• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1 INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS DI SMA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS

DI SMA

Sri Wahyuni, Tomo Djudin, Erwina Oktavianty Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak

Email:sri.14.wahyuni@gmail.com

Abstract

The aims of this research was determined the effect of integrated remediation misconception in fluid static learning use model problem based learning to changing student misconception in grade XI SMA Negeri 1 Sungai Raya. The research used pre-experimental design with one group pretest-posttest design involving 24 students of class XI IPA 3 as a sample which selected by intact group. Diagnostic test which consist of 18 multiple choice question with open reasoning was used as research instrument to asses the number of students misconception. Based on the result, the average percentage decrease of misconception students for each students equal to 74,50%. Based on an analysis using price obtained McNemar test, χ2count (252,03) ˃χ2table (3,84) for df = 1 and α = 5% indicate the conception significant changes between before and after integrated remediation misconception in fluid static learning use model problem based learning. The effectiveness of integrated remediation misconception in fluid static learning use model problem based learning of DQM (The Decreasing of Quantity of the student that Misconception) equal to 74,63% in high category.

Keywords:

integrated remediation, misconception, model problem based

learning, fluid static

PENDAHULUAN

Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan Novak menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika (Suparno, 2013: 11).

Fluida statis menjadi salah satu miskonsepsi yang ditemukan dalam bidang mekanika. Tyas (2013) menemukan miskonsepsi siswa beranggapan tekanan zat cair berbanding terbalik dengan kedalaman, tekanan dipengaruhi besar energi. Wilantara (2003) menemukan miskonsepsi siswa beranggapan pada piston alat pengangkat mobil, luas penampang yang kecil akan menghasilkan tekanan zat cair yang besar, tekanan ini dianggap sama seperti tekanan pada zat padat. Firman (2011) menemukan

miskonsepsi siswa beranggapan berat benda ketika di air dan di udara sama. Miskonsepsi juga ditemukan dalam penelitian Harniyati (2015) bahwa siswa menganggap benda terapung apabila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.

(2)

mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 76. Hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi fluida statis. Kesulitan yang dialami dapat berupa kesulitan memahami konsep sehingga siswa memiliki konsep yang salah yang disebut miskonsepsi.

Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah remediasi. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 6.22). Kegiatan remediasi dalam penelitian ini dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran (pengembangan) yang dikenal dengan istilah integrasi remediasi..

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Negeri 1 Sungai Raya, diperoleh informasi bahwa kegiatan remediasi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Remediasi dilakukan dengan cara memberikan tes ulang pada siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan. Remediasi dilakukan tanpa memberikan bimbingan terlebih dahulu dikarenakan keterbatasan waktu guru untuk melakukan pembelajaran ulang.

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan remediasi miskonsepsi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini juga merupakan solusi yang sangat diharapkan oleh guru fisika SMA Negeri 1 Sungai Raya karena tidak ada alokasi waktu tambahan untuk remediasi dalam bentuk pembelajaran ulang.

Pengintegrasian remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fisika sebelumnya pernah diteliti oleh mahasiswa program studi pendidikan fisika FKIP Untan. Hasil penelitian Rahardian (2012) menunjukan remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran fisika efektif untuk menurunkan rata-rata persentase miskonsepsi siswa dengan efektivitas 0,82 (kategori tinggi) pada materi dinamika rotasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak.

Penelitian ini diarahkan pada integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning. Model problem based

learning merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan siswa dengan situasi masalah autentik dan bermakna yang digunakan sebagai penyelidikan (Arends, 2009: 386). Langkah-langkah model problem based learning menurut Arends (2009: 401) sebagai berikut: (1) memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa yaitu siswa disajikan permasalahan berkaitan tentang tekanan hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari untuk menggali konsepsi awal siswa, (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengisi hipotesis mengenai permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi, (3) Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok yaitu siswa melakukan percobaan bersama kelompoknya untuk mencari tahu kebenaran hipotesis yang dibuat, dari kegiatan ini siswa menemukan konsep fisika sendiri sehingga dapat mengubah konsepsi awal siswa (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu siswa mengerjakan latihan untuk mengecek pemahaman konsep dan selanjutnya guru memberi penjelasan dan penguatan konsep yang benar kepada siswa.

Model PBL digunakan peneliti untuk meremedisi miskonsepsi di dalam pembelajaran fluida statis karena terdapat masalah autentik dan bermakna dari penerapan fluida statis di dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah tersebut dapat digunakan untuk mengetahui konsepsi awal yang dimiliki siswa. Kemudian melalui kegiatan percobaan siswa dapat mengubah konsepsi awal yang dimilikinya menjadi konsep yang benar.

(3)

konseptual dan menurunkan miskonsepsi siswa. Hasil Masta (2015) menunjukkan model PBL efektif mengatasi miskonsepsi siswa dengan nilai effect size 3,26 (berkategori tinggi) pada materi keseimbangan benda tegar di SMA K Immanuel Pontianak.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meremediasi miskonsepsi siswa dalam memahami materi fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Kegiatan remediasi ini dilaksanakan secara integrasi menggunakan model problem based learning, sehingga diharapkan kegiatan remediasi yang dilakukan dapat mengubah miskonsepsi siswa pada materi fluida statis.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2016: 111).

Populasi dalam penelitin ini adalah siswa kelas XI IPA 1-XI IPA 6 SMA Negeri 1 Sungai Raya tahun ajaran 2017/2018 yang belum memperoleh pembelajaran tentang fluida statis. Dengan cara intact group XI IPA 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya yang terdiri dari 24 siswa terpilih menjadi sampel penelitian.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran berupa tes tertulis (Pre-test dan Post-test) berbentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka sebanyak 18 soal. Instrumen penelitian berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes yang telah divalidasi oleh dua dosen pendidikan fisika UNTAN dan dua guru fisika SMA Negeri 1 Sungai Raya. Dari hasil keempat validator diperoleh nilai validasi sebesar 4,04 (Tinggi). Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya diperoleh hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,44 (sedang).

Hasil pre-test dan post-test dianalisis menggunakan rumusan sebagai berikut: penurunan persentase jumlah miskonsepsi siswa, perubahan konseptual siswa, dan efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis. Prosedur

dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan prariset ke SMA Negeri 1 Sungai Raya; (2) menyusun desain penelitian; (3) membuat perangkat penelitian dan instrumen; (4) melakukan validasi perangkat pembelajaran; (5) melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya; (6) menganalisis data hasil uji coba soal; (7) merevisi soal tes setelah mengetahui hasil dari uji coba tes.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan tes awal (pre-test); (2) memberi skor pre-test; (3) memberikan treatment ke kelas, yaitu dengan integrasi remediasi menggunakan model problem based learning; (4) memberikan soal tes akhir (post-test); (5) memberikan skor post-test.

Tahap Akhir

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data; (2) menganalisis hasil pre-test dan post-test; (3) mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah penelitian; (4) menyusun laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian ini digunakan sebagai jawaban atas permasalahan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis untuk mengubah miskonsepsi siswa. Untuk membantu menjawab permasalahan tersebut, yakni dengan mengetahui penurunan jumlah miskonsepsi siswa, perubahan konseptual siswa, dan efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis.

(4)

jawaban siswa pada pre-test dan pos-test yang direkapitulasi pada tabel 1.

Tabel 1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator

Hasil analisis pre-test dan post-test ditemukan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap indikator yang paling tinggi yaitu pada indikator 1 sebesar 87,72% dan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami

miskonsepsi pada tiap indikator yang paling rendah yaitu pada indikator 4 sebesar 62,32%. Sedangkan rata-rata persentase penurunan miskonsepsi pada tiap siswa dapat dilihat pada

tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Penurunan Miskonsepsi pada Tiap Siswa

Jumlah Siswa

%No

%Nt

%ΔN

24

80,32

21,06

74,50

Sebagian besar siswa mengalami

penurunan jumlah miskonsepsi setelah

diberikan remediasi terintegrasi dalam

pembelajaran

menggunakan

model

problem based learning

dengan rata-rata

penurunan persentase jumlah miskonsepsi

tiap siswa sebesar 74,50 %. Selanjutnya

perubahan konseptual siswa dapat dilihat

dari Hasil uji

Mc Nemar

pada tabel 3.

Tabel 3

Rekapitulasi signifikansi perubahan konsepsi siswa

Indikator

A

B

C

D

Uji Mc Nemar

Ket

Rumus chi kuadrat

(𝝌

𝟐

)

I

0

15

7

50

48,02

Signifikan

II

0

33

7

32

30,03

Signifikan

III

0

1

24

47

45,02

Signifikan

IV

0

4

26

42

40,02

Signifikan

V

0

2

16

55

53,01

Signifikan

VI

1

29

11

31

26,28

Signifikan

Jumlah

1

84

90

257

252,03

Signifikan

No. Indikator So% St% ΔS%

1 Menemukan hubungan kedalaman terhadap besar

tekanan hidrostatis 79,17 9,72 87,72

2 Menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas

penampang bejana berbeda 52,78 9,72 81,58

3

Menentukan besar tekanan zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang memiliki luas penampang berbeda

98,61 33,33 66,20

4 Menentukan pengaruh luas permukaan terhadap

besar gaya pada bejana berhubungan tertutup 95,83 36,11 62,32

5 Menentukan perbedaan berat benda di air dan di

udara 97,22 20,83 78,57

6

Menganalisis pengaruh massa jenis terhadap peristiwa terapung, melayang dan tenggelam pada benda

(5)

Berdasarkan data di atas, hasil perhitungan semua indikator menggunakan uji Mc Nemar diperoleh 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 (252,03) >

𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%

sehingga secara keseluruhan semua indikator pada materi fluida statis mengalami perubahan

yang signifikan. Kemudian efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Efektivitas Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

Indikator %So %St Nilai DQM Kategori

I 79,17 9,72 87,72 Tinggi

II 52,78 9,72 81,58 Tinggi

III 98,61 33,33 66,20 Sedang

IV 95,83 36,11 62,32 Sedang

V 97,22 20,83 78,57 Tinggi

VI 58,33 16,67 71,42 Tinggi

Rata-Rata 74,63 Tinggi

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan efektivitas kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model problem based learning tergolong dalam kategori tinggi dengan harga DQM sebesar 74,63%.

Pembahasan

Penelitian yang berjudul integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan integrasi remediasi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat mengubah miskonsepsi siswa SMAN 1 Sungai Raya. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi kelas XI IPA 3 SMAN 1 Sungai Raya berjumlah 24 orang.

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sekolah yang dijadikan tempat uji coba soal ini adalah sekolah yang sama dengan tempat penelitian dengan siswa yang sudah mendapatkan materi fluida statis di kelas XI sebelumnya.

Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan penelitian dengan kegiatan integrasi remediasi

miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis di kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Kegiatan pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 langkah yaitu pemberian tes awal (pre-test). Pre-test bertujuan untuk menggali konsepsi awal siswa yang digunakan sebagai dasar untuk membuat permasalahan konseptual dalam melakukan identifikasi konsepsi awal siswa.

(6)

permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Pada langkah ketiga membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok, siswa melakukan percobaan untuk menemukan konsep fisika sendiri sehingga dapat mengubah konsepsi awal. Pada langkah keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas dan siswa lain membandingkan hasil diskusi kelompok mereka dengan presentasi yang disampaikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa. Pada langkah kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa mengerjakan latihan soal untuk mengecek pemahaman materi dan menguatkan konsep yang benar. Selanjutnya, guru memberi penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah konsepnya menjadi konsep yang benar sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih menguatkan konsep yang dimiliki.

Pemberian tes akhir (post-test) bertujuan untuk mengetahui perubahan miskonsepsi siswa setelah dilakukan remediasi terintegrasi dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, soal yang digunakan untuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) memiliki karakter dan jumlah soal yang sama yaitu 18 soal pilihan ganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat mengubah miskonsepsi siswa di SMA Negeri 1 Sungai Raya.

1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

Secara keseluruhan sebelum dan setelah kegiatan remediasi terintegrasi dalam pembelajaran terdapat sejumlah siswa yang mengalami miskonsepsi. Berdasarkan hasil

pre-test persentase jumlah siswa yang miskonsepsi tiap indikator paling tinggi terjadi pada indikator III menentukan besar tekanan zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang memiliki luas penampang berbeda sebesar 98,61%. Bentuk miskonsepsi yang dialami siswa yaitu siswa beranggapan semakin besar luas penampang tekanan semakin kecil. Wilantara (2003) juga menemukan miskonsepsi pada konsep ini dimana siswa menganggap luas penampang yang kecil akan menghasilkan tekanan zat cair yang besar. Ini menunjukkan bahwa siswa beranggapan konsep tekanan zat cair pada bejana berhubungan sama dengan tekanan zat padat dimana semakin kecil luas penampang maka tekanan semakin besar. Miskonsepsi yang dialami siswa ini karena siswa sudah mempunyai konsepsi awal tentang tekanan sebelum mengikuti pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan pendapat Clement (dalam Andriana, 2014) bahwa miskonsepsi yang banyak terjadi bukan karena pengertian atau pemahaman konsep yang salah selama proses pembelajaran, melainkan konsepsi awal yang dibawa siswa ke dalam kelas. Hal ini tentunya menunjukkkan bahwa pengalaman siswa terkait konsep tertentu sangat mempengaruhi miskonsepsi yang dimiliki siswa tersebut.

(7)

terhadap suatu benda, sehingga siswa beranggapan tabung yang memiliki luas penampang besar akan memiliki tekanan hidrostatis yang besar.

Setelah dilakukan remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning, dari hasil post-test ditemukan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling tinggi yaitu pada indikator IV menentukan pengaruh luas permukaan terhadap besar gaya pada bejana berhubungan tertutup sebesar 36,11%. Hasil ini berbeda dengan hasil pre-test, pada saat pre-test siswa yang mengalami miskonsepsi paling tinggi yaitu indikator III menentukan besar tekanan zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang memiliki luas penampang berbeda. Walaupun berbeda, kedua indikator ini tetap merupakan indikator yang banyak siswa mengalami miskonsepsi. Hal ini dapat terjadi karena konsep hukum Pascal tergolong konsep abstrak yang tidak mudah untuk diamati secara langsung sehingga memungkinkan terjadi banyak penafsiran ketika mempelajarinya. Lucariello dan Naff (2014) menyebutkan bahwa konsep yang abstrak sangat mungkin menimbulkan miskonsepsi pada siswa bahkan orang dewasa sekalipun. Sedangkan dari hasil post-test ditemukan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling rendah yaitu pada indikator I menemukan hubungan kedalaman terhadap besar tekanan hidrostatis dan indikator II menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas penampang bejana berbeda sebesar 9,72%. Hasil ini menunjukkan kesamaan dengan hasil pre-test yaitu pada indikator II persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling rendah. Tidak banyak konsepsi yang ditemukan pada konsep ini karena fenomena tekanan hidrostatis mudah diamati dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak terjadi banyak penafsiran oleh siswa.

Hasil ini sesuai dengan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap indikator yang paling tinggi yaitu pada indikator 1 sebesar 87,72% dan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap indikator

yang paling rendah yaitu pada indikator IV sebesar 62,32%.

Hasil tersebut juga sesuai dengan analisis persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa pada pre-test bahwa rata-rata persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa yaitu 80,32%. Setelah diberikan pembelajaran dengan remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning, berdasarkan hasil post-test persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa sebesar 21,06 dengan rata-rata persentase penurunan jumlah miskonsepsi tiap siswa sebesar 74,50%.

Berdasarkan data tersebut, penurunan jumlah miskonsepsi siswa cukup besar. Hal ini bisa disebabkan karena menggunakan model problem based learning yang menghadapkan siswa pada permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang selanjutnya permasalahan tersebut harus diselesaikan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi serta memberi kesempatan mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis. Menurut Kaptan & Korkmaz dalam Arkinoglu, 2007) dengan memberikan kesempatan siswa untuk memecahkan masalah akan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah pada diri siswa. Dari penyelesaian permasalahan, siswa yang pada awalnya mempunyai konsepsi yang keliru setelah memecahkan masalah siswa memperoleh konsepsi yang benar.

2. Perubahan Konseptual Siswa

(8)

𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. Hasil

ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan konseptual siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya.

Perubahan konseptual tertinggi terjadi pada konsep V yaitu menentukan perbedaan berat benda di air dan di udara yang dihitung menggunakan uji Mc Nemar sebesar 53,01. Hasil ini menunjukkan banyak siswa mengalami perubahan konseptual pada saat pre-test dan post-test dari miskonsepsi menjadi tidak miskonsepsi dan dari tidak miskonsepsi menjadi miskonsepsi. Sedangkan perubahan konseptual terendah terjadi pada konsep VI yaitu menganalisis pengaruh massa jenis terhadap peristiwa terapung, melayang, dan tenggelam pada benda yang dihitung menggunakan uji Mc Nemar sebesar 26,28. Hasil ini menunjukkan sedikit siswa mengalami perubahan konseptual. Terdapat banyak siswa yang pada saat pre-test miskonsepsi dan saat post-test miskonsepsi serta pada saat pre-test tidak miskonsepsi dan saat post-test tidak miskonsepsi yang berarti siswa tidak mengalami perubahan konseptual.

Posner (1982: 214) mengemukakan bahwa ada empat syarat yang perlu dipenuhi agar terjadi perubahan konseptual (akomodasi): harus ada ketidakpuasan dengan konsepsi yang dimiliki, konsep baru harus dapat dimengerti, konsep baru harus masuk akal, dan konsep baru harus terlihat bermanfaat dalam menjelaskan berbagai fenomena. Berdasarkan syarat perubahan konseptual ini, model problem based learning memiliki langkah-langkah yang dapat memenuhi syarat-syarat tersebut.

Remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning pada langkah pertama memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa. Siswa disajikan permasalahan berkaitan tentang tekanan hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan yang disajikan yaitu “bagaimana cara yang memudahkan pak Andi membawa kayu untuk membangun rumahnya?

Membawa kayu menggunakan gerobak atau

menghanyutkan kayu di sungai?”.

Permasalahan tersebut merupakan permasalahan nyata yang dialami siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu secara tidak langsung siswa telah memiliki konsepsi sendiri baik konsepsi itu benar maupun keliru. Permasalahan ini digunakan untuk menggali miskonsepsi siswa.

Selanjutnya mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu siswa diorganisasi guru ke dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa. Siswa diminta untuk berdiskusi bersama teman kelompoknya mengenai permasalahan yang disajikan di dalam lembar kerja siswa. Siswa dalam kelompoknya mengisi hipotesis mengenai permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Hipotesis salah satu kelompok mengenai permasalahan yang disajikan yaitu sebaiknya pak Andi membawa kayu akasia tersebut melewati jalur sungai karena berat benda di udara dan di air lebih ringan di air karena adanya gaya apung di air yang lebih kecil daripada di udara. Dari langkah ini dapat membantu siswa menyadari bahwa konsepsi yang mereka miliki keliru sehingga muncul ketidakpuasan terhadap konsepsi awal siswa yang merupakan dasar untuk proses perubahan konseptual (Posner, dkk, 1982: 214).

(9)

bertentangan. Dalam keadaan konflik kognitif, siswa bisa mempertahankan konsepsinya semula, memperbaiki sebagian konsepsinya (asimilasi), atau mengganti konsepsinya yang salah dengan konsepsi baru (akomodasi).

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada langkah ini Hasil karya yang dibuat siswa yaitu membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, dan membuat laporan. Pada langkah ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas dan siswa lain membandingkan hasil diskusi kelompok mereka dengan presentasi yang disampaikan. Kelompok yang memiliki hasil yang berbeda diberi kesempatan memberikan tanggapan dan bertanya. Dari kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa.

Terakhir, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu siswa mengerjakan latihan soal untuk mengecek pemahaman materi dan menguatkan konsep yang benar. Selanjutnya, guru memberi penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah konsepnya menjadi konsep yang benar sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih menguatkan konsep yang dimiliki. Siswa yang mengganti konsepsinya dengan konsepsi baru berarti siswa menyadari bahwa konsep baru yang disajikan lebih mudah dimengerti, dan bermanfaat untuk menjelaskan berbagai fenomena lainnya yang lebih luas.

3. Tingkat Efektivitas

Hasil penelitian ini juga didukung oleh efektivitas yang diperoleh dari penerapan remediasi miskonsepsi yang terintegrasi dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning terhadap penurunan jumlah miskonsepsi siswa dengan tingkat efektivitas tergolong tinggi harga DQM sebesar (74,63%). Temuan ini menunjukkan bahwa remediasi miskonsepsi yang terintegrasi dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning dapat menurunkan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi

tiap indikator dan dapat menurunkan persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa.

Efektivitas yang tergolong tinggi karena adanya penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi dan terjadi perubahan konseptual siswa yang signifikan. Remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa dikarenakan miskonsepsi yang terjadi pada saat pembelajaran akan langsung diremediasi pada saat itu juga (Rahardian, 2012). Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Huda (2017) menemukan bahwa integrasi remediasi miskonsepsi dengan model generatif dalam pembelajaran gerak lurus berubah beraturan efektif untuk menurunkan persentase jumlah miskonsepsi siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Sekayam dengan effect size Cohen’s sebesar 2,0 (kategori tinggi).

Selain itu menggunakan model Problem Based Learning juga mempengaruhi efektivitas yang tinggi. Model Problem Based Learning adalah salah satu model yang tepat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi siswa (Suparno, 2013: 113), karena pembelajaran difokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model PBL dapat meremediasi miskonsepsi siswa dengan cara memberikan suatu masalah yang berkaitan erat di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada materi fluida statis sehingga masalah-masalah tersebut dapat berimplikasi pada terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah sekaligus mengkonstruksi pengetahuan baru. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Masta (2015) menunjukkan model problem based learning efektif mengatasi miskonsepsi siswa dengan nilai effect size 3,26 (kategori tinggi) pada materi keseimbangan benda tegar di SMA K Immanuel Pontianak.

(10)

digunakan untuk penelitian. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya walaupun telah melakukan uji coba model peneliti masih mengalami kendala pada saat melakukan penelitian di kelas untuk penelitian. Hal ini karena adanya faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti. Dalam kelas penelitian terjadi pengurangan jam pelajaran dikarenakan sekolah sedang menerapkan full day sehingga jam pelajaran di sekolah masih berubah-ubah. Hal ini berdampak pada RPP yang telah dibuat peneliti yang mengakibatkan peneliti harus mengurangi waktu pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian.

Penelitian ini hanya menyumbangkan implikasi teoritis mengenai pilihan meremediasi miskonsepsi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa saat pembelajaran berlangsung sebagai kegiatan remediasi yang memiliki pendekatan pengembangan. Hasil penelitian ini memberi kesempatan untuk pengembangan model remediasi lanjutan yang dapat langsung diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan kenyataan di lapangan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan secara umum bahwa remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model problem based learning dapat mengubah miskonsepsi siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sub hasil penelitian sebagai berikut: (1) Besar persentase penurunan jumlah miskonsepsi siswa setelah diberikan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis sebesar 74,50 %. (2) Terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis. Diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan Uji McNemar 𝜒ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 (252,03) > 𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. (3) Besar efektivitas kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model problem based learning terhadap penurunan jumlah miskonsepsi siswa

tergolong dalam kategori tinggi dengan harga DQM sebesar 74,63%

Saran

Berikut disampaikan sejumlah saran dari penelitian ini, yaitu diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat: (1) Sebaiknya ada kelas kontrol agar dapat melihat apakah model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian menjadi penyebab siswa berubah miskonsepsinya. (2) Sebaiknya melibatkan guru sebagai observer di dalam penelitian sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan peneliti.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Elfa. 2014. Remediasi Miskonsepsi Pembiasan Cahaya pada Lensa Tipis Menggunakan Direct Instruction Berbantuan Animasi Flash Sma. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.

(Online). (http://jurnal. untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/4 255, diakses 18 November 2017).

Akinoglu, Orhan dan Ruhan Ozkardes Tandogan. 2007. The Effect of Problem-Based Active Learnig in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematic, Science & Technology Education. ( Online). (http:// ejmste.com/v3n1/EJMSTEv3n1_Akinoglu. pdf , diakses 15 Maret 2017).

Arends, Richard. 2009. Learning to Teach. New York: McGrow Hill Company. Firman. 2011. Deskripsi Miskonsepsi Siswa

pada Materi Hukum Archimedes di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ketapang.

Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Harniyati, Mantari. 2015. Remediasi

Miskonsepsi Siswa pada Materi Fluida Statis Menggunakan Pembelajaran Predict, Observe, dan Explain (POE) di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Selimbau.

Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Huda, Nurul. 2017. Integrasi Remediasi

(11)

Pembelajaran. (Online). (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ article/view/17944, diakses 12 Agustus 2017).

Lucariello, J. & Naff, D. 2014. How do i get my students over their alternative conceptions (misconceptions) for learning?. American Psychological

Association Teacher’s Modules. (Online).

(http://www.apa.org/education/k12/misco nceptions.aspx, dikunjungi 4 Oktober 2017).

Masta, Ngia. 2015. Remediasi Miskonsepsi Menggunakan Model PBL tentang Keseimbangan Benda Tegar di SMA K Immanuel Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. (Online).

(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/ article/view/9242, diakses 20 Februari 2017).

Posner.et.al. 1982. Accomodation of Scientific Copception: T oward a Theory of. Conseptual Change. Science Education. Vol.66.pp.27-211.

Rahardian, Adhitya. 2012. Integrasi Remediasi Miskonsepsi dalam Pembelajaran pada Materi Dinamika Rotasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 9

Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi).

Sugiyono.

2016.

Metode

Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan

Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.

Sutrisno, Leo., Kresnadi, Hery & Kartono.

2007.

Pengembangan Pembelajaran

IPA SD. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas.

Tyas, Rina Ning. 2013. Penggunaan Strategi POE ( Predict-Observe-Explain) untuk Memperbaiki Miskonsepsi Fisika. Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang. (Online). (http://

jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA/a rticle/view/1374, diakses tanggal 12 Januari 2017).

Gambar

Tabel 1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator
Tabel 4. Perhitungan Efektivitas Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengemukakan arti strafbaarfeit sendiri, dijumpai adanya 2 pandangan yaitu pandangan monistis dan pandangan dualistis. 9 Pandangan Monistis, melihat dari keseluruhan

Ho : Tidak ada hubungan antara langit-langit rumah nelayan dengan keluhan ISPA pada balita di Lingkungan Pintu Angin, Kelurahan Sibolga Hilir, Kecamatan Sibolga Utara, Kota

Model curah hujan harian sintetik yang dihasilkan menjadi sangat akurat dengan koe- fisien korelasi rata-rata model periodik adalah 0,9770, koefisien korelasi model stokastik

Perencanaan proses pembelajaran pada siklus ini yaitu dengan memberikan model-model pembelajaran dengan memanfaatkan media audiovisual dalam memberikan materi renang

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Gaya hidup berpengaruh secara parsial dan besar terhadap keputuasan masyarakat dalam belanja secara ol line menunjukkan

Lingkungan pemukiman secara khusus adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang tidak diikuti pertambahan luas

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk