commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
GALERI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
SURAKARTA
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
DISUSUN OLEH :
BONIFATIA PREVIANA PRASASTI
I 0208036
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR SKEMA ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN 1.1Judul ... 1
1.2 Pengertian Judul ... 1
1.3Latar Belakang Masalah ... 4
1.4Permasalahan dan Persoalan... 6
1.4.1 Permasalahan ... 6
1.4.2 Persoalan ... 6
1.5 Tujuan dan Sasaran ... 6
1.5.1 Tujuan ... 6
1.5.2 Sasaran ... 7
1.6 Lingkup dan Batasan Pembahasan ... 7
1.7 Metode Pembahasan... 8
1.7.1 Pendataan ... 8
1.7.2 Tahap Pembahasan ... 9
1.7.3 Tahapan Perumusan konsep ... 9
1.8 Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Galeri ... 12
2.1.1 Esensi Galeri ... 12
2.1.2 Tinjauan Fungsional Galeri ... 15
2.1.3 Preseden Galeri ... 18
commit to user
vii
2.2.1 Esensi Pariwisata ... 19
2.2.2 Strategi Promosi Pariwisata ... 20
2.2.3 Contoh Pameran Pariwisata ... 21
2.2.4 Galeri Pariwisata ... 21
2.2.5 Preseden Galeri Pariwisata ... 22
2.3 Tinjauan Kebudayaan ... 22
2.3.1 Esensi Kebudayaan ... 22
2.3.2 Pelestarian Kebudayaan melalui Pariwisata ... 23
2.3.3 Preseden Galeri Pariwisata dan Kebudayaan ... 24
2.4 Tinjauan Neo Vernakular... 25
2.4.1 Esensi Arsitektur Vernakular ... 25
2.4.2 Esensi Arsitektur Neo Vernakular ... 26
2.4.3 Preseden Galeri Pariwisata dan Kebudayaan dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular ... 28
BAB III: TINJAUAN KOTA SURAKARTA 3.1 Tinjauan Kota Surakarta ... 30
3.2 Potensi Kebudayaan Kota Surakarta ... 32
3.3 Potensi Pariwisata Kota Surakarta ... 32
3.4 Rencana Pengembangan Kota Surakarta ... 34
3.4.1 Pengembangan Sub Wilayah Pengembangan (RUTRK 1993-2013) ... 34
3.5 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta ... 35
3.6 Informasi Pariwisata dan Kebudayaan di Surakarta ... 36
3.7 Kebutuhan Galeri di Surakarta ... 40
3.8 Lokasi Site Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ... 41
BAB IV : BANGUNAN YANG DIRENCANAKAN 4.1 Perencanaan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan di Surakarta ... 43
4.2 Maksud, Tujuan, Fungsi, dan Misi... 43
4.2.1 Maksud dan Tujuan ... 43
4.2.2 Fungsi ... 44
4.2.3 Misi ... 44
4.3 Struktur Organisasi Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ... 46
commit to user
viii
4.5 Pelaku Kegiatan ... 48
4.6 Kondisi Site ... 48
4.7 Bangunan yang Direncanakan ... 49
4.7.1 Aspek Desain Bangunan ... 49
4.7.2 Penerapan Arsitektur Neo Vernakular pada Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta... 51
BAB V: ANALISIS KONSEP PERANCANGAN 5.1 Analisa Galeri Pariwisata dan Kebudayaan yang Direncanakan ... 53
5.1.1 Fungsi Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ... 53
5.1.2 Analisa Kelompok Kegiatan... 53
5.1.3 Analisa Pelaku Kegiatan ... 55
5.1.4 Analisa Kebutuhan Ruang ... 59
5.1.5 Analisa Karakteristik Kegiatan ... 62
5.1.5.1 Kegiatan pada Galeri... 62
5.1.5.2 Kegiatan pada Perpustakaan ... 65
5.1.5.3 Kegiatan pada Ruang Audio Visual... 67
5.1.5.4 Kegiatan pada fasilitas penunjang... 69
5.1.5.5 Kegiatan pada fasilitas servis ... 71
5.1.5.6 Kegiatan pada fasilitas pengelola ... 72
5.1.6 Analisa Besaran Ruang ... 73
5.1.7 Analisa Pola Hubungan Ruang... 82
5.1.8 Analisa Orientasi Bangunan ... 96
5.1.9 Analisa Persyaratan Ruang ... 102
5.1.10 Analisa Pendekatan Bentuk Massa Bangunan ... 106
5.1.11 Analisa Interior Bangunan ... 112
BAB VI: KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SURAKARTA 6.1 Konsep Makro ... 116
6.1.1 Eksisting Site ... 116
6.1.2 Pengolahan Site ... 117
6.2 Konsep Mikro ... 120
commit to user
ix
6.2.2 Besaran ruang ... 122
6.2.3 Organisasi Ruang ... 124
6.2.3.1 Organisasi Ruang Makro ... 124
6.2.3.2 Organisasi Ruang Mikro ... 124
6.2.4 Massa Bangunan ... 126
6.2.5 Material Bangunan ... 127
6.2.6 Struktur ... 128
6.2.7 Utilitas ... 128
6.2.8 Pencahayaan ... 132
6.2.9 Penghawaan ... 133
DAFTAR PUSTAKA ... xv
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Galeri Soemardja ... 19
Gambar 2.2 Pameran Wisata... 21
Gambar 2.3 Dago Tea House ... 25
Gambar 2.4 Bentara Budaya Jakarta ... 29
Gambar 3.1 Lokasi Surakarta ... 31
Gambar 3.2 Peta Rencana Struktur Tata Guna Tanah ... 35
Gambar 3.3 Peta Lokasi Wisata Surakarta... 41
Gambar 5.1 Posisi antri ... 62
Gambar 5.2 Sudut pandang pengguna galeri ... 63
Gambar 5.3 Posisi pada pelayanan informasi ... 64
Gambar 5.4 Posisi pada saat duduk santai ... 64
Gambar 5.5 Posisi pada Front Desk ... 65
Gambar 5.6 Posisi pada ruang koleksi ... 66
Gambar 5.7 Meja Komputer ... 66
Gambar 5.8 Meja baca ... 67
Gambar 5.9 Tempat duduk penonton 1 ... 68
Gambar 5.10 Tempat duduk penonton 2 ... 68
Gambar 5.11 Ruang tunggu ... 69
Gambar 5.12 Area Kuliner ... 69
Gambar 5.13 Area penjualan souvenir ... 70
Gambar 5.14 Posisi saat sholat ... 71
Gambar 5.15 Kloset ... 71
Gambar 5.16 ukuran mobil ... 71
Gambar 5.17 Jarak meja kerja ... 72
Gambar 5.18 Jarak rak arsip ... 73
Gambar 5.19 Lokasi Site ... 94
Gambar 5.20 Batas-Batas Site ... 95
Gambar 5.21 Analisa Sirkulasi Kendaraan di Sekitar Site ... 96
Gambar 5.22 Main Entrance Site ... 97
Gambar 5.23 Analisa Noise ... 98
commit to user
xi
Gambar 5.25 View... 99
Gambar 5.26 Analisa Matahari ... 100
Gambar 5.27 Analisa Angin ... 101
Gambar 5.28 Barier Angin dan Debu... 101
Gambar 5.29 Zonifikasi ... 102
Gambar 5.30 Pencahayaan Alami ... 103
Gambar 5.31 Lampu TL ... 103
Gambar 5.32 Spotlight ... 104
Gambar 5.33 Perletakan Massa Bangunan ... 107
Gambar 5.34 Pondasi footplate... 109
Gambar 5.35 Penyaluran listrik ... 111
Gambar 5.36 Benda pameran 3 dimensi ... 113
Gambar 5.37 Benda pameran 2 dimensi ... 113
Gambar 5.38 Penataan bidang pameran ... 114
Gambar 5.39 Ruang audio visual ... 114
Gambar 5.40 Ruang koleksi perpustakaan... 114
Gambar 5.41 Ruang baca perpustakaan ... 115
Gambar 5.42 Fasilitas komputer perpustakaan ... 115
Gambar 6.1 Batas site... 117
Gambar 6.2 Orientasi bangunan ... 118
Gambar 6.3 Pencapaian ... 119
Gambar 6.4 Zoning... 120
Gambar 6.5 Tata massa bangunan ... 126
Gambar 6.6 Material bangunan ... 128
Gambar 6.7 Pondasi dan struktur rangka ... 128
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Kependudukan ... 30
Tabel 3.2 Kegiatan Kepariwisataan Surakarta 2012 ... 32
Tabel 3.3 Dominasi Pemanfaatan Ruang Oleh Kegiatan Kota... 35
Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Pelayanan Informasi ... 59
Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang Fasilitas Penunjang ... 60
Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Fasilitas Servis ... 61
Tabel 5.4 Kebutuhan Ruang Pengelolaan ... 61
Tabel 5.5 Besaran Ruang ... 74
Tabel 5.10 Total Besaran Ruang ... 82
Tabel 5.7 Notasi Analisis Model Matriks ... 83
Tabel 5.8 Notasi Analisis Model Gelembung... 83
Tabel 5.9 Keterangan Notasi Warna Kelompok Kegiatan... 84
Tabel 5.10 Notasi Analisis Model Matriks ... 87
Tabel 6.1 Kebutuhan Ruang Fasilitas Pelayanan Informasi ... 120
Tabel 6.2 Kebutuhan Ruang Fasilitas Penunjang ... 121
Tabel 6.3 Kebutuhan Ruang Fasilitas Servis ... 121
Tabel 6.4 Kebutuhan Ruang Pengelolaan ... 122
Tabel 6.5 Besaran Ruang Fasilitas Pelayanan Informasi ... 122
Tabel 6.6 Besaran Ruang Fasilitas Penunjang ... 122
Tabel 6.7 Besaran Ruang Fasilitas Servis ... 123
Tabel 6.8 Besaran Ruang Fasilitas Pengelola ... 123
commit to user
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta .... 46
Bagan 5.1 Kegiatan pelayanan informasi ... 55
Bagan 5.2 Pola kegiatan staff ... 55
Bagan 5.3 Pola kegiatan pengunjung ... 55
Bagan 5.4 Pola kegiatan pengunjung perpustakaan ... 56
Bagan 5.5 Pola kegiatan pengunjung ruang audio visual ... 56
Bagan 5.6 Pola kegiatan staff fasilitas penunjang ... 56
Bagan 5.7 Pola kegiatan pengunjung fasilitas penunjang ... 57
Bagan 5.8 Pola kegiatan servis ... 57
Bagan 5.9 Pola kegiatan pengelolaan ... 57
Bagan 5.10 Pola kegiatan direktur pengelola ... 58
Bagan 5.11 Pola kegiatan kepala bagian ... 58
Bagan 5.12Pola kegiatan staff ... 58
Bagan 5.13 Pola kegiatan tamu ... 59
Bagan 5.14 Organisasi Ruang Makro ... 86
Bagan 5.15 Organisasi Ruang Pelayanan Informasi ... 89
Bagan 5.16 Organisasi Ruang Fasilitas Penunjang ... 90
Bagan 5.17 Organisasi Ruang Fasilitas Servis ... 92
Bagan 5.18 Organisasi Ruang Pengelola ... 93
Bagan 6.1 Organisasi Ruang Makro... 124
Bagan 6.2 Organisasi Ruang Pelayanan Informasi ... 124
Bagan 6.3 Organisasi Ruang Fasilitas Penunjang ... 125
Bagan 6.4 Organisasi Ruang Fasilitas Servis ... 125
Bagan 6.5 Organisasi Ruang Pengelola ... 126
Bagan 6.6 Distribusi Air Kotor Dalam Bangunan Utama ... 129
commit to user
xiv
DAFTAR SKEMA
Skema 5.1 Pola Hubungan Makro Antar Kelompok Kegiatan dengan Model
Matriks ... 84
Skema 5.2 Pola Hubungan Ruang Makro ... 86
Skema 5.3 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Makro ... 86
Skema 5.4 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Pelayanan Informasi dengan Model
Matriks ... 88
Skema 5.5 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang Pelayanan Informasi ... 88
Skema 5.6 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Penunjang dengan Model Matriks
... 89
Skema 5.7 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang pada Fasilitas Penunjang ... 90
Skema 5.8 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Servis dengan Model Matriks ... 91
Skema 5.9 Diagram Bubble Pola Hubungan Ruang pada Fasilitas Servis ... 91
Skema 5.10 Pola Hubungan Mikro Kegiatan Pengelolaan dengan Model Matriks
... 92
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
baik. Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir yang berjudul Galeri
Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo
Vernakular ini diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik
Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Ir. Moh. Muqoffa, MT , selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir. Marsudi, MT , selaku Pembimbing Akademis.
3. Yosafat Winarto, ST, MT, selaku koordinator Panitia Tugas Akhir
4. Dr.Titis Srimuda P., ST, M.Trop.Arch, selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir
5. Ir. Untung Joko Cahyono, M.Arch, selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir
Penulis menyadari bahwa Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas
Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran,
kritik, dan masukan yang membangun untuk penyusunan selanjutnya. Akhir kata
semoga Konsep Perencanaan dan Perancangan Tugas Akhir ini memberikan
manfaat bagi kita semua.
Surakarta, Juli 2012
commit to user
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Tuhan Yesus Kristus yang
telah memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada saya selama menyelesaikan
study di UNS ini sehingga bisa saya selesaikan selama 4 tahun dengan baik dan
lancar, tanpa berkat-Nya hari ini tidak akan pernah ada.
Terimakasih untuk Papa dan Mama tercinta yang telah mendukung
secara total mulai dari pertama masuk kuliah hingga lulus, terimakasih untuk doa,
dukungan, dan semangat yang selama ini telah diberikan, mungkin tidak akan
cukup hanya dengan kata-kata ini untuk mengungkapkan begitu besar rasa
terimakasih yang saya rasakan, maaf jika selama ini saya belum bisa menjadi
yang terbaik seperti yang papa dan mama harapkan, tapi saya akan tetap berusaha
menjadi putri tunggal kalian yang terbaik.
Terimakasih untuk seluruh keluarga besar yang telah mendukung saya
dengan doa, semangat, dan bantuannya. Terimakasih Eyang, Bulik-bulik,
Om-om dan semua yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang sudah
mendoakan, menyemangati, membantu, dan menasehati saya, kebaikan ini tidak
akan pernah saya lupakan.
Terimakasih untuk Pak Titis dan Pak Untung atas bimbingan dan ilmu
yang telah diberikan selama ini, tidak akan pernah saya lupakan ajaran dan
nasehat bapak yang pasti akan sangat berguna untuk masa depan saya.
Terimakasih untuk Seluruh Dosen Jurusan Arsitektur FT UNS yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bimbingannya selama saya kuliah di
UNS.
Terimakasih untuk My Hunny Alexander Vendi yang jauh disana,
terimakasih ya buat doanya, semangatnya, dan kesabarannya saat aku baru banyak
pikiran jadi agak gampang emosi, u’re the best for me.
Terimakasih untuk Sahabatku Wahyu Yuliasari yang selalu ada saat aku
butuh bantuan, terimakasih banyak bantuannya yang dari awal TA sampai
commit to user
v
nemenin aku kemana-mana, maaf sudah merepotkan tanpa bantuanmu TA ku gak
selesai, besok aku bantuin gantian waktu kamu TA, semangat ya!
Terimakasih untuk Sahabat Seperjuanganku Theresia Emi dan Cici,
terimakasih atas saran, bantuan, dan semangatnya selama ini, suka duka selama
TA kita lalui bersama semoga bisa menjadi kenangan yang manis untuk hidup
kita, sukses terus buat kalian!
Terimakasih untuk Sahabat-sahabat terbaikku Lusia, Lia, Dewi
terimakasih untuk kebersamaan kita selama ini semoga tidak berakhir disini tetapi
terus selamanya, terimakasih juga atas semangatnya buat aku, semangat juga buat
kalian, semoga cepat menyusul, semangat ya dalam berjuang menyelesaikan
kuliah.
Terimakasih untuk Mas Aryanto dkk atas bantuan maket dan rendering
nya, keren banget!
Terimakasih untuk Teman-teman seperjuangan Studio TA Periode 126
atas kebersamaan yang singkat selama masa studio, sukses terus untuk kalian!
Terimakasih untuk Teman-teman Angkatan 2008 atas kebersamaannya
selama kuliah di Arsitektur UNS, tetap semangat dan sukses untuk kita semua!
Terimakasih untuk Semua orang yang telah membantuku yang tidak
commit to user
Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta
Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular
Bonifatia Previana Prasasti
I0208036
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Abstrak
Kota Surakarta merupakan lokasi yang strategis karena merupakan jalur
Surabaya-Semarang dan Yogyakarta-Bali hal ini menjadikan kota Surakarta
sebagai daerah tujuan wisata, walaupun dengan length of stay yang rata-rata
selama 1 sampai 2 hari. Untuk menarik para wisatawan yang datang ke Surakarta
diperlukan sebuah wadah kegiatan yang mampu memberikan informasi mengenai
pengenalan akan potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta secara
utuh. Salah satu cara untuk memberikan informasi sekaligus mempromosikan
potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta ini adalah dengan mengenalkan
potensi-potensi tersebut secara langsung pada wisatawan melalui pameran, foto
dokumentasi, serta informasi mengenai lokasi-lokasi pariwisata yang ada di
Surakarta. Pengenalan akan potensi Surakarta tidak cukup dengan pemberian
informasi saja tetapi mengajak wisatawan untuk merasakan nuansa Surakarta
yang kental akan kebudayaan Jawa yang telah mengakar dalam diri
masyarakatnya dengan masih dipertahankannya bentuk bangunan tradisional Jawa
di tengah perkembangan teknologi yang semakin maju. Dengan adanya Galeri
Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta ini diharapkan dapat membantu dalam
pemberian informasi sekaligus promosi mengenai potensi pariwisata dan
kebudayaan di Surakarta serta ikut melestarikan kebudayaan Surakarta dengan
menghadirkan nuansa Surakarta pada bangunan melalui pemakaian elemen
bangunan tradisional Jawa dan menerapkannya pada bentuk bangunan modern
yang kekinian serta tetap memperhatikan keselarasan bangunan sehingga tidak
terlihat seperti tempelan bangunan yang kurang unity melainkan berupa bangunan
yang atraktif untuk menarik wisatawan yang datang berkunjung.
commit to user
Abstract
Surakarta is a strategic location because it is a path-Semarang and Surabaya,
Yogyakarta Bali it makes the city of Surakarta as a tourist destination, although
the length of stay on average for 1 to 2 days. To attract the tourists who come to
the Surakarta needed a vessel activity that is able to provide information
regarding the recognition of the potential of tourism and culture in Surakarta in
their entirety. One way to provide information and promote tourism and cultural
potential in Surakarta is to introduce potential tourists directly in through the
exhibition, photo documentation, and information on tourist sites in Surakarta.
Recognition of the potential Surakarta is not enough to only providing
information but invites travelers to experience the feel of a thick Surakarta
Javanese culture that has taken hold in communities by still retaining the
traditional building form of Java in the development of increasingly advanced
technology. With the Surakarta Culture and Tourism Gallery is expected to assist
in the provision of information as well as promotion of tourism and cultural
potential in Surakarta and help preserve the culture of Surakarta with the feel of
the building through the use of Javanese traditional building elements and apply
them to contemporary forms of modern buildings and fixed attention to the
harmony of the building so it does not look like a patch of buildings that lack unity
but in the form of an attractive building to attract tourists who come to visit.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini mengungkapkan tentang pengertian judul, latar belakang masalah,
permasalahan, persoalan, serta tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam
mewujudkan perancangan sebuah wadah promosi serta informasi pariwisata dan
kebudayaan di Surakarta.
1.1Judul
Judul tugas akhir ini adalah Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta
Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular.
1.2 Pengertian Judul
Pengertian galeri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah lorong
sempit dan panjang atau ruang pamer yang memberikan nuansa karakteristik
khusus terhadap benda-benda yang dipamerkan atau diinformasikan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua, Jakarta:Balai Pustaka, hal108). Sementara
itu, pengertian galeri dalam arsitektur adalah sebuah ruang yang digunakan untuk
menyajikan hasil karya seni, sebuah area memajang aktivitas publik, area publik
yang kadangkala digunakan untuk keperluan khusus (www.rac.uii.ac.id ,
diakses15 Maret 2012 pukul 22.00 WIB). Dalam hal ini galeri memiliki arti yaitu
tempat untuk memamerkan hasil karya seni dan kebudayaan masyarakat
Surakarta, sekaligus sebagai sarana untuk memperoleh informasi mengenai
potensi pariwisata dan kebudayaan Surakarta secara utuh bagi wisatawan baik dari
dalam maupun luar kota Surakarta.
Menurut Undang- Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
commit to user
2
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (http://id.wikipedia.org/ , diakses
9April 2012 pukul 21.20 WIB). Dalam hal ini Surakarta merupakan daerah tujuan
wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar dan merupakan
kota yang memiliki banyak potensi pariwisata, jika potensi ini dikembangkan
hasilnya dapat mempengaruhi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),
sehingga secara langsung dapat menunjukkan kemampuannya sebagai daerah
otonom. Oleh karena itu dengan adanya galeri pariwisata dan kebudayaan ini
diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk berwisata di Surakarta sehingga
potensi pariwisata di Surakarta dapat semakin berkembang dengan cara
memberikan informasi yang lengkap dan utuh kepada wisatawan tentang potensi
pariwisata yang ada di Surakarta.
Pengertian kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia (http://id.wikipedia.org/ , diakses 15 Maret 2012 pukul 21.53
WIB). Dalam hal ini kota Surakarta dikenal sebagai kota pusat kebudayaan Jawa
karena sampai saat ini masih banyak festival kebudayaan yang diselenggarakan
setiap tahunnya. Dengan adanya galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta
diharapkan dapat memberikan informasi kegiatan yang berkaitan dengan
kebudayaan di kota Surakarta, potensi budaya yang ada di Surakarta secara utuh
dan lengkap melalui pameran dokumentasi, serta pemutaran film dokumenter
commit to user
3
agar semakin banyak orang yang mengetahui dan mengenal potensi kebudayaan
yang ada di kota Surakarta.
Dalam bidang arsitektur terdapat istilah vernakular yang berarti bahasa
setempat. Istilah ini untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan unsur-unsur
budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik
arsitektural (tata letak denah, struktur, detail-detail bagian, ornamen, dan
sebagainya) (Yulianto Sumalyo, 1996:576). Pada era arsitektur post modern
muncul istilah arsitektur neo vernakular yaitu suatu gaya arsitektur yang
membawa bentuk tradisional ke dalam bentuk bangunan yang kekinian yaitu suatu
bentuk yang dianggap benar untuk arsitektur saat ini, bukan untuk arsitektur
lampau atau yang akan datang. Dalam hal ini penerapan arsitektur neo vernakular
pada galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta memiliki tujuan turut
melestarikan kebudayaan Surakarta dalam hal bangunan tradisional yang
diterapkan dalam bentuk bangunan modern yang kekinian untuk menarik
wisatawan baik dari dalam maupun luar kota Surakarta agar datang serta dapat
mengenal potensi pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta.
Pengertian dari Galeri Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan
Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular adalah sebuah wadah yang berfungsi
mewadahi seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penyampaian informasi
pariwisata dan kebudayaan kota Surakarta termasuk potensi-potensi yang ada di
dalamnya secara utuh berupa galeri dengan menerapkan unsur-unsur budaya,
lingkungan, termasuk iklim setempat yang diungkapkan dalam bentuk fisik
commit to user
4
1.3 Latar Belakang
Kota Surakarta merupakan lokasi yang strategis karena merupakan jalur
Surabaya-Semarang dan Yogyakarta-Bali sehingga setiap saat kota ini menjadi
sangat ramai. Posisi ini memungkinkan kota ini menjadi tempat kunjungan dan
transit bagi masyarakat luar kota Surakarta ( http://id.wikibooks.org , diakses 15
Maret 2012 Pukul 21.41 WIB). Dengan letaknya yang strategis, jaringan
transportasi yang baik, serta terdapat berbagai lokasi wisata antara lain
bangunan-bangunan bersejarah, wisata kuliner, produk kesenian dan lokasi hiburan maka hal
ini menjadikan kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata, walaupun dengan
length of stay yang rata-rata selama 1 sampai 2 hari (Dinas Pariwisata Surakarta,
2008:5).
Untuk menarik para wisatawan yang ada di Surakarta maka diperlukan
sebuah wadah kegiatan yang mampu memberikan informasi mengenai pengenalan
akan potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di Surakarta secara utuh agar
para wisatawan tersebut tertarik untuk mengunjungi lokasi wisata di Surakarta
atau ikut menyaksikan festival kebudayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya
dan tinggal lebih lama di Surakarta sehingga dapat meningkatkan pendapatan
daerah Surakarta. Salah satu cara untuk memberikan informasi sekaligus
mempromosikan potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta ini adalah
dengan mengenalkan potensi-potensi tersebut secara langsung pada wisatawan
melalui pameran berbagai benda hasil kerajinan khas Surakarta (batik, gamelan,
wayang, dan sebagainya), foto dokumentasi festival kebudayaan yang
diselenggarakan di Surakarta, serta informasi mengenai lokasi-lokasi pariwisata
commit to user
5
Pengenalan mengenai potensi kebudayaan Surakarta tidak terbatas hanya
melalui cara penyampaian informasi secara utuh kepada wisatawan saja
melainkan juga dengan mengajak wisatawan merasakan nuansa Surakarta yang
dihadirkan dalam wadah kegiatan pelayanan informasi tersebut. Hingga saat ini
sebagian besar masyarakat Surakarta masih banyak berpegang pada nilai-nilai
tradisional Jawa, terlihat dari bangunan yang ada di Surakarta masih banyak yang
mempertahankan bentuk bangunan tradisional Jawa meskipun saat ini kemajuan
teknologi berkembang sangat pesat. Banyak bangunan modern di Surakarta yang
masih tetap berusaha mempertahankan bentuk bangunan tradisional Jawa dengan
memakai elemen-elemen tradisional Jawa pada bangunannya, hal ini
membuktikan bahwa kebudayaan Jawa telah mengakar dalam diri masyarakat
Surakarta. Tetapi tidak sedikit pula bangunan modern di Surakarta yang
menggunakan elemen tradisional Jawa sebagai tempelan bangunan saja sehingga
terlihat kurang unity dengan bentuk bangunan itu sendiri. Hal ini mendorong
penulis untuk merancang sebuah bangunan galeri pariwisata dan kebudayaan
Surakarta yang berperan dalam pemberian informasi sekaligus promosi mengenai
potensi pariwisata dan kebudayaan di Surakarta serta ikut melestarikan
kebudayaan Surakarta dengan menghadirkan nuansa Surakarta pada bangunan
melalui pemakaian elemen bangunan tradisional Jawa dan menerapkannya pada
bentuk bangunan modern yang kekinian serta memperhatikan keselarasan
bangunan sehingga tidak terlihat seperti tempelan bangunan yang kurang unity
melainkan berupa bangunan yang atraktif untuk menarik wisatawan yang datang
commit to user
6
1.4Permasalahan dan Persoalan
1.4.1 Permasalahan
Merancang sebuah galeri pariwisata dan kebudayaan di kota Surakarta
yang dapat memberikan fasilitas informasi sekaligus promosi mengenai potensi
pariwisata dan kebudayaan yang ada di kota Surakarta secara utuh dalam suatu
bentuk arsitektur yang memiliki kaidah tradisional Jawa yang diterapkan dalam
bentuk bangunan modern yang kekinian dan sesuai dengan aktivitas serta fungsi
kegiatan saat ini, sehingga bisa menarik wisatawan untuk datang berkunjung.
1.4.2 Persoalan
Dari kajian permasalahan di atas, maka muncul persoalan sebagai berikut.
1) Perencanaan penzonningan, jenis kegiatan, pola kegiatan, besaran ruang, dan
pola hubungan ruang yang sesuai dengan persyaratan bangunan galeri
sehingga dapat menimbulkan kenyamanan bagi pengguna;
2) Perencanaan sistem utilitas, tata landscape, dan sirkulasi yang dapat
mendukung kegiatan dalam bangunan antara lain dengan penentuan Main
Entrance dan Side Entrance;
3) Penentuan bentuk dan tata massa bangunan. Dalam hal ini menggunakan
pendekatan arsitektur neo vernakular yaitu dengan mengaplikasikan bentuk
bangunan tradisional Surakarta ke dalam bentuk bangunan modern yang
kekinian.
1.5 Tujuan dan Sasaran
1.5.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merumuskan solusi desain galeri
commit to user
7
informasi sekaligus promosi pariwisata dan potensi budaya yang ada di Surakarta
dengan pendekatan arsitektur neo vernakular untuk ikut melestarikan kebudayaan
Jawa melalui pemakaian elemen tradisional Jawa pada bangunan modern yang
kekinian sehingga tercipta bangunan yang atraktif untuk menarik wisatawan agar
datang berkunjung.
1.5.2 Sasaran
1) Konsep penzonningan, jenis kegiatan, pola kegiatan, besaran ruang, dan pola
hubungan ruang sesuai dengan persyaratan bangunan galeri untuk
menciptakan kenyamanan bagi aktifitas pengguna;
2) Konsep sistem utilitas, tata landscape, dan sirkulasi meliputi penempatan
Main Entrance dan Side Entrance sehingga dapat mendukung kegiatan yang
ada dalam galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta;
3) Konsep bentuk dan tata massa galeri pariwisata dan kebudayaan di kota
Surakarta dengan pendekatan arsitekur neo vernakular yang menimbulkan
kesan atraktif untuk menarik pengunjung.
1.6 Lingkup dan Batasan Pembahasan
Batasan yang akan dibahas dalam konsep ini merupakan kendali dari tugas
arsitek agar bahasan tidak terlalu luas. Batasan tersebut antara lain teori yang
diambil berkaitan dengan pendekatan arsitektur neo vernakular yaitu menerapkan
elemen bangunan tradisional Jawa pada bangunan modern yang kekinian,
penjelasan mengenai bangunan tradisional Jawa tidak terperinci hanya mengenai
ciri-ciri dan jenis bangunan, kemudian penjelasan pariwisata dan kebudayaan
yang ada di Surakarta, serta kelemahan dan keunggulan potensi pariwisata dan
commit to user
8
1.7 Metode Pembahasan
1.7.1 Pendataan
Pengumpulan data-data melalui beberapa cara sebagai berikut.
1) Studi literatur
Studi Literatur yang diperoleh dari buku dan sumber referensi lain untuk
mendapatkan data sebagai berikut.
a) Potensi pariwisata dan kebudayaan Surakarta.
b) Teori mengenai pariwisata dan kebudayaan.
c) Teori arsitektur neo vernakular.
d) Persyaratan perancangan galeri.
2) Observasi langsung
Pengamatan langsung ke lapangan yaitu kawasan yang meliputi Jl. Slamet
Riyadi di sebelah selatan, Jl. Kartini di sebelah timur, Jl. Jawa di utara site, dan Jl.
Jawa IV di sebelah barat. Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan data
sebagai berikut.
a) Data eksisting kawasan Jl. Slamet Riyadi
b) Kondisi, potensi, dan permasalahan yang ada di kawasan tersebut dan
sekitarnya.
3) Studi dokumen
Untuk mendapatkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata kota
Surakarta mengenai potensi pariwisata dan kebudayaan yang ada di kota
Surakarta. Serta data-data yang mendukung tema sebagai berikut.
a) Rencana Umum Tata Ruang Kota Kotamadya Surakarta 1993-2013.
commit to user
9 4) Studi banding
Mencari data-data obyek sejenis untuk bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan dan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta.
5) Internet
Mencari tambahan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam proses
perencanaan dan perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta.
1.7.2 Tahap Pembahasan
Dilakukan melalui metode analisis – sintesis melalui tahap-tahap:
identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan perancangan galeri pariwisata
dan kebudayaan Surakarta, pengkajian teori yang diambil untuk mendukung
perancangan galeri pariwisata dan kebudayaan Surakarta antara lain teori
mengenai arsitektur Neo Vernakular dan persyaratan perancangan sebuah galeri,
analisis/pembahasan, sintesis/penarikan kesimpulan (konsep perancangan).
1.7.3 Tahapan Perumusan Konsep
Kesimpulan yang didapat dari proses analisis dan sintesis yang digunakan
untuk mendapatkan konsep yang mengarah pada perencanaan desain galeri
pariwisata dan kebudayaan Surakarta dengan pendekatan arsitektur Neo
Vernakular.
1.8 Sistematika Pembahasan
BAB I Pendahuluan
Mengungkapkan permasalahan dan persoalan galeri pariwisata dan
kebudayaan di kota Surakarta yang akan dirancang berdasarkan
commit to user
10
hendak dicapai, lingkup pembahasan, metode penyelesaian, serta
sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi tinjauan pustaka yang mengungkapkan tentang segala yang terkait
dengan galeri, kepariwisataan, dan kebudayaan, studi banding serta
memberi tinjauan secara umum mengenai perkembangan tentang
arsitektur neo vernakular.
BAB III Tinjauan Khusus Kota Surakarta
Memaparkan mengenai tinjauan kota Surakarta sebagai lokasi yang akan
dipilih sebagai acuan strategi desain untuk bangunan Galeri Pariwisata
dan Kebudayaan Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Neo
Vernakular.
BAB IV Bangunan yang Direncanakan
Mengemukakan tentang garis besar dasar-dasar perencanaan Galeri
Pariwisata dan Kebudayaan Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Neo
Vernakular.
BAB V Analisa Perencanaan dan Perancangan
Mengungkapkan analisis perencanaan dan perancangan galeri pariwisata
dan kebudayaan di kota Surakarta sebagai usaha dari pemecahan
permasalahan arsitektur dan persoalan desain, dengan meninjau pada
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai berdasarkan data informasi yang
diperoleh.
BAB VI Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan Galeri Pariwisata dan
commit to user
11
Menyajikan konsep desain, hasil dari pembahasan analisa yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya yang digunakan sebagai dasar
perancangan desain fisik bangunan Galeri Pariwisata dan Kebudayaan
commit to user
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tinjauan pustaka mengenai galeri, pariwisata,
kebudayaan, dan teori Neo Vernakular.
2.1 Tinjauan Galeri
2.1.1 Esensi Galeri
Museum dan galeri mempunyai beberapa kesamaan dalam mengelola
kebutuhan ruangnya. Secara umum tujuan utama dari galeri adalah sebagai sarana
koleksi, mendokumentasi, memajang, riset, interpretasi dan pameran terhadap
obyek-obyek khusus. dengan kompleksnya aktifitas yang dijalankan, maka
membutuhkan banyak bidang keahlian dalam mengelola sebuah galeri. Beberapa
aturan dan gambaran umum aktifitas dari museum dan galeri dapat dilihat di
beberapa standar sebagai berikut.
1) Komponen Pembentuk Ruang
a) Lantai
Lantai berfungsi untuk mendukung beban yang datang dari benda-benda
yang ada pada galeri, manusia dengan segala aktivitas di dalamnya, dan kerangka
itu harus mampu dan kuat memikul beban mati atau hidup, lalu lintas manusia,
dan lain-lain yang menumpanginya. Yang perlu diperhatikan dalam perancangan
lantai dijelaskan sebagai berikut.
a. Fungsi lantai sebagai bidang datar yang digunakan untuk memenuhi aktifitas
commit to user
13
b. Sifat lantai yaitu dapat membentuk sifat ruang sesuai dengan fungsi ruang
tersebut dengan membuat penaikan atau penurunan ketinggian lantai. Lantai
dapat dibuat permanen atau semi permanen.
c. Konstruksi lantai dengan memperhatikan bagaimana lantai itu dipasang dan
menempel, sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau panas yang
berlebihan (Ken Sunarko, 1989 : 39).
Syarat lantai pada ruang pamer dijelaskan sebagai berikut.
a. Mudah dibersihkan dan kedap air.
b. Pemakaian bahan jenis keras.
c. Kelenturan tidak menimbulkan bunyi berisik dari hentakan kaki.
d. Disesuaikan dengan tema dan karakter ruang.
e. Tahan terhadap bahan kimia dan aus.
b) Dinding
Dinding adalah bidang vertikal yang membentuk ruang didalam
bangunan (Ken Sunarko, 1990 : 35). Syarat-syarat dinding pada ruang pamer
dijelaskan sebagai berikut.
a. Tinggi minimal 2 meter.
b. Tahan gesekan, tekanan, dan tumbukan.
c. Memiliki tingkat keamanan dan penyerapan akustik yang baik.
d. Tahan air, udara, dan mudah dalam perawatan.
e. Mudah diubah dan dipindah untuk dinding yang berupa partisi.
c) Langit-langit
Langit-langit disamping sebagai penutup ruang, juga dimanfaatkan guna
commit to user
14
Hal yang menjadi pertimbangan dalam merancang langit-langit
dijelaskan sebagai berikut.
a. Lay out.
b. Konsep lantai dinding.
c. Fungsi dan aktifitas di dalam ruang.
d. Struktur atap ruang.
e. Sebagai penunjang pencahayaan dan penghawaan.
2) Pencahayaan
Sistem pencahayaan yang digunakan dalam ruang yaitu sebagai berikut.
a) Direct lighting (pencahayaan langsung) : penyinaran >90% arah kebawah dan
<10% arah keatas.
b) Semi direct lighting (setengah langsung) : penyinaran 60-90% arah kebawah
dan 40-10% arah keatas.
c) General difuse lighting (Difus) : penyinaran 40-60% arah kebawah dan
60-40% arah keatas.
d) Semi indirect lighting (Setengah tak langsung) : penyinaran 10-40% arah
kebawah dan 90-60% arah keatas.
e) Indirect lighting (tak langsung) : penyinaran <10% arah kebawah dan >90%
arah keatas.
Syarat pencahayaan ruang galeri dijelaskan sebagai berikut.
a) Pencahayaan alami dapat difungsikan optimal tetapi harus terlebih dahulu
dipantulkan terhadap bidang dinding yang sudah dicat Sinc Oxide dan
Titanium Trioxide, sehingga terlindungi dari bahaya kerusakan yang
commit to user
15
b) Pencahayaan buatan harus memiliki karakter berbeda disesuaikan jenis benda
primer, bentuk, dan ukuran.
c) Pantulan efek pencahayaan alami dalam kondisi 25% mampu memberi suplai
hangat pada lantai.
2.1.2 Tinjauan Fungsional Galeri
Pada galeri terdapat dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pameran dan
kegiatan non pameran. Untuk kegiatan pameran dapat dibagi jenisnya berdasarkan
tipe, karakter, dan tempo pameran.
Pada tipe pameran berdasarkan karya terdapat tipe atau gaya dengan
pendekatan rekonstruktif yaitu suatu pendekatan yang menghadirkan objek
sebagai sesuatu yang memiliki arti secara etnografi dan berusaha untuk
menginformasikan budaya latarnya.
Untuk tipe atau gaya pameran berdasarkan tujuannya dibagi menjadi tiga
sebagai berikut.
1) Fundraising, berarti pameran yang memiliki tujuan utama untuk
penggalangan dana baik untuk mencari laba penulis maupun untuk tujuan
amal yang disumbangkan kepada sebuah lembaga atau demi kepentingan
masyarakat.
2) Apresiasi, yaitu pameran yang menekankan kepentingan edukasi publik
terhadap apa yang terjadi pada suatu karya. Pameran ini mengeksplorasi
berbagai kecenderungan yang terjadi pada suatu karya, baik kuratorial, tema,
teknik, dan sebagainya.
3) Festival/pesta, berarti pameran yang bertujuan menciptakan kebersamaan,
commit to user
16
pameran ini bersifat general dan dapat mencakup kedua tipe pameran
sebelumnya.
Karakter pameran dapat dibagi menurut beberapa kriteria sebagai berikut.
1) Menurut jumlah peserta, yaitu pameran tunggal dan pameran bersama.
Pameran tunggal adalah pameran yang mempertunjukkan hasil karya
seseorang dengan mengambil sudut pandang tertentu, sedangkan pameran
bersama setidaknya terdiri dari dua peserta lebih mengutamakan kebersamaan.
2) Menurut jenis kelompok atau sering disebut dengan pameran grup.
3) Menurut waktu atau berkala seperti annual, bineral, atau trineal, yaitu pameran
yang mencoba menjadikan waktu sebagai penanda dan dasar untuk
pelaksananya.
4) Menurut jenis karya seperti bahan, alat, teknik, konsep, aliran, dan media.
5) Menurut ruang seperti formal-non formal. Ruang formal berarti tempat yang
dikhususkan untuk menggelar pameran seni, misalnya museum, galeri, art
shop, rumah seni dan sebagainya, sedangkan ruang non formal berarti tempat
yang dirasa lebih bebas, tanpa ikatan dan batasan formal.
6) Menurut tempatnya pameran dibagi menjadi pameran indoor dan pameran
outdoor.
7) Menurut pelaku yaitu perupa dan non perupa.
8) Menurut peta kepentingan, yaitu pameran profit dan non profit.
9) Menurut peta sejarah yang meliputi retrospeksi dan koleksi. Pameran ini
mengetengahkan pendekatan waktu atau sejarah sebagai kerangka atau format
commit to user
17
10)Menurut peta geografis yaitu pameran yang secara khusus mengetengahkan
persoalan suatu daerah, regional, maupun negara.
11)Menurut hasil penelitian yaitu suatu pameran yang mempresentasikan hasil
penelitian dalam bidang-bidang atau objek tertentu.
Tempo pameran berdasarkan lama penggunaan waktunya dibedakan
sebagai berikut.
1) Pameran tetap yaitu pameran yang memiliki tempo tidak terbatas, atau dapat
digelar terus menerus.
2) Pameran temporer yaitu pameran yang memiliki batas waktu tertentu
dimanapun pameran ini digelar.
Untuk kegiatan non pameran pada galeri dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Guided tour
Memfasilitasi publik dengan menyediakan dan mengadakan mitra tonton
sebagai ajang untuk mengerti lebih jauh tentang seluk beluk pameran yang
diadakan.
2) Private view
Merupakan undangan khusus bagi mereka yang merupakan kolega institusi
yang sangat penting.
3) Konfensi, Simposium, Diskusi
Kegiatan ini dapat berupa konferensi pers, seminar untuk umum, dan diskusi
terbatas.
4) Lecture
Kuliah umum untuk public yang berminat tentang hal-hal menarik yang
commit to user
18
5) Focus Group
Kegiatan ini bertujuan untuk pembicaraan mengenai pengawasan dan evaluasi
pameran, penyusunan agenda, dan pembahasan lainnya yang bersifat intern.
6) Perbincangan
Perbincangan yang difokuskan pada karya-karya dan seluk-beluk tentang apa
yang telah mereka kerjakan, baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pameran atau kegiatan yang diselenggarakan.
7) Pemutaran film
Pemutaran film sangat mendukung pula ramainya program yang
diselenggarakan.
8) Workshop
Merupakan program praktik langsung yang berhubungan dengan karya.
9) Bazar
Untuk mereka yang memperjualbelikan produk.
2.1.3 Preseden Galeri
Berikut ini merupakan salah satu preseden ruang pameran pada sebuah
galeri yang terletak di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bernama Galeri
commit to user
19
Gambar 2.1 Galeri Soemardja
Sumber : http://www.okezone.com/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 17.29 WIB
Galeri Soemardja didirikan pada 1974, Galeri Soemardja merupakan
pelengkap pendidikan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Galeri
Soemardja dilengkapi dengan fasilitas pencahayaan dan panel yang dapat dilepas.
Ruang pameran pada Galeri Soemardja ini memiliki ukuran tinggi 4m di satu sisi
dan 2,4m di sisi yang lainnya, serta memiliki luas 150m2 yang sering digunakan
oleh mahasiswa untuk belajar mengelola sebuah pameran. Galeri ini tidak hanya
menyediakan sumber daya untuk lembaga dan seni masyarakat Bandung, tetapi
juga sering dijadikan venue berbagai acara kesenian antara lain pameran dan
talkshow yang diselenggarakan baik oleh seniman secara individual maupun
lembaga kesenian baik lokal, nasional, hingga internasional. Galeri Soemardja
juga memiliki berbagai program seni seperti diskusi, seminar, dan lokakarya yang
menghadirkan berbagai seniman dan pakar seni dengan cakupan nasional,
regional, dan internasional.
2.2Tinjauan Pariwisata
2.2.1 Esensi Pariwisata
Undang – undang No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, menyebutkan
definisi pariwisata yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk
commit to user
20
(Oka A. Yoeti, 2002 : 7 ). Untuk menarik para wisatawan agar datang untuk
berwisata maka diperlukan suatu usaha yaitu promosi pariwisata. Promosi tempat
wisata yang dirancang dengan baik akan memberikan tambahan penerimaan asli
daerah, dan mendorong proses multiplier perkembangan ekonomi lokalitas di
sekitar daerah tujuan wisata.
Promosi tempat wisata daerah merupakan kegiatan dari para pelaku
ekonomi di lokalitas perekonomian tertentu yang memiliki potensi tempat wisata
yang menarik. Potensi tersebut dapat berupa keindahan alam yang menonjol,
kekayaan budaya yang unik, situs tempat yang bersejarah, even pesta budaya dan
keagamaan, serta potensi pusat-pusat kegiatan ekonomi, perdagangan dan
investasi yang unik dan tidak dimiliki oleh lokalitas alternatif lainnya.
Tujuan promosi wisata daerah dapat dikategorikan ke dalam beberapa
tujuan diantaranya untuk mempromosikan lokalitas wisata sebagai tujuan wisata
yang menarik dan menguntungkan wisatawan serta meningkatkan dan
memantapkan citra wisata daerah di pasar domestik dan internasional.
2.2.2 Strategi Promosi Wisata
Strategi promosi merupakan siasat atau inisiatif kegiatan stratejik yang
akan dilakukan untuk merealisasikan tujuan promosi wisata yang telah ditetapkan.
Untuk tujuan mempromosikan daerah tujuan wisata maka secara umum terdapat
beberapa strategi utama sebagai berikut.
1) Pengembangan dan pemantapan kegiatan public relations yang meliputi
pengembangan perpustakaan dan pusat informasi wisata, persiapan mengikuti
kegiatan-kegiatan terkait , dan program pengembangan unit organisasi public
commit to user
21
2) Pengembangan dan perluasan produk-produk wisata yang meliputi survei
harapan wisatawan, audit potensi wilayah dan wisata, program ecoproduct dan
ecoturism, serta penyelenggaraan trade show.
3) Pengembangan pemasaran jasa wisata dan tempat wisata yang meliputi
penyelenggaraan kegiatan pameran wisata dan seminar wisata, pengembangan
materi kunjungan wisata melalui video, slide, dan brosur, serta memperluas
jejaring distribusi melalui promosi bersama dengan perusahaan penerbangan,
perhotelan, dan instansi terkait lainnya.
2.2.3 Contoh Pameran Pariwisata
Salah satu contoh pameran pariwisata adalah pameran yang diadakan di
Atrium Malioboro Mall Yogyakarta, barang yang dipamerkan antara lain
barang-barang hasil UMKM masyarakat Yogyakarta itu sendiri. Pameran ini bertujuan
untuk menarik kunjungan wisatawan ke kota Yogyakarta.
Gambar 2.2 Pameran pariwisata
Sumber : http://www.jogjatrip.com/media/gallery/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 19.51 WIB
2.2.4 Galeri Pariwisata
Untuk menarik wisatawan datang untuk berwisata diperlukan suatu usaha
yaitu promosi pariwisata yang dapat dilakukan dengan cara mengadakan pameran
dan seminar pariwisata, pengembangan materi kunjungan wisata melalui video,
commit to user
22
informasi wisata. Kegiatan tersebut memerlukan suatu wadah yang dapat
mewadahi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan penyampaian
informasi dan promosi pariwisata tersebut, hal ini menginspirasi penulis untuk
merancang sebuah galeri yang dapat difungsikan untuk kegiatan tersebut.
2.2.5 Preseden Galeri Pariwisata
Salah satu preseden galeri pariwisata yang ada di Indonesia adalah galeri
pariwisata yang berlokasi di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat,
Nusa Tenggara Barat. Galeri tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan
promosi pariwisata unggulan. Keberadaan galeri pariwisata di salah satu kawasan
wisata andalan NTB itu merupakan salah satu syarat mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya ke lokasi yang diinginkan. Galeri pariwisata ini merupakan
wadah penyediaan informasi bagi wisatawan (http://www.metrotvnews.com/ ,
diakses 3 Juni 2012 pukul 20.18 WIB).
2.3Tinjauan Kebudayaan
2.3.1 Esensi Kebudayaan
Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu fenomena sosial dan tidak
dapat dilepaskan dari perilaku dan tindakan warga masyarakat yang mendukung
atau menghayatinya. Sebaliknya, keteraturan, pola, atau konfigurasi yang tampak
pada perilaku dan tindakan warga suatu masyarakat tertentu dibandingkan
perilaku dan tindakan warga masyarakat yang lain, tidak dapat dipahami tanpa
dikaitkan dengan kebudayaan (http://staff.blog.ui.ac.id/ , diakses 11 April 2012
pukul 9.37 WIB).
Jika dilihat tentang konsep kebudayaan maka dapat dilihat dari dua sisi
commit to user
23
kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam
atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat
dan konsep kebudayaan yang bersifat idealistis, yang memandang semua
fenomena eksternal sebagai manifestasi suatu sistem internal. Sedangkan yang
merupakan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.3.2 Pelestarian Kebudayaan melalui Pariwisata
Pariwisata apabila dikelola dengan baik dapat mempertahankan
kelestarian budaya lokal karena budaya pada dasarnya tidak ada yang bersifat
tetap melainkan terus berubah sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat
tempat budaya tersebut dianut. Dinamika kehidupan termasuk peluang yang
ditawarkan oleh pariwisata yang dapat digunakan oleh penduduk setempat untuk
menghidupkan kembali budaya-budaya lokal yang diwariskan oleh nenek moyang
mereka. Wisata budaya justru dapat mengaktifkan warga setempat untuk
menghidupkan kembali tradisi dan nilai-nilai kehidupan para pendahulu sekaligus
mendapatkan keuntungan ekonomis dari kegiatan tersebut. Sesuai dengan data
dari United Nations of World Tourism Organization (UNWTO) sebanyak 40
persen wisatawan bepergian didorong oleh faktor budaya yang ingin dirasakan di
tempat berbeda. Kebudayaan merupakan salah satu kekuatan dalam
perkembangan pariwisata yang seharusnya selalu melibatkan partisipasi aktif dari
commit to user
24
penganutnya (http://id.omg.yahoo.com/news/ , diakses 3 Juni 2012 pukul 20.55
WIB).
Pariwisata yang dikelola dengan baik dapat mempertahankan kelestarian
kebudayaan, bahkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitarnya.
Hal ini yang menginspirasi penulis untuk merancang sebuah wadah yang dapat
berfungsi untuk meningkatkan minat wisatawan terhadap pariwisata sehingga
pariwisata dapat semakin berkembang dengan demikian kebudayaan juga dapat
tetap dilestarikan seiring perkembangan jaman serta dapat pula meningkatkan
perekonomian masyarakat yang turut serta melestarikan kebudayaan tersebut.
2.3.3 Preseden Galeri Pariwisata dan Kebudayaan
Salah satu preseden galeri pariwisata dan kebudayaan adalah Dago Tea
House yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda. Dago Tea House awalnya adalah
sebuah restoran tempat makan dan minum teh tetapi belakangan tempat ini diubah
menjadi Taman Budaya Jawa Barat karena tempat ini sering digunakan untuk
mengadakan pertunjukan kesenian. Tempat ini didirikan sebagai pusat
kebudayaan Jawa Barat. Di dalam Dago Tea House terdapat sebuah galeri
kebudayaan yang memamerkan berbagai benda seni khas dari Jawa Barat. Luas
dari Dago Tea House ini sekitar 4 hektar karena memiliki berbagai fasilitas
diantaranya area teater terbuka, galeri, area parkir yang luas, serta area kuliner.
Dengan menampilkan kebudayaan khas Jawa Barat membuat Dago Tea
House menjadi ramai dikunjungi oleh wisatawan yang tertarik ingin melihat seni
dan kebudayaan khas Jawa Barat. Hal ini selain meningkatkan minat wisatawan
untuk berwisata di Dago Tea House juga merupakan sarana untuk tetap
commit to user
25
Gambar 2.3 Dago Tea House
Sumber : http://www.iftfishing.com/city/wilayah/jawa-barat/dago-tea-house , diakses 4 Juni 2012 pukul 21.23 WIB
2.4 Tinjauan Neo Vernakular
2.4.1 Esensi Arsitektur Vernakular
Vernakular menjadi penting untuk konteks arsitektur di Asia karena Asia
terdiri dari berbagai budaya dan adat yang berlainan disetiap wilayahnya.
Masing-masing daerah memiliki kondisi demografis yang berbeda sehingga
memunculkan bentuk arsitektur yang berbeda pula, selain itu perkembangan
zaman juga mempengaruhi pola hidup manusia. Seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia, bentuk rumah tradisional nusantara mengalami perubahan
demikian juga rumah tradisional Jawa. (Sunarmi et al.(2007:53-54)).
Dalam arsitektur tradisional Jawa terdapat lima macam bangunan pokok
sebagai berikut.
1) Bentuk rumah panggang-pe yang berfungsi sebagai tempat jualan minuman,
nasi dan sebagainya. Apabila dikembangkan dapat berfungsi sebagai tempat
ronda, garasi, dan pabrik.
2) Bentuk rumah kampung yang berfungsi sebagai tempat tinggal, baik di kota
maupun di desa.
commit to user
26
4) Bentuk rumah tajug yang memiliki ciri utama yaitu pada atap berbentuk
runcing, soko guru dengan blandar-blandar tumpang sari, berdenah bujur
sangkar, lantainya selalu di atas tanpa bertingkat. Dipergunakan sebagai
tempat suci, seperti Masjid, tempat raja bertahta, dan makam. Rumah tajug ini
tidak difungsikan sebagai tempat tinggal.
5) Bentuk rumah joglo yang memiliki ciri atap terdiri dari 4 buah sisi soko guru
dengan pemidangannya dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya
dipergunakan sebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal .
Arsitektur tradisional Jawa harus dilihat sebagai totalitas pernyataan
hidup yang bertolak dari tata krama meletakkan diri, norma, dan tata nilai manusia
Jawa dengan segala kondisi alam lingkungannya. Arsitektur Jawa menampilkan
karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arif memanfaatkan setiap
potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan keselarasan yang harmonis
antara “jagad cilik” (mikrokosmos) dan “jagad gedhe” (makrokosmos). Di sekitar
rumah tradisional Jawa terdapat halaman yang luas dengan perkerasan berupa
kerikil atau pasir sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan
pepohonan yang ditanam seringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu
sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angin dan suara, juga sebagai sumber
pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat
tradisional. Hal tersebut sangat sesuai dengan perikehidupan masyarakat Jawa
yang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka.
2.4.2 Esensi Arsitektur Neo Vernakular
Arsitektur neo vernakular merupakan suatu paham dari aliran arsitektur
commit to user
27
mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi
perkembangan teknologi industri. Arsitektur neo vernakular merupakan arsitektur
yang pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis,
peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara
bangunan, alam, dan lingkungan.
Menurut Charles Jencks dalam bukunya “Language of Post-Modern
Architecture” timbulnya post modernisme disebebkan oleh 3 alasan sebagai
berikut.
1) Kehidupan masyarakat sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke world
village yang tanpa batas. Perkembangan ini disebabkan oleh cepatnya
komunikasi dan tingginya daya tiru manusia.
2) Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk
yang bersifat pribadi, lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal
yang merupakan ciri khas modernisme.
3) Adanya kecenderungan untuk kembali pada nilai-nilai tradisional atau daerah.
Dilihat dari alasan munculnya post modern tersebut maka dapat
dipaparkan ciri-ciri arsitektur neo vernakular yang merupakan bagian dari era
arsitektur post modern sebagai berikut.
1) Memakai elemen batu bata pada bangunan (dalam hal ini merupakan elemen
konstruksi lokal)
2) Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan
proporsi yang lebih vertikal.
3) Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan
commit to user
28
4) Warna-warna yang kuat dan kontras pada bangunan.
Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa arsitektur neo vernakular tidak
ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada
keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan
jelas dan tepat oleh neo vernakular dengan menghidupkan kembali suasana atau
elemen tradisional dengan membuat bentuk dan pola-pola bangunan lokal dengan
mengaplikasikanya ke dalam bentuk arsitektur yang kekinian.
2.4.3 Preseden Galeri Pariwisata dan Kebudayaan yang menggunakan
pendekatan arsitektur Neo Vernakular
Dengan tetap menggunakan pola-pola bangunan lokal dalam merancang
sebuah bangunan merupakan salah satu bentuk peran arsitek untuk turut
melestarikan kebudayaan setempat. Salah satu contoh bangunan yang juga
berfungsi sebagai lembaga seni budaya nasional yang menggunakan arsitektur
Neo Vernakular adalah Bentara Budaya Jakarta.
Bentara Budaya Jakarta berlokasi di Jalan Palmerah Selatan 17, Jakarta,
hasil karya arsitek terkenal Romo Mangunwijaya. Terlihat keunikan dan
keindahan bangunan yang mencerminkan cita rasa berkesenian yang tinggi,
anggun dan tradisional. Mengoleksi karya dan merepresentasikan karya seni
merupakan sebuah momentum pelestarian budaya, sekaligus menjadi tugas untuk
mewartakan penggalan sejarah yang telah memberi aneka warna dalam perjalanan
sejarah seni budaya Indonesia. Salah satu koleksi yang paling membanggakan dan
menakjubkan dari Bentara Budaya Jakarta yaitu rumah tradisional Kudus yang
commit to user
29
Gambar 2.4 Bentara Budaya Jakarta
commit to user
30
BAB III
TINJAUAN KOTA SURAKARTA
3.1 Tinjauan Kota Surakarta
Surakarta, juga disebut Solo atau Sala, adalah kota yang terletak di
provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan
kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2 ini berbatasan dengan
Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten
Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten
Sukoharjo di sebelah selatan. Pada tanggal 4 Juli 1950, Surakarta menjadi kota di
bawah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Semenjak berlakunya UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan
daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus kota otonom
(http://id.wikipedia.org/wiki/ , diakses 12 April 2012 pukul 9.07 WIB).
Dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan
kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah
ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota
administratif di Indonesia.
Tabel 3.1 Data Kependudukan
Sumber : Sensus Penduduk 2010
Jumlah penduduk Surakarta pada siang dan malam hari cukup jauh
commit to user
31
pada malam hari jumlah penduduk hanya 500 ribu jiwa. Hal tersebut dikarenakan
kota Surakarta memiliki banyak fasilitas antara lain fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, lapangan pekerjaan, hingga fasilitas pariwisata yang mendorong
masyarakat dari luar kota Surakarta untuk datang dan beraktifitas di kota ini pada
siang hari.
Kota Surakarta merupakan kota satelit dengan kota penyangganya yaitu
Kartasura, Solo Baru, Palur, Colomadu, Baki, dan Ngemplak yang saling
berintegrasi satu sama lain. Kawasan Solo Raya ini unik karena dengan luas kota
Surakarta sendiri yang hanya 44 km persegi dan dikelilingi kota-kota
penyangganya yang masing-masing luasnya kurang lebih setengah dari luas kota
Surakarta dan berbatasan langsung membentuk satu kesatuan kawasan kota besar
yang terpusat. Jika digabungkan maka luasnya bisa mencapai 130 km² dan jumlah
penduduknya lebih dari 800.000 jiwa. Masing-masing kota yang mengelilingi
Surakarta ini memiliki berbagai fasilitas wisata yang dapat menarik banyak
wisatawan untuk berwisata di kota ini.
Gambar 3.1 Lokasi Surakarta
commit to user
32
3.2 Potensi Kebudayaan Kota Surakarta
Surakarta dikenal sebagai salah satu inti kebudayaan Jawa karena secara
tradisional merupakan salah satu pusat politik dan pengembangan tradisi Jawa.
Kemakmuran wilayah ini sejak abad ke-19 mendorong berkembangnya berbagai
literatur berbahasa Jawa, tarian, seni boga, busana, arsitektur, dan
bermacam-macam ekspresi budaya lainnya. Orang mengetahui adanya "persaingan" kultural
antara Surakarta dan Yogyakarta, sehingga melahirkan apa yang dikenal sebagai
"gaya Surakarta" dan "gaya Yogyakarta" di bidang busana, gerak tarian, seni tatah
kulit (wayang), pengolahan batik, gamelan, dan sebagainya.
Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta mengadakan
berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut pelaksanaannya
berdasarkan pada penanggalan Jawa. Macam perayaan yang tiap tahunnya
diselenggarakan di Surakarta antara lain Kirab 1 Suro, Sekaten, Grebeg Sudiro,
Grebeg Mulud, Tingalan Jumenengan, Grebeg Pasa, Syawalan, Grebeg Besar,
Solo Batik Carnival, dan Solo Batik Fashion (http://id.wikipedia.org/ , diakses 12
April 2012 pukul 9.21 WIB).
3.3 Potensi Pariwisata Kota Surakarta
Selain wisata budaya seperti tempat-tempat bersejarah, lokasi pembuatan
kerajinan, kota Surakarta juga memiliki agenda kegiatan kebudayaan yang setiap
tahun diselenggarakan, berikut ini adalah agenda kegiatan kepariwisataan
Surakarta selama tahun 2012.
Tabel 3.2 Kegiatan Kepariwisataan Surakarta 2012
Tanggal Kegiatan Tempat
15 Januari Grebeg Sudiro Pasar Gedhe
30 Januari-5 Februari
Sekaten Alun-alun Utara
commit to user
33
Tanggal Kegiatan Tempat
5 Februari Grebek Mulud Keraton Kasunanan
Surakarta
17-21 Februari Festival Kethoprak Gedung Kesenian
Balekambang
18 Februari Solo Karnaval Jalan Slamet Riyadi
19 Maret Gubungan Charity Boat Race Bengawan Solo
22 Maret Mahesa Lawung Keraton Kasunanan
Surakarta
18-22 April Pesona Balekambang Taman Balekambang
29 April Solo Menari Jalan Slamet Riyadi
11-12 Mei Mangkunegaran Performing Art Pura Mangkunegaran
18-20 Mei Festival Dolanan Bocah Kawasan Gladhak
22-24 Mei Asia Pacific Historian Converence Solo
8-10 Juni Kemah Budaya Lapangan Kota Barat
13-14 Juni Keraton Art Festival Keraton Kasunanan
Surakarta
15 Juni Tingalan Jumenengan Dalem ke-7
SISKS XIII
Keraton Kasunanan Surakarta
16-20 Juni Solo Kampong Art Solo
19 Juni Parade Hadrah Jalan Slamet Riyadi
24-26 Juni Kreasso Kawasan
Mangkunegaran
30 Juni Solo Batik Carnival Jalan Slamet Riyadi
4-8 Juli Siem Taman Balekambang
13-16 Juli Solo Batik Fashion Kompleks Balaikota
19-22 Juli Pentas Wayang Orang Gabungan Gedung Wayang
Orang Sriwedari
22-23 Juli Festival Dalang Bocah Joglo Sriwedari
22-23 Juli Wayang Bocah Gedung Wayang
Orang Sriwedari
8 Agustus Malem Selikuran Kraton
Kasunanan-Taman Sriwedari
19 Agustus Grebeg Poso Kraton Kasunanan
19-26 Agustus Bakdan ing Balekambang Taman Balekambang
22-29 Agustus Pekan Syawalan Jurug Taman Satwa Taru
Jurug 6-9 September Federation Asian Cultural Promotion
Converence
Solo
29-30 September
Solo Keroncong Festival Mangkunegaran
8 September Grand Final Putra-Putri Solo Ngarsopuro
14-15 September
Solo Keroncong Festival Kawasan
Mangkunegaran 20-21
September
Solo City Jazz Ngarsopuro /
Sriwedari