• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIFAT FISIKA KIMIA DAN BIOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS SIFAT FISIKA KIMIA DAN BIOLOGI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SIFAT FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH SERTA FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKNYA DI DAERAH SEKITAR JAYAGIRI, GUNUNG PUTRI, DAN GUNUNG TANGKUBAN PARAHU,

BANDUNG JAWA BARAT Laporan Praktikum

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas sebagai proses akhir dari kegiatan praktikum mata kuliah Geografi Tanah

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT.

Arif Ismail, S.Si., M. Sc.

Dibuat Oleh :

Andri (1602332)

Bunga Huriah Viawan (1603993) Gunawan Wibisono (1600329) Lutfia Ismira Dewi (1601837) M Akbar Pratama (1605894) Tiara Rawi Maryani (1600104)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

i | P a g e

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah Geografi Tanah yang telah dilaksanakan pada tanggal 6 dan 8 April 2018. Shalawat serta salam niscaya selamanya terlimpahcurahkan kepada Baginda Besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta semua para pengikutnya.

Laporan ini disusun dengan judul “Analisis Sifat Fisika, Kimia, dan Biologi

Tanah Serta Faktor-Faktor Pembentuknya di Daerah Sekitar Jayagiri, Gunung Putri, dan Gunung Tangkuban Parahu, Bandung Jawa Barat”. Praktikum sangat penting dalam menjembatani dasar-dasar teoretis perkuliahan terhadap kondisi di lapangan. Hal ini mengingat bahwa proses perkuliahan tidak akan sempurna manakala tidak disertai dengan kunjungan atau tinjauan langsung terhadap kondisi di lapangan. Harus diakui bahwa terselesaikannya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Allah SWT.,

2. Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT. selaku dosen mata kuliah Geografi Tanah, 3. Arif Ismail, S. Si., M. Sc. selaku dosen mata kuliah Geografi Tanah, 4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil, 5. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan Geografi UPI 2016 yang

tanpa lelah memberikan motivasi dan dorongannya,

6. Serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan tentunya telah banyak membantu.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik keluasan materi maupun ketajaman analisis. Oleh karena itu dengan penuh keterbukaan kami mengharapkan adanya kritik konstruktif demi menuju adanya sebuah perbaikan. Akhir kata kami berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat luas baik bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

(3)

ii | P a g e

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penulisan... 4

D. Manfaat Penulisan... 4

1. Secara Teoritis ... 4

2. Secara Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Umum Lokasi Wilayah Praktikum... 6

1. Geomorfologi/Topografi ... 6

2. Geologi ... 7

3. Hidrologi ... 7

4. Klimatologi ... 8

5. Penggunaan Lahan ... 8

B. Tanah dan Proses Pembentukannya ... 8

1. Bahan-bahan Penyusun Tanah ... 8

2. Profil dan Solum Tanah ... 12

3. Proses Pelapukan Batuan dan Mineral ... 14

a. Pelapukan Secara Fisik ... 14

(4)

iii | P a g e

c. Pelapukan Secara Kimia ... 14

4. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah... 15

a. Iklim ... 16

b. Organisme ... 16

c. Bahan Induk ... 16

d. Topografi ... 17

e. Waktu ... 17

C. Sifat-sifat Tanah ... 19

1. Sifat Fisik ... 19

a. Batas Horizon ... 19

b. Warna Tanah ... 20

c. Tekstur ... 20

d. Struktur ... 22

e. Konsistensi ... 24

f. Drainase Tanah ... 25

g. Bulk Density (kerapatan lindak) ... 26

h. Pori-pori Tanah ... 26

i. Potensi Mengembang dan Mengerut ... 27

k. Sifat-sifat Lain ... 28

2. Sifat Kimia ... 29

a. Reaksi Tanah (pH tanah) ... 29

b. Koloid Tanah ... 30

c. Kapasitas Tukar Kation ... 31

d. Pertukaran Anion ... 32

e. Kejenuhan Basa ... 32

(5)

iv | P a g e

g. Mekanisme Penyediaan dan Penyerapan Unsur Hara ... 35

3. Sifat Biologi ... 36

a. Makrofauna ... 36

b. Mikrofauna ... 37

c. Makroflora ... 37

d. Mikroflora ... 37

D. Jenis Tanah dan Klasifikasinya ... 39

1. Sistem Klasifikasi Tanah... 39

2. Tata Nama ... 40

3. Jenis-Jenis Tanah (Great Group) Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah (1982) ... 41

E. Survei Tanah dan Pemetaan Tanah ... 45

1. Survei tanah ... 45

2. Peta Tanah ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 49

1. Populasi ... 49

2. Sampel ... 49

3. Teknik Pengambilan Sampel... 49

C. Alat dan Bahan... 51

D. Teknik Survei dan Pengumpulan Data ... 52

1. Observasi Lapangan ... 52

2. Uji Laboraturium ... 52

(6)

v | P a g e

E. Data Lapangan yang Diambil ... 53

1. Undisturbed Soil Sample ... 53

2. Disturbed Soil Sample ... 54

3. Profil Tanah ... 55

F. Teknik Pengolahan dan Penyajian Data ... 55

G. Teknik Analisis Data ... 56

1. Survei dan Penentuan Titik Plot ... 56

2. Pengambilan Sampel di Lapangan ... 56

3. Analisis Data di Lapangan ... 56

4. Uji Laboraturium ... 57

5. Analisa Hasil ... 57

BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Praktikum ... 58

1. Jalur A (Jayagiri) ... 58

2. Jalur B (Tangkuban Parahu)... 62

3. Jalur C (Gunung Putri) ... 67

B. Tanah dan Faktor-faktor Pembentuknya ... 71

1. Pengaruh Iklim Terhadap Karakteristik Tanah di Lokasi penelitian ... 71

2. Pengaruh Organisme Terhadap Karakteristik Tanah di Daerah Kajian ... 73

3. Pengaruh Bahan Induk Terhadap Tanah di Lokasi Penelitian ... 75

4. Pengaruh Topografi Terhadap Tanah di Daerah Kajian Penelitian ... 76

5. Pengaruh Waktu Terhadap Tanah di Daerah Kajian Penelitian... 77

6. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Tanah di Lokasi Penelitian ... 78

(7)

vi | P a g e

C. Jenis Tanah di Lokasi Penelitian ... 83

1. Topografi Dan Betuk Wilayah Andosol ... 83

2. Fisiografi Dan Bahan Induk Andosol ... 84

3. Iklim Andosol ... 85

4. Penggunaan Lahan Andosol ... 86

5. Horizon Tanah Andosol ... 87

6. Warna Tanah Andosol... 87

7. Tekstur Tanah Andosol ... 88

8. Konsistensi Tanah Andosol ... 88

9. Struktur Tanah Andosol ... 89

10. pH Tanah Andosol ... 89

11. Fauna Activity Tanah Andosol ... 90

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

(8)

vii | P a g e

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 ... 11

Gambar 2.2 ... 13

Gambar 2.3 ... 15

Gambar 2.4 ... 19

Gambar 2.5 ... 19

Gambar 2.6 ... 22

Gambar 2.7 ... 30

Gambar 2.8 ... 33

Gambar 3.1 ... 47

Gambar 4.1 ... 57

Gambar 4.2 ... 59

Gambar 4.3 ... 61

Gambar 4.4 ... 63

Gambar 4.5 ... 66

Gambar 4.6 ... 58

Gambar 4.7 ... 71

(9)

viii | P a g e

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ... 9

Tabel 2.2 ... 23

Tabel 2.3 ... 31

Tabel 2.4 ... 34

Tabel 2.5 ... 39

Tabel 2.6 ... 40

Tabel 2.7 ... 43

Tabel 2.8 ... 45

Tabel 3.1 ... 49

(10)

1 | P a g e

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi sehingga bagi manusia dan makhluk lainnya peran tanah sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, tanah diartikan sebagai wilayah darat di mana di permukaannya dapat digunakan untuk keperluan berbagai usaha seperti pertanian, mendirikan bangunan, peternakan, perkebunan, dan lain-lain. Tanah memiliki berbagai macam arti dan dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan.

Permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas dinamakan lahan (land). Sedangkan tanah adalah benda yang berwujud padat (solid), cair (liquid) dan gas yang tersusun oleh bahan organik dan inorganic yang terdapat dalam lahan atau land (Suryatna Rafi’I, 1982 halaman 9). Sehingga dari pernyataan tersebut terlihat bahwa lahan dan tanah memiliki perbedaan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa semua tanah adalah lahan, tetapi tidak semua lahan merupakan tanah.

Menurut M. Isa Darmawijaya (1990), tanah merupakan akumulasi alam bebas yang menduduki sebagian planet bumi yang mampu menumbuhkan tumbuhan dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induknya dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, terdapat lima faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah, yaitu iklim, organisme, batuan , relief, dan waktu.

(11)

2 | P a g e

Apabila kita menggali lubang pada tanah, jika diperhatikan dengan teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Di suatu tempat ditemukan lapisan pasir berselang-seling dengan lapisan liat, lempung, atau debu, sedang di tempat lain ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi di lapisan bawah berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, di bagian tengah berwarna merah, dari lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman.

Perbedaan tersebut menimbulkan persebaran jenis tanah di muka bumi berbeda-beda, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan tanahnya. Tanah dapat terbentuk apabila tersedia bahan induk. Perbedaan jenis batuan di satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat menentukan perbedaan jenis tanah di suatu wilayah. Selain itu, karakteristik iklim, topografi, organisme dan manusia antar wilayah pasti memiliki perbedaan pula. Sehingga jenis tanah yang terdapat di wilayah satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Tanah di permukaan bumi juga memiliki beberapa sifat, yaitu sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi. Sifat fisik merupakan sifat morfologi tanah, yaitu sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan, seperti warna tanah, tekstur, struktur, konsistensi, pri-pori tanah, bulk density dan lain macam sebagainya. Sedangkan faktor kimia berkaitan dengan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti sinar matahari, suhu, udara, air, dan unsur hara di dalam tanah (N, P, K, dan lain-lain). Sehingga tanah merupakan perantara penyediaan faktor-faktor tersebut kecuali sinar matahari. Lalu demikian, sifat biologi berkaitan dengan berbagai jenis organisme yang hidup di dalam tanah baik yang berukuran mikro maupun makro. Hal ini penting adanya, karena jika organisme-organisme tersebut mati bersamaan dengan kotoran dan bahan organik yang dihancurkan maka akan menjadi humus (Sarwono Hardjowigeno, 1987 halaman 37, 59 dan 151).

(12)

3 | P a g e

dan teknik pemetaan tertentu secara konsisten yang meliputi penentuan lokasi pengamatan, teknik pengamatan tanah, dan pengambilan contoh (sampel) tanah.

Sebagai mahasiswa pendidikan geografi sudah seharusnya mengetahui persebaran jenis tanah dan faktor-faktor yang membentuknya. Maka dari itu kami Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia angakatan 2016 mengadakan praktikum mata kuliah Geografi Tanah di daerah Jayagiri, Gunung Putri, dan Gunung Tangkuban Parahu, di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dengan tujuan untuk mengamati jenis, persebaran, sifat, serta faktor-faktor pembentuk yang menimbulkan perbedaan jenis tanah di daerah tersebut

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil praktikum di daerah kajian penelitian?

2. Bagaimana pengaruh iklim terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

3. Bagaimana pengaruh organisme terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

4. Bagaimana pengaruh bahan induk terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

5. Bagaimana pengaruh topografi terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

6. Bagaimana pengaruh waktu terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

7. Bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian?

8. Bagaimana pengaruh berbagai faktor pembentuk tanah terhadap karakteristik tanah di daerah penelitian?

(13)

4 | P a g e

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka laporan ini di susun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana hasil praktikum di daerah kajian penelitian. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh iklim terhadap karakteristik tanah

di daerah kajian penelitian.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh organisme terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bahan induk terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian.

5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh topografi terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian.

6. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian.

7. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap karakteristik tanah di daerah kajian penelitian.

8. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh berbagai faktor pembentuk tanah terhadap karakteristik tanah di daerah penelitian.

9. Untuk mengetahui jenis tanah di daerah kajian penelitian.

D. Manfaat Penulisan

Laporan ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis.

1. Secara Teoritis

a. Memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mendapatkan pengetahuan tentang kondisi tanah secara umum di wilayah kajian; b. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai persebaran jenis tanah

di lokasi praktikum;

(14)

5 | P a g e

d. Memperkaya pengetahuan mengenai teori dan persebaran jenis tanah dan faktor yang mempengaruhinya bagi mahasiswa.

2. Secara Praktis

a. Melatih kreativitas dan tanggung jawab mahasiswa dalam menyusun output hasil praktikum lapangan;

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya;

c. Mengaplikasikan teori yang diajarkan di kelas melalui pelaksanaan praktikum lapangan;

d. Melatih cara berkomunikasi langsung yang baik dan benar dengan masyarakat sekitar bagi mahasiswa;

(15)

6 | P a g e

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Lokasi Wilayah Praktikum

Praktikum geografi tanah ini dilaksanakan di beberapa desa yang terletak di Kecamatan Lembang. Sehingga kondisi umum yang diuraikan adalah kondisi umum dari Kecamatan Lembang. Menurut Statistika daerah Kecamatan Lembang (2013), berada di Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kecamatan Lembang terletak di antara 107° 1.10’ BT - 107° 4.40’ BT dan 6° 3.73’ LS - 7° 1.031’ LS dengan luas wilayah 95.58 km2. Wilayah Kecamatan Lembang merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan potensi hazard Gunung Tangkuban Parahu yang memiliki batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat: berbatasan dengan Kabupaten Subang,

b. Sebelah Timur: berbatasan dengan Kabupaten Subang dan Kabupaten Bandung,

c. Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Parompong, d. Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kota Bandung. 1. Geomorfologi/Topografi

(16)

7 | P a g e

2. Geologi

Keadaan geologi di Kecamatan Lembang merupakan material batuan yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu dan gunung–gunung kecil di sekitarnya. Profil geologi tersebut meliputi tuf campuran yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Dano, tuf yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu, endapan gunung berapi, dan batuan yang berasal dari aliran lava. Tuf atau tufa adalah batuan yang dihasilkan oleh endapan gas pyroclastic atau awan panas yang terfragmentasi selama erupsi gunung berlangsung dan memiliki struktur berupa abu. Endapan gunung berapi yang tak dapat diuraikan adalah batuan batuan hasil dari aktivitas pendinginan magma gunung berapi dan waktu pendinginan magma yang bervariasi juga mempengaruhi variasi jenis batuan tersebut. Batuan yang berasal dari lava terbentuk oleh aktivitas pendinginan magma yang mengalir di sepanjang jalurnya.

3. Hidrologi

(17)

8 | P a g e

4. Klimatologi

Iklim yang sejuk menjadi suatu ciri dari Lembang. Dengan suhu rata-rata 20,04oC, persentase kelembaban rata-rata 84,63% dan curah hujan 160,58 mm selama sepuluh tahun terakhir (2002-2011).

5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang didominasi dengan penggunaan lahan sebagai lahan pertanian. Sektor pertanian merupakan sector potensi untuk perekonomian Kecamatan Lembang. Namun bukan sub sector tanaman pangan yang menjadi unggulan, melainkan budidaya tanaman hortikultura khususnya tanaman sayuran yang menjadi unggulan di Kecamatan Lembang. Lembang memberikan kontribusi terhadap produksi sayur mayur yang merupakan andalan dibidang hortikultura di Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Lembang juga terkenanl dengan obyek wisata agro tanaman hias. Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang yang paling banyak adalah lahan pertanian bukan sawah lalu diikuti dengan penggunaan lahan non pertanian dan lahan pertanian non sawah. Lahanpertanian sawah walaupun ada namun penggunaannya sudah beralih fungsi menjadi kefungsi lain karena kurangnya sumber air. Alih fungsi lahan adalah masalah yang dikhawatirkan. Pengalihan fungsi lahan tanpa mengindahkan peraturan yang ada maka pengalihan fungsi laha n tersebut ilegal. Dalam hal ini, Kecamatan Lembang merupakan kawasan rawan bencana yang telah diatur dalam peraturan peraturan sehingga pengalihan fungsi lahan tanpa mengikuti aturan akan menambah tingkat resiko bencana di Kecamatan Lembang.

B. Tanah dan Proses Pembentukannya 1. Bahan-bahan Penyusun Tanah

(18)

9 | P a g e

2015: 4). Bahan mineral berasal dari pelapukan batuan dan dapat dibedakan menjadi (1) fraksi tanah halus (fine earth fraction) yang berukuran < 2 mm, dan (2) fragmen batuan (rock fragment) yang berukuran 2 mm sampai ukuran horisontalnya lebih kecil dari sebuah pedon. Sementara itu, fraksi tanah halus terbagi atas pasir (2 mm - 50 µ), debu (50 - 2µ) dan liat (< 2µ). Selain itu mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk sedang mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung. Mineral primer umumnya terdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedang mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat. Beberapa jenis mineral sekunder yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit, montmorilonit, gibsit, Fe oksida dan lain-lain. Sedangkan mineral primer seperti tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 2.1: Beberapa jenis mineral tanah dan unsur hara

Mineral Unsur Hara

Kwarsa (SiO2) -

Kalsit Ca

Dolomit Ca, Mg

Feldspar : - Ortoklas - Plagioklas

K Na, Ca Mika : - Muskovit

- Biotit

K

K, Mg, Fe Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na Piroksin (hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe

Olivin Mg, Fe

Leusit K

Apatit P

Sumber: Sarwono Hardjowigeno, 2010

(19)

10 | P a g e

halus atau humus. Humus berasal dari campuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) berwarna hitam atau cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah maka lapisan bahan organik akan semakin berkurang sehingga tanah akan semakin kurus. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya diantaranya sebagai berikut:

a. Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah, b. Sumber unsur hara N, P, S, dan unsur mikro lainnya, c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air,

d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK tanah menjadi tinggi),

e. Sumber energi bagi organisme.

(20)

11 | P a g e

Gambar 2.1: Hubungan antara kadar air dari air tersedia dengan tekstur tanah

Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:

a. Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman (adhesi antara tanah dan air),

b. Air kapiler, air di dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Sebagian besar air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman,

c. Kapasitas lapang, keadaan tanah yang cukup lembap yang menunjukan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tersebut terus menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah makin lama semakin kering,

(21)

12 | P a g e

e. Air tersedia, yaitu banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dikurangi kadar air pada titik layu permanen.

Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyaknya pori-pori di dalam tanah kurang lebih 50 % dari volume tanah. Sedangkan jumlah air dan udara di dalam tanah berubah-ubah. Ketika tanah sedang tergenang air semua pori-pori tanah diisi air, sedangkan pada tanah lembap atau kering ditemukan air terutama pada pori-pori mikro sedang udara mengisi pori-pori tanah yang tidak terisi air. Susunan udara di dalam tanah berbeda dengan susunan udara di atmosfer, hal tersebut mungkin disebabkan karena kegiatan dekomposisi bahan organik atau pernapasan organisme hidup di dalam tanah dan akar-akar tanaman yang mengambil O2 dan melepaskan CO2. Diantara perbedaan itu adalah sebagai berikut:

a. Kandungan uap air lebih tinggi,

b. Kandungan CO2 lebih besar daripada di atmosfer (< 0,03 %)

c. Kandungan O2 daripada di atmosfer (udara tanah 10 – 12 % sedangkan atmosfer 20 %).

2. Profil dan Solum Tanah

(22)

13 | P a g e

a. Horizon O: horizon organik dan banyak ditemukan pada daerah tanah gambut dan dapat berupa berbahan fibrik/kasar (Oi) sehingga sisa tanaman masih terlihat jelas, lalu bahan hemik (Oe) yang sisa tanamannya tidak sejelas fibrik, dan bahan saprik (Oa) yang menunjukkan sisa tanaman yang halus dan tidak terlihat lagi bentukannya.

b. Horizon A: terdiri atas bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap daripada horizon di bawahnya.

c. Horizon E: terjadi proses eluviasi/pencucian maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan organik, dan berwarna pucat.

d. Horizon B: dapat berasal dari iluviasi/penimbunan liat (Bt), Fe dan Al oksida (Bs), humus (Bh), penimbunan relatif (residual) Fe dan Al Oksida (Bw), dan dari bidang kilir akibat gesekan agregat tanah (Bss). e. Horizon C: terdiri dari bahan induk, sedikit terlapuk, lunak dan dapat

ditembus akar tanaman.

f. Horizon R: terdiri atas batuan keras yang belum melapuk dan tidak dapat ditembus akar tanaman.

(23)

14 | P a g e

3. Proses Pelapukan Batuan dan Mineral

Tanah dapat berasal dari batuan keras (batuan beku, batuan sedimen tua, dan batuan metamorf) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru, dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan dibedakan menjadi 3 yaitu:

a. Pelapukan Secara Fisik

Pelapukan ini terjadi karena naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing mineral dengan kekuatan yang berbeda-beda sehingga batuan menjadi rapuh dan mudah hancur. Di daerah dingin bila air yang masuk dalam batuan berubah menjadi es akibat suhu yang rendah, maka karena volume es lebih besar dari volume air juga dapat menyebabkan pecahnya batu-batuan. Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyebabkan pelapukan batuan secara fisik.

b. Pelapukan Secara Biologik-Mekanik

Pelapukan ini terjadi ketika akar-akar tanaman masuk ke dalam batuan melalui rekahan dan terus berkembang hingga batuan hancur. Sel-sel akar yang berkembang dapat menimbulkan kekuatan lebih dari 10 atmosfir sehingga tidak mengherankan kalau batuan dapat menjadi hancur akibat perkembangan akar di dalamnya.

c. Pelapukan Secara Kimia

(24)

15 | P a g e

dan reduksi. Oksidasi merupakan suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik negatif menjadi berkurang sedang reduksi berarti penambahan elektron. Oksidasi terjadi bila oksigen cukup tersedia sedangkan reduksi akan berjalan bila tidak ada oksigen (tanah yang tergenang). Oksidasinialah proses disintegrasi penting pada mineral yang mengandung besi fero. Karena perubahan ukuran dan muatan dari fero maka mineral-mineral menjadi mudah hancur. Lalu reduksi dapat mengubah besi feri menjadi fero yang sangat mudah bergerak. Dalam bentuk ini besi dapat hilang dari tanah kalau pencucian air terjadi. Bila tidak tercuci besi fero akan bereaksi dengan sulfur membentuk sulfida atau senyawa-senyawa lain sehingga terjadi warna hijau kebiruan. (3) Hidrolisis, terjadi bila kation yang ada dalam struktur kristal rusak dan diganti oleh hidrogen. Hidrolis merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral yang mudah lapuk. (4) Pelarutan (solution) terjadi pada mineral yang mudah terlarut seperti karbonat, klorida, dan lain-lain.

4. Faktor-Faktor Pembentuk Tanah

(25)

16 | P a g e

a. Iklim

Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10° C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah. Adanya curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat.akibatnya banyak tanah di indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadar unsur hara dan bereaksi masam.

b. Organisme

Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme di dalam tanah. Di samping itu unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanh dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Demikian juga vegetasi yang tumbuh di atas tanah merupakan penghalang terjadinya erosi, sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang. Di daerah beriklim sedang seperti Eropa dan Amerika pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat tanah adalah nyata. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput. Kandungan unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Jenis-jenis cemara akan memberi kation-kation logam seperti Ca, Mg dan K yang rendah. Siklus unsur hara di bawah tanaman-tanaman tersebut adalah rendah dibandingkan dengan tenaman berdaun lebar.

c. Bahan Induk

(26)

17 | P a g e

bertekstur pasir adalah akibat dari kandungan pasir yag tinggi dari bahan induk. Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan tetapi kadang juga menentukan jenis vegetasi yang akan tumbuh di atasnya. Vegetasi yang hidup di atas tanah yang berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa sehingga proses pengasaman tanah menjadi lambat. Batu-batuan dimana bahan induk tanah berasal dapat dibedakan menjadi batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metomorf.

d. Topografi

Relief mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara: (1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, (2) mempengaruhi dalamnya air tanah, (3) mempengaruhi besarnya erosi, dan (4) mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang telarut di dalamnya. Topografi suatu daerah dapat menghambat atau mempercepat pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut. Di daerah bergelombang drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di daerah-daerah yang berlereng curam kadang terjadi terus menerus erosi permukaan sehingga terbentuklah tanah-tanah dangkal. Sebaliknya pada kaki lereng tersebut sering ditemukan tanah-tanah dengan profil yang dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas tersebut.

e. Waktu

(27)

18 | P a g e

terutama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan C. Sifat tanah masih di dominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Termasuk jenis tanah muda adalah jenis tanah Entisol. (2) tanah dewasa: dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Horizon B yang terbentuk adalah horizon B muda (Bw) sebagai hasil dari proses alterasi bahan induk atau ada penambahan bahan-bahan tertentu dalam jumlah yang sedikit dari lapisan atas. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan bereproduksi yang tinggi, karena unsur-unsur hara di dalam tanah cukup tersedia. Jenis tanah yang termasuk dalam tingkat ini antara lain Inceptisol, Andisol, Vertisol, Mollisol, dan sebagainya. (3) tanah tua: dengan meningkatnya umur maka proses pembentukan tanah berjalan lebih lanjut, sehingga terjadi perubahan yang lebih nyata pada horizon A dan B dan terbentuklah horizon-horizon A, E, EB, BE, Bt, Bs, Bo, BC dan lain-lain.

(28)

19 | P a g e

Gambar 2.4: Tingkat-tingkat perkembangan tanah

C. Sifat-sifat Tanah 1. Sifat Fisik

Sifat fisik tanah dapat diamati dan dilakukan di lapangan. Sifat-sifat fisik tanah menurut Hardjowigeno (2010) dapat dilihat dari:

a. Batas Horizon

Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horizon-horizon tanah dibedakan ke dalam beberapa tingkatan. Batas horizon-horizon tanah dapat terlihat jelas atau baur dengan melihat lebar peralihan tiap horizon. Batas horizon dapat dikatakan nyata bila lebar peralihan kurang dari 2,5 cm, jelas jika lebar peralihan 2,5-6,5 cm, berangsur bila 6,5-12,5 cm, dan baur bila lebih dari 12,5 cm.

(29)

20 | P a g e

b. Warna Tanah

Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Bahan organik menjadi salah satu faktor dari perbedaan warna tanah. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah semain gelap. Di lapisan bawah dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang didapat. Di daerah berdrainase buruk, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi (Fe++). Pada tanah berdrainase baik Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe+++) misalnya dengan senyawa Fe2 O3 (hematit) yang berwarna merah atau Fe2 O3 3H2 O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering maka tanah didapat pula bercak-bercak karatan merah atau kuning yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut. Namun warna tanah juga dipengaruhi oleh kelembaban dan iklim. Dalam penentuan warna tanah dapat merujuk pada buku Munsell Soil Color Chart. Di dalamnya terdapat tiga variabel (hue, value, chrome). Hue merupakan warna spektrum yang dominan sesuai panjang gelombang (ditunjukkan dengan 5R; 7,5R; 10R; 2,5R; 5YR; 7,5YR; 10YR; 2,5Y; 5Y, dengan 5R dominan merah dan 5Y dominan kuning. Selain itu juga 5G; 5GY; 5BG dan N (netral). Value dibedakan 0 sampai 8 yang menunjukkan semakin tinggi semakin terang. Chroma juga dibagi 0 hingga 8 yang menunjukkan semakin tinggi semakin murni spektrum atau meningkat.

c. Tekstur

(30)

21 | P a g e

tanah dapat dilihat dengan merasakan tanah menggunakan jari dengan ciri-ciri:

1) Pasir: sangat kasar, tidak lengket, tidak bisa dibentuk bola dan gulungan.

2) Pasir berlempung: kasar, sedikit lengket, bisa dibentuk bola yang mudah hancur.

3) Lempung berpasir: agak kasar, agak lengket, bisa dibentuk bola yang mudah hancur.

4) Lempung: tidak kasar dan tidak licin, agak lengket, dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibentuk gulungan mengkilat.

5) Lempung berdebu: licin, agak lengket, dapat dibentuk bola agak teguh, gulungan mengkilat.

6) Debu: licin sekali, agak lengket, dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat.

7) Lempung berliat: agak licin, agak lengket, bola agak teguh, gulungan agak mudah hancur.

8) Lempung liat berpasir: halus sedikit kasar, agak lengket, bola agak teguh, gulungan mudah hancur.

9) Lempung liat berdebu: halus agak licin, lengket, dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat.

10)Liat berpasir: halus, berat, sedikit kasar, lengket, bola teguh, mudah digulung.

11)Liat berdebu: halus, berat, agak licin, sangat lengket, bola teguh, mudah digulung.

12)Liat: berat, halus, sangat lengket, mudah dibentuk bola, mudah digulung.

(31)

22 | P a g e

sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah yang bertekstur kasar. Berdasar atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokan ke dalam beberapa kelas tekstur.

Gambar 2.6: Diagram segitiga tekstur tanah

d. Struktur

(32)

23 | P a g e

Tabel 2.2: Bentuk struktur tanah

Bentuk Ciri Lokasi

Lempeng Sumbu vertikal < sumbu horizontal Horizon E/lapisan padas liat Prisma Sumbu vertikal > sumbu horizontal dan

bagian atasnya rata.

Horizon B/tanah daerah iklim kering Tiang Sumbu vertikal > sumbu horizontal dan

bagian atasnya membulat

Horizon B/tanah daerah iklim kering Gumpal

bersudut

Seperti kubus dengan sudut-sudut tajam dan sumbu vertikal = sumbu

Seperti kubus dengan sudut-sudut membulat dan sumbu vertikal = sumbu horizontal

Horizon B/tanah daerah iklim basah

Granuler Bulat dan porous Horizon A

Remah Bulat sangat porous Horizon A

Sumber: Sarwono Hardjowigeno, 2010

(33)

24 | P a g e

e. Konsistensi

Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukan oleh daya tanah tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaaan lembap, basah, atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut. Dalam keadaan lembab ada konsistensi gembur sampai teguh, keadaan kering ada konsistensi lunak sampai keras, sementara dalam keadaan basah ada plastis sampai tidak plastis (lekat sampai tidak lekat). Dalam keadaan lembap atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan berkonsistensi gembur bila lembap atau lunak bila kering. Bila gumpalan tanah sukar hancur maka tanah dikatakan berkonsistensi teguh dalam keadaan lembap atau keras dalam keadaan kering. Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya membentuk bulatan tersebut. Secara lebih terperinci cara penentuan konsistensi tanah dalam segala kondisi adalah sebagai berikut: Tanah basah: kandungan air di atas kapasitas lapang.

Kelekatan, kekuatan melekat dengan benda lain, dibedakan menjadi: 1) Tidak lekat = tidak melekat pda jari tangan atau benda lain. 2) Agak lekat = sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain. 3) Lekat = melekat pada jari tangan atau benda lain.

4) Sangat lekat = sangat melekat pada jari tangan atau benda lain. Plastisitas, menunjukan kemampuan tanah membentuk gulungan. Dibedakan menjadi:

1) Tidak plastis = tidak dapat membentuk gulungan tanah.

(34)

25 | P a g e

3) Plastis = dapat membentuk gulungan tanahlebih dari 1 cm, diperlukan sedikit tekanan untuk merusak tekanan tersebut.

4) Sangat plastis = diperlukan tekanan besar untuk merusak tekanan tersebut.

Tanah lembab: kandungan air mendekatai kapasitas lapang, dibedakan jadi:

1) Lepas = tanah tidak melekat satu sama lain ( tanah pasir). 2) Sangat gembur = gumpalan tanah mudah sekali hancur saat diremas. 3) Gembur = diperlukan sedikit tekanan untuk menghancurkan

gumpalan tanah dengan meremas.

4) Teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali = berturut-turut memerlukan tekanan yang semakin besar untuk menghancurkan tanah sampai sama sekali tidak dapat hancur dengan remasan tangan.

Tanah kering: tanah dalam keadaan kering angin, dapat dibedakan menjadi:

1) Lepas = tanah tidak melekat satu sama lain (misal tanah pasir). 2) Lunak = gumpalan tanah mudah hancur bila diremas.

3) Agak keras, keras, sangat keras, sangat keras sekali = berturut-turut memerlukan tekanan yang makin besar untuk menghancurkan tanah sampai tidak dapat hancur dengan remasan tanah.

Sementasi (pemedasan), dapat dibedakan menjadi: 1) Lemah = dapat dihancurkan dengan tangan. 2) Kuat = dapat dihancurkan dengan palu.

3) Memadas = dapat dihancurkan dengan pukulan palu yang keras.

f. Drainase Tanah

(35)

26 | P a g e

drainasenya tanah dibedakan menjadi kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah). Kelas drainase tanh ditentukan di lapang dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah. Misalnya warna pucat, kelabu, atau adanya bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukan adanya pengaruh genangan air yang kuat, sehingga merupakan petunjuk adanya tanah berdrainase buruk. Adanya karatan menunjukan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah sehingga terjadi oksidasi di tempat tersebut dari bentuk senyawa-senyawa Fe+++ yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang sehingga tata udara dalam tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi. Oleh karena itu tanah umumnya berwarna merah atau cokelat. Keadaan drainase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Misalnya padi yang dapat hidup di lingkungan drainase buruk atau selalu tergenang air. Tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi, dan lain-lain tidak dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang selalu tergenang air.

g. Bulk Density (kerapatan lindak)

Bulk Density merupakan perbandingan antara berat tanah kering (dalam gram) dan volume tanah (dalam cc) yang menunjukkan tingkat kepadatan tanah dan berbanding lurus dengan permeabilitas. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggu bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus ditanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari 1,1 – 1,6 g/cc. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan air atau pupuk untuk tiap-tiap hektar tanah, yang didasarkan pada berat tanah per hektar.

� � = ℎ � � �

h. Pori-pori Tanah

(36)

27 | P a g e

kasar/makro dan pori halus/mikro. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi. Sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada Tanah-tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori-pori total lebih tinggi daripada tanah air. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah, dan tekstur tanah. Porositas tanah tinggi kalau bahan organik tinggi.

i. Potensi Mengembang dan Mengerut

Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang bila basah dan mengerut bila kering. Akibatnya pada musim kering karena tanah mengkerut maka tanah menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi. Besarnya pengembangan dari pengerutan tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Co Efficient of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change). Pentingnya nilai COLE jika COLE > 0, 09 menunjukan bahwa tanah mengembang dan mengerut dengan nyata, kandungan montmorillonit tinggi. Jika nilai COLE > 0, 03 menunjukan bahwa di dalam tanah ditemukan mineral liat montmorillonit agak tinggi.

�� =�� − �� = √3 −

Lm = panjang contoh tanah lembab Ld = panjang contoh tanh kering oven Dbd = bulk density tanah kering oven Dbm = bulk density tanah lembab j. Kematangan Tanah (Nilai-N)

(37)

28 | P a g e

lumpur cair sehingga bila diremas akan mudah sekali keluar dari genggaman melalui sela-sela jari. Tanah seperti ini umumnya terdapat di daerah pantai yang tenang sehingga lumpur yang dibawa sungai diendapkan perlahan-lahan. Nilai kematangan tanah dapat menunjukan kemampuan tanah menyangga beban fisik danbesarnya penyusutan bila tanah menjadi kering.

= � + �− , �

A = kadar air tanah dalam keadaan lapang

R = persen debu + pasir

L = persen liat

H = persen bahan organik (% C x 1,724)

n ≥ 1 = mentah, tanah encer seperti bubur, mudah lewat sela-sela jari kalau

diperas. Tanah selalu jenuh air kemampuan menyangga beban sangat rendah dan penyusutan besar.

n = 0,7 – 1 = agak matang. Tanah agak sulit lewat sela-sela jari bila diperas. Selalu jenuh air.

n 0,7 = matang, tanah tidak dapat lewat sela-sela jari bila diperas. Kelembapan tanah kadang-kadang kurang dari kapasitas lapang.

k. Sifat-sifat Lain

(38)

29 | P a g e

yang sangat besar pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk berbagai penggunaan.

2. Sifat Kimia

a. Reaksi Tanah (pH tanah)

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H+ yang semakin tinggi maka semakin masam tanahnya. Di dalam tanah selain H+ dari ion-ion lain ditemukan pula ion OH- , yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+ . pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- , sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila konsentrasi H+ dan OH- yang terdapat di dalam tanah seimbang, maka kondisinya netral (pH= 7).

� = � � [H+] = − � � [H] [H+]

(39)

30 | P a g e

Gambar 2.7: Hubungan antara pH tanah dengan tersedianya unsur hara

Menurut Sarwono Hardjowigeno (1989) pentingnya pH tanah sebagai berikut: (1) menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap tanaman pada pH yang netral (2) Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, selain memfiksasi unsur hara P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah-tanah rawa (termasuk pasang surut) pH yang terlalu rendah menujukkan adanya sulfat yang tinggi, yang merupakan racun bagi tanaman (3) Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5.

b. Koloid Tanah

(40)

31 | P a g e

merupakan kerumunan kation yang tertarik oleh partikel-partikel koloid tersebut. Yang termasuk dalam koloid tanah adalah mineral liat (Al-silikat, oksida-oksida Fe dan Al, dan mineral-mineral primer) serta humus (koloid organik yang tersusun dari C, H dan O).

c. Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas tukar kation (KTK) adalah banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 g). Kation-kation yang telah dijerap oleh koloid-koloid tersebut sukar tercucui oleh air gravitasi, tetapi dapat diganti oleh kation lain yang terdapat dalam larutan tanah. Hal tersebut dinamakan pertukaran kation. KTK dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100 g (me/100 g). Satu ekivalen adalah jumlah yang secara kimia setara dengan 1 g hidrogen. Jumlah atom dalam setiap satu ekivalen adalah 6,02 x 1023. Dengan demikian 1 miliekivalen setara dengan 1 mg hidrogen dan terdiri dari 6,02 x 1020. Bila tanah mempunyai KTK 1 me/100 g berarti setiap 100g tanah mengandung 6,02 x 1020 muatan negatif. KTK tiap koloid tanah berbeda. Humus mempunyai KTK yang jauh lebih tinggi dibanding dengan mineral liat sebagai berikut:

Tabel 2.3: KTK berbagai mineral liat

Mineral KTK dalam cmol (+)/kg

Humus 100 – 300 cmol (+)/kg

Chlorit 10 – 40 cmol (+)/kg Montmorillonit 80 – 150 cmol (+)/kg

Lilit 10 – 40 cmol (+)/kg

Kaolinit 3 – 15 cmol (+)/kg Haloisit 2H2 O 5 – 10 cmol (+)/kg

Haloisit 4H2 O 40 – 50 cmol (+)/kg

(41)

32 | P a g e

KTK merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na, dapat meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H maka dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir.

d. Pertukaran Anion

Kapasitas tukar anion (KTA) terjadi pada tanah dalam jumlah sedikit. KTA banyak ditemukan pada mineral liat amor, dan liat Al dan Fe oksida. Adanya muatan positif pada mineral liat silikat disebabkan oleh adanya patahan-patahan kristal atau akibat penggantian gugusan OH oleh timbulnya anion-anion lain (Sanchez, 1976). Pada oksida-oksida Fe dan Al timbulnya muatan positif terutama akibat penggantian gugusan OH oleh anion-anion lain. Karena koloid-koloid ini bermuatan positif maka terjadilah pertukaran anion. Secara umum, bila tanah banyak mengandung muatan positif maka:

1) Terjadi penjerapan anion seperti nitrat, chlor, dan lain-lain.

2) Kation-kation seperti Ca, Mg, dan K tidak dijerap tanah, tetapi tetap dalam larutan tanah sehingga mudah tercuci.

3) Fosfat dan sulfat dapat difiksasi oleh tanah. Karena tanah mempunyai kemampuan memfiksasi P dengan sangat kuat makan P tersedia dengan sangat rendah.

e. Kejenuhan Basa

(42)

33 | P a g e

kompleks jerapan tanah. Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman. Di samping itu basa-basa umumnya mudah tercuci, sehingga tanah dengan kejenuhan basa tinggi menunjukan bahwa tanah tersebut belum banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur. Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, dimana tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedang tanah dengan pH tinggi mempunyai kejenuhan basa tinggi.

Gambar 2.8: Hubungan pH tanah dengan kejenuhan basa

f. Unsur Hara Esensial

Unsur hara esensial adalah unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan berasal dari udara, air dan tanah. Fungsinya bagi tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah banyak. Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit. Jumlah unsur hara esensial ada 17, yaitu:

(43)

34 | P a g e

Tabel 2.4: Bentuk-bentuk ion dan molekul unsur hara yang dapat diserap tanaman

Unsur hara Bentuk yang dapat diserap Keterangan C CO2 melalui daun

Diserap dari udara dan air H H+, H

2 O (H dari air)

O O2, CO2 (melaui daun)

N NH4+, NO3-

Diserap dari tanah P H2P04- , HPO4

K K+

Ca Ca++

Mg Mg++

S SO4++

Fe Fe++, Fe+++

Mn Mn++

B BC33- , H2BO3- , B(OH)4

Mo MoO4- (Molibdat)

Cu Cu++

Zn Zn++

Cl Cl-

Sumber: Sarwono Hardjowigeno, 2010

Berikut dipaparkan fungsi dari masing-masing unsur hara bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman:

(44)

35 | P a g e

2) Phospor: pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga, buah, biji, mempercepat kematangan, memperkuat batang, perkembangan akar, dan lain-lain.

3) Kalium: pembentukan pati, mengaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis, proses metabolik sel, mempengaruhi penyerapan unsur-unsur lain, daya tahan kekeringan dan penyakit, perkembangan akar.

4) Kalsium: penyusunan dinding sel tanaman, pembelahan sel, tumbuh memanjang.

5) Magnesium: pembentukan klorofil, sistem enzim, pembentukan minyak.

6) Sulfur: pembentukan protein.

7) Zinc: pembentuk hormon tubuh, katalis pembentukan protein, dan pematangan biji

8) Ferum: pembentukan klorofil, oksidasi reduksi, penyusun enzim dan protein.

9) Cuprit: katalis pernapasan, penyusun enzim, pembentukan klorofil, metabolisme karbohidrat dan protein.

10)Boron: pembentukan protein, metabolisem N dan karbohidrat, perkembangan akar, pembentukan buah dan biji.

11)Mangan: metabolisme N dan asam anorganik, fotosintesis, perombakan karbohidrat, pembentukan kerotin, riboflavin dan asam askorbat.

12)Molibdenum: meningkatkan pengikatan N oleh bakteri simbiotik, pembentukan protein.

13)Klorid: pertumbuhan akar dan tanaman terhambat kalau tidak ada Cl.

14)Cobalt: fiksasi N oleh bakteri simbiotik, penyusun vitamin B-12.

g. Mekanisme Penyediaan dan Penyerapan Unsur Hara

(45)

36 | P a g e

bersama-sama gerakan massa air. Gerakan massa air di dalam tanah menuju ke permukaan akar tanaman berlangsung terus menerus karena air diserap akar dan menguap melalui proses transpirasi, (2) difusi, yaitu pergerakan zat dari konsentrasi tinggi ke rendah, dan (3) intersepsi akar, yakni akar-akar tanaman terus tumbuh dan memanjang menuju tempat-tempat yang lebih jauh di dalam tanah sehingga menemukan unsur-unsur hara dalam larutan tanah di tempat-tempat tersebut.

3. Sifat Biologi a. Makrofauna

(46)

37 | P a g e

b. Mikrofauna

Hewan-hewan mikro yang terpenting dalam tanah adalah protozoa dan nematoda. Protozoa merupakan hewan bersel satu yang makan bakteri sehingga dapat menghambat daur ulang unsur-unsur hara. Ada tiga jenis protozoa yaitu Amoeba, Flagelata, dan Ciliata. Sedangkan nematoda merupakan cacing yang sangat kecil seperti benang, tidak berbuku-buku. Nematoda dibedakan menjadi Omnivorous, makan sisa-sisa bahan organik. Predaceous, makan hewan tanah termasuk nematoda yang lain serta Parasitik yang merusak hampir semua jenis tanaman sehingga memudahkan masuknya penyakit lain ke tanaman tersebut.

c. Makroflora

Tanaman-tanaman tinggi adalah produsen primer bahan organik dan penyimpan energi surya. Akar-akar tumbuh dan mati di dalam tanah sehingga menyediakan makanan dan energi bagi hewan tanah dan mikroflora.cakar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah yang bila membusuk akan menjadi sumber humus bagi di lapisan atas maupun lapisan dalam tanah. Akar-akar tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsur-unsur hara oleh akar-akar tersebut. Di samping itu akar juga mempunyai pengaruh langsung terhadap ketersediaan unsur hara karena dapat membentuk asam-asam organik di permukaannya yang dapat meningkatkan kelarutan unsur hara. Dikeluarkannya asam amino yang mudah dihancurkan dan terlepasnya beberapa bagian kulit akar dapat meningkatkan mikroorganisme di sekitar akar. Jumlah organisme di sekitar ini umumnya berkisar antara 10 – 100 kali lebih banyak daripada di luar daerah perakaran.

d. Mikroflora

(47)

38 | P a g e

bahan organik yang telah ada. Bakteri Autotroph bermanfaat dalam mempengaruhi sifat tanah seperti yang ditunjukan oleh bakteri Chemaautotroph yang mendapatkan energi dari oksida amonia, nitrit, S, Fe, Mn, H, dan CO. Oksidasi ini mengubah senywa-senyawa yang kurang bermanfaat menjadi senyawa-senyawa yang lebih bermanfaat dan lebih mudah diserap oleh akar tanaman. Bakteri Autotroph yang terpenting di dalam tanah adalah bakteri Nitrifikasi. Bakteri Heterotroph dalam tanah dapat dibedakan menjadi pengikat bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri bukan pengikat nitrogen. Bakteri pengikat nitrogen selanjutnya dibedakan menjadi bakteri simbiotik yang hidup bersimbiosa dengan tanaman lain dan bakteri nonsimbiotik yang hidup bebas dalam tanah. Sedangkan bakteri bukan pengikat nitrogen adalah jenis bakteri heterotroph yang paling banyak ditemukan di dalam tanah dan yang paling bertanggung jawab dalam dekomposisi bahan organik.

(48)

39 | P a g e

D. Jenis Tanah dan Klasifikasinya 1. Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah yang dikenal di Indonesia ada tiga, yaitu yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO dan USDA (Amerika Serikat). Pada klasifikasi tanah juga dikenal hal yang sama dengan klasifikasi hewan dan tumbuhan, yaitu tingkat taksonomi dengan urutan Ordo, Subordo, Great Group, Family, Seri dan Phase (dari general ke spesifik). Pada kategori tinggi tanah dibedakan secara garis besar, kemudian pada kategori berikutnya dibedakan lebih terperinci dan seterusnya sehingga pada kategori yang paling rendah tanah dibedakan dengan sangat terperinci. Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk membedakan tanah pada kategori tinggi juga merupakan pembeda pada kategori yang lebih rendah, sehingga jumlah faktor pembeda semakin meningkat dengan semakin rendahnya kategori.

Tabel 2.5: Perbandingan antara klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi tanah

Klasifikasi tumbuhan Klasifikasi tanah (USDA, 1975)

Kategori Nama Kategori Nama

Phylum Pteridophyta Ordo Alfisol Kelas Angiospermae Subordo Udalf Subkelas Dicotylodeneae Great grup Hapludalf Ordo Rosales Subgrup Typic hapludalf

Family Leguminoseae Family Fine loamy, mixed, mesic

Genus Trifolium Seri Miami

(49)

40 | P a g e

2. Tata Nama

Salah satu hal yang baru yang baru dalam sistem taksonomi tanah USDA, 1975 adalah penggunaan tata nama. Dalam sistem ini nama-nama tanah selalu mempunyai arti yang umumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut. Dalam kategori ordo nama tanah selalu diberi akhiran sol, sedang suku kata sebelumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut. Untuk kategori yang lebih rendah dari ordo akhiran sol tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya maka untuk menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke kategori rendah digunakanlah akhiran yang merupakan singkatan dari nama-nama masing ordo tersebut seperti terlihat pada tabel 2.6. Nama-nama pada kategori subordo terdiri dari dua suku kata sedang great group terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat utama dari tanah tersebut sedang suku kata terakhir menunjukan nama dari ordo tanah.

Tabel 2.6: Arti nama-nama tanah dalam tingkat ordo

Nama Ordo Akhiran untuk kategori lain Arti Asal Kata

Alfisol ALF Dari Al – Fe

Andisol AND Ando, tanah hitam

Aridisol ID Aridus, sangat kering

Entidol ENT Dari recent

Gelisol EL Gelare, membeku

Histosol IST Histos, jaringan

Inceptisol EPT Inceptum, permulaan

Mollisol OLL Mollis, lunak

Oxisol OX Oxide, oksida

Spodosol OD Spodos, abu

Ultisol ULT Ultimus, akhir

(50)

41 | P a g e

Untuk nama subgroup digunakan dua patahkata dimana kata kedua merupakan nama great group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari sub group tersebut. Pada tingkat famili, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan susunan besar butir, susunan mineral liat, regim suhu tanah, atau sifat-sifat lain yang spesifik dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada tingkat seri tanah diberi nama menurut nama tempat dimana tanah tersebut pertama kali ditemukan. Di bawah ini adalah sebuah contoh:

Ordo : Ultisol (ultus = akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir) Subordo : Udult (udus = humida, lembab, tidak pernah kering)

Great group : Fragiudult (fragipan = padas rapuh, ditemukan pragipan) Subgroup : Aquic fragiudult (Aqua = air, kadang-kadang jenuh air) Family : Aquic fragiudult, halus, kaolinitik, isohipertermik (halus =

besar butir tanah halus/berliat halus; kaolinitik = mineral liat yang dominan adalah kaolinit; isohipertermik = suhu tanah lebih dari 22° C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin kurang dari 5° C.

Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah granada)

3. Jenis-Jenis Tanah (Great Group) Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah (1982)

(51)

42 | P a g e

dipertahankan tetapi menggunakan definis-definisi baru, diantaranya yaitu: (Hardjowigeno, 2010 : 231-233)

a. Organosol: tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm. b. Latosol: tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang.

Dibawahnya terdapat batuan keras yang padu.

c. Rendzina: tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih 1%, kejenuhan basa lebih 50%), di bawahnya terdiri atas batuan kapur.

d. Grumusol: tanah dengan kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan mengerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, kalau basah lengket (mengembang).

e. Gleisol: tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromofik lain.

f. Aluvial: tanah berasal dari endapan baru berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60%. g. Regosol: tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%,

hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.

h. Arenosol: tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik.

i. Andosol: tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik; bulk density (kerapatan limbak) kurang dari 0,85 g/cm3 banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders, atau bahan pyroklastik lain.

(52)

43 | P a g e

k. Brunizem: seperti latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50%.

l. Kambisol: tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik atau mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

m. Nitosol: tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat maksimun ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20%. Mempunyai sifat ortosik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol(+)/kg liat.

n. Podsolik: tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50% tidak mempunyai horison albik. o. Mediteran: seperti tanah podsolik (mempunyai horison argilik), tetapi

kejenuhan basa lebih dari 50%.

p. Planosol: tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horison albik.

q. Podsol: tanah dengan horison penimbunan besi, Al oksida dan bahan organik (=horison spodik). Mempunyai horison albik.

r. Oksisol: tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol(+)/kg liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidal jelas.

Tabel 1.7 Padanan Nama Tanah Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi

(53)

44 | P a g e - Mediteran - Mediteran - Luvisol - Alfisol/Inceptisol - Organosol - Organosol - Histosol - Histosol

- Podsolik gleiik - Acrisol gicyic

- Ultisol (Aquult) Alurial

hidromorf

(54)

45 | P a g e

E. Survei Tanah dan Pemetaan Tanah 1. Survei tanah

Tujuan survei dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama ke dalam satu satuan peta tanah yang sama. Di samping itu dilakukan interpretasi kemampuan atau kesesuaian tanah dari masing-masing satuan peta tanah untuk penggunaan-penggunaan tanah tertentu. Sifat-sifat dari masing-masing satuan peta tanah secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang uraian lebih detil dicantumkan dalam laporan survei tanah. Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan profil tanah di lapang. Profil tanah terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, susunan mineral dan lain-lain (Hardjowigeno, 2010 : 237).

2. Peta Tanah

(55)

46 | P a g e

Tabel 2.8: Jenis-jenis peta tanah

Jenis tanah Skala Satuan peta

Di Amerika Serikat

Phase dari seri atau family

Orde 4 1:100.000

Di indonesia (Pusat Penelitian Tanah) Detil 1:5.000

(56)

47 | P a g e

Berikut ini diuraikan jenis-jenis peta tanah yang banyak digunakan di indonesia yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor:

a. Peta tanah bagan (<1:2.500.000): bertujuan untuk memberi petunjuk kasar mengenai penyebaran jenis-jenis tanah, dibuat berdasarkan keterangan literatur (analisis potret udara, peta topografi, geologi, iklim, bentuk wilayah, dan peta-peta yang telah ada), dan pada dasarnya satuan peta terdiri dari satu unsur yaitu jenis atau ordo tanah.

b. Peta tanah eksplorasi (1:1.000.000 – 1:2.500.000): memberikan gambaran kemungkinan penelitian terarah, potensi SDA, dan problem area. Dilakukan identifikasi di lapangan terhadap penampang/profil tanah dari masing-masing satuan peta. Satuan petanya terdiri dari jenis tanah, bentuk wilayah dan bahan induk. c. Peta tanah tinjau (1:100.000 – 1:250.000): memberi keterangan

lebih lanjut tentang jenis tanah untuk keperluan tertentu, membutuhkan penjelajahan wilayah, satuan peta terdiri atas macam tanah, bahan induk dan bentuk wilayah.

(57)

48 | P a g e

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Praktikum Geografi Tanah ini dilaksanakan pada tiga jalur, yaitu jalur A Jayagiri, jalur B Gunung Putri, dan jalur C Gunung Tangkuban Parahu yang tepatnya terletak di Desa Jayagiri dan Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Dilaksanakan pada tanggal 8 April 2018 mulai dari pukul 06.00 – 17.00 WIB.

(58)

49 | P a g e

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam hal ini populasi yang dimaksud adalah seluruh tanah yang berada pada jalur A Jayagiri, jalur B Gunung Putri, dan jalur C Gunung Tangkuban Parahu. Jadi tanah adalah objek yang dapat dipelajari dan diamati serta meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh tanah itu sendiri. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa sifat/karakteristik tanah yang akan dianalisis berupa sifat fisika, sifat kimia, dan sifat biologi tanah, serta berbagai faktor yang membentuknya.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013:118). Dalam hal ini yang dimaksud dengan sampel adalah tanah pada koordinat tertentu yang telah ditentukan lokasi plotnya di sepanjang jalur A, B, dan C. Perlu dicatat bahwa lokasi plot hanya sebagai acuan dalam pengambilan sampel di daerah sekitar koordinat plot. Dengan demikian, sampel yang diambil diharapkan mampu mewakili keseluruhan tanah yang berada di tiga jalur tersebut, sehingga sampel bersifat representatif dan menghasilkan kesimpulan yang dapat diberlakukan pada populasi. Untuk lebih rincinya karakteristik dari masing-masing tiap plot dapat dilihat pada tabel 3.1.

3. Teknik Pengambilan Sampel

(59)

50 | P a g e

dilakukan secara acak tanpa melihat strata yang ada di dalam populasi itu. Dengan demikian, semua tanah yang ada pada jalur A, B, dan C memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel dengan tanpa melihat adanya strata. Dalam pengambilan sampel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti ketinggian tempat, penggunaan lahan, jenis vegetasi, kerapatan vegetasi dan tentunya keterjangkaun lokasi dalam mengambil sampel. Dimana masing-masing dari itu semua akan berpengaruh terhadap karakteristik tanah yang akan diamati. Jadi pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak sepenuhnya, tetapi acak berdasarkan kriteria tertentu. Tabel 3.1: Lokasi koordinat plot sebagai acuan dalam pengambilan sampel

Gambar

Tabel 2.1: Beberapa jenis mineral tanah dan unsur hara
Gambar 2.1: Hubungan antara kadar air dari air tersedia dengan tekstur tanah
Gambar 2.2: Profil dan solum tanah
Gambar 2.3: Faktor-faktor pembentuk tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat-sifat mineralogi liat dan kimia lapisan atas (0-20 cm) tanah Inceptisol,

Pada tanah yang bertekstur agak kasar atau tanah yang memiliki pori-pori yang besar/banyak kehilangan airnya akan terus terjadi, karena tanah tidak mampu untuk mengikat air,

Dengan fakta-fakta ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi akuifer daerah tangkapan Mataair Petoyan mempunyai sistem pelorongan yang belum belum begitu berkembang; (2) Kondisi

Karena, mangga yang digunakan sebagai sampel adalah mangga kweni yang masih muda, buah yang masih muda atau belum matang sepenuhnya memiliki kandungan asam-asam organik yang

SRI APULINA : Kajian Sifat Fisika Dan Kimia Tanah Inceptisol pada Lahan Karet Telah Menghasilkan dengan Beberapa Jenis Vegetasi yang Tumbuh Di Kebun PTPN III Sarang

ARDIAN HALOMOAN SIPAHUTAR: Kajian Sifat Kimia dan Fisika Tanah yang Mempengaruhi Sebaran Akar Kopi Arabika (Coffea arabica L.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda di

KEMAMPUAN KOLOID TANAH UNTUK MENJERAP &amp; MEMPERTUKARKAN KATION DENGAN MUATAN YG SAMA.. (SAMA-SAMA MUATAN

Tanah yang diberi perlakuan kompos sebelum atau sesudah proses composting dapat merubah warna tanah menjadi tanah berubah menjadi gelap atau kehitaman dan mampu meningkatkan nilai