
wacana diambil dari surat kabar, yaitu Kompas 20 dan 23 Maret 2013 dan Radar Lampung 23 Maret 2013. Waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes tersebut adalah 90 menit atau dua jam pelajaran. Teknik yang digunakan dalam
membaca pemahaman, memberikan penilaian tentang kemampuan membaca pemahaman melalui teknik PQRST peneliti yang mengacu pada tolok ukur
menurut pendapat Kusumah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata siswa dalam melakukan membaca pemahaman melalui teknik PQRST sebesar 68 dengan kategori cukup.
Kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST per aspek, yaitu: Rata-rata kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST
berdasarkan aspek literal adalah 69 tergolong cukup, berdasarkan aspek interpretatif adalah 68 tergolong cukup dan berdasarkan aspek kritis/kreatif adalah
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 Pendahuluan
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 4
1.3Tujuan Penelitian ... 4
1.4Manfaat Penelitian ... 5
1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II Landasan Teori 2.1Membaca ... 6
2.1.1 Pengertian Membaca ... 6
2.1.2 Manfaat Membaca ... 7
2.1.3 Tujuan Membaca ... 7
2.1.4 Jenis-jenis Membaca ... 9
2.1.5 Langkah-langkah Membaca ... 11
2.1.6 Aspek-aspek Membaca ... 13
2.2Membaca Pemahaman ... 20
2.2.1 Pengertian Membaca Pemahaman ... 20
2.2.2 Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman ... 21
2.2.3 Langkah-langkah Membaca Pemahaman ... 21
2.2.4 Tingkatan Membaca Pemahaman ... 23
2.2.5 TujuanMembaca Pemahaman ... 26
2.3Metode PQRST ... 27
BAB III Metodologi Penelitian
3.1Desain Penelitian ... 34
3.2 Populasi ... 34
3.3 Sampel ... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.5 Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST ... 40
4.1.1 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST Berdasarkan Aspek Literal ... 42
4.1.2Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST Berdasrkan Aspek Interpretatif ... 44
4.1.3Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST Berdasarkan Indikator Kritis/Kreatif ... 46
4.2 Bahasan Penelitian ... 47
4.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST ... 55
4.2.2.1 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui TeknikPQRST Berdasarkan Aspek Literal ... 56
4.2.2.2 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST Berdasarkan Aspek Interpretatatif ... ..58
4.2.2.3 Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST Berdasarkan Aspek Kritis/Kreatif ……….... 60
BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan ... 63
3.3 Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,
yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, empat keterampilan berbahasa tersebut
memiliki keterkaitan yang sangat erat satu sama lain. Keterampilan itu erat sekali berhubungan dengan proses berpikir yang mendasari bahasa. Pada dasarnya manusia memiliki pola pikir yang berbeda hal tersebut yang membedakan tingkat
kemampuan seseorang yang satu dengan yang lain. Rachman dkk, (1981: 15) mengatakan kemampuan adalah daya tanggap, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan. Semakin terampil seseorang berpikir, maka semakin terampil pula
dia dalam berbahasa, sebaliknya semakin terampil seseorang berbahasa, semakin terampil pula dia dalam berpikir. Oleh karena itu, seseorang dituntut untuk
terampil dalam berbahasa.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
diketahui. Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh seseorang,
yaitu membaca. Dalam kehidupan, membaca sangat diperlukan karena dengan membaca masyarakat memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan
meningkatkan kecerdasan seseorang sehingga mereka lebih mampu menghadapi kehidupan yang akan datang. Membaca suatu proses yang dilakukan dan
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendah disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata bahasa tulis (Ahmad dalam Aizid, 2011: 19).
Ditinjau dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan
berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
word) dengan pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 1990: 7). Membaca dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti membaca nyaring dan membaca dalam hati. Membaca dalam hati
terdiri atas membaca ekstensif dan intensif. Dalam membaca intensif terdapat membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa (Tarigan, 1990: 13). Salah satu
kegiatan membaca yang perlu dikuasai oleh seseorang adalah membaca pemahaman. Membaca pemahaman merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman dari suatu bacaan.
Kegiatan membaca pemahaman bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Soedarso (2006: 58) mengatakan bahwa pemahaman atau komprehensif adalah kemampuan membaca
seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai
bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya. Agar dapat memahami isi suatu bacaan dengan baik harus memiliki kemampuan membaca
pemahaman yang baik pula. Dalam melakukan kegiatan membaca pemahaman pembaca tidak hanya mengerti dan memahami isi bacaan, namun pembaca
mampu menganalisis kemudian mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu, membaca sangat penting diajarkan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam aspek membaca.
Pembelajaran mengenai membaca pemahaman terdapat dalam silabus KTSP pada
SMA kelas XI semester ganjil dalam standar kompetensi membaca (memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring) dengan
kompetensi dasar (menemukan perbedaan paragraf induktif dan deduktif melalui kegiatan membaca intensif). Kompetensi dasar tersebut dapat tercapai melalui membaca intensif, salah satunya dengan membaca pemahaman.
Dalam kegiatan membaca pemahaman, diperlukan teknik agar mempermudah
seseorang dalam memahami suatu bacaan. Salah satu teknik membaca yang dapat digunakan adalah teknik membaca sistem Preview, Question, Read,
Self-Recitation, dan Test (PQRST). Teknik membaca PQRST ini memudahkan dan mempercepat proses pembacaan serta peningkatan secara efektif. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah untuk memahami teks bacaan. Hal ini yang
Salah satu sekolah yang dapat dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Negeri
1 Labuhan Ratu. Alasan penulis memilih sekolah tersebut dalam penelitian ini karena sebelumnya sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai
membaca pemahaman melalui teknik PQRST. Hal itu yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
Penelitian mengenai teknik PQRST sudah pernah dilakukan oleh Johan
Sinulingga mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Medan dengan judul
“Implementasi Metode PQRST dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan
Membaca (Reading)”. Sementara judul pada penelitian ini “Kemampuan
Membaca Pemahaman Melalui Teknik PQRST SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut: “Bagaimanakah kemampuan membaca pemahaman siswa melalui teknik
PQRST kelas XI SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013?”.
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca pemahaman siswa melalui teknik PQRST SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini terdiri atas manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis, yaitu
untuk menambah wawasan atau referensi penelitian pada bidang kebahasaan khusunya mengenai kemampuan membaca pemahaman menggunakan teknik
PQRST.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada guru dalam
mengajarkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan teknik PQRST.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi subjek, objek, tempat, dan waktu.
1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Objek penelitian ini adalah kemampuan membaca pemahaman melalui teknik PQRST.
3. Tempat penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Labuhan Ratu.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Membaca
Pada dasarnya membaca merupakan suatu proses. Berikut akan dijelaskan
mengenai pengertian membaca.
2.1.1 Pengertian Membaca
Membaca adalah proses memahami pesan tertulis yang menggunakan bahasa tertentu yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya (Alek dan Achmad, 2010: 75). Sedangkan, dari segi linguistik membaca adalah suatu penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process). Aizid (2011:
22) mengatakan membaca adalah suatu perbuatan atau tindakan yang dilakukan berdasarkan kerja sama antara beberapa keterampilan, yaitu: mengamati,
memahami, dan memikirkan.
Dalman (2011: 2) mengatakan membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam
2.1.2 Manfaat Membaca
Listiyanto dalam Aizid (2011: 25-26) secara umum ada beberapa manfaat yang dapat pembaca peroleh dari kegiatan membaca. Berikut adalah beberapa manfaat
tersebut.
1. Membaca dapat memberikan sejumlah informasi dan pengetahuan yang
sangat berguna dalam praktik kehidupan sehari-hari.
2. Membaca dapat menjadikan Anda berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir besar dari segala penjuru dunia. Membaca dapat
menjadikan Anda berkomunikasi dengan pemikiran, pesan, dan kesan pemikir-pemikir besar dari segala penjuru dunia.
3. Membaca dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir dunia.
4. Membaca dapat mengetahui peristiwa besar dalam sejarah, peradaban, dan
kebudayaan suatu bangsa.
5. Membaca dapat menyelesaikan berbagai masalah kehidupan dan mengantarkan Anda menjadi pintar, pandai, dan arif dalam bersikap.
2.1.3 Tujuan Membaca
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
membaca. Anderson dalam Dalman (2011: 6) mengemukakan tujuh macam tujuan
membaca, yaitu:
1. membaca untuk memperoleh fakta dan perincian;
2. memperoleh ide-ide utama;
3. mengetahui urutan/susunan struktur karangan;
4. menyimpulkan;
5. mengelompokkan/mengkasifikasikan; 6. menilai, dan mengevaluasi; dan
7. memperbandingkan atau mempertentangkan.
Ahmad dalam Aizid (2011: 29-30) mengungkapkan beberapa tujuan membaca. Berikut adalah beberapa tujuan tersebut:
1. untuk mendapatkan perincian atau fakta-fakta mengenai suatu informasi atau pengetahuan;
2. mendapatkan ide pokok atau ide utama dari teks bacaan;
3. mengetahui urutan atau susunan dan organisasi cerita; 4. menyimpulkan dan membaca inferensi;
5. mengelompokkan atau mengklasifikasikan; 6. menilai atau mengevaluasi;
7. membandingkan atau mempertentangkan;
8. memahami secara detail dan komperhensif tentang isi buku; 9. menangkap ide pokok atau gagsan utama buku secara cepat;
10. mendapatkan informasi tentang sesuatu;
11. mengenali makna kata-kata atau istilah yang sulit;
13. mendapatkan kenikmatan dari suatu karya fiksi;
14. memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan; 15. mencari merek barang yang cocok dibeli;
16. menilai kebenaran gagasan pengarang atau penulis buku; 17. mendapatkan alat tertentu;
18. mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi ataupun istilah;
19. tujuan akademik (studi atau telaah ilmiah);
20. menangkap garis besar bacaan; dan 21. mengisi waktu luang.
Dari pendapat di atas dapat dilihat bahwa setiap orang melakukan kegiatan
membaca dengan tujuan yang berbeda-beda. Saat melakukan kegiatan membaca seseorang harus memiliki tujuan yang jelas. Tujuan seseorang membaca akan menentukan tingkat pemahaman dari bacaan yang dibacanya.
2.1.4 Jenis-Jenis Membaca
Aizid (2011: 31-38) mengungkapkan ada lima jenis membaca, yaitu: 1) membaca intensif, 2) membaca kritis, 3) membaca cepat, 4) membaca indah, dan 5)
membaca teknik. 1) Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca yang dilakukan secara cermat dan hati-hati
yang tujuan membacanya adalah untuk memperoleh informasi atau pengetahuan
yang sangat detail dan komprehensif dari sebuah buku. 2) Membaca Kritis
Membaca kritis adalah membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya. Sehingga, pembaca tidak sekadar membaca, namun juga berpikir tentang masalah
yang dibahas oleh penulis buku tersebut. Membaca kritis berlaku untuk tulisan nonfiksi, dalam bentuk tulisan maju atau pernyataan. Membaca kritis tergolong jenis membaca yang cukup berat. Hal ini karena harus melibatkan upaya lebih dari
sekadar memahami sesuatu yang dikatakan oleh penulis. Membaca kritis juga harus mempertanyakan dan mengevaluasi pernyataan sang penulis, dan
membentuk pendapat Anda sendiri terkait dengan pernyataan tersebut. Tujuan dari membaca kritis adalah untuk menemukan fakta-fakta yang terdapat dalam teks bacaan, kemudian memberikan penilaian terhadapnya. Dalam membaca kritis
yang perlu diingat adalah gagasan pokoknya saja. 3) Membaca Cepat
Membaca cepat adalah suatu kegiatan membaca yang menitikberatkan pada
kecepatan memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang relatif singkat. Membaca cepat dilakukan apabila Anda akan mengambil gagasan pokok
dan garis besarnya saja. Dalam hal ini, waktu harus diperhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
4) Membaca Indah
Membaca indah adalah kegiatan membaca yang menitikberatkan pada aspek keindahan teks bacaan. Biasanya, membaca jenis ini sangat tepat digunakan untuk
indah ini, pembaca hendaknya menjatuhkan alur suaranya pada gagasan-gagasan,
sebagaimana layaknya orang berbicara. Gerak dan mimik harus sejalan dengan gagasan pokok yang terkandung dalam teks sastra tersebut. Dengan demikian,
membaca indah adalah teknik membaca yang menekankan pada sisi keindahan dari suatu karya sastra.
5) Membaca Teknik
Membaca teknik adalah suatu kegiatan membaca dengan menggunakan suara. Singkatnya, membaca teknik adalah membaca nyaring. Biasanya, jenis membaca
ini sering digunakan oleh guru saat mengajar siswanya di kelas.
Penelitian dalam skripsi ini, yaitu mengenai kemampuan membaca pemahaman melalui teknik PQRST. Membaca dengan menggunakan teknik PQRST
merupakan salah satu jenis membaca intensif karena salah satu kegiatan membaca PQRST, yaitu bertujuan untuk memahami seluruh isi teks secara mendalam dan detail untuk memperoleh informasi dari sebuah buku/teks.
2.1.5 Langkah-langkah Membaca
Surastina dan Dedi (2011: 16) membagi beberapa langkah sebelum membaca, yaitu:
1) Persiapan
Dimulai dengan membaca judul dan penulis. Judul ini kita coba menafsirkan sesuai dengan asosiasi dan imajinasi serta pengalaman yang telah kita alami.
dibaca. Kemudian perhatikan huruf cetak tebal dan huruf miring. Huruf yang
di cetak berbeda ini melambangkan kata dan kalimat penting dalam isi bacaan. Langkah selanjutnya adalah membaca alinea awal dan akhir. Alinea
awal mengantarkan pembaca pada isi bacaan, sedangkan alinea akhir biasanya berupa pokok pikiran dari isi bacaan. Melalui alinea awal dan akhir
ini dapat membantu kita menafsirkan keseluruhan isi bacaan. 2) Pelaksanaan
Selanjutnya mulai menggunakan dua teknik scanning dan skimming. Di sini
kita bisa mencari kata-kata kunci yang ada dalam kalimat, selanjutnya dihubungkan melalui asosiasi dan imajinasi kita sehingga bisa dengan cepat
mengambil intisari bacaan tanpa harus membaca seluruh isi buku. 3) Gunakan Otot Mata
Melihat otot mata dapat dilakukan dengan cara gerakan bola mata dalam
keadaan terpejam ke atas dan ke bawah, lalu samping kiri dan kanan. Melatih mata dapat dilakukan dengan cara pandangan mata mengikuti gerakan telunjuk di depan mata. Tujuannya agar mata kita dapat menjangkau seluruh
bacaan tanpa menggeleng-gelengkan kepala, karena menggelengkan kepala itu menghambat membaca cepat.
4) Pernafasan dan Ketahanan
Melatih pernafasan dapat dilakukan dengan cara tarik nafas panjang keluarkan secara perlahan. Kemudian latihlah konsentrasi yang berhubungkan
2.1.6 Aspek-Aspek Membaca
Secara garis besarnya terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a) pengenalan bentuk huruf;
b) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain);
c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan
menyuarakan bahan tertulis); dan d) kecepatan membaca bertaraf lambat.
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup:
a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
b) memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca);
c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); dan
d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan
keadaan (Broughton dalam Tarigan, 1990: 12-13).
Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skills) tersebut maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara atau (reading aloud; oral reading). Penjelasan di atas
(Tarigan, 1990: 13)
Sementara itu, untuk keterampilan pemahaman (comprehension skills) maka yang
paling tepat adalah dengan membaca dalam hati atau (silent reading), yang dapat pula dibagi atas:
a) Membaca Ekstensif (extensive reading)
Selanjutnya membaca ekstensif ini mencakup pula: 1) membaca survei (survey reading);
2) membaca sekilas (skimming); dan 3) membaca dangkal (superficial reading).
b) Membaca Intensif (intensive reading)
Sedangkan membaca intensif dapat pula dibagi atas:
1) Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula:
a. membaca teliti (close reading);
b. membaca pemahaman (comprehensive reading);
c. membaca kritis (critical reading); dan d. membaca ide (reading for ideas). Aspek-aspek
membaca
Keterampilan mekanis (urutan lebih rendah)
Keterampilan pemahaman (urutan lebih tinggi)
Evaluasi/penilaian isi dan bentuk Pemahaman signifikan/makna Pemahaman pengertian sederhana
Kecepatan membaca: fleksibel Pengenalan unsur-unsur linguistik
Kecepatan membaca: lambat Pengenalan bentuk huruf
2) Membaca telaah bahasa (language study reading) yang mencakup pula:
a. membaca bahasa asing (foreign language reading); dan b. membaca sastra (literary reading).
Tarigan (1990: 13) mengatakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai aspek-aspek serta jenis-jenis membaca yang telah disinggung di atas perhatikanlah skema berikut dan penjelasannya.
(Tarigan, 1990: 13)
A.Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi
guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seseorang
pengarang (Tarigan, 1990: 22). Membaca nyaring yang baik menuntut agar si pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan yang jauh, karena
Membaca intensif
Membaca ekstensif
Membaca telaah isi
dia haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan
para pendengar.
B. Membaca dalam Hati
Membaca dalam hati, yaitu hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan (Tarigan, 1990: 29). Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memeroleh informasi. Dalam
garis besarnya, membaca dalam hati dapat dibagi atas: membaca ekstensif dan intensif.
1. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif ini meliputi: membaca survei (survei reading), membaca sekilas (skimming), membaca dangkal (superficial reading).
a. membaca survei (survei reading)
Sebelum memulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa yang akan ditelaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari yang akan
ditelaah dengan jalan: (1) memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku, (2) melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab
yang terdapat dalam buku-buku yang bersangkutan, (3) memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan. Kecepatan serta ketepatan dalam mensurvei bahan bacaan ini sangat penting, hal ini turut menentukan berhasil atau
b. membaca sekilas (skimming)
Membaca sekilas atau skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperhatikan bahan tertulis untuk mencari serta
mendapatkan informasi, penerangan. Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas, yaitu: untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel,
tulisan singkat, menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan, menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
c. membaca dangkal (superficial reading)
Membaca dangkal atau superficial reading pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam
dari suatu bahan bacaan. Membaca ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan, membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagiaan di waktu senggang, misalnya: cerita pendek, novel dan lain sebagainya.
2. Membaca Intensif
Membaca intensif atau intensive reading adalah studi seksama, telaah isi, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif, yaitu: membaca telaah isi dan telaah bahasa.
1) Membaca Telaah Isi
Setelah menemukan bahan atau hal yang menarik hati pada membaca sekilas, maka biasanya kita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara lebih
menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan. Membaca telaah isi terdiri
atas: membaca teliti, pemahaman, kritis, dan ide. a. Membaca Teliti
Sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka seringkali kita perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang kita sukai. Jenis membaca teliti ini menuntut suatu
pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan antara lain: (1) survei yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum, (2) membaca secara
seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting, dan (3) penemuan hubungan setiap
paragraf dengan keseluruhan tulisan atau artikel. b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan di sini
adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi.
c. Membac Kritis
Membaca kritis (critical reading) adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan
hanya mencari kesalahan. d. Membaca Ide
Membaca ide atau reading for ideas adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin
2) Membaca Telaah Bahasa
Pada hakekatnya segala sesuatu terlebih-lebih sesuatu yang kongkrit itu terdiri atas bentuk dan isi. begitu pula dengan bacaan yang terdapat dari isi dan bahasa,
atas form and meaning atas jasmani dan rohani. Isi dianggap sebagai yang bersifat rohaniah, sedangkan bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Kedua-duanya merupakan dwi tunggal yang utuh. Keserasian antara isi dan bahasa sesuatu bahan
bacaan mencerminkan keindahan. Membaca telaah bahasa mencakup pula: membaca bahasa dan sastra.
a. Membaca Bahasa
Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah memperbesar daya kata dan
mengembangakan kosa kata. Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu dipergunakan dalam berbicara dan menulis. Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan kata-kata yang mengekspresikan makna secara
jelas dan tepat. Yang satu lagi daya kata yang dipergunakan dalam membaca dan menyimak ini adalah daya untuk menghadapi serta menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-kata tersebut sehingga
tempatnya muncul itu dapat dimengerti, dan masuk akal. b. Membaca Sastra
Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara keindahan bentuk dan keindahan isi. Dengan kata lain suatu karya sastra dikatakan indah kalau baik bentuknya maupun isinya sama-sama indah, terdapat
2.2Membaca Pemahaman
Kemampuan membaca dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kemampuan membaca pemahaman bersuara dan kemampuan membaca pemahaman.
Kemampuan membaca bersuara adalah kemampuan membuat pendengar dapat memahami sesuatu yang dibaca (ingat pembaca yang di televisi). Kemampuan
membaca pemahaman adalah kemampuan memahami isi bacaan, yakni kemampuan menangkap dan mengemukakan sesuatu yang tersurat (maknanya jelas) dan tersirat (maknanya tersembunyi atau tidak langsung) dalam bacaan
(Sanusi 2010: 107).
2.2.1 Pengertian Membaca Pemahaman
Tarigan (1990: 35) membaca pemahaman adalah studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Dalman (2011: 73) mengatakan membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang
berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Pendapat lain mengatakan jenis
membaca yang merupakan rincian membaca intensif yang bertujuan untuk: 1) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), 2) resensi kritis (critical review), 3) drama tulis (printed drama), dan 4) pola-pola fiksi (patterns
of fiction).
Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang memerlukan ketelitian yang mendalam untuk dapat memahami atau menemukan isi pokok/ide utama pada sebuah bacaan secara
2.2.2 Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
McLaughlin dan Allen dalam Rahim (2005: 4) mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca pemahaman sebagai berikut:
1) pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial;
2) keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman;
3) guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa;
4) pembaca yang baik memegang peranan yang srategis dan berperan aktif
dalam proses membaca;
5) membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna;
6) siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas;
7) perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman
membaca;
8) pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman; 9) strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan; dan
10) asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.
2.2.3 Langkah-langkah Membaca Pemahaman
Dalam kegiatan membaca pemahaman Rahim (2006: 99-107) membagi tiga kegiatan saat membaca, yaitu: (1) prabaca, (2) saat baca, (3) pascabaca.
1) Kegiatan Prabaca
perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik
bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum
membaca, dan drama kreatif (Burns dalam Rahim, 2006: 99). Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang
informasi atau konsep tentang sesuatu. 2) Kegiatan Saat Baca
Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca (during
reading). Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Akhir-akhir ini perhatian banyak
dicurahkan pada penggunaan strategi metakognitif siswa selama membaca. Burns dalam Rahim (2006: 100) mengemukakan bahwa penggunaan teknik metakognitif secara efektif memiliki pengaruh positif pada pemahaman. Strategi belajar secara
metakognitif akan meningkatkan keterampilan belajar siswa. Kegiatan saat baca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti berikut. Sesudah siswa membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok siswa berlatih membaca
bagian bacaan. Tugas siswa mengambil bagian dari karakter yang berbeda di dalam adegan dan salah seorang menjadi moderator. Siswa yang lain disuruh
mengikutinya bersama-sama. Kegiatan ini membantu siswa memahami dialog dan penggunaan tanda-tanda kutipan.
3) Kegiatan Pascabaca
Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh
yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar mengembangkan
bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan presentasi visual. Dalam kegiatan pascabaca, siswa diberikan kesempatan
mengembangkan belajar mereka dengan memerintahkan siswa mempertim-bangkan apakah siswa tersebut membutuhkan atau meningkatkan informasi lebih
lanjut tentang topik tersebut dan di mana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut.
2.2.4 Tingkatan Membaca Pemahaman
Sehubungan dengan tingkat pemahaman, Smith dalam Dalman (2011: 73-74)
mengelompokkan kemampuan membaca menjadi empat kategori, yaitu: (1) pemahaman literal, (2) interpretasi, (3) kritis, dan (4) kreatif.
(1) Membaca Pemahaman Literal
Pemahaman literal adalah pembaca hanya memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan.
(2) Membaca Pemahaman Interpretatif
Pada tingkat ini pembaca sudah mampu menangkap pesan secara tersirat. Artinya di samping pesan-pesan secara tersurat seperti pada tingkat pemahaman literal,
pembaca juga dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. (3) Membaca Pemahaman Kritis
Pada tingkat ini, pembaca tidak hanya mampu menangkap makna tersirat dan
tersurat tetapi juga mampu menganalisis dan sekaligus membuat sintesis dari informasi yang diperolehnya melalui bacaan. Di samping itu pembaca juga
mengetahui persis akan kebenaran atau kesalahan isi wacana berdasarkan
pengetahuan dan data-data yang dimilikinya tentang informasi yang ada dalam bacaan. Pembaca pada tingkat ini sudah mampu membuat kritik terhadap suatu
bacaan atau sebuah buku.
(4) Membaca Pemahaman Kreatif
Pembaca tingkat ini memiliki pemahaman lebih tinggi dari ketiga tingkat sebelumnya. Selesai membaca, pembaca akan mencoba atau bereksperimen membuat sesuatu yang baru berdasarkan isi bacaan.
Wahyuni dan Ibrahim (2012: 34-35) membagi tingkatan membaca pemahaman
menjadi tiga tingkat, yaitu: literal, interpretatif, dan kritis/kreatif. Berikut ini merupakan garis besar perpaduan tingkat kognitif dari Bloom dengan tingkat
aktivitas membaca. Membaca literal meliputi: (1) pengetahuan, dan (2) pemahaman. Membaca interpretatif meliputi: terapan dan membaca kritis/kreatif meliputi: (1) analisis, (2) sintesis, dan (3) evaluasi.
1. Membaca Literal
Pemahaman literal berarti mengetahui apa yang dikatakan penulis, juga mengetahui apa yang ditulisnya. Pikiran bertindak seperti sebuah gudang, yang
berfungsi memasukkan dan menyimpan apa yang ditulis pengarang.
Dengan memakai taksonomi dari Blooms, terdapat dua tingkat pemahaman literal: pengetahuan dan pemahaman. (1) pada tingkat pengetahuan, siswa mengetahui
sebab-akibat ketika hal tersebut dinyatakan. Siswa menjawab pertanyaan dengan
memakai kata-kata pengarang. (2) tingkat pemahaman literal adalah comprehension (pemahaman). Siswa mengingat apa yang ditulis namun mereka
menjawab dengan kata-kata yang berbeda dari yang dipakai oleh pengarang. Mereka menerjemahkan apa yang ditulis dengan menempatkannya ke dalam
bentuk lain. Siswa bisa mengatakan dengan cara lain atau meringkas, membandingkan, membuat grafik, mengklasifikasikan, membuat outline, atau menempatkan informasi dalam bentuk tabular.
2. Membaca Interpretatif
Pada tingkat interpretatif, pikiran menjadi suatu pabrik produksi. Pikiran bisa
membantu mengidentifikasi hubungan antara pengalaman (aktual dan pengalaman orang lain). Bloom menyebut tingkat ini sebagai applied level (tingkat penerapan). Siswa dapat menerapkan aturan atau proses pada problem (atau ide-ide pada
situasi baru), karena itu siswa bisa menentukan suatu jawaban yang benar. Pada tingkat penerapan, siswa menentukan ide-ide utama, sebab-akibat, waktu, tempat, atau suasana hati yang tidak dinyatakan secara langsung. Siswa menentukan
karakter kepribadian, bentuk analogi, membuat perbedaan, dan menyelesaikan masalah.
3. Membaca Kritis/Kreatif
Selama membaca kritis/kreatif, pikiran tetap menjadi pabrik produksi. Hal itu membantu menganalisis, memproduksi, dan memutuskan. Bloom
(1) Pada tingkat analisis siswa mendeteksi fakta dari opini, teknik propaganda,
dan kesalahan penalaran. Siswa dapat mengidentifikasi motif atau alasan terjadinya sesuatu. Siswa dapat pula menilai kualifikasi sumber informasi.
Siswa juga dapat menentukan bukti untuk mendukung suatu kesimpulan, inferensi, atau generalisasi, mengambil kesimpulan serta mengidentifikasi
motif dan sebab-sebabnya.
(2) Pada tingkat sintesis, siswa mengumpulkan informasi. Siswa menghasilkan komunikasi orisional, membuat prediksi, dan mengantisipasi hasilnya. Siswa
dapat menulis, menciptakan, mengembangkan, mendesain, dan menyintesis. Masalah dari tingkat ini, siswa mempunyai lebih dari satu kemungkinan
jawaban. Tingkat ini lebih bersifat jawaban terbuka dibanding tingkat terapan (interpretatif). Siswa lebih mempertimbangkan kemungkinan, daripada mencari salah satu cara yang benar.
(3) Akhirnya, pada tingkat evaluasi, siswa membuat keputusan. Siswa membentuk dan menawarkan opini, menilai dan mengapresiasi. Siswa dapat memutuskan kebaikan gagasan, suatu solusi bagi suatu problem, atau suatu
karya estetika. Siswa juga bisa menawarkan suatu opini berdasarkan pada sejumlah standar.
2.2.5 Tujuan Membaca Pemahaman
Dalam melakukan sebuah kegiatan tentunya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Sama halnya dengan kegiatan membaca pemahaman yang memiliki
mengerti isi bacaan yang dibaca, dapat mengidentifikasi atau mengenali
fakta-fakta yang tercantum dalam bacaan serta dapat menginterprestasikan ide-ide yang terdapat dalam bacaan tersebut dan dapat pula membuat simpulan yang
terkandung di dalam bacaan tersebut.
Greeny dan Patty dalam Tarigan (2011: 40) mengatakan membaca pemahaman mempunyai tujuan agar para siswa dapat
1. menentukan ide pokok, kalimat, paragraf atau wacana; 2. memilih butir-butir penting;
3. mengikuti petunjuk-petunjuk;
4. menentukan organisasi bahan bacaan;
5. menentukan citra visual dan citra lainnya dari bacaan;
6. menarik kesimpulan;
7. menduga makna dan meramalkan dampak-dampak dan kesimpulan; 8. merangkum wacana yang dibaca;
9. membedakan fakta dan pendapat; dan
10. memperoleh informasi dari aneka sumber, seperti ensiklopedia, atlas atau
peta.
2.3Metode PQRST
Salah satu teknik membaca adalah sistem PQRST. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson, dan H. Alan dalam buku
berjudul Improving Reading In Every Class. Berikut adalah lima langkah yang menjadi pokok teknik membaca PQRST yaitu: preview, question, read,
Metode PQRST ini pun memiliki kesamaan dengan metode SQ3R dalam hal ini
Soedarso (2010: 59) menjelaskan SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri atas lima langkah, yaitu: Survey, Question, Read, Recite (Recall) dan Review,
yang penjelasannya sama dengan fungsi PQRST dalam pelaksanaannya. Survey sama dengan fungsi dari preview pada tinjauan atau mensurvei isi buku, question merupakan kegiatan bertanya, read merupakan kegiatan membaca, recite (Recall)
merupakan bagian untuk memahami lebih mendalam dari temuan sewaktu membaca ada kesulitan maka diperlukan berhenti sejenak untuk memahami yang
sulit tersebut, dan preview adalah mengingat kembali atau meninjau kembali dari bacaan tersebut.
2.3.1 Teknik PQRST
Surastina dan Dedi (2010: 31) menjelaskan mengenai teknik PQRST sebagai berikut.
1. Preview
Pada tahap preview meninjau bagian-bagian utama dari keseluruhan tulisan. Tujuan utama proses ini adalah untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang
isi penting pada tulisan itu. Dengan mendapat gambaran cepat tentang kandungan tulisan itu, pikiran membaca akan lebih tertumpu pada isu-isu utama yang dibahas atau diutarakan pada tulisan tersebut. Sebelum menyelesaikan kegiatan ini, harus
sudah mendapat gambaran yang jelas tentang pokok bahasan, atau dapat berhenti sejenak dan bertanya kepada diri anda sendiri apakah tulisan itu sejenis dengan
Langkah-langkah pada tahap preview, pembaca diminta untuk melakukan hal
berikut.
(a) Meninjau bagian-bagian utama, seperti:
1) membaca judul pada teks bacaan; 2) subjudul pada teks bacaan;
3) bagian pendahuluan; 4) kesimpulan, dan
5) memerhatikan semua gambar yang ada.
2. Question
Pada tahap question mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin tentang isi bacaan yang ada dalam pikiran. Misalnya ada sebuah bacaan adalah “Arsenal asian tour
2013. Jadi, bentuk pertanyaan yang dapat diajukan ialah “siapa sajakah pemain arsenal yang mengikuti asian tour 2013?”. Dengan adanya pertanyaan itu saat
membaca tumpuan pikiran akan lebih fokus kepada mencari jawaban ketika
membaca.
Langkah-langkah pada tahap question, pembaca diminta untuk melakukan hal berikut.
(a) Mengubah judul bacaan menjadi suatu pertanyaan. Gunakanlah kata kunci seperti apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
(b) Mengubah subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakanlah kata kunci seperti
3. Read
Pada tahap read pembaca membaca satu subbab ke satu subbab berikutnya untuk mencari jawaban pertanyaan yang telah dibuat. Sambil membaca tulisan, fokuskan
perhatian untuk mendapatkan jawaban bagi pertanyaan yang telah di buat kegiatan ini merupakan suatu pembacaan yang aktif. Oleh karena itu, carilah tempat di
mana pembaca dapat membaca dengan konsentrasi. Dengan demikian, pembaca akan dapat meningkatkan kesan dari proses pemahaman serta peningkatan terhadap ide-ide tulisan.
Langkah-langkah pada tahap read, pembaca diminta untuk melakukan hal berikut.
(a) Membaca secara keseluruhan teks bacaan.
(b) Untuk menjawab pertanyaan yang telah dibuat di tahap question.
(c) Menulis jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat untuk melengkapi catatan.
4. Self-Recitation
Pada tahap Self-Recitation pembaca mencatat fakta-fakta utama bab atau bahan yang telah dibaca. Akan lebih berkesan jika pembaca menyebutkan fakta-fakta
temuan secara lisan. Tujuan utamanya ialah untuk mengingat semula apa yang Anda telah baca, yaitu dengan menggabungkan semua proses preview, question,
dan read secara serentak.
5. Test
Pada tahap test pembaca menguji diri setelah membaca secara keseluruhan. Pikirkan ide-ide dari tulisan yang baru dibaca. Simpanlah apa yang telah dipelajari
ke dalam ingatan jangka panjang.
Test merupakan langkah terakhir pada metode PQRST. Pada tahap ini berfungsi sebagai feedback dari proses dan langkah sebelumnya untuk mengetahui sejauh
mana pembaca mampu memahai teks atau bacaan yang telah dibaca.
Langkah-langkah pada tahap Self-Recitation, pembaca diminta untuk melakukan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam teks atau bacaan yang ada.
Langkah-langkah dalam teknik PQRST tersebut merupakan hasil modifikasi dari langkah-langkah dalam teknik SQ3R yang dikemukakan oleh (Wiesendanger dalam skripsi Kastam Syamsi, 2000: 6).
2.4Definisi Konseptual dan Operasional 2.4.1 Definisi Konseptual
Kemampuan adalah daya tanggap, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan
(Rachman dkk, 1981: 15). Pendapat lain mengatakan kemampuan merupakan mode-mode operasi yang terorganisasi dan teknik-teknik universalnya untuk menghadapi suatu materi dan masalah (Karthwolh, 2010: 411).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk
Pemahaman adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail yang
penting, dan seluruh pengertian (Soedarso, 2006: 58). Pendapat lain mengatakan bahwa pemahaman atau komprehensif adalah kemampuan untuk membangun
kata-kata menjadi ide-ide yang bermanfaat dari konteks yang dibacanya (Alek dan Ahmad, 2010: 80).
Membaca Pemahaman adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan
terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan, 1990: 35).
2.4.2 Definisi Operasional
Berdasarkan definisi konseptual di atas, maka diperoleh definisi operasional
sebagai berikut.
1. Kemampuan adalah daya tangkap, pemahaman, penghayatan, dan keterampilan.
2. Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu.
3. Pemahaman adalah mengetahui suatu bacaan yang telah dibaca seperti: memahami ide pokok, isi bacaan, dan seluruh pengertian yang ada dalam sebuah bacaan.
4. Membaca Pemahaman adalah kegiatan membaca yang memerlukan ketelitian yang mendalam untuk memahami atau menemukan ide pokok, mengetahui
sebuah informasi secara tepat.
seseorang dalam memahami isi bacaan, untuk mencari informasi dan pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam
penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa melalui teknik PQRST kelas XI SMA
Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.2Populasi
Arikunto (2002: 108) mengatakan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA Negeri
[image:42.595.110.514.581.731.2]1 Labuhan Ratu tahun pelajaran 2012/2013 berjumlah 156 siswa yang tersebar di dalam 5 kelas. Perincian jumlah populasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 XI IPA 1 30
2 XI IPA 2 32
3 XI IPS 1 32
4 XI IPS 2 32
5 XI IPS 3 30
3.3Sampel
Arikunto (2002: 108) mengatakan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat Arikunto (2002: 112), yaitu apabila subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau
20%-25% atau lebih. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik random sampling atau pengambilan secara acak. Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah setiap
kelas sehingga sampelnya berjumlah 40 siswa.
Penentuan jumlah sampel pada setiap kelas adalah sebagai berikut.
1. Jika hasil perhitungan 25% dari jumlah siswa di setiap kelas itu memiliki
angka sesudah koma nilainya ≤5, jumlah sampel yang ditetapkan angka
sebelum koma. Misalnya, jumlah penghitungan dari 25 % adalah 5,3 maka
sampelnya adalah 5.
2. Jika hasil perhitungan 25% memiliki angka sesudah koma ≥ 5, jumlah sampel
ditentukan dengan menambahkan satu pada angka sebelum koma. Misalnya, jumlah pengitungan dari 25% adalah 4,6 maka sampel adalah 5.
Berdasarkan ketentuan tersebut, sampel yang dalam penelitian ini adalah 40 siswa
Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Kelas Jumlah
Siswa
25% dari Jumlah Siswa
Sampel yang ditetapkan
1 XI IPA1 30 7,5 8
2 XI IPA2 32 8 8
3 XI IPS1 32 8 8
4 XI IPS2 32 8 8
5 XI IPS3 30 7,5 8
Jumlah 156 40
Pengambilan sampel masing-masing kelas dilakukan secara acak dengan teknik
random sampling dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuat daftar nama seluruh siswa kelas XI yang menjadi subjek penelitian.
2. Memberi kode nomor urut yang ditulis.
3. Memasukan gulungan kertas ke dalam kotak kemudian mengocoknya dan mengambil satu persatu gulungan kertas sesuai dengan sampel yang
dibutuhkan pada setiap kelasnya.
3.4Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik tes. Jenis tes yang
digunakan adalah tes objektif atau pilihan ganda. Sumber wacana diambil dari surat kabar, yaitu Kompas 20 dan 23 Maret 2013 dan Radar Lampung 23 Maret
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal
No Aspek Deskriptor No Soal Wacana Jumlah
Soal 1. Literal a. Pembaca hanya
memahami makna apa adanya, sesuai dengan makna, simbol-simbol bahasa yang ada dalam bacaan.
b. Pemahaman jenis membaca ini, dapat digunakan kata kunci pertanyaan: apa, siapa, dimana, atau kapan.
c. Tingkat pemahaman literal siswa
mengingat apa yang ditulis namun mereka menjawab dengan kata-kata yang berbeda dari yang dipakai oleh pengarang
1, 4, 7
10, 13, 15
17, 19
1, 2, 3 8
2 Interpretatif a. Mampu memahami kalimat opini dan fakta
b. Mampu memahami sebab akibat yang terdapat dalam teks bacaan
2, 5, 8
11, 18, 20
No Aspek Deskriptor No Soal Wacana Jumlah Soal 3. Kritis/kreatif
a. Pada tingkat analisis siswa mendeteksi fakta dari opini, dan kesalahan
penalaran. Siswa dapat
mengidentifikasi motif atau alasan terjadinya sesuatu.
b. Pada tingkat sintesis, siswa mengumpulkan informasi.
c. Pada tingkat evaluasi, Siswa membentuk dan menawarkan opini; menilai dan
mengapresiasi.
3, 6
9, 12
14, 16
1, 3, 2 6
Jumlah skor total dari kemampuan membaca pemahaman siswa melalui teknik
[image:47.595.112.514.209.295.2]PQRST kelas XI SMA Negeri 1 Labuhan Ratu Tahun Pelajaran 2012/2013, yaitu 20. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.4 Indikator dan Skor Maksimal Tes
No Indikator Skor
1 Siswa yang mampu menjawab soal benar 1 2 Siswa yang menjawab soal salah 0
Jumlah Skor 20
3.5Teknik Analisis Data
Teknik analisis data bertujuan untuk mengetahui data kemampuan siswa dalam membaca pemahaman melalui teknik PQRST. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data sebagai berikut.
1. Memeriksa hasil tes yang telah dikerjakan oleh siswa terpilih. 2. Menskor hasil tes siswa.
3. Menghitung nilai yang didapatkan siswa dengan rumus sebagai berikut.
4. Menghitung rata-rata kemampuan siswa dalam menjawab soal kemampuan membaca pemahaman menggunakan rumus:
[image:48.595.113.512.248.378.2]
5. Memberikan penilaian tentang kemampuan membaca pemahaman melalui teknik PQRST peneliti mengacu pada tolok ukur menurut pendapat Kusumah seperti pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Tolok Ukur Penilaian
Rentang Skor Tingkat Kemampuan
85 100 Sangat Baik
70 84 Baik
55 69 Cukup
40 54 Kurang
4,0 Sangat Kurang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang penulis lakukan pada siswa kelas XI SMA Negeri I Labuhan Ratu tahun pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa kemampuan rata-rata siswa dalam melakukan membaca pemahaman
melalui teknik PQRST sebesar 68 dengan demikian, kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST tergolong cukup.
Secara rinci nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman melalui teknik
PQRST per aspek dapat dilihat sebagai berikut.
1. Rata-rata kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST berdasarkan aspek literal adalah 69. Dengan demikian, kemampuan siswa
membaca pemahaman melalui teknik PQRST berdasarkan aspek literal tergolong cukup.
2. Rata-rata kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST berdasarkan aspek interpretatif adalah 68. Dengan demikian, kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST berdasarkan aspek
interpretatif tergolong cukup.
3. Rata-rata kemampuan siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST
siswa membaca pemahaman melalui teknik PQRST berdasarkan aspek
kritis/kreatif tergolong cukup.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya guru menggunakan teknik lainya dalam kegiatan membacaagar kemampuan siswa dalam membaca dapat
DAFTAR PUSTAKA
Aizid, Rizem. 2011. Bisa Baca Secepat Kilat (Super Quick Reading). Yogyakarta: Buku Biru.
Alek, dkk. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Anindyarini, Atikah, dkk. 2008. Bahasa Indonesia untuk SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. 2010. Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2002. ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dalman, H. 2011. Keterampilan Membaca. Bandar Lampung: Universitas Muhamadiyah.
Harjasujana, S.A. 1996. Membaca 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Kusumah, Wijaya. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.
Margono, S. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta. Rachman, dkk. 1981. Kemampuan Apresiasi Sastra Murid SMA Jawa Timur.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rahim, Farida. 2006. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Padang: Bumi Aksara.
Surastina, dkk. 2011. Teknik Membaca. Bandar Lampung: Simple Design.
Syamsi, Kastam. 2000. Inovasi Model Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Membaca Ekspresif. Bandung: Agkasa.
Trianto, Agus. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP dan MTS Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Universitas Lampung. 2009. Format Penelitian Karya Ilmiah. Bandar Lampung. Wahyuni dan Ibrahim. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahasa. Malang: Refika