• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Arab Pra Islam ARAB PRA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Arab Pra Islam ARAB PRA ISLAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Arab Pra Islam ARAB PRA ISLAM

Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi

kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :

1.

Arab Ba’idah

, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya

tidak bisa

dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais,

Amlaq dan lain-lainnya.

2.

Arab Aribah

, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan

Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula

Arab

Qahthaniyah

.

3.

Arab Musta’ribah

, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari

keturunan Isma’il, yang disebut pula

Arab Adnaniyah

.

1. SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN

a. Kondisi Politik

Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya “.

Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.

(2)

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.

Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati.

b. Kondisi Masyarakat

Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.

Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali wanita.

Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan wanita.

(3)

Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :

1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.

2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut wanita pelacur.

3. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.

4. Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan. Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut kemauannya.

Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang diluar kewajaran. Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah ialah poligami tanpa da batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada batasannya.

Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa.

Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafkan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikkan.

Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.

(4)

Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.

Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.

Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah suci.

Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-tempat tertentu, seperti :

1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.

2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.

3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.

Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :

(5)

2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya.

3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu.

Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan manfaat di sisi-Nya.

Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal.Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.

Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang seraya berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika dendamnya sudah dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.

Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.

Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.

(6)

menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.

Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.

Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.

Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.

System Politik dan Kemasyarakatan Arab Pra – Islam

• Kondisi polotik

Bangsa arab sebelum islam , hidup bersuku – suku ( kabilah – kabilah ) dan berdiri sendiri – sendiri, satu sama lain kadang – kadang saling bermusuhan . mereka tidak mengenal rasa ikatan nasional ; yang ada pada mereka hanyalah ikaran kabilah. Dasar perhubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah.

Rasa ashabiyah ( kesukuan ) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bilamana terjadi salah seorang di antara

Saya menyarankan anda untuk langsung mendownloadnya dalam fle utuh. Klik download > skip add> download

mereka treaniaya maka seluruh anggota – anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka’’ tolong saudara baik dia menganiaya atau teraniaya.’’

Pada hakikatnya kabilah – kabilah ini mempunyai pemuka – pemuka yang memimpin kabilah masing – masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah di satuan fanatisme, adanya memfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.

(7)

jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem dictator. Banyak hak yang

terabaikan rakayat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin

menggunakan kekayaan itu untuk foya – foya mangumbar syahwat, bersenang – senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezjhaliman dari segala sisi.rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.

Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan,

memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari – cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujaan tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang – orang yang sedang bersaing mencari simpati.

• Kondisi masyarakat

Di kalangan bangsa arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kodisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga

dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.

Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa

menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki – laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti.

Dan cara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa lepaskan,

manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual – belikan dan kadang – kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang – gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh. Ketika nabi Muhammad saw lahir.(570 m) , makkah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di antara kota – kota di negeri arab, baik daerah

tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jarur perdangangan yang ramai, manghubungkan yaman di selatan dan syaria di utara. Dengan adanya ka’bah di tengah kota, makkah menjadi pusat keagamaan arab. Ka’bah adalah tempat meraka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama, hubal. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarkat arab ketika itu mencerminkan realitas kesukuan masyarkat jazirah arab dengan luas satu juta mil persegi.

(8)

memang,Merupakan kediaman mayoritas bangsa arab jazirah arab terbagi menjadi dua bagian besar yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Di sana tidak ada sungai mengalir tetap, yang ada hanya lembah – lembah berair di musim hujan.

Bangsa arab sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang arab.akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak

berkembang. Karena itu, bahan – bahan sejarah arab pra - islam sangat langka didapatkan di dunia arab dan dalam bahasa arab. Ahmad Syalabi menyebutkan, sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira – kira 150 tahun menjelang lahirnya agama islam . pengetahuan itu diperoleh melalui syair – syair yang beredar di kalangan para perawi syair. Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat badui arab dapat diketahui, antara lain, bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta kebebasan.

Bagian lain dari daerah arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain, baik karena sulit dijangkau maupun karena tandus dan miskin, adalah hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah mekkah, kota suci tempat ka’bah berdiri.ka’bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut – pengaut agama asli makkah,tetapi juga,oleh orang – orang yahudi yang bermukim di sekitarnya. Melalui jalur perdangangan, bangsa arab berhubungan dengan bangsa – bangsa syaria, Persia, habsyi, mesir ( Qibthi ), dan romawi yang semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan hellenisme.

Walaupun agama yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah arab, bangsa arab kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Berhala – berhala itu mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib

buruk.Demikianlah keadaan bangsa dam jazirah arab menjelang kebangkitan islam. Kebiasaan buruk lainnya dalam masyarakat jahiliyah adalah berkembangnya11 tindak kejahatan, perjudian, mabuk – mabukan, pertikaian antarsuku, dan saling membunuh. Tatanan kehidupan bermasyarakat tidak berjalan. Dalam hal ini yang berlaku adalah hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Akibatnya , mereka saling bertikai dan saling membunuh.

Keadaan masyarakat semacam ini telah berjalan cukup lama, yakni bermula dari kebiasaan masyarakat yang sudah tidak mau lagi menjadikan ajaran para nabi sebagai pedoman hidupnya. Di samping mempunyai dapat yang tidak baik, bangsa arab sangat ahli dalam bahasa dan kesusastraan terutama dalam bersyair dan berpidato. Dua hal tersebut menjadi kebanggaan sekaligus sebagai sarana untuk bersaing dalam meraih kehormatan di antara kabilah – kabilah yang ada.

Ada salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa watak dan tabiat buruk yang banyak dilakukan oleh masyarakat mekkah sebelum islam datang adalah sebagai berikut.

• Minum minuman keras. • Berzina dan memperkosa.

• Memperlakukan wanita sebagai barang yang diperjualbelikan. • Membunuh anak perempuan karena malu dan takut miskin.

(9)

Kemudian juga dimunculkan adat kebiasaan bangsa arab sebelum islam datang yang dinilai pesitif antara lain sebagai berikut.

• Sangat menghormati tamu. • Bersikap pemberani.

• Dapat dipercaya.

• Mengutamakan kesetiakawanan. • Rajin bekerja.

(10)

Sistem Politik/Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam

Pada masyarakat arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem yang ada di masyarakat, salah satunya adalah system politiknya. Pada garis besarnya penduduk jazirah dapat dibagi berdasarkan territorial kepada dua bagian yaitu:

Penduduk kota (al-hadharah) yang tinggal di kota perniagaan jazirah Arabia, seperti Mekkah, Madinah. Kota Mekkah merupakan kota penghubung perniagaan Utara dan selatan, para pedagang dengan khalifah-khalifah yang berani membeli barang dagangan dari India dan Cina di Yaman dan menjualnya ke Syiria di Utara.

Penduduk pedalaman yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Cara mereka hidup adalah nomaden, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain, mereka tidak mempunyai perkampungan yang tetap dan mata pencaharian yang tepat bagi mereka adalah memelihara ternak, domba dan unta.

Sebelum kelahiran Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.

Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an, seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang berkaitan dengan semua itu.

Pada masa sebelum islam yamg diajarkan disebar luaskan ke bangsa Arab oleh Rasulullah Saw, orang arab sering kali terjali peperangan antar suku di antaranya dikenal dengan perang Fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama perang antara suku Kinanah dan Hawazan, kemuadian Quraisy dan Hawazan serta Kinanah dan Hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul diutus.

Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Romawi Timur dengan ibu kota Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan sebagian daeah Itali serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada di bawah kekuasaannya.

(11)

Menjelang lahirnya Nabi Muhammad Saw, penguasaan Abisinia di Yaman – Abraham, atau lebih populer dirujuk dalam literatur Islam sebagai Abrahah – melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara epidemi cacar (hujan kerikil) yang menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini -merujuk Al-quran dalam surat 105- pada prinsipnmya memiliki tujuan yang secara sepenuhnya berada di dalam kerangka politik internasional ketika itu. yaitu upaya Bizantyum untuk menyatukan suku-suku Arab di bawah pengaruhnya guna menantang Persia. sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut- terjadi kira-kira pada 552-dimaksudkan untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja megah di San’a, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di Arabia.

Dalam masyarakat arab terdapat organisasi clan (kabilah) sebagai intinya dan anggota dari satu clan merupakan geneologi (pertalian darah). Pemerintah di kalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para ahli sejarah dimulai oleh golongan Arab Bai'idah. Pada periode pertama dikenal ada kerajaan Aad di daerah Ahkaf al Romel yang terletak antara Oman dan Yaman, kaum Aad juga pernah mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib. Kemudian juga dikenal kerajaan dari kaum Tsamud mendiami daerah hijir dan wadi al-Kurro, antara Hijaz dan Syiria. Kemudian dikenal juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur, Oman Hijaz mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada periode Kedua yaitu pada masa Arab Aribah atau Bani Qhathan yang terkenal dengan kerajaan Madiniyah, kerajaan Sabaiyah dan kerajaan Himyariah.

Bagian dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka'bah. Ka'bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut bangsa asli Makkah, tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.

Untuk mengamankan para penziarah yang datang ke kota Makkah diadakan pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa yaitu suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan ka'bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza'ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku Quraisy ini kemudian yang memegang dan mengatur politik dan juga urusan urusan yang berkenaan dengan ka'abah. Ada sepuluh (10) jabatan tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu :

 Hijabah (penjara kunci ka’bah)  Siqayah (penjara air mata Zam zam)  Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal)  Sifarah (kuasa usaha Negara atau duta)  Liwa (jabatan ketentaraan)

 Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin)  Nadwah (jabatan ketua dewan)

 Khaimman (pengurus balai musyawarah)  Khazinah (jabatan administrasi keuangan)

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Kata Kunci: Hasil Belajar, Materi Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Arab pra- Islam , Strategi Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan karena pembelajaran di kelas masih tergolong teacher