• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Model Pembelajaran PBL dalam Melatih Kreativitas Berpikir Siswa Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Efektivitas Model Pembelajaran PBL dalam Melatih Kreativitas Berpikir Siswa Sekolah Dasar"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Efektivitas Model Pembelajaran PBL dalam Melatih Kreativitas Berfikir Siswa Sekolah Dasar

Diajukan untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh :

Tri Winarni (1815163016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Literature Review : Efektivitas Model Pembelajaran PBL dalam Melatih Kreativas Berfikir Siswa Sekolah Dasar

Tri Winarni Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Jakarta

ABSTRAK

Semakin berkembangnya zaman, pendidikan di Indonesia kini mulai maju. Yang dahulu pada tahun 90-an pembelajaran hanya terfokus pada guru sehingga terkesan monoton, kini sudah mulai berubah seiring berkembangnya kurikulum yang diterapkan. Banyak model dan pendekatan pembalajaran yang dipilih guru di era modern ini, salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning yang bayak dipilih guru. Model pembelajaran PBL ini juga dinilai dapat menjadikan siswa memiliki pemikiran yang kritis. Merujuk pada pembahasan sebelumnya, judul penulisan yang saya angkat dalam karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivas model pembalajaran berbasis masalah (PBL) dalam melatih kreativitas berfikir siswa khususnya di Sekolah Dasar.

(3)

PENDAHULUAN

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) adalah bagian dari Pendidikan Nasional yang merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan berkaitan erat dengan keberhasilan proses pembelajaran di dalam kelas sebagai unsur mikro dari suatu keberhasilan pendidikan. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pelaksanaan proses pendidikan ada faktor-faktor pendidikan yang saling beraitan satu sama lain, yaitu: faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor tujuan pendidikan, faktor alat pendidikan dan faktor lingkungan pendidikan (Hasbulloh, 1997).

Kemajuan bangsa Indonesia hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. pembangunan pendidikan dewasa ini. Efektivitas pembelajaran oleh guru professional adalah faktor utama peningkatan mutu pendidikan tersebut. Guru sebagai pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik membutuhkan peningkatan professional secara terus menerus. Di era kurikulum yang senantiasa mengalami pergeseran/perubahan ini, penyelenggara pendidikan dan pembelajaran membutuhkan guru yang juga berfungsi sebagai peneliti secara most power full, yakni guru yang mampu melaksanakan tugas dan mengadopsi strategi baru. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah selain bertanggung jawab untuk mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasanakondusif yang mendorong siswa untuk melakukan pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi, kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru perlu mengajarkan kepada siswa untuk berfikir kreatif dan kritis terhadapsesuatu.

Keterampilan berpikir kritis bukan merupakan suatu keterampilan yang dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan fisik manusia. Keterampilan ini harus dilatih melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Sekolah sebagai suatu institusi penyelenggara

(4)

keterampilan berpikir kritis, yaitu bahwa lulusan harus dapat: membangun, menggunakan dan menerapkan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif, menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Hasil penelitian dari Kay (2008), menganalisis perkembangan yang akan terjadi di abad 21 dan mengidentifikasi 5 kondisi atau konteks baru dalam kehidupan, yang masing-masing memerlukan kompetensi tertentu. Kondisi tersebut antara lain: (1) kondisi kompetisi global (perlu adanya kesadaran global dan kemandirian), (2) kondisi kerjasama global (perlu kesadaran global, kemampuan bekerjasama, penguasaan Information Communication and Technology (ICT), (3) pertumbuhan informasi (perlu melek teknologi, critiacal thinking & pemecahan masalah), (4) perkembangan kerja dan karier (perlu critical thinking & pemecahan masalah, innovasi & penyempurnaan, dan, fleksibel & adaptable), (5) perkembangan ekonomi berbasis pelayanan jasa, knowledge economy (perlu melek informasi, critical thinking dan pemecahan masalah). Selanjutnya Kay menyatakan bahwa, dalam lima tahun kedepan terdapat keterampilan yang amat penting, yaitu berpikir kritis (78%), (IT 77%), kesehatan dan kebugaran (76%), inovasi (74%), dan tanggung jawab keuangan pribadi (72%).

Berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh siswa, karena memungkinkan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah sosial, keilmuan dan permasalahan praktis secara efektif. Pada era seperti sekarang ini, adanya pengetahuan dan informasi belum cukup untuk menyelesaikan masalah. Untuk dapat bekerja dengan efektif didunia kerja dan dalam kehidupan sehari-hari siswa harus

dapat menyelesaikan permasalahan untuk dapat membuat keputusan yang tepat.

Untuk dapat membangun keterampilan berpikir kritis, guru dapat memberikan pengalaman belajar dengan mendesain proses pembelajaran. Guru mendesain pembelajaran dengan memberikan permasalahan yang melibatkan keterampilan berpikir siswa dan melibatkan proses menganalisis berdasarkan permasalahan yang sebenarnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. Menurut Glazer (2001) menyatakan bahwa PBL menekankan belajar sebagai proses yang melibatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam konteks yang sebenarnya. Glazer selanjutnya mengemukakan bahwa PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari hal lebih luas yang berfokus pada mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab. Melalui PBL siswa memperoleh pengalaman dalam menangani masalah-masalah yang realistis, dan menekanan pada penggunaan komunikasi, kerjasama, dan sumber-sumber yang ada untuk merumuskan ide dan mengembangkan keterampilan penalaran. Hasil penelitian Abdullah dan Ridwan (2008) menyatakan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil penelitian Oon-Seng Tan (2008) menyatakan PBL dapat mengantar-kan siswa untuk menyelesaikan permasalahan hidup melalui proses menemukan, belajar dan berpikir secara independen

(5)

yang lebih abstrak. Tentu tidak lupa melihat perkembangan masing-masing siswa. Karena seperti yang diketahui, setiap siswa memiliki perkembangannya sendiri dalam segi intelektual maupun perkembangan lainnya. Contohnya pada kelas rendah siswa belum bisa berfikir secara abstrak. Mereka masih berfikir dan melihat sesuatu secara konkret. Guru harus mendesain pembelajaran pbl ini bagi mereka yang kelas awal secara baik . Proses pembelajaran melalui model PBL dapat berjalan dengan baik dengan melakukan langkah-langkah pelaksanaannya secara teratur. Kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran dan menggunakan model ini juga sangat diperlukan untuk keberhasilan model pembelajaran problem based learning. PEMBAHASAN

Pembelajaran di sekolah dasar dapat diwujudkan dari situasi kelas, peran guru dalam pengarah belajar, peran guru sebagai penyedia fasilitas, guru sebagi pendorong, dan proses penilai hasil anak. Sedangkan prinsip pembelajaran di sekolah dasar berupa prisip motivasi, latar belakang, pemusatan perhatian, keterpaduan, pemecahan masalah, prinsip menemukan, belajar sambil bekerja, belajar sambil bermain, perbedaan individu, hubungan sosial. Sebagai seorang guru harus mampu mengembangkan kreativitas, berfikir kreatif, menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan-diri (Hmelo-Silver, 2004; Se rafino& Cicchelli, 2005 , Egen dan Kauchak, 2012: 307). PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL merupakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya termasuk teori belajar konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada. Anita Woolfolk (2007:352) mengatakan: The goals of problem based learning are to help students develop flexible knowledge that can be applied in many situations, in contrast to inert knowledge. .... other goals of problem based learning are to enhance dan mengevaluasi proses pemecahan masalah., permasalahan yang digunakan dalam PBL adalah permasalahan yang dihadapi di dunia nyata. Meskipun kemampuan individual dituntut bagi setiap siswa, tetapi dalam proses belajar dalam PBL siswa belajar dalam kelompok untuk memahami persoalan yang dihadapi. Kemudian siswa belajar secara individu untuk memperoleh informasi tambahan yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Peran guru dalam PBL yaitu sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

(6)

dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.

Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).

Pengertian PBL menurut beberapa sumber buku adalah sebagai berikut :

 Bern dan Erickson (2001:5) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, mempresentasikan memperoleh pengetahuan tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari (Wijayanto, 2009:15)

merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan.

 Menurut Arend, PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya (Trianto, 2007).

 Menurut Sanjaya (2006: 214), Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Hakekat permasalahan yang diangkat dalam Problem Based Learning adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan situasi yang diharapkan, atau antara yang terjadi dengan harapan.

(7)

Langkah-Langkah PBL

Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini pun harus mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan maupun pendidikan formal yang berkelanjutan.

Menurut Arends (2008:55), langkah langkah dalam melaksanakan PBL ada 5 fase yaitu (1) mengorientasi siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk meneliti; (3) membantu investigasi mandiri dan berkelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Menurut Ibrahim dan Nur 2004 sebagai berikut :

Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi pebelajar. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk sitausi itu.

Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, pebelajar meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki pebelajar untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah Mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan

Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut pebelajar untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

(8)

motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

Adapun Langkah-Langkah PBL menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Model Pannen dkk.

Menurut Pannen dkk., (2001) proses pembelajaran PBL biasanya mengikuti tahapan-tahapan seperti roda pada gambar berikut :

Gambar 2.1 Model The Problem Solving Wheel (Pannen dkk., 2001)

2. John Dewey

Seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :

1) Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun

sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.

2) Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

4) Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5) Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

3. David Johnson & Johnson, memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok : 1)Mendefinisikan masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.

2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.

3) Merumuskan alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas.

(9)

5) Melakukan evaluasi. Baik evaluasi dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.

2) Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan. Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.

3) Merumuskan Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4) Mengumpulkan Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami. 5) Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

6) Menetukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.

Permasalahan yang digunakan dalam PBL adalah permasalahan yang dihadapi di dunia nyata. Meskipun kemampuan individual

dituntut bagi setiap siswa, tetapi dalam proses belajar dalam PBL siswa belajar dalam kelompok untuk memahami persoalan yang dihadapi. Kemudian siswa belajar secara individu untuk memperoleh informasi tambahan yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Peran guru dalam PBL yaitu sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.

Scriven & Paul (2008) mengungkapkan bahwa dalam berpikir kritis terdapat keterampilan mengaplikasikan, menganalisa, mensintesa, mengevaluasi informasi yang diperoleh dan mengeneralisasi hasil yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi. Berpikir kritis tidak serta merta melekat pada seseorang sejak lahir. Akan tetapi, berpikir kritis merupakan keterampilan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung siswa dalam menghadapi permasalahan. Sehingga, jika siswa terbiasa menggunakan keterampilan diatas maka keterampilan berpikir kritis akan dapat berkembang. Tugas guru dalam rangka meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah dengan menyediakan lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa menggunakan keterampilan berpikir. Model pembelajaran PBL adalah salah satu model pembelajaran yang dapat menyediakan lingkungan belajar yang mendukung berpikir kritis. PBL didasarkan pada situasi bermasalah dan membingungkan sehingga akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga siswa tertarik untuk menyelidiki permasalahan tersebut. Pada saat siswa melakukan penyelidikan, maka siswa menggunakan tahapan berpikir kritis untuk menyelidiki masalah, menganalisa berdasarkan bukti dan mengambil keputusan berdasarkan hasil penyelidikan.

(10)

Sejak awal mula PBL diperkenalkan dan mulai berkembang, dan PBL dianggap efektif dan diterima menjanjikan pembelajaran yang lebih dalam dan mampu meningkatkan kemampuan pemecaham masalah maupun keterampilan belajar pribadi (Hmelo-Silver dalam Belland, et al. (2009). Banyak penelitian dilakukan untuk menganalisa apakah pendekatan ini memang bermanfaat dan efektif untuk memperbaiki proses maupun hasil dari kegiatan belajar mengajar. Namun demikian, dalam penelitian-penelitian tersebut, para penulis memahami PBL dengan konsep yang berbeda-beda. Beberapa memakai istilah model pembelajaran, sementara yang lainnya memahami bahwa PBL adalah sebuah pendekatan. Selain itu, terkadang tidak disebutkan secara langsung istilah PBL. Beberapa penulis memakai istilah Based Instruction dan Problem-Centered Learning maupun menyertakan problem solving skill sebagai dasar dari kajian penelitian mereka. Penelitian semacam itu juga termasuk dalam penyelidikan PBL. Beberapa penelitian yang dilakukan di luar negeri bermula pada subjek atau pelajaran kesehatan dan kedokteran, mengingat bahwa semula PBL dikembangkan untuk meningkatkan pembelajaran di bidang tersebut. Beberapa hasil dari riset mengenai PBL yang dikumpulkan oleh Baptiste (2003).

Hasil penelitian keefektifan PBL dalam pembelajaran di Indonesia :

1 Agustin, 2006; UPI Siswa menjadi lebih antusias untuk mempelajari kimia, terutama laju reaksi, dengan metode PBL, namun teknik komunikasi siswa perlu ditingkatkan. 2 Ishak, 2009; UPI Kemampuan kognisi siswa SMK yang mengalami pembelajaran PBL meningkat, namun afeksi dan psikomotorik siswa relatif sama.

3 Nurdiyaningsih, 2007; UPI Kemampuan siswa untuk lebih terampil menulis ternyata masih sama dalam model PBL, walaupun ada peningkatan, namun tetapi tidak sangat signifikan.

4 Runi, 2007; UPI Siswa SMP yang mempelajari Sains dengan PBL memberikan respon positif dan pemahaman mereka pun meningkat

Dalam PBL, pengajar berperan sebagai fasilitator yang diantaranya adalah membentuk kelompok, menyediakan atau memaparkan masalah, memberi pertanyaan terbuka, menghindari lecturing, memberi tuntunan ke sumber yang dibutuhkan, mengajukan pertanyaan terbuka, menghindari pengajaran, mengatur hubungan antar pribadi dalam grup untuk meminimalisir konflik dan kesalahpahaman yang mengganggu pembelajaran,

mendorong pembelajar untuk bersikap mandiri dengan mendorong pembelajar untuk mengekplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya, mendorong fungsi kelompok dengan mengasisteni kelompok untuk menentukan tujuan dan menciptakan rencana, mengenali masalah kelompok dan mencapai

pemecahan, pengajar juga berperan sebagai evaluator bagi kinerja siswa. Selain itu pengajar juga dapat menjadi evaluator, diantaranya ditunjukkan dengan

(11)

menjadi pengekor tapi dapat

menyumbangkan ide dan memberi alasan kritis untuk setiap gagasan yang

dikemukakan, dapat berkomunikasi secara jelas dan profesional baik oral maupun tertulis, dapat bekerjasama dengan anggota lain dalam kelompok dan lingkungan tim.

Keberhasilan penggunaan model pembelajaran problem based learning dapat dilihat dari penilaian seorang guru. Penilian ini dapat dilakukan melalui instrument test maupun non test. Penilaian ini bertujuan untuk melihat sejauh kemampuan kritisi siswa khususnya Sekolah Dasar.

Pembelajaran di dalam kelas yang disusun secara rapih dengan guru memaparkan masalah terlebih dahulu kepada siswa kemudian siswa menganalisis permasalahan tersebut dan dipecahkan secara individu maupun kelompok. Guru bisa membuat soal berbasis high order thinking sehingga bisa melihat sejauh mana siswa tersebut berfikir abstrak disesuaikan tingkatan kelas.

Misalnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar tentang tema kerusakan alam. Siswa diberi sebuah gambar yang memperlihatkan kebakaran hutan. Lalu siswa disuruh guru untuk menganalisis permasalahan tersebut. Bagaimana proses terjadinya kerusakan alam. Apakah ada kaitannya dengan keadaan sosial ekonomi di lingkungan apa tidak. Lalu setelah itu, siswa memaparkan hasil analisisnya didepan kelas. Selanjutnya guru melakukan penilaian dan evaluasi terhadap apa yang telah dipaparkan oleh siswa. PENUTUP

Metode Pengajaran berbasis masalah adalah salah satu metode pengajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif serta melibatkan murid untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap - tahap metode ilmiah sehingga murid dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

masalah tersebut serta sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Kegiatan pengajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Strategi pengajaran berbasis masalah memiliki keunggulan,

Menurut Jodion Siburian, dkk (2010) Pengajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu metode pengajaran yang berasosiasi dengan

pengajaran kontekstual. Pengajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut murid belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

Model pembelajaran problem based learning memiliki peran yang sangat penting bagi guru untuk melatih siswa berfikir kritis sejak dini. Dalam prosesnya, siswa dijadikan sebagai pusat pembelajaran atau student centered. Jadi siswa sendiri lah yang

menemukan informasi dan pengalaman saat mereka menyelesaikan permasalahan. Guru bukan lagi menjadi pusat informasi tapi siswa sendirilah yang mencari informasi tersebut saat bereksperimen. Pada Sekolah Dasar, pembelajaran menggunakan model ini baik digunakan. Guru harus

memperhatikan sintaks dalam PBL ini dalam pelaksanaanya agar pencapaian tujuan PBL dapat terlaksana dengan baik.

Pengajaran PBL mencakup program serta proses. Program pengajaran berbasis masalah terdiri atas masalah-masalah yang telah dirancang serta dipilih dengan cermat, yang menuntut kemahiran pembelajar pada keterampilan berfikir, problem solving proviciency, self-directed learning strategis serta team participation skills. Pada

(12)

tantangan-tantangan yang dihadapi pada hidup serta pekerjaaan.

PBL sebagai satu produk dari teori pembelajaran konstruktivisme menuntut peran aktif siswa dalam memahami

pengetahuan dan mengembangkan penalaran mereka. Siswa dituntut juga untuk bisa berpikir kritis dengan berangkat dari masalah dan diharapkan dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Di sini kita melihat bahwa PBL mencoba memberikan makna terhadap pengetahuan dan pembelajaran yang dialami siswa. Dalam program evaluasinya, PBL berorientasi pada proses dan hasil yang didapatkan oleh peserta didik khususnya di Sekolah Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi pembelajaran untuk sekolah dasar. Jakarta : JAYA GRAVINDO

Baptiste, Sue. 2003. Problem-Based

Learning: A self-directed journey. Thorofare: Slack Inc.

Rhem, James. 1998. Problem Based Learning: An Introduction. The National Teaching & Learning Forum: Vol. 8: No. 1. Diakses dari http://www.ntlf.com pada 22 April 2010.

Savery, John R. 2006. “Overview of Problem-based Learning: Deûnitions and Distinctions,” Interdisciplinary Journal of Problem-based Learning: Vol. 1: Iss. 1, Article 3. Diakses dari:

http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol1/iss1/3 pada 22 April 2010.

The Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning.

http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadia, I. W. (2008). Model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan

ketrampilan berpikir kritis. Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, No.2 Th XXXXI 13-15.

Amir, M Taufiq. 2012. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group.

Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar  2.1  Model  The  Problem  SolvingWheel (Pannen dkk., 2001)

Referensi

Dokumen terkait

Bantuan sosial melalui pola transfer uang dilaksanakan dengan mentransfer dana bantuan sosial langsung kepada kelompok penerima manfaat sehingga secara langsung

Analisis Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Seni Tari.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pengakuan, pengukuran dan pelaporan aktiva tetap pada PT Hasjrat Abadi secara umum telah sesuai dengan Pernyataan

Bagi yayasan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk menilai kebijakan dan merumuskan kembali kebijakan yang tepat terkait dengan pelaksanaan strategi

Dalam pembinaan agama pada diri pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena

Apabila seseorang wafat, meninggalkan ahli waris: seorang istri, 3 orang anak laki-laki, dan satu orang anak perempuan; asal masalahnya adalah 8, dimana istri mendapat satu bagian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh debt to equity ratio, current ratio dan total asset turnover terhadap pertumbuhan laba dengan ukuran perusahaan

Untuk kualitas dibidang imtaq Pendidikan Agama Islam dijadikan suatu alternatif untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan keimanan terhadap Allah Swt,melalui