commit to user
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI SUHU
DAN KELEMBABAN UNTUK BUDIDAYA
JAMUR KUPING
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun oleh:
FELIX AGNI GUNAWAN
I 1309011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR PROGRAM……….xiv
DAFTAR GRAFIK……… xv
DAFTAR LAMPIRAN……...……… xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-2
1.3 Tujuan Penelitian ... I-2
1.4 Manfaat Penelitian ... I-2
1.5 Batasan Masalah ... I-3
1.7 Sistematika Penulisan ... I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Penelitian ... II-1
2.2 Metode Budidaya Jamur Kuping ... II-1
2.3 Teori Suhu dan Kelembaban ... II-2
2.3.1 Teori Kelembaban ... II-2
2.3.2 Teori Suhu ... II-4
2.4 Pengertian Mikrokontrol ... II-5
commit to user
x
2.6 HMI LCD ... II-11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tahap Studi Awal ... III-2
3.1.1 Identifikasi Masalah ... III-2
3.1.2 Perumusan Masalah ... III-3
3.1.3 Penetapan Tujuan,Manfaat, dan Batasan ... III-3
3.2 Tahap Perancangan dan Ujicoba Alat ... III-4
3.2.1 Deskripsi Masalah ... III-4
3.2.2 Perancangan Konseptual ... III-4
3.2.3 Penerapan Rancangan ... III-5
3.2.5 Pengujian Hasil Rancangan ... III-5
3.3 Analisis dan Interprestasi ... III-6
3.4 Kesimpulan dan Saran ... III-7
BAB IV PERANCANGAN DAN UJICOBA ALAT
4.1 Perancangan Konseptual... IV-1
4.1.1 Identifikasi Kebutuhan ... IV-1
4.1.2 Perancangan Sistem Kerja Alat ... IV-2
4.1.3 Pemilihan Komponen ... IV-4
4.2 Penerapan Alat dan Sistem ... IV-6
4.2.1 Rangkaian IC Mikrokontrol ... IV-6
4.2.2 Rangkaian Sensor ... IV-9
4.2.3 Rangkaian Alat Pemanas dan Pendingin ... IV-10
4.2.4 Perancangan Sirkuit Elektronik ... IV-12
4.2.5 Perancangan Hardware ... IV-15
4.2.6 Pemrograman Alat……….IV-18
4.2.7 Perakitan Alat………IV-24
4.2.8 Cara Kerja Alat………..IV-27
4.3 Pengujian Rancangan Sistem Pengendali………IV-28
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
5.1 Analisis Hasil Penelitian ... V-1
5.1.1 Analisis Ujicoba Mikrokontroler ... V-1
commit to user
xi
5.1.3 Analisis Hasil Produksi Jamur Kuping... V-4
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... VI-1
6.2 Saran ... VI-1
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
ABSTRAK
Felix Agni Gunawan, NIM : I 1309011. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UNTUK BUDIDAYA JAMUR
KUPING. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juni 2012
Budidaya jamur kuping adalah salah satu sumber pangan yang baru. Budidaya ini memerlukan sistem pengendalian suhu dan kelembaban yang tepat untuk menghasilkan kualitas jamur kuping yang baik. Sekarang ini sudah banyak sistem pengendali suhu dan kelembaban untuk jamur baik secara manual ataupun otomatis, namun masih banyak kekurangannya seperti pemakaian alat yang mahal, kurang praktis perakitannya, dan pengoprasiannya tidak mudah. Penelitian ini bertujuan merancang dan membuat prototipe suatu sistem pengendali suhu dan kelembaban untuk budidaya jamur kuping yang lebih baik dari sistem-sistem pengendali yang sebelumnya.
Metode penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap utama yaitu perancangan konseptual dan perancangan alat dan sistem. Tahap perancangan konseptual meliputi identifikasi kebutuhan, perancangan sistem, dan pemilihan komponen. Tahap selanjutnya adalah penerapan alat dan sistem yang meliputi rangkaian mikrokontroler, sensor, alat pemanas, alat pendingin, perancangan sirkuit elektronik, hardware, pemrograman alat dan terakhir perakitan alat.
Penelitian ini menghasilkan prototipe alat pengatur temperatur dan kelembaban dengan menggunakan mikrokontroler ATmega16, yang mampu meningkatkan kecepatan respon sistem pengendali temperatur pada budidaya jamur yang dilakukan secara otomatis, mudah dalam pengoperasian pengendali, praktis perakitannya, memiliki kemampu-rawatan yang mudah, dan memperbaiki realibilitas sistem terdahulu yang mana masih dilakukan secara manual. Alat pengatur temperatur dan kelembaban ini dapat membantu setiap petani jamur kuping baik yang sudah terlatih maupun belum. Hasil pemakaian alat ini dapat meningkatkan produktivitas hasil panen.
Kata kunci : Mikrokontroler, ATMEGA16, jamur kuping, sistem pengendali suhu dan kelembaban.
xvi + 72 halaman; gambar; 14 tabel; 2 lampiran.
commit to user
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam rangka memenuhi ketahanan pangan, manusia terus berupaya
mengembangkan dan meneliti jenis sumber makanan baru. Dari berbagai macam
jenis makanan baru yang telah ditemukan salah satunya adalah jamur, jamur yang
dulunya berupa tanaman liar kini telah menjadi salah satu sumber makanan
masyarakat yang digemari dan dikonsumsi oleh semua kalangan dan umur. Jamur
juga merupakan sumber nutrisi yang tinggi dan dapat diolah menjadi berbagai
jenis masakan. Dari berbagai jenis jamur yang dapat dikonsumsi dan
dibudidayakan salah satunya adalah jamur kuping.
Penelitian ini akan membahas tentang jamur kuping karena merupakan
jenis jamur yang banyak dibudidayakan selain jamur tiram sehingga tempat
pembudidayaan jamur yang disebut kumbung jamur mudah ditemukan dan segi
perawatannya mudah. Budidaya jamur kuping di daerah dataran rendah (suhu
±30°C) memerlukan pengontrolan suhu dan kelembaban pada kumbung jamur
untuk mendapatkan pertumbuhan badan jamur yang optimal. Pada umumnya
kondisi yang optimal untuk pertumbuhan jamur kuping dibedakan dalam dua fase,
yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 °C
dengan kelembaban 70 - 90 % RH dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan
suhu udara antara 16 - 27 ˚C (Jumran, 2009).
Saat ini sistem pengaturan suhu dan kelembaban kumbung jamur dilakukan
dengan cara manual dan otomatis. Penanganan secara manual dapat dilihat pada
budidaya jamur kuping di daerah Mojolaban, Sukoharjo yaitu dilakukan dengan
cara menyemprotkan air pada lantai dan dinding kumbung jamur apabila suhu
udara diatas suhu yang diharapkan. Hal ini tidak efisien karena memerlukan
operator untuk memperhatikan dan menjaga suhu dan kelembaban pada kumbung
jamur secara terus menerus. Kelembaban juga tidak dapat dikontrol dengan baik
karena tidak adanya alat ukur kelembaban. Selain secara manual penanganan suhu
jamur telah dilakukan secara otomatis seperti pada penelitian yang merancang
commit to user
I-2
berbasis mikrokontroler yang mengatur blower dan sprayer untuk menyempotkan
butiran-butiran airnya (Budiawan, 2010). Penelitian yang lain menggunakan
sensor suhu SHT-11, mikrokontroler ATM89C51 sebagai kontrol utama, serta
untuk alat pemanas dan pendingin berupa motor stepper untuk membuka dan
menutup jendela, mengaktifkan alat pemanas , dan kipas (Sofyan dan Winarso,
2005). Dari sistem otomatis yang telah dipaparkan, menggunakan sensor yang
mahal dan alat-alat pengatur suhu yang perakitannya kurang praktis.
Dari dua jenis pengaturan suhu dan kelembaban secara manual dan otomatis
yang telah dipaparkan tersebut memiliki berbagai kekurangan sehingga diperlukan
suatu sistem yang mampu mengendalikan suhu dan kelembaban yang mudah
digunakan oleh petani, praktis mudah dibawa sehingga tidak memerlukan tempat
yang besar dan mudah dirangkai, serta harganya yang lebih murah.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana merancang suatu
sistem yang mampu mengendalikan suhu udara dan kelembaban pada budidaya
jamur kuping yang dapat digunakan dengan mudah ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Merancang suatu sistem pengatur suhu dan kelembaban untuk budidaya jamur
kuping.
2. Membuat prototipe rancangan sistem pengatur suhu dan kelembaban pada
budidaya jamur kuping.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan produktivitas jamur kuping.
2. Mengurangi biaya produksi budidaya jamur kuping.
1.5 Batasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan, maka perlu adanya pembatasan
commit to user
I-3
1. Penelitian dilakukan di tempat budidaya jamur kuping desa Kloron
RT:01/RW:01, Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo dengan ukuran kumbung
jamur panjang 9m x lebar 3m x tinggi 2,5m.
2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan kualitas jamur yang dihasilkan.
1.6 Sistematika Penulisan
Penyusunan tugas akhir ini disusun secara sistematis dan berisi uraian pada
setiap bab untuk mempermudah pembahasannya. Adapun dari pokok-pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi enam bab, seperti
dijelaskan berikut ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pengantar laporan penulisan tugas akhir yang
menguraikan latar belakang masalah diadakannya penelitian, perumusan masalah
bedasarkan latar belakang masalah penelitian yang diangkat, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi-asumsi dan sistematika penelitian.
Pengantar penelitian yang dijabarkan dalam bab ini dimaksudkan untuk
memberikan arah penelitian sesuai tujuan, manfaat dan asumsi yang diajukan dan
untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam tugas akhir yaitu mengenai
perancangan alat pengatur suhu dan kelembaban pada budidaya Jamur kuping.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran,
wawasan dan acuan. Selain itu, bab ini juga memberikan penjelasan secara garis
besar mengenai landasan yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah.
Sumber tinjauan pustaka pada bab ini berasal dari berbagai literatur tertulis,
diantaranya buku, jurnal, maupun sumber lainnya. Teori yang dikemukakan
berupa penjelasan mengenai Sensor, Mikrokontroler, software, komponen
commit to user
I-4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan gambaran terstruktur yang disusun dalam bentuk flow chart dari
pelaksanaan penelitian tugas akhir. Metodologi penelitian disusun mulai dari
tahap pengumpulan dan pengolahan data, analisa hasil rancangan dan penarikan
kesimpulan.
BAB IV PERANCANGAN DAN UJI COBA ALAT
Bab ini berisi pengumpulan data yang digunakan untuk memilih komponen
yang diperlukan hingga diujicobakan sehingga hasilnya akan diolah untuk
dianalisis.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Tahap analisis dan interpretasi hasil berisi pembahasan permasalahan yang
ada berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan tahap akhir penyusunan laporan penelitian yang berisi uraian
pencapaian tujuan penelitian yang diperoleh dari analisis pemecahan masalah
commit to user
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori yang diperlukan untuk mendukung
penelitian. Berikut diuraikan secara lengkap mengenai teori yang berkaitan
dengan penelitian, diantaranya adalah metode yang dilakukan untuk penelitian ini,
metode budidaya jamur kuping secara sederhana atau yang kebanyakan dilakukan
oleh petani saat ini, teori mengenai penanganan suhu dan kelembaban yang sudah
ada dan hubungan antara suhu dengan kelembaban, kajian teori sistem kendali
otomatis dengan mikrokontroler ATmega, teori mengenai sensor suhu dan
kelembaban, dan teori mengenai Human Machine Interface berupa LCD.
2.1Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literature.
Mencari dan mengumpulkan referensi serta dasar teori yang diambil dari
berbagai buku dan jurnal penelitian untuk mendukung dalam merancang dan
merealisasikan sistem akuisisi data suhu dan kelembaban udara menggunakan
komputer.
2. Perancangan dan pengujian hardware dan software.
Pada perancangan dan pengujian sistem alat, dilakukan dengan cara
menghubungkan perangkat hardware yang terdiri dari komponen sensor suhu dan
kelembaban, mikrokontroler ATmega, dan rangkaian kontrol.
2.2Metode Budidaya Jamur Kuping
Budidaya jamur kuping menggunakan substrat jerami dengan tahapan
sebagai berikut: pembuatan media tanam dilakukan dengan memotong jerami
menjadi berukuran 1-2 cm. Rendam jeraminya selama semalaman, setelah itu
ditiriskan airnya sebelum ditambahkan dedak 10% dan kapur 1% sebagai zat hara
pertumbuhan jamur. Semua bahan diaduk rata dan campuran bahan tadi
commit to user
II-2
kemudian dipadatkan (dipukul-pukul dengan botol kaca). Setelah cukup padat,
leher plastik bagian atas dimasukkan pipa paralon dan dibagian tengah media
subtrat diberi lubang dan ditancapkan tips.Selanjutnya ditutupi dengan kapas lalu
media substrat dilapisi dengan kertas dan diikat dengan karet.
Media tersebut disterilisasi pada 121˚C selama 20 menit di dalam autoklaf
untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminan yang tumbuh yang mungkin akan
mengganggu pertumbuhan jamur. Setelah steril, media substrat dibuka secara
aseptis, lalu tips di tengah-tengah media dan kapas diambil dengan pinset steril.
Lubang yang terbentuk diisi dengan bibit jamur tiram yang ditumbuhkan pada biji
sorgum pada botol (aseptis). Lalu media ditutup kapas lagi dan dibungkus dengan
kertas. Media substrat diinkubasi pada suhu ruang selama beberapa minggu
hingga tumbuh miselium. Setelah tumbuh miselium, kapas pada media dibuang
dan media dibiarkan terbuka. Semprotkan air setiap hari pada tempat pertumbuhan
jamur agar kondisi sekitar lembab dan mendukung pertumbuhannya. Tubuh buah
jamur akan tumbuh secara perlahan-lahan ketika media lembab dalam waktu
sekitar 1 bulan lebih. Tubuh buah yang sudah cukup besar diambil untuk dipanen
dan ditimbang untuk diamati pertumbuhannya setiap minggu (Jumran, 2009).
2.3Teori Suhu dan Kelembaban
2.3.1 Teori Kelembaban
Kelembaban merupakan suatu tingkat keadaan lingkungan udara basah yang
disebabkan oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat dipengaruhi oleh suhu.
Grafik tingkat kejenuhan tekanan uap air terhadap suhu diperlihatkan pada Grafik
commit to user
II-3
Grafik 2.1. Grafik Tingkat Kejenuhan Tekanan Uap Air Terhadap Suhu
Jika tekanan uap parsial sama dengan tekanan uap air yang jenuh maka akan
terjadi pemadatan. Secara matematis kelembaban relatif (RH) didefinisikan
sebagai prosentase perbandingan antara tekanan uap air parsial dengan tekanan
uap air jenuh. Kelembaban dapat diartikan dalam beberapa cara. Relative
Humidity secara umum mampu mewakili pengertian kelembaban. Untuk mengerti
Relative Humidity pertama harus diketahui Absolut Humidity. Absolut Humidity
merupakan jumlah uap air pada volume udara tertentu yang dipengaruhi oleh suhu
dan tekanan.
ah=217 (
)
Dimana :
ah : absolute humidity (%AH)
e : tekanan oleh uap air (kPa)
t : suhu saat pengukuran ( ̊C)
Relative Humidity merupakan persentase rasio dari jumlah uap air yang
terkandung dalam volume tersebut dibandingkan dengan jumlah uap air maksimal
yang dapat terkandung dalam volume tersebut (terjadi bila mengalami saturasi).
Relative Humidity juga merupakan persentase rasio dari tekanan uap air saat
commit to user
II-4
ƒ = 100 ℎ = 100( ℎ)
Dimana :
ƒ : relative humidity (%RH)
ah : absolute humidity saat pengukuran (%AH)
as : absolute humidity saat saturasi (%AH)
eh : tekanan uap air saat pengukuran (kPa)
es : tekanan uap air saat saturasi (kPa)
Pembacaan 100% RH berarti udara telah saturasi (udara penuh dengan uap
air). Berkeringat merupakan upaya tubuh untuk menjaga suhu tubuh. Saat 100%
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan
molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima
panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang
kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.
Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan-perubahan. Di atas
lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan-lahan dari pada di atas
daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan
tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah
pedalaman kontinental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara
siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya
tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari
atas daratan dan sebaliknya. Suhu pada umumnya diartikan sebagai besaran yang
menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda dan skala suhu yang biasa
commit to user
II-5
2.3.3 Hubungan Suhu dengan Kelembaban
Apabila dipanaskan udara akan memuai, udara yang telah memuai menjadi
lebih ringan sehingga akan naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena
udaranya berkurang. Sedangkan volume berbanding terbalik dengan tekanan
udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara, angka konsentasi ini dapat
diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembapan
relatif. Kelembapan absolut mendefinisikan massa dari uap air pada volume
tertentu campuran udara atau gas, dan umumnya dilaporkan dalam gram per meter
kubik (g/m3).
Maka dapat disimpulkan dari penjelasan sebelumnya apabila suhu naik,
tekanan udara akan turun (suhu dan tekanan berbanding terbalik). Lalu apabila
tekanan udara turun , maka volume akan naik (suhu dan volume berbanding
lurus). Karena kelembaban merupakan massa / volume maka jika volume naik,
kelembaban udara akan turun (volume dan kelembaban udara berbanding
terbalik).
Kesimpulannya tekanan udara dan kelembaban berbanding lurus, tapi berbanding
terbalik dengan suhu maka jika suhu naik , tekanan udara turun , kelembaban akan
turun lalu jika suhu turun , tekanan udara naik , maka kelembaban akan naik
(Adiputra, 2009).
2.4 Pengertian Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan suatu terobosan teknologi mikroprosesor dan
mikrokomputer terbaru yang hadir memenuhi kebutuhan pasar. Sebagai teknologi
terbaru dengan teknologi semikonduktor yang mengandung transistor yang lebih
banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil sebagai wadah penempatannya
dan dapat terjangkau oleh hampir seluruh kalangan masyarakat. Oleh karena itu,
mikrokontroler sangat cocok diterapkan untuk mengontrol berbagai
peralatan-peralatan yang lebih canggih dibandingkan dengan komputer PC, karena dari
efektivitas dan fleksibilitas yang tinggi. Sebagai contoh penerapan mikrokontroler
pada umumnya adalah aplikasi mesin tiket dalam arena permainan, aplikasi dalam
commit to user
II-6
berdasarkan contoh-contoh aplikasi tersebut penulis sangat tertarik menggunakan
mikrokontroler sebagai peralatan utama dalam pembuatan alat pengendali, karena
hanya dengan menambahkan beberapa komponen luar, mikrokontroler sudah
dapat bekerja sesuai dengan program yang diberikan padanya. Mikrokontroler
adalah sebuah komponen yang berupa IC dimana akan bekerja jika kita isi dengan
register-register perintah yang berupa bahasa mesin,dan ouputnya menjadi suatu
pulsa yang dapat mengendalikan rangkaian kontrol. Proses pengisian register
perintah ke dalam IC mikrokontroler umumnya menggunakan bahasa assembler,
akan tetapi pada langkah pengisian register pada mikrokontroler diganti dengan
menggunakan bahasa program C, dimana proses pengisian lebih sederhana dan
lebih praktis daripada bahasa program assembler.
2.4Mikrokontroler ATmega.
Mikrokontroler saat ini sudah dikenal dan digunakan secara luas pada dunia
industri. Banyak sekali penelitian atau proyek mahasiswa yang menggunakan
berbagai versi ATmega yang dapat dibeli dengan harga yang relative murah dan
mudah didapat. Mikrokontroler ATmega saat ini merupakan chip utama pada
hampir setiap peralatan elektronika canggih. Alat-alat canggih pun sekarang ini
sangat bergantung pada kemampuan mikrokontroler tersebut. ATmega diproduksi
oleh perusahaan mikrokontroler Atmel dan saat ini perusahaan Atmel sudah
mengeluarkan berbagai jenis seri dari mikrokontrolernya seperti ATmega8,
ATmega16, ATmega32, ATmega8535, dan berbagai seri yang lainnya. Pada
dasarnya yang membedakan masing- masing seri adalah memori, peripheral, dan
fungsinya. Dari segi arsiektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa
dikatakan hampir sama (Lambok, 2011). Pada Tabel 2.1 dijelaskan perbandingan
antara ATmega16 dan ATmega32, serta pada Gambar 2.1 dijelaskan mengenai
commit to user
II-7
Tabel 2.1. Perbandingan Memori ATmega16 dan ATmega32
Sumber: ATMEL (2003)
Gambar 2.1. Pin-Pin ATmega16
Sumber: ATmega16 DataSheet (2010)
2.5Sensor Suhu dan Kelembaban
Sensor yang dapat mengukur suhu dan kelembaban ada beberapa jenis di
pasaran seperti HSM-20G, SHT 10, SHT 11, dan lain-lain. Sensor HSM-20G
adalah sensor pengukur kelembaban (%RH) dan suhue ( ̊ C). Dimana wujud dari
commit to user
II-8
Gambar 2.2. Sensor HSM-20G
Sumber: HSM 20G Module (2009)
Sensor humidity HSM-20G dimana kelembaban relatif bisa di konversi ke
tegangan keluaran yang standart. Macam- macam dari jenis aplikasi yang dapat
digunakan oleh sensor ini adalah lembab,dan sangat lembab, untuk AC,data
loggers kelembaban, automotive climate control, dll.
Sensor ini mempunyai beberapa karekteristik dimana batas input tegangan
DC 5±0.2 volt, batas output tegangan adalah sebesar DC 1-3volt, akurasi
pengukuran ±5%RH, operasi arus maksimum 2mA, batas storage RH 0-99%RH,
batas operasi RH 20-95% (100%RH intermittent), kondensasi transient <3%RH,
batas storage suhu -20˚C-70˚C, batas operasi suhue 0˚C-50˚C, hysteresis (RH
setiap 25˚C) maksimal 2%RH, sangat linier, respon waktu (63% perubahan step) 1
menit. Semua standart alat ini berdasarkan variasi kelembaban di bawah 60%RH
pada saat 25˚C. Kelengkapan semua tes-tes yang ada, module ini akan melewati
batas bawah nominal lingkungan dan juga kelembaban untuk 24 jam.
Grafik 2.2. Kurva Respon HSM-20G
commit to user
II-9
Pada Grafik 2.2 dapat terlihat jelas bagaimana hubungan antara nilai
kelembaban dan tegangan keluaran yang membentuk garis linier karena
kelembaban berbanding lurus dengan tegangan keluaran. Pada Grafik 2.1 diatas
dapat dilihat batas untuk nilai kelembaban pada sensor ini sebagaimana terlihat
bahwa nilai tegangan keluaran berbanding lurus dengan persentase kelembaban.
Nilai yang tertera diatas bahwa nilai batas kelembaban maksimum 90%RH dan
batas minimum 10%RH dengan tegangan 0,74 volt dan maksimal 3,19 volt (All
Data Sheet, 2009).
Gambar 2.3. Dimensi HSM 20G
Sumber: HSM 20G Module (2009)
SHT 11 adalah sebuah single chip sensor suhu dan kelembaban relatif
dengan multi modul sensor yang outputnya telah dikalibrasikan secara digital.
Dibagian dalamnya terdapat kapasitif polimer sebagai elemen untuk sensor
kelembaban relative dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor
suhu. Output kedua sensor digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14 bit dan
sebuah interface serial pada satu chip yang sama. Sensor ini menghasilkan sinyal
keluaran yang baik dengan waktu respon yang cepat. SHT 11 dikalibrasi pada
ruangan dengan kelembaban yang teliti menggunakan hygrometer sebagai
referensinya. Koefisien kalibrasinya telah di programkan kedalam OTP memory.
Koefisien tersebut akan digunakan untuk mengkalibrasi keluaran dari sensor
selama proses pengukuran 2-wire alat penghubung serial dan regulasi tegangan
internal membuat lebih mudah dalam pengintegrasian sistem. Ukurannya yang
commit to user
II-10
tepat, bahkan untuk aplikasi yang paling menuntut. Didalam piranti SHT 11
terdapat suatu surface-mountable LLC (Leadless
Chip Carrier) yang berfungsi sebagai suatu pluggable 4-pin single-in-line untuk
jalur data dan clock, blok diagram chip SHT 11 dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Blok Diagram Pada Chip SHT 11
Sumber: HSM 20G Module (2009)
SHT 11 membutuhkan supply tegangan 2.4 dan 5.5 V. SCK (Serial Clock
Input) digunakan untuk mensinkronkan komunikasi antara mikrokontroller
dengan SHT 11. DATA (Serial Data) digunakan untuk transfer data dari dan ke
SHT 11 (Nurhadi dan Puspita, 2010).
2.6HMI (Human Machine Interface) LCD
(Liquid Crystal Display)
LCD merupakan suatu alat penampil yang mendekodekan dari data digital
menjadi bahasa yang dimengerti manusia (angka atau huruf). Biasanya LCD yang
ada di pasaran sudah dikemas beserta dengan rangkaiannya. LCD digunakan
untuk mempermudah mengamati hasil dan data yang nantinya dihasilkan dan
dapat digunakan untuk pengolahan data. Dari berbagai jenis LCD yang ada
dipasaran, yang mudah digunakan dan banyak dipakai adalah LCD 1602 seperti
Gambar 2.5 dengan tampilan 2 baris dengan 16 karakter.
Gambar 2.5. LCD 1602
commit to user
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas model penelitian serta metodologi yang digunakan
serta tiap tahapannya. Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah
seperti dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Flowchart Metodologi Penelitian. Identifikasi Masalah
• Perancangan Sistem dan Kerja Alat • Pemilihan Komponen
Penerapan Alat dan Sistem
• Rangkaian IC Mikrokontroler • Rangkaian Sensor
• Rangkaian Alat Pemanas dan Pendingin • Perancangan Sirkuit Elektronik
• Perancangan Hardware • Pemrograman Alat • Perakitan Alat
Analisa Hasil Uji Coba Alat
commit to user
III-2
Gambar 3.1. Flowchart Metodologi Penelitian ( Lanjutan ).
3.1. Tahap Studi Awal
3.1.1. Identifikasi Masalah
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, penelitian
dilaksanakan atas adanya kebutuhan sistem pengendali suhu udara dan
kelembaban ruang budidaya jamur. Alat pengendali suhu ini berguna untuk
menjaga dan mengendalikan suhu di dalam ruang budidaya jamur sehingga
produksi jamur menjadi lebih lancar, hasilnya budidayanya lebih baik dan
optimal. Berdasarkan pada alasan tersebut maka perlu dilakukan studi lapangan
dan studi literatur terlebih dahulu untuk memperkuat konsep perancangan dan
mengetahui kondisi aktual sistem produksi terkait. Hal ini juga dilakukan agar
hasil rancangan benar dapat diaplikasikan secara nyata dan sesuai dengan konsep
keteknikan yang ada.
1. Studi lapangan.
Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data, informasi, dan
gambaran mengenai kondisi sebenarnya dan permasalahan yang didapat
dilapangan. Studi lapangan dilakukan dengan cara observasi langsung ke tempat
budidaya jamur kuping. Data kualitatif dan kuantitatif yang didapatkan
selanjutnya digunakan dan diolah untuk memperoleh informasi mengenai
rancangan alat yang akan dibuat. Beberapa hal yang akan diobservasi pada studi
lapangan ini, yaitu:
• Mengenai masalah yang sering didapat dilapangan terhadap penanganan suhu dan kelembaban tempat budidaya jamur kuping.
• Mengenai bentuk kumbung jamur yang digunakan. Kesimpulan dan Saran
Selesai TAHAP KESIMPULAN
DAN SARAN
commit to user
III-3
• Memahami proses budidaya jamur kuping beserta penanganannya secara manual untuk acuan dalam proses penanganan secara otomatis.
• Mencari gambaran penempatan alat dan instalasi rangkaian motor air dan pemanas ruangannya.
2. Tinjauan Pustaka
Studi literatur mendukung informasi yang sebelumnya didapatkan dari studi
lapangan. Informasi dari literatur diperlukan agar pengetahuan tentang konsep
perancangan produk serta sistem yang dimiliki lebih lengkap. Beberapa literatur
yang digunakan berhubungan dengan teori perancangan dan pengembangan
produk, bahasan mengenai jenis jamur, bahan buat tempat budidaya dan otomasi
sistem produksi. Berdasarkan hasil studi yang telah diperoleh pada tahap awal
penelitian ini, dapat dilakukan proses pengumpulan dan pengolahan data yang
akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.
3.1.2. Perumusan Masalah
Pada bagian ini lebih difokuskan pada penggalian kondisi aktual dimana
sistem pengendali suhu dan kelembaban diaplikasikan. Cakupan
langkah-langkahnya yaitu menentukan karakteristik sistem serta memperjelas tujuan
rancangan yang diinginkan, sehingga dihasilkan beberapa keluaran, sebagai
berikut:
• Mengetahui hambatan-hambatan yang ditimbulkan dari sistem pengendali suhu
dan
kelembaban jamur.
• Menentukan tujuan akhir atau keluaran yang diharapkan dari rancangan suhue
control sistem.
3.1.3 Penetapan Tujuan, Manfaat Penelitian dan Batasan Masalah
1.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana untuk meningkatkan kecepatan
respon sistem pengendali suhu pada budidaya jamur yang dilakukan secara
otomatis , mudah dalam pengoperasian pengendali, memiliki kemampu-rawatan
yang mudah, dan memperbaiki realibilitas sistem terdahulu yang mana masih
commit to user
III-4
2.Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dilakukan, adalah bagaimana alat dan sistem ini dapat
membantu setiap petani jamur baik yang sudah terlatih maupun belum dapat
memanfaatkannya sesuai dengan fungsinya dan dapat mengurangi biaya
karyawan, untuk meningkatkan pengendalian yang mandiri, meningkatkan
kemudahan dalam pengoperasian kendali sistem, mendapatkan rancangan
pengendali suhu budidaya jamur yang reliabilitas dari sisi fungsionalnya dan
ekonomis.
3.Batasan Masalah Penelitian
Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan pengembangan konsep untuk
memperoleh hasil perbaikan rancangan lebih sederhana, sehingga untuk batasan
masalah yang diambil adalah bagaimana alat ini dapat bekerja secara baik namun
tidak melihat pengaruhnya terhadap hasil kualitas dari jamur yang dihasilkan.
3.2 Tahap Perancangan dan Ujicoba Alat
3.2.1 Deskripsi Masalah
Langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah bagaimana
mendeskripsikan permasalahan yang ada. Observasi lapangan dilakukan dengan
mencari dan mengumpulkan data secara langsung di lapangan, bagaimana kondisi
aktual penanganan suhu jamur. Tinjauan pustaka dilakukan dengan mencari
referensi untuk dijadikan dasar perhitungan kinerja perbaikan rancangan alat
pengatur suhu udara dan kelembaban serta untuk melakukan pemilihan komponen
yang tepat untuk kendali utamanya beserta alasan pemilihan komponen tersebut.
3.2.2 Perancangan Konseptual
Perancangan konseptual dijelaskan mengenai konsep alat sesuai dengan
kebutuhan petani. Kebutuhan petani yaitu dalam mengatasi permasalahan
pengaturan suhu dan kelembaban di dalam kumbung jamur. Tahapan didalam
perancangan konseptual dilakukan melalui tiga tahapan yaitu identifikasi
kebutuhan, perancangan sistem kerja alat, dan pemilihan komponen.
Identifikasi kebutuhan yang didapat pada permasalahan adalah merancang
suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, praktis dalam perakitan dan
commit to user
III-5
desain sistem yang akan dijalankan oleh alat tersebut berupa kontrol panel, sensor,
serta alat pemanas dan pendingin yang saling berkaitan. Sensor mendeteksi suhu
dan kelembaban di dalam kumbung jamur, lalu memberikan hasilnya kepada
rangkaian kontrol panel dimana terdapat IC mikrokontroler yang akan memproses
data tersebut dan akan menentukan apabila suhu atau kelembaban yang didapat
tidak masuk dalam standar maka akan mengaktifkan alat pemanas atau pendingin
sesuai dengan program yang telah diberikan. Pemilihan komponen dilakukan
dengan mempertimbangkan kebutuhan alat untuk mengatasi pengaturan suhu dan
kelembaban.
3.2.3 Penerapan Rancangan
Penerapan rancangan dilakukan melalui tahapan penentuan komponen yang
akan digunakan, Perancangan Sirkuit Elektronik, Perancangan Hardware,
Pemrograman Alat, dan Perakitan Alat. Penentuan Sensor, IC Mikrokontroler,
serta alat pemanas dan pendingin dengan cara membandingkan dengan alat yang
sejenis dipasaran dari segi harga, kemudahan penggunaan, ketersediaan dipasaran,
dan tingkat kepraktisan alat. Sehingga diperoleh data yang nantinya digunakan
untuk penentuan alat-alat yang akan digunakan sesuai dengan kriteria alat yang
telah disebutkan sebelumnya.
Perancangan sirkuit listrik dan hardware berupa PCB untuk mikrokontrol,
rangkaian kendali, LCD dan desain box panel yang praktis. Sehingga
memudahkan alat tersebut untuk dibawa dan dirangkai di tempat kumbung jamur.
Pemrograman alat dilakukan setelah rangkaian elektronik telah jadi dan
pemilihan sensor dan IC mikrokontrol sudah didapat yang sesuai kebutuhan.
Pemrograman menggunakan software yang mudah digunakan, dan banyak
digunakan dipasaran.
Perakitan alat dilakukan setelah semua komponen yang telah dipilih sesuai
kriteria berupa kontrol panel, sensor, alat pemanas dan pendingin. Sehingga
keseluruhan alat dapat berfungsi dengan baik.
3.2.4 Pengujian Hasil Rancangan
Pengujian hasil rancangan alat pengendali suhu dan kelembaban jamur
dilakukan secara langsung ke tempat budidaya jamur di daerah Mojolaban,
commit to user
III-6
memilih suhu dan kelembaban yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik
penanganan jamur kuping. Berikutnya penanganan suhu dan kelembaban dapat
dilakukan dengan dua mode yaitu secara manual dan otomatis. Penanganan secara
manual dilakukan dengan memilih mode manual yang ada di alat tersebut,
sehingga dapat diatur sesuai kebutuhan. Sedangkan penanganan secara otomatis
yaitu dengan memilih mode otomatis sehingga alat tersebut akan mengatur suhu
dan kelembaban sesuai dengan program yang telah dimasukkan ke IC
Mikrokontroler yaitu saat suhu dibawah standar maka alat akan mengaktifkan
lampu untuk penghangat ruangan, sedangkan apabila suhu diatas standar maka
akan mengaktifkan motor air sebagai pendingin. Penanganan pertama yaitu alat
diujikan dengan kondisi suhu dan kelembaban yang sebenarnya pada kumbung
yang diujikan, setelah itu akan dibuat kondisi yang ekstrim yaitu akan
dikondisikan dibawah dari suhu dan kelembaban yang dibutuhkan begitu juga
sebaliknya sehingga dapat dilihat keefektifitasan dari alat tersebut.
3.3. Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil
Analisis data dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian. Analisis yang
dilakukan meliputi analisis rancangan pengendali suhu jamur, analisis
pengujiannya, serta analisis hasil perbaikan rancangan pengendali suhu. Perlu
dipikirkan beberapa alternatif rancangan alat yang dapat diaplikasikan sebagai
penyelesaian permasalahan sistem pengendali suhu jamur. Berikut bagaimana
menunjukkan langkah yang harus dilakukan, yaitu:
• Menentukan batasan-batasan pengembangan penyelesaian, batasan yang
dimaksudkan disini adalah hal-hal yang ditetapkan sebagai dasar kemunculan
alternatif penyelesaian berupa pertimbangan konsep, biaya, dampak, dan/atau
resiko yang mungkin muncul ketika suatu alternatif tertentu dipilih. Inilah yang
menjadi tolak ukur peneliti sehingga alternatif yang dimunculkan tidak
menyimpang dari permasalahan yang ada.
• Menguraikan beberapa alternatif penyelesaian yang potensial. Menyajikan
alternatif penyelesaian yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Analisis sistem mencakup langkah pengujian terhadap nilai produk, penilaian
commit to user
III-7
mengenai pemilihan kriteria yang ditentukan pada tahapan sebelumnya. Tahapan
ini menekankan dasar dan kekuatan argumentasi yang melandasi penilaian
terhadap kriteria setiap alternatif.
3.4. Tahap Kesimpulan dan Saran
Langkah terakhir adalah bagaimana membuat kesimpulan dari hasil proses
penelitian, dimana sangat diharapkan bahwa kesimpulan tersebut dapat menjawab
semua tujuan dan manfaat yang ingin dicapai oleh peneliti. Selain itu akan
diberikan saran-saran yang terkait dengan perbaikan rancangan pengendali suhu
commit to user
VI-1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasar dari seluruh tahap-tahap penelitian yang telah dilaksanakan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.Penelitian ini menghasilkan prototipe alat pengatur temperatur dan kelembaban
dengan menggunakan mikrokontroler ATmega16, yang mampu meningkatkan
kecepatan respon sistem pengendali temperatur pada budidaya jamur yang
dilakukan secara otomatis, mudah dalam pengoperasian pengendali, memiliki
kemampu rawatan yang mudah, dan memperbaiki realibilitas sistem terdahulu
yang mana masih dilakukan secara manual.
2.Alat pengatur temperatur dan kelembaban ini dapat membantu setiap petani
jamur baik yang sudah terlatih maupun belum, dapat memanfaatkannya sesuai
dengan fungsinya dan dapat mengurangi biaya karyawan, untuk meningkatkan
pengendalian yang mandiri, meningkatkan kemudahan dalam pengoperasian
kendali sistem, mendapatkan rancangan pengendali temperatur budidaya jamur
yang reliabilitas dari sisi fungsionalnya dan ekonomis.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan selanjutnya adalah
sebagai berikut:
1.Alat tersebut sebaiknya diujicobakan di tempat dengan temperatur yang
ekstrim (temperatur terlalu tinggi dan rendah) untuk melihat tingkat
keefektifitasan alat tersebut.
2.Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh sebelum dan
commit to user
V-1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam
penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Analisis yang dibahas
dalam penelitian ini terdiri dari kelebihan dan kelemahan sistem aplikasi dan hasil
pengujian dari sistem aplikasi yang telah dibuat.
5.1 Analisis Hasil Penelitian
Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis hasil perancangan dan analisis
hasil pengujian. Analisis yang dilakukan adalah analisis ujicoba pemilihan
komponen mikrokontroler, analisis ujicoba tingkat keefektifitasan alat terhadap
perubahan suhu dan kelembaban di lokasi budidaya jamur Mojolaban, dan analisis
keefektifitasan alat terhadap hasil produksi jamur kuping di Mojolaban.
5.1.1 Analisis Ujicoba Mikrokontroler
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari perancangan sistem
pengendali suhu dan kelembaban jamur kuping. Perancangan alat ini pada
awalnya menggunakan mikrokontroler ATMega8 namun pada tahap
pemrograman dilakukan terjadi overmemory dimana memori pada mikrokontroler
tidak mencukupi kapasitasnya karena memori yang diperlukan untuk
pemrograman alat ini adalah 12 Kbyte sedangkan ATMega8 hanya memiliki
kapasitas memori 8 Kbyte. Oleh karena itu diperlukan mikrokontroler dengan
kapasitas yang lebih besar namun dengan kualitas dan harga yang tidak terlalu
berbeda maka dipilih mikrokontroler ATMega16 dengan kapasitas memorinya 16
Kbyte. Berikut perbandingan keefektifitasan alat antara ATMega8 dengan
ATMega16 saat digunakan pada perancangan alat, seperti pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Perbandingan Mikrokontroler terhadap kebutuhan alat.
Perbandingan Mikrokontroler
Aspek Pembanding ATMega8 ATMega16
commit to user
V-2
5.1.2 Analisis Ujicoba Alat
Pengujian dilakukan di tempat budidaya jamur kuping desa Kloron
RT:01/RW:1, Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo dengan ukuran kumbung jamur
panjang 9m x lebar 3m x tinggi 2,5m. Pengujian awal nilai suhu dan kelembaban
didapatkan nilai suhu 29˚C dan kelembaban 89 %RH seperti pada Gambar 4.21.
Setelah alat diaktifkan dan dipilih nilai suhu dan kelembaban yang diinginkan
dengan menggunakan mode otomatis maka hasil perubahan suhu dan kelembaban
akan terlihat seperti pada Tabel 5.1 dan Grafik 5.1.
Tabel 5.2 Perubahan Suhu Ujicoba Alat
Waktu Suhu (˚C) Kelembaban (%RH) Kondisi Pompa Air
0:00:00 29 89 Aktif
0:00:30 29 89 Aktif
0:01:00 29 89 Aktif
0:01:30 28 89 Aktif
0:02:00 28 89 Aktif
0:02:30 27 89 Aktif
0:03:00 27 89 Aktif
0:03:30 26 89 Aktif
0:04:00 26 89 Aktif
0:04:30 26 89 Aktif
0:05:00 25 89 Aktif
0:05:30 25 89 Aktif
0:06:00 24 89 Tidak Aktif
Grafik 5.1 Perubahan Suhu Ujicoba Alat
Dari hasil ujicoba alat tersebut didapatkan data rata-rata perubahan suhu
commit to user
V-3
apabila dibandingkan dengan metode manual (pekerja menyemprotkan selang
secara manual) dimana perubahan dari suhu 29 ˚C ke 24 ˚C memerlukan waktu 10
menit dimana perubahan untuk 1 derajat memerlukan waktu sekitar 2 menit
seperti pada Tabel 5.2 dan Grafik 5.2. Dari ujicoba dengan menggunakan alat dan
manual didapat hasil apabila menggunakan alat ini akan lebih efisien dari segi
waktu perubahan suhu.
Tabel 5.3 Perubahan Suhu dengan Metode Manual
Waktu Suhu (°C) Kelembaban (%RH)
0:00:00 29 89
0:00:30 29 89
0:01:00 29 89
0:01:30 29 89
0:02:00 28 89
0:02:30 28 89
0:03:00 28 89
0:03:30 28 89
0:04:00 28 89
0:04:30 27 89
0:05:00 27 89
0:05:30 27 89
0:06:00 27 89
0:06:30 26 89
0:07:00 26 89
0:07:30 26 89
0:08:00 26 89
0:08:30 25 89
0:09:00 25 89
0:09:30 25 89
commit to user
V-4
Grafik 5.2 Perubahan Suhu Secara Manual
5.1.3 Analisis Hasil Produksi Jamur Kuping dengan Menggunakan Alat
Setelah dilakukan ujicoba alat dan dinilai efektif untuk mengatur suhu dan
kelembaban maka alat langsung diujicobakan secara langsung pada periode 9
Januari 2012 sampai dengan 8 Februari 2012 dan pengecekan hasil produksi
setiap 2 hari. Ujicoba ini dilakukan untuk mengetahui keefektifitasan alat untuk
meningkatkan produksi jamur kuping. Pada ujicoba ini dibagi menjadi 2 tahap
yaitu pada tanggal 9 Januari 2012 – 23 Januari 2012 diamati hasil produksi jamur
kuping dengan menggunakan metode manual atau alat belum dipasang dan
hasilnya seperti pada Tabel 5.3.
Tabel 5.4 Hasil Produksi Jamur Kuping dengan Metode Manual
Sebelum Dipasang Alat Pengatur Suhu dan Kelembaban Tanggal Hasil Panen Jamur Kuping (Dalam Kg)
09 januari 2012 7
11 januari 2012 5
13 januari 2012 8
15 januari 2012 5,5
17 januari 2012 6
19 januari 2012 6,5
21 januari 2012 7
23 januari 2012 5
commit to user
V-5
Setelah tahap pertama selesai maka dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu
pada tanggal 25 Januari-8 Februari 2012 dengan menggunakan alat dan hasilnya
seperti pada Tabel 5.4.
Tabel 5.5 Hasil Produksi Jamur Kuping dengan Alat Pengatur Suhu dan
Kelembaban
Setelah Dipasang Alat Pengatur Suhu dan Kelembaban Tanggal Hasil Panen Jamur Kuping (Dalam Kg)
25 januari 2012 6,5
27 januari 2012 6,9
29 januari 2012 7,3
31 januari 2012 7,5
02 februari 2012 7,9
04 Februari 2012 8,2
6 februari 2012 8,3
8 februari 2012 8,4
Analisis yang didapat yaitu pada tahap pertama dengan menggunakan
metode manual rata-rata produksinya adalah 6,25 kg dengan penyemprotan air
rata-rata sebanyak 5-6 kali dalam sehari, sedangkan pada tahap kedua dengan
menggunakan alat ini adalah 7,625 kg dengan rata-rata penyemprotan buih air
hanya 2-3 kali sehari. Dari hasil ini maka pemakaian alat pengatur suhu dan
kelembaban ini dinilai efektif dan mampu meningkatkan produksi jamur kuping.
Pada Grafik 5.2 terlihat kenaikan hasil produksi jamur kuping.