commit to user
Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima
Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret
Di Kota Surakarta
SKRIPSI
Disusun untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh :
Novan Andrianto
D 0105107
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
commit to user
HALAMAN PENGESAHANSkripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Sukadi, M. Si
NIP. 194708201976031001 Ketua
2. Dra, Sudaryanti, M. Si
NIP. 195704261986012002 Sekretaris
3. Drs. Wahyu Nurhajadmo, M.Si
NIP. 196411231988031001 Penguji
Mengetahui
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
commit to user
NIP. 195408051985031002
M O T T O
demikian itu sangatlah berat, kecuali bagi orang
-(Q.S Al Baqarah : 45)-
Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebenaran maka ia akan menerima pahala sebesar pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka.
- HR. Muslim -
Seseorang yang mencoba melakukan sesuatu dan gagal jauh lebih baik dibanding seseorang yang tidak mencoba melakukan sesuatu dan sukses.
-Llyod Jones-
Musuh yang sulit ditaklukkan adalah diri sendiri.
-Penulis-
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk :
pengorbanannya serta selalu mengharap keberhasilan buah hatinya
Saudara-saudaraku tersayang
Sahabat-sahabatku Taufiq, Lubis, Aris, Irfianto, Joko, Rita, Edwin, Desi,
Arnold, Alwi, Candra dan temen-temen angkatan 05 yang belum
sempat tertulis saya ucapkan terima kasih telah mendorong dan
memberi semangat
Masa Depanku
commit to user
KATA PENGANTARAssalamu arohmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdul alamin. Segala puji penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA BELAKANG KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET DI
Penulis menyadari bahwa sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Drs. Wahyu Nurharjadmo, M.Si selaku pembimbing skripsi, yang telah
memeberikan pengarahan dalam menyelesaikan tulisan ini.
2. Dra. Sudaryanti, M.Si selaku pembimbing akademik, yang telah
membimbing penulis selama menempuh studi.
3. Prof. Drs. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah memberikan
ijin penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen jurusan Ilmu Administrasi yang telah menularkan
commit to user
6. Bapak Didik Anggono HKS, S.HUT, Msi selaku Seksi Penataan dan
Pembinaan PKL Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta.
7. Seluruh staf karyawan/ karyawati Dinas Pengelolaan Pasar, khususnya
pada Bidang Pengelolaan PKL yang telah membantu memperoleh data
dalam penelitian ini.
8. Orang tua dan saudara-saudaraku atas semangat dan
masukan-masukannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis susun, penulis menyadari bahwa dalam
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan
penyusunan skripsi ini.
Surakarta, April 2012
Penulis
commit to user
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Implementasi Kebijakan ... . 8
commit to user
10
2. Evaluasi Kebijakan
3. Implementasi Kebijakan 22
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan 33
5. Pedagang Kaki Lima 38
B. Kerangka Pemikiran 40
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 46
B. Lokasi Penelitian 46
C. Sumber Data 47
D. Teknik Pengumpulan data 48
E. Teknik Penarikan Sampel 50
F. Teknik Analisis Data 50
G. Validitas Data 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 54
1. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta 54
2. Tugas Pokok dan Struktur Organisasi 57
3. Persebaran Pedagang Kaki Lima 68
4. Tujuan Penataan Pedagang Kaki Lima 72
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 75
1. Kebijakan Penataan dan Pembinaan PKL di Surakarta 75
2. Implementasi Kebijakan PKL 78
commit to user
94
b. Tahap Penataan 83
c. Tahap Penertiban 86
d. Tahap Pembinaan 90
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Relokasi PKL a. Sikap Pelaksana 94
b. Komunikasi 99
c. Sumber Daya 103
d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran 105
5. Evaluasi Implementasi Kebijakan relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus UNS 111
6. Dampak yang timbul atas Implementasi Relokasi PKL Belakang Kampus UNS 117
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 121
B. Saran 123
commit to user
DAFTAR TABELTabel II.1
Tabel IV.1
Indikator Evaluasi Kebijakan ...
Jumlah PKL per Kecamatan di Kota Surakarta ...
16
68
Tabel IV.2 Type Bangunan/Tempat PKL yang Cenderung Menetap... 69
Tabel IV.3 Jenis Dagangan PKL di Jl. Ki Hajar Dewantara... 69
Tabel IV.4
Table IV.5
Tabel IV.6
Waktu Berdagang PKL ...
Kebersihan dan Kerapian
70
71
71
Tabel IV.7
Table IV.8
Matrik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program
Pembinaan, Penataan, dan Penertiban PKL di Belakang
Kampus UNS ...
Matrik Tahapan Kegiatan Relokasi PKL
Belakang Kampus UNS ...
110
commit to user
DAFTAR BAGANBagan II.1
Bagan II.2
Kebijakan Sebagai Suatu Proses ...
Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle
14
24
Bagan II.3 Model Implementasi Kebijakan Menurut Van Meter
Dan Van Horn 29
Bagan II.4
Bagan II.5
Bagan III.1
Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian
Dan Sabatier
Skema Kerangka Pemikiran
Model Analisis Interaktif...
32
42
commit to user
DAFTAR GAMBARGambar IV.1 Papan Petunjuk Arah Ke Pasar Panggung Rejo 118
Gambar IV.2 Pemugaran Pagar Pasar Panggung Rejo Menjadi
Lebih Pendek 119
commit to user
ABSTRAKNovan Andraianto, D0105107, Evaluasi Implementasi Kebijakan Relokasi Pedagang Kaki Lima Belakang Kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Hal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kebijakan relokasi dan mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program kebijakan relokasi pedagang kaki lima belakang kampus Universitas Sebelas Maret di Kota Surakarta serta dampak yang timbul dari kebijakan relokasi tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah di Dinas Pengelolaan Pasar, serta para PKL belakang kampus UNS. Adapun data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi. Metode penarikan sampel yang digunakan bersifat purposive sampling yang dikuatkan dengan
snowball. Uji validitas data dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi
data dimana triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Indikator evaluasi implementasi yang digunakan yaitu sikap pelaksana, komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran.
commit to user
ABSTRACTNovan Andrianto, D0105107, Evaluation of Policy Implementation Relocation Street Vendor Seller Behind Campus Sebelas Maret Universityin Surakarta, Thesis, Department of Administrative Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sebelas Maret, Surakarta, 2012, Page.
This study aimed to evaluate the relocation policy and the factors to be obstacles to the implementation of relocation policy street vendor seller behind campus Sebelas Maret University in Surakarta and the effects of the relocation policy.
The research method used in this research is descriptive qualitative research method that can describe the process of relocation policy implementation street vendor seller behind campus Sebelas Maret University. Study sites are in the Market Management Department, as well as street vendors seller behind the campus UNS.The source data used include the primary data and secondary data. The data is obtained from several sources through interviews, documentation and observation. Sampling method used is purposive sampling was strengthened with the snowball.Validity test data using data triangulation technique is similar to test data from various sources, where the triangulation is a triangulation of sources used. The data analysis technique used is an interactive analysis technique which consists of three components, namely data reduction, data display, and conclusion. Evaluation indicators used by the implementation of executive attitudes, communication, resources , and compliance and the responsiveness of the target group.
commit to user
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya suatu kota, maka permasalahan yang dihadapinya pun
menjadi semakin kompleks. Masalah yang paling jelas adalah masalah
kemiskinan, pengangguran dan keterbatasan pekerjaan di sektor formal maka
sektor informal menjadi pilihan utama. Sektor informal bidang perdagangan
banyak dipilih oleh masyarakat perkotaan karena dalam bidang ini mereka
langsung dapat menikmati hasil kerjanya serta tidak membutuhkan modal yang
terlalu tinggi, sehingga banyak dari mereka yang berprofesi sebagai pedagang di
pinggir jalan atau trotoar sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). Profesi ini tidak
memerlukan modal yang besar dan tanpa memerlukan ketrampilan serta
pengetahuan yang tinggi. Hanya dengan modal dan ketrampilan yang rendah
mereka dapat terus bekerja untuk mempertahankan hidup.
Pesatnya perkembangan sektor informal sekarang ini sebagai penopang
kehidupan ekonomi, tidak sedikit dari mereka yang berprofesi sebagai PKL
mengembangkan usahanya di daerah yang dianggap srategis / dekat pusat
keramaian. Hal ini memungkinkan usahanya menjadi alternatif dalam membuka
lapangan kerja dengan skala besar serta dengan omzet penjualan yang relatif besar
pula. Bahkan mereka yang semula terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
beralih profesi sebagai PKL telah berhasil mengembangkan usahanya dengan
commit to user
yang terkenal dengan pusat jajanan kaki limanya. Di antaranya Si Jack dan Pak
Kumis, pengusaha susu segar dan Hik, yang telah membuka cabang di beberapa
tempat di Kota Solo. Disamping itu bertambahnya jumlah PKL juga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang dihasilkan dari retribusi PKL.
Sampai saat ini sektor informal memberikan kontribusi yang berarti terhadap
pemasukan PAD sebagai modal pembangunan daerah.
Sektor informal meskipun menjadi bagian dari pendukung perekonomian ,
namun keberadaan mereka di sisi lain berdampak negatif. Dampak negatif ketika
keberadaan PKL mulai mengganggu ketertiban, keindahan, dan kenyamanan kota.
Para PKL banyak yang berjualan di tempat-tempat umum yang tidak semestinya.
Seperti di pinggir jalan, trotoar, taman-taman kota, alun-alun dan berbagai tempat
umum yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi PKL. Meningkatnya jumlah
PKL di berbagai tempat menambah permasalahan baru, keberadaan mereka
menjadikan penyebab kekumuhan kota.
Keberadaan PKL tersebut akan menimbulkan permasalahan sosial yang
kompleks, bukan hanya terbatas pada permasalahan tata ruang kota tapi juga akan
berakibat pada permasalahan sosial yang lain. Baik secara langsung maupun tidak
langsung keberadaan PKL sangat mempengaruhi kondisi dan lingkungan kota.
Pada dasarnya permasalahan PKL bukan hanya pada persoalan kebersihan,
keindahan, keamanan, dan tata ruang kota, tapi juga menyangkut masalah sosial
seperti pekerjaan, pengangguran, keadilan sosial, kesejahteraan dan kemiskinan.
Penyelesaian permasalahan PKL harus memperhatikan permasalahan sosial yang
commit to user
permasalahan yang mungkin lebih kompleks lagi. Sebagaimana dimuat dalam
Peraturan Daerah (Perda) Kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penataan
dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, ditegaskan bahwa setiap PKL harus
bertanggungjawab terhadap ketertiban, kerapian, keindahan, kesehatan
lingkungan, dan keamanan sekitar tempat usaha. Akan tetapi hal ini jauh dari apa
yang diharapkan. Karena PKL tidak menghiraukan dan bebas menggunakan lahan
dan trotoar yang ada di belakang kampus UNS.
Keberadaan PKL bagaikan pisau bermata dua. Sebagai sektor informal
PKL menjadi katup-katup pengaman ekonomi saat terjadi krisis moneter yang
berlanjut pada krisis multidimensional. PKL mampu bertahan dan menampung
korban-korban PHK sehingga rasa frustasi akibat kehilangan pekerjaan / mata
pencaharian dapat terobati. Roda perekonomian yang secara nasional hampir
terhenti/ lesu, namun PKL sebagai alternative usaha mampu menggerakkannya.
Di sisi lain keberadaan PKL yang tak terkendali menjadi bumerang bagi
keberlangsungan hidup Pemerintah Kota Surakarta sendiri. Karena keberadaan
PKL yang hanya melihat kepentingan sesaat dan pribadi saling bertabrakan
dengan kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yang mengakomodir kepentingan
umum atau banyak pihak. Sehingga dalam perjalanannya, keberadaan PKL telah
memunculkan masalah-masalah yang merupakan buah simalakama bagi
pemerintah Kota Surakarta. Sering terjadi benturan-benturan kepentingan PKL
dengan warga, warga dengan warga, PKL dengan PKL, PKL dengan warga serta
commit to user
Sebagai salah satu alternatif mempertahankan hidup dan memperbaiki
keadaan, dengan modal yang pada umumnya tidak besar, PKL tumbuh secara
sporadis, menempel di hampir seluruh kegiatan / pusat keramaian dan di
tempat-tempat strategis. Salah satu dari kelompok PKL yang ada adalah kelompok PKL
yang menempati lahan belakang kampus, persis menempel dipagar belakang
UNS. Hal ini tidak sesuai dengan Perda kota Surakarta Nomor 03 Tahun 2008
yang melarang trotoar dan jalan dipakai untuk berjualan. Terlepas dari adanya
polemik, dengan keberadaan mereka, tidak sedikit yang memperoleh manfaat,
termasuk para mahasiswa UNS sendiri, meski tidak kurang juga masalah yang
ditimbulkan.
Berkembangnya PKL di belakang kampus UNS ini, berawal sejak tahun
1990-an. Para PKL tersebut kemudian mendirikan paguyuban yang diberi nama
PPSK pada tahun 2000. Seiring dengan meningkatnya jumlah PKL tersebut, pihak
Kampus UNS menanggapi dengan melayangkan surat kepada Walikota Surakarta,
Ir. H. Joko Widodo pada tanggal 12 Januari 2006 dengan Nomor:
766/J27/TU/2006. Dalam surat tersebut Rektor UNS, Prof. Dr. dr. H. Much
Syamsulhadi, Sp. KJ, meminta keberadaan PKL disekitar kampus UNS, baik di
Kentingan, Mesen, maupun di Pabelan, untuk ditertibkan. Karena keberadaan
PKL telah mengakibatkan kampus menjadi kumuh dan berpengaruh pada citra
negatif Kampus UNS di mata masyarakat. Disamping itu, ketertiban dan
keamanan kampus kurang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, PKL di
sekitar Kampus UNS ternyata cukup mengganggu kenyamanan lalu lintas sekitar
commit to user
Di relokasi ke tempat yang telah disediakan Pemkot di belakang kantor kecamatan
Jebres yang sekiranya dapat mengakomodir kegiatan PKL.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota dalam penanganan PKL di
belakang kampus UNS diantaranya dengan membuatkan 100 kios di belakang
kantor kecamatan untuk menampung PKL di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantara.
Sebanyak 93 kios PKL di belakang kampus UNS, Solo telah diruntuhkan semua.
Sementara 66 PKL yang belum mendapatkan kios bakal diakomodasi dengan
pembangunan kios baru di sepanjang jalan mulai Pedaringan hingga Kantor
Kecamatan Jebres. Pembangunan kios baru itu diambilkan dari APBD 2009
senilai Rp. 2,4 miliar. Pembersihan bangunan kios tak berizin itu untuk
mengembalikan kondisi jalan semula. Selain itu juga untuk membuka akses Solo
Techno Park dan Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN).
(http://quilljournal.wordpress.com/PPSK berang tak dilibatkan dalam proses
pendataan relokasi PKL).
Rencana relokasi PKL oleh Pemkot Surakarta yang ditargetkan selesai
akhir tahun 2008. Sampai pertengahan tahun 2009 relokasi belum juga sukses
dilaksanakan dikarenakan bangunan gedung yang belum sepenuhnya selesai
dikerjakan. Pada Oktober 2009 barulah para PKL belakang kampus UNS bisa
menempati tempat baru mereka di belakang Kecamatan Jebres. Memang dari apa
yang ditemukan di lapangan program ini cukup berhasil, tetapi bagaimanapun tak
ada gading yang tak retak. penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana
commit to user
jangka pendek yang ditimbulkan oleh program relokasi serta faktor-faktor yang
menjadi penghambat pelaksanaan relokasi.
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Bagaimanakah proses implementasi kebijakan relokasi PKL belakang
kampus UNS Oleh Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan petunjuk
pelaksanaan (Juklak) yang berlaku?
Faktor faktor apa saja yang menjadi penghambat pelaksanaan relokasi
PKL?
Dampak jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL dari tempat
lama ke tempat yang baru ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Operasional
Mengetahui implementasi relokasi PKL belakang kampus UNS oleh
Pemerintah Kota Surakarta telah sesuai dengan rencana atau aturan
implementasi yang diharapkan, mengetahui faktor-faktor yang menjadi
penghambat implementasi relokasi PKL belakang dan mengetahui dampak
jangka pendek yang muncul setelah relokasi PKL belakang ke tempat
baru.
commit to user
Sebagai sumbangan dalam pengujian dan penerapan teori Administrasi
Negara terhadap masalah publik terutama masalah yang berkaitan dengan
PKL sehingga penelitian selanjutnya dapat melengkapi dan memperbaiki
penelitian yang ada sebelumnya.
3. Tujuan Individu
Penelitian ini dilaksanakan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan Administrasi Negara pada Jurusan Ilmu Administrasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis :
a. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan
bagi organisasi yang terkait dalam meningkatkan kualitas
implementasi program relokasi PKL.
b. Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan,
bagi pembaca maupun pihak Pemerintah Kota Surakarta, baik
sebagai pengetahuan, masukan dan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan
relokasi PKL
2. Manfaat Teoritis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam dunia
commit to user
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Untuk mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam
penelitian ini, maka penyusunannya adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan Publik
Menurut Widodo (2007: 188-189), kebijakan publik dibuat bukan tanpa
maksud dan tujuan. Kebijakan publik dibuat untuk memecahkan masalah publik
di masyarakat yang memiliki banyak macam, variasi dan intensitasnya. Hanya
masalah publik yang dapat menggerakkan orang banyak untuk memikirkan dan
mencari solusinya yang bisa menghasilkan sebuah kebijakan publik. Lebih lanjut
menurut Widodo dengan menyimpulkan pendapat dari Walker dan Jones, masalah
publik akan mudah tampil menjadi kebijakan publik jika masalah publik tadi:
a) Dinilai penting dan membawa dampak besar bagi banyak orang
b) Mendapatkan perhatian dari Policy Maker
c) Sesuai dengan platform politik (program politik)
d) Kemungkinan besar bisa dipecahkan.
Pengertian lain dari kebijakan, menurut Raksasatya (dalam
commit to user
untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu kebijakan memuat 3 (tiga) elemen,
yaitu:
a) Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai.
b) Taktik atau strategi beberapa langkah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c) Penyediaan beberapa input untuk memungkinkan pelaksanaan
secara nyata dari taktik atau strategi.
Mustopadidjaja menjelaskan mengenai kebijakan sebagai berikut: Istilah
kebijakan lazim digunakan dalam kaitannya dengan tindakan atau kegiatan
Pemerintah, serta perilaku Negara pada umumnya (dalam Nurcholis.2005:158).
Friedrich menjelaskan tentang kebijakan : Kebijakan adalah suatu tindakan yang
mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau Pemerintah
dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan
tertentu seraya memberi peluang-peluang untuk mencapai tujuan, atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan (dalam Wahab.2005:3)
Pengertian kebijakan menurut Anderson (dalam Islamy,1994:17) diartikan
sebagai an action in dealing with a
. (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan
tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok
pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Sedangkan menurut Nugroho (2003:54) kebijakan publik adalah hal-hal
yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan
commit to user
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
adalah suatu tindakan yang dilakukan Pemerintah untuk memecahkan masalah
publik dengan disertai indikator yang jelas dan strategi untuk mencapai tujuan -
tujuan tertentu yang ingin dicapai kebijakan tersebut.
2. Evaluasi Kebijakan
Suatu program dirancang sedemikian rupa oleh pemerintah untuk
mencapai tujuan tertentu dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tetapi
sekalipun program dirancang sedemikian rupa dan direncanakan dengan matang,
tidak selalu dapat mewujudkan tujuan yang dikehendaki. Agar tujuan tercapai
maka proses perencanaan program, dan pelaksanaan program harus dilakukan
sebaik mungkin. Dalam setiap pelaksanaan program akan ada akibat atau dampak
yang timbul yaitu keberhasilan atau kegagalan. Dalam hal ini maka untuk
mengetahui apakah pelaksanaan program berhasil atau gagal perlu dilakukan
suatu kegiatan evaluasi kebijakan.
Istilah evaluasi menurut William N. Dunn (2003:132) adalah prosedur
analisis kebijakan yang digunakan untuk menghasilkan informasi mengenai nilai
atau manfaat dari serangkaian aksi di masa lalu dan atau di masa depan, kemudian
masih dalam menurut William N. Dunn (2003:608) istilah evaluasi dapat
disamakan dengan penafsiran (approcial), pemberian angka (rating) dan penilaian
(assassment). Secara lebih spesifik, evaluasi dinyatakan berkenaan dengan
produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. James Anderson
commit to user
penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi, dan dampak. Dalam
hal ini, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja melainkan
dilakukan dalam seluruh proses kebijakan.dengan demikian, evaluasi kebijakan
bisa meliputi perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang
diusulkan untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun
dampak kebijakan (Budi Winarno, 2007:227).
Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Thomson Reuters tentang
pengertian evaluasi sebagai berikut :
across the social sciences and related disciplines, including, but not
limited to:
Politics, economics and public administration
Psychology, sociology and anthropology
Education, health and law
I
Program evaluation is a systematic method for collecting, analyzing, and
using information to answer basic questions about project, policies, and
bersama dari lintas ilmu sosial dan berhubungan dengan disiplin ilmu yang lain
yang tidak terbatas pada :
Ilmu Politik, ilmu Ekonomi, dan ilmu Administrasi Negara
commit to user
Pendidikan, Kesehatan, dan Hukum
Ilmu Informasi dan Teknologi Informasi/TI.
Evaluasi Program adalah sebuah metode sistematis yang berfungsi untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menjawab
pertanyaan pertanyaan mendasar tentang beberapa proyek, kebijakan, dan
Evaluation :The International Journal of Theory, Research and
Practice, p. 98, Vol. 14. Thomson Reuters 2007, Tavistock Institute, London,
UK)
Dalam Jurnal Internasional yang dikemukakan oleh Gene Shackman,
menyatakan pengertian Evaluasi adalah sebagai berikut:
nt. Evaluations should follow a
systematic and mutually agreed on plan. Plans will typically include the
following:
Determining the goal of the evaluation: What is the evaluation
question, what is the evaluation to find out.
How will the evaluation answer the question: What methods will be
used.
Making the results useful, how will the results be reported so that they
can be used .
Evaluasi harus mengikuti perencanaan yang sistematis dan telah disepakati.
commit to user
Penentuan tujuan evaluasi : Apakah masalah - masalah yang ada dalam
proses evaluasi, apakah yang diperoleh dari evaluasi.
Bagaimana evaluasi dapat menyelesaikan masalah - masalah : Apa
metode yang akan digunakan.
Membuat hasil yang berguna, bagaimana melaporkan hasil evaluasi
sehingga hasil tersebut dapat digunakan oleh organisasi sebagai sarana
(What is Program Evaluation p. 101. Vol. 11, Gene Shackman, 2007,
Washington DC).
Tujuan dari evaluasi dalam AG. Subarsono (2005:120-121) dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan
Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan
sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan
Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari
suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan
Salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan
kualitas pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
d. Mengukur dampak suatu kebijakan
Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditunjukan untuk melihat dampak
commit to user
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan
Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya
penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan
antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang
Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi
proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
BAGAN II.1
Kebijakan Sebagai Suatu Proses
Sumber: AG. Subarsono, 2005:121
Input adalah bahan baku (raw material) yang digunakan sebagai masukan
dalam sebuah sistem kebijakan. Input tersebut dapat berupa sumberdaya manusia,
sumberdaya finansial, tuntutan-tuntutan, dukungan masyarakat.
Output adalah keluaran dari sebuah sistem kebijakan yang dapat berupa
peraturan, kebijakan, pelayanan atau jasa, dan program. Sebagai contoh, output
dari proyek irigasi adalah tersedianya saluran irigasi sepanjang sekian kilo meter.
Outcome adalah hasil suatu kebijakan dalam jangka waktu tertentu sebagai
akibat diimplementasikannya suatu kebijakan. Contoh: proyek irigasi, maka Input Output Outcome Dampak
Umpan Balik Proses
commit to user
outcomes-nya adalah tersedianya supplai air berjumlah sekian kubik, peningkatan
jumlah luas sawah yang mendapat irigasi.
Impact (dampak) adalah akibat lebih jauh pada masyarakat sebagai suatu
konsekuensi adanya kebijakan yang diimplementasikan. Contoh: Proyek irigasi,
maka dampaknya adalah meningkatnya frekuensi tanam padi, kenaikan tingkat
produksi padi, dan meningkatnya pendapatan petani.
Evaluasi perlu dilakukan karena:
a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan, yakni seberapa
jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.
b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan
melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu
kebijakan berhasil atau gagal.
c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian
kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana
dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
d. Menunjukkan pada stakeholder manfaat suatu kebijakan. Apabila tidak
dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para stakeholder,
terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari
kebijakan dan program pemerintah.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya, evaluasi
kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses
commit to user
kesalahan yang sama. Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat
ditetapkan kebijakan yang lebih baik
Lester dan Stewart dalam Budi Winarno (2007:226) mengungkapkan
evaluasi kebijakan dapat dibedakan ke dalam dua tugas yang berbeda, yaitu:
a. Menentukan konsekuensi-konsekuensi apa yang ditimbulkan oleh
suatu kebijakan dengan cara menggambarkan dampaknya. Tugas
pertama ini merujuk pada usaha untuk melihat apakah kebijakan
publik mencapai tujuan atau dampak yang diinginkan ataukah tidak.
Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya? Misalnya,
apakah terjadi kesalahan dalam merumuskan masalah ataukah karena
faktor-faktor yang lain?
b. Menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan
standard atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas kedua
ini menilai apakah suatu kebijakan berhasil atau tidak dalam meraih
dampak yang diinginkan.
Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan, perlu dikembangkan beberapa
indikator evaluasi. Dunn mengemukakan indikator evaluasi sebagai berikut:
Tabel II.1
Indikator Evaluasi Kebijakan
No. Kriteria Penjelasan
1 Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?
2 Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah?
commit to user
4 Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai kelompok dan dapat memuaskan mereka?
5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
Sumber: AG. Subarsono 2005: 126
Menurut Charles O. Jones dalam Budi Winarno (2004:166) untuk
memenuhi tugas di atas, suatu evaluasi kebijakan harus meliputi beberapa
kegiatan yaitu:
a. Pengkhususan
Merupakan kegiatan yang paling penting di antara kegiatan yang lain
dalam evaluasi kebijakan. Kegiatan ini meliputi identifikasi tujuan atau
kriteria melalui mana program kebijakan tersebut akan dievaluasi.
b. Pengukuran
Ukuran atau kriteria inilah yang akan kita pakai untuk menilai manfaat
program kebijakan. Pengukuran menyangkut pengumpulan informasi
yang relevan untuk objek evaluasi.
c. Analisis
Penggunaan informasi yang telah terkumpul dalam rangka menyusun
kesimpulan.
d. Rekomendasi
Penentuan mengenai apa yang harus dilakukan di masa yang akan
datang.
James Anderson dalam Budi Winarno (2007:227-229) membagi tipe
evaluasi kebijakan sebagai berikut:
commit to user
Dalam tipe ini, evaluasi kebijakan dipandang sama pentingnya dengan
kebijakan itu sendiri. Para pembuat kebijakan dan administrator selalu
membuat pertimbangan- pertimbangan mengenai manfaat atau dampak
dari kebijakan-kebijakan, program-program, dan proyek-proyek.
Evaluasi seperti ini akan mendorong terjadinya konflik karena
evaluator-evaluator yang berbeda akan menggunakan kriteria-kriteria
yang berbeda, sehingga kesimpulan yang didapat pun berbeda
mengenai manfaat dari kebijakan yang sama.
b. Tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau
program-program tertentu.
Tipe evaluasi ini lebih membicarakan mengenai kejujuran atau
efisiensi dalam melaksanakan program. Namun demikian, tipe evaluasi
ini cenderung menghasilkan informasi yang sedikit mengenai dampak
suatu program terhadap masyarakat.
c. Tipe evaluasi kebijakan sistematis
Tipe ini secara komparatif masih dianggap baru, tetapi akhirakhir ini
telah mendapat perhatian yang meningkat dari para peminat kebijakan
publik. Tipe ini melihat secara objektif program-program yang
dijalankan untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.
Penemuan-penemuan kebijakan dapat digunakan untuk mengubah
commit to user
dalam merencanakan kebijakan-kebijakan dan program-program lain
di masa depan.
Untuk melakukan evaluasi yang baik dengan margin kesalahan yang
minimal, beberapa ahli mengembangkan langkah langkah dalam evaluasi
kebijakan. Salah satu ahli tersebut adalah Edward A. Suchman.
Suchman dalam Budi Winarno (2007:230-231) mengemukakan 6 langkah
dalam evaluasi kebijakan, yakni:
a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari
kegiatan tersebut atau karena penyebab yang lain.
f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaaan suatu dampak
Secara rinci Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994:8-9)
mengemukakan beberapa persoalan yang harus dijawab oleh suatu kegiatan
evaluasi adalah sebagai berikut ini :
a. Kelompok dan kepentingan mana yang memiliki akses di dalam
pembuatan kebijakan?
b. Apakah proses pembuatannya cukup rinci, terbuka dan memenuhi
prosedur?
c. Apakah program didesain secara logis?
commit to user
e. Apakah standar implementasi yang baik menurut kebijakan tersebut?
f. Apakah program dilaksanakan sesuai standart efisiensi dan ekonomi?
Apakah uang digunakan dengan jujur dan tepat?
g. Apakah kelompok sasaran memperoleh pelayanan dan barang seperti
yang didesain dalam program?
h. Apakah program memberikan dampak kepada kelompok non sasaran?
Apa jenis dampaknya?
i. Apa dampaknya, baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan,
terhadap masyarakat?
j. Kapan tindakan program dilakukan dan dampaknya diterima oleh
masyarakat?
k. Apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan?
Sementara itu Kasley dan Kumar dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 9)
menyarankan 3 pertanyaan berikut :
a. Siapa yang memperoleh akses terhadap input dan output proyek?
b. Bagaimana mereka bereaksi terhadap proyek tersebut?
c. Bagaimana proyek tersebut mempengaruhi perilaku mereka?
Samodra Wibawa dkk dalam Evaluasi Kebijakan Publik (1994:9)
mengambil kesimpulan dari berbagai persoalan tersebut diatas, evaluasi kebijakan
kiranya bermaksud untuk mengetahui empat aspek yaitu:
a. Proses pembuatan kebijakan
b. Proses implementasi
commit to user
d. Efektivitas dampak kebijakan
Di pihak lain, evaluasi dapat dilakukan sebelum atau maupun sesudah
kebijakan dilaksanakan. Menurut Dunn dalam Samodra Wibawa dkk (1994:9),
Keduanya disebut evaluasi summatif dan formatif. Lebih lanjut, evaluasi terhadap
aspek kedua tadi disebut sebagai evaluasi implementasi, sedangkan evaluasi
terhadap aspek ketiga dan keempat disebut evaluasi dampak kebijakan. Secara
keseluruhan Dunn dan Ripley dalam Samodra Wibawa dkk (1994: 10-11),
evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi sebagai berikut:
a. Eksplanasi
Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat
dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai
dimensi realitas yang diamatinya.
b. Kepatuhan
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain, sesuai dengan standar
dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
c. Auditing
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah benar-benar sampai ke tangan
kelompok sasaran maupun penerima lain (individu, keluarga,
organisasi, birokrasi desa, dan lain-lain) yang dimaksudkan oleh
pembuat kebijakan. Tidak adakah penyimpangan dan kebocoran?
commit to user
Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari
kebijakan tersebut.
Mengacu pada pembagian evaluasi di atas, penelitian tentang Evaluasi
implemetasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS ini hanya berfokus pada
penilaian proses implementasi kebijakan yang dibandingkan dengan aturan
pelaksanaan yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan petunjuk pelaksanaan
(Juklak) serta untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi implementasi
program kebijakan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk melihat dampak
jangka pendek dari implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus UNS.
3. Implementasi Kebijakan
implementation
Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A.Sabatier (dalam
Wahab, 2002:54-55) sebagai berikut :
corporated a state but which cam also take the from or important executive orders or court decisions ideally, that decisions identifies the problem to be addressed, stipulates the objectives to be persued and in variety of process. The process normally runs through anumber of stages beginning with passages of the basic statue, followed by the policy output (decisions) of the implementing agencies, the compliance of target groups with those decisions the actual impact of agencies decisions, and finally, important revisions (or attem-ted revisions) in
commit to user
(keputusan), pemenuhan tujuan kelompok berdasarkan keputusan yang telah ditentukan. Hasil nyata antara yang diharapkan, pengaruh dari keputusan dan yang terakhir adalah perbaikan-perbaikan yang penting (atau
usaha-Bintoro Tjokroamidjojo (1995, 28) berpendapat bahwa implementasi
adalah merealisasikan pencapaian tujuan yang telah dirumuskan ke dalam rencana
kebijaksanaan dan program pemerintah yang konsisten berdasarkan keputusan
politik.
Menurut kamus Webster (dalam Wahab, 2002: 64) implementasi diartikan
sebagai berikut :
to implement is to provide the means for carrying out and to give
practical effect to menyediakan
sarana untuk melaksanakan sesuatu serta menimbulkan dampak akibat
Sedangkan implememtasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam
Wahab, 2002: 50) adalah:
private individuals or groups that directed at the
-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yag telah digariskan dalam
Menurut Barrett dalam Implementation and Integration of EU
Environmental Directives.
Studies of implementation processes show that implementation is not just a rational follow-up of decision making but a process in which different actors compete over the meaning and the consequences of a policy (Barrett, 2004).
commit to user
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi
adalah penerapan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah di tetapkan.
Suatu program untuk mencapai kinerja sesuai tujuan ditentukan oleh
banyak faktor dalam pelaksanaannya. Berbagai faktor atau variabel yang
mempengaruhi kinerja suatu program akan nampak dalam model-model
implementasi yang ada. Di bawah ini disajikan model-model implementasi
kebijakan :
a. Model dari Grindle
Grindle dalam Wibawa (1994:22) mengemukakan bahwa
implementasi kebijakan secara garis besar dipengaruhi oleh 2 variabel
utama yaitu isi kebijakan dan konteks implentasinya.
BAGAN II.2
MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT GRINDLE
Tujuan Kebijakan
3. Derajat perubahan yang diharapkan 4. Letak Pengambilan Keputusan 5. Pelaksanaan Program
6. Sumberdaya yang diharapkan b. Konteks implementasi
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang tepat
commit to user
Program yang dijalankan seperti yang direncanakan?
Keterangan :
1) Isi Kebijakan Mencakup
a) Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan
Suatu kebijakan sebaiknya mampu secara optimal menampung
kepentingan pihak-pihak yang terkena dampak dari suatu kebijakan
tersebut. Semakin optimal suatu kebijakan dalam menampung
kepentingan banyak pihak maka semakin sedikit pihak yang menentang
kebijakan tersebut untuk diimplementasikan.
b) Jenis manfaat yang dihasilkan
Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan manfaat yang besar
dan jelas manfaat yang dihasilkan kebijakan tersebut maka semakin
besar dukungan terhadap kebijakan tersebut untuk segera
diimplementasikan.
c) Derajat perubahan yang diinginkan
Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan perubahan kearah
kemajuan secara nyata dan rasional. Suatu kebijakan yang terlalu Pengukuran
Keberhasilan
Hasil Kebijakan: 1. Dampak pada
masyarakat,individu, dan kelompok
commit to user
menuntut perubahan perilaku dari kelompok sasaran akan lebih sulit
untuk diimplementasikan.
d) Kedudukan pembuat kebijakan
Pembuat kebijakan yang mempunyai wewenang (otoritas) yang tinggi
dapat dengan mudah mengkoordinasikan bawahannya didukung oleh
komunikasi yang baik sehingga keduduka pembuat kebijakan dapat
mempengaruhi proses implementasinya.
e) Pelaksanaan program
Pelaksana program harus mempunyai kualitas pemahaman yang baik
mengenai kondisi lapangan dan tugas yang harus dijalaninya.
Koordinasi haruslah baik supaya program berjalan efektif dan lancar.
f) Sumber daya yang dilibatkan
Sumber daya yang dimaksud adalah semua komponen yang diperlukan
dalam pelaksanaan program seperti keuangan, administrasi dan
sebagainya.
2) Konteks Kebijakan mencakup
a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
Banyaknya aktor dari berbagai tingkat pemerintahan maupun non
pemerintahan yang memiliki kepentingan serta strategi yang mungkin
saja berbeda berpengaruh terhadap pengimplementasian suatu
kebijakan.
commit to user
Apa yang diimplementasikan sebenarnya adalah hasil dari perhitungan
berbagai kelompok yang berkompetisi memperebutkan sumber daya
yang terbatas, yang semua interaksi tersebut terjadi dalam konteks suatu
lembaga.
c) Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran
Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan
serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap kebijakan yang
harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana yang baik
menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.
b. Model dari Van Meter dan Van Horn
Van Meter dan Van Horn dalam buku Wibawa (1994:19-21)
mengemukakan 6 variabel yang memperlihatkan hubungan yang
mempengaruhi kinerja atau hasil suatu kebijakan. Enam variable tersebut
adalah :
1) Standard dan sasaran kebijakan
Standard dan sasaran harus dirumuskan secara spesifik dan konkret
sehingga kita bisa mengukur sejauh mana telah dilaksanakan dan
bagaimana pula tingkat keberhasilannya karena kinerja kebijakan pada
dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standard dan
sasaran tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana pula tingkat
keberhasilannya.
commit to user
Kebijakan menuntut adanya sumber daya baik yang berupa dana
maupun insentif yang lain yang kemungkinan dapat mendorong
terlaksananya implementasi secara efektif.
3) Komunikasi Antar Organisasi dan Pengukuhan Aktivitas
Suatu kebijakan agar berhasil dalam implementasinya haruslah tercipta
suatu komunikasi yang baik (terpadu) antar organisasi pelaksana serta
adanya penetapan (pengukuhan) dan kejelasan dari serangkaian
tindakan atau aktivitas yang akan dilakukan dalam implementasi
kebijakan tersebut.
4) Karakteristik Birokrasi Pelaksana
Karakteristik yang bisa disebut antara lain kompetensi dan jumlah staf,
rentang dan derajat pengendalian, dukungan politik yang dimiliki,
kekuatan organisasi, derajat keterbukaan serta kebebasan komunikasi
dan keterbukaan kaitan dengan pembuat kebijakan.
5) Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
Hal ini berdasarkan pada beberapa pertanyaan, misalnya : apakah
sumber daya ekonomi yang dimiliki mendukung keberhasilan
implementasi?. Bagaimana keadaan sosial ekonomi dari masyarakat
yang dipengaruhi kebijakan?.
6) Sikap Pelaksana
Sikap individu pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respons
mereka terhadap keterkaitan antar variable tersebut. Wujud respons
commit to user
BAGAN II.3MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT VAN METER DAN VAN HORN
c. Model dari Mazmanian dan Sabatier
Kerangka berpikir mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
milik Van Meter dan Van Horn serta Grindle. Dalam hal perhatiannya Komunikasi antar organisasi
dan pengukuhan aktivitas
Kinerja Kebijakan
Standar dan saran
kebijakan Karakteristik organisasi komunikasi
antar organisasi
Sikap Pelaksana
commit to user
terhadap dua persoalan mendasar (kebijakan dan lingkungan kebijakan).
Hanya saja pemikiran Mazmanian ini terkesan menganggap bahwa suatu
implementasi akan efektif apabila birokrasi pelaksanaannya mematuhi apa
yang telah digariskan oleh peraturan (petunjuk pelaksanaan teknis). Model
ini sering disebut sebagai model top down (pendekatan dari atas ke
bawah).
Mazmanian dan Sabatier dalam buku Wibawa (1994:25)
menyatakan implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variable,
yaitu :
1) Karakteristik masalah
Dalam implementasi program akan dijumpai karakteristik masalah yang
bisa terdiri dari empat variable yaitu bagaimana ketersediaan teknologi
dan teori teknis, keragaman perilaku kelompok sasaran, sifat dari populasi
dan derajat perubahan.
2) Daya dukung peraturan
Implementasi akan efektif bila pelaksanaannya mematuhi apa yang telah
digariskan oleh peraturan yang ditetapkan. Aturan-aturan yang disarankan
yaitu: kejelasan atau konsistensi tujuan yang merupakan standar evaluasi
dan saran lebal bagi pelaksana untuk mengerahkan sumber daya, teori
kausal yang memadai, sumber keuangan yang mencukupi dalam
pelaksanaan kebijakan, integrasi organisasi pelaksana, direksi pelaksana,
rekruitmen dari pejabat pelaksana dan akses formal pelaksana
commit to user
3) Variable non Pemerintah
Dalam implementasi juga memerlukan variable lain di luar peraturan
seperti kondisi sosio ekonomi dan teknologi, perhatian pers terhadap
masalah kebijakan, dukungan public, sikap sumber daya kelompok
sasaran, dukungan kewenangan serta komtmen dan kemampuan pejabat
pelaksana.
Ketiga variabel di atas merupakan hal-hal yang berpengaruh terhadap
proses implementasi. Implememtasi adalah suatu proses yang terhadap proses
implementasi. Implementasi adalah suatu proses yang terdiri dari tahapan itu juga
merupakan input bagi keberhasilan tahap yang lain. Tahap tersebut yaitu
keluaran kebijakan dari organisasi pelaksana, kesesuaian keluaran kelompok
sasaran, dampak actual keluaran kebijakan, dampak yang diperkirakan dan
perbaikan peraturan. Struktur manajemen program yang tercermin dalam berbagai
peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan.
Adapun model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier ini dapat
commit to user
Karakteristik Masalah 1. Ketersediaan teknologi dan teori 2. Keragaman perilaku kelompok
sasaran 3. Sifat populasi
4. Derajat perilaku yang diharapkan
Daya dukung peraturan
1. Kejelasan/konsistensi tujuan dan sasaran
2. Teori kausal yang memadai 3. Sumber keuangan yang memadai 4. Direksi pelaksana
5. Rekruitmen dari pejabat pelaksana 6. Akses formal pelaksana ke
organisasi lain Variabel non peraturan
1. Kondisi social ekonomi dan teknologi 2. Perhatian pers terhadap masalah
kebijakan 3. Dukungan publik
4. Sikap dan sumber daya kelompok sasaran
5. Dukungan kewenangan
6. Komitmen kemampuan pelaksaan
Proses Implementasi
Keluaran kebijakan dari organisasi pelaksana
BAGAN II.4
commit to user
Dalam pelaksanaan suatu program ada beberapa komponen yang perlu
diperhatikan. Komponen-komponen yang ada merupakan hasil pemilihan dari
pendapat atau model dari para ahli. Komponen-komponen yang ada tidak secara
otomatis berlaku secara bulat dan utuh artinya ada suatu faktor yang dikemukakan
sebagai kesatuan, adakalanya dipisah dan diadaptasikan dengan kondisi lapangan.
4. Evaluasi Implementasi Kebijakan
Mengikuti Prof. Sofyan Effendi dalam Riant Nugroho (2006:162), tujuan
evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi dalam
indikator indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan
pokok, yaitu :
a. Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? Jawabannya
berkenaan dengan kinerja implementasi publik (variasi dan outcome)
terhadap variable independent tertentu. Kesesuaian keluar kebijakan dengan
kelompok sasaran
Dampak Aktual Keluaran
Dampak yang diperkirakan Perbaikan peraturan
commit to user
b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? Jawabannya
berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi implementasi
kebijkan, dan lingkungan implementasi kebijakan yang memengaruhi
variasi outcome dari implementasi kebijkan.
c. Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan
publik? Pertanyaan ini berkenan dengan
untuk memilih variable-variabel yang dapat diubah atau actionable
variable, variable yang bersifat natural atau variable lain yang tidak
bias diubah tidak dapat dimasukkan sebagai variable evaluasi.
Menurut Samodra Wibawa dkk (1996:29), ada dua jenis kegiatan evaluasi,
yaitu :
a. Evaluasi Implementasi yang berusaha melihat proses pelaksanaan /
implementasi, yang terkait adalah pelaksana dan bagaimana
pelaksanaannya.
b. Evaluasi dampak kebijakan memberi perhatian lebih besar pada
output dan dampak kebijakan dibandingkan kepada proses
pelaksanaannya.
Dalam kaitannya dengan dampak, evaluasi implementasi mengamati
dampak jangka pendek atau dampak sementara, sedangkan evaluasi dampak
mengamati dampak tetap atau dampak jangka panjang. Dalam penelitian ini jenis
evaluasi yang akan dilakukan adalah evaluasi implementasi untuk mengamati
commit to user
Sedangkan menurut Pariata Westra (1991:46-47), ada tiga tipe evaluasi
yang berkaitan dengan tingkatan-tingkatan program, yaitu :
a. Evaluasi Pra Program (ex-ante evaluation)
Dilaksanakan sebelum program diimplementasikan, hal ini
dilaksanakan untuk menaksir kebutuhan atau pernyataan kebutuhan
pembangunan yang bersangkutan, atau untuk menentukan sasaran
potensial dari suatu program pembangunan kelompok atau
per-region
b. Evaluasi Tengah Berlangsung (on going / concurrent evaluation)
Dilakukan pada saat program itu diimplementasikan, jadi pada tahap
tenggang waktu program itu berjalan dievaluasi.
c. Evaluasi Setengah Berlangsung (ex-post evaluation)
Dilakukan setelah program itu diimplementasikan untuk menilai
dampak dan pengaruh program itu dengan menghitung seberapa jauh
program itu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh
program itu.
Penelitian tentang evaluasi implementasi kebijakan relokasi PKL belakang
kampus UNS merupakan jenis penelitian evaluasi yang setengah berlangsung (
ex-post evaluation) karena implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus
UNS merupakan kebijakan yang sudah terlaksanakan. Kebijakan relokasi tersebut
dimulai pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya
commit to user
program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi implementasi merupakan
penilaian terhadap implementasi atau pelaksanaan suatu program kebijakan
dimana evaluasi tersebut ditujukan untuk melihat kinerja program dalam
mewujudkan tujuan-tujuaan program yang sudah dirumuskan sebelumnya. Selain
itu evaluasi implementasi juga bertujuan untuk melihat dampak-dampak jangka
pendek yang ditimbulkan oleh implementasi program tersebut.
Menurut Ripley (Riyanto, 1997: 35), evaluasi implementasi kebijakan
adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses
b. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain
kepatuhan
c. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek.
Penelitian evaluasi implementasi kebijakan relokasi PKL belakang kampus
UNS ini merupakan jenis evaluasi implementasi yaitu penelitian yang ditujukan
untuk melakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan kebijakan relokasi yang
dilaksanakan pada tahun 2006 sampai tahun 2009. Penelitian ini juga bertujuan
untuk melihat dampak jangka pendek yang ditimbulkan oleh kebijakan relokasi
PKL belakang kampus UNS serta faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
kebijakan. Untuk itu dalam penelitian ini mengembangkan beberapa indikator
yang digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi, indikator-indikator
commit to user
a. Sikap Pelaksana (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van
Horn)
Dukungan sikap pelaksana program meliputi keahlian, keaktifan,
kreatifitas serta dedikasi pelaksana yang berpengaruh selama proses
pelaksanaan serta kekuasaan, kepentingan dan strategi aparat yang terlibat
proses pelaksanaan. Sikap pelaksana yang mendukung program akan
menimbulkan kreatifitas agar pelaksanaan lebih efektif. Sikap ini
ditentukan oleh pemahaman terhadap tujuan program. Seringkali terjadi
sikap pelaksana berubah karena mempunyai kepentingan atau pengaruh
lain dari luar.
b. Komunikasi (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van Horn)
Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu program,
terlebih yang menyangkut lebih dari satu instansi, sebagai jembatan
koordinasi. Komunikasi menghubungkan antara sesama aparat pelaksana
(pemerintah) ataupun antara aparat dengan publik (kelompok sasaran) dan
juga untuk menyamakan persepsi dan pemahaman antara para pelaksana
dengan apa yang dimaksud oleh kebijakan.
Secara garis besar komunikasi yang terjadi dapat dibedakan
menjadi dua yakni komunikasi mendatar (horizontal communication) dan
komunikasi vertikal. Komunikasi mendatar terjadi antar aparat yang
berkedudukan sejajar untuk mengkoordinasikan tugas dan peranan agar
tidak terjadi overlapping tugas-tugas atau kekosongan perhatian terhadap
commit to user
bisa berwujud perintah, informasi, teguran dan laporan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program.
c. Sumber daya (diambil dari model Implementasi Grindle, Van Metter dan
Van Horn, Mazmanian dan Sabatier)
Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam
pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Sumber daya tersebut dapat berupa biaya, perlengkapan yang dibutuhkan
maupun sumber daya manusianya.
d. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran (diambil dari model
Implementasi Grindle )
Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat kepatuhan
serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap kebijakan yang
harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana yang baik
menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.
5. Pedagang Kaki Lima
Istilah kaki lima dulu, pertama diperkenalkan pada jaman Belanda yang
masih dibawah kekuasaan administratif Inggris pada saat itu gubernur jendral di
Indonesia, SIR Thomas Raffles, mengintruksikan sistem lalu lintas disebelah kiri
jalan raya sekaligus mengeluarkan peraturan bahwa tepi-tepi jalan harus dibuat
trotoar untuk pejalan kaki yang tingginya harus 31 cm dan lebarnya 150 cm atau
"five feet". Karena di trotoar itu lama kelamaan berkembang jadi tempat usaha
commit to user
feet atau sekarang yang biasa kita kenal dengan sebutan "Pedagang Kaki Lima
(PKL)" (sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_kaki_lima).
PKL adalah orang yang dengan modal sedikit berusaha di bidang produksi
dan berjualan barang-barang atau jasa untuk memenuhi kelompok konsumen
tertentu di dalam masyarakat. Aktivitasnya dilaksanakan pada tempat-tempat yang
strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Akhirudin dalam Tri Kurniadi
dan Hesel Nogi. Tangkilisan:32)
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 2008, PKL
adalah usaha perdagangan sektor informal yang merupakan perwujudan hak
masyarakat dalam berusaha dan perlu diberi kesempatan untuk berusaha guna
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jadi berdasarkan definisi-definisi di atas, yang dimaksud dengan PKL
adalah orang yang melakukan usaha dagang atau jasa secara mandiri dan bersifat
informal yang berdagang di tempat-tempat umum dan strategis namun kegiatan
usahanya dengan jaringan sosial ekonomi yang melingkupinya. Pengertian PKL
sebagai bagian dari sektor informal dapat dijelaskan melalui ciri -ciri yang
dikemukakan oleh Kartini Kartono dkk. (1980:3 -7) sebagai berikut:
commit to user
Banyak problema muncul dengan adanya PKL tersebut, terutama berkaitan
dengan penataan lalu lintas, keindahan, kebersihan kota dan kesehatan
lingkungan. Penanganan PKL bisa menimbulkan kebimbangan dan penuh pilihan
yang bersifat dilematis. Di satu sisi kehadiran PKL dapat mengganggu ketertiban
dan keindahan kota namun di sisi lain banyak harapan tertumpu pada sektor ini.
PKL dapat merupakan katub pengaman, artinya sebagai penyaluran sementara
bagi penganggur dan juga mengatasi kesulitan ekonomi lemah di kota. Terkadang
ironis bahwa kontribusi yang diberikan oleh sektor ini terhadap perekonomian
nasional cukup besar namun belum mampu menghapus citra buruk sektor ini.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan landasan berfikir seseorang yang
bertujuan untuk menjelaskan fakta atau suatu hubungan antar faktor maupun
variable dengan berpijak pada landasan teori.
Sebagai salah satu dari berbagai jenis usaha informal, tidak dapat
dipungkiri bahwa para PKL mampu menjadi solusi bagi para pengangguran dan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi bergeraknya roda ekonomi bangsa.
Namun, keberadaan mereka tetap menjadi sebuah dilema bagi pemerintah. Di satu
sisi keberadaan PKL berdampak positif sebagai katup penyelamat terhadap
commit to user
menimbulkan kesemrawutan kota serta mengganggu ketertiban kota yang pada
akhirnya dapat menimbulkan konflik.
untuk Dilakukan relokasi terhadap mereka. Hal inilah yang dihadapi Pemkot
Surakarta dalam usahanya merelokasi PKL di Jalan Ki Hajar Dewantara
(belakang Kampus UNS), sebab di kawasan lama para PKL sudah memiliki
pelanggan yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Selain itu, kawasan belakang
Kampus UNS letaknya cukup strategis dan mudah dijangkau. Namun di sisi lain
pihak Kampus UNS merasa terganggu dengan keberadaan PKL yang
menimbulkan kesemrawutan serta mengganggu arus lalu lintas sekitar kampus.
Implementasi relokasi PKL Jl. KH. Dewantoro memiliki dasar hukum
yaitu Perda Kota Surakarta No. 3 tahun 2008 tentang Pengelolaan PKL. Adanya
desakan warga masyarakat untuk dilakukan penataan PKL Jl. KH. Dewantoro
juga menjadi dukungan kepada pemerintah supaya segera merelokasi PKL.
Relokasi yang dilaksanakan pemerintah Kota Surakarta mempunyai tujuan
supaya penataan kota dan tempat berdagang PKL menjadi rapi, tertib dan tertata.
Tujuan akhir dari relokasi PKL di sepanjang jalan Ki Hajar Dewantoro adalah
mewujudkan Kota Surakarta sebagai Kota Berseri (Bersih, Sehat, Rapi dan
Indah). Implementasi program ini tentunya tidak lepas dari adanya faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat pelaksanaan program. Apabila faktor-faktor
yang menghambat tadi dapat diatasi maka pelaksanaan program dapat dikatakan
commit to user
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir dalam penelitian ini akan