• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Strategi Untuk Meminimalkan Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kebijakan Strategi Untuk Meminimalkan Pe"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Strategi Untuk Meminimalkan

Pencucian Uang dalam Ekonomi Digital

Fachri Nugraha

55417110022

Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi, MBA

Universitas Mercubuana, Jakarta Magister Teknik Elektri

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS MERCUBUANA

(2)

I.

Pendahuluan

Dalam beberapa dekade terakhir, kekuatan globalisasi ditambah dengan kemajuan teknologi telah memiliki dampak besar dalam mengintegrasikan ekonomi secara global. Meskipun integrasi lintas batas yang lebih besar dalam ekonomi digital menawarkan peluang luar biasa dalam hal kecepatan, fleksibilitas, dan peningkatan kapasitas inovatif untuk negara dan perusahaan, itu juga memberikan tantangan baru. berkaitan dengan keadaan dan keamanan. keadaan dan keamanan menimbulkan masalah yang berkaitan dengan transparansi dan asimetri informasi (Kshetri, 2005a). Eksternalitas negatif ini memberikan peluang untuk pencucian uang tanpa terdeteksi. Arsitektur digital global juga memperparah masalah peningkatan kompleksitas dalam pelacakan, pemantauan, dan pengelolaan kejahatan keuangan.

Aktivitas pencucian uang ketika tanpa henti mengancam pertumbuhan ekonomi (Masciandaro & Portolano, 2003) karena uang ilegal yang diperoleh dari kegiatan ini sering dialihkan ke kegiatan yang kurang produktif dalam upaya untuk menyembunyikan asal-usulnya. Laporan Strategi Pengendalian Narkotika Internasional (Departemen Luar Negeri AS, Biro Narkotika Internasional dan Penegakan Hukum, 2012) menjelaskan bahwa,

(3)

Meskipun ada dorongan ke arah rezim AML, ada kekurangan yang signifikan dalam kemauan politik untuk melakukan reformasi legislatif dan regulasi di dalam negara-negara dan kesenjangan dalam pendekatan regional untuk memberantas pencucian uang, yang tanpa batas (Nguyen, 2012). Meskipun lebih dari 15 tahun mengadopsi kerangka pencucian uang regional, banyak negara di kawasan Asia-Pasifik masih lalai dalam penuntutan dan penghukuman atas pelanggaran ini (Brownfield, 2012).(Vaithilingam dan Nair 2009) menunjukkan bahwa enam negara Asia-Pasifik jatuh dalam kelompok yang lebih rendah ketika hubungan antara pencucian uang yang merembes dan pembayaran tidak teratur dalam pengumpulan pajak diperiksa. Dalam konteks ini, FATF juga telah memasukkan daftar hitam (sebagai risiko tinggi dan tidak kooperatif) empat negara Asia-Pasifik dan daftar abu-abu (yurisdiksi proses yang sedang berlangsung atau tidak membuat kemajuan yang cukup) tiga negara dari kawasan Asia-pasifik (FATF, 2012).

(4)

Ancaman penggunaan teknologi informasi dalam mendorong pencucian uang telah disadari oleh banyak kalangan. Guru Besar Teknologi Informasi Universitas Paramadina, Marsudi W. Kisworo menandaskan bahwa saat ini dunia sedang berusaha memerangi pencucian uang lewat media internet bahkan kejahatan terbesar di internet adalah money laundering dengan persentase sekitar lebih dari 30% (tiga puluh persen) dari kejahatan cyber (cybercrime) lainnya.

Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan India telah memiliki cyberlaw yang berlaku

positif di negaranya masing-masing (ius constitutum) dan untuk saat ini Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dengan ditetapkannya Undang-Undang tersebut, maka pengaturan tindak pidana di dunia cyber ini, tentu ini menjadi wahana baru dalam memerangi kejahatan yang menggunakan teknologi informasi, yang di dalamnya seringkali ada indikasi kejahatan pencucian uang.

Aspek pembuktian dalam kejahatan pencucian uang ini juga cukup menarik untuk dikupas, karena ternyata di dalam Pasal 38 butir b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang telah membuat beberapa terobosan baru yang agak berbeda dari hukum acara pidana pada umumnya, yakni di antaranya dengan diperkenalkannya alat bukti baru di luar KUHAP, sistem pembuktian terbalik dan sistem pembuktian dalam persidangan in absentia. Pasal 38 butir b Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang berbunyi : “alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu”.

II.

Metodelogi

Pada bagian ini, metode ekonometrik yang menggunakan model heteroscedasticity yang dikoreksi, double-Tobit untuk menguji hubungan antara faktor-faktor kunci dan pencucian uang dalam sampel beberapa negara maju dan berkembang dibahas. Penyensoran pada masing-masing ujung (variabel dependen terbatas [LDV]) membuat metode double-Tobit cocok untuk penelitian ini.

(5)

Ia menemukan bahwa jika tetap menggunakan OLS, perhitungan parameter akan cenderung mendekati nol juga dan menjadi tidak signifikan, atau jika menjadi signifikan, nilainya mengalami bias (terlalu tinggi atau terlalu rendah) dan juga tidak konsisten (jika ada data baru, hasilnya tidak sama atau tidak sesuai dengan hasil semula). Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, metode Tobit menggunakan cara maximum likelihood (ML), bukan least squares lagi. Daripada meminimalisasikan nilai kwadrat dari error (galat) seperti cara OLS, cara ML memaximalisasikan nilai dari likelihood function dengan mencari parameter-parameter regresi yang memberikan nilai tertinggi untuk likelihood function tersebut.

Metode Tobit mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas nilainya (non-censured); hanya variabel tidak bebas yang censured; semua variabel (baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar; tidak ada autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang sempurna; dan model matematis yang digunakan menjadi tepat.

Banyak penelitian menggunakan alat analisa regresi berganda. Hal ini karena ada beberapa keunggulan dari analisa tersebut. Sebagian besar analisa yang dilakukan akademis Indonesia menggunakan metode ordinary least squares (OLS). Namun untuk analisa menggunakan variabel tidak bebas yang censored, yaitu nilai dari variabel tidak bebas tersebut terbatas atau sengaja dibatasi, metode OLS tidak dapat digunakan karena parameter yang dihasilkan oleh OLS mengalami bias dan juga tidak konsisten. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, harus digunakan metode regresi Tobit, yang dikembangkan oleh Tobin (1958) Metode Tobit digunakan karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang censured, yaitu nilai dari variabel tidak bebas, yaitu kepuasan pelanggan, dibatasi dan hanya boleh berkisar antar 0 sampai 100. Jika metode OLS digunakan dengan data tersebut, maka hasil regresi akan menjadi bias dan tidak konsisten. Dalam penggunaan metode analisis regresi untuk penelitian bidang sosial dan ekonomi, banyak ditemui struktur data dimana variabel responnya mempunyai nilai nol untuk sebagian observasi, sedangkan untuk sebagian observasi lainnya mempunyai nilai tertentu yang bervariasi. Struktur data seperti ini dinamakan data tersensor (censoreddata).

III.

Kebijakan Strategi Untuk Meminimalkan Pencucian Uang

(Money Laundering) dalam Ekonomi Digital

(6)

untuk mengekang pencucian uang tetap menjadi prioritas rendah di negara-negara berkembang daripada di negara-negara maju.

Kurangnya komitmen oleh negara-negara berkembang dapat dikaitkan dengan beberapa faktor: rendahnya stok pekerja dan rendahnya tingkat efisiensi sistem pajak. Hasilnya juga menunjukkan bahwa pengembangan TIK memainkan peran penting dalam meningkatkan kontribusi faktor-faktor ini dalam memerangi kegiatan pencucian uang. Kunci dalam ekonomi digital menghambat negara berkembang dalam memberantas pencucian uang adalah ketersediaan pekerja pengetahuan. Dua tantangan utama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah rendahnya pasokan pekerja pengetahuan dan kesulitan dalam menahan para pekerja ini menguras otak. Rendahnya pasokan pekerja pengetahuan dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah karena investasi yang buruk dalam pendidikan dan penelitian di negara berkembang. Infrastruktur TIK yang tidak memadai juga mengarah ke masalah kedua, kemampuan untuk mempertahankan pekerja di negara berkembang, sehingga semakin menurunkan stok pekerja. Kurangnya kesempatan kerja yang baik untuk pekerja ini adalah salah satu alasan bagi pekerja mencari peluang yang lebih baik di tempat lain.

Untuk meningkatkan pasokan pekerja yang kompeten, negara-negara berkembang harus berinvestasi dalam teknologi yang efektif biaya untuk sektor pendidikan (Vaithilingam & Nair, 2007); mengembangkan kapasitas sumber daya manusia; meniru masyarakat pengetahuan yang dikembangkan dengan mengikuti perkembangan TIK melalui peningkatan tingkat melek komputer; memberikan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk menciptakan pekerja yang kompeten di sektor keuangan, hukum dan pajak; memberikan insentif fiskal kepada organisasi seperti pegawai pajak untuk mengirim staf untuk pelatihan atau peningkatan keterampilan; dan merekrut para ahli untuk transfer pengetahuan yang efektif dari negara-negara maju. Negara-negara berkembang harus mengatasi dan memfasilitasi pembangunan kapasitas di semua tingkatan termasuk primer, sekunder, dan tersier dan juga dalam penelitian. Lebih lanjut, para akademisi harus mendorong pengenalan lebih banyak mata pelajaran yang terkait dengan TIK di fakultas hukum dan keuangan (Seipel, 2002). Dalam konteks ini, ICT memiliki peran ganda, pertama sebagai alat untuk meningkatkan pendidikan dan peran kedua sebagai subjek pendidikan (Sayo, Chacko, & Pradhan, 2004). Dengan demikian penting bahwa negara-negara berkembang harus menempatkan fokus yang sama pada kedua peran untuk mencapai pembangunan yang diperlukan dalam kapasitas manusia.

(7)

dengan baik, dukungan infrastruktur TIK yang buruk, terbatasnya literasi TIK di sektor publik, sistem hukum yang lemah, dan kurangnya pendidikan pajak (Tanzi & Zee, 2001).

Analisis empiris menunjukkan bahwa TIK belum efektif dalam meningkatkan peran sektor keuangan dalam membatasi kegiatan pencucian uang. Untuk mengatasi masalah ini, negara-negara berkembang harus sangat mendorong penerapan rekomendasi untuk lembaga keuangan untuk menempatkan sistem dan proses pengelolaan informasi klien untuk memungkinkan deteksi transaksi yang mencurigakan seperti yang disarankan dalam FATF (2000-2001) di bawah rekomendasi 11 hingga 13. Selanjutnya, Penyedia layanan Internet harus didorong untuk menyimpan catatan rinci tentang informasi klien dan catatan lalu lintas. Identifikasi pelanggan, prinsip "tahu pelanggan Anda" (KYC) juga harus dilaksanakan oleh lembaga keuangan seperti yang ditetapkan dalam Basel Committee (1997) berdasarkan Prinsip Inti 15 tentang Peraturan Perbankan dan Praktek Pengawasan. Semua informasi ini harus tersedia untuk petugas penegak hukum dalam kasus-kasus investigasi kriminal.

Secara formal, upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia dimulai pada tanggal 17 April 2002 yaitu saat diberlakukannya Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Sesungguhnya, tahapan pencegahan pencucian uang sudah dilakukan sebelum undang-undang tersebut lahir namun lingkupnya hanya terbatas pada bank. Hal ini dapat ditunjukkan melalui seperangkat regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas perbankan yang lebih dikenal dengan Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Urgensi pengaturan ini, tentu didasari oleh alasan yang kuat terutama mengenai dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pencucian uang dalam perekonomian dan untuk memenuhi prinsip-prinsip pengawasan bank secara efektif sesuai standar internasional.

IV. Kesimpulan

Makalah ini berkontribusi pada pemahaman empiris perilaku pencucian uang dalam ekonomi digital. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi aktivitas pencucian uang

dipelajari menggunakan model double-Tobit. Temuan utama dari studi ini memberikan bukti bahwa TIK sendiri tidak efektif dalam membatasi aktivitas pencucian uang. Di sisi lain, TIK mengurangi pencucian uang di negara-negara dengan tenaga kerja yang sangat terampil dan sistem pajak yang efisien. Karena sebagian besar negara maju memiliki persediaan tenaga kerja yang tinggi dan sistem pajak yang efisien, negara-negara ini berada dalam posisi yang lebih baik untuk membatasi kegiatan pencucian uang daripada negara-negara berkembang. Berdasarkan temuan penelitian, berbagai strategi dan inisiatif untuk mengekang kegiatan pencucian uang juga dibahas.

Makalah ini relevan untuk umumnya untuk kawasan Asia-Pasifik dan khususnya untuk indonesia, yang dianggap oleh banyak ahli sebagai kekuatan pendorong bagi perkembangan ekonomi global pada abad ke-21 (World Bank, 2012). Untuk mempertahankan

(8)

sistem hukum, dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengatasi kejahatan keuangan. Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik menghadapi tantangan dalam terlibat secara efektif karena pengaturan yang beragam di negara-negara ini dalam hal aspek ekonomi, sosial dan hukum.

V.

Daftar Pustaka

Brownfield, W. R. (2012). International narcotics control strategy report. Retrieved from http://www.state.gov/documents/organization/184329.pdf

Vaithilingam, S., & Nair, M. (2007). Factors affecting money laundering: Lesson for developing countries. Journal of Money Laundering Control, 10(3), 352–366

Kshetri, N. (2005a). Information and communications technologies, strategic symmetry and national security. Journal of International Management, 11(4), 563–580.

Masciandaro, D. (1999). Money laundering: The economics of regulation. European Journal of Law and Economics, 7(3), 225–240.

Nguyen, C. L. (2012). Towards the effective ASEAN mutual legal assistance in combating money laundering. Journal of Money Laundering Control, 15(4), 383–395.

Financial Action Task Force. (2012, October). FATF Public Statement–2012. Retrieved from http://www.fatf-gafi.org/topics/high-riskandnon-cooperativejurisdictions/

documents/fatfpublicstatement-19october2012.html

Sayo, P., Chacko, J., & Pradhan, G. (Eds.). (2004). ICT policies and e-strategies in the Asia-Pacific: A critical assessment of the way forward. New Delhi, India: Elsevier.

Tanzi, V., & Zee, H., (2001). Tax policy for developing countries. International Monetary Fund. Retrieved from

http://www.imf.org/external/pubs/ft/issues/ issues27/index.htm

Referensi

Dokumen terkait

Moleküler asimetriler nedeniyle optikçe aktif olan, yapıları aynı olan fakat konfigürasyonları farklı maddelerdeki izomeridir.. Bir molekülün uzaysal yapısını ayna

Berdasarkan kondisi permasalahan diatas dan betapa pentingnya peran auditor internal di sebuah organisasi guna menjaga keberlanjutan organisasi itu sendiri dalam

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

Jadi simpulannya adalah dari ketujuh puisi yang terdapat pada buku paket “Inilah Bahasa Indonesiaku” semuanya terdapat nilai pendidikan dan hal ini sangat aik

Efektivitas implementasi kebijakan Peraturan Daerah kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang RTRW 2011-2031 terkait rendahnya penataan ruang terbuka hijau privat

Naik bis Smrg-Kendal, turun lampu merah atau PDAM Kendal, naik becak menuju tempat (utara pasar Kendal) a... Pragram Sarjana Kependidikan Bagi Guru dalam Jabatan S1 PG-PAUD

Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai, manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau