• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) pada Siswa Kelas IV Semester 2 SDN Blotongan 01 Salatiga Tahu"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar IPA

Pengertian hasil belajar, siswa-belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Oemar hamalik (2002:21) menyatakan, belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Hilgard (Nasution, 2004:35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan.

(2)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Oemar Hamalik (2002:155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Pengertian hasil belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (1999:22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(3)

Slavin (2005:163) mengemukakan bahwa secara umum TGT sama dengan STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD, dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. Deskripsi dari komponen-komponen TGT adalah sebagai berikut.

1. Presentasi di Kelas. (Sama seperti dalam STAD) 2. Tim. (Sama seperti dalam STAD)

3. Game. Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban masing-masing.

(4)

para siswa akan bertukar meja tergantung pada kinerja mereka pada turnamen terakhir. Pemenang pada tiap meja “naik tingkat” ke meja berikutnya yang lebih tinggi (misalnya, dari meja 6 ke meja 5): skor tertinggi kedua tetap tinggal pada meja yang sama; dan yang skornya paling rendah “diturunkan”. Dengan cara ini, jika pada awalnya siswa sudah salah ditempatkan, untuk seterusnya mereka akan terus dinaikkan atau diturunkan sampai mereka mencapai tingkat kinerja mereka yang sesungguhnya.

TEAM A

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4 C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Rendah

TEAM B TEAM C

Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen

5. Rekognisi Tim. (Sama seperti STAD)

Nasikan (2006) mengungkapkan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah “Pola interaksi siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, tipe, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas” (Ridhaazza, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pembelajaran kooperatif

Meja Turnamen

1

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

4

Meja Turnamen

(5)

yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan homogen dalam pembelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari beberapa tahap dan pada awal kegiatan, siswa terlebih dahulu mendapat pemberitahuan bahwa pada akhir pembelajaran akan diadakan turnamen antar kelompok berupa kegiatan tanya jawab seputar materi. Tahapan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin dan De Vries (Slavin, 2008:69), antara lain:

1) Persiapan pembelajaran

Untuk tipe TGT penyusunan materi dibuat sedemikian rupa dengan maksud agar dapat disajikan dalam presentasi kelas, belajar kelompok dan turnamen akademik. Bentuk persiapan tersebut dapat dikemas dalam satu perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pembelajaran, bahan ajar, lembar kerja, persiapan turnamen akademik dan tes hasil belajar yang akan diujikan setelah selesai pembelajaran.

2) Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran TGT mempunyai beberapa komponen pendukung pelaksanaan yaitu: presentasi kelas, kelompok belajar, turnamen, penghargaan (Rahadi, 2002:16). Berikut ini dipaparkan masing-masing komponen:

a. Presentasi kelas

Pada kegiatan ini guru memperkenalkan materi pelajaran yang akan dibahas, yaitu dengan cara pengajaran langsung, diskusi atau dapat dengan metode lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi biasa, karena presntasi pada pembelajaran kooperatif tipe TGT disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan tentang teknik pembelajaran yang digunakan.

b. Kelompok belajar

(6)

kriteria heterogen (jenis kelamin, kemampuan akademik, suku dan latar belakang sosial).

3) Pelaksanaan belajar kelompok

Perangkat pembelajaran yang diperlukan yaitu bahan ajar, kegiatan utama pada tahap ini adalah siswa mempelajari bahan ajar sesuai materi yang sedang dipelajari dan mengerjakan lembar kerja secara kelompok. Perlu ditekankan pada siswa bahwa ada aturan dasar dari belajar kelompok agar tercapai dengan baik, yaitu:

a. Siswa mengatur bangku dan duduk sesuai kelompok. b. Siswa diberikan waktu untuk memilih nama kelompok. c. Siswa harus bekerja secara berkelompok.

d. Siswa menghentikan belajarnya jika semua anggota kelompok telah memahami materi yang sedang dipelajari, atau telah menjawab semua soal yang ditugaskan atau waktu yag telah digunakan untuk mempelajari materi yang ditugaskan telah habis.

e. Ketika semua siswa sedang belajar bersama kelompok, sebaiknya guru berkeliling dalam kelas memperhatikan cara keja mereka dan memberikan bimbingan belajar jika memang diperlukan.

4) Turnamen akademik

(7)

Pada awal periode permainan, umumkan penempatan meja turnamen dan mintalah mereka memindahkan meja-meja bersama atau menyusun meja sebagai meja turnamen. Acaklah nomor-nomornya supaya para siswa tidak bisa tahu nama meja “atas” dan yang “bawah”. Mintalah salah satu siswa yang akan dipilih untuk membagikan satu lembar permainan atau lembar jawaban, satu kotak kartu nomor dan satu lembar skor permainan pada tiap meja. Lalu mulailah permainan tersebut.

(8)

Gambar 2.2. Aturan Permainan Slavin (2005:173)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekuragannya masing-masing, demikian juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Menurut Slavin (2008:175), kelebihannya adalah sebagai berikut: 1. Melalui interaksi dengan anggota kelompok, semua memiliki

kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dari hasil diskusi dengan anggota kelompoknya.

2. Pengelompokan siswa secara heterogen dalam tingkat kemampuan, jenis kelamin, maupun ras diharapkan dapat membentuk rasa hormat dan saling menghargai diantara siswa.

3. Dengan belajar kooperatif siswa mendapat keterampilan yang tidak dimiliki dalam pembelajaran lain.

4. Dengan diadakannya turnamen, diharapkan dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi diri sendiri maupun kelompoknya.

Pemain 1

1. Ambil kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut pada lembar permainan.

2. Bacalah pertanyaan dengan keras. 3. Cobalah untuk menjawab soal.

Pemain 2

Menantang jika dia mau (dan memberikan jawaban yang

berbeda) atau boleh melewatinya. Pemain 3

(9)

5. Dengan turnamen dapat membentuk siswa mempunyai kebiasaan bersaing sportif dan selanjutnya menumbuhkan keberanian dalam berkompetisi, akibatnya siswa selalu dalam posisi unggul.

6. Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dapat menanamkan pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok.

7. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa, sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa.

Adapun kelemahannya antara lain:

1. Penggunaan waktu yang relatif lama dan biaya yang besar.

2. Jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau sarana pembelajaran tidak cukup tersedia, maka pembelajaran kooperatif tipe TGT sulit dilaksanakan.

3. Apabila sportifitas siswa kurang, maka ketrampilan berkompetisi siswa yang terbentuk bukanlah yang diharapkan.

2.1.3 Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu (Powler dalam Khalimah, 2010).

(10)

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan.

Menurut Trianto (2010:136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis, melalui metode ilmiah untuk sebuah penemuan.

2.1.4 Sumber Daya Alam

Materi IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang hubungan sumber daya alam dengan lingkungan dan teknologi. Materi hubungan sumber daya alam dengan lingkungan dan teknologi dalam penelitian ini diambil dari buku SD kelas 4, berdasar pada Buku Ajar IPA yang disusun oleh Budi Wahyono dengan judul buku “Ilmu Pengetahuan Alam Untuk SD/MI Kelas IV” (Depdiknas, 2008).

2.1.5 Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Hasil Belajar IPA

Pertanyaan yang perlu diajukan adalah bagaimana hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar IPA siswa? Berdasarkan hakikatnya, model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang saling mendorong terjadinya interaksi belajar antara sesama siswa. Siswa dikondisikan dalam kelompok yang heterogen, dimana dengan cara ini siswa dapat saling berbagi pengetahuan dengan rekan-rekan lainnya. Sementara itu, varian dari pembelajaran kooperatif yaitu Teams

Games Tournament (TGT), merupakan model pembelajaran kooperatif yang

(11)

turnamen. Dengan cara ini, siswa dilatih untuk menguasai materi pelajaran. Sebab siswa yang mengikuti turnamen akademik, merupakan perwakilan dari kelompoknya. Sehingga ketika perwakilan kelompok tidak menguasai materi yang diajarkan, konsekuensinya adalah kelompoknya tidak mendapatkan nilai dalam turnamen itu. Artinya bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT mengkondisikan siswa harus menguasai materi pelajaran yang sedang diajarkan. Dengan cara ini, siswa terkondisi harus belajar. Akibatnya dengan cara ini, siswa mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan hasil belajarnya.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tri Wahyuni. 2013. Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan baik oleh observer atau oleh peneliti, proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hasil observasi menunjukkan bahwa proses pembelajaran telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu 80% dari seluruh kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi ini mengamati jalannya pembelajaran. Sebelum diadakan tindakan, pada saat pembelajaran siswa hanya mendengarkan guru berceramah tanpa ada tanya jawab atau siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Guru hanya menggunakan buku pembelajaran sebagai media saja. Pada saat peneliti telah menggunakan model kooperatif tipe TGT, hampir seluruh siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran semakin menarik.

(12)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sebelum tindakan adalah 17 siswa (45.9%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, meningkat menjadi 25 siswa (67.6%). Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 37 siswa (100%). Siswa yang belum tuntas sebelum tindakan, berjumlah 20 siswa (54.1%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, menurun menjadi 12 siswa (32.4%). Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II menurun menjadi tidak ada lagi siswa yang belum tuntas. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa upaya peningkatan ketuntasan belajar IPA siswa kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, berhasil.

2.3 Kerangka Berpikir

(13)

Adapun kerangka berpikir penelitian ini dirumuskan dalam bagan

Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan langkah-langkah pembelajaran yaitu presentasi kelas, tim, permainan dan turnamen akademik, yang diuji adalah pemahaman siswa, dimana masing-masing tim mengutus salah satu anggota untuk turnamen. Turnamen yaang dilaksanakan menggunakan media kartu, dimana dalam kartu tersebut berisi pertanyaan. Setiap kelompok dapat menjawab ataupun mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain melalui kartu pertanyaan.

Siklus II:

(14)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis/tindakan sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1. Penempatan Pada Meja Turnamen
Gambar 2.2. Aturan Permainan Slavin (2005:173)

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari data masukan dan struktur algoritma setiap metode, CNN LeNet 5 memiliki arsitektur yang cukup baik karna dapat menangkap setiap piksel masukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik sediaan larutan pewarna rambut alami kulit buah naga super red mempunyai nilai kejernihan yang baik, pH tidak masuk dalam

kelompok satu dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Higiene Susu (Pengertian Susu, Susu Sebagai Makanan Sempurna, Sifat Fisik Dan Kimia Susu) “ sebagai salah satu

4.1.4 Hasil Pengujian Pengaruh Inputan Jenis Batik yang Salah terhadap Klasifikasi Motif Batik Pada pengujian sebelumnya di dapatkan parameter terbaik pada saat level

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya tentang Sistem dan Prosedur Pemasangan Kembali Saluran Air dapat ditarik kesimpulan bahwa :..

Untuk mengetahui pengetahuan pasangan usia subur tentang tujuan kontrasepsi

Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian dari STIE Perbanas Surabaya Lampiran 2 : Surat Penelitian Pada PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Lampiran 2 : Surat Perintah

Acara ini didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Palembang dan beberapa Mitra/ sponsor, sehingga seminar nasional Entrepreunership 1000 Pengusaha, UKM, dan Koperasi 2010