• Tidak ada hasil yang ditemukan

Human capital karir capital karir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Human capital karir capital karir"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

“HUMAN CAPITAL,

CAREER

DAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)”

HUMAN CAPITAL

Human capital merupakan salah satu bagian dari alat analisis tingkat individual.

OECD mendefinisikan human capital sebagai pengetahuan individu yang diperoleh

seumur hidup mereka dan digunakan untuk menghasilkan barang-barang, gagasan atau

jasa. Bontis et al mendefinisikannya sebagai “persediaan pengetahuan individu dari

organisasi sebagaimana digambarkan oleh tenaga kerja yang ada dalam organisasi atau

perusahaan“.

Selanjutnya, individu yang bekerja juga membutuhkan pengetahuan dan keahlian

khusus di mana hal ini tertuang dalam teori tentang human capital, yang menjelaskan

bahwa investasi terhadap pengetahuan dan keahlian akan memperoleh keuntungan.

Asumsi yang melandasi human capital adalah manusia tidak dianggap sebagai biaya,

faktor produksi atau asset, tetapi dianggap sebagai investasi yang akan menghasilkan

return dari investasi yang telah dilakukan.

Teori Neo Klasik menerangkan bahwa pembagian kerja seksual dengan

menekankan perbedaan seksual dalam berbagai variabel yang mempengaruhi

produktivitas kerja. Dasar utama teori ini menjelaskan bahwahuman capitalyang dimiliki

pekerja sangat mempengaruhi pendapatan. Anker dan Hein (1986) menjelaskan bahwa

dalam kondisi persaingan, pekerja mendapat upah sebesar marginal product yang

dihasilkannya dan bahwa keluarga mengalokasikan sumber daya mereka berupa waktu

dan uang untuk anggota keluarga mereka secara rasional, sehingga menyebabkan

tenaga kerja perempuan memperoleh investasihuman capitallebih rendah dibandingkan

dengan laki-laki. Pada akhirnya, human capital yang lebih rendah menyebabkan

perempuan dalam memperoleh peluang karir pada organisasi seringkali mengalami

hambatan.

Faktor yang dapat meningkatkanhuman capital :

1) Pendidikan formal

2) Pengalaman sebagai dasar untuk dapat mengatasi situasi manajerial

3) Gender

(2)

Human capital sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan dan pelatihan yang

dimiliki seseorang, termasuk akumulasi investasi meliputi aktivitas pendidikan, job

training dan migrasi. Faktor pengalaman pada umumnya, semakin tinggi umur, antara

laki – laki dan perempuan cenderung tidak sama pendidikannya dan pilihan sekolah

keahlian ya ng diminati.

Faktor yang berpengaruh terhadap Human Capital

Dalam diri individu melekat 3 (tiga) sumber daya yang saling melengkapi satu

sama lain sebagai bagian dari human capital. Ketiga elemen darihuman capitaltersebut

terdiri dari :

 Kemampuan intelektual  Kemampuan sosial  Kemampuan emosional

Elemen – Elemen Human Capital padaTingkat Individual

Intelectual Social Emotional

Capital Capital Capital

Cognitive Network Of Self awareness

Complexity Relationships Ambition And

Learning Capacity Sociability Courage

(3)

Human capitalmemuat empat komponen, yaitu :

a. Ability yaitu sebagai keahlian dalam penggunaan aktivitas atau bentuk kerja

termasuk di dalamnya sub komponen pengetahuan, kemampuan, dan bakat;

b. Behavior yaitu menjelaskan bagaimana cara individu memberikan kontribusi

terhadap pekerjaannya;

c. Effort merupakan aplikasi dari sumber mental dan fisik;

d. Time merupakan waktu yang digunakan dari investasi human capital, seperti per

jam, per hari, karir dalam setahun.

Faktor-faktor yang mendorong tenaga kerja untuk menginvestasikan dirinya

sebagaihuman capital, yaitu :

a. Mengisi pekerjaan yang sesuai termasuk tantangan dalam pekerjaan dan minat

terhadap pekerjaan, kreaktivitas dan kemampuan;

b. Kesempatan untuk berkembang, belajar dan maju;

c. Pengakuan kepandaian dari teman-teman;

d. Penghargaan finansial, khususnya pada produktivitas

Human capital merupakan hubungan multidimensional meliputi aspek tangible

dan intangible; aspek statis dan dinamis; aspek kekhasan industri dan kekhasan

perusahaan. Aspek tangible dalam perusahaan tidak hanya meliputi aktiva fisik dari

organisasi, tetapi juga meliputi jumlah tenaga kerja. Aspek intangible meliputi

kemampuan, pengetahuan, dan bakat pekerja yang digunakan untuk menyelesaikan

(4)

CAREER

Beberapa definisi karir adalah sebagai berikut :

 Karir adalah urut – urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya.Ini merupakan karir yang obyektif.

 Karir adalah aktivitas di mana organisasi memilih, menilai, menugaskan serta mengembangkan para karyawannya dalam rangka menyiapkan atau menyediakan

orang- orang yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi di

masa yang akan datang (Noe, et al)

 Karir adalah seluruh pekerjaan (jabatan) yang ditangani atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang (Handoko)

 Pendapat lain oleh Dessler menyatakan bahwa karir sebagai suatu rangkaian posisi yang berhubungan dengan kerja, entah dibayar atau tidak, yang membantu

seseorang bertumbuh dalam keterampilan, keberhasilan dan pemenuhan kerja.

 Beberapa perusahaan besar menganggap bahwa perencanaan karir sebagai tanggung jawab karyawan, bukan perusahaan. Kendati demikian, banyak juga

perusahaan yang terus maju dan menanggap bantuan perencanaan karir sebagai

cara untuk memastikan pemasokan yang memadai bakat internal.

Peningkatan karir menjadi salah satu keinginan semua orang dalam

pekerjaannya. Banyak karyawan perusahaan yang kurang bersemangat dan

menginginkan keluar dari pekerjaannya, karena merasa tidak punya harapan

peningkatan karir dari jabatannya selama ini. Manajer menyiapkan program

perencanaan dan pengembangan karir bagi karyawannya, agar mereka mempunyai

harapan dan semangat yang tinggi dalam bekerja. Bila dilihat dari aspek motivasi,

individu yang memutuskan bergabung dalam organisasi di dasari atas kebutuhan untuk

berprestasi, berafiliasi dan pertumbuhan (Teori Mc Clelland).

Perencanaan dan Pengembangan Karir

Menurut Simamora, perencanaan karir (career planning) adalah proses

melaluinya individu karyawan mengidentifikasi dan mengambil langkah – langkah untuk

mencapai tujuan – tujuan tersebut.

Definisi lain tentang perencanaan karir yaitu kegiatan di mana para karyawan /

individu atau pengelola suatu organisasi mengidentifikasi, menetapkan tujuan dan

(5)

Definisi pengembangan karir lebih lanjut oleh Dessler, yaitu sebagai suatu seri

kegiatan sepanjang hidup (seperti lokakarya) yang menyumbang kepada penjelajahan,

penerapan, keberhasilan dan pemenuhan.

Tujuan Pengembangan Karir

Tujuan pengembangan karir yaitu :

1. Membantu dalam pencapaian tujuan individu dan perusahaan.

2. Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai

3. Membantu pegawai mengidentifikasi kemampuan potensi mereka.

4. Memperkuat hubungan antara pegawai dan perusahaan.

5. Bukti tanggung jawab sosial

6. Membantu memperkuat pelaksanaan program-program perusahaan.

7. Mengurangi turn over dan biaya kepegawaian

8. Mengurangi keusangan profesi dan manajerial

Lima (5) hal yang menjadi keinginan karyawan terhadap pengembangan karir :

1. Persamaan karir (career equity)

2. Masalah pengawasan (supervisory concern)

3. Kesadaran akan adanya kesempatan (awareness of opportunity)

4. Minat karyawan (employment interest)

5. Kepuasan karir (career satisfaction)

Tahap – Tahap Perencanaan Dan Pengembangan Karir

Tahap – tahap dalam perencanaan dan pengembangan karir dalam suatu organisasi

meliputi tiga tahapan, yaitu : Self Asssesment, Reality Check, Goal Setting dan Action

Planning. Secara sistematis digambarkan di bawah ini :

Tahapan Dan Tanggung Jawab Dalam Proses Manajemen Karir

(6)

Program Perencanaan dan Pengembangan Karir

Berbagai program pengembangan karir yang dapat dilakukan oleh organisasi

antara lain :

a. Pendidikan dan Latihan

b. Penataan sistem kompensasi

c. Program promosi, mutasi dan demosi

d. Evaluasi Kinerja

e. Program Belajar Kelompok

f. Program Mentoring

Fase – fase model pengembangan karir yang meliputi :

1. Menyepadankan antara kebutuhan individual dengan perusahaan.

2. Menciptakan kondisi yang menyenangkan

3. Inventarisasi kesempatan pekerjaan

4. Menentukan karyawan potensial

Fokus Pengembangan Karir Tradisional Dan Modern

Perbedaan pengembangan karir tradisional dan modern dapat dilihat pada

tabel-tabel di bawah ini :

Karir Dan Organisasi Tradisional

(7)

Pengembangan Karir

Aktivitas SDM Fokus Tradisional Pengembangan Karir

Perencanaan SDM Menganalisis pekerjaan, keterampilan, tugas saat ini dan mendatang. Memproyeksikan kebutuhan. Menggunakan data statistik

Menambahkan informasi kepda data mengenai minat orang, pilihan dan sejenisnya.

Pelatihan dan Pengembangan

Memeberikan kesempatan untuk mempelajari keterampilan, informasi, dan perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan

Memberikan informasi jalur karir.

Menambahkan orientasi

pertumbuhan perorangan

Penilaian Prestasi Memberikan peringkat dan atau penghargaan

Menambahkan rencana

pengembangan dan penetapan sasaran perorangan

Perekrutan Dan Penempatan

Mencocokkan kebutuhan

organisasi dengan orang yang memenuhi syarat

Mencocokkan orang dan pekerjaan berdasarkan pada sejumlah variabel termasuk minat karir karyawan

Kompensasi dan tunjangan

Memberikan penghargaan untuk waktu, produktivitas, bakat dst

Menambahkan aktivitas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan untuk diberikan penghargaan. Sumber : Dessler (2005)

Pengembangan karir itu sendiri dapat dilihat dari dunia sisi, yaitu dari pihak individu

dan dari pihak organisasi atau institusi. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar

berikut ini :

Model Pengembangan Karir Organisasional

(8)

Promosi, Mutasi, Demosi

Kegiatan perencanaan dan pengembangan karir sangat berkaitan dengan

kegiatan promosi, mutasi dan demosi.

a. Promosi

Promosi dapat didefinisikan sebagai pemindahan karyawan dari suatu jabatan

(pekerjaan) ke jabatan (pekerjaan) lain yang mempunyai status atau tingkatan

manajemen serta tanggung jawab yang lebih tinggi

b. Mutasi

Mutasi adalah kegiatan memindahkan karyawan dari suatu jabatan (pekerjaan) ke

jabatan (pekerjaan) yang lain yang mempunyai tingkatan manajemen sejajar. Istilah

mutasi ada juga yang menyebutnya sebagai “ transfer”

c. Demosi

Demosi adalah penurunan jabatan atau pemindahan jabatan ( pekerjaan) seorang

karyawa n pada jabatan (pekerjaan) yang mempunyai tingkatan manajemen yang

rendah.

Karir Objektif dan Karir Subjektif

Karir dapat dibedakan menjadi karir objektif dan karir subjektif.

 Karir Obyektif adalah rangkaian pilihan dari sikap dan cara individu untuk memenuhi kebutuhan mereka melalui sejarah pekerjaan yang berkaitan dengan pengalaman

kerja, seperti promosi, gaji, status dan lain-lain. Indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel karir objektif adalah gaji, promosi, penghargaan, status dan

kesempatan karir.

 Karir Subyektif adalah cara individu memandang karirnya dari sisi perasaan individu. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel karir subjektif adalah pekerjaan,

perasaan terhadap karir, kualitas hidup, net working, keamanan, prospek karir,

(9)

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

Istilah lain dari Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah “extra-role

behavior”, atau juga dikenal sebagai “good citizenship behavior” dan “good soldier

syndrome”,organizational citizenship behavior is one form of prosocial behaviors.

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan kontribusi individu yang

melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan di-rewardoleh perolehan kinerja tugas. OCB

ini melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadivolunteer

untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur di tempat

kerja. Perilaku ini merupakan “nilai tambah karyawan”, dan merupakan salah satu bentuk

perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna membantu

(Aldag dan Reschke, 1997).

Organizational Citizenship Behavior(OCB) adalah perilaku bebas karyawan, yang

bukan merupakan bagian dari pekerjaan formalnya, tetapi dapat meningkatkan efektivitas

fungsi organisasi (Organ, 1998).

Organizational Citizenship Behavior(OCB) berkaitan dengan manifestasi seorang

karyawan sebagai makhluk sosial. OCB merupakan bentuk kegiatan sukarela dari

anggota organisasi yang mendukung fungsi organisasi. Perilaku ini diekspresikan dalam

bentuk tindakan-tindakan yang menunjukkan sikap tidak mementingkan diri sendiri dan

dan memberi perhatian pada orang lain. Karyawan yang memiliki OCB akan

mengendalikan perilakunya sendiri sehingga mampu memilih perilaku yang terbaik bagi

kepentingan organisasi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Organizational

Citizenship Behavior(OCB) merupakan :

1) Perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap

hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi

2) Perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan performance, tidak

diperintahkan secara formal

3) Tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward yang

formal.

Dimensi-dimensiOrganizational Citizenship Behavior

Secara umum, dimensi OCB dapat disimpulkan dalam lima (5) bentuk (Organ,

(10)

1. Altruism/ perilaku suka menolong (misalnya membantu saat rekan kerja tidak sehat).

Altruism merupakan perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada

tugas-tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional.

2. Conscientiousness / kesunguhan (misalnya lembur untuk menyelesaikan proyek).

Conscientiousnessberisi tentang kinerja dari prasyarat peran yang melebihi standar

minimum.

3. Civic Virtue/ kepentingan umum (misalnya rela mewakili perusahaan untuk program

bersama). Civic Virtue menunjukkan partisipasi sukarela dan dukungan terhadap

fungsi-fungsi organisasi baik secara profesional maupun sosial alamiah.

4. Sportmanship / sikap sportif (misalnya ikut menanggung kegagalan proyek tim yang

mungkin akan berhasil dengan mengikuti nasihat anggota). Sportmanship berisi

tentang pantangan-pantangan membuat isu-isu yang merusak meskipun merasa

jengkel.

5. Courtesy / sopan (misalnya memahami dan berempati walaupun saat dikritik).

Courtesymerupakan perilaku meringankan masalah-masalah yang berkaitan dengan

pekerjaan yang dihadapi orang lain.

Manfaat OCB

Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh OCB terhadap kinerja organisasi

(Podsakoff, dkk, 2000 dalam Hardaningtiyas, 2005) dapat disimpulkan manfaat OCB,

yaitu :

1) OCB meningkatkan produktivitas rekan kerja.

 Karyawan yang menolong rekan kerja lain akan mempercepat penyelesaian tugas rekan kerjanya dan pada gilirannya meningkatkan produktivitas rekan tersebut.

 Seiring dengan berjalannya waktu, perilaku membantu yang ditunjukkan karyawan akan membantu menyebarkan praktek yang baik ke selutuh unit kerja

atau kelompok.

2) OCB meningkatkan produktivitas manajer.

Karyawan yang menampilkan perilaku civic virtue (peran serta) akan membantu

manajer mendapatkan saran atau umpan balik yang berharga dari karyawan tersebut

untuk meningkatkan efektivitas unit kerja. Karyawan yang sopan, yang menghindari

terjadinya konflik dengan rekan kerja akan menolong manajer terhindar dari krisis

manajemen.

(11)

 Jika karyawan saling tolong-menolong dalam menyelesaikan masalah dalam suatu pekerjaan sehingga tidak perlu melibatkan manajer, konsekuensinya

manajer dapat memakai waktunya untuk melakukan tugas lain, seperti membuat

perencanaan.

 Karyawan yang menunjukkan conscientiousness (sikap teliti dan hati-hati) yang tinggi hanya membutuhkan pengawasan minimal dari manajer, sehingga manajer

dapat mendelegasikan tanggung jawab yang lebih besar kepada mereka. Ini

berarti lebih banyak waktu yang diperoleh manajer untuk melakukan tugas yang

lebih penting.

 Karyawan lama yang membantu karyawan baru dalam pelatihan dan melakukan orientasi kerja akan membantu organisasi mengurangi biaya untuk keperluan

tersebut.

 Karyawan yang menampilkan sportsmanship (sikap sportif) akan sangat menolong manajer untuk tidak menghabiskan waktu terlalu banyak untuk

berurusan dengan keluhan-keluhan kecil dari karyawan.

4) OCB membantu menghemat energi sumber daya yang langka untuk memelihara

fungsi kelompok

 Keuntungan dari perilaku menolong adalah meningkatkan semangat, moral dan kerekatan kelompok, sehingga anggota kelompok (atau manajer) tidak perlu

menghabiskan energi dan waktu untuk pemeliharaan fungsi kelompok

 Karyawan yang menampilkan perilakucourtesy(kesopanan) terhadap rekan kerja akan mengurangi konflik dalam kelompok, sehingga waktu yang dihabiskan untuk

menyelesaikan konflik manajemen berkurang.

5) OCB dapat menjadi sarana efektif untuk mengkoordinasi kegiatan-kegiatan kelompok

kerja.

 Menampilkan perilaku civic virtue (seperti menghadiri dan berpartisipasi aktif dalam pertemuan di unit kerjanya) akan membantu koordinasi antara anggota

kelompok, yang akhirnya secara potensial meningkatkan efektivitas dan efisiensi

kelompok.

 Menampilkan perilaku courtesy (misalnya saling memberi informasi tentang pekerjaan dengan anggota dari tim lain) akan menghindari munculnya masalah

yang membutuhkan waktu dan tenaga untuk diselesaikan.

6) OCB dapat meningkatkan kemampuan organisasi untuk menarik dan

mempertahankan karyawan terbaik.

7) OCB meningkatkan stabilitas kinerja organisasi.

8) OCB meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan

(12)

Motif-motif yang MendasariOrganizational Citizenship Behavior

Gambar berikut ini menunjukkan model OCB yang didasari oleh suatu motif.

Paradigma 1: OCB dan Motif Berprestasi

Ketika prestasi menjadi motif, OCB muncul karena perilaku tersebut dipandang

perlu untuk kesuksesan tugas tersebut. Perilaku seperti menolong orang lain, berusaha

untuk tidak mengeluh, berpartisipasi dalam rapat unit merupakan hal-hal yang dianggap

kritis terhadap keseluruhan prestasi tugas, proyek, tujuan atau misi. Pendek kata

”masyarakat yang memiliki motivasi berprestasi” memandang tugas dari prespektif

yang lebih menyeluruh. Hal-hal kecil yang membentuk OCB benar-benar dianggap

sebagai kunci kesuksesan.

Masyarakat yang berorientasi pada prestasi akan tetap menunjukkan OCB selama

cukup kesempatan untuk melakukannya. Masyarakat yang berorientasi pada prestasi

memperlihatkan OCB sebagai suatu kontribusi yang unik terhadap unit kerja, membantu

unit tersebut untuk bekerja lebih efisien. Masyarakat yang berorientasi pada prestasi,

termotivasi untuk memperbaiki performance di masa yang akan datang dan berusaha

(13)

tidak akurat atau tidak adil, ada kemungkinan masyarakat yang berorientasi pada

prestasi kehilangan ketertarikan untuk menampilkan OCB.

Paradigma 2: OCB dan Motif Afiliasi

Afiliasi merupakan kategori perilaku extra-role yang melibatkan OCB dan perilaku

prososial organisasi untuk membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain

atau organisasi. Masyarakat yang berorientasi pada afiliasi memperlihatkan OCB, sebab

mereka memperhatikan nilai orang lain dan hubungan kerjasama.

Masyarakat yang berorientasi pada afiliasi membantu orang lain karena mereka

membutuhkan bantuan, atau menyampaikan suatu informasi karena hal tersebut

menguntungkan penerima. Masyarakat ini akan bersungguh-sungguh karena seorang

(atasan atau pelanggan) membutuhkan mereka. Pada masyarakat yang berorientasi

pada afiliasi pemberian pelayanan terhadap orang lain merupakan prioritas utama. Hal ini

diduga berkaitan dengan nilai spiritual yang didukung oleh tingkat perkembangan moral

yang lebih tingggi.

Paradigma 3: OCB dan Motif Kekuasaan

Masyarakat yang berorientasi pada kekuasaan menganggap OCB sebagai alat

untuk mendapatkan kekuasaan dan status dengan figur otoritas dalam organisasi.

Tindakan-tindakan OCB didorong oleh suatu komitmen terhadap agenda karir seseorang.

Masyarakat yang berorientasi pada kekuasaan menolong orang lain, berkomunikasi lintas

departemen atau memberikan masukan dalam proses organisasi agar dapat terlihat

peran kekuasaannya. Masyarakat yang berorientasi pada kekuasaan menginvestasikan

modalnya dengan menampilkan OCB dan membangun landasan untuk kekuasaan

mereka melalui OCB.

Masyarakat yang berorientasi pada kekuasaan mungkin memiliki self-monitor yang

lebih tinggi, memiliki kemampuan untuk memeriksa suatu situasi dan menganggap

penyesuaian diri sebagai suatu yang penting. Masyarakat ini adalah masyarakat yang

cepat belajar. Masyarakat yang berorientasi pada kekuasaan mengkalkulasikan

kesempatan perilaku mereka, kemudian berjuang ”untuk organisasi” selama organisasi

tersebut membantu mereka mencapai agenda pribadi mereka.

(14)
(15)

Template:

C:\Users\lembah\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.d otm

Title: Subject:

Author: olivia Keywords:

Comments:

Creation Date: 27/11/2013 14:05:00 Change Number: 3

Last Saved On: 10/05/2015 22:36:00 Last Saved By: lembah

Total Editing Time: 31 Minutes

Last Printed On: 10/05/2015 22:36:00 As of Last Complete Printing

Number of Pages: 14

Number of Words: 2.826 (approx.)

Gambar

tabel di bawah ini :
Gambar berikut ini menunjukkan model OCB yang didasari oleh suatu motif.

Referensi

Dokumen terkait

8.1 Bahwa walaupun nilai HHI untuk pasar eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi melebihi 1800, namun karena pangsa cadangan dan pangsa produksi blok/wilayah kerja yang relatif

Tahap akhir adalah menyusun status kerusakan tanah dengan metode skoring frekuensi relatif (SFR), yaitu perbandingan jumlah sampel tanah yang tergolong rusak dari

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah

Sesuai dengan kebisaaan yang dilakukan oleh masyarakat Samin dahulu, ketika mereka berkomunikasi dengan sesama masyarakat Samin atau orang luar pasti menggunakan bahasa

Pengumpulan data untuk penelitian ini difokuskan pada harga saham penutupan mingguan untuk masing-masing saham yang masuk menjadi sampel yaitu saham-saham pada

5.) Menampilkan sebagian dongeng pada digital yang disajikan layaknya bacaan bergambar yang tercetak- dilengkapi gambar dan teks cerita di setiap halaman. Ada pula

Berdasarkan analisis bivariat dan analisis multivariat logistik regresi didapatkan bahwa peran PMO yang kurang baik mempunyai kecenderungan/berisiko untuk menyebabkan penderita